AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat...

23
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA EKSTRAK DAUN Aquilaria malaccensis DAN Gyrinops versteegii MAEDA WAHYUNINGRUM DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Transcript of AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat...

Page 1: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA

EKSTRAK DAUN Aquilaria malaccensis DAN Gyrinops versteegii

MAEDA WAHYUNINGRUM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,
Page 3: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan

dan Tabir Surya Ekstrak Daun Aquilaria malaccensis dan Gyrinops versteegii adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2017

Maeda Wahyuningrum

NIM E24130033

Page 4: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

ABSTRAK

MAEDA WAHYUNINGRUM. Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak Daun

Aquilaria malaccensis dan Gyrinops versteegii. Dibimbing oleh RITA KARTIKA SARI

dan MOHAMAD RAFI.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen dan fitokimia, aktivitas

antioksidan, serta tabir surya ekstrak daun Aquilaria malaccensis (AM) dan Gyrinops

versteegii (GV). Ekstraksi simplisia daun menggunakan metode sokletasi dengan pelarut

yang memiliki kepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan metanol). Analisis fitokimia

ekstrak dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian aktivitas antioksidan

dilakukan secara in vitro melalui konsentrasi efektif (EC50) ekstrak dalam menangkap

radikal DPPH. Aktivitas tabir surya dilakukan melalui pengujian sun protection factor

(SPF). Hasil penelitian menunjukkan rendemen ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol

daun AM berturut-turut adalah 7.25%, 5.48%, 6.77%, dan GV berturut turut adalah 7.83%,

5.46%, dan 6.77%. Analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan metanol

terdeteksi kuat mengandung senyawa antioksidan seperti p-hidrokinon, flavonoid, dan

tanin dengan total fenol ekstrak etil asetat, dan metanol daun AM berturut-turut 3.66% dan

3.40%, GV berturut-turut 3.40% dan 4.27%. Ekstrak n-heksana terdeteksi lemah

mengandung senyawa antioksidan dengan total fenol 0.32% (AM) dan 0.45% (GV).

Ekstrak metanol GV tergolong memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan tergolong

sangat kuat (EC50 14.46 µg/ml). Ekstrak metanol AM dan GV memiliki aktivitas tabir surya

yang tergolong ultra (nilai SPF>15).

kata kunci : A. malaccensis, antioksidan, G. versteegii, tabir surya

ABSTRACT

MAEDA WAHYUNINGRUM. Antioxydant Activity and Sunscreen of Aquilaria

malaccensis and Gyrinops versteegii Extract. Supervised by RITA KARTIKA

SARI and MOHAMAD RAFI.

The aim of this study was to determine the rendement and phytochemicals,

antioxidant activity, and sunscreen extract of stratified extraction with socletation method

of Aquilaria malaccensis (AM) and Gyrinops versteegii (GV). Leaf simplicia extraction

using socletation method which has multilevel polarities (n-hexane, ethyl acetate and

metanol). The analysis of phytochemical extracts has been carried out qualitatively and

quantitatively. Antioxidant activity testing was performed in vitro through the effective

concentration (EC50) extract in capturing DPPH radicals. Sunscreen activity has been done

through testing sun protection factor (SPF). The result of socletation of AM and GV leaf

with different solvent polarities showed that extraction with varying yields. The result

showed that yield of n-hexane extract, ethyl acetate, methanol GV leaf were 7.25%, 5.48%,

6.77%, and GV were 7.83%, 5.46%, and 6.77% respectively. The phytochemical analysis

showed that ethyl acetate and methanol extracts were strongly detected containing

antioxidant compounds such as p-hydroquinone, flavonoid, and tannins with total phenol

ethyl acetate and methanol extract of AM were 3.66% and 3.40%, GV were 3.40% and

4.27% respectively. The weakly detected n-hexane extract contains antioxidant compounds

with total phenol 0.32% (AM) and 0.45% (GV). Methanol extract of AM belongs to the

highest antioxidant activity and it is very strong (EC50 14.46 μg/ml). Methanol extract

of AM and GV have ultra sunscreen activity (SPF>15).

keywords: A. malaccensis, antioxidant, G. versteegii, sunscreen

Page 5: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA EKSTRAK

DAUN Aquilaria malaccensis DAN Gyrinops versteegii

MAEDA WAHYUNINGRUM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 6: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,
Page 7: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

Judul Skripsi : Aktivitas Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak Daun Aquilaria

malaccensis dan Gyrinops versteegii

Nama : Maeda Wahyuningrum

NIM : E24130033

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Kartika Sari, M.Si

Pembimbing I

Dr Mohamad Rafi, S.Si, M.Si

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga laporan hasil penelitian yang berjudul Aktivitas

Antioksidan dan Tabir Surya Ekstrak Daun Aquilaria malaccensis dan Gyrinops

versteegii sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen

Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, M.Si dan Bapak

Dr Mohamad Rafi S.Si M.Si selaku pembimbing, yang telah memberikan

bimbingan dan dukungan kepada penulis. Terimakasih kepada pihak CV Aromindo

khususnya Bapak Ir Ramzi Salim yang telah memberikan bantuan biaya penelitian

sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan lancar. Selain itu penulis juga

menyampaikan terimakasih kepada laboran yaitu Pak Junawan (Laboratorium

Kimia Hasil Hutan), Mbak Hana (Laboratorium PSB IPB), dan Bu Nunung

(Laboratorium Kimia Analitik) yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

Ucapan terimakasih tak terhingga penulis sampaikan pada orang tua, Bapak

Suparman dan Ibu Karyasih, Adik Titin dan Melynda, teman terbaik Kelik, atas

dukungan moril serta doa yang tiada henti. Di samping itu, terimakasih penulis

sampaikan kepada teman-teman DHH (Departemen Hasil Hutan) angkatan 50, JJR

(Jawa Jawa Rancak), dan teman satu bimbingan skripsi yang selalu memberikan

semangat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, Juli 2017

Maeda Wahyuningrum

Page 9: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 3

Metode Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Rendemen 5

Analisis Fitokimia 5

Aktivitas Antioksidan secara In vitro 7

Tabir Surya 8

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

RIWAYAT HIDUP 13

Page 10: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

DAFTAR TABEL

1 Rendemen hasil ekstraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol daun A.

malaccensis dan G. versteegii 5 2 Sifat fitokimia kualitatif dan kuantitatif ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol daun A. malaccensis dan G. versteegii 6 3 Nilai EC50 dan aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol daun A. malaccensis dan G. versteegii 7

4 Nilai SPF ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol daun A.

malaccensis dan G. versteegii 8

Page 11: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gaharu tergolong ke dalam hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat

potensial dikembangkan di Indonesia. Gaharu merupakan komoditas HHBK yang

sangat mahal. Harga gaharu ekspor dengan mutu super pada bulan Juni mencapai

Rp 28 000 000/kg (Kemendag 2016). Selain itu, Indonesia merupakan eksportir

gaharu terbesar di pasar dunia dan berkontribusi terhadap peningkatan devisa

negara. Hal ini terbukti dari ekspor gaharu pada bulan Februari 2015 mencapai

US$ 1 045 139 dengan volume 590.71 ton (BPS 2015a). Ekspor gaharu meningkat

pada bulan Maret 2015 mencapai nilai US$ 2 442 756 dengan volume kumulatif

969.39 ton (BPS 2015b). Nilai ekspor gaharu semakin meningkat pada bulan April

2015 hingga mencapai nilai US$ 3 005 388 dengan volume 1 295 996 ton (BPS

2015c). Saat ini permintaan dunia yang tinggi tidak dapat dipenuhi karena pasokan

yang sedikit. Pasokan yang sedikit ini disebabkan masyarakat mengambil gaharu

langsung dari hutan alam, yang ketersediaannya semakin menurun. Selain itu,

pasokan gaharu yang menurun juga dipengaruhi oleh adanya convention on

international trade of species (CITES) yang memutuskan bahwa pohon penghasil

gaharu dimasukkan dalam appendix II yang berarti penebangan dan ekspornya

harus dibatasi dalam kuota dan berlaku pada semua negara dimana suatu jenis

tanaman ini ditemukan (Barden et al. 2000). Untuk mengatasi hal tersebut, maka

Indonesia mengembangkan pembudidayaan pohon penghasil gaharu.

Saat ini, pohon penghasil gaharu banyak dibudidayakan di Indonesia. Santoso

et al. (2014) menyatakan bahwa jumlah pohon penghasil gaharu yang

dibudidayakan di 29 provinsi di Indonesia berjumlah 3 249 959 pohon. Menurut

Suryana (2012), beberapa jenis pohon penghasil gaharu yang prospektif

dibudidayakan adalah genus Aquilaria spp. dan genus Gyrinops. Genus Aquilaria

spp. meliputi jenis A. malaccensis, A. microcarpa, A. fillaria, A. beccariana,

sedangkan jenis dari genus Gyrinops meliputi G. versteegii, G. rosbergii, dan G.

moluccana. Jenis-jenis pohon gaharu tersebut dipilih karena memiliki nilai

komersial dan kualitas serta nilai pasar yang tinggi.

Nilai tambah pohon penghasil gaharu dapat ditingkatkan dengan cara

memanfaatkan bagian lain dari pohon yang salah satunya adalah daun pohon

penghasil gaharu. Daun A. malaccensis dan G. versteegii potensial sebagai sumber

senyawa antioksidan. Isromarina (2013) menyatakan bahwa ekstrak metanol daun

A. malaccensis tua memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi karena daun tua

memiliki kandungan flavonoid total yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun

muda. Selain itu, daun G. versteegii telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan

dan mengandung senyawa fenolik dan flavonoid (Mega dan Swastini 2010).

Menurut Winarsi (2007), antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat

reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif,

sehingga kerusakan sel dapat dihambat sehingga tubuh dapat terlindung dari

berbagai macam penyakit degeneratif. Menurut Bonina et al. (1996), antioksidan

pada sediaan tabir surya dapat meningkatkan efektivitas fotoprotektif zat-zat yang

bersifat antioksidan dan mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi

UV. Berdasarkan kandungan senyawa tersebut maka ekstrak daun A. malaccensis

Page 12: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

2

dapat digunakan sebagai bahan aktif sediaan krim yang dapat melindungi kulit dari

paparan sinar matahari.

Efektivitas ekstrak sebagai sediaan krim tabir surya kulit dinyatakan dengan

sun protection factor (SPF). Menurut Wood dan Murphy (2000), SPF merupakan

jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED)

pada kulit yang dilindungi sediaan tabir surya, dibagi dengan jumlah energi UV

yang dibutuhkan untuk mencapai MED kulit yang tidak diberi perlindungan. Dutra

(2004) menyatakan pengukuran nilai SPF dapat dilakukan melalui dua metode yaitu

in vivo dan in vitro. Metode in vivo dilakukan menggunakan manusia sebagai

relawan. Metode ini dapat memberikan hasil yang sangat efektif dan tepat, namun

membutuhkan waktu yang lama, lebih sulit dan kompleks, serta lebih mahal.

Metode in vitro didasarkan pada nilai absorbsi yang ditetapkan secara

spektrofotometri. Hasil penelusuran pustakan belum menemukan laporan penelitian

mengenai potensi SPF ekstrak daun dari pohon penghasil gaharu dari jenis A.

malaccensis dan G. versteegii.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini diantaranya berapakah

rendemen ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-

heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

bagaimana karakteristik fitokimia ekstrak daun tersebut?, dan bagaimana aktivitas

antioksidan dan tabir surya ekstrak daun tersebut yang ditunjukkan dari nilai SPF?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menentukan yaitu menentukan rendemen, fitokimia,

aktivitas antioksidan, dan tabir surya (nilai SPF) ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol daun A. malaccensis serta G. versteegii.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

karakteristik fitokimia, aktivitas antioksidan, dan tabir surya ekstrak daun A.

malaccensis dan G. versteegii. Manfaat lainnya adalah meningkatkan nilai tambah

hasil hutan melalui pemanfaatan bagian daun pohon penghasil gaharu sebagai

bahan baku senyawa aktif alami pada produk kosmetika.

METODE

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun gaharu tua

(bukan pucuk daun) jenis A. malaccensis dan G. versteegii yang dibudidayakan di

Cilodong, Depok, Jawa Barat. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksana, etil asetat,

dan metanol. Bahan kimia lain yang digunakan adalah 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

(DPPH), KLT silika gel G60F254, n-heksana, etil asetat, asam askorbat, natrium

Page 13: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

3

karbonat, kloroform, H2SO4, reagen Meyer, reagen Wagner, reagen Dragendorf,

serbuk Mg, HCl, dan FeCl3.

Alat

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah willey mill, mesh

screen berukuran 40-60 mesh, timbangan digital, sudip, corong, allumunium foil ,

toples, oven, evaporator putar, cawan alumunium, tabung reaksi, labu ukur, cawan

petri, botol vial, mikropipet, pH universal, vortex, mortar porselen, inkubator,

spektrofotometer UV-Vis, dan microplate reader 96 well plate.

Metode Penelitian

Persiapan Bahan Baku

Daun yang dipetik dari pohon penghasil gaharu (A. malaccensis dan G.

versteegii) hasil budidaya dikeringkan dengan cara dijemur. Daun kering digiling

dan diayak menjadi ukuran 40-60 mesh. Kadar air serbuk diukur dengan

mengambil sampel ± 2 g dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 103±2 ºC hingga

mencapai bobot kering tanur (BKT) yang konstan.

Ekstraksi

Serbuk daun gaharu yang telah diketahui kadar airnya masing-masing

ditimbang 200 g untuk 3 ulangan dan dibungkus dengan kertas saring. Metode

ekstraksi yang digunakan adalah sokletasi yang menggunakan pelarut organik

dengan kepolaran bertingkat (n-heksana, etil asetat, dan metanol). Ekstraksi

dilakukan hingga filtrat di dalam sokhlet yang berisi timbel tidak berwarna.

Dalam penelitian ini, ekstraksi dilakukan selama 24 jam pada pelarut n-heksana, 15

jam pada pelarut etil asetat, dan 14 jam pada pelarut metanol pada suhu 70 ºC. Filtrat

hasil sokletasi dievaporasi volumenya menjadi ± 100 ml. Sebanyak 15 ml ekstrak

digunakan untuk pengukuran rendemen, dan sisanya dipekatkan dengan evaporator

putar dan dikeringkan pada suhu 40 ºC.

Analisis Fitokimia

Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis

fitokimia kualitatif mengacu pada Harbone (1996). Kelompok senyawa yang

dideteksi yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Analisis

fitokimia kuantitaif dalam penelitian ini adalah kadar fenol total ekstrak. Analisis

kadar fenol total mengacu pada Indrayani et al. (2006). Sampel sebanyak 0.1 g

dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0.1 larutan Folin

Ciocalteu reagen 50% dan 2 ml larutan natrium karbonat (Na2CO3) 2% lalu

diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi larutan ekstrak ditentukan pada panjang

gelombang 725 nm dengan spektrofotometer UV-Vis. Kurva standar fenol dibuat

menggunakan standar asam galat (konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm).

Page 14: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

4

Kadar fenol total dinyatakan sebagai mg asam galat ekuivalen dalam g ekstrak

(mg/g AGE).

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Secara in vitro

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH secara in vitro.

Pengujian aktivitas antioksidan ini mengacu pada Batubara et al. (2010). Larutan

dibuat dengan berbagai macam konsentrasi menggunakan pelarut etanol. Larutan

ekstrak sebanyak 100 ml dan 100 ml larutan DPPH (4 mg DPPH dalam 100 ml

etanol) ditambahkan ke dalam masing-masing plate 96 well. Setelah 30 menit,

absorbansi diukur pada panjang gelombang 514 nm menggunakan

spektrofotometer. Kontrol positif yang digunakan adalah asam askorbat sedangkan

etanol digunakan sebagai blangko. Presentase inhibisi terhadap DPPH diukur

sebagai kapasitas penangkapan radikal bebas (presentase “scavenging effect”)

dengan rumus sebagai berikut (Ghosal dan Mandal 2012):

% 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑙 =𝐴 − 𝐵

𝐴 × 100

Keterangan: A: serapan kontrol negatif (DPPH + etanol)

B: serapan ekstrak uji (DPPH + etanol + ekstrak uji)

Korelasi antara persen penangkapan radikal dan konsentrasi ekstrak akan

menghasilkan nilai EC50 yang dihitung melalui persamaan regresi hasil

interpolasinya. EC50 adalah konsentrasi efektif ekstrak yang mampu menurunkan

konsentrasi radikal bebas DPPH sebesar 50%. Suatu senyawa dinyatakan sangat

aktif sebagai antioksidan apabila nilai EC50 yang dimiliki kurang dari 100 µg/ml,

dinyatakan berpotensi sedang apabila nilai EC50 yang dimiliki antara 100-200

µg/ml, dan senyawa yang tidak memiliki aktivitas antioksidan apabila nilai EC50

yang dimiliki lebih dari 200 µg/ml (Lisdawati dan Kardono 2006).

Uji Tabir Surya

Efikasi tabir surya dinyatakan dengan nilai SPF. Penilaian SPF mengacu pada

food and drug administration (FDA) yang mengelompokkan keefektifan sediaan

tabir surya berdasarkan SPF. Tabir surya memiliki kategori ultra apabila nilai SPF

≥ 15, tergolong maksimal apabila nilai SPF 8-15, termasuk kategori ekstra apabila

nilai SPF 6-8, kategori sedang apabila nilai SPF 4-6, dan memiliki proteksi minimal

apabila nilai SPF 2-4 (Wilkinson dan Moore 1982).

Penentuan nilai SPF mengacu pada Kawira (2005). Pengukuran dilakukan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-360 nm dan

etanol sebagai blanko. Data serapan dibaca dengan interval 2.5 nm. Serapan larutan

uji rata-rata dihitung dengan kadar baku 125 mg/l (As) dengan rumus :

𝐴𝑆 =125

𝑚 × 𝐴𝑟

Kemudian nilai SPF dihitung menggunakan rumus :

𝑆𝑃𝐹 = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 (2 × 𝐴𝑠)

Page 15: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

5

Penetapan serapan Ar dihitung menggunakan rumus :

𝐴𝑟 =[1.25(𝐴290 + 𝐴360) + 2.5(𝐴292.5 + 𝐴295 + ⋯ + 𝐴357.5]

70

Keterangan

Ar : penetapan serapan rata-rata

As : serapan rata-rata larutan uji

m : bobot dalam mg bahan uji yang ditimbang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendeman Ekstrak

Ekstrak yang dihasilkan dari proses sokletasi menggunakan pelarut n-

heksana, etil asetat, dan metanol menghasilkan rendemen yang beragam. Tabel 1

menunjukkan ekstrak n-heksana memiliki rendemen yang lebih tinggi

dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan metanol baik pada A. malaccensis

maupun G. versteegii. Hal ini disebabkan jenis dan komposisi zat ekstraktif yang

terkandung dalam daun memiliki sifat dan kepolaran yang berbeda. Pelarut yang

berbeda akan melarutkan senyawa yang berbeda sesuai dengan tingkat

kepolarannya dan ketersediaannya dalam bahan yang diekstrak (Salamah et al.

2008). Untuk itu, rendemen ekstrak n-heksana tertinggi karena daun mengandung

banyak klorofil dan pelarut n-heksana diketahui mudah melarutkan klorofil

(Ramadhan dan Phaza 2010).

Tabel 1 Rendemen hasil ekstraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol daun A.

malaccensis dan G. versteegii

Jenis Ekstrak Rendemen (%)1)

A. malaccensis n-heksana 7.25± 0.42

A. malaccensis etil asetat 5.48± 0.10

A. malaccensis metanol 6.77± 0.49

G. versteegii n-heksana 7.83± 0.44

G. versteegii etil asetat 5.46± 0.23

G. versteegii metanol 6.77± 0.28

Keterangan: 1) rerata dari 3 ulangan

Analisis Fitokimia

Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana A. malaccensis dan G.

versteegii terdeteksi kuat mengandung senyawa non polar tetapi mengandung

senyawa antioksidan seperti senyawa fenolik yang rendah. Hasil analisis kualitatif

membuktikan ekstrak n-heksana A. malaccensis sangat kuat mengandung steroid

dan terdeteksi kuat mengandung triterpen, akan tetapi, ekstrak tersebut

Page 16: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

6

mengandung total fenol yang rendah. Hal ini diperkuat oleh hasil analisis fitokimia

kualitatif yang menunjukkan ekstrak tersebut terdeteksi lemah mengandung fenol

hidrokuinon dan bahkan tidak terdeteksi mengandung tanin. Ekstrak n-heksana

daun kedua jenis daun terdeteksi sedang mengandung flavonoid, karena pelarut n-

heksana memiliki kemampuan untuk melarutkan senyawa flavonoid yang bersifat

non polar. Ekstrak n-heksana G. versteegii terdeteksi sangat kuat dan kuat

mengandung senyawa non polar seperti steroid dan triterpenoid. Kandungan total

fenol ekstrak n-heksana juga rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramadhan

dan Phaza (2010) bahwa n-heksana dapat melarutkan resin (triterpenoid), steroid,

lemak, minyak, dan asam lemak.

Tabel 2 Sifat fitokimia kualitatif dan kuantitatif ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol daun A. malaccensis dan G. versteegii

Senyawa

aktif

Uji Fitokimia

A. malaccensis G. versteegii

n-heksana etil asetat metanol n-heksana etil asetat metanol

Alkaloid +++ - +++ - ++ +

Flavonoid ++ +++ +++ ++ +++ +++

Fenol

hidrokuinon

+ ++ ++ + ++ +++

Steroid ++++ ++++ ++ ++++ ++++ ++

Triterpenoid +++ +++ ++ +++ +++ +

Tanin - ++ +++ - + ++++

Saponin - + + - - ++++

Kadar fenol

total (%)

0.32 3.66 0.75 0.45 3.40 4.27

Ket : - : tidak terdeteksi +:terdeteksi lemah ++:terdeteksi sedang

+++ : terdeteksi kuat ++++: terdeteksi sangat kuat

Ekstrak etil asetat terdeteksi mengandung senyawa antioksidan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan ekstrak n-heksana (Tabel 2). Ekstrak etil asetat A.

malaccensis terdeteksi kuat mengandung flavonoid, terdeteksi sedang mengandung

tanin dan fenol hidrokuinon, terdeteksi lemah mengandung saponin. Sama halnya

dengan ekstrak etil asetat A. malaccensis, ekstrak etil asetat G. versteegii

mengandung senyawa polar namun memiliki kadar fenol total yang lebih rendah

dibandingkan dengan ekstrak etil asetat A. malaccensis. Hal ini diperkuat dengan

hasil analisis kualitatif, yang menunjukkan ekstrak etil asetat G. versteegii

terdeteksi mengandung flavonoid yang kuat, fenol hidrokuinon yang terdeteksi

sedang, tanin yang terdeteksi lemah, dan tidak terdeteksi adanya saponin.

Ekstrak metanol G. versteegii terdeteksi mengandung senyawa polar dan

memiliki nilai kadar fenol total paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak lainnya.

Hasil analisis kualitatif membuktikan bahwa ekstrak metanol G. versteegii

terdeteksi sangat kuat mengandung tanin dan saponin, terdeteksi kuat mengandung

flavonoid dan fenol hidroqinon, dan terdeteksi lemah mengandung senyawa non

polar yaitu triterpenoid. Ekstrak metanol daun A. malaccensis terdeteksi

mengandung senyawa polar namun memiliki kadar fenol total yang rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa senyawa fenolik lebih banyak terekstrak pada pelarut etil

Page 17: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

7

asetat. Menurut Deore et al. (2009) kadar fenolik total sangat bergantung pada

struktur kimianya, senyawa fenolik yang memiliki gugus fungsi hidroksil yang

banyak atau dalam kondisi bebas (aglikon) akan menghasilkan kandungan fenolik

total yang tinggi. Selain itu, ekstrak metanol A. malaccensis dan G. versteegii

terdeteksi kuat mengandung alkaloid. Hal ini disebabkan senyawa alkaloid

tergolong ke dalam senyawa yang bersifat polar (Salamah et al. 2008) sehingga

dapat terlarut kedalam pelarut polar.

Aktivitas Antiosidan Ekstrak secara In-vitro

Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana daun A. malaccensis dan G.

versteegii tidak memiliki aktivitas antioksidan. Hal ini disebabkan kandungan

senyawa fenolik dalam ekstrak n-heksana kedua jenis daun yang rendah (Tabel 3).

Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Huda et al. (2009) yang

menunjukan ekstrak n-heksana daun A. malaccensis (EC50 800 µg/ml) tergolong

tidak memiliki aktivitas antioksidan. Hal ini mengindikasikan bahwa eksrak n-

heksana kedua jenis daun tidak berpotensi sebagai antioksidan.

Tabel 3 Nilai EC50 dan aktivitas antioksidan ekstrak n-heksana, etil asetat, dan

metanol daun A. malaccensis dan G. versteegii

Jenis Ekstrak EC50 (µg/ml)1) Aktivitas antioksidan2)

A. malaccensis n-heksana 1487.89±45.33 Tidak ada

A. malaccensis etil asetat 139.69±2.32 Sedang

A. malaccensis metanol 129.56±12.56 Sedang

G. versteegii n-heksan 486.24±0.49 Tidak ada

G. versteegii etil asetat 121.26±6.60 Sedang

G. versteegii metanol 14.46±0.33 Sangat Kuat

Vitamin C (kontrol positif) 4.75±0.01 Sangat Kuat

Keterangan : 1) rerata dari 2 ulangan

2) klasifikasi aktivitas antioksidan (Blois dalam Ukhty 2011).

Ekstrak metanol daun G. versteegii memiliki aktivitas antioksidan tertinggi

(Tabel 3). Hal ini disebabkan kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi dalam

ekstrak metanol daun G. versteegii dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-

heksana kedua jenis daun. Kadar fenol total dapat menjadi indikator keefektifan

sebagai penangkap radikal bebas. Hal ini disebabkan flavonoid dari kelompok

senyawa fenolik dapat menghasilkan radikal fenoksil yang terstabilkan oleh efek

resonansi dari cincin aromatis (Yu et al. 2009). Selain itu menurut Hamzah et al.

(2014), flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang menghambat banyak reaksi

oksidasi. Ekstrak metanol daun A. malaccensis memiliki aktivitas antioksidan yang

tergolong sedang (EC50 129.56 µg/ml) meskipun dengan kadar fenol total yang

rendah dibandingkan ekstrak etil asetat kedua jenis daun dan ekstrak metanol G.

versteegii. Hal ini dikarenakan aktivitas antioksidan dapat dipengaruhi oleh adanya

senyawa fitokimia lain seperti asam askorbat, tokoferol, dan pigmen yang

memberikan efek sinergis (Ukieyanna 2012).

Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat daun A. malaccensis dari hasil

penelitian ini memiliki aktivitas yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Page 18: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

8

Huda et al. (2009) yang menunjukkan ekstrak etil asetat memiliki aktivitas

antioksidan sedang (EC50 140 µg/ml). Selain itu, aktivitas antioksidan G. versteegii

ekstrak etil asetat dan metanol pada penelitian ini berbeda apabila dibandingkan

dengan aktivitas ekstrak etil asetat (EC50 19.20 µg/ml) dan metanol (EC50 24.04

µg/ml) hasil penelitian Parwata et al. (2016). Hal ini dapat dikarenakan perbedaan

tempat tumbuh yang menyebabkan perbedaan senyawa yang terkandung. Menurut

Indriani (2006), tempat tumbuh yang dipengaruhi oleh jenis tanah, curah hujan,

iklim, intensitas cahaya matahari, dan ketinggian dapat mempengaruhi kandungan

senyawa yang berbeda pada tanaman. Selain itu, perbedaan nilai EC50 yang

dihasilkan dapat dipengaruhi oleh teknik ekstraksi. Penelitian ini menggunakan

metode ekstraksi sokletasi dengan pelarut bertingkat, sedangkan penelitian yang

dilakukan oleh Parwata et al. (2016) menggunakan metode maserasi. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Widjanarko (2015), perbedaan

teknik ekstraksi dapat menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antioksidan.

Aktivitas antioksidan pada vitamin C tergolong sangat kuat (EC50

4.75µg/ml) karena vitamin C merupakan senyawa murni sehingga dapat mengikat

radikal DPPH secara efektif. Apabila dibandingkan dengan ekstrak n-heksana, etil

asetat, dan metanol kedua jenis daun, ekstrak tersebut masih tergolong ekstrak kasar

sehingga diduga masih terdapat senyawa pengganggu seperti protein dan senyawa

lain yang menghalangi proses penangkapan radikal bebas. Kemurnian suatu sampel

saat proses ekstraksi mempengaruhi aktivitas antioksidan sampel tersebut

(Ukieyanna 2012). Menurut Pine (1998) adanya protein dan lemak pada ekstrak

dapat mengganggu proses penangkapan radikal bebas oleh senyawa fenolik atau

flavonoid karena protein atau lemak pada tumbuhan dapat memberikan atom

hidrogen yang dimilikinya sehingga akan berikatan dengan radikal hidroksil pada

DPPH.

Tabir Surya

Ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol dari dua jenis daun

menghasilkan nilai SPF yang bervariasi. Tabel 3 menunjukkan ekstrak metanol

pada A. malaccensis dan G. versteegii memiliki aktivitas tabir surya yang tergolong

ultra (nilai SPF > 15) dan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ekstrak yang

lainnya. Hal ini disebabkan sifat pelarut polar yang dapat menarik senyawa polar

metabolit sekunder seperti flavonoid, isoflavonoid, dan tannin yang dapat menyerap

sinar UV (Susanti et al. 2012). Ekstrak n-heksana memiliki nilai SPF yang lebih

rendah dibandingkan dengan ekstrak yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil analisis

fitokimia secara kualitatif, ekstrak n-heksana tidak terdeteksi adanya tannin dan

terdeteksi sedang mengandung flavonoid (Tabel 2).

Tabel 4 menunjukkan bahwa ekstrak metanol potensial untuk

dijadikan sebagai bahan aktif tabir surya. Hasil perhitungan SPF menunjukkan

ekstrak metanol A. malaccensis dan ekstra metanol G. versteegii tergolong ke dalam

kategori proteksi ultra. Menurut Wilkinson dan Moore (1982) syarat bahan aktif

dapat digunakan sebagai tabir surya adalah efektif dalam menyerap sinar

eritmogenik pada rentang panjang gelombang 290-320 nm dan tidak menimbulkan

toksik. Selain itu, bahan aktif harus memberikan transmisi penuh pada rentang

panjang gelombang 300-400 nm untuk memberikan efek tanning maksimum.

Page 19: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

9

Tabel 4 Nilai SPF ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol daun A. malaccensis

dan G. versteegii.

Jenis Daun

Jenis

Ekstrak Nilai SPF

Kategori Tabir Surya1)

A. malaccensis n-heksana 5.50±0.01 Sedang

etil asetat 8.07±0.01 Maksimal

metanol 19.89±0.06 Ultra

G. versteegii n-heksana 4.72±0.01 Sedang

etil asetat 14.13±0.20 Maksimal

metanol 16.28±0.02 Ultra

Keterangan: 1) Klasifikasi tabir surya (Wilkinson dan Moore 1982)

Hasil penelitian ini menunjukkan indikasi korelasi positif antara kandungan

senyawa flavonoid dengan nilai SPF ekstrak, ekstrak yang terdeteksi mengandung

senyawa flavonoid yang semakin kuat, maka nilai SPF akan semakin meningkat.

Hal ini dipertegas oleh Wolf et al. (2001) yang menyatakan bahwa senyawa

flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya yang tinggi karena adanya gugus

kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV

sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit. Hogade (2010) melaporkan bahwa

beberapa golongan senyawa aktif antioksidan seperti flavonoid, tanin, antraqinon,

dan sinamat memiliki kemampuan sebagai pelindung terhadap sinar UV. Untuk itu,

ekstrak yang mengandung senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi

dapat digunakan sebagai senyawa aktif dalam sediaan tabir surya karena menurut

Bonina et al. (1996) penggunaan antioksidan pada sediaan tabir surya dapat

meningkatkan aktivitas fotoprotektif karena antioksidan dapat mencegah berbagai

penyakit yang ditimbulkan oleh sinar UV.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Sokletasi daun A. malaccensis dan G. versteegii yang menggunakan pelarut

dengan kepolaran bertingkat menghasilakan ekstrak dengan rendemen yang

bervariasi. Rendemen ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol daun A.

malaccensis berturut-turut adalah 7.25%, 5.48%, 6.77%, dan G. verstergii berturut

turut adalah 7.83%, 5.46%, dan 6.77%.

Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan metanol

terdeteksi kuat mengandung senyawa antioksidan seperti p-hidrokinon, flavonoid,

dan tanin dengan total fenol ekstrak etil asetat, dan metanol daun A. malaccensis

berturut-turut 3.66% dan 0.75%, dan G. versteegii berturut-turut 3.40% dan 4.27%.

Ekstrak n-heksana terdeteksi lemah mengandung senyawa antioksidan.

Aktivitas antioksidan ekstrak daun A. malaccensis dan G. versteegii

bervariasi. Ekstrak metanol G. versteegii tergolong memiliki aktivitas antioksidan

tertinggi dan tergolong sangat kuat (EC50 14.46 µg/ml). Aktivitas antioksidan

ekstrak etil asetat G. versteegii (EC50 121.26 µg/ml) dan ekstrak etil asetat serta

Page 20: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

10

metanol A. malaccensis tergolong sedang (EC50 139.69 µg/ml dan 129.59 µg/ml),

sedangkan ekstrak n-heksana A. malaccensis dan G. versteegii tidak memiliki

aktivitas antioksidan (EC50 486.24 µg/ml dan 1487.89 µg/ml).

Aktivitas tabir surya ekstrak daun A. malaccensis dan G. versteegii bervariasi.

Ekstrak metanol A. malaccensis dan G. versteegii memiliki aktivitas tabir surya

yang tergolong ultra (nilai SPF > 15), sedangkan ekstrak etil asetat A. malaccensis

dan G. versteegii memiliki aktivitas tabir surya yang tergolong maksimal (SPF

antara 8-15), dan ekstrak n-heksana A. malaccensis dan G. versteegii memiliki

aktivitas tabir surya yang tergolong sedang (SPF 4-6).

Saran

Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan identifikasi senyawa aktif yang

bersifat antioksidan serta tabir surya dan pengujian aktivitas antioksidan secara in

vivo terhadap ekstrak teraktif (ekstrak metanol G. versteegii). Selain itu, pengujian

potensi antioksidan dan tabir surya terhadap jenis pohon penghasil gaharu lainnya

perlu dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Barden A, Anak NA, Mulliken T, Song M. 2000. Heart of the Matter: Agarwood

Use and Trade and Cites Implementation for Aquilaria malaccensis.

Cambridge (UK): Traffic Network Report.

Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.

Potency of Indonesian medicinal plants as tyrosinase inhibitor and antioxidant

agent. J Biol Sci. 10: 138-144.

Bonina F, Lanza M, Montenegro L, Puglisi C, Tomaino A, Trombetta D, Castelli

F, Saija A. 1996. Flavonoids as potential protective agents against photo-

oxidative skin damage. Int J Pharm. 145: 87 – 94.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015a. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri

Ekspor Menurut Harmonized System Februari 2015. Jakarta (ID): CV Sari

Intan Perdana.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015b. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri

Ekspor Menurut Harmonized System Maret 2015. Jakarta (ID): CV Sari Intan

Perdana.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015c. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri

Ekspor Menurut Harmonized System April 2015. Jakarta (ID): CV Sari Intan

Perdana.

Deore SL, Khadabadi SS, Baviskar BA, Khangenbam RA, Koli US, Daga NP,

Gadbail PA, Jain PA. 2009. In vitro antioxidant activity and phenolic content

of Croton caudatum. J Chem Tech Resc. 1(2): 174-176.

Dutra A. 2004. Determination of sun protection factor (SPF) of sunscreen by

ultraviolet spectrophotometry. Braz J Pharm Sci. 40: 381-384.

Ghosal M, Mandal P. 2012. Phytochemical screening and antioxidant activities of

two selected ‘Bihi’ fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. J Food

Phar Sci. 4(2): 0975-1491.

Hamzah N, Isriany I, Andi DAS. 2014. Pengaruh emulgator terhadap aktivitas

antioksidan krim ekstrak etanol kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa

Linn). J Kesehatan. 7(2): 55-62.

Page 21: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

11

Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia. Terbitan ke-2. Padmawinata K, penerjemah.

Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari Phytochemical Methods.

Hogade MG, Basawaraj SP, Dhumal P. 2010. Comparative sun protection factor

determination of fresh fruits extract of cucumber vs marketed cosmetic

formulation. Res J Pharm Biol Chem Sci. 1(1): 55-59.

Huda AWN, Munira MAS, Fitrya SD, Salmah M. 2009. Antioxidant activity of

Aquilaria malaccensis (Thymelaeaceae) leaves. Pharmacog Res. 1: 270-273.

Indrayani L, Soetjipto H, Sihasale L. 2006. Skrining fitokimia dan uji toksisitas

ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) terhadap larva

udang Artemia salina Leach. Hayati. 12: 57-6.

Indriani S. 2006. Aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava

L.). J Pert Indon. 11(1): 13-17.

Isromarina. 2013. Skrining fitokimia dan uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol

daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) [skripsi]. Medan (ID). USU Press.

[Kemendag] Kementrian Perdagangan. 2016. Berita Perdagangan. Jakarta (ID):

Indonesian Trade Promotion Center.

Kawira JA. 2005. Prosedur Laboratorium untuk Penentuan Sun Protection Factor.

Depok (ID): Universitas Indonesia.

Lisdawati V, Kardono LBS. 2006. Aktivitas antioksidan dari berbagai fraksi ekstrak

daging buah dan kulit biji mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Med Lit Kes.

16(4): 1-7.

Mega IM, Swastini DA. 2010. Skrining fitokimia dan aktivitas antiradikal bebas

ekstrak metanol daun gaharu (Gyrinops versteegii). J Kimia. 4(2):187-192.

Parwata A, Manuaba P, Yasa S, Bidura IGNG. 2016. Characteristic and antioxidant

activities of gaharu (Gyrinops versteegii) leaves. J Biol Chem Res. 33(1): 294-

301.

Pine HS. 1988. Radikal Bebas. Kosasih P, penerjemah. Bandung (ID): ITB Press.

Terjemahan dari: Organic Chemistry 2

Ramadhan AE, Phaza HA. 2010. Pengaruh konsentrasi etanol, suhu, dan jumlah

stage pada ekstraksi oleoresin jahe (Zingiber officinale Rosc) [skripsi].

Semarang (ID): Undip Press.

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen

bioaktif dari kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.) sebagai senyawa

antioksidan. Bul Teknol Has Perik. 11(2): 119-132. Santoso E, Turjaman R, Irianto I, Sitepu S, Santoso, Najmulah, Aryanto AY. 2014.

Produksi Gaharu. Bogor (ID): P3H & KA.

Suryana Y. 2012. Budidaya Gaharu. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Susanti M, Dachriyanus, Putra PD. 2012. Aktivitas perlindungan sinar uv kulit buah

Garcinia mangostana Linn secara in vitro. Pharmacon. 13(2): 61-64.

Ukieyanna E. 2012. Aktivitas antioksidan, kadar fenolik, dan flavonoid total

tumbuhan suruhan (Peperomia pellucida L. Kunth) [skripsi]. Bogor (ID):

IPB Press.

Ukhty N. 2011. Kandungan senyawa fitokimia, total fenol, dan aktivitas

antioksidan lamun Syringodium isoetifolium [skripsi]. Bogor (ID): IPB Press

Wahyuni DT, Widjanarko SB. 2015. Pengaruh jenis pelarut dan lama ekstraksi

terhadap ekstrak karotenoid labu kuning dengan metode gelombang ultrasonik.

J Pang Agro. 3(2): 390-401.

Page 22: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

12

Wilkinson JB, Moore RJ. 1982. Harry’s Cosmeticology (7’th edition). New York

(US): Chemical Publishing Company.

Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya

dalam Kesehatan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wolf R, Wolf D, Morganti P, Ruocco V. 2001. Sunscreen. Clin Derm. 19: 252-

459.

Wood C, Murphy E. 2000. Sunscreens efficacy. Glob Cosmet Ind Duluth. 167:

38-44.

Yu Lin, Kuo H, Lin YH, Chiang W. 2009. Antioxidative effect and active

components from leaves of lotus (Nelumbo nucifera). J Agric Food Chem.

5(7): 6623–6629.

Page 23: AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TABIR SURYA … ekstrak dari sokletasi dengan kepolaran pelarut bertingkat (pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol) daun A. malaccensis dan G. versteegii,

13

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 7 September 1996 dari ayah

Suparman dan ibu Karyasih. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMP Negeri 8 Purworejo. Tahun 2013 penulis lulus

dari SMA Negeri 3 Purworejo dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi

masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen Hasil Hutan, Fakultas

Kehutanan. Selama perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota divisi keilmuan

Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) periode 2015/2016, dan sebagai

sekertaris umum Himasiltan periode 2016/2017. Penulis pernah menerima

beasiswa Bidikmisi dari tahun 2013 sampai 2017 dan beasiswa Tanabe periode

2016/2017. Selain itu, penulis pernah menjuarai perlombaan Business plan yang

diselenggarakan oleh Vokasi UI pada tahun 2015.