AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ZAT EKSTRAKTIF BEKATUL SORGUM ...repositori.uin-alauddin.ac.id/15811/1/Nur...
Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ZAT EKSTRAKTIF BEKATUL SORGUM ...repositori.uin-alauddin.ac.id/15811/1/Nur...
i
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ZAT EKSTRAKTIF BEKATUL
SORGUM (Sorghum bicolor L.) VARIETAS SUPER 2
SECARA IN VITRO
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana sains
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
NUR AFNI
60300115071
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGER ALAUDDIN MAKASSAR
2019
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh……
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. atas limpahan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Aktivitas Antioksidan Zat Ekstraktif Bekatul Sorgum (Sorghum
bicolor L.) Varietas Super 2 Secara In Vitro”. Skripsi ini diajukan untuk melengkapi
dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Biologi
Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Salam
serta shalawat tidak lupa penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad saw,
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia sampai sekarang.
Ungkapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ayahanda Muh.
Sabir Dg. Pasi dan Ibunda tercinta Nurbaya Dg. Sangnging, Nenek tersayang Lilo
Dg Saga dan Tante yang sudah saya anggap sebagai ibu saya sendiri Mardiana Dg
Jintang serta saudariku Rahmadani, Reski Rismadana dan Mulia Safitri yang selalu
memberi Do’a, semangat, dukungan dan kasih sayang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi hingga ke jenjang perguruan tinggi. Terima kasih juga
kepada Keluarga besar H. Radjulang yang telah membina dan membimbing saya
menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan, petunjuk, arahan dan masukan yang berharga dari berbagai
vi
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Hamdan Juannis, M.A., Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, beserta jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin Ahmad, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
3. Bapak Dr. Mashuri Masri, S.Si.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Biologi Fakulats
Sains dan Teknologi dan Bapak Hasyimuddin, S.Si., M.Si, selaku Sekretaris
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi.
4. Bapak Dr. Mashuri Masri, S.Si.,M.Kes dan ibu Eka Sukmawaty, S.Si., M.Si
selaku pembimbing I dan II. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
arahan dan bimbingannya selama penyusunan skripsi.
5. Ibu Isna Rasdianah Aziz, S.Si.,M.Sc selaku penguji I sekaligus pembimbing
akademik dan bapak Dr. Muhammad Shuhufi, S.Ag., M.Ag selaku penguji II.
Terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala kritik, saran dan arahan yang
membangun selama penyusunan skripsi.
6. Seluruh staf jurusan, staf akademik, terkhusus dosen Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi yang telah banyak membimbing dan membantu penulis
selama perkuliahan.
7. Untuk seluruh keluarga besar Biologi, terkhusus Angkatan 2015 “IMPULS” yang
telah bersama-sama menjalani metamorfosis. Terima kasih untuk semangat dan
do’a serta setiap moment terbaik yang telah kalian berikan.
vii
8. Spesial untuk teman seperjuanganku Sitti Rahma sari, Karyati Nur, Nasriah
Nasaruddin, Ika Rini Puspita, Irma, Irmawati, Nurbianti dan Besse Fatimah suka
dan duka hidup sebagai mahasiswa kita rasakan bersama dan selalu setia
menemani terima kasih telah membantu dan memberi saya semangat dalam
penelitian ini.
9. Untuk kakanda senior Afdalia S.Si, Sri Wahyuni S.Si dan Silfana Manan S.Si
yang selalu menemani dan memberi suport selama penelitian ini dan kakak-
kakak “LACTEAL” terima kasih telah menjadi panutan dan motivasi bagi saya
selama penelitian ini.
10. Kepada laboran Mikrobiologi Ibu Kurni yang selalu memberikan nasehat dan
arahan penulis dalam bekerja di laboratorium untuk melakukan penelitian guna
menyelesaikan tugas akhir, semoga Allah swt. selalu memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada beliau.
11. Terima kasih banyak penulis ucapkan kepada Kakak Ati yang sangat membantu
penulis dalam urusan surat-menyurat penelitian penulis, semoga Allah swt. selalu
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada beliau.
12. Terima kasih kepada adek adek angkatan 2016, 2017 dan 2018 atas semangat dan
motivasinya.
13. Kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala
keterbatasan, penulis hanya berdoa kepada Allah swt. agar rahmat dan hidayah-
Nya senantiasa terlimpah atas mereka.
viii
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa sebagai
manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa, sehingga dalam menyelesaikan skripsi
ini masih merasa banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diharapkan yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya hanya kepada
Allah-lah segalah sesuatu kembali dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis dan pembaca pada umumnya dan semoga Allah swt. senantiasa
memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua Aaaamiiinnn ya
robbal alamin.
Gowa, 06 Agustus, 2019
Penulis
Nur Afni
NIM: 60300115071
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v-viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix-x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
ASBSTRAK ..................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..................................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1-8
A. Latar Belakang .................................................................................... 1-5
B. Rumusan Masalah............................................................................... 5
C. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 5
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ............................................... 5-7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7-8
F. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................... 9-34
A. Tinjauan Ayat Yang Relevan ....................................................... 9-10
B. Tinjauan Umum Morfologi Tanaman Sorgum ............................ 10-15
C. Tinjaun Umum Bekatul Sorgum .................................................. 15-17
D. Tinjauan Umum Radikal Bebas ................................................... 17-21
E. Tinjauan Umum Aktivitas Antioksidan ....................................... 21-30
F. Tinjauan Umum Zat Ekstraktif ..................................................... 31-32
G. Kerangka Pikir ............................................................................. 33
H. Hipotesis ...................................................................................... 34
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 35-41
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .......................................................... 35
B. Pendekatan Penelitian .................................................................. 35
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 36
D. Defenisi Operasional Variabel ..................................................... 36
E. Instrumen Penelitian (Alat dan Bahan) ........................................ 36-37
F. Prosedur Kerja .............................................................................. 37-40
G. Analisis Data ................................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 42-53
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 42-45
B. Pembahasan .................................................................................. 46-53
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 54
A. Kesimpulan ................................................................................. 54
B. Saran ............................................................................................. 54
KEPUSTAKAAN ............................................................................................ 55-64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 65-73
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Kadar Fenol Total ........................................................................... 45
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas Antioksidan ............................................................ 45
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum ........................................................ 10
Gambar 2.2 Morfologi Biji Sorgum dan Bagiannya ........................................ 13
Gambar 2.3 Struktur Bekatul Sorgum .............................................................. 16
Gambar 2.4 Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan ................................. 30
Gambar 4.1 Bekatul Sorgum Kering ................................................................ 43
Gambar 4.2 Reaksi Reagen Folin-Ciocalteu dengan Senyawa Fenol .............. 48
Gambar 4.3 Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan ................................. 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Fenol Total .................................................................................... 65-67
Lampiran 2 Aktivitas Antioksidan Secara In Vitro ......................................... 67-71
Lampiran 3 Hasil Pengukuran Serapa Blanko ................................................. 71
Lampiran 4 Perhitungan IC50 ........................................................................... 71-72
Lampiran 5 Kurva Hubungan Konsentrasi Vitamin C dengan % Pengikatan
DPPH. ......................................................................................... 72-73
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 74-76
xiv
ABSTRAK
Nama : Nur Afni
NIM : 60300115071
Judul Skripsi :Aktivitas Antioksidan Zat Ekstraktif Bekatul Sorgum
(Sorghum bicolor L.) Varietas Super 2 Secara In Vitro
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman pangan penting kelima
setelah padi, gandum, jagung dan barley. Sedangkan di Indonesia menganggap
sorgum sebagai tanaman sereal pangan ke tiga setelah padi dan jagung. Pemanfaatan
sorgum sebagai bahan pangan, pakan dan industri dikarenakan kaya akan komponen
pangan fungsional. Namun adanya kandungan tanin yang menyebabkan sorgum
memiliki rasa agak pahit “sepet” sehingga diperlukan pengolahan dengan cara
menghilangkan kulit biji sorgum dengan menggunakan alat penyosoh. Bekatul
sorgum memiliki kemampuan sebagai antioksidan karena memiliki kandungan
senyawa kimia seperti antosianin dan tanin yang cukup tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kadar fenol total ekstrak bekatul dan untuk menguji
aktivitas antioksidan ekstrak bekatul dengan pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan
secara in vitro dengan menggunakan metode 1,1-diphenyl-2-plerylhdrazyl (DPPH).
Hasil penelitian menunjukkan, kadar fenol total yang tertinggi adalah ekstrak bekatul
etil asetat dengan kadar fenol total 25,08 mg, disusul ekstrak bekatul etanol dengan
kadar fenol total 19,76 mg dan terendah ekstrak bekatul n-heksan dengan kadar fenol
total 14,50 mg. Sedangkan aktivitas antioksidan ekstrak bekatul etanol dengan nilai
IC50 98,28 ppm, ekstrak bekatul etil asetat dengan nilai IC50 125,69 ppm dan ekstrak
bekatul n-heksan dengan nilai IC50 167,44 ppm.
Kata kunci : Antioksidan, Bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.), DPPH, Fenol total.
xv
ABSTRACT
Name : Nur Afni
NIM : 60300115071
Title of Thesis :The Antioxidant Activity of Extractive Substances of
Sorghum Bran (Sorghum bicolor L.) Super Variety 2 In
Vitro
Sorghum (Sorghum bicolor L.) is the fifth important food crop after rice,
wheat, corn and barley. While in Indonesia, sorghum is considered as the third food
real crop after rice and corn. Utilization of sorghum as food, feed and industry due to
the rich components of functional food. However, the content of tannis which causes
the sorghum has asomewhat bitter taste “sepet” so a treatment is needed whith how
to remove skin of grain sorghum by using a vacuuming device. Sorghum bran has the
ability as an antioxidant because it contains chemical compounds such as antho
cyanins and tannins that are quite high. This study aimed to determine the total
phenol content of bran extract with ethanol, ethyl acetate and n-hexane solvents in
vitro using the 1,1diphenyl-2-plerylhdrazyl (DPPH) method. The results show that
the highest total phenol content is ethyl acetate bran extract with a total phenol
content of25,08 mg, follow by ethanol bran extract with a total phenol content of
19,76 mg and the lowest n-heksane bran extract with a total phenol content of 14,50
mg. While the antioxidant activity of ethanol bran extract with IC50 value of 98,28
ppm, ethyl acetate bran extract with IC50 value 125,69 ppm, and n-hexane bran
extract with IC50 value 167,44 ppm.
Key words : The Antioxidant, Sorghum Bran (Sorghum bicolor L.), DPPH, Total
Phenol.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah swt. yang
dianugerahkan kepada makhluk-Nya yang lain yang berada di permukaan bumi untuk
dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam melangsungkan kehidupan.
Dalam firman Allah swt. QS. Yunus/ 10:24.
$ yϑ̄Ρ Î) ã≅ sWtΒ Íο 4θ u‹ys ø9 $# $ u‹÷Ρ ‘‰9 $# > !$ yϑx. çµ≈ uΖø9 t“Ρ r& z ÏΒ Ï !$ yϑ¡¡9 $# xÝn=tG÷z$$ sù ϵÎ/ ßN$ t6tΡ
ÇÚ ö‘ F{ $# $ £ϑÏΒ ã≅ ä.ù' tƒ â¨$ ¨Ζ9 $# ÞΟ≈ yè÷Ρ F{ $#uρ ∩⊄⊆∪
Terjemahnya:
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu hanya seperti air (hujan)
yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur
(karena air itu), diantaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak
(Kementerian Agama RI, 2009).
Dalam Tafsir Jalalalin menjelaskan bahwa (Sesungguhnya perumpamaan)
gambaran (kehidupan duniawi itu adalah seperti air) hujan (yang Kami turunkan dari
langit lalu tumbuhlah berkat air itu dengan suburnya) oleh sebab air itu (tanaman-
tanaman bumi) sehingga sebagian di antaranya tampak bersatu dengan sebagian yang
lain karena rimbunnya (di antaranya ada yang dimakan manusia) berupa biji jawawut,
biji gandum dan lain sebagainya (dan binatang ternak) yaitu berupa rerumputan dan
dedaunan (asy-Syuyuthi, 2010).
2
Adapun hubungan ayat terkait dengan penelitian yaitu kehidupan dunia
berasal dari air yang menumbuhkan tanaman yang ada di bumi yang dapat dijadikan
makanan bagi manusia maupun hewan sehingga dapat berkembang biak dan dapat
melanjutkan kehidupan di bumi, serta air merupakan senyawa utama yang sangat
berperan penting di dalam tubuh makhluk hidup seperti halnya tanaman sorgum
(Sorghum bicolor L.) walaupun tidak banyak membutuhkan air untuk tumbuh namun
jika tidak ada air maka sorgum pun tidak dapat memenuhi nutrisi pertumbuhannya.
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu tanaman pangan selain
padi. Pada daerah tropis setengah kering seperti Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Sorgum merupakan tanaman pangan kelima setelah padi, gandum, jagung, dan barley
(FSD 2003, Reddy et al. 2007). Sedangkan di Indonesia sorgum sebagai tanaman
sereal pangan ke tiga setelah padi dan jagung (Suarni, 2012).
Saat ini Balai Penelitian Tanaman Serealia, unit kerja di bawah payung
koordinasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yang terletak di
Maros, Sulawesi Selatan mengembangkan lagi sorgum varietas super 2 yang
merupakan salah satu varietas unggul sorgum manis, varietas ini digadang-gadang
dapat menjadi alternatif sumber bahan baku bioetanol di dalam negeri, di samping
fungsi lainnya sebagai sumber pangan dan hijauan untuk pakan ternak. Sorgum
super-2 yang dikembangkan dari galur introduksi ICRISAT (International Crops
Research Institute for the Semi-Arid Tropics) dapat menghasilkan biji mencapai 6
t/ha dan potensi kandungan nira lebih dari 17% skala brix. Varietas ini pada kondisi
pertanaman optimal mampu menghasilkan bioetanol antara 8000-9000 l/ha. Di
3
samping itu, varietas ini juga memiliki keunggulan tambahan pada biomassa yang
dihasilkannya yaitu mencapai lebih dari 30 t/ha. Dibarengi dengan ketahanannya
terhadap sejumlah hama penyakit utama seperti kutu daun, antraknosa, karat daun,
dan hawar daun. Sorgum varietas 2 cukup menjanjikan untuk dikembangkan secara
luas dalam memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri (Litbang, 2013).
Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan, pakan, dan industri dikarenakan
kaya akan komponen pangan fungsional seperti beragamnya antioksidan, unsur
mineral terutama Fe, serat, oligosakarida, dan β-glukan juga termasuk komponen
karbohidrat non starch polysaccharides (NSP) yang terkandung dalam biji sorgum
(Suarni, 2012). Akan tetapi, sorgum kurang diminati dibanding tanaman pangan
lainnya karena memiliki rasa yang kurang enak dan agak pahit ”sepet”. Rasa pahit ini
disebabkan karena kandungan tanin yang tinggi pada kulit biji atau disebut bekatul
pada sorgum. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dengan cara menghilangkan
kulit biji sorgum (Suarni, 2004) atau dikenal dengan istilah disosoh dengan alat
penyosoh (Widowati, dkk., 2010).
Sorgum memiliki komponen bioaktif seperti asam fenolik, flavonoid dan
kondensat tanin yang memiliki fungsi sebagai penangkal atau memperlambat reaksi
radikal bebas atau bersifat antioksidan (Awika, 2004). Pada biji sorgum terdapat dua
jenis pigmen yaitu karoten dan polifenol. Senyawa polifenol terdiri dari empat
senyawa yaitu flavonoid, antosianin, leukoantosianin dan tanin. Senyawa polifenol
tersebut terdapat pada lapisan epikarp, endokarp dan testa dimana semua senyawa
tersebut memiliki aktivitas antioksidan (Rooney, 2005).
4
Sorgum memiliki kandungan tanin dari golongan polifenol dengan ciri-ciri
terdapat cincin aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol
terdiri atas ribuan senyawa, meliputi flavonoid, fenilpropanoid, asam fenolat,
antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang tersebar luas pada
berbagai jenis tumbuhan (Harbone, 1996). Beberapa varietas sorgum mengandung
senyawa tanin dan fenol-fenol lain yang terkonsentrasi pada bekatul dan merupakan
sumber alami antioksidan untuk pangan.
Antioksidan berfungi untuk menghambat reaksi oksidasi dalam sel dengan
mengikat radikal bebas yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Sebenarnya
tubuh dapat menghasilkan sendiri antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas
seperti enzim SOD (superoksida dismutase), glutionin, dan katalase (Prakash, 2001).
Tetapi jumlahnya sangat sedikit sehingga tubuh manusia membutuhkan tambahan
antioksidan dari luar (Rahardjo, 2005).
Banyak produk antioksidan yang beredar di pasaran umumnya adalah
antioksidan sintetis dengan harga yang cukup mahal. Antioksidan sintetis dapat
berupa butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluene (BHT), propel galar (PG),
dan tetrabutil hidrokuinon (TBHQ) (Rosalia, 2014). Namun, penggunaan antioksidan
sintetik dikhawatirkan dapat bersifat karsinogenik dan toksik sehingga tidak
digunakan sebagai bahan terapi (Wahdaningsi dkk, 2011; Foyosiro dkk, 2006). Hal
ini mengakibatkan semakin berkembangnya penelitian untuk menemukan sumber
antioksidan alami. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai
5
aktivitas antioksidan dari bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) secara in vitro yang
diharapkan dapat menjadi alternatif bahan antioksidan alami.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa kadar fenol total ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan bekatul sorgum
(Sorghum bicolor L.)?
2. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan
bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) secara in vitro dengan menggunakan
metode DPPH?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Bekatul sorgum varietas super 2 diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman
Serealia Maros.
2. Pelarut yang digunakan yaitu pelarut polar seperti etanol, pelarut semi polar
seperti etil asetat dan pelarut non polar seperti n-heksan.
D. Kajian Pustaka
Adapun kajian pustaka atau penelitian terdahulu yang bersifat
membandingkan penelitian ini adalah:
6
1. Choirun, Nisa, F (2010), dalam penelitiannya yang berjudul ekstraksi
antioksidan alami dari sorgum lokal varietas cokelat serta peningkatan
aktivitasnya dengan perkecambahan dan gelombang mikro. Hasil
penelitiannya yaitu hasil langkah pertama menunjukkan bahwa pengobatan
terbaik digiling gandum diperoleh dari etanol dengan kandungan fenolik
100,28 mg/g, kandungan antosianin 28,34 ppm, kandungan tocopherol 2,24
mg/mL, antioksidan aktivitas 95,96%, dan hasil 10,105%. Perlakuan terbaik
pada dedak diperoleh dari metanol dengan kandungan fenolik 89,74 mg/g,
kandungan antosianin 50,70 ppm, isi tokoferol 10,55 mg/mL, aktivitas
antioksidan 97,15%, dan hasil 9,02%. Hasil dari penelitian langkah kedua
menunjukkan bahwa perkecambahan telah signifikan terpengaruh (α = 0,05)
aktivitas antioksidan dan ekstrak hasil. Ekstrak dikarakterisasi oleh kandungan
fenolik 108,67 mg/g, kandungan antosianin 35,80 ppm, kandungan tocopherol
2,97 mg/mL, aktivitas antioksidan 98,00%, dan hasil 16,94%. Sementara
microwave telah secara signifikan mempengaruhi (α = 0,05) konten tokoferol,
aktivitas antioksidan, dan hasil ekstrak. Karakteristik produk adalah konten
fenolik 113,71 mg/g, kandungan antosianin 48,68 ppm, kandungan tokoferol
17,40 mg/mL ekstrak, aktivitas antioksidan 98,71%, dan hasil 12,47%.
2. Syaifuddin (2015), dalam penelitiannya yang berjudul uji aktivitas
antioksidan bayam merah (Alternanthera amoena voss.) segar dan rebus
dengan metode DPPH (1,1 –diphenyl-2-picylhydrazyl). Hasil penelitiannya
yaitu hasil penelitian menunjukkan nilai ekstrak daun bayam merah segar
7
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi yaitu sebesar 4.32 µg/mL
dibandingkan dengan ekstrak daun bayam merah rebus 3 menit sebesar 7.09
µg/ml dan rebus 5 menit sebesar 8.38 µg/mL.
3. Dewi Tristantini, dkk (2016), dalam penelitiannya yang berjudul pengujian
aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH pada daun tanjung
(Mimusops elengi L.). Hasil penelitiannya yaitu ekstrak daun Mimusops elengi
L yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi atau bernilai IC50 terendah
adalah daun Mimusops elengi L. yang di ekstraksi dengan variasi waktu 45
menit yaitu sebesar 10,6.
4. Lestari Rahayu (2014), dalam penelitiannya yang berjudul uji toksisitas akut,
aktivitas antioksidan in vitro dan efek rebusan bunga kemboja merah
(Plumeria rubra L.) terhadap kadar malondialdehid. Hasil penelitiannya yaitu
pengujian diperoleh nilai LD50 rebusan bunga kamboja adalah > 15 g/kg bb.
Aktivitas antioksidan secara in vitro menunjukkan bahwa nilai IC50 rebusan
bunga kemboja merah sebesar 36,96 µg/mL. Aktivitas antioksidan rebusan
bunga kemboja merah lebih kecil dari pada vitamin C (IC50 5,89 µg/mL).
E. Tujuan Penelitian
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kadar fenol total ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan
bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.).
8
2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan
bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) secara in vitro dengan menggunakan
metode DPPH.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan dijadikan bahan penelitian skripsi
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dalam ilmu biologi.
2. Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat untuk beralih dari
antioksidan sintetik ke antioksidan alami.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemanfaatan bekatul
sorgum sebagai antioksidan.
4. Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian selanjutnya.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Ayat yang Relevan
Terdapat banyak jenis tanaman yang diciptakan oleh Allah swt. untuk
menjadikan manusia berfikir bagaimana cara memanfaatkan tanaman tersebut, seperti
tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) yang termasuk tanaman biji-bijian yang kaya
akan manfaat bagi makhluk ciptaan Allah swt. Akan tetapi, tidak terlalu dilirik oleh
masyarakat karena rasa sepat pada bijinya.
Berikut ini firman Allah swt. QS. Sad/ 38: 27.
$ tΒ uρ $uΖø)n=yz u !$ yϑ¡¡9 $# uÚö‘ F{ $# uρ $tΒ uρ $ yϑåκs]÷�t/ Wξ ÏÜ≈ t/ 4 y7 Ï9≡sŒ ÷ sß tÏ% ©!$# (#ρã� x�x. 4 ×≅÷ƒ uθ sù t Ï%©#Ïj9
(#ρã� x�x. z ÏΒ Í‘$ ¨Ζ9 $# ∩⊄∠∪
Terjemahnya:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara
keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-
orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka (Kementerian Agama RI,
2009).
Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa (Dan Kami tidak menciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan batil) dengan main-
main. (Yang demikian itu) yakni penciptaan hal tersebut tanpa hikmah (adalah
anggapan orang-orang kafir) dari penduduk Mekah (maka neraka Waillah) Wail
adalah nama sebuah lembah di neraka (bagi orang-orang yang kafir karena mereka
akan masuk neraka.) (asy-Syuyuthi, 2010).
10
Adapun hubungan ayat terkait dengan penelitian yaitu Allah swt. telah
menciptakan berbagai macam jenis tumbuhan yang baik dan sebagian dari tumbuhan
itu pasti ada manfaat dan kelebihannya, maka dari itu diperlukan orang-orang yang
mau memperhatikan dan mencari tau manfaat dari tumbuh-tumbuhan tersebut.
Sebenarnya, jika mereka bersedia merenungi dan mengamati hal itu, niscaya mereka
akan mendapatkan petunjuk. Kamilah yang mengeluarkan dari bumi ini beraneka
ragam tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan manfaat. Dan itu semua hanya dapat
dilakukan oleh Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
B. Tinjauan Umum Morfologi Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor L. )
Gambar 2.1. Morfologi tanaman sorgum (Sorghum bicolor L.) (Zubair, 2016).
Tanaman sorgum merupakan tanaman biji berkeping satu, tidak membentuk
akar tunggang dan perakaran hanya terdiri atas akar lateral. Sistem perakaran sorgum
terdiri atas akar-akar seminal yaitu akar-akar primer pada dasar buku pertama pangkal
batang, akar sekunder dan akar tunjang terdiri atas akar koronal yaitu akar pada
pangkal batang yang tumbuh ke arah atas dan akar udara yaitu akar yang tumbuh di
11
permukaan tanah. Tanaman sorgum dua kali lebih banyak membentuk perakaran
sekunder dari pada tanaman jagung. Ruang tempat tumbuh akar lateral mencapai
kedalaman 1,3-1,8 m, dengan panjang mencapai 10,8 m. Sebagai tanaman yang
termasuk kelas monokotiledon, sorgum mempunyai sistem perakaran serabut
(Artschwanger, 1948, Singh et al, 1997, Rismunandar, 2006).
Batang tanaman sorgum merupakan rangkaian berseri dari ruas (internodus)
dan buku (nodus), serta tidak memiliki kambium. Pada bagian tengah batang terdapat
seludang pembuluh yang diselubungi oleh lapisan keras (sel-sel parenkim). Tipe
batang bervariasi dari solid, kering hingga sukulen dan manis. Jenis sorgum manis
memiliki kandungan gula yang tinggi yang terdapat pada batang gabusnya, sehingga
dapat berpotensi dijadikan sebagai bahan baku gula sebagaimana halnya tebu (Hunter
and Anderson, 1997, Hoeman, 2012). Bentuk batang tanaman sorgum yaitu silinder
dengan diameter pada bagian pangkal berkisar antara 0,5-5,0 cm. Tinggi batang
bervariasi, berkisar antara 0,5-4,0 m, bergantung pada varietas (House, 1985,
Arthswager, 1948, du Plessis, 2008).
Pada beberapa varietas sorgum, pada bagian batang dapat menghasilkan tunas
baru yang akan membentuk percabangan atau anakan dan dapat tumbuh menjadi
individu baru selain batang utama (House, 1985). Ruas batang sorgum bersifat
gemmiferous, pada setiap ruas terdapat satu mata tunas yang bisa tumbuh sebagai
anakan atau cabang. Tunas yang tumbuh pada ruas yang terdapat di permukaan tanah
akan tumbuh sebagai anakan baru, sedangkan tunas yang tumbuh pada batang bagian
atas menjadi cabang (Arthswager, 1948). Pertumbuhan tunas atau anakan bergantung
12
pada varietas dan lingkungan tumbuh tanaman sorgum. Pada suhu kurang dari 180 oC
dapat memicu munculnya anakan pada fase pertumbuhan daun ke-4 sampai ke-6.
Tanaman sorgum tahunan mampu menghasilkan anakan 2-3 kali lebih banyak dari
sorgum semusim. Kemampuan menghasilkan anakan dan tunas lebih banyak
menjadikan tanaman sorgum bisa dipanen untuk kemudian di ratun (Hunter and
Anderson, 1997, du Plessis, 2008). Cabang pada tanaman sorgum umumnya tumbuh
bila batang utama rusak. Banyaknya cabang dan anakan dapat dipengaruhi dari segi
varietas, jarak tanam dan kondisi lingkungan (Arthswager, 1948).
Tanaman sorgum mempunyai daun yang berbentuk pita, dengan struktur
terdiri atas helai daun dan tangkai daun. Posisi daun terdistribusi secara berlawanan
sepanjang batang dengan pangkal daun yang menempel pada ruas batang. Panjang
daun sorgum rata-rata 1 m dengan penyimpangan 10-15 cm dengan lebar 5-13 cm
(Arthswager, 1948, House, 1985). Banyaknya daun bervariasi antara 7-40 helai,
bergantung pada varietas (Arthswager, 1948, Martin 1970, Gardner et al, 1981).
Rangkaian bunga sorgum terdapat pada malai di bagian ujung tanaman.
Sorgum merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya dapat dipicu oleh
periode penyinaran pendek dan suhu tinggi (Pedersen et al, 1998). Bunga sorgum
merupakan bunga dengan tipe panicle atau malai (susunan bunga di tangkai) (Hunter
and Anderson, 1997). Struktur bunga sorgum terdiri atas tangkai malai (peduncle),
malai (panicle), rangkaian bunga (raceme) dan bunga (spikelet).
Biji sorgum yang merupakan bagian dari tanaman memiliki ciri-ciri fisik
berbentuk bulat (flattened spherical) dengan berat 25-55 mg (Dicko et al, 2006). Biji
13
sorgum berbentuk butiran dengan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Berdasarkan bentuk
dan ukurannya, sorgum dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu biji berukuran
kecil (8-10 mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35 mg). Biji sorgum tertutup
sekam dengan warna cokelat muda, krem atau putih, bergantung pada varietas
(Mudjisihono dan Suprapto, 1987). Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
lapisan luar (coat), embrio (germ), dan endosperm.
Bentuk/morfologi biji sorgum dijelaskan dengan Gambar 2.2.
S.A=Stylar area/bagian ujung, E.A=Embryonic axis/inti embrio,
S=Scutellum/Sekutelum.
Gambar 2.2. Morfologi biji sorgum dan bagiannya (Earp et al, 2004).
Biji sorgum terdiri atas 3 bagian utama yaitu lapisan luar (perikrap dan testa),
endosperma (storage tissue) dan germ (embryo). Testa merupakan lapisan zat warna
yang terletak antara kulit biji dan endosperma. Ketebalan testa bervariasi tergantung
dari varietasnya yang berkisar antara 10-140 mikron. Dalam lapisan testa tersebut
14
terdapat senyawa polifenol yang disebut juga tanin, dalam kadar tinggi serta dapat
menurunkan nilai gizi biji sorgum (Mudjisihono, 1990).
Pada bagian lapisan luar biji sorgum terdiri atas hilum dan perikarp yang
mengisi 7,3-9,3% dari bobot biji (du Plessis, 2008), hilum terletak pada bagian dasar
biji. Hilum ini akan berubah warna menjadi gelap atau hitam pada saat biji sudah
memasuki fase masak secara fisiologis (House, 1985). Sedangkan perikarp terdiri atas
lapisan mesokarp dan endocarp. Mesokarp merupakan lapisan yang terletak ditengah
dan cukup tebal, berbentuk poligonal, dan mengandung sedikit granula pati.
Endokarp tersusun atas sel yang melintang yang berbentuk tabung, yang terletak pada
endokarp yang terdapat testa dan aleuron. Pada lapisan inilah terdapat senyawa
fenolik (Dicko et al, 2005, du Plessis, 2008).
Klasifikasi sorgum adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Sorgum
Spesies : Sorghum bicolor (Tjitrosoepomo, 2000).
Sorgum termasuk ke dalam divisi Magnoliophyta (tanaman berbunga dan
berbiji tertutup), kelas Monocotyledoneae (tumbuhan biji berkeping satu), ordo
Poales yang bercirikan melalui bentuk tanaman ternal dengan siklus hidup semusim,
15
familia Poaceae atau Gramineae, yaitu tergolong tumbuhan rumput-rumputan dengan
karakteristik batang berbentuk silinder dengan buku-buku yang terlihat jelas dan
genus Sorgum (Tjitrosoepomo, 2000).
Sorgum varietas super-2 adalah galur asal ICRISAT yang juga merupakan
varietas unggul yang telah dilepas oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia pada tahun
2013 dengan ciri penampilan tanaman yang tinggi (2,3 m). Varietas ini tahan rebah
karena memiliki batang yang kokoh, dengan potensi hasil biji 6,3 t/ha, kadar gula brix
12,65%, potensi etanol 4.119 liter/ha, dan potensi biomas 39,30 t/ha (Aqil, 2013).
Kegunaan sorgum tidak hanya terbatas sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pangan dan pakan, seperti sorgum manis dari nira batangnya yang dapat
digunakan dalam industri gula. Biji sorgum dapat diproses menjadi bioetanol yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin. Pati dari biji sorgum juga dapat
digunakan sebagai bahan baku industri sedangkan biomas hasil panen yang berupa
limbah juga dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk biogas. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tanaman sorgum memiliki multifungsi yang selama ini
terabaikan dan dilupakan.
C. Tinjauan Umum Bekatul Sorgum
Bekatul (bran) merupakan hasil penyosohan kedua yang terdiri dari lapisan
sebelah dalam dari biji sorgum. Lapisan tersebut terdiri dari lapisan aleuron,
endosperm dan embrio sehingga bekatul memiiki tekstur yang halus (Islam et al,
2011).
16
Gambar 2.3. Struktur bekatul sorgum (Islam et al, 2011)
Bekatul mempunyai beberapa kandungan seperti air, protein, lemak, abu,
serat kasar dan selulosa. Kandungan pati yang terdapat pada bekatul diperoleh dari
bagian endosperma yang terbawa pada proses penyosohan. Kandungan pati tersebut
akan meningkat dengan semakin banyaknya tahap penyosohan yang dilakukan
(Damayanthi, 2007). Selain memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap, bekatul
juga mengandung senyawa fitokimia khususnya antioksidan sehingga bekatul dapat
berpotensi sebagai sumber pangan antioksidan. Fungsi Gamma-oryzanol sebagai
antioksidan dalam tubuh. Terdapat juga Senyawa lainnya, seperti senyawa fenolik
tricin dan tokoferol yang dapat berfungsi sebagai penghambat kanker.
Bekatul mengandung beberapa senyawa antioksidan seperti asam lemak tak
jenuh yang larut dalam lemak yaitu tokoferol, tokotrienol dan oryzanol. Tokoferol
dan tokotrienol adalah komponen pembentuk vitamin E yang termasuk antioksidan
kuat. Vitamin E diketahui berfungsi sebagai pemecah rantai antioksidan yang
mencegah propagasi dari reaksi radikal bebas. Tokotrienol telah dilaporkan terlibat
dalam aktivitas anti kanker. Adanya gugus hidroksil pada struktur kimia α-tochoferol
memberikan kemampuan untuk mendonorkan proton kesenyawa radikal bebas
17
sehingga dapat berperan sebagai antioksidan (Mumpuni dan Ayustaningwarno,
2013). Oryzanol termasuk kelompok ester asam ferulat dalam alkohol trierpen dan
fitosterol yang merupakan antioksidan yang sangat kuat bahkan empat kali lebih
efektif dalam menghentikan oksidasi dalam jaringan tubuh dibanding vitamin E
dengan cara kerja mencegah ikatan radikal bebas (Patel dan Naik, 2004).
D. Tinjauan Umum Radikal Bebas
Radikal bebas atau sering juga disebut Reactive Oxygen Species (ROS)
berasal dari Bahasa latin radicalis adalah bahan kimia yang dapat berupa atom
maupun molekul yang tidak memeliki elektron berpasangan pada lapisan luarnya.
Sifat dari radikal bebas adalah sangat reaktif dan memiliki waktu paruh yang sangat
cepat. Radikal bebas akan segera bereaksi dengan cepat dengan mengambil elektron
molekul disekitarnya (Arief, 2012). Radikal bebas dapat merusak jaringan normal
terutama apabila jumlahnya terlalu banyak. Akibat dari radikal bebas dalam jumlah
besar adalah gangguan produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, pembuluh
darah, produksi prostaglandin, kerusakan sel dan mengurangi kemampuan sel untuk
beradaptasi terhadap lingkungannya. Kadar Reactive Oxygen Species (ROS) yang
tinggi menyebabkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah dan
akibatnya timbul atherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner
(Pratiwi, 2010).
Radikal bebas adalah salah satu bentuk senyawa reaktif yang secara umum
dapat diketahui sebagai senyawa yang mempunyai elektron yang tunggal di kulit
18
terluarnya (Winarsi, 2007). Radikal bebas memiliki peran penting pada saat
terjadinya arterosklerosis, penyakit jantung koroner, stroke, kanker, gagal ginjal, dan
proses penuaan manusia (Kumalaningsih, 2006; Youngson, 2005). Meskipun
manusia juga dapat memproduksi senyawa-senyawa yang dapat berperan aktif dalam
mengatasi radikal bebas, seperti enzim SOD (superoksida dismutase), glutathione,
dan katalase, namun jumlahnya seringkali tidak mencukupi. Oleh sebab itu
dibutuhkan asupan makanan yang banyak mengandung antioksidan seperti vitamin C,
E, betakaroten, maupun antioksidan fitokimia dari golongan fenolik, sehingga dapat
melindungi dari serangan radikal bebas. Sumber antioksidan alami ini dapat diperoleh
dari buah-buahan dan sayur-sayuran (Kumalaningsih, 2006).
Radikal bebas merupakan molekul yang mengandung satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan dan suatu molekul akan tetap stabil bila elektronnya
berpasangan. Sumber radikal bebas yaitu dapat berasal dari tubuh makhluk hidup itu
sendiri sebagai akibat aktivitas tubuh (Percival, 1996 dalam Beksono, 2014). Ada 2
sumber radikla bebas yaitu radikal bebas internal seperti fagosit, peroksisom,
iskemik, jalur arakidonat dan inflamasi sedangkan radikal bebas eksternal seperti
polusi udara, lapisan UV, merokok, ozon, penggunaan obat-obatan, radiasi, pestisida
dan anestesi. Tidak hanya dampak negatif yang disebabkan radikal bebas namun,
dapat menimbulkan dampak positif apabila jumlah radikal bebas di dalam tubuh tidak
berlebih atau stabil maka radikal bebas dapat berperan sebagai apoptosis sel,
fosforelasi oksidatif dan dapat membunuh mikroorganisme (Supari, 1996).
19
Umumnya radikal bebas diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses
fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Radikal bebas dalam
kadar normal dibutuhkan untuk perkembangan sel dan juga membantu sel darah putih
atau leukosit untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam
tubuh. Oleh sebab itu, radikal bebas juga berperan dalam sistem imun dalam tubuh
manusia. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan
yang disebut stress oxidative maka akan mengganggu kerja sistem imun. Sistem imun
yang lemah dapat ditemukan pada perokok baik aktif maupun pasif, hal ini
disebabkan pembakaran asap rokok yang menghasilkan radikal bebas berkali-kali
lipat dibandingkan dengan radikal bebas pada metabolisme tubuh pada keadaan
normal. Seacara alami dalam tubuh manusia telah memiliki mekanisme pertahan
terhadap radikal bebas, yaitu antioksidan endegon intrasel yang terdiri atas enzim-
enzim yang disintesis oleh tubuh seperti Superoksida dismutase (SOD), katalase dan
glutation peroksidase (Venkataraman et al, 2004).
Penyebab radikal bebas terjadi di dalam tubuh, misalnya sebagai akibat
kurang sempurnanya reduksi oksigen dalam rantai transpor elektron di mitokondria.
Penyebab lain radikal bebas bisa terjadi dari luar tubuh yaitu adanya polusi, radiasi,
zat kimia tertentu yang berasal dari makanan dan obat-obatan yang dapat masuk ke
dalam tubuh manusia (Langseth, 1995).
Radikal bebas dapat mengakibatkan kerusakan jaringan yang dipicu oleh
terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Kemampuan radikal bebas yang sangat
berbahaya dengan menyerang sel-sel tubuh yang sehat dan dapat menyebabkan
20
kerusakan dalam struktur fungsi. Meskipun radikal bebas dapat menimbulkan
berbagai bahaya, namun dapat dikontrol oleh senyawa yang menguntungkan dengan
adanya senyawa antioksidan alami. Antioksidan alami mampu menstabilkan atau
menonaktifkan radikal bebas sebelum dapat menyerang sel-sel sehat. Antioksidan
yang dapat dihasilkan oleh tubuh memiliki keterbatasan sehingga perlu adanya suplai
antioksidan dari luar tubuh. Antioksidan yang bersumber dari luar tubuh yang bersifat
alami salah satunya berasal dari tanaman. Sedangkan radikal bebas bersumber dari
mitokondria, NADPH oksidase dan 5-lipoksigenase (Nawaly, 2013).
Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas melalui tahapan
reaksi yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Pada tahap inisiasi merupakan tahap
dimulainya produksi asam lemak radikal. Dimana terjadi serangan radikal bebas
umumnya proses oksigen reaktif (OH) terhadap partikel lipid dan menghasilkan air
(H2O) dan asam lemak radikal (Setiawan dkk, 2007). Pada tahap propagasi, asam
lemak radikal yang dihasilkan dari proses inisiasi bersifat sangat tidak stabil dan
mudah bereaksi dengan molekul oksigen dan akan menghasilkan suatu peroksi
radikal asam lemak. Bahan ini juga ternyata bersifat tidak stabil dan kemudian
bereaksi dengan asam lemak bebas lainnya untuk menghasilkan asam lemak radikal
yang baru dan dapat menghasilkan peroksida lipid atau peroksida siklik bila bereaksi
dengan dirinya sendiri. Siklus ini berlanjut sedemikian rupa hingga memasuki tahap
terminasi (Yasa, 2013 ). Pada tahap terminasi, ketika suatu radikal bereaksi dengan
non radikal maka akan menghasilkan suatu radikal baru. Proses ini dinamakan
dengan mekanisme reaksi rantai. Reaksi radikal akan berhenti bila terdapat dua
21
radikal yang saling bereaksi dan menghasilkan suatu spesies non radikal. Hal ini
hanya dapat terjadi ketika konsentrasi spesies radikal sudah sedemikian tingginya
sehingga memungkinkan dua spesies radikal untuk saling bereaksi (Setiawan dkk,
2007 dan Yasa, 2013). Beberapa cara penghambatan reaktivitas radikal bebas
(Winarsi, 2007) yaitu:
a. Mencegah atau menghambat pembentukan radikal bebas yang baru.
b. Menginaktivikasi atau menangkap radikal bebas dan propagasi (pemutaran rantai).
c. Memperbaiki kerusakan yang dihasilkan oleh radikal bebas.
E. Tinjauan Umum Aktivitas Antioksidan
Pada zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali penyakit yang dapat
timbul yang disebabkan oleh stres oksidatif, seperti kanker, penyakit jantung koroner,
diabetes mellitus, dan stroke. Penyakit tersebut dapat terjadi disebabkan terjadinya
ketidak seimbangan antara pembentukan dan netralisasi radikal bebas. Bekatul kaya
akan antioksidan, sehingga dapat berpotensi sebagai penangkal radikal bebas (Arab,
dkk., 2011). Senyawa antioksidan yang terdapat pada bekatul dapat dikelompokkan
ke dalam 8 kelompok, yaitu asam fenolik, flavonoid, antosianin, proantosianin,
tokoferol, tokotrienol, λ-oryzanol dan asam fitat (Goufo dan Trindade, 2014).
Antioksidan merupakan suatu zat yang dapat menghambat reaksi oksidasi atau
mencegah pembentukan radikal bebas pada proses oksidasi. Antioksidan dapat
menjaga keseimbangan antara oksidan dan antioksidan dalam tubuh dan dapat
mencegah penyakit yang disebabkan oleh stres oksidatif atau ketidakseimbangan
22
antara oksidan dan antioksidan (Gerald, 1987). Antioksidan juga merupakan senyawa
pendonor elektron atau reduktan. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif sehingga dapat menghambat kerusakan sel (Rahayu, 2014).
Antioksidan dapat berupa antioksidan alami dan antioksidan buatan.
Antioksidan alami banyak terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan
hewani. Kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari
antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi salah satu alternatif
yang sangat dibutuhkan. Di Indonesia, terdapat banyak bahan pangan lokal yang
dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Namun, kurangnya publikasi
membuat hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui pangan lokal apa saja
yang mengandung antioksidan (Inggrid dkk, 2014).
Antioksidan merupakan zat yang dapat melawan pengaruh yang berbahaya
yang disebabkan oleh radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang
terbentuk sebagai hasil dari metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia
dan juga proses metabolik yang dapat terjadi di dalam tubuh. Hal ini berarti bahwa
antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda dan mencegah terjadinya reaksi
oksidasi radikal bebas pada lipid. Antioksidan berperan penting dalam mencegah
oksidasi radikal bebas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penuaan
dan karsinogenik (Mardiyah, dkk, 2014).
Menurut Nareswati (2007), menyatakan bahwa antioksidan diartikan sebagai
senyawa yang secara nyata dapat memperlambat oksidasi, walaupun dengan
23
konsentrasi yang cukup rendah. Husnah (2009), menyatakan bahwa antioksidan yang
terdapat pada bahan pangan dapat digunakan sebagai pertahanan mutu produk
pangan. Kerusakan yang dapat dihasilkan seperti ketengikan, perubahan warna dan
aroma, perubahan nilai gizi serta kerusakan fisik lainnya.
Antioksidan adalah substansi yang cukup penting yang mampu melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas. Dengan mengonsumsi antioksidan dalam jumlah
yang memadai sehingga mampu menurunkan resiko terkena penyakit degeneratif
seperti kardiovaskuler, aterosklerosis, kanker dan osteoporosis. Mengonsumsi
makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan sistem imun serta dapat
menghambat timbulnya penyakit degeneratif yang disebabkan oleh penuaan.
Terpenuhinya antioksidan secara optimal sangat dibutuhkan oleh semua golongan
usia (Winari, 2007).
Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non nutrisi yang dapat
terkandung dalam bahan pangan, dapat mencegah atau memperlambat terjadinya
kerusakan oksidatif yang dapat terjadi di dalam tubuh. Antioksidan juga merupakan
senyawa pemberi donor atau reduktan di dalam tubuh. Antioksidan dapat
menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif sehingga kerusakan sel yang dihasilkan dapat dicegah. Antioksidan
memiliki berat molekul kecil akan tetapi mampu menginvasi reaksi oksidasi dengan
cara mencegah terbentuknya radikal bebas (Winarsi, 2007).
Antioksidan dapat bersumber dari makanan yang dikonsumsi, baik secara
alami maupun secara sintesis. Secara umum, berdasarkan sumbernya antioksidan
24
dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu antioksidan endogen dan antioksidan
eksogen (Percival, 1998).
Dalam keadaan normal, secara fisiologis sel dapat memproduksi radikal bebas
sebagai akibat reaksi biokimia di dalam metabolisme sel aerob. Secara alami tubuh
dapat memiliki sistem imun terhadap radikal bebas yaitu antioksidan endogen intrasel
yang dapat terdiri dari enzim-enzim yang disintesis oleh tubuh seperti Superoksida
dismutase (SOD), glutation peroksidase dan katalase. Di dalam tubuh harus terdapat
antioksidan dalam jumlah yang berlebihan, sehingga fungsi dari enzim-enzim sebagai
antioksidan endogen dapat menurunkan aktivitasnya (Afifah, 2015).
Antioksidan eksogen dapat dibedakan menjadi antioksidan alami dan
antioksidan sintetik. Antioksidan alami diperoleh dari ekstraksi bahan alami,
sedangkan antioksidan sintetik dapat diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia
(Muawwanah, dkk, 1997). Antioksidan sintetik saat ini sering digunakan pada bahan
pangan seperti butylated hydroxytoluene (BHT), butylated hydroxyanisole (BHA),
nordihi droquairetic acid (NDGA) dan propyl gallate (PG) (Pramesti, 2013).
Penggunaan antioksidan sintetik pada setiap bahan pangan harus terkontrol dengan
baik, karena apabila memakainya terlalu berlebihan maka antioksidan tidak berfungsi
sebagaimana mestinya akan berubah menjadi racun di dalam tubuh kita (Maulida,
2007).
Efek samping yang dikhawatirkan dapat dihasilkan dari antioksidan sintetik
akan menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif. Antioksidan alami mampu
melindungi tubuh dari kerusakan akibat senyawa oksigen reaktif, dapat menghambat
25
terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat peroksidasi lipid pada
makanan. Pengembangan antioksidan alami sangat dibutuhkan untuk memperoleh
antioksidan yang lebih aman dikonsumsi pada penderita gangguan fungsi hati, hamil
dan menyusui serta gangguan ginjal. Sehingga obat tradisonal seperti bakteri endofit
yang berasal dari tanaman dapat memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh obat-
obatan sintesis kimia, yaitu mengakibatkan efek samping yang lebih ekonomi dan
relatif kecil (Sunarni, 2005).
Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa antioksidan alami
memiliki aktivitas antioksidan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan antioksidan
sintetik, hal itu terbukti karena antioksidan alami mulai meningkat dalam
penggunaanya serta menggantikannya sebagai antioksidan sintetik. Secara
toksikologi antioksidan alami lebih alami lebih aman dikonsumsi serta lebih mudah
diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintetik (Paiva, 1999).
Di dalam tubuh manusia memiliki sistem antioksidan untuk mencegah
reaktivitas radikal bebas yang secara kontinyu yang dapat dibentuk oleh tubuh.
Keruskan-kerusakan disebabkan oleh radikal bebas pada dasarnya disebabkan oleh
jumlah senyawa oksigen reaktif yang dapat melebihi jumlah antioksidan yang berada
di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sangat labil dan
akan mengambil elektron dari zat atau senyawa lain yang berada disekitarnya.
Pengambilan elektron akan mengakibatkan zat atau senyawa lain akan kehilangan
elektron, sehingga senyawa tersebut akan menjadi radikal. Sebetulnya radikal bebas
sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologis di dalam tubuh,
26
terutama untuk transportasi elektron. Akan tetapi radikal bebas yang berlebihan juga
dapat membahayakan tubuh, karena dapat menyebabkan kerusakan makro molekul
dalam sel seperti DNA dan protein ( Julyasih, dkk, 2009).
Menurut Pratt dan Hudson (1990), senyawa-senyawa yang umumnya
terkandung di dalam antioksidan alami yaitu fenol, polifenol dan yang paling umum
yaitu plavanoid (flavanol, isoflavon, favon, katekin dan flavonon) turunan asam
sinamat, tokoferol dan asam oragnik polifungsi. Asam askorbat merupakan
antioksidan alami yang terdapat di dalam berbagai jenis sayur dan buah-buahan.
Antioksidan ini dapat larut di dalam air dan menjadi pertahanan pertama ROS di
dalam plasma. Senyawa ini secara aktif dapat menangkap O2, OH, peroksil radikal,
singgel oksigen dan juga dapat berperan dalam regenerasi vitamin E. Sedangkan
vitamin C dapat melindungi biomembran dari kerusakan peroksidase dan juga
merupakan substrat bagi askorbat peroksidase yang merupakan enzim penting dalam
menghilangkan H2O2 yang terdapat pada kloroplas. Menurut Recsanti (2009), pada
senyawa kimia yang tergolong sebagai antioksidan dapat ditemukan secara alami
seperti glutation merupakan molekul yang mampu menetralisir radikal bebas dan
meningkatkan sistem imun serta membantu hati mengeluarkan racun dari dalam
tubuh, dapat ditemukan pada susu kambing, brokoli, asparagus, peterseli dan alpukat ,
asam ellagic merupakan senyawa polifenol yang berfungsi sebagai antioksidan dapat
ditemukan pada buah rashberry merah, kenari, bluberry, stroberry dan delima,
astaxhantin merupakan antioksidan yang 1000 kali lebih kuat dibanding dengan
vitamin E dapat ditemukan pada kerang, udang, ikan salmon dan kandungan
27
terbanyak ditemukan pada jenis makroalga yaitu Haematococcus pluvialis
(Rohmatussalihat, 2009), tokoferol merupakan sumber antioksidan yang dapat
melindungi lipid dari peroksidase asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan
dapat membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan kesuburan dapat
ditemukan pada kacang-kacangan, minyak hijau, minyak gandum dan minyak sayur,
prontosinidin merupakan keluarga flavonoid yang dapat memberikan senyawa merah
dan biru pada buah dapat ditemukan pada kulit buah anggur, biji anggur, kulit kayu
manis, teh hitam, kismis, kakao dan teh hijau, karotenoid merupakan larutan yang
dikenal dengan sebutan ß-karoten yang dikonversi menjadi vitamin A dalam tubuh
dapat ditemukan pada lemon, lobak, wortel, jeruk dan tomat dan polifenol merupakan
kelompok besar antioksidan yang termasuk kedalam flavonoid dan antosianidin serta
dapat mencegah kondisi degeneratif dapat ditemukan pada sayuran hijau, stroberry,
bawang, apel, kakao, brokoli dan teh.
Antioksidan memiliki 2 fungsi utama dalam mekanisme kerjanya yaitu
sebagai:
1. Antioksidan primer merupakan jenis antioksidan enzimatis yaitu mampu
memberikan atom hidrogen kepada radikal bebas sehingga bisa kembali stabil dan
dapat diproduksi secara alami dan kontinyu oleh tubuh. Mekanisme kerja antioksidan
primer yaitu dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru atau
mengubah radikal bebas dengan cara memutus rantai reaksinya. Contohnya adalah
enzim glutation peroksidase, katalase dan superoksida dismutase (Afifah, 2015).
28
Penambahan antioksidan primer dengan konsentrasi rendah pada lipid dapat
menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak sehingga radikal-
radikal antioksidan yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak
mempunyai cukup energi agar dapat bereaksi dengan molekul lipid yang lain untuk
membentuk radikal lipid baru (Trilaksani, 2003).
2. Antioksidan sekunder (antioksidan eksogema atau antioksidan non-enzimatis)
merupakan antioksidan yang tidak diproduksi secara alami oleh tubuh dan diperoleh
melalui asupan makanan dan minuman. Mekanisme kerja antioksidan sekunder yaitu
dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara
menangkap radikal bebas, sehingga radikal bebas tidak dapat bereaksi dengan
komponen seluler (Afifah, 2015).
Apabila antioksidan melebihi batas konsentrasi maka aktivitasnya dapat
berubah menjadi peroksidan sehingga dapat menyebabkan efek samping seperti
munculnya penyakit gangguan liver dan kanker. Ada 4 cara untuk menghambat
terjadinya mekanisme yang dapat menimbulkan efek negatif terjadinya peroksidan
yaitu penambahan lipid dan cincin aromatik antioksidan, pemberian hidrogen dan
elektron serta pembentukan kompleks antara lipid dan cincin aromatik antioksidan.
Mekanisme penghambatan dengan pemberian hidrogen lebih baik dibandingkan
pemberian elektron karena ketika atom hidrogen dalam keadaan labil pada suatu
antioksidan tertentu diganti dengan deuterium maka antioksidan tersebut menjadi
tidak efektif (Husnah, 2009).
29
Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan diantaranya FRAP (Ferric
reducing antioxidant power), CUPRAC (Cupric ion reducing antioxidant capacity)
dan DPPH (1,1–diphenyl-2-picylhydrazyl). Metode yang biasa digunakan dalam
pengukuran daya penangkapan radikal bebas adalah DPPH, karena merupakan
senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi
dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. Sealin itu DPPH jika
disimpan dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik, akan stabil
selama bertahun-tahun (Packer, 1995).
DPPH merupakan metode yang dapat mengukur aktivitas total antioksidan
baik dalam pelarut polar maupun non polar dan merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk skrining aktivitas antioksidan dan berbagai jenis tanaman
serta dapat mengukur semua komponen antioksidan baik yang larut dalam lemak
ataupun dalam air. Sedangkan metode yang lain hanya terbatas dalam mengukur
komponen yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa. Metode dalam
perendaman radikal bebas oleh DPPH didasarkan pada reduksi yang berasal dari
radikal bebas DPPH yang memiliki warna dari penghambatan radikal bebas. Prosedur
ini akan melibatkan pengukuran penurunan serapan DPPH pada panjang gelombang
maksimalnya yang sebanding terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang
ditambahkan ke dalam larutan reagen DPPH. Aktivitas tersebut dapat dinyatakan
sebagai konsentrasi efektif (Praksh, 2001).
DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil sehingga apabila
digunakan sebagai pereaksi dalam uji penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan
30
dan bila disimpan dalam keadaan kering dengan kondisi penyimpanan yang baik dan
stabil bisa bertahan selama bertahun-tahun. Nilai absorbansi DPPH berkisar antara
515-520 nm (Vanselow, 2007). Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan
pada reduksi dari larutan metanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh
penghambatan radikal bebas. Ketika larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu
dengan bahan pendonor elektron maka DPPH akan tereduksi sehingga menyebabkan
warna ungu akan memudar dan berubah warna menjadi kuning yang berasal dari
gugus pikril. (Prayoga, 2013).
Gambar 2.4. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan (Windono et al., 2001).
Metode DPPH digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan
menggunakan DPPH (1,1 –diphenyl-2- picylhydrazyl). Analisis dari DPPH dapat
digunakan sebagai uji dalam mencari kemampuan menangkap radikal suatu senyawa
dalam ekstrak tumbuhan. DPPH adalah komponen yang memiliki warna ungu yang
tidak berdimerisasi dan berbentuk kristalin. Dalam metode ini, DPPH akan
mentransfer elektron atau atom hidrogen ke radikal bebas sehingga menyebabkan
karakter radikal bebas ternetralisasi. Keuntungan pada metode DPPH adalah lebih
sederhana dan waktu analisis yang lebih cepat (Kartika, 2010).
31
F. Tinjauan Umum Zat Ekstraktif
Ekstraktif merupakan produk akhir dari proses metabolism dalam pohon
hidup. Istilah zat ekstraktif dalam arti sempit merupakan senyawa kimia yang
terdapat di dalam sel-sel tumbuhan dan bukan merupakan penyusun utama dinding
sel, yang dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar dan non polar (Fengel
dan Wegener, 1995).
Zat ekstraktif merupakan komponen non-struktural tanaman terutama berupa
bahan organik yang terdapat pada lumen dan sebagian pada dinding sel. Dengan
menggunakan air dingin atau panas dan bahan pelarut organik netral seperti alkohol
atau eter maka dapat dilakukan ekstraksi. Jumlah dan jenis zat ekstraktif yang
terdapat pada tanaman tergantung pada letaknya dan jenis tanaman. Getah, lemak,
resin, gula, lilin, tanin, alkaloid merupakan beberapa contoh zat ekstraktif (Higuchi,
1985; Tsoumis, 1991 dan Walker, 1993).
Ekstraktif dapat dibagi dalam dua kategori yaitu metabolit primer dan
metabolit sekunder. Metabolit primer terdapat pada semua jenis tanaman, struktur
kimianya relatif sederhana dan tidak berbeda secara taksonomi. Sedangkan metabolit
sekunder terdapat pada tanaman tertentu saja, komposisinya lebih kompleks daripada
metabolit primer dan berbeda secara taksonomi. Metabolit sekunder dalam pohon
meliputi berbagai senyawa, seperti flavonoid, terpene, fenol, alkaloid, sterol, lilin,
lemak, tanin, gula, gum, suberin, asam resin dan karotenoid. Konsentrasi metabolid
ini bervariasi antar spesies, antar jaringan (konsentrasi tertinggi berada di kulit, kayu
32
teras, akar, pangkal percabangan dan jaringan luka), antar pohon dalam spesies sama
dan antar musim (Forestry Commision GIFNFC, 2007).
Penggunaan metanol sebagai bahan pelarut dalam proses ekstraksi dapat
menyebabkan ekstrak tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. BPOM (2010)
mensyaratkan bahwa pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstrak zat berkhasiat
tumbuhan dalam aplikasi pembuatan sediaan obat adalah air, eter, etanol, atau
campuran air dan etanol.
33
G. Kerangka Pikir
INPUT
PROSES
OUTPUT
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan
tanaman pangan penting kelima setelah padi,
gandum, jagung, dan barley. Sedangkan di
Indonesia mengaggap sorgum sebagai tanaman
sereal pangan ke tiga setelah padi dan jagung.
Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan,
pakan, dan industri dikarenakan kaya akan
komponen pangan fungsional. Namun adanya
kandungan tanin yang menyebabkan sorgum
memiliki rasa agak pahit ”sepet” sehingga
diperlukan pengolahan dengan cara
menghilangkan kulit biji sorgum dengan
menggunakan alat penyosoh.
Bekatul sorgum memiliki kemampuan sebagai
antioksidan karena memiliki kandungan
senyawa kimia seperti antosianin dan tanin
yang cukup tinggi.
Bekatul sorgum dapat dijadikan sebagai
antioksidan alami penangkal radikal bebas.
Persiapan bahan baku
Proses ekstraksi
Analisis total fenol
Uji antioksidan secara in vitro
Analisis data
34
H. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah bekatul sorgum dapat dijadikan
sebagai antioksidan penangkal radikal bebas.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan lokasi penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif eksploratif. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui kemampuan antioksidan bekatul sorgum dengan
menggunakan tiga jenis pelarut.
2. Waktu dan lokasi penelitian
Waktu dan lokasi penelitian ini dilakukan pada hari Senin, 12 November
2018 - Kamis, 14 Februari 2019 yang bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar. Sampel diambil di Balai
Penelitian Tanaman Serealia Maros.
B. Pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif eksperimental yaitu
suatu metode yang menerapkan prinsip-prinsip pengontrolan terhadap hal-hal yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Metode ini bersifat menguji pengaruh satu atau
lebih variabel terhadap variabel lain.
36
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu aktivitas antioksidan
bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.).
D. Defenisi Operasional Variabel
1. Bekatul sorgum merupakan gabungan antara lapisan pericarp dan aleuron yang
terlepas selama proses penggilingan biji sorgum yang dapat melawan radikal
bebas yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Serelia Maros.
2. Antioksidan merupakan zat atau senyawa yang diperoleh dari bekatul sorgum
yang dapat melawan pengaruh bahaya radikal bebas yang terbentuk dari hasil
metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses metabolik
yang terjadi di dalam tubuh.
3. Aktivitas antioksidan merupakan reaksi yang terjadi dari perubahan warna
larutan dari ungu menjadi warna kuning.
E. Instrumen Penelitian
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu mesh screen, neraca
analitik, rotary evaporator, oven, cuvet, spektrofotometer UV-Vis, toples, gelas
beker 2000 mL, corong, spatula, labu Erlenmeyer 1000 mL, tabung reaksi, pipet
ukur, gelas ukur 500 mL, gunting, stopwatch, rak tabung, aluminium foil,
37
mikropipet dan tip, plastik buah, kertas saring, label, masker, hand scoon, alat
tulis dan kamera.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah bekatul sorgum
varietas super 2. Pelarut yang digunakan adalah etanol, n-heksana dan etil asetat.
Adapun bahan kimia lain yang digunakan adalah, 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
(DPPH), Folin ciocalteu reagen 7,5%, asam galat, vitamin C, aquades, aquades
bebas CO2, DMSO (dimetil sulfoksida), Na2CO3 (natrium karbonat) dan metanol.
H. Prosedur Kerja
a. Persiapan bahan baku
Bekatul sorgum disaring menggunakan ayakan lalu dikeringkan di dalam oven
pada suhu 103 oC selama 24 jam. (modifikasi dari penelitian Rosilia, 2014).
b. Proses ekstraksi
Ekstraksi sorgum (Sorghum bicolor L.) dilakukan secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96 %, n-heksana, dan etil asetat. Sebanyak ±500 g
masing-masing serbuk bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) dimasukkan ke dalam
gelas kimia 2000 mL dan toples, kemudian ditambahkan pelarut masing-masing 2 L,
lalu didiamkan selama 3x24 jam pada suhu kamar. Filtrat disaring lalu diuapkan
untuk memisahkan pelarut dengan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu
50oC dan tekanan 50 mmHg (modifikasi dari penelitian Sembiring dkk, 2016).
38
c. Pengukuran kandungan fenol total
Penentuan kandungan fenol total metode Folin-Ciocalteu (BPOM, 2008).
Pengukuran kandungan fenol total pada ekstrak dilakukan dengan menggunakan
pereaksi Folin-Ciocalteu. Standar yang digunakan adalah asam galat. Dalam
penetapan kandungan fenol total ini, dilakukan tiga langkah, yaitu pembuatan larutan
Na2CO3 7,5 % yang akan digunakan, pembuatan kurva kalibrasi standar asam galat
dan pengukuran serapan sampel.
1) Pembuatan Larutan Na2CO3 7,5 %
Larutan Na2CO3 dibuat dengan cara melarutkan Na2CO3 7,5 % ke dalam 100
mL aquadest bebas CO2 (Sugiat, 2010) .
2) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dari larutan induk asam galat 100 ppm yang telah dibuat sebelumnya, diambil
dengan menggunakan mikro pipet 1000 masing-masing 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; 3,5; 4,0
dan 4,5 mL. Kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ke
dalam tabung reaksi tersebut masing-masing ditambahkan 500 µL pereaksi Folin-
Ciocalteu lalu dihomogenkan selama 1 menit, selanjutnya ditambahkan 4,0 mL
Na2CO3 7,5 % lalu dihomogenkan selama 1 menit dan ditambahkan aquadest
sebanyak 1 mL lalu dihomogenkan kembali selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis sinar tampak dengan panjang
gelombang 750 nm (Sugiat, 2010).
39
3) Pengukuran Serapan Sampel
Dibuat 100 ppm larutan ekstrak. Larutan ekstrak tersebut diambil 1,0 mL
dengan menggunakan mikro pipet 1000 dan kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi. Ke dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan 500 µL pereaksi Folin-
Ciocalteu, lalu dihomogenkan selama 1 menit. Kemudian ditambahkan 4,0 mL
Na2CO3 7,5 % lalu dihomogenkan selama 1 menit dan ditambahkan aquadest
sebanyak 1 mL lalu dihomogenkan kembali selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan
pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis sinar tampak dengan panjang
gelombang 750 nm (Sugiat, 2010).
d. Uji aktivitas antioksidan secara in vitro
a. Penetapan IC50 (Sihombing dan Kuncahyono, 2007)
Penetapan IC50 dari ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan bekatul sorgum
(Sorghum bicolor L.) (sampel) dan vitamin C (standar) dilakukan dengan metode
peredaman radikal bebas dengan menggunakan DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
secara spektrofotometri UV-Vis.
b. Pembuatan larutan DPPH
Serbuk DPPH sebanyak 15 mg dilarutkan dengan 100 ml metanol dalam labu
ukur. Larutan dijaga pada suhu kamar, terlindung dari cahaya untuk segera digunakan
(Suhaling, 2010).
c. Pengukuran aktivitas antioksidan vitamin C
Ditimbang vitamin C sebanyak 10 mg kemudian dilarutkan dengan metanol
100 ml, diperoleh larutan stok dengan konsentrasi 100 ppm. Dari larutan stok masing-
40
masing dipipet 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, dan 2 ml, kemudian ditambahkan 1 ml larutan
DPPH dan dicukupkan volumenya dengan metanol sampai 5 ml sehingga diperoleh
konsentrasi vitamin C 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, dan 40 ppm. Campuran tersebut
dikocok dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar. Masing-masing larutan
tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 515 nm, dilakukan sebanyak 3
replikasi (Suhaling, 2010).
d. Pengukuran aktivitas antioksidan bekatul sorgum
Ditimbang ekstrak etanol, etil asetat dan n-heksan bekatul sorgum sebanyak
100 mg kemudian dilarutkan dengan metanol 100 ml, diperoleh larutan stok dengan
konsentrasi 1000 ppm. Dari larutan stok masing-masing dipipet 0,5 ml, 1 ml, 2 ml,
dan 4 ml, kemudian ditambahkan larutan DPPH sebanyak 1 ml dan dicukupkan
volumenya dengan metanol sampai 5 ml sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm,
200 ppm, 400 ppm, dan 800 ppm. Campuran tersebut dikocok dan dibiarkan selama
30 menit pada suhu kamar. Masing-masing larutan tersebut diukur serapannya pada
panjang gelombang 515 nm, dilakukan sebanyak 3 replikasi (Suhaling, 2010).
e. Pengukuran serapan blangko
Pengukuran dilakukan dengan memipet 1 ml larutan DPPH dan dicukupkan
volumenya dengan metanol sampai 5 ml. Campuran dikocok dan dibiarkan selama 30
menit pada suhu kamar kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 515
nm (Suhaling, 2010).
41
I. Analisis Data
Data diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi terhadap ekstrak metanol
bekatul sorgum dan vitamin C dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan
dilakukan analisis data secara statistik menggunakan regresi linear (Suhaling, 2010).
Korelasi antara persen penangkapan radikal dan konsentrasi ekstrak akan
menghasilkan nilai IC50 yang dihitung melalui persamaan regresi hasil interpolasinya.
IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak yang akan
mampu menghambat aktivitas suatu radikal bebas sebesar 50% (Kartike, 2010).
Apabila semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang
dari 50 µg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 µg/ml, sedang apabila nilai IC50
berkisar antara 100-150 µg/ml, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 150-200
µg/ml (Hudaya, 2010). Menurut Shyur et al. (2005), IC50 dapat menggambarkan
bahwa aktivitas antioksidan dari suatu tumbuhan. IC50 adalah konsentrasi efektif
ekstrak yang akan mampu menangkap (menurunkan) konsentrasi radikal bebas DPPH
sebesar 50%. Nilai IC50 yang semakin rendah akan menunjukan aktivitas antioksidan
ekstrak semakin tinggi.
Menurut Blois (1958) dalam Ukhty (2011), aktivitas antioksidan dari suatu
senyawa dinyatakan sangat kuat jika memiliki nilai IC50< 50 µg/mL (sangat kuat),
IC50 bernilai 50-100 µg/mL (kuat), IC50 bernilai 100–150 µg/mL (sedang) dan jika
IC50 bernilai 150–200 µg/mL (lemah).
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Allah swt. memberikan cobaan kepada umatnya yang berupa penyakit dan
Allah swt. pula yang menyembuhkan dengan menyeru kepada hamba-Nya untuk
memanfaatkan segala apa yang Dia telah ciptakan di permukaan bumi salah satunya
adalah dari tanaman. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah swt. dalam QS. Asy-
Syu’araa/26: 7-8 yang berbunyi:
öΝs9 uρ r& (#÷ρ t�tƒ ’ n<Î) ÇÚ ö‘ F{ $# ö/ x. $ oΨ ÷Gu;/Ρ r& $ pκ� Ïù ÏΒ Èe≅ ä. 8l ÷ρ y— AΟƒÍ�x. ∩∠∪ ¨βÎ) ’ Îû y7 Ï9≡sŒ
ZπtƒUψ ( $ tΒuρ tβ% x. Νèδç�sY ø.r& t ÏΖÏΒ÷σ•Β ∩∇∪
Terjemahnya:
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah dan
kebanyakan mereka tidak beriman (Kementerian Agama RI, 2009).
Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa (Dan apakah mereka tidak
memperhatikan) maksudnya tidak memikirkan tentang (bumi, berapakah
banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu) alangkah banyaknya (dari bermacam-
macam tumbuh-tumbuhan yang baik) jenisnya? (Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda) yang menunjukkan akan
kesempurnaan kekuasaan Allah swt. (Dan kebanyakan mereka tidak beriman),
43
menurut ilmu Allah. Imam Sibawaih berpendapat bahwa lafal Kaana di sini
adalah Zaidah (asy-Syuyuthi, 2010).
Adapun hubungan ayat terkait dengan penelitian yaitu semua makhluk yang
ada di permukaan bumi ini merupakan ciptaan Allah swt. tak terkecuali berbagai jenis
tanaman. Ciptaan-Nya ini tidak ada yang sia-sia semua ada manfaatnya bagi orang-
orang yang mau berfikir. Pada tanaman tertentu terdapat senyawa aktif yang
dihasilkan dari metabolit sekunder yang dapat berpotensi sebagai obat untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Oleh karenanya seseorang harus bersabar dalam
melakukan penelitian guna mendapatkan kandungan senyawa yang terkandung di
dalam berbagai jenis tanaman yang bisa berpotensi sebagai obat yang dapat
meyembuhkan penyakit degeneratif yang ditimbulkan oleh radikal bebas.
a. Persiapan bahan baku
Bekatul sorgum disaring menggunakan ayakan lalu dikeringkan dalam oven
selama 24 jam pada suhu 103 oC selama 24 jam.
Gambar 4.1. Bekatul sorgum kering
44
b. Proses Ekstraksi
Ekstraksi bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) dilakukan secara maserasi
menggunakan pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan. Setelah diuapkan diperoleh
ekstrak kental yang berwarna cokelat kehitaman (ekstrak etanol) sebanyak ± 8,457
gram, berwarna cokelat (ekstrak etil asetat) sebanyak ± 7,491 gram dan berwarna
merah bata (ekstrak n-heksan) sebanyak ± 7,283 gram.
c. Pengukuran kandungan fenol total
Salah satu syarat metode analisis dikatakan valid menurut Harmita (2004)
adalah nilai koefisien korelasinya ≥ 0,999. Nilai koefisien korelasi yang semakin
mendekati angka 1 menandakan bahwa suatu kurva kalibrasi menghasilkan garis
yang linear dan kesalahan yang dapat terjadi antara 2 variabel yang berhubungan
(absorbansi dan konsentrasi) semakin kecil. Berdasarkan hasil yang menunjukkan
nilai koefisien korelasi yag dihasilkan berdasarkan rasio serapan terhadap konsentrasi
menunjukkan nilai 0,9796. Hal ini membuktikan bahwa metode analisis yang
digunakan telah memenuhi syarat linearitas (Harmita, 2012).
Kandungan kadar total fenol dilakukan dengan menggunakan metode Folin-
Ciocalteu dengan menggunakan standar asam galat dengan panjang gelombang 750
nm yang diperoleh dengan cara mengatur alat spektrofotometer UV-Vis. Adapun
hasil dari uji aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel berikut:
45
Tabel 4.1 Kadar Fenol Total
No Pelarut Fenol total (mg)
1 Etil asetat 25,08
2 Etanol 19,76
3 N-heksan 14,50
(Sumber: Data Primer, 2019)
d. Uji aktivitas antioksidan secara in vitro
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran
serapan radikal DPPH tereduksi pada panjang gelombang 515 nm karena memiliki
serapan kuat yang diperoleh dengan cara mengatur alat spektrofotometer UV-Vis.
Dari hasil penelitian aktivitas antioksidan tertinggi diperoleh dari larutan etanol
seperti yang terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil uji aktivitas antioksidan
No Sampel Konsentrasi
(ppm)
%
Hambatan
IC50
(ppm) Keterangan
1 Etanol
100 81,48
98,28 Kuat 200 85,76
400 88,30
800 91,61
2 Etil asetat
100 2,14
125,69 Sedang 200 6,04
400 17,34
800 23,39
3 N-heksan
100 81,48
167,44 Lemah 200 85,76
400 88,30
800 91,61
4 Vitamin C
100 0,02
88,64 Kuat 200 0,05
400 0,19
800 0,27
(Sumber: Data Primer, 2019)
46
B. Pembahasan
a. Persiapan bahan baku
Proses pengayakan menggunakan mesh screen dan proses pengeringan
menggunakan oven dengan suhu 103oC selama 24 jam juga perlu dilakukan untuk
menghilangkan kadar air yang masih terkandung di dalam bekatul sorgum. Hal ini
perlu dilakukan agar kandungan senyawa yang terdapat pada bekatul sorgum bisa
tertarik seutuhnya atau terekstrak secara maksimal melalui proses ekstraksi.
b. Proses Ekstraksi
Hasil maserasi sampel dengan pelarut etanol menarik senyawa fenol lebih
banyak dibandingkan pelarut etil asetat dan n-heksan. Hal ini terjadi karena etanol
termasuk pelarut polar yang memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, sehingga dapat
menarik senyawa aktif dalam sorgum varietas super 2 berupa tanin yang memiliki
polaritas tinggi sehingga mudah larut dalam pelarut etanol (Aqil et al, 2013).
Walaupun polar, tetap dapat mengekstrak senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran
yang lebih rendah, sehingga cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa polar yang
aktif yang bersifat antioksidan dari tanaman (Hirasawa et al., 1999).
Selama proses maserasi ini, terjadi namanya proses difusi antara zat terlarut
bekatul sorgum dengan zat pelarut etanol, etil asetat dan n-heksan. Proses ini akan
berlangsung sampai terjadi keseimbangan antara larutan yang ada di dalam sel dan di
luar sel. Ketika keseimbangan tercapai maka proses difusi tidak akan lagi
berlangsung (Khopkar, 2008).
47
Kelemahan proses maserasi adalah pengerjaannya yang lama dan
penyariannya kurang sempurna. Proses ekstraksi dilakukan selama 3x24 jam pada
suhu kamar. Hal ini sangat mempengaruhi proses ekstraksi sebagaimana pernyataan
Shinta dkk (2008) menyatakan faktor waktu ekstraksi merupakan hal yang cukup
penting diperhatikan dalam proses ekstraksi tanin karena juga dapat mempengaruhi
kualitas hasil ekstraksi. Proses ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan
rusaknya kandungan tanin. Proses ekstraksi yang terlalu singkat akan menghasilkan
kandungan tanin yang kurang optimal. Kondisi maksimum untuk ekstraksi suatu
produk terjadi pada suhu dan waktu tertentu.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pelarutan suatu senyawa yang
terdapat di dalam bahan baku selama proses ekstraksi diantaranya kemurnian pelarut,
suhu pelarut, ukuran partikel-partikel bahan yang diekstraksi, sifat kimia pelarut dan
zat terlarut, waktu ekstraksi atau kontak antara bahan dengan pelarut, kadar air bahan
yang diekstraksi dan sistem ekstraksi yang dilakukan (Fellow, 1990).
c. Pengukuran kandungan fenol total
Uji kandungan fenol total dilakukan untuk mengetahui jumlah fenol yang
terdapat pada sampel. Uji kandungan total fenol dilakukan dengan menggunakan
metode Follin-Ciocalteu. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reduksi-oksidasi. Senyawa
fenolik akan mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat dalam Folin-Cioucalteu yang
akan membentuk molybdenum yang berwarna biru. Adapun reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
48
Gambar 4.2. Reaksi reagen Follin-Cioucalteu dengan senyawa fenol (Tursiman dkk,
2012).
Digunakan asam galat sebagai larutan standar karena merupakan salah satu
fenol alami dan stabil, serta relatif murah dibanding yang lainnya. Asam galat
termasuk ke dalam senyawa fenolik turunan asam hidroksibenzoad yang tergolong ke
dalam asam fenol sederhana. Asam galat menjadi pilihan sebagai standar ketersediaan
substansi yang stabil dan murni. Asam galat direaksikan dengan reagen Folin-
Ciocalteu sehingga menghasilkan warna kuning yang menandakan adanya kandungan
fenol (Alfian and Susanti, 2013).
Pada umumnya senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai antioksidan
adalah senyawa golongan fenol yang memiliki gugus hidroksi yang tersubstitusi pada
cincin benzena dengan posisi orto dan para terhadap gugus –OH dan – OR. Senyawa
fenol akan menghambat radikal bebas dengan cara mendonorkan protonnya dan akan
membentuk radikal yang stabil. Terbentuknya radikal stabil ini dikarenakan elektron
bebas yang terdapat pada radikal distabilkan oleh delokalisasi elektron dengan adanya
resonansi pada cincin aromatik (Tursiman dkk, 2012).
Pada pengukuran senyawa fenol total dibuat sebanyak tiga replikasi untuk
keperluan akurasi data. Dari hasil pengukuran dan dilakukan perhitungan diperoleh
49
ekstrak etil asetat bekatul sorgum adalah sebesar 25,08 mg, disusul ektrak etanol
adalah sebesar 19,76 mg dan terendah ekstrak n-heksan adalah sebesar 14,50 mg. Hal
ini berarti bahwa sampel bekatul sorgum lebih banyak mengandung senyawa
semipolar seperti likopen, ß-karten, vitamin C, padatan terlarut dan total fenol
(Ma’sum dkk, 2014). Hal ini terjadi dimungkinkan adanya gugus etoksi yang terdapat
pada struktur kimia etil asetat. Adanya gugus etoksi tersebut yang menyebabkan etil
asetat dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa yang terdapat pada sampel
(Tursiman dkk, 2012). Hal ini berarti bahwa senyawa-senyawa aktif pada bekatul
sorgum (Sorghum bicolor L.) relatif larut dalam pelarut semipolar. Sebaliknya,
komponen senyawa aktif yang bersifat polar dan nonpolar terdapat dalam jumlah
yang lebih kecil dalam jaringan bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) varietas super
2.
Pada penelitian ini konsentrasi pelarut etanol 96 % yang digunakan tidak
efektif untuk menarik senyawa tanin pada bekatul sorgum varietas super 2 karena
semakin tinggi konsentrasi pelarut etanol yang digunakan untuk proses ekstraksi
menghasilkan kadar tanin yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena
perbedaan konsentrasi etanol sebagai pelarut mempengaruhi banyaknya tanin yang
terlarut dalam proses ekstraksi dan juga tingkat kepolaran pelarut yang berbeda
sehingga kemampuan mengekstrak tanin akan berbeda pula.
Berdasarkan uji fitokimia sebelumnya diketahui bahwa etil asetat
mengandung senyawa golongan fenolik, flavonoid, alkaloid dan saponin (Rudiansah,
50
2012). Adanya kandungan senyawa-senyawa tersebut yang menyebabkan etil asetat
ekstrak bekatul sorgum memiliki peran sebagai antioksidan.
Dalam penelitian sebelumnya, senyawa fenol diketahui memiliki berbagai
efek biologis sebagai antioksidan, melindungi struktur sel, anti inflamasi, dan sebagai
antiseptik (Ahmad et al., 2017). Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Wojdylo et al., 2007, mengemukakan bahwa terdapat aktivitas
antioksidan dari senyawa fenolik dalam 32 tanaman herba yang telah dipilih. Menurut
Panchon et al., 2008, juga mengatakan bahwa terdapat aktivitas antioksidan dari
senyawa fenolik yang dibuktikan secara in vitro dan in vivo dan menurut Lafarga et
al., 2019 menjelaskan bahwa terdapat aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik
dalam kacang-kacangan yang dimasak.
d. Uji aktivitas antioksidan secara in vitro
Uji aktivitas antioksidan dalam suatu tanaman sangat penting dilakukan agar
dapat mengetahui apakah tanaman tersebut terbukti memiliki aktivitas pengikatan
terhadap radikal bebas.
Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan adalah metode
serapan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) karena merupakan metode yang
sederhana, cepat, mudah, dan menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit
dengan waktu yang singkat (Hanani, 2005). Selain itu metode ini terbukti akurat dan
praktis (Pratimasari, 2009).
Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi dari larutan
metanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal bebas.
51
Ketika larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor elektron
maka DPPH akan tereduksi sehingga menyebabkan warna ungu akan memudar dan
berubah warna menjadi kuning yang berasal dari gugus pikril (Prayoga, 2013).
Reaksi dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan (Windono et al., 2001)
Senyawa DPPH merupakan sebuah molekul yang mengandung senyawa
radikal bebas nitrogen yang tidak stabil yang dapat mengikat ion hidrogen sehingga
digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan. Adanya senyawa antioksidan dari
sampel mengakibatkan perubahan warna pada larutan DPPH dalam etanol (semua
konsentrasi) dan etil asetat (konsentrasi 400 ppm) yang semula berwarna violet pekat
menjadi kuning pucat (Permana, 2003). Perubahan warna ini terjadi karena DPPH
mengalami reduksi sehingga menyebabkan elektron menjadi berpasangan.
Dalam penelitian ini vitamin C yang telah diketahui sebagai antioksidan alami
digunakan sebagai pembanding. Hal ini dikarenakan vitamin C memiliki gugus
pendonor elektron. Gugus ini terletak pada atom C2 dan C3. Adanya gugus ini
memungkinkan vitamin C untuk menangkap radikal bebas .
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 515 nm yang merupakan panjang
52
gelombang maksimum untuk DPPH. Intensitas perubahan warna yang telah diukur
nilai absorbansinya dengan panjang gelombang 515 nm dinyatakan sebagai persen
inhibisi (% inhibisi) sehingga makin kecil nilai absorbansi maka semakin tinggi nilai
% inhibisinya (Ishak, 2018).
Aktivitas antioksidan dapat diketahui dari nilai persen inhibisi, naiknya persen
inhibisi dipengaruhi oleh menurunnya nilai absorbansi yang dihasilkan oleh sampel.
Penurunan nilai absorbansi disebabkan oleh tingginya konsentrasi sampel. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel maka semakin kecil
nilai absorbansi sehingga mengakibatkan persen inhibisi semakin tinggi (Ishak,
2018).
Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai IC50, yaitu konsentrasi
larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50% radikal bebas DPPH.
Larutan sampel dengan nilai IC50 yang kurang dari 200 ppm memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat (Blouis, 1958). Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode
DPPH terhadap ekstrak etanol bekatul sorgum diperoleh IC50 sebesar 98,28 ppm
(kuat), ekstrak etil asetat bekatul sorgum diperoleh IC50 sebesar 125,69 ppm (sedang)
dan ekstrak n-heksan bekatul sorgum diperoleh IC50 sebesar 167,44 ppm (lemah)
sedangkan vitamin C dengan diperoleh IC50 sebesar 88,64 ppm.
Meskipun ekstrak etanol bekatul tergolong kuat sebagai antioksidan, tetapi
apabila dibandingkan dengan aktivitas antioksidan vitamin C (kontrol positif)
aktivitas antioksidan ekstrak etanol bekatul lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan
vitamin C merupakan senyawa murni yang memiliki aktivitas antioksidan kuat
53
terbukti dengan nilai IC50 yang kecil (Arindah, 2010). Vitamin C mudah mengalami
oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai ikatan rangkap serta terdapat 2 gugus
–OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut. Vitamin C mampu menangkap
radikal bebas dengan atau tanpa katalisator enzim. Reaksinya terhadap senyawa
oksigen relatif lebih cepat dibandingkan dengan komponen cair lainnya (Winarsi,
2007).
Rendahnya aktivitas antioksidan dari ekstrak bekatul ini kemungkinan
disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya karena metode ekstraksi yang
digunakan kemungkinan tidak cukup menarik komponen kimia yang bersifat
antioksidan dalam bekatul sorgum.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai fenol total tertinggi terdapat pada
pelarut etil asetat akan tetapi tidak berkolerasi dengan hasil yang diperoleh dari
aktivitas antioksidan yaitu pelarut etanol yang termasuk golongan kuat. Hal ini
kemungkinan karena terdapat senyawa antioksidan lain selain fenol yang terkandung
di dalam bekatul sorgum varietas super 2 yang tidak dapat ditarik oleh pelarut etil
asetat. Hal ini sejalan dengan penelitian Zuraida dkk, 2017, yang mengemukakan
bahwa aktivitas antioksidan tidak selalu dikolerasikan dengan kadar total fenol,
karena dapat disebabkan adanya beberapa faktor seperti perbedaan komponen aktif
pada tanaman, efek sinergis ataupun efek antagonis antara komponen aktif yang
terkandung, kondisi penelitian dan metode yang digunakan dapat mempengaruhi
aktivitas antioksidan pada tanaman.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap bekatul sorgum
(Sorghum bicolor L.) maka hasil yang diperoleh adalah:
1. Kandungan fenol total tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak etil asetat bekatul
sorgum (Sorghum bicolor L.) diperoleh 25,08 mg, disusul ekstrak etanol
bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) diperoleh 19,76 mg dan terendah
ekstrak n-heksan bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.) diperoleh 14,50 mg.
2. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol bekatul sorgum (Sorghum bicolor L.)
dengan nilai IC50 98,28 ppm, ekstrak etil asetat bekatul sorgum (Sorghum
bicolor L.) dengan nilai IC50 125,69 ppm dan ekstrak n-heksan bekatul sorgum
(Sorghum bicolor L.) dengan nilai IC50 167,44 ppm.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan perlu diadakan penelitian lanjutan
dengan parameter tambahan untuk mencari senyawa antioksidan lain selain fenol
yang terkandung di dalam bekatul sorgum varietas super 2.
55
KEPUSTAKAAN
Adeng Hudaya, “Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia Coli “, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2010), hlm. 47.
Asy-Syuyuthi, Jalaluddin. Tafsir Jalalain. Pesantren Persatuan Islam. Tasikmalaya:
Kompilasi CHM, 2010.
Affifah, Y, M. “Potensi Antioksidan dan Antifungi Ekstrak Etanol Kombinasi Acorus
calamus (L.), Curcuma mangga VAL., dan Allium sativum (LINN.) Secara
Invitro”. Skripsi. Malang. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2015.
Ahmad, A. R., Juwita, J., Ratulangi, S. A. D. & Malik, A. Penetapan Kadar Fenolik
Dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah Dan Daun Patikala (Etlingera
Elatior (Jack) Rm Sm). Pharmaceutical Sciences And Research (Psr) 2,( 2017):
1-10.
Arief S. Radikal Bebas. J Pediatri Unair (2012)1:1–9.
Alfian, R. & Susanti, H. Penetapan Kadar Fenolik Total Ekstrak Metanol Kelopak
Bunga Rosella Merah (Hibiscus Sabdariffa Linn) Dengan Variasi Tempat
Tumbuh Secara Spektrofotometri. Pharmaciana, 2, 2013.
Arab F., Alemzadehb I., dan Maghsoudi V. Determination of Antioxidant Component
and Activity of Rice Bran Extract. Scientia Iranica, Transactions C: Chemistry
and Chemical Engineering. Vol. 18(6) (2011): 1402– 1406.
Amrino W, ddk.’’ Metode Pembuatan Sorgum Sosoh Rendah Tanin Pada Pembuatan
Nasi Sorgum (Sorghum Bicolor L) Instan’’. Comtech. 6 no. 1 Maret, 2015: 9-
19.
Artschwager, E. Anatomy and morphology of the vegetative organs of sorghum
vulgare. United States Department of Agriculture. Thechnical Bulletin 975.
(1948): Pp 55.
Arindah, D. Fraksinasi dan Identifikasi Golongan Senyawa pada Daging Buah Pepino
(Solanum muricatum Aiton) yang berpotensi sebagai Antioksidan. Malang:
UIN Malang, 2010.
56
Awika, J.M. dan Rooney L.W. Sorghum Phytochemical and Their Potential
Impact on Human Health. J Sci Direct: Phytochemistry (2004)65:1199-
1221.
Awika, J. M., L. W. Rooney, and R. D. Waniska. Comparing Antioxidant Potential of
High Tannin Sorghums With Those of Common Fruits. Texas A&M
University, Cereal Quality Lab, 2474 TAMUS, College Station, TX (2000):
77843-2474 USA.
Aqil, M., Zubachtirodin, dan C. Rapar. Deskripsi varietas unggul jagung, sorgum,
dan gandum. Edisi 2012. Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2013.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. Acuan Sediaan Herbal Volume
Kelima Edisi Pertama. Jakarta (ID): BPOM RI, 2010.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Monografi Ekstrak
Tanaman Obat Indonesia. Jakarta :Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, 2008.
Blouis, M.S Antioxidant Determinations by the Use of a Stable Free Radical. Nature,
181, (1958): 1199-1200.
Beksono, H.R. Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak biji kopi robusta (coffea
canephora) dengan metode DPPH. Unpublished thesis, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2014.
Choirun Nisa, F.”Ekstraksi Antioksidan Alami Dari Sorgum Lokal Varietas Cokelat
Serta Peningkatan Aktivitasnya Dengan Perkecambahan Dan Gelombang
Mikro”. Jurnal Teknologi, 11. no. 3 (Desember 2010): 184-195.
Damayanthi E. Rice Bran Stabilization and γ-Oryzanol Content of Two Local Paddy
Varieties “IR 64” and “Cisadane Muncul”. J Teknologi dan Industri Pangan
XV (1) 2001 : 11-19
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traoré, W.J.H van Berkel, and A.G.J Voragen.
Evaluation of the effect of germination on content of phenolic compounds and
antioxidant activities in sorghum varieties. J. Agric. Food Chem. 53 (2005):
2581-2588.
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traoré, W.J.H van Berkel, and A.G.J Voragen.
Sorghum grain as human food in Africa: relevance of content of starch and
amylase activities. African Journal of Biotechnology 5 (5) (2006): 384-395.
57
du Plessis, J. Sorghum production. Republic of South Africa Department of
Agriculture. www.nda.agric.za/publications, 2008.
Earp, CF, Donough, CM, Rooney LW. Microscopy of pericarp development in the
caryopsis of Sorghum bicolor (L.) Moench. J Cereal Sci 39 (2004) 21–27.
Fatimah, Siti. “Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var.
capitata f. alba) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro”.
Biogenesis. 4, No. 2 (Desember, 2016): hal 102-106.
Fellow, P. Food Processing Technology Principles and Practice. Ellis Horword, New
York, 1990.
Fengel D, Wegener G. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Hardjono S,
Penerjemah; Soenardi P, Penyunting. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Terjemahan dari: Wood : Chemistry, Ultrastructure, Reactions, 1995.
Forestry Commission GIFNFC. Chemicals from Trees. 2007.
FSD (Food Security Departement). Sorghum: postharvest operations.
http://www.fao.org./inpho/ compend/text/ch07.htm. diakses 12 Januari 2012.
Gerald Scott, 1987,Antioxidants, Bull.Chem. Soc. Jpn., 61, (2003): 165-170.
Fosoyiro SB, Adegoke, Idowu OO. Characterizatio and Partial Purification of
Antioxidant Component of Ethereal Fractions of Aframomum danielli. World
Che, (2006): 1:15.
Gardner, B.R, B.L. Blad, R.E. Maurer, and D.G. Watt. Relationship between crop
temperature and physiological and fenological development of differentially
irrigated corn. Agron. J. 73 (1981): 743-747.
Goufo P. dan Trindade H. Rice Antioxidants: Phenolic Acids, Flavonoids,
Anthocyanins, Proanthocyanidins, Tocopherols, Tocotrienols, γ-Oryzanol and
Phytic Acid. Food Science and Nutrition. Vol. 2(20) (2014): 75– 104.
Hernani, Rahardjo M. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya, 2005.
Hanani, E, A. Mun’im, R. Sekarini. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons
Callyspongia SP Dari Kepulauan Seribu, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol II,
No 3 (2005).
Hirasawa, M., Shouji, N., Neta, T., Fukushima, K & Takada, K. The Kinds Of
Antibacterial Subtances From Lentinus Adobes Singshitake An Edible
58
Mushroom. International ajournal Of Antibacterial Agents, 11, (1999):1561-
1567.
Hunter, E.L. and I.C. Anderson. Sweet sorghum. In J. Janick (Eds.) Horticultural
riviews. Vol. 21 Department of Agronomy Iowa State University. John willey
& Sons.Inc. (1997): pp 73-104.
Hudaya, Adeng. Uji Antioksidan dan Antibakteri Ekstrak Air Bunga Kecombrang
(Etlingera elatior) Sebagai Pangan Fungsional Terhadap Staphylococcus aureus
dan Escerichia coli). Skripsi. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
Hoeman, S. Prospek dan potensi sorgum sebagai bahan baku bioetanol. Pusat
Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) dan Badan Tenaga Nuklir
Nasional (BATAN). Jakarta Selatan, 2012.
House, L.R. A guide to sorghum breeding. 2ndEd. International Crops Research
Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. (1985): 206 p.
Harbone, J.B. Metode fitokimia cara modern menganalisis tumbuhan. Diterjemahkan
Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro. Edisi kedua. ITB. Bandung. Hediger
M.L., L.J. England, 1996: p. 102-108.
Husnah, M.’’Golongan Senyawa Antioksidan Ekstrak Kasar Buah Pepino (Solanum
maricatum) Berdasarkan Variasi Pelarut’’. Skripsi. Malang. Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang, 2009.
Higuchi, T. Biosynthesis and Biodegradation of Wood Components. Wood Research
Institute Kyoto University. Uji, Kyoto, Japan, 1985.
Inggrid, H. M., Santoso H. Ekstraksi antioksidan dan senyawa aktif dari buah kiwi
(actinidia deliciosa). Unpublished dissertation, Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung, 2014.
Ishak A.”Analisis Fitokimia dan Uji Aktifitas Antioksidan Biskuit Biji Labu Kuning
(Cucurbuta sp.) Sebagai Snack Sehat”. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Program Studi Ilmu Gizi, Makassar, 2018.
Islam MS, Nagasaka R, Ohara K, Hosoya T, Ozaki H, Ushio H, Hori M. Biological
abilities of rice bran-derived antioxidant phytochemicals for medical therapy.
Current Topics in Medicinal Chemistry. 11(14) 2011 :1847–53.
Julyasih K S., Wirawan IG., Harijani W. S., Wiludjeng W. “Aktivitas Antioksidan
Beberapa Jenis Rumput Laut Komersial di Bali”. Seminar Nasional Fakultas
Pertanian dan LPPM UPM Veteran Jawa Timur, Surabaya, 2 Desember, 2009.
59
Kartika, “Profil Kimiawi dari Formulasi Ekstrak Meniran, Kunyit, dan Temulawak
Berdasarkan Aktivitas Antioksidan Terbaik”, Skripsi (Bogor: IPB, 2010),
hlm.16
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Pustaka Agung
Harapan, 2009.
Kumalaningsih, S. Antioksidan Alami, Trubus Agrisarana, Surabaya, 2006.
Khopkar, S.M. Konsep Dasar kimiaAnalitik, UI Press: Jakarta, 2008.
Langseth, L., Oxidant, Antioxidant, and Desease Prevention, International Life
Science Institute press, Belgium, 1995.
Lafarga, Tomas et al.,”Bioaccessibility and Antioxidant Activity of Phenolic
Compounds in Cooke Pulses”. International Journal of Food Science +
Technology. 54 no. 5 (2019): 1816-1823.
Litbang pertanian’’Super 1 dan 2, VUB Sorgum Manis untuk Sumber Bioetanol’’.
Agro inovasi, 2013.
Maulida R. Aktivitas Antioksidan dan Rumput Laut Caleurpa lentillifer. Skripsi.
Universitas Institut Pertanian Bogor, 2007.
Mardiyah, U., Fasya AG., Fauziah B., Amalia S. “Ekstraksi, Uji Aktivitas
Antioksidan dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Alga Merah Euchema
spinosum dari Perairan Banyuwangi”. Teknosains 3 no. 1 (Maret, 2014).
Ma’sum J., Isnaini, R Primaharinastiti, F Annuryanti. Perbandingan Aktivitas Ekstrak
Aseton Tomat Segar dan Pasta Tomat Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl
(DPPH). Jurnal Farmasi dan Ilmu kefarmasian Indonesia. Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga, 1 no. 2, 2014.
Muawwanah, dkk. “Ekstraksi Antioksidan dari Alga Laut Sargassum sp dan
Efektivitasnya Dalam Menghambat Kerusakan Awal Emulsi Minyak Ikan”.
Bulletin Teknologi Perikanan 3 no. 1 (1997).
Mumpuni PD, Ayustaningwarno F. Analisis kadar tokoferol, y-oryzanol, dan b-
karoten serta aktivitas antioksidan minyak bekatul kasar. Journal of Nutrition
College. 2(3) 2013 :350–7.
Molyneux P.Use of DPPH to estimate antioxidant activity. Songklanakarin J Sci.
Tecnol.26:2, 2004.
60
Mudjisihono R. Struktur dan karakter biji sorgum serta pemanfaatannya untuk bahan
makanan. Reflektor. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Sukamandi, 3 No.1-2
1990.
Martin, J. H. History and classification of sorghum. In J.S. Wall and W.M. Ross
(Eds.). Sorghum production and utilization. The Avi Publishing Co. Inc.
Westport Connecticut. (1970): 702 p.
Mudjisihono dan Suprapto. Budidaya dan pengolahan sorgum. Penebar Swadaya,
Jakarta, 1987.
Nawaly, Hermanus., Susanto AB., A Jacob L., Utoisega. “Senyawa Bioaktif dari
Rumput Laut Sebagai Antioksidan”. Seminar Nasional Pendidikan Biologi
FKIP Universitas Diponegoro, Semarang, 10 Juni, 2013.
Nareswaty, N. Proses Ekstraksi, “Pengujian Aktivitas Penangkapan Radikal Bebas
dan Penghambatan Pembentukan Hidrogen Perksida Ekstrak Ubi Jalar Kuning
Varietas Daya dengan Berbagai Rasio Pelarut Heksana”. Skripsi. Malang .
Universitas Brawijaya, 2007.
Paiva A. R. ß-Carotene and Carotenoids As Antioxidant. Jurnal Of The American
College Of Nutrition 18 no. 5 (1999).
Panchon, M.S Fernandez et al.,”Antioxidant Activity of Phenolic Compounds:From
In Vitro Results ti In Vivo Evidence”. Journal Cricital Reviews in Food
Science and Nutrition. 48 no. 7 (2008): 649-671.
Patel M, Naik SN. Gamma-oryzanol from rice bran oil - areview. Journal of
Scientific and Industrial Research. 63(7) 2004 :569–78.
Packer, L. Oxidative stress, antioxidants, aging and desease, in: Cutler, R.G. L.
Pancer; J. Bertram and A. Mori. Oxidatise steaa and aging. Birkhauser Verlag,
Basel Switzerland. (1995): Pp. 1-14.
Prayoga G. Fraksinasi, Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH dan
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dari Ekstrak Teraktif Daun Sambang
Darah (Excoecaria cochinchinensis Lour). Fakultas Farmasi Program Studi
Sarjana Ekstensi Universitas Indonesia, 2013.
Pramesti, Rini. “Aktividas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caleurpa serullata
dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhydraksil)”. Buletin Oseanografi
Marina 2 no. 7 (April, 2013).
61
Pratiwi AS. Respon Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Dikontaminasi Radikal
Bebas terhadap Pemberian Tepung Delima (Punica granatum L.) sebagai
Sumber Antioksidan. 2010;2-3.
Pratimasari, D. Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica papaya L. Dengan
Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik Serta Flavonoid Totalnya,
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta, 2009.
Pratt, D.E. dan Hudson, B.J.F. Natural antioxidant not exploited commercially, in
food antioxidant. London and New York: Elsevier Applied Science, 1990.
Prakash, A,. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories: Analithycal Progres, 19, 2,
(2001): 1 – 4.
Percival, M. Antioxidants. Clinical Nutrition Insights, Advanced Nutrition
Publications, Inc, 1998.
Permana, D.,N. Hj. Lajis, Faridah Abas, A. Ghafar othman, Rohaya Ahmad, Mariko
Kitajama, Hiromitsu Takayama, Nario Aimi, Cl, Antioksidative Constituents
Of Hedotis Diffusa Wild “., Natural Product Sciences, 9(1), (2003): 7-9.
Percival, M. Antioxidants, Clinical Nutrition insights. NUT031 1/96 Rev. 10/98,
1996.
Pedersen, J.F., H.F. Kaeppler, D.J. Andrews, and R.D. Lee. Chapter 14. Sorghum In
Banga S.S and S.K Banga (Eds.) Hybrid cultivar development. Springer-
Verlag. India. (1998): p.432-354.
Recsanti, D. Pengaruh pemberian jus stroberi terhadap kerusakan histologis
hepatosit mencit akibat pemberian asetaminofen. (Skripsi), Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universtas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta, 2009.
Rismunandar. Sorgum tanaman serba guna. Sinar Baru. Bandung, (2006.): 71 p.
Rispair, N., P Morris., K Judith Webb. Phenolic Compound:Extraction an Analysis.
UK, Lotus Japonicus Handbook, 2005.
Rahayu, L.” Uji Toksisitas Akut, Aktivitas Antioksidan In Vitro dan Efek Rebusan
Bunga Kemboja Merah (Plumeria rubra L.) terhadap Kadar Malondialdehid”.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 12. no. 1 (April 2014): hlm. 43-49.
Reddy, B.V.S., S. Ramesh, S.T. Borikar, and H. Sahib. ICRISAT-Indian NARS
partnership sorghum improvement research: strategies and impacts. Current
Science 92 (7) (2007): 9 09-915.
62
Rohmatussolihat. Antioksidan, Penyelamat Sel-sel Tubuh Manusia. BioTrends 4 (1)
(2009): 5-9.
Rosilia, R.”Aktivitas Antioksidan Zat Ekstraktif Daun Mangium (Acacia Mangium
Willd) Berdasar Uji Secara In Vitro Dan In Vivo”. Skripsi. Bogor. Departemen
Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2014.
Rooney, L.W. Sorghum and Millet Food Research Failures and Successes:
Overview. Texas: Food Science Faculty, Texas A and M Univ, College
Station, 2005.
Rudiansah. Aktivitas Pengawetan Fraksi Etil asetat Buah Asam kandis (G. Dioica
Blum) Terhadap Tingkat Kesegaran Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
(Skripsi), 2012.
Singh, F., K.N. Rai, B.V.S Reddy, and B. Diwakar. Development of cultivars and
seed product ion techniques in sorghum and pear l millet. Training manual.
Training and Fellowships Program and Genet ic Enhancement Division,
ICRISAT Asia Center , India. Patancheru 502-324, Andhra Pradesh.
InternationalCrops Research Institute for the Semi -Arid Tropics. India. (1997):
118 pp. (Semi - formal publication).
Sihombing, C, N, Wathoni, N, dan Rusdiana, T, Formulasi Gel Antioksidan ekstrak
Buah buncis (Phaseolus vulgaris L.) Dengan Menggunakan Basis Aqupec 505
hv, Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Sumedang. Sumedang, 2017.
Sembiring Elia, dkk. “Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Dari Biji Jagung
(ZEA MAYS L.)”. Jurnal Kimia 9 no. 1 (2016): 1-24.
Supari F. Radikal Bebas dan Parasitologi Beberapa Penyakit. Seminar Senyawa
Radikal dan Sistem Pangan. Jakarta, 1996.
Suarni. Evaluasi Sifat Fisik dan Kandungan Kimia Biji Sorgum Setelah Penyosohan.
Jurnal Stigma XII(1) 2004: 88-91.
Suarni.’’Potensi Sorgum sebagai Bahan Pangan Fungsional’’. Iptek Tanaman
Pangan. 7 no. 1 (2012).
Setiawan B, Suhartono E. Peroksidasi Lipid dan Penyakit Terkait Stres Oksidatif
pada Bayi Prematur. Maj Kedokt Indones. 2007;57:10–4.
Shinta, Endro & Anjani P. Pengaruh Konsentrasi Alkohol dan Waktu Ekstraksi
Terhadap Ekstraksi Tannin dan Natrium Bisulfit dari Kulit Buah Manggis.
63
Makalah Seminar Nasional Soebardjo Brotohardjono. Surabaya, (2008). Hal
31-34.
Suhaling S. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kacang Merah (Phaseolus
vulgaris L.) dengan Metode DPPH. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UINAM,
2010.
Sugiat D. Penetapan Kadar Fenol Total dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Dedak Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa). Skripsi. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Depok, 2010.
Syaifuddin. “ Uji Aktivitas Antioksidan Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss.)
Segar Dan Rebus Dengan Metode Dpph (1,1 –diphenyl-2-picylhydrazyl)”.
Skripsi. Semarang. Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2015.
Shyur, L.-F., Tsung, J.-H., Chen, J.-H., Chiu, C.-Y. and Lo, J.-P. Antioxidant
properties of extracts from medicinal plants popularly used in Taiwan. Int J
Appl Sci Eng 3, (2005): 195–202.
Tristantini, D.” Pengujian Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH pada
Daun Tanjung (Mimusops elengi L)”. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 17 Maret, 2016: 1-7.
Tjitrosoepomo, G. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2000.
Tsoumis G. Science and Technology of Wood (Structure, Properties, Utilization).
New York : Van Nostrand Reinhold, 1991.
Tursiman, dkk. “Total Fenol Fraksi Etil Asetat Dari Buah Asam Kandis (Garcinia
Dioica Blume)”. JKK, 1 no. 1 (2014):45-48.
Unit Pengelola Benih Sumber Balitsereal. Laporan produksi dan distribusi benih
jagung, sorgum, dan gandum. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros,
Sulawesi Selatan, 2013.
Ukhty, N. Kandungan Senyawa Fitokimia, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan
Lamun Syringodium isoetifolium. Skripsi. IPB. Bogor, 2011.
Van de Laan, P.A. Pest of Crops in Indonesia. Revised from the Plagen van de
Cultuur gewassen in Indonesia by L.G.G. Kalshoven. PT. Ichtiar Bon-Van
Hoene, Jakarta (1981) P.197-201; 387-437.
64
Venkataraman S, Schafer FQ, Buettner GR. Detection of Lipid Radicals Using EPR.
Mary Ann Liebert, Inc. 2004;6(3).
Vanselow et al. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by Methanolic
Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression Analysis of
Spectrophotometric Measurements, Sensors, 7, (2007): 2080-2095.
Winarsi H. Antioksidan alami dan radikal bebas: potensi dan aplikasinya dalam
kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2007.15-20, 79-81, 87, 97, 101, 137.
Windono, dkk. Uji Peredam radikal Bebas Terhadap 2,2-Diphenyl-1- picryhidrazil
(DDPH) dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.)
Probolinggo biru dan Bali, Jurnal Penelitian Artoarpus, Vol I no.1, Fakultas
Farmasi UNAIR, Surabaya, 2001: Hal 34-43.
Wahdaningsih. S.’’Aktivitas Penangkal Radikal Bebas Dari Batang Pakis (Alsophila
glauca J. Sm)’’. Majalah Obat Tradisional. 16 (3) (2011): 156 – 160.
Walker, G., and Daniels, S. Improving debate in soft systems methodology:
Collaborative argument about change. In Argument and the Postmodern
Challenge: Proceedings of the Eighth SCA /AFA Conference on
Argumentation, R.E. McKerrow (ed). Annandale, VA: Epeech Communication
Association, 1993.
Wojdylo, Aneta et al., “Antioxidant Activity and Phenolic in 32 Selected Herbs”.
Journal Food Chemistry. 105 (2007): 940-949.
Widowati, S., B.A.S. Santosa, S. Lubis, H. Herawati dan R. Nurdjanah. Reduksi
Tanin dalam Proses Pembuatan Tepung Sorgum. Makalah Seminar Rutin BB
Pascapanen 27 Januari, 2010.
Youngson, R., Antioksidan: Manfaat Vitamin C dan E Bagi Kesehatan, alih bahasa
SusiPurwoko, Arcan Jakarta, 2005.
Yasa GP. Peranan Peroksidasi Lipid pada Patogenesis Preeklamsia. Universitas
Udayana. 2013; 7-9.
Zubair, Anas. SORGUM: Tanaman Multi Manfaat. Bandung: Unpad Press, 2016.
Zuraida, dkk.”Fenol, Flavanoid dan Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Kulit Batang
Pulai (Alstania scholaris R.Br)”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 35 no. 3
(September, 2017): 211-219.
65
65
LAMPIRAN
Lampiran1. Fenol Total
Hasil Pengukuran Kurva Baku untuk Penetapan Kandungan Fenolik Total
Seri Konsentrasi (mL) Absorbansi (750 nm) Persamaan Kurva
Baku
1 1 0,123
y = 0.0213x + 0.1129
R² = 0.9796
2 1,5 0,157
3 2 0,178
4 2,5 0,206
5 3 0,229
6 3,5 0,245
7 4 0,259
8 4,5 0,274
N-heksan
Replika 1
y = 0,0213x + 0,1129
0,319 = 0,0213x + 0,1129
y = 0.0213x + 0.1129
R² = 0.9796
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0 2 4 6 8 10
Ab
sorb
an
si
Konsentrasi (mL)
Kurva Standar Asam Galat
Absorbasi
Linear (Absorbasi)
66
x =0,319 − 0,1129
0,0213
= 9,67%
Replika 2
y = 0,0213x + 0,1129
0,342 = 0,0213x + 0,1129
x =0,342 − 0,1129
0,0213
= 10,75%
Etil asetat
Replika 1
y = 0,0213x + 0,1129
0,842 = 0,0213x + 0,1129
x =0,842 − 0,1129
0,0213
= 34,23%
Replika 2
y = 0,0213x + 0,1129
0,549 = 0,0213x + 0,1129
x =0,549 − 0,1129
0,0213
= 20,47%
Replika 3
y = 0,0213x + 0,1129
0,605 = 0,0213x + 0,1129
x =0,605 − 0,1129
0,0213
= 23,10%
Replika 3
y = 0,0213x + 0,1129
0,551 = 0,0213x + 0,1129
x =0,551 − 0,1129
0,0213
= 20,56%
67
Etanol
Replika 1
y = 0,0213x + 0,1129
0,939 = 0,0213x + 0,1129
x =0,939 − 0,1129
0,0213
= 38,78%
Replika 2
y = 0,0213x + 0,1129
0,346 = 0,0213x + 0,1129
Lampiran 2. Uji aktivitas antioksidan secara in vitro
Hasil pengukuran serapan ekstrak etanol bekatul sorgum terhadap DPPH
No Konsentrasi Etanol
Bekatul sorgum (ppm)
Absorbansi (515 nm) Rata-rata
1 2 3
1 100 0,306 0,364 0,407 0,359
2 200 0,327 0,336 0,328 0,330
3 400 0,205 0,215 0,216 0,212
4 800 0,089 0,076 0,079 0,081
100 ppm
=0,513 − 0,359
0,513
= 30,01%
200 ppm
=0,513 − 0,330
0,513
x =0,346 − 0,1129
0,0213
= 10,94%
Replika 3
y = 0,0213x + 0,1129
0,317 = 0,0213x + 0,1129
x =0,317 − 0,1129
0,0213
= 9,58%
68
= 35,61%
400 ppm
=0,513 − 0,212
0,513
= 58,67%
800 ppm
=0,513 − 0,081
0,513
= 84,15%
Hasil pengukuran serapan ekstrak etil asetat bekatul sorgum terhadap DPPH
No
Konsentrasi Ekstrak Etil
Asetat Bekatul sorgum
(ppm)
Absorbansi (515 nm) Rata-rata
1 2 3
1 100 0,505 0,500 0,502 0,502
2 200 0,483 0,475 0,489 0,482
3 400 0,439 0,388 0,446 0,424
4 800 0,366 0,449 0,365 0,393
100 ppm
=0,513 − 0,502
0,513
= 2,14%
200 ppm
=0,513 − 0,482
0,513
= 6,04%
69
400 ppm
=0,513 − 0,424
0,513
= 17,34%
800 ppm
=0,513 − 0,393
0,513
= 23,39%
Hasil pengukuran serapan ekstrak n-heksan bekatul sorgum terhadap DPPH
No
Konsentrasi Ekstrak N-
heksan Bekatul sorgum
(ppm)
Absorbansi (515 nm) Rata-rata
1 2 3
1 100 0,119 0,111 0,054 0,094
2 200 0,094 0,073 0,053 0,073
3 400 0,064 0,068 0,050 0,060
4 800 0,040 0,050 0,040 0,043
100 ppm
=0,513 − 0,094
0,513
= 81,48%
200 ppm
=0,513 − 0,073
0,513
= 85,76%
400 ppm
=0,513 − 0,060
0,513
70
= 88,30%
800 ppm
=0,513 − 0,043
0,513
= 91,61%
Hasil pengukuran serapan vitamin C terhadap DPPH
No Konsentrasi Vitamin C
(ppm)
Absorbansi (515 nm) Rata-rata
1 2 3
1 10 0,518 0,490 0,519 0,509
2 20 0,480 0,480 0,490 0,483
3 30 0,400 0,390 0,450 0,413
4 40 0,350 0,323 0,446 0,373
10 ppm
=0,513 − 0,509
0,513
= 0,02%
20 ppm
=0,513 − 0,483
0,513
= 0,05%
30 ppm
=0,513 − 0,413
0,513
= 0,19%
71
40 ppm
=0,513 − 0,373
0,513
= 0,27%
Lampiran 3. Hasil pengukuran serapan blanko
Nama Absorbansi (515 nm) Rata-rata
Blanko
0,521
0,513 0,510
0,508
Lampiran 4. Perhitungan IC50
Perhitungan IC50 Vitamin C
y = a + bx, y = IC50 = 50
y = 0,0048 + 0,564x
x =50 − 0,0048
0,564
= 88,64 ppm
Perhitungan IC50 ekstrak etanol 96 % bekatul sorgum
y = a + bx, y = IC50 = 50
y = 0,0002 + 0,5087x
x =50 − 0,0002
0,5087
= 98,28 ppm
Perhitungan IC50 ekstrak etil asetat bekatul sorgum
y = a + bx, y = IC50 = 50
72
y = 0,0004 + 0,3978x
x =50 − 0,0004
0,3978
= 125,69 ppm
Perhitungan IC50 ekstrak n-heksan bekatul sorgum
y = a + bx, y = IC50 = 50
y = 0,1338 + 0,2978x
Lampiran 5. Kurva hubungan konsentrasi dengan % pengikatan DPPH
Kurva hubungan antara konsentrasi vitamin C dengan % pengikatan terhadap DPPH
Kurva hubungan antara konsentrasi etil asetat dengan % pengikatan terhadap DPPH
x =50 − 0,1338
0,2978
= 167,44 ppm
y = 0.0089x - 0.09
R² = 0.9503
-0.1
0
0.1
0.2
0.3
0 20 40 60
% P
engik
ata
n D
PP
H
Konsentrasi vitamin C
Absorbansi Vitamin C
absorbansi
Linear
(absorbansi)
y = 0.0304x + 0.8422
R² = 0.9114
0
10
20
30
0 500 1000
% P
engik
ata
n D
PP
H
Konsentrasi Etil Asetat
Absorbansi Etil Asetat
absorbansi
Linear
(absorbansi)
73
Kurva hubungan antara konsentrasi etanol 96% dengan % pengikatan terhadap DPPH
Kurva hubungan antara konsentrasi n-heksan dengan % pengikatan terhadap DPPH
y = 0.0792x + 22.443
R² = 0.9836
0
50
100
0 500 1000
% P
engik
ata
n D
PP
H
Konsentrasi Etanol
Absorbansi Etanol 96 %
absorbansi
Linear
(absorbansi)
y = 0.013x + 81.927
R² = 0.882
80
82
84
86
88
90
92
94
0 500 1000
% P
engik
ata
n D
PP
H
Konsentrasi N-heksan
Absorbansi N-heksan
absorbansi
Linear
(absorbansi)
74
DOKUMENTASI PENELITIAN
1. Bahan baku
2. Ektraksi (Maserasi)
75
3. Fenol total
4. Uji aktivitas antioksidan
Blanko Vitamin C
Larutan etanol Larutan etil asetat Larutan n-heksan
Larutan standar asam galat
76
Larutan etanol Larutan etil asetat
Larutan n-heksan
77
RIWAYAT HIDUP
NUR AFNI. Saya merupakan anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan Muh. Sabir dan Nurbaya, yang
dilahirkan di Talamangape Kab. Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan tanggal 30 November 1995. Saya mulai mengeyam
pendidikan di SDN Borongkanang dan menamatkan diri pada
tingkat sekolah dasar pada tahun 2007, saya melanjutkan
pendidikan di SMP PGRI Barembeng dan tamat pada tahun 2010, pada tahun yang
sama saya kemudian melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bontonompo Kab. Gowa
dan berhasil menamatkan sekolah saya pada tahun 2013. Berdasarkan hasil seleksi
penerimaan Mahasiswa Baru tahun 2015. Saya berhasil untuk menjadi Mahasiswa
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknolgi di Sekolah Tinggi Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.