Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daum Mimba
-
Upload
pim-kampus -
Category
Documents
-
view
185 -
download
5
Transcript of Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daum Mimba
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUM MIMBA (Azadirachta indica) PADA Staphylococcus aureus
Misgiati1, Elliyana Hanni2 1 Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang
2 Akademi Farmasi Putra Indonesia Malang [email protected]
Abstrak: Mimba (Azadirachta indica Juss.) merupakan salah satu bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa penyakit, misalnya antipiretik, antihipertensi, antidiabetes, dan antiinflamasi. Daun mimba mengandung flavonoid dan alkaloid yang diduga mempunyai daya antibakeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui antivitas antibakteri dari ekstrak daun mimba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus serta mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dihasilkan oleh ekstrak daun mimba dengan dosis 1 gram, 6 gram, 11 gram dan 16 gram terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Daun mimba yang digunakan yaitu daun segar yang kemudian dikeringkan hingga membentuk simplisia. Ekstrak dilakukan dengan cara perkolasi, pelarut etanol 70%. Analisis percobaan menggunakan Analisis Varian Satu Arah atau ANAVA yang dilanjutkan dengan uji SNK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 6 gram mulai terdapat daya hambat minimum, sedangkan dosis 11 gram pada daya bunuh minimum dan terdapat perbedaan hasil dari jumlah bakteri yang tumbuh tiap penambahan dosisnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Kata Kunci: aktivitas antibakteri, ekstrak daun mimba, Staphylococcus aureus
Abstrac: Mimba (Azadirachta indica Juss.) is one of the natural ingredients that are empirically used by people to treat some diseases, such as antipyretic, antihypertensive, antidiabetic, and anti-inflammatory. Mimba leaves contain flavonoids and alkaloids are thought to have the antibacterial power. The purpose of this study was to determine the antibacterial antivity of mimba leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus and knowing Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Kill Concrentation (MKC) generated by mimba leaf extract at a dose of 1 gram, 6 grams, 11 grams and 16 grams on the growth of Staphylococcus aureus. Mimba leaves are used fresh leaves are then dried to form bulbs. Extract done by percolation, 70% ethanol. Analysis of trials using Varian Analysis One Way or ANOVA followed by SNK test. The results showed that at a dose of 6 grams are from minimum inhibitory power, while the dose of 11 grams of the power to kill a minimum and there are differences in the results of the amount of bacteria that grows each additional dose of the bacterium Staphylococcus aureus. Keyword: antibacteri activity, mimba leave extract, Staphylococcus aureus
Kekayaan alam di Indonesia banyak macamnya, contohnya tanaman yang dapat
digunakan sebagai pengobatan. Masyarakat pada umumnya belum mengetahui
khasiat secara ilmiah tanaman yang ada disekitarnya, baik yang tumbuh liar,
ataupun tanaman hias. Padahal, banyak tanaman yang dapat berkhasiat obat,
misalnya penurun panas, obat pereda rasa nyeri, obat bisul dan lain-lain. Bisul
merupakan penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat. Bisul adalah
peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, daya tahan
tubuh kurang dan infeksi oleh Staphylococcus aureus (Mandal dkk, 2008)
Staphylococcus aureus adalah salah satu jenis bakteri staphylococcus
yang tergolong sebagai flora normal pada kulit manusia. Bakteri ini merupakan
salah satu jenis bakteri gram positif yang tersebar luas di air, tanah, tanaman dan
binatang. Bakteri ini berbentuk coccus atau bulat dan dapat menyebabkan
penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi
pada luka, meningitis, endocartitis, pneumonia, osteomyelitis, dan
pyelonephiritis (Alif, 2010; Maragathavali, et al., 2012)
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pengobatan infeksi
adalah daun mimba (Azadirachta indica Juss.). Masyarakat kita menggunakan
daum mimba sebagai antipiretik, antihipertensi, antidiabetes, dan antiinflamasi.
Kegunaan daun mimba yang lain adalah untuk pengobatan bisul. Secara empiris,
penggunaan daun mimba sebagai pengobatan bisul sebanyak 5-7 lembar daun
mimba kemudian ditumbuk dan ditempelkan pada bisul tersebut. Mimba
mempunyai kandungan senyawa alkaloid, flavonoids, triterpenoids, phenolic
compounds, karotenoids, steroids and ketones (Hashmad, 2012). Senyawa aktif
flavonoid dan alkaloid mempunyai aktivitas sebagai antibakteri (Rohma, 2011).
Mekanisme antibakteri alkaloid dengan cara mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri sedangkan flavonoid mempunyai kemampuan
untuk mengikat dinding sel bakteri.
Ada tiga metode yang digunakan untuk menguji aktivitas antibakteri.
Pertama, metode penyebaran (Diffusion method). Kedua, metode pengenceran
(Dilution method). Ketiga, metode bioautografi (Bioautografi method). Metode
yang digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun mimba
adalah metode dilusi. Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian uji
aktivitas antibakteri dari ekstrak daun mimba agar mengetahui Kadar Hambat
Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) daun Mimba. Bakteri uji
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang terdapat pada kulit
dan dapat menimbulkan infeksi. Pada penelitian ini digunakan metode perkolasi
saat pengambilan akstrak daun mimba dan dilanjutkan dengan metode dilusi
untuk menguji aktivitas antibakteri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat ekperimental, yang bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun mimba dengan dosis 1g, 6g,
11g dan 16g terhadap Staphylococcus aureus. Penelitian ini meliputi tiga tahap,
yaitu: Pertama, tahap persiapan alat dan bahan praktek meliputi persiapan
simplisia uji, persiapan bakteri uji, persiapan media, dan persiapan lainnya.
Kedua, tahap pelaksanaan meliputi proses sterilisasi alat yang akan digunakan,
pembuatan ekstrak daun mimba, pembuatan biakan murni Staphylococcus
aureus dan pengujian aktivitas daun mimba terhadap bakteri Staphylococcus
aureus. Ketiga, tahap akhir meliputi pengamatan terhadap hasil pengujian,
analisis data, dan pembuatan kesimpulan.
Pembuatan ekstrak daun mimba
Pembuatannya teriri dari: 1) daum mimba segar dicuci, dikeringkan, dan
digiling, 2) serbuk daun mimba ditimbang sebanyak 102 gram. 3) dimasukkan
kedalam beaker glass dan dibasahi dengan etanol 70% secukupnya, 4) simplisia
direndam dengan cairan penyari selama 24 jam dalam wadah tertutup rapat,
setelah 24 jam, simplisia yang direndam dipindah kedalam perkolator, 5) setelah
selesai, kemudian ditambahkan etanol 70% secukupnya sampai cairan mulai
menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, 6) No 5
dihentikan jika sudah menggunakan 80 bagian etanol 70% tersebut, 7) Ampas
diserkai, 8) hasil ekstraksi yang diperoleh, kemudian dipanaskan dalam
evaporator, 9) ekstrak yang diperoleh ditimbang 76,95 gram.
Penyiapan bakteri uji
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus yang
diperoleh dari biakan murni di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang. Larutan NaCl 0,9% sebanyak 25 ml disiapkan
pada beker glas untuk mensuspensikan Staphylococcus aureus. Serapan suspensi
Staphylococcus aureus diukur dengan spektrofotometer, sinar tampak pada
panjang gelombang 580 nm, diatur sedemikian rupa sehingga pengenceran
tertentu diperoleh % transmitans 25 .
Pengujian Konsentrasi Hambat Minimum (KHM/ MIC/ Minimum
Inhibitory Concentration)
Langkah-langkah pengujian konsentrasi hambatan minimum adalah sebagai
berikut: (1) Biakan Staphylococcus aureus disiapkan, (2) media cair Nutrient
Broth pada tabung masing-masing 10 ml disiapkan, (3) 1 ml suspensi bakteri
dipipet kedalam masing-masing tabung dan dibiarkan kurang lebih 1 jam dalam
inkubator dengan suhu 370C, (4) Memasukkan masing-masing dosis ekstrak
daun mimba yang sudah ditimbang kedalam masing-masing tabung dan
diinkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam, (5) Setelah 1 X 24 jam
mengamati perbedaan kekeruhan pada masing-masing tabung dan bandingkan
dengan kontrol positif dan negatif.
Pengujian Konsentrasi Bunuh Minimum
Langkah-langkah pengujian konsentrasi bunuh minimum adalah sebagai berikut:
(1) media padat selektif Nutrient Agar disiapkan, (2) suspensi media cair diipet 1
ml hasil dilusi tabung yang telah diinkubasikan lalu dituang kedalam cawan petri
yang berisi media selektif dengan pipet volume/blue tip dalam laminar air flow
dan kemudian inkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam, (3) diinkubasikan
selama 1 hari, mengamati tidak adanya pertumbuhan koloni pada media, jika
terdapat pertumbuhan bakteri menghitung jumlah bakteri yang tumbuh dalam
media tersebut.
Analisis data
Pengujian Konsentrasi hambat minimum dilakukan dengan membandingkan
media cair yang keruh pada masing-masing tabung dengan kontrol yang
kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah bakteri Staphylococcus aureus
yang tumbuh pada masing-masing tabung dengan cara dibiakkan kembali pada
media selektif dan diinkubasikan pada suhu 370C selama 1 X 24 jam. Daya
hambat minimal ekstrak daun mimba terhadap Staphylococcus aureus ditandai
dengan adanya penurunan kekeruhan yang mulai tampak jernih pada masing-
masing media cair dalam masing-masing tabung.
Daya bunuh minimal ekstrak daun mimba terhadap bekteri
Staphylococcus aureus ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan koloni.
Dengan mengetahui tidak adanya pertumbuhan koloni sama sekali menandakan
bahwa dosis tersebut yang mampu membunuh pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Pertumbuhan koloni ditandai dengan banyak sedikitnya
bintik-bintik kuning diatas media selektif yang kemudian dihitung menggunakan
colony counter. Setelah itu dianalisis menggunakan Analisis Varian Satu Arah
atau ANAVA.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian konsentrasi hambat minimum terdapat dalam tabel 1.1 di bawah
ini
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Konsentrasi Hambat Minimum R
eplikasi
Dosis Kontrol
A B C D L M E
I Keruh Keruh Jernih Jernih
Keruh Jernih Jernih II Agak keruh
Agak keruh Jernih Jernih
III Keruh Agak keruh jernih jernih
Keterangan:
A : perlakuan dosis daun mimba 1 gram. B : perlakuan dosis daun mimba 6 gram. C : perlakuan dosis daun mimba 11 gram.
D : perlakuan dosis daun mimba 16 gram. E : perlakuan kontrol media + ekstrak L : perlakuan kontrol media + bakteri M : perlakuan kontrol media. Adapun pengamatan gambarnya terdapat pada gambar 1.1 di bawah ini
Hasil penelitian konsentrasi bunuh minimum terdapat dalam tabel 1.2 di bawah
ini
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Uji KBM Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica Juss.) Terhadap Bekteri Staphylococcus aureus.
Pengamatan Perlakuan Sampel Total Perlakuan Kontrol A B C D L M E
1 585 83 0 0 2 113 33 0 0 3 256 25 0 0
TOTAL 954 141 0 0 1072 TBUD 0 0 Rata-rata 318 47 0 0 365
Keterangan:
A : perlakuan dosis daun mimba 1 gram.
Gambar 1.1 Hasil uji KHM pada dosis 1g, 6g, 11g dan 16g
B : perlakuan dosis daun mimba 6 gram. C : perlakuan dosis daun mimba 11 gram. D : perlakuan dosis daun mimba 16 gram. E : perlakuan kontrol media + ekstrak L : perlakuan kontrol media + bakteri M : perlakuan kontrol media. Adapun gambar pengamatannya terdapat pada gambar 1.2 di bawah ini
Gambar 1.2 Hasil Pengamatan konsentrasi Bunuh Minimum
PEMBAHASAN
Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode dilusi, yaitu dengan melihat
kekeruhan dalam tabung yang berisi media cair (KHM) dan dilanjutkan dengan
Dosis 1 g Dosis 6 g
Dosis 11 g Dosis 16g
melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada media padat (KBM). Dosis yang
digunakan yaitu 1 gram, 6 gram, 11 gram dan 16 gram. Penelitian ini
menggunakan metode KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh
Minimum). Keuntungan dari penggunaan metode KHM dan KBM adalah
memungkinkan adanya suatu hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah obat
yang diperlukan untuk menghambat mikroorganisme yang diperiksa (Jawetz et
al.,1996).
Pengujian dengan uji KHM, terlihat hasil yang bervariasi dari ekstrak
daun mimba dari yang terendah sampai dengan dosis yang tertinggi. Aktivitas
antibakteri pada uji KHM dapat dilihat dari kekeruhan masing-masing tabung,
yaitu pada tabung yang berisi dosis ekstrak rendah sampai dosis yang tertinggi
didapat hasil pengamatan tabung keruh, agak keruh hingga jernih yang
didasarkan atas kontrol media bakteri. Tabung yang keruh menandakan bahwa
terdapat pertumbuhan bakteri sedangkan tabung yang jernih menandakan
sebaliknya yaitu tidak adanya pertumbuhan bakteri (Jawetz dkk., 1996). Analisa
kekeruhan pada tabung hanya dilihat secara fisik, yaitu hanya dengan
dibandingkan dengan kontrol saja, sehingga pengamatannya relatif dan tidak
menghasilkan hasil yang pasti. Kemudian dari hasil uji KHM dilanjutkan dengan
uji KBM.
Hasil pengamatan daya bunuh minimal dapat ditandai dengan tidak ada
sama sekali pertumbuhan bakteri pada media padat. Hasil pengamatan yang
didapat, ditunjukkan dengan jumlah koloni terbanyak pada dosis 1 gram dan 6
gram. Sedangkan pada dosis 11 gram dan 16 gram menunjukkan tidak adanya
pertumbuhan koloni bakteri sama sekali, dengan hasil ini telah diperoleh dosis
yang efektif untuk mengahambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus.
Pada dosis ke dua yaitu dosis 6 gram, masih terdapat pertumbuhan bakteri
namun pada dosis ketiga (11 gram) sudah tidak ada sama sekali pertumbuhan
bakteri, dari hasil ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada rentang dosis 6 gram
hingga 11 gram, terdapat dosis yang efisien untuk menghambat dan membunuh
bakteri.
Daya antibakteri yang terdapat pada ekstrak daun mimba yaitu
flavonoid dan alkaloid. Flavonoid mempunyai kemampuan bercampur dengan
lipoprotein yang merupakan penyusun dari dinding sel bakteri. Ketika flavonoid
bercampur dengan lipoprotein maka dinding sel akan menggelembung dan
pecah, jika salah satu penyusun dari dinding bakteri diikat, maka kekuatan dari
sel tersubut akan menurun. Sedangkan senyawa alkaloid mempunyai mekanisme
sebagai antibakteri dikarenakan dapat mengganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri (Rohma, 2011).
Selanjutnya data yang diperoleh, di uji dengan uji statistik
menggunakan Analisis Varian satu Arah atau ANAVA. Alasan peneliti memilih
ANAVA karena formula yang diteliti lebih dari dua, dan juga untuk
memudahkan peneliti dalam menentukan formula yang paling efektif. Hasil dari
ANAVA konsentrasi bunuh minimum ekstrak daun mimba terhadap
Staphylococcus aureus dapat dilihat dari F hitung 4,702 lebih besar dari F tabel
5% dan kurang dari F tabel 1%. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak karena
ada perbedaan pengaruh perlakuan dikatakan nyata atau ada perbedaan nyata
pada pengaruh perlakuan beberapa dosis yang digunakan . Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda, maka dilakukan uji lanjutan yaitu SNK ( Student
Newman dn Keuls).
Hasil dari uji SNK dari perlakuan yang dibandingkan yaitu perlakuan A
dengan B, A dengan C, A dengan D, B dengan C, B dengan D, dan C dengan D
diperoleh rata-rata lebih kecil dari W, sehingga terdapat perbedaan yang tidak
terlalu signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; (1)
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun mimba
mempunyai aktivitas sebagai antibakteri Staphylococcus aureus, ini dapat
dibuktikan melalui tidak adanya pertumbuhan bakteri pada uji KBM, (2) Hasil
dari uji KHM yang dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah
pada dosis 6 gram, (3) Hasil dari uji KBM yang dapat menghambat bakteri
Staphylococcus aureus adalah pada dosis 11 gram.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan sebagai berikut:
(1) Dilakukan penelitian untuk menentukan efesien dosis pada rentang dosis 6
gram hingga 11 gram, (2) Pengujian Kadar Hambat Minimum (KHM)
seharusnya diuji menggunakan spektrofotometer.
DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2010. Pengaruh Eksrak Rimpang Lempuyang Gajah (Zingiber
zerumbet Smith) Terhadap Aktivitas Antibakteri Pada Bakteri Staphylococcus aureus. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Farmasi Indonesia Malang.
Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia, (Online), (http://www.iptek.net.id, diaskes 16 Januari 2012)
Apriliani, Rohma. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica A. Juss) Terhadap Bakteri Shigella dysentriae. Karya Tulis tidak diterbitkan. Malang: Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang.
Dwijoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis mikrobiologi pangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gunawan, Didik, dan Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hashmat, Imam., Azad, Hussain., and Ahmed, Ajij. 2012. Neem (Azadirachta indica A.Juss)- A Nature’s Drugstrore: An overview. International Research Journal of Biological Sciences: Vol 1(6), 76-79, October.
Harmita dan Radji, Maksum. 2005. Buku Ajar Analis Hayati. Edisi II. Jakarta: Ari Cipta.
Indonesia, Departemen Kesehatan. 1995. Farmacope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Indonesia, Departemen Kesehatan. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jawetz, Melnick dan Adel Berg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : ECG.
Mandal, Wilkins, Dubar, Mayon-White. 2008. Lecture Notes : Penyakit Infeksi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Maragathavali, S., et al. 2012. Antimicrobial Activity in Leaf Extract Of Neem
(Azadirachta Indica Linn). International Journal Of Science And Nature, Vol 3(1): 110-113