AKTIVISME GEMKARA- BP3KB DAN PENGARUHNYA...
Transcript of AKTIVISME GEMKARA- BP3KB DAN PENGARUHNYA...
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
GERAKAN SOSIAL
AKTIVISME GEMKARA-BP3KB DAN PENGARUHNYA
DALAM MEWUJUDKAN KABUPATEN BATUBARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S-1) dan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
NOVI ANDRIANTHY
050906036
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan di perbanyak oleh :
NAMA : NOVI ANDRIANTHY
NIM : 050906036
DEP : ILMU POLITIK
JUDUL : GERAKAN SOSIAL
Aktivisme GEMKARA-BP3KB dan Pengaruhnya
dalam mewujudkan Kabupaten Batubara
Menyetujui: Ketua
Departemen Ilmu Politik,
Drs.Heri Kusmanto,MA NIP. 132 215 084
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Drs.P.Anthonius Sitepu,Msi Warjio.S.S,MA,diplm
NIP.131 485 245 NIP.132 316 810
Mengetahui: Dekan FISIP USU
NIP.131 757 010
Prof..DR.M.Arif Nasution,MA
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Dengan menyebut nama ALLAH yang maha pengasih lagi maha penyayang”
“…ALLAH akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat….”
(Q.S.Mujaadillah : 11)
“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”
(Al-Hadist)
Karya ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku :
Ayahanda : Syafril Ishak
Ibunda : Anna Saniah Ramlan
Mereka yang telah menyayangiku dan mendidikku selama ini
Tiada bermakna hidup ini tanpa ilmu pengetahuan
Tiada berguna kehidupan ini tanpa kasih sayang orang tua
Tiada bernilai kehidupan ini tanpa ridho Allah SWT
Ya Rabbi, Berilah kekuatan dan semangat kepada HambaMU ini dalam perjuangan meraih cita-cita dan berjuang di jalan yang Engkau Ridhoi
Amiiin.
Novi Andrianthy
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK NOVI ANDRIANTHY 050906036
GERAKAN SOSIAL
AKTIVISME GEMKARA-BP3KB DAN PENGARUHNYA DALAM MEWUJUDKAN KABUPATEN BATUBARA
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara
yang merupakan pemekaran dari kabupaten induknya, yaitu Kabupaten Asahan dengan
luas wilayah 92.220 Ha dan jumlah penduduk 336.868 jiwa yang terdiri dari 168.951 jiwa
penduduk laki-laki dan 167.953 jiwa penduduk perempuan.Penelitian ini tidak hanya
menjelaskan GEMKARA-BP3KB dari sudut pandang teori Gerakan Sosial yang ada, tetapi
mencoba untuk menghubungkannya dengan Teori-teori yang biasa digunakan oleh para
akademisi dan praktisi Gerakan sosial, sehingga dapat melihat bahwa GEMKARA-BP3KB
termasuk dalam Gerakan Sosial.
Begitu banyak teori-teori yang dapat menjelaskan tentang Gerakan Sosial, tetapi
dalam penelitian ini hanya menggunakan dua teori yaitu Teori Gerakan Sosial Baru dan
Teori Fungsionalisme-Struktural.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif
yaitu dengan menggambarkan keadaan objek penelitian sesuai dengan data dan fakta yang
ditemukan pada proses aktivisme GEMKARA-BP3KB mewujudkan Kabupaten Batubara.
Hasil akhir yang didapat adalah apa yang telah dilakukan oleh GEMKARA-
BP3KB dalam ussahanya mewujudkan Kabupaten Batubara dapat dikatakan sebagai suatu
Gerakan Sosial dilihat dari semua karakteristik yang dimiliki oleh GEMKARA memiliki
kesamaan dengan karakteristik Gerakan Sosial itu sendiri.
Kata Kunci : Gerakan Sosial, Perubahan Sosial, Sumatera utara, Kabupaten Batubara
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE
NOVI ANDRIANTHY 050906036
SOCIAL MOVEMENTS
ACTIVISM OF GEMKARA-BP3KB AND ITS INFLUENCE IN CREATED DISTRICT OF BATUBARA
ABSTRACT
This research was made in District of Batu Bara, North of Sumatera as expansion
of parent district, district of Asahan, total width 92.9220 Ha and total population 366,868
consisting of 168.951 male and 167.953 female. This research only didn’t explain
GEMKARA-BP3KB of views Social Movements Theory, but also tried to related between
the object of research and the theories of Social Movements, -Theory commonly used by
academic and practitioner of Social Movements-, so that GEMKARA-BP3KB called as a
Social Movements.
So many theories can explain about Social movements, but this research used two
theories,i.e, The New Social Movements and Fungsionalism-Strucktural Theory.
The method used in this research is by using qualitative descriptive analysis, i.e., to
describe the object of research according to the data and facts found in the long journey of
GEMKARA-BP3KB activism to created Batubara distric. And the finally result is what
were GEMKARA-BP3KB doing included of Social Movements, based on its characteristic
as like as characteristic of Social Movements.
Keyword : Social Movements, Social Change, North Sumatera, Batubara Distric.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Penelitian ini dilakukan semula untuk memenuhi persyaratan guna menyelesaikan
pendidikan Strata Satu (S-1) pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara. Bahan yang diambil berasal dari kajian teoritis pada
studi kepustakaan dan studi lapangan yang dilakukan oleh penulis. Kehadiran penelitian ini
bermaksud untuk mengangkat tema Gerakan Sosial yang dijadikan “alat” untuk
menganalisa organisasi masyarakat sebagai sebuah Gerakan Sosial. Penelitian ini
memfokuskan pada perjuangan GEMKARA (Gerakan Masyarakat menuju Kabupaten
Batubara) yang lahir di Kabupaten Batubara sebagai sebuah organisasi masyarakat.
Penulis menitikberatkan kepada permasalahan diseputar analisis Gerakan Sosial
yang dijadikan sebagai landasan berpikir untuk membahas Aktivisme GEMKARA sebagai
Gerakan Sosial. Atau dengan perkataan lain, pertanyaan yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana menjelaskan bahwa Gerakan yang dilakukan oleh
Masyarakat Batubara dalam wadah GEMKARA dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial?.
Pendekatan masalah tersebut berdasarkan analisa “Teori Gerakan Sosial Baru dan
pendekatan Fungsionalisme –Struktural”, sehingga dapat menunjukan kepada kita suatu
deskripsi singkat tentang Gerakan Sosial tersebut.
Penelitian ini terdiri dari empat (IV) BAB, dimana pada Bab I terdiri dari Latar
belakang Masalah, rumusan masalah , tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,
metodologi, teknik analisa dan sistematika penulisan. Pada Bab II, saya mencoba untuk
menjelaskan Sejarah dan gambaran umum tentang wilayah Kabupaten Batubara, Bab III
berisikan analisa atau pembahasan untuk menghasilkan jawaban dari masalah yang
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dimunculkan. Pada Bab ini menjadi suatu media yang berusaha untuk menjelaskan dan
menghubungkan objek penelitian dengan teori-teori yang digunakan. Sedangkan pada Bab
IV dihasilkan suatu kesimpulan dari seluruh Bab (I-III) dan juga terdapat saran-saran untuk
beberapa organisasi sebagai masukan yang lebih baik.
Kehadiran penelitian ini sekiranya dapat memberikan sedikit masukan bagi
mahasiswa mengenai Gerakan Sosial. Tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang
ada pada penelitian ini baik pada segi penulisan, segi redaksi tata bahasa dan lainnya,
penulis tidak menolak kritikan yang diberikan untuk lebih menjadi masukan perbaikan
yang lebih baik.
Medan, Februari 2009
Novi Andrianthy
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulilah, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa. Karena dengan semua karuniaNYA, Penulis mampu menyelesaikan tulisan
ilmiah ini. Shalawat beriringan salam juga tak lupa penulis ucapkan kepada Baginda
Rasullulah SAW. Yang juga menjadi inspirasi penulis dalam menjalankan kehidupan ini.
Dengan belajar dari kesabaran, ketabahan dan mengerti arti hidup sebagai manusia. Penulis
selalu berharap, bisa mencontoh semua akhlak dan sifat beliau.
Terima Kasih juga penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Prof.DR.M.Arif Nasution,MA, selaku Dekan Fakulatas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik di USU.
2. Bapak Drs.Heri Kusmanto,MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik FISIP USU.
3. Bapak Drs. P. Anthonius Sitepu,Msi, selaku Dosen Pembimbing saya.
Saya mengucapkan Terima Kasih banyak kepada Bapak atas semua waktu yang
Bapak luangkan untuk membimbing saya dan terima kasih atas ilmu yang Bapak
berikan pada saya yang banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Warjio.S.S,MA,diplm, selaku Dosen Pembaca saya. Saya mengucapkan
Terima Kasih kepada Bapak dengan waktu yang telah Bapak luangkan untuk
membaca tulisan saya.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
5. Bapak Zakaria Taher , selaku dosen Penguji saya yang telah meluangkan
waktunya untuk saya.
6. Terima Kasih juga saya Ucapkan kepada seluruh Staf Pengajar di FISIP USU.
Yang telah memberikan Ilmu selama saya belajar di FISIP ini. Buat Bang Rusdi
yang sudah banyak membantu saya dalam semua urusan administrasi dan hal-hal
kecil lainnya, Kak Uci yang selalu baik ke penulis, yang bisa diajak curhat dan
selalu membantu penulis, bang Hendra yang selalu menyapa Novi kalau ketemu.
Terima kasih banyak.
7. Thank’s to my parents. Coz, they’ve been my inspiration and because of them, I
can fly and thouch all of my dreams.
Bapak ibu, akhirnya novi bisa menyelesaikan studi Novi. Sekarang Novi sudah
punya marga, Novi Andrianthy,S.Sos. ( dan Novi berharap marga yang lain bakal
menyusul deh…). Buat Bapak ku, Syafril Ishak dan ibuku Anna Saniah Ramlan,
Novi ucapin makasih banget. Novi paham bahwa semua yang Bapak dan Ibu
berikan ke Novi, sampai kapanpun tidak akan pernah bisa Novi balas. Karena itu
yang Novi yakini sekarang, Novi pengen banget membuat kalian Bangga dan
bahagia mempunyai seorang putri seperti Novi. Semua umur Novi, Novi ikhlaskan
buat kalian Bahagia. Bapak…Makasih yah udah mendidik Novi menjadi mandiri.
Kadang Novi merasa tidak kuat menghadapi hidup ini, tapi ternyata, itu malah
membuat Novi gak manja dan Novi janji akan berdiri diatas kaki Novi sendiri,
dengan semua kemandirian yang sudah Bapak ajari. Ibu…makasih juga yah sudah
melahirkan, merawat, mendidik dan menjaga Novi. Walau kadang kita mah
berantem ( tapi gak beneran. Cuma bercandaan. Karena ibu selalu cerewet dengan
semua kesalahan Novi) tapi dengan begitu Novi jadi merasa dekat dan bisa
membagi semua yang Novi hadapi dihidup ini dengan ibu. Bapak Ibu tetap doain
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Novi untuk bisa memberikan yang terbaik buat keluarga kita. You are best of the
best I ever had, and I PROUD TO BE YOUR DAUGHTER.
8. Buat 2 (dua) adik-adikku. Bayu Pramadhana dan Riyanda Syahputra, makasih
yah, udah buat kakak jadi tidak bisa konsen mengerjai skripsi. Kalian selalu
mengganggu. Tapi karena kalian juga, kakak mempunyai keinginan untuk menjadi
sukses dan juga buat kalian bangga. Doain kakak terus untuk bisa menjadi contoh
yang terbaik buat kalian dan membuat kalian bangga dengan keluarga kita.
9. Mas Win, thank’s banget mas, sudah bisa beradaptasi dengan semua kehidupan
Novi. Menjadi kawan, lawan, menjadi kakak, adik, penasehat, teman curhat, teman
disaat shooping, teman makan, teman ke perpustakaan, temen ke kampus, teman ke
pajus, teman “penakluk alam”, teman ditengah malam menikmati heningnya
kegelapan (lebay..), teman ke warnet (buat baca naruto), teman diskusi,
argumentasi dan juga teman saling teriak dan adu urat leher. Mas juga sedikit
banyak telah memberi pelajaran untuk Novi bisa lebih sabar. Thank’s for all your
times stood by me.
10. Teman seperjuanganku, Windawati Pinem, S.Sos terima kasih yah, sudah mau
menemeni aku buat mengurus semua keperluan studi ini. menemeni aku jalan-jalan
waktu otak buntu mengerjai skripsi, dan semua waktumu yang ada selama kita di
FISIP. aku merasa menjadi makhluk tersibuk yang gak sendirian di Fisip USU.
Kita sama-sama menunggu dosen, sama-sama mencari referensi ke perpustakaan,
kita juga sama-sama mempunyai semangat buat lulus bareng. Semoga aku gak
mendengar cerita-cerita sedihmu lagi. Bahagia terus yah.
11. Buat Heri Kurniawan, sukses yah her, moga apa yang menjadi cita-citamu
tercapai. Walau nanti sudah sampai ke Luar Negeri buat lanjut studi mu, jangan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
lupakan kami. Ihsan Azhari S.Sos, jangan sensi kali sama aku. Tapi, karena
dirimu, aku, heri dan winda jadi tau bagaimana konsep hedonisme bisa muncul dan
meng-applikasikannya dalam kehidupan nyata.. (terutama jalan gak jelas ke sun
plasa). Siti Nuraini dan Dina Endriana, Novi senang banget bisa kenal kalian.
Bisa share ‘n cerita-cerita ngawur lainnya. Semangat yah buat mengerjai
skripsinya. Biar cepat tamat juga. Komunikasi kita juga jangan sampai putus yah.
12. Team of Holiday, (Mas win, asep, reza, hendra, Juli, bg Chandra), kapan kita
menjelajahi alam ini lagi. 4 bulan terakhir ini kita gak ada kabar mau berangkat
lagi. Tetap pake motto kita “ Berbagi waktu dengan alam, kita akan tau siapa diri
kita yang sebenarnya”. Ma kasih yah, udah menjadi teman seperjalanan.
13. Teman-teman Politik ’05. Sandra, Titin, Dame, Hanna, Vina, k’irma ( thank’s
banget. U all have gave me memories about Friendship), Jean arih, Suhendra
“Pakde”, Dayat, Jaka, Syaiful, (jangan malas buat kuliah. Kejar terus setoran
KRS nya, biar cepat kelar), Hendrik, maria, Pebri, Rolas, Golfrid, Ertanesia,
Safri, Wulan, ayu, Rospita,( cepat yah kalian jadi alumni), Fransiska, anisa,
Abduh, Mimi, Fadly, Irawan (Tetap semangat yah), Roby iskandar, Taufik,
Putri, Andika, Eka, Kartika, Puji, Fanina, Aisyah, Asola, Zaki, Naufal, Fildza,
Anton, Deni, Nanda, Abdi, Zulpahri, Anwar, Roby Sanjaya, Suhendra (Gong
Xi Fa Cai), Daniel, Hadilima, Feriandi, dan teman-teman lainnya, yang gak
kesebut namanya., tapi Novi ucapin terima kasih sebanyak-banyaknya. (Terima
Kasih…10000x)
14. And the last but not least Thank’s to Ei Tu Ze_Qu. Thank’s for all every dream
you made come true, for all joy you brought to my life and teached me about the
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
meaning of my life. You’ve been my guide in the world and so difficult to finding
someone as like as you. Ei Tu Ze_Qu is just the Best I ever had.
Dan buat semua teman-teman yang telah membantu ataupun merasa membantu Novi untuk
menyelesaikan semua yang berhubungan dengan kuliah dan skripsi ini. Terima kasih
banyak. Xie-Xie…!
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
ABSTRAKSI ……………………………i
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI ……………………………ii
DAFTAR TABEL ……………………………iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………1
1.2 Perumusan Masalah ……………………………8
1.3 Tujuan Penelitian …………………………....8
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………8
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Teori Gerakan Sosial ……………………………11
1.5.1.1 Pendekatan Melalui Marxist & Neo Marxist ……………………………17
1.5.1.2 Pendekatan Interaksionisme ……………………………18
1.5.1.3 Pendekatan Fungsionalisme Struktural ……………………………19
1.5.1.4 Teori Gerakan Sosial Baru ……………………………21
1.5.1.5 Teori Mobilisasi Sumber Daya ……………………………24
1.5.1.6 Contentious Politics ……………………………27
1.5.1.7 Teori Modren tentang Agen Perubahan ……………………………29
1.5.2 Gerakan Sosial sebagai Kekuatan Perubahan ……………………………30
1.6 Metodologi Penelitian
1.5.1 Jenis Penlitian ……………………………35
1.5.2 Lokasi Penelitian ……………………………37
1.5.3 Teknik Pengumpulan Data ……………………………37
1.6 Analisa Data ……………………………39
1.7 Sistematika Penulisan ……………………………40
BAB II DESKRIPSI LOKASI
2.1 Kabupaten Batubara
2.1.1 Sejarah Kabupaten Batubara ……………………………41
2.1.2 Gambaran Umum Kabupaten Batubara ……………………………43
2.1.3 Potensi Daerah Batubara …………………………....44
2.2 Gerakan Masyarakat Kabupaten Batubara / GEMKARA
2.2.1 Sejarah berdirinya GEMKARA/BP3KB ……………………………46
2.2.2. Visi, Misi dan Program GEMKARA ……………………………48
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
2.2.2. Tahap-Tahap Perjuangan menuju
Kabupaten Batubara ……………………………48
BAB III GEMKARA-BP3KB Sebagai Perubahan ……………………………61
3.1 GEMKARA-BP3KB dalam Gerakan Sosial:
Pendekatan Teori ……………………………66
3.2 Faktor-Faktor Pendorong ……………………………71
BAB IV KESIMPULAN dan SARAN
4.1 Kesimpulan ……………………………73
4.2 Saran ……………………………76
DAFTAR PUSTAKA ………………………….. 78
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang masalah
Dewasa ini, Gerakan Sosial (social Movement) menjadi pokok bahasan yang
populer bagi kalangan sosiolog di Barat, khususnya di Amerika Serikat. Studi yang telah
dilakukan mengenai gerakan hak-hak sipil di kalangan kulit hitam di Amerika Serikat
tahun 1950an dan 1960an , serta kajian mengenai berbagai gerakan, seperti gerakan
mahasiswa tahun 1960an dan 1970an, gerakan lingkungan hidup, Gerakan Perdamaian dan
Gerakan Solidaritas maupun Gerakan perempuan pada tahun 1970an dan 1980an,
kesemuanya membawa akibat lahirnya bermacam-macam pendekatan dan teori tentang
Gerakan Sosial.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Gerakan sosial atau gerakan massa, atau gerakan informal, merupakan sebuah
fenomena penting dalam sejarah pertumbuhan dan kemajuan bangsa-bangsa. Hampir
semua peristiwa besar dan mengubah sebuah tatanan, baik itu politik, ekonomi, maupun
sosial budaya, seringkali bermula dan mendapat momentum melalui sebuah gerakan sosial.
Gerakan sosial itu dalam perspektif politik secara populer juga sering disebut people
power. Prancis mungkin adalah sebuah contoh. Perubahan besar yang terjadi di tanah itu
berawal dari sebuah revolusi sosial yang berbentuk gerakan massa, yang terkenal dengan
sebutan revolusi Prancis 1789. Pada masa itu, rakyat berbondong-bondong melawan
kebijakan raja yang sama sekali tidak bijak, dan meruntuhkan penjara Bastille, yang
merupakan lambang kekuasaan otoriter. Bastille jatuh, berikut dengan dieksekusinya Louis
VI dan Marie Antoniette. Setelah terjadi revolusi penting ini, Prancis kemudian berubah
haluan, dari negara yang menganut sistem monarki absolut, berubah menjadi sebuah
negara demokratis.
Di Iran, Gerakan Sosial juga menjadi awal dari kebangkitan pemerintahan
Ayatullah Khomeini dan munculnya kekuasaan para Mullah. Terlepas dari baik buruk
pemerintahan Shah Iran, sejarah mencatat bahwa gerakan massa yang berlangsung di tanah
Persia itu, akhirnya mengantarkan keluarga kerajaan Iran ke pengasingan, sehinggalah
sekarang.
Negara tetangga kita, Filipina, juga berulang-ulang menggunakan Gerakan Sosial
atau people power untuk menggulingkan penguasa yang sedang bertahta di singgasana.
Ferdinand Marcos diturunkan, kemudian rakyat menaikkan Corazon Aqui. Hal yang sama
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
terulang beberapa tahun kemudian ketika Estrada diturunkan oleh rakyat dan menaikkan
Gloria Arroyo Macapagal.
Di Indonesia, Gerakan Sosial tak kurang pula gebrakannya. Tak terlalu berlebihan
pula jika dikatakan bahwa Gerakan Sosial merupakan bagian terpenting serta tak
terpisahkan dari perjalanan Indonesia sebagai sebuah bangsa. Kemerdekaan Indonesia itu
sendiri, pada dasarnya tidaklah semata-mata muncul dari gerakan bersenjata, tapi juga
lewat Gerakan Sosial, yang tumbuh sebagai manifestasi dari kesadaran sejumlah kaum
muda, waktu itu, akan realitas. Gerakan inilah yang kemudian memaksa Ir Soekarno dan
Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Gerakan sosial pula, yang kemudian
mengukuhkan semangat kemerdekaan itu dengan melakukan sebuah rapat besar di
Lapangan Ikada. Sejak itu, Gerakan Sosial seakan-akan menjadi penyebab utama
perubahan Indonesia. Orde Lama tumbang karena Gerakan Sosial. Orde Baru tumbang,
juga karena Gerakan Sosial, dan begitu juga yang berlaku bagi orde dan rezim berikutnya.1
Menurut Bill Moyer dalam bukunya yang berjudul Merencanakan Gerakan ,
wacana Gerakan Sosial yang dihadirkan sejak awal merupakan suatu usaha yang
menginginkan suatu perubahan. Ia mengartikan Perubahan adalah jalan yang paling
memungkinkan untuk melakukan perbaikan.
2
1 H.Caidir, Gerakan Sosial, Tulisan ini telah dipublikasikan pula di Tabloid Mingguan Mentari Edisi
081/Th II/23 Peb - 1 Maret 200.
Perubahan adalah kepastian untuk
memperbaiki keadaan. Walau banyak pihak yang “pro” terhadap status quo yang menjadi
dasar untuk melakukan gerakan tersebut. Tetapi biasanya, mereka yang pro dan hanya
menganggap dan meragukan bahwa perubahan akan membawa perbaikan dan
http://www.chairid.com, akses: 6januari2009.
2 Bill Moyer, Merencanakan Gerakan, Yogyakarta : Pustaka Jogja Mandiri, Hal. V.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
menghasilkan ketidakpastian sehingga akhirnya membawa keadaan menjadi tambah buruk.
Hal ini mungkin dapat kita maklumi karena bisa saja mereka yang menganggap pergerakan
hanya suatu hal yang membawa kita pada suatu keadaan terburuk, telah terbiasa
mendapatkan “kemudahan dan kenikmatan” dari status quo itu. Sedangkan massa lain
yang dimarjinalkan dan dirugikan malah berharap bahwa pergerakan yang mereka lakukan
adalah pintu gerbang mencapai keadaan yang lebih baik.
Berbicara tentang Perubahan , kita membayangkan sesuatu yang terjadi setelah
jangka waktu tertentu; kita juga akan berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati
diantara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Untuk dapat menyatakan
perbedaanya. Ciri-ciri awal harus dapat diamati dengan cermat – meski semua terus
berubah. Perubahan merupakan suatu gejala yang hampir diketemukan dimana saja dan
disetiap saat. Tetapi tidak untuk masalah defenisi, ternyata Perubahan Sosial sering dibahas
tanpa mendefenisikan konsepnya dan konsep perubahan sosial telah digunakan dengan
berbagai cara oleh peneliti untuk menunjukan segala sesuatu mulai dari perubahan sikap
hingga evolusi historis dari masyarakat.
Kebanyakan literatur tentang defenisi Perubahan Sosial, dimulai tanpa
mendefenisiskan dengan konsep perubahan itu. Perubahan Sosial diperlakukan seakan-
akan mempunyai makna berupa fakta intuitif. Kebanyakan defenisi membicarakan
Perubahan Sosial dalam arti yang luas. Seperti yang dikatakan oleh Wilbert Moore
misalnya. Ia mendefenisikan Perubahan Sosial sebagai perubahan penting dari struktur
sosial, dan yang dimaksudkan struktur Sosial adalah pola–pola prilaku dan interaksi
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
sosial.3
Di dalam teori Marx, tentang perubahan sosial, terdapat dua faktor yang dianggap
sangat penting, yakni: a. Perkembangan teknologi atau kekuatan-kekuatan produktif ,
Moore memasukan kedalam defenisi Perubahan Sosial berbagai ekspresi mengenai
struktur, norma/nilai dan fenomena kultural. Defenisi lain juga mencakup bidang yang
luas. Perubahan sosial didefenisikan sebagai variasi atau modifikasi dalam dalam setiap
aspek proses sosial, pola sosial dan bentuk-bentuk sosial, serta setiap modifikasi pola antar
hubungan yang mapan dan standart prilaku.
Adakalanya perubahan hanya terjadi sebagian dan terbatas ruang lingkupnya, tanpa
menimbulkan akibat besar terhadap unsur lain dari sistem, misalnya, kekuatan sistem
politik demokratis terletak dalam kemampuannya menghadapi tantangan, mengurangi
protes dan menyelesaikan konflik dengan mengadakan perombakan sebagian tanpa
membahayakan stabilitas dan kontinuitas negara sebagai suatu satu kesatuan. Namun, pada
kesempatan lain, Perubahan mencakup keseluruhan (atau sekurangnya mencakup inti)
aspek sistem, menghasilkan perubahan menyeluruh, dan menciptakan sistem baru yang
secara mendasar berbeda dari sistem lama yang pernah ada. Perubahan seperti ini
dicontohkan oleh semua revolusi sosial besar.
Batas antara kedua tipe perubahan itu memang agak kabur. Perubahan didalam
sistem sering berakumulasi dan akhirnya menyentuh inti sistem, lalu berubah menjadi
perubahan sistem. Dalam sistem sosial sering terlihat perubahan yang terjadi secara
berangsur-angsur dan ciri-cirinya secara keseluruhan dan mengarah pada ciri-ciri kuantitif
dan kualitatif.
3 Wilbert E Moore , Order And Change ; Essay In Comparatif Sociology, New York,John Wiley
and Son, 1967,hal.3 dalam Robert H Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial , Jakarta : Bina Aksara, 1989, Hal.3.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
b.Hubungan antar kelas-kelas sosial. Secara singkat, teorinya menyatakan bahwa dalam
tahapan pembangunan tertentu, terdapat hubungan antar kekuatan produktif dengan cara
produksi tertentu dengan system hubungan antar kelas, yang distabilisasikan oleh
kelompok yang dominan. Tetapi sayangnya, Marx hanya mempergunakan konsep
perubahan sosial untuk menganalisa timbulnya dan tumbuhnya kapitalisme modern.
Kelemahan teori Marx terutama terletak pada pengabaiannya terhadap tipe-tipe masyarakat
lain yang timbul, misalnya Feodalisme.4
Perubahan adalah sesuatu yang normal, baik jika menganalisis pada tingkat
individual ataupun pada tingkat sosial.
5
4 Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983,
Hal.20.
5 Robert H Laver,Op.Cit.,Hal.7 dalam Paul Tounier, seorang psikiater dari Swiss dalam karyanya The Meaning Of Persons, New York : Herper & Row, 1957, hal.100 menyatakan bahwa manusia yang benar-benar stabil, yang dalam hidupnya tidak pernah mengalami konflik ataupun masalah , tak lain adalah seseoranng tanpa kehidupan-seperti benda mati.
Karena itu, masalah perubahan sosial lebih
merupakan masalah tingkat perubahan ketimbang masalah ada atau tidaknya perubahan.
Konsep perubahan sosial mencakup atom terkecil dinamika sosial, perubahan keadaan
sistem sosial atau perubahan setiap aspeknya, tetapi perubahan Tunggal jarang terjadi
dalam keadaan terisolasi. Perubahan itu biasanya berkaitan dengan aspek lain dan para
sosiolog harus menemukan konsep yang lebih kompleks untuk menganalisa bentuk-bentuk
kaitan tersebut. Proses Sosial adalah pemikiran terpenting dalam melukiskan rentetan
perubahan yang saling berkaitan. Defenisi klasik dikemukan oleh Pitirim Sorakin (1889-
1968), menurutnya, Proses Sosial adalah setiap perubahan subjek tertentu dalam
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
perjalanan waktu, entah itu perubahan tempatnya dalam ruang atau modifikasi aspek
kuantitatif atau kualitatif.6
Jadi, konsep Perubahan Sosial menunjukan : (1) Berbagai Perubahan, (2) mengacu
pada sistem sosial yang sama (terjadi didalamnya atau mengubahnya sebagai suatu
kesatuan), (3) saling berhubungan sebab akibat dan tak ada yang lain, (4) Perubahan itu
saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu ( berurutan menurut rentetan
waktu).
7
Jika kita melihat secara historis Gerakan Sosial adalah sebuah fenomena yang
universal. Rakyat di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung
dan berjuang demi mendapatkan tujuan kolektif mereka dan secara bersama-sama
Contoh proses sosial yang bergerak dari tingkat makro menuju tingkat mikro
antara lain; Industrialisasi, Demokratisasi, Perluasan Perang, Mobilisasi Gerakan Sosial,
Kristalisasi Lingkaran Pertemanan dan krisis keluarga.
Karena itu, menjadi hal yang menarik untuk mengambil Tentang Gerakan sosial
yang terjadi di Kabupaten Batubara dan melihat aktivisme Gemkara-BP3KB yang menjadi
motor penggerak terjadi gerakan sosial demi mendapatkan Perubahan yang memang telah
diidamkan oleh masyarakat Batubara melalui perwujudan terpisahnya Batubara dengan
Kabupaten induknya yaitu Asahan dan membentuk Kabupaten sendiri. Menarik garis lurus
dari permasalahan Perubahan Sosial, maka Aktivisme Gerakan Masyarakat Batubara
(GEMKARA) – Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batubara (BP3KB)
ingin dieksplore dan menjadikan apa yang telah dilakukan oleh masyarakat Batubara
tersebut dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial.
6 Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada,2004,Hal.6. 7 Piotr Sztompka, Ibid., Hal.7.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
menentang orang-orang yang berani menghalangi tujuan mereka. Begitu juga yang terjadi
di Batubara. Bergabungnya seluruh elemen masyarakat dalam GEMKARA-BP3KB
memiliki alasan dan tujuan yang kuat. Tujuan dibentuknya Kabupaten ini dikarenakan
tidak adanya keadilan yang didapat secara menyeluruh oleh masyarakat Batubara melalui
pemerintahan Kabupaten Asahan. Kesejahteraan daerah Batubara minim dikatakan sebagai
daerah sejahtera dan melihat secara nyata, masih banyaknya masyarakat miskin yang
mendiami derah Batubara. Kemungkinan-kemungkinan negatif lain pun muncul dan
menjadi penguat alasan ingin memisahkan diri dari Kabupaten Asahan. Dan dibentuklah
GEMKARA-BP3KB.
Konteks dan karakter Gerakan Sosial di Indonesia telah, sedang dan terus akan
berubah. Selain perubahan konteks dan karakter gerakan, penting untuk dikaji bagaimana
massa rakyat menghadapi pagelaran kuasa, dan bagaimana (sebagian) eksponen utama dan
pendukung gerakan-gerakan rakyat tersebut menafsirkannya, menghadapi kesempatan
politik yang tersedia dan merumuskan tantangan-tantangan utama yang dihadapinya, serta
pada saatnya memilih dan melancarkan aksi kolektif yang mereka andalkan. Seperti
dikatakan oleh Cartwright, kelompok dapat dijadikan target maupun sebagai perantara
perubahan.8
8 Robert H Lauer, ibid., Hal.29 dalam D. Cartwright, Achieving Change In People ; Some
Application Of Group Dynamics Theory, Human Relation 4 , 1951, hal.388-389.
Begitu juga melihat GEMKARA sebagai kelompok yang menjadi perantara suatu
perubahan. Perubahan dalam suatu kelompok mungkin dipengaruhi oleh berbagai
perbedaan komposisi keanggotaan kelompok, tetapi memiliki kesamaan cita dan tujuan.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Merujuk pada deskriptif diatas, maka penulis sebagai akademisi tertarik untuk
mengetahui dan melihat suatu sudut nyata Perubahan Sosial yang terjadi melalui Gerakan
Sosial, khususnya dari aktivisme GEMKARA-BP3KB dan melihatnya sebagai sebuah
agen peubahan dalam suatu kelompok masyarakat. Banyak hal yang ingin lebih di eksplor
penulis untuk lebih melihat dan mendefenisikan Perubahan Sosial. Dan juga penulis ingin
mengetahui secara langsung bentuk-bentuk aktivitas GEMKARA-BP3KB dan
pengaruhnya dalam mewujudkan kabupaten Batubara.
2. Perumusan masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan latar belakang masalah
penelitiannya sebagai berikut :
2.1 Bagaimana mengetahui secara singkat deskriptif tentang perjuangan
GEMKARA- BP3KB dan pengaruhnya?
2.2 Dan juga bagaimana menjelaskan dan menganalisis GEMKARA-
BP3KB sebagai sebuah agen Gerakan Sosial untuk mewujudkan
Perubahan Sosial?
3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
3.1 Untuk mengumpulkan data dan mendeskripsikan secara singkat
tentang GEMKARA-BP3KB.
3.2 Untuk menjelaskan dan menganalisis GEMKARA-BP3KB sebagai
sebuah agen Gerakan Sosial untuk mewujudkan Perubahan sosial.
4. Manfaat penelitian
Disamping tujuan yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus mempunyai
manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
4.1 Manfaat praktis bagi penulis ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan penulis dalam membuat karya ilmiah dan bagi rakyat
khususnya di Kabupaten Batubara, penelitian ini dapat memberikan
penjelasan praktis dalam proses gerakan rakyat yang mungkin akan
terus terjadi guna melawan ketertindasan.
4.2 Manfaat akademis, Penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi Gerakan Sosial Masyarakat Batubara untuk
memberikan informasi terhadap perkembangan Gerakan Sosial yang
bergerak keluar melewati isu-isu pragmatis secara lokal. Serta hadir
ditengah-tengah gelombang gerakan sosial didunia , bahkan menjadi
aktor utama dari Gerakan Sosial dibeberapa kasus dinegara-negara
berkembang.
4.3 Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi informasi
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
perkembangan Gerakan sosial yang akan terus ada dan bergerak bagi
Lembaga Formal baik itu Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM ataupun
Departemen Dalam Negeri/ DepDagRi.
4 Kerangka teori
Kerangka teori diperlukan dalam setiap penelitian untuk memberikan landasan
teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam proses penelitian.9 Kerangka
teori juga membantu seorang penulis dalam menentukan tujuan dan arah penelitian, serta
sebagai dasar penelitian agar langkah yang ditempuh selanjutnya dapat jelas dan
konsisten.10
a. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak (construct) yang
sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set
tersebut secara jelas.
Peran teori dalam sebuah penelitian diumpakan sebagai “pemandu” seseorang
dalam meneliti. Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam
gejala sosial maupun natural yang dijadikan pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari
pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori
dinyatakan sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis
dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mencermati lebih jauh mengenai
teori, yakni:
9 Masri singarimbun & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES, Hal.21. 10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1990, Hal.65.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
b. Teori menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga
pandangan yang sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan oleh
variable dengan jelas kelihatan.
c. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu
berhubungan dengan variable yang lain.11
Kerangka teori berisi uraian tentang telahaan teori dan hasil penelitian terdahulu
yang terkait. Telaahan ini bisa dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau
meletakan kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang diteliti, dan pada
akhirnya menyatakan posisi atau pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Dan
bukan bermaksud untuk memamerkan teori dan hasil hasil penelitian ilmiah para pakar
terdahulu dalam satu adegan verbal sehingga pembaca “diberitahu” mengenai sumber
tertulis yang telah dipilih oleh peneliti. Hal ini juga dimaksudkan untuk menampilkan
mengapa dan bagaimana teori hasil penelitian para pakar terdahulu digunakan peneliti
dalam penelitiannya, termasuk dalam merumuskan asumsi-asumsi dalam penelitiannya.
12
Gerakan Sosial termasuk istilah baru dalam kamus ilmu-ilmu sosial. Meskipun
demikian di lingkungan yang sudah modern seperti di Indonesia fenomena munculnya
gerakan sosial bukanlah hal aneh. Misalnya ketika kenaikan tarif listrik sudah terlalu tinggi
Teori-teori yang dipakai untuk menjadi landasan berfikir dan titik tolak menyoroti
masalah yang ditulis oleh penulis , yaitu :
5.1 Teori Gerakan Sosial
11 Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Rosdakarya, 2006, Hal. 24. 12 Koentjaraningrat, Loc.,Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
kemudian muncul nama seperti Komite Penurunan Tarif Listrik. Perlawanan atau desakan
untuk mengadakan perubahan seperti itu dapat dikategorikan sebuah gerakan sosial.
Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang
kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa memang dalam suasana demokratis
maka masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau
struktur yang cacat. Dari kasus itu dapat kita ambil semacam kesimpulan sementara bahwa
gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat
dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Di
sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi
dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak
sebagian rakyat. Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun
di tubuh pemerintah menjadi sorotannya.
Jika tuntutan itu tidak dipenuhi maka gerakan sosial yang sifatnya menuntut
perubahan insitusi, pejabat atau kebijakan akan berakhir dengan terpenuhinya permintaan
gerakan sosial. Sebaliknya jika gerakan sosial itu bernafaskan ideologi, maka tak terbatas
pada perubahan institusional tapi lebih jauh dari itu yakni perubahan yang mendasar
berupa perbaikan dalam pemikiran dan kebijakan dasar pemerintah. Namun dari literatur
definisi tentang gerakan sosial ada pula yang mengartikan sebagai sebuah gerakan yang
anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul
dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa. Jika
definisi digunakan maka gerakan sosial tidak terbatas pada sebuah gerakan yang lahir dari
masyarakat yang menginginkan perubahan pemerintah tapi juga gerakan yang berusaha
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
mempertahankan kemauannya. Jika ini memang ada maka betapa relatifnya makna
gerakan sosial itu sebab tidak selalu mencerminkan sebuah gerakan murni dari
masyarakat.13
Para sarjana berbeda pendapat mengenai apa itu gerakan sosial dan bagaimana kita
mempelajarinya. Beberapa sarjana menekankan aspek organisasi dan tujuan dari gerakan-
gerakan sosial. Michael Useem, misalnya, mendefinisikan gerakan sosial sebagai tindakan
kolektif terorganisasi, yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan sosial. John
McCarthy dan Mayer Zald melangkah lebih rinci, dengan mendefinisikan gerakan sosial
sebagai upaya terorganisasi untuk mengadakan perubahan di dalam distribusi hal-hal apa
pun yang bernilai secara sosial. Sedang Charles Tilly menambahkan corak perseteruan
(contentious) atau perlawanan di dalam interaksi antara gerakan sosial dan lawan-
lawannya. Dalam definisinya, gerakan-gerakan sosial adalah upaya-upaya mengadakan
perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan dan berkelanjutan di antara
warganegara dan negara.
Kebanyakan para teoritis sosial sepakat bahwa mode aksi kolektif ini melibatkan
tipe relasi yang secara sosial mengandung konflik. Tipe klasiknya adalah gerakan buruh
yang menandai masyarakat industry di abad ke-19 dan awal abad ke-20.
14
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Gerakan sosial adalah tindakan atau
agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat yang disertai program
13The Wahid Institute, Gerakan Sosial Baru Di Indonesia, 2006.
<http://thewahidinstitute.com/seeding-plural-and-peachful-islam. akses : 7 januari 2009>
14 Astrid S Susanto-Sunarto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad Ke Dua Puluh Satu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Hal.21.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk
melestarikan pola-pola dan lembaga masyarakat yang ada.15
Gerakan Sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas
prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau
struktur pemerintah. Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan
pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu
bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat. Karena gerakan sosial lahir dari
masyarakat maka kekurangan apapun ditubuh pemerintah menjadi sorotannya. Dari
literatur defenisi tentang gerakan sosial, adapula yang mengartikan gerakan sosial sebagai
sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu
gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa juga hasil rekayasa para pejabat
pemerintah atau penguasa.
Perlawanan atau desakan
untuk mengadakan perubahan dapat dikategorikan sebuah Gerakan Sosial. Gerakan sosial
lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakdilan dan sikap
sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan sosial lahir sebagai reaksi
terhadap sesuatu yang tidak diinginkan rakyat atau menginginkan perubahan kebijakan
karena dinilai tidak adil. Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM, Parpol dan Ormas
yang kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa dalam suasana demokratis,
masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau struktur
yang cacat.
16
15
http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis, Hal. 3-4. 16 Juwono Sudarsono (ed), Pembangunan Politik Dan Perubahan Politik, Jakarta: Gramedia, 1976,
Hal. 24-25.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Jurgen Habermas, sebagaimana dikutip oleh Pasuk Phongpaichit (2004)
menyatakan bahwa Gerakan Sosial adalah Devensive relations to defend the publik and
private sphere of individuals againts the inroad of the state system and market economy.
(Gerakan Sosial adalah hubungan defensive individu- individu untuk melindungi ruang
publik dan private mereka dengan melawan serbuan dari sistem negara dan pasar).17
Anthony Giddens menyatakan Gerakan Sosial sebagai upaya kolektif untuk
mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan
bersama melalui tindakan kolektif (action collective) diluar ruang lingkup lembaga-
lembaga yang mapan.
18 Sedangkan Mansoer Fakih menyatakan bahwa Gerakan Sosial
dapat diartikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan
sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial.19
Sejalan dengan pengertian Gerakan Sosial di atas, Herbert Blumer merumuskan
Gerakan Sosial sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama sejumlah
tujuan atau gagasan.
20 Robert Misel dalam bukunya yang berjudul Teori Pergerakan Sosial
mendefenisikan Gerakan Sosial sebagai seperangkat keyakinan dan tindakan yang tak
terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi
perubahan dalam masyarakat.21
Tetapi, David Meyer dan Sidney Tarrow, dalam karya mereka Social Movement
17 http://pioner.netserv.chula.ac.th/~ppasuk/theorysocmovt.doc. 18 Fadhillah Putra dkk, Gerakan Sosial, Konsep, Strategi,Aktor, Hambatan Dan Tantangan Gerakan
Sosial Di Indonesia , Malang : PlaCID’s dan Averroes Press,2006, Hal.1. 19 Mansoer Fakih, Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme
Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu , Strategi Dan Dampak Gerakan, Yogyakarta : Insist Press , 2002 , Hal. Xxvii.
20 www.sastriomunandar.Multiply.com 21 Robert Misel, Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Book , 2004 , Hal.6-7.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Society (1998). Memasukkan semua ciri yang sudah disebutkan di atas dan mengajukan
sebuah definisi yang lebih inklusif tentang Gerakan sosial, yakni: Tantangan-tantangan
bersama, yang didasarkan atas tujuan dan solidaritas bersama, dalam interaksi yang
berkelanjutan dengan kelompok elite, saingan atau musuh, dan pemegang otoritas.22
Dua fitur tampil menonjol dalam definsi ini. Pertama, gerakan-gerakan sosial
melibatkan “tantangan kolektif”, yakni upaya-upaya terorganisasi untuk mengadakan
perubahan di dalam aransemen-aransemen kelembagaan. Tantangan-tantangan ini bisa
berpusat kepada kebijakan-kebijakan publik atau ditujukan untuk mengawali perubahan
yang lebih luas dalam struktur lembaga-lembaga sosial dan politik, distribusi jaminan
sosial, atau bisa juga menyangkut konseptualisasi mengenai hak-hak dan tanggung jawab
sosial dan politik. Sedangkan Fitur yang kedua adalah corak politis yang inheren di dalam
gerakan-gerakan sosial. Ini terutama terkait dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
lewat Gerakan-Gerakan sosial, yang secara tipikal mencakup perubahan di dalam distribusi
kekuasaan dan wewenang. Tujuan-tujuan politis ini hanya mungkin dicapai lewat interaksi-
interaksi yang terus-menerus, berkelanjutan, dengan aktor-aktor politik di luar Gerakan,
yang terpenting di antaranya adalah sekutu-sekutu dan pesaing-pesaing politik dan
pemegang otoritas kekuasaan.
23
Denny JA menyatakan adanya tiga kondisi yang lahirnya Gerakan Sosial, yang
Pertama, Gerakan Sosial dilahirkan dengan kondisi yang memberikan kesempatan bagi
22David Meyer dan Sidney Tarrow. The Social Movement Society. 1998.
<http://www.socialmovement.com//social movement society/akses 15jan2009>
23http://maulanusantara.wordpress.com/2008/04/18/sintesis-saling-menguntungkan-hilangnya-orang-luar-dan-orang-dalam/hal.1, akses: 17 january 2009.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
gerakan itu. Pemerintahan yang moderat misalnya, memberikan kesempatan yang lebih
besar bagi timbulnya Gerakan Sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kedua,
Gerakan Sosial timbul karena meluasnya ketidakpuasan atas situasi yang ada. Perubahan
dari masyarakat Tradisonal ke masyarakat modern misalnya, akan menimbulkan
kesenjangan ekonomi yang semakin meluas antara si kaya dan si miskin.
Perubahan ini juga dapat menyebababkan kritis identitas dan lunturnya nilai-nilai
sosial yang selama ini di agungkan. Perubahan itu akan menimbulkan gejolak yang
dirugikan dan kemudian meluas menjadi Gerakan Sosial. Ketiga, Gerakan Sosial semata-
mata masalah kemampuan kepemimpinan dari tokoh penggerak. Sang tokoh penggerak
akan menjadi inspirator, membuat jaringan, membangun organisasi yang menyebabkan
sekelompok orang termotivasi untuk terlibat dalam Gerakan tersebut.24
Selain itu menurut Lofland dua aspek empiris gelombang yang perlu diperhatikan
adalah, Pertama, aliran tersebut cenderung berumur pendek antara lima sampai delapan
tahun. Jika telah melewati kurun waktu itu gerakan akan melemah dan meskipun masih ada
Indikasi awal untuk menangkap gejala gerakan sosial menurut John Lofland adalah
dengan mengenali terjadinya perubahan-perubahan pada semua elemen arena publik dan
ditandai oleh kualitas "aliran" atau "gelombang". Dalam prakteknya suatu Gerakan Sosial
dapat diketahui terutama lewat banyak organisasi baru yang terbentuk, bertambahnya
jumlah anggota pada suatu organisasi gerakan dan semakin banyaknya aksi kekerasan atau
protes terencana dan tak terencana.
24 Noer Fauzi, Memahami Gerakan–Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta : Insist Press ,2005,
Hal.21.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
akan tetapi gerakan telah mengalami proses 'cooled down'. Kedua, banyak organisasi
kekerasan atau protes yang berubah menjadi Gerakan Sosial atau setidaknya bagian dari
gerakan-gerakan yang disebut diatas. Organisasi-organisasi ini selalu berupaya
menciptakan Gerakan Sosial - atau jika organisasinya memiliki teori operasi yang berbeda
maka mereka akan dengan sabar menunggu pergeseran struktur makro yang akan terjadi
(misalnya krisis kapitalisme) atau pertarungan yang akan terjadi antara yang baik dan
jahat, atau kedua hal tersebut, serta menunggu kegagalan fungsi lembaga sentral. Kala
itulah gerakan itu bisa dikenali sebagai gerakan pinggiran, gerakan awal dan embrio
gerakan.25
1. Lahirnya kekerasan atau protes baru dengan semangat muda yang dibentuk secara
Lebih lanjut dapat dirumuskan bahwa sebuah Gerakan Sosial terdiri dari:
Independen.
2. Bertambahnya jumlah (dan peserta) aksi kekerasan dan/atau protes terencana dan
tak terencana (terutama kumpulan) secara cepat.
3. Kebangkitan opini massa
4. Semua yang ditujukan kepada oknum lembaga sentral
5. Sebagai bentuk usaha untuk melahirkan perubahan pada struktur dari lembaga-
lembaga sentral.
Dalam memahami dan menjelaskan fenomena Gerakan Sosial, para ahli ilmu sosial
tersebut mengembangkan wacana sehingga pada tatanan teoritis telah melahirkan beberapa
pendekatan untuk bisa lebih menjelaskan Gerakan Sosial. Paradigma teoritis dari Gerakan
25 Lofland, Protes, Studi Tentang Gerakan Sosial, Yogyakarta : Insist Pers, 2003, Hal.50.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sosial mungkin bisa dimasukan dalam istilah yang berbeda-beda. Selain paradigma NEO-
Marxisme, Pendekatan yang mendominasi hingga awal tahun 1970-an adalah konsep
prilaku kolektif interaksionis dan konsep gerakan sosial mahzab Chicago, serta model
struktural-fungsional. Paradigma yang terakhir ini merupakan perspektif yang paling luas
dianut pada saat itu.
Pada 1970-an, Teori Mobilisasi Sumber Daya mengemukakan Pendekatan Neo-
Utiliarian rasionalis untuk mempelajari Gerakan Sosial. Tetapi pendekatan-pendekatan itu
dikritik keras oleh pendekatan yang berorientasi Hermeneutika yang mencoba
mengkonseptualisasikan apa yang bari di dalam Gerakan Sosial Baru. Dan Pendekatan
Sosiologis Tindakan menambahkan Perspektif Teoritis Komprehensif untuk studi Gerakan
Sosial.
5.1.1. Pendekatan melalui Teori Marxist dan Neo-Marxisme
Teori ini menegaskan bahwa di masyarakat industri Gerakan Sosial dan revolusi
berasal dari kontradiksi struktural utama antara kapital dan buruh. Aktor-aktor utama
dalam Gerakan Sosial kelas sosial yang saling berseteru didefenisikan berdasarkan
kontradiksi sistematik fundamental ini. Akan tetapi, mereka juga dianggap sebagai aktor
historis, dan mereka pasti akan menyadari peran dan takdir sejarah mereka.
Melihat dari dari perspektif Marxist, Gerakan Sosial dianggap sebagai gejala yang
positif yang kemunculannya disebabkan oleh karena terjadinya proses eksploitasi dan
dominasi satu kelas terhadap kelas yang lain. Gerakan sosial, dengan demikian, dipahami
sebagai reaksi (perlawanan) kaum proletar terhadap kaum borjuis, merupakan ekspresi dari
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
struktur kelas yang kontradiktif. Singkatnya, Gerakan Sosial adalah perjuangan kelas yang
lahir karena adanya kesadaran kelas.26
Mansoer Fakih manganalisis bahwa pandangan Marxistme Tradisional menegaskan
beberapa ciri-ciri dari teori Gerakan Sosial, Pertama, Gerakan Sosial dilihat sebagai
Gerakan Kelas Buruh dari buruh pabrik perkotaan atau buruh tani yang tak bertanah di
pedesaan, yang berarti menitikberatkan kelas buruh sebagai pusat perubahan dalam teori
perubahan tradisional. Kedua, sebagai akibat dari anggapan pertama, perjuangan atau
gerakan non kelas, seperti Gerakan lingkungan, Gerakan Perempuan dan feminisme serta
jenis gerakan nonkelas lainnya, berada diluar teori ini, Ketiga, titik perhatian utama teori-
teori ini adalah terhadap hubungan proletar kelas buruh dan kelas kapitalis ketimbang
kepada hegemoni ideologis dan kultural, pendidikan, gender dan lingkungan.
27
Teoristis Symbolic Interactionism dari Mahzab Chicago mengadopsi pendekatan
serupa untuk mempelajari prilaku kolektif dan Gerakan Sosial. Berdasarkan dari asumsi
bahwa individu dan kelompok orang bertindak berdasarkan pemahaman dan eksperimen
bersama, mereka berpendapat bahwa Gerakan Sosial muncul di situasi yang tidak
terstruktur. Ini adalah situasi dimana hanya ada sedikit pedoman kltural bersama atau
pedoman itu berantakan dan didefenisikan kembali. Gerakan sosial adalah ekspresi kolektif
5.1.2. Pendekatan Interaksionisme
26 http://globalisasi.wordpress.com/2006/07/10/Gerakan Sosial: Kajian Teoritis, Loc.Cit. 27 Teori kelas meletakan perjuangan kelas sebagai hal sentral dan menetukan perubahan sosial. Dari
perspektif tersebut, Marxisme Tradisional menganalisis struktur masyarakat dalam Base dan Superstructure yang meletakan ekonomi menjadi faktor yang sangat essensial. Mereka meletakan pendidikan, kultur dan ideology sebgai Superstructure ditempat yang kedua. Dengan demikian, kaum Marxistme Tradisional cenderung memecahkan masalah masyarakat dengan mengubah aspek-aspek ekonomi. Merak tidak mementingkan aspek lainnya, seperti Hegemoni cultural dan politik, diskursus dan pengetahuan sebagai bentuk dominasi yang melanggengkan ekonomi. Lihat Mansoer Fakih, Op.,Cit, Hal.51.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dari rekonstruksi situasi sosial tersebut. Gerakan sosial adalah usaha kolektif untuk
menciptakan tatanan kehidupan yang baru.28
Pendekatan Struktural adalah konsep pertama yang relative sering
dipergunakan oleh para akademis studi Gerakan Sosial dalam menjelaskan fenomena
Gerakan Sosial. Konsep ini begitu popular, bukan dikarenakan kata “struktural” yang
menjadi pembendaharaan kata dalam ilmu politik, tetapi karena istilah ini telah
berkembang menjadi Eponymous School, seperti Struktural Fungsionalisme,
Strukturalisme dan Pasca Strukturalisme.
Pendekatan Interaksionis simbolis untuk studi Gerakan Sosial tidak berhasil
mengembangkan paradigma teoritis yang memadai. Secara keseluruhan, pendekatan ini
masih mendapat perhatian, sebab pendekatan ini di satu sisi menekankan pada aspek
sosial-psikologis dari aksi kolektif seperti emosi, perasaan solidaritas, prilaku ekspresif dan
komunikasi, sedangkan di sisi lain menempatkan pada kemunculan gerakan sosial di dalam
proses relasi dan interaksi yang terus berjalan.
5.1.3. Pendekatan Fungsionalisme Struktural
29
Dalam fungsionalisme struktural, istilah struktural dan fungsional tidak selalu perlu
dihubungkan, kita dapat mempelajari struktur masyarakat tanpa perlu mengetahui
fungsinya begitu juga sebaliknya. Fungsionalisme kemasyarakatan (Societal
28 William Outhwaite, Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Edisi ke-2, Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2008,Hal.784.
29 Abdul Wahab Situmorang, Gerakan Sosial ; Studi Kasus Beberapa Perlawanan, Yogyakarta : Pustaka Pelajara, 2007, Hal.16.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Functionalism), sebagai salah satu pendekatan fungsionalisme struktural, paling dominan
digunakan para fungsionalis struktural. Perhatian utama dari fungsionalisme
kemasyarakatan ini ialah struktur sosial dan institusi masyarakat secara luas, hubungannya
dan pengaruhnya terhadap anggota masyarakat (individu/pemain).
Ada tiga varian di dalam model Gerakan Sosial Struktural-Fungsionalis. Meskipun
sangat berbeda dalam pendekatan dasarnya dari logika Gerakan Sosial yang didasarkan
pada interaksi, namun perbedaan itu tidak sejauh perberbedaannya dengan Marxisme
dalam mode analisisnya.
Tiga varian tersebut adalah :
5.1.3.1. Teori Masyarakat Massa.
Teori Masyarakat Massa mempostulatkan individual yang
teratomisasi. Karena tercabut dari akarnya akibat perubahan sosial yang
cepat, urbanisasi dan hilangnya ikatan tradisional, terisolasi dari relasi
kelompok dan kelompok referensi normative, maka individu dalam
masyarakat massa adalah bebas dan cenderung berpartisipasi dalam jenis
kelompok sosial baru, seperti Gerakan Sosial Baru
5.1.3.2. Teori Tekanan Struktural
Teori ini menekankan bahwa penyebab utama kemunculan Gerakan
Sosial adalah terganggunya keseimbangan dari sistem sosial.
Nonkorespodensi antara nilai-nilai yang dianut dengan praktik masyarakat
aktual, Tertutupnya fungsi institusional, elemen disfungsional yang
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
mengganggu kelangsungan system, semua itu dapat menggangu
keseimbangan sosial, memicu ketegangan struktural dan kemudian memicu
Gerakan Sosial.
5.1.3.3. Teori Deprivasi Relatif
Teori ini adalah sejenis varian Sosial-Psikologis dari teori Tekanan.
Tekanan yang dimaksud bukan diakibatkan oleh diskrepansi struktural,
tetapi berasal kondisi perasaan yang subjektif, orang merasa relative gagal
menggapai harapannya. Kebutuhan yang terpenuhi tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Perbaikan kondisi ekonomi dan politik, yang
membesarkan harapan bagi beberapa kelompok, akan mudah memunculkan
gerakan sosial apabila realitas tampak tidak sesuai dengan harapan.
Ketidakpuasan dan frustasi akan bermunculan dan menyebabkan Gerakan
Sosial.
5.1.4 Teori Gerakan Sosial Baru ( New Movement Social )
Gerakan Sosial Baru essensialnya merupakan perkembangan dari teori Gerakan
Sosial sebelumnya. Teori ini berbasis di Eropa Barat. Sebagaimana Laclau dan Mouffe
menganggap Gerakan Sosial Baru sebagai modal sebagai pencarian alternatif atas “
kemandekan” atau “kemacetan” dari pendekatan Marxist.30
Dalam Gerakan Sosial Baru, terdapat slogan yang berbunyi “There are many
30 Mansoer Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM
Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 1996,Hal.46.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Alternative” (ada banyak alternative).31
Apa yang membuat Gerakan sosial ini baru? Kebanyakan teoritis memandangnya
dalam term prilaku kolektif konfliktual yang membuat ruang kultural dan sosial baru.
Claus Offe mengatakan bahwa Gerakan sosial Baru dilihat sebagai institusi masyarakat
sipil yang dipolitisasi, dan karenannya mendefenisikan ulang batas-batas politik
institusional, Alberto Melluci memandang Gerakan Sosial Baru sebagai cara baru
memahami dunia dan menetang aturan kultural dominasi berdasarkan alasan simbolik;
juga sebagai panciptaan identitas baru yang berisikan tuntutan yang tidak bisa
dinegosiasikan, seperti yang diungkapan oleh Jean.L.Coehan sedangkan Ulrich Beck
menyatakan Gerakan Sosial Baru sebagai artikulasi sosial baru yang mengkristalisasikan
Gerakan Sosial Baru mulai muncul dan
berkembang sejak pertengahan tahun 1960an. Gerakan Sosial Baru hadir sebagai alternatif
lain dari prinsip-prinsip, strategi, aksi ataupun pilihan ideologi dari pandanagn-pandangan
teori Marxist tradisional yang lebih pada menekankan pada masalah perjuangan kelas.
Gerakan Sosial Baru merupakan suatu gerakan yang terpisah dari Gerakan Sosial
sebelumnya yang diwarnai politik kelas tradisional gerakan buruh. Perbedaan yang
mendasar adalah dalam hal tujuan, ideologi, strategi, taktik, dan partisipan. Gerakan Sosial
(lama) cenderung kental dengan dimensi kelas (Marxian) yang terbagi dalam dikotomi
kelas borjuis dan proletar; Bergerak pada seputar masalah ekonomi / re-distribusi ekonomi
yang erat kaitannya dengan masa-masa dimana dinamika perekonomian negara-negara
Barat memasuki periode industrial serta kental dengan tujuannya untuk mengubah sistem
(menggulingkan kekuasaan) secara radikal / revolusioner.
31 Amalia Pulungan dan Roysepta Abimanyu , Bukan Sekedar Anti Globalisasi, Jakarta: IGJ dan
WALHI, 2005, Hal.ix.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
pengalaman dan persoalan baru yang dialami dan dihadapi bersama, sebagai akibat dari
disintegrasi umum pengalaman berbasis ekonomi.32
1. Kelas Menengah Baru
Arti penting yang diberikan dari pengertian-pengertian diatas kepada Gerakan
Sosial Baru adalah Gerakan Sosial itu mendapatkan kesadaran baru akan kapasitasnya
untuk memproduksi makna baru dan bentuk kehidupan dan tindakan sosial yang baru.
Didalam kerangka teoritis ini, Gerakan Sosial diletakkan kedalam dua Perspektif.
sebagai ekspresi rasionalisasi komunikasional , Gerakan Sosial Baru mempertanyakan
Validasi pola kehidupan dunia yang sudah ada, seperti norma dan legitimasi, dan kemudian
memperluas ruang publik. Pada saat yang sama, sebagai Gerakan Defensive, Gerakan
Sosial Baru menentang gangguan patologis terhadap kehidupan dunia, yang
dikolonialisasikan berdasarkan mekanisme politik dan ekonomi yang sistematik.
Paradigma Gerakan Sosial baru bertumpu pada dua klaim utama yaitu: pertama,
Gerakan Sosial Baru merupakan produk peralihan dari perekonomian industrial menuju
post-industrial. Kedua, Gerakan Sosial Baru bersifat unik dan berbeda dengan Gerakan
Sosial di era industrial. Jika Gerakan Tradisional biasanya lebih menekankan pada tujuan
ekonomis-material sebagaimana Gerakan Buruh, sedangkan Gerakan Sosial Baru
cenderung menghindari tujuan tersebut yang menetapkan tujuan yang bersifat non
ekonomis-material.
Offe menyatakan bahwa aktor atau partisipan dari Gerakan Sosial Baru berasal dari
tiga sektor utama, yaitu :
2. Unsur-unsur kelas menengah lama ( petani, pemilik toko dan penghasil
32 William Outhwaite, Ibid.,Hal.785.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
karya seni), dan
3. Orang-orang yang menempati posisi pinggiran yang tidak terlalu terlibat
dalam pasar kerja, seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, dan para
pensiunan.33
5.1.5 Teori Mobilisasi Sumber Daya (Resource Mobilization Theory)
Teori Mobilisasi Sumber daya muncul sebagai antitesa dari pandangan yang
mengatakan bahwa Gerakan Sosial Muncul akibat dari penyakit sosial. Dalam pandangan
lama mengatakan bahwa Gerakan Sosial muncul akibat adanya dukungan dari pihak-pihak
mengalami penindasan, teraliansi dan terisolasi dalam masyarakat, karena ini teori tersebut
muncul kepermukaan untuk membantah pandangan tersebut.
Teori ini menyatakan bahwa Gerakan Sosial muncul karena tersedianya faktor-
faktor pendukungnya, seperti adanya sumber-sumber pendukung, tersedianya kelompok
koalisi dan adanya dukungan dana, adanya tekanan dan upaya pengorganisasian yang
efektif serta sumber daya yang penting berupa ideologi.34 Teori ini lebih menekankan pada
permasalahan teknis, bukan pada sebab mengapa Gerakan sosial muncul. Pada penganut
teori Mobilisasi Sumber Daya ini memandang bahwa kepemimpinan, organisasi dan teknik
sebagai faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah Gerakan sosial.35
Lahirnya pandangan positif merupakan implikasi dari perkembangan gerakan sosial
dewasa ini, yang dinilai telah berhasil mendorong proses demokratisasi. Gerakan sosial
33 Fadhillah Putra dkk, Op.,Cit, Hal.69-70.
34 Mansoer Fakih, Op.Cit., Hal.xxvii. 35 www.sastriomunandar.Multiply.com.,Loc.Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
yang dimaksud adalah gerakan perjuangan hak-hak sipil, gerakan anti kolonial, feminisme,
gerakan hak asasi manusia dan gerakan anti-rasial.36
Varian yang berbeda didalam perspektif Mobilisasi Sumber Daya memiliki logika
yang sama, para ahli berpendapat bahwa Gerakan Sosial menggunakan penalaran yang
Instrumental-Strategis, Kalkulasi biaya, manfaat dan mengejar tujuandan kepentingan
secara rasional. Mereka juga sepakat dalam poin pentong lainnya, bahwa Gerakan Sosial
bukan sebuah kejadian yang abnormal, tetapi bagian dari kehidupan sosial yang normal,
yang dianggap penuh potensi konflik. Karena tekanan tersebut, mereka menolak ide bahwa
tekanan atau kekecewaan dapat menjelaskan kemunculan dari Gerakan Sosial, tetapi
sebaliknya Gerakan Sosiallah yang memfokuskan ketegangan dan ketidakpuasaan.
37
Dalam memandang gerakan sosial, kedua perspektif tersebut tidak melihatnya
sebagai artikulasi dari aliran pemikiran atau ideologi tertentu, melainkan sebagai
tanggapan terhadap persoalan-persoalan sosial secara luas. Hal ini dipengaruhi oleh
Teori Gerakan Sosial baru dan Mobilisasi Sumber Daya merupakan dua perspektif
teori yang mendominasi studi-studi gerakan sosial kontemporer. Tidak hanya itu, kedua
teori itupun memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan gerakan sosial di
negara-negara dunia ketiga. Gerakan-gerakan untuk perubahan telah banyak bermunculan
dinegara dunia ketiga. Terdapat pandangan yangan berusaha menilai hadirnya gerakan
sosial ataupun kelompok aksi di dunia ketiga. Ada yang melihat gerakan sosial itu sebagai
leluhur dari transisi ke sosialisme, dan yang lain melihat sebagai pendukung munculnya
masyarakat sipil.
36Noer fauzi, Op.,Cit, Hal. 10-11. 37 William Outhwaite,Loc.,Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
munculnya gerakan-gerakan sosial yang tidak mendasarkan gerakannya pada kesadaran
kelas dan ideologi tertentu, melainkan pada identitas dan kesadaran/perhatian terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat secara luas. Secara empiris, Gerakan
sosial yang muncul pada periode ini dicirikan oleh kaburnya batas-batas ideologi, asal-usul
dan latar belakang sosial, serta hal-hal sempit lainnya yang melekat pada seseorang, yang
dapat merintangi upaya penyatuan kehendak untuk melakukan perubahan sosial. Gerakan
sosial yang dimaksud adalah gerakan lingkungan, gerakan perempuan, gerakan anti-nuklir,
gerakan homo seks (gay), dan gerakan-gerakan lintas-batas kelas lainnya.38
Fuentes dan Gunder Frank mendefenisikan kelompok aksi ataupun gerakan sosial
tersebut sebagai akar rumput (bersifat lokal), transisional ke arah sosialisme dalm arti
berusaha untuk memutuskan mata rantai kolonialisme dan bersifat antipolitik, yang artinya
tidak berusaha untuk memegang kekuasaan di tingkat institusional, tetapi secara luas
merupakan gerakan demokratis.
39
Disisi lain, terdapat pandangan mengenai munculnya kelompok aksi atau Gerakan-
Gerakan Sosial Dunia Ketiga, adalah sebagai unsur utama dalam munculnya masyarakat
sipil dengan berusaha untuk melindungi, memprotes dan meningkatkan kepentingan para
Kelompok ini merupakan instrumen dan pernyataan
perjuangan rakyat terhadap eksploitasi dan penindasan yang sudah sangat tua serta upaya
untuk bertahan hidup dan mempunyai identitas, mencoba untuk mencapai, dan menjadi
instrumen dari pemberdayaan diri demokratis.
38 http://www.socialmovement.com/”do we have a theoritical framework to explain social
movement? 39 Jeyf haynes, Demokrasi Dan Masyarakat Sipil Dunia Ketiga, Gerakan Politik Baru Kaum
Terpinggir , Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000, Hal.27.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
anggotanya, hal ini memberikan dukungan kepada munculnya proses demokratis yang
perlahan dengan memperkuat dan memperluas masyarakat sipil.
Stepan mendefenisikan masyarakat sipil sebagai wilayah dimana terdapat banyak
gerakan sosial (termasuk asosiasi kemasyarakatan, kelompok perempuan, badan-badan
keagamaan dan arus intelektual) dan organisasi profesi (ahli hukum, wartawan, serikat
pekerja wiraswastaan dan sebagainya) yang bertujuan membentuk diri mereka menjadi
suatu kerangka bersama guna menyatakan diri dan memajukan kepentingannya.40
Gerakan Sosial juga memiliki beberapa fungsi. Dapat kita rangkum dengan
merujuk dari beberapa defenisi yang telah dipaparkan diatas. Beberapa fungsi dari Gerakan
sosial tersebut adalah : (1). Gerakan Sosial memberi kontribusi dalam pembentukan opini
publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik melalui
penggabungan sejumlah gagasan-gagasan tentang Gerakan Sosial itu, (2). Gerakan Sosial
Dengan
kata lain, masyarakat sipil berfungsi sebagai batu pembatas dari warga negara terhadap
kekuasaan negara.
Masyarakat sipil tercakup dalam konsepsi asosiasi individu yang bebas dan tidak
tergantung pada Negara, mengatur dirinya sendiri dalam sederetan aktifitas otonom dan
signifikan secara politik. Masyarakat sipil hendaknya menjadi pelindung yang kuat
terhadap dominasi negara, meliputi organisasi-organisasi yang membatasi dan
mengesahkan kekuasaan negara. Perspektif teori-teori yang dikembangkan pada umumnya
meletakan gejala gerakan sosial sebagai aktor penting yang berperan dalam proses
perubahan dari otoritarianisme ke demokrasi.
40 Jeff Haynes, Loc.,Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
menghasilkan pemimpin yang akan menjadi bagian dari elit politik dan mungkin
meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting. Sebagai contoh Gerakan-gerakan
buruh sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyak pemimpin yang sekarang
memimpin negaranya.
5.1.6. Contentious Politics
Munculnya teori ini dikarenakan adanya anggapan bahwa beberapa teori dan
pendekatan yang selama ini ada untuk menganalisa suatu Gerakan Sosial memiliki
kelemahan dan keterbatasan dalam pengujiannya menganalisa Gerakan Sosial itu.
McAdam ,mengidentifikasikan bahwa terdapat empat kelemahan pada mekanisme
teori-teori diatas, diantaranya , Pertama, Mekanisme-mekanisme tersebut terlalu statis dan
tidak bersifat dinamis. Kedua, Mekanisme-mekanisme tersebut lebih relevan untuk
menjelaskan Gerakan Sosial dalam bentuk tunggal dengan cakupan yang relative kecil
sehingga tidak mencukupi untuk menjelaskan fenomena ketegangan politik yang terjadi
pada suatu Gerakan Sosial dengan cakupan yang cukup besar dan luas. Ketiga,
mekanisme-mekanisme tersebut muncul dalam konteks yang relative terbuka di Amerika,
dengan organisasi Gerakan Sosial yang relative besar dan banyak secara quantitas
dibandingkan Negara-negara selatan dimana Organisasi Gerakan Sosial-nya lebih sedikit
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dan lebih tertutup. Keempat, mekanisme-mekanisme tersebut lebih memfokuskan kepada
asal-asal gerakan daripada fase-fase perkembangannya.41
• Gerakan sosial merupakan salah satu bentuk prilaku kolektif. Menurut para
sosiologi, istilah perilaku kolektif secara harfiah mengacu pada perilaku
serta bentuk-bentuk peristiwa sosial lepas (emergent) yang tidak
Oleh karena itu, untuk menjembatani kelemahan masing-masing dari mekanisme
teori-teori diatas, maka pada tahun 1995 McAdam, Tarrow dan Tilly bertemu dan mencoba
berkolaborasi mengintegrasi serangkaian seri-seri diskusi dan seminar menyerap pendapat
dan kritik dari akademis Gerakan Sosial mengenai konsep yang telah ada dan juga konsep
Contentious Politics yang akan mereka ajukan. Dan di Tahun 2001, karya mereka
Dynamics of Contentious dipublikasikan. Dalam karya mereka tersebut, mereka
menawarkan pendekatan yang sangat dinamis dalam menganalisa rangkaian besar
peristiwa-peristiwa Gerakan, baik Gerakan sosial baru, Revolusi, Nasionalisme, maupun
Demokratisasi dimanapun terjadi.
Dalam buku tersebut, komponen mekanisme dan proses seperti struktur
kesempatan politik, struktur mobilisasi dan sebagainya dijadikan sebagai subjek. Bukan
objek. Dengan kata lain, komponen-komponen tersebut dijadikan sebagai kata kerja, bukan
kata benda.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, ada beberapa hal yang perlu dicatat
sebagai karakteristik yang melekat dalam Gerakan Sosial, yaitu :
41 McAdam, Political Process And The Development Of Black Insurgency,1930-1970 dalam Abdul
Wahab Situmorang.Op.Cit,Hal.23-24.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dilembagakan (extra-institusional). Kalimat ini digunakan oleh Asosiasi
Sosiologi Amerika untuk menyebut perilaku kolektif dan gerakan sosial.
• Gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan untuk mmbuat perubahan sosial
atau untuk mempertahankan suatu kondisi. Itu artinya, tujuan sekelompok
orang untuk melakukan gerakan sosial tidak selalu disadari oleh motif
perubahan, karena bisa saja di sadari atau tiidak, gerakan sosial dilakukan
untuk “ mempertahankan” keadaan (status quo).
• Gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam
perebutan kekuasaan secara langsung.
• Gerakan sosial merupakan perilaku kolektif yang terorganisasi, baik formal
maupun tidak.Gerakan sosial merupakan gejala yang lahir dalam kondisi
masyarakat yang konfliktual.42
5.1.7 Teori Modren Tentang Agen Perubahan
Silsilah tentang teori modern agen perubahan modern dapat di runut kebelakang,
melalui karya Buckley, Sosiology and Modren System Theory (1967). Bertolak ke tradisi
berpikir fungsionalisme-struktural dan teori system umum, Buckley ingin merevisinya
dengan menggabungkan wawasan teori lain ; Teori Pertukaran, interaksionisme-simbolik,
teori permainan dan Model Prilaku Kolektif.
Masyarakat dan sejarah diciptakan melalui tindakan kolektif dan agen utamanya
adalah Gerakan Sosial. Wujud agen ini dipahami sebagai bentuk-bentuk mobilisasi kolektif
yang secara langsung menyerang landasan cultural masyarakat Agen Perubahan terwujud
42 Artikel Sadikin, Perlawanan Petani dan Konflik Agraria Dalam Diskursus Gerakan Sosial, 2004,
Hal.9.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dalam diri individu. Agen bukan lagi kecendrungan samar-samar dari system, juga bukan
berasal dari kehidupan kolektif, kelas atau gerakan yang berorientasi perubahan. Agen
perubahan dalah prilaku sehari-hari orang biasa yang seringkali tidak dimaksudkan untuk
mengubah apapun tetapi justru membentuk ulang masyarakt manusia.Teori Agen
Perubahan memusatkan perhatian pada pertentangan antara tindakan dan struktur, dan
mencoba menjembatani pemikiran yang telah dikembangkan dan diperkaya. Realitas sosial
mulai dipahami sebagai koefiseian dari agen.
Teori agen perubahan dapat diringkas melalui enam asumsi ontologis:
(1). masyarakat merupakan sebuah proses dan mengalami perubahan terus-menerus,
(2). Perubahan kebanyakan berasal dari dalam, berebntuk transformasi diri sendiri,
(3). Motor penggerak Perubahan adalah kekuatan agen individual dan kolektif,
(4). Arah, tujuan dan kecepatan perubahan di pertentangkan dikalangan agen dan
menjadi medan konflik dan perjuangan,
(5). Tindakan terjadi dalam suasana menghadapi struktur menghasilkan kualitas dualitas
(yang membentuk dan yang dibentuk) dan dualitas kualitas aktor (yang menghasilkan
maupun yang dihasilkan), dan
(6). Pertukaran tindakan terjadi pelan-pelan, dengan cara menukar fase-fase kreativitas
agen dan kemapanan struktur.
5.2 Gerakan Sosial Sebagai Kekuatan Perubahan
Dalam suatu Gerakan. Ada yang dinamakan Agen. Wujud agen ini bermacam-
macam. Perubahan sosial terjadi juga dikarenakan berbagai macam agen. Di era modren
ini, banyak kita melihat perubahan yang dilakukan agen terlihat menonjol. Misalnya,
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
kerumunan yang terjadi di alun-alun kota untuk menentang kebijakan pemerintah, demo
buruh menuntut kenaikan upah, bentrokan mahasiswa dengan polisi anti huru-hara, kaum
perempuan yang menentang perbedaan gender, dan kelompok petani yang selama ini
merasa menjadi second class. Kesemuanya itu adalah bentuk dari Gerakan sosial.
Agaknya, dapat dilihat Gerakan Sosial merupakan kekuatan perubah paling manjur dalam
masyarakat.
Banyak pakar yang menyimak peran khas gerakan sosial ini. Mereka melihat
Gerakan Sosial sebagai salah satu cara utama untuk menata ulang masyarakat modren.
Seperti Tourine menyatakan bahwa Gerakan Sosial adalah aktor historis. Sedangkan
Eyerman dan Jamison menyatakan Gerakan Sosial sebagai agen Perubahan kehidupan
politik atau pembawa proyek Historis.
Cara Gerakan sosial menyesuaikan diri dengan agen perubahan lain dapat
dibedakan melalui cara agen mula-mula menggerakan perubahan sosial. Kriteria pertama,
Perubahan berasal “dari bawah”, melalui aktivitas yang dilakukan oleh massa rakyat biasa
dengan derajat “kebersamaan” yang berbeda-beda.
Perubahan lain mungkin berasal “dari atas”, melalui aktivitis elite yang berkuasa
(penguasa, pemerintah, manajer, administrator, dan lain-lain) mampu memaksakan
kehendaknya kepada masyarakat lain. Kriteria kedua, perubahan mungkin diinginkan,
diinginkan oleh agen, dilaksanakan sebagai realisasi proyek yang mereka rencanakan
sebelumnya. Perubahan lain mungkin muncul sebagai efek samping tak diharapkan , efek
samping dari tindakan yang tujuannya sama sekali berlainan.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Agen perubahan ini menjadi pembahasan penting diantara para sosiolog. Jika
melihat di tingkat individual, sosiaolog menggunakan teknik Otoriter dan Partisipatif.
Sedangkan di tingkat kelompok, menggunakan stategi Elit. Elitnya mungkin ahli di bidang
tertentu, misalnya Pengusaha, Intelektual, atau Politisi kawakan. Tugas elite adalah untuk
mempengaruhi perubahan dengan atau tanpa keinginan orang lain yang terlibat dalam
perubahan itu. Menurut strategi Demokratis, mungkin masih terdapat elite ahli, tetapi
mereka bergabung dengan rakyat sehingga semua orang dipengaruhi oleh perubahan itu
memiliki peluang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Untuk menganalisa perihal perubahan sosial, pertama-tama memerlukan suatu
model yang lebih terperinci daripada teori-teori lain yang bersifat umum. Dalam buku yang
berjudul Character and social structure, Gerth dan Mills mencoba untuk membuat suatu
model yang mencakup enam pertanyaan atau masalah pokok menyangkut masalah
perubahan sosial, yakni :
1. Apakah yang berubah ?
2. Bagaimanakah hal itu berubah ?
3. Kemanakah tujuan dari perubahan itu ?
4. Bagaimanakah kecepatan perubahan tersebut ?
5. Mengapa terjadi perubahan ?
6. Faktor-faktor penting manakah yang ada dalam perubahan ?
Menurut T.B Bottomore, untuk menjawab masalah diatas, maka haruslah
merumuskan apa yang dimaksudkan dengan Perubahan Sosial. Bottomore menyatakan
bahwa Perubahan Sosial merupakan Sebuah perubahan struktur (termasuk perubahan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
masyarakat), atau fakta dalam institusi sosial dan juga hubungan antara institusi-institusi
tersebut.43
Masalah mengapa perubahan terjadi serta kemungkinan-kemungkinannya, biasanya
berhubungan erat dengan faktor yang ada dalam perubahan, sehingga menimbulkan
permasalahan yang kompleks mengenai penyebab perubahan. Gerth dan Mills menganalisa
beberapa permasalahan mengenai perihal yang menjadi pelopor perubahan dan faktor-
faktor material serta spiritual yang menyebabkan terjadinya perubahan. Di dalam artikel
yang berjudul Social Change yang di muat dalam British Journal Of Sociology, IX (3),
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menyangkut cara, arah, dan kecepatan
perubahan, memerlukan penafsiran deskripsi historis. Misalnya, perubahan penduduk,
meningkatnya pembagian kerja pada masyarakat-masyarakat industrial, perubahan pada
keluarga dan peranannya, dan seterusnya.
Kecepatan perubahan sejak lama memang menjadi pusat perhatian para sosiolog.
Ogburn misalnya, merupakan salah satu sosiolog yang pertama-tama meneliti gejala
tersebut secara sistematis dan kemudian mengadakan studi secara kuantitaif pada
kecepatan perubahan itu. Tidak banyak penelitian yang dilakukan terhadap perbedaan
antara masyarakat-masyarakat yang mengalami perubahan-perubahan cepat dan continue
dengan masyarakat-masyarakat yang mengalami revolusi atau perubahan yang mendadak.
43 Soejono Soekanto, Teori Sosial Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia Indonesia,1983, Hal.
24 dalam T.B.Bottomore, Sociology, A Guide To Problems And Literature, , London : George, Allen and Unwin Ltd,1972, Hal. 289.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
September 1958, Morris Ginsberg menganalisa faktor-faktor penyebab perubahan secara
sistematis. Faktor-faktornya adalah :
1. Keinginan-keinginan secara sadar dan keputusan pribadi individu.
2. Sikap dan tindakan masyarakat secara individu yang dipengaruhi oleh
kondisi-kondisi yang berubah.
3. Perubahan struktural dan hambatan struktural.
4. Pengaruh-pengaruh eksternal.
5. Individu atapun kelompok-kelompok yang menonjol.
6. Unsur-unsur yang bergabung menjadi satu.
7. Peristiwa-peristiwa tertentu.
8. Munculnya harapan dan tujuan bersama.44
Sedangkan, untuk melihat arah suatu Perubahan Sosial dapat berlangsung secara
Graduil atau cepat, Secara dami atau dengan kekerasan, secara kontiniu atau sekali-sekali,
secara teratur atau dalam keadaan kacau. Kebanyakan teori mengenai arah Perubahan
Sosial mempunyai kecendrungan yang bersifat kumulatif atau evolusioner. Walaupun
berbeda, tetapi masing-masing teori tersebut memiliki kesimpulan atau asumsi, bahwa
sejarah manusia ditandai dengan adanya gejala pertumbuhan.
Hubungan Gerakan sosial dengan Perubahan sosial memerlukan tiga penjelasan, yaitu:
1. Perubahan Sosial selaku tujuan Gerakan Sosial adalah dua hal yang berbeda.
Tujuan ini bisa positif, memperkenalkan sesuatu yang belum ada (pemerintah atau
rezim politik baru, adat baru, hukum atau pranata baru). Sedangkan yang bertujuan
44 Morris Ginsberg, ”Social Change” In British Journal Of Sociology, IX (3) London : September 1958, dalam Soejono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Ibid., Hal.26.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
negatif; menghentikan, mencegah atau membalikan perubahan yang dihasilkan
proses yang tak berkaitan dengan Gerakan sosial (misalnya, kemerosotan kualitas
lingkungan alam, kenaikan angka fertilitas, peningkatan angka kejahatan.) atau dari
aktivitas lain yang bersaing ( misalnya, UU anti aborsi yang diajukan dibawah
tekanan dari gerakan pro hidup dan penentangan keras oleh gerakan propilihan
bebas.)
2. Gerakan sosial memiliki berbagai status penyebab yang berkenaan dengan
perubahan. Di satu pihak gerakan dapat dikatakan sebagai penyebab utama
perubahan dalam arti sebagai kondisi yang diperlukan dan cukup untuk
menimbulkan perubahan. Hanya masalahnya, untuk berhasil gerakan sosial harus
terjadi dalam lingkungan yang kondusif dan, berhadapan dengan struktur yang
menguntungkan atau secara metafora “menunggangi” kekuatan sosial lainnya.
Sedangkan dilain pihak, gerakan sosial hanya dapat dilihat sebagai dampak ,
ephifenomena atau gejala yang menyertai suatu proses yang diekmbangkan oleh
daya dorongnya sendiri atau oleh momentumnya.
Pendekatan yang masuk akal untuk mengkritik kedua pendekatan diatas bahwa
Gerakan Sosial dilihat sebagai mediator dalam rangkaian penyebab perubahan
sosial. Gerakan sosial dilihat sebagai produk dari perubahan sosial terdahulu dan
sebagai produsen (atau sekurang-kurangnya sebagai co-produsen) transformasi
selanjutnya. Disini, gerakan sosial dilihat sebgai wahana, pembawa atau pemancar
perubahan terus-menerus ketimbang sebagai penyebab utama. Tom Burns
memahami status perantara gerakan sosial ini dan menyebutnya sebagai aktor
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
sosial, kelompok, organisasi dan gerakan pengemban, pembuat dan perombak
sistem hukum melalui tindakannya.45
3. Penjelasan ketiga berkaitan dengan tempat terjadinya perubahan sosial yang
disebakan oleh gerakan sosial. Biasanya perubahan sosial yang disebabkan oleh
gerakan sosial yang dilakukan oleh masyarakat yang lebih luas yang berada diluar
gerakan itu sendiri. Kelihatannya, gerakan itu terjadi diluar masyarakatnya, tetapi
jangan lupa bahwa setiap gerakan sosial merupakan bagian dari masyarakat itu juga
yang mengalami perubahan termasuk segmen dan merembesi bidang tertentu
lainnya. Gerakan sosial adalah unik dalam hubungan timbal balik antara yang
internal dan eksternal. Keunikannya, gerakan sosial mengubah masyarakat dalam
proses mengubah dirinya sendiri dan (memobilisasi, mengorganisir) untuk
mengubah masyarakat secara lebih efektif. Perubahan dalam gerakan dan
perubahan oleh gerakan berjalan secara bergandengan membuat hubungan yang
saling ketergantungan. Gerakan sosial itu adalah perubahan sosial Pra
Excellence.
46
6 Metodologi penelitian
6.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Karena itu Berdasarkan metode yang dipakai, maka penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Hadari Nawari , metode penelitian
45 Tom Burns, Metapower And The Structuring Of Social Hierarchies dalam Piotrz Sztompka,
Tentang Perubahan Sosial, Jakarta : Prenada, 2004, hal. 328. 46 Piotr Sztompka,Ibid.,Hal. 328-329.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan / melukiskan keadaan baik subjek ataupun objek penelitian seseorang,
lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak
atau sebagaimana adanya.47 Masih menurut Hadari Nawari berpendapat bahwa metode
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan
keadaan objek penelitian yang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya.48
Tujuan penelitian deskriptif kualitatif adalah untuk membuat penjabaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.
Penelitian deskriptif melakukan analisis dan menyajikan data-data dan fakta-
fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan.
49 Rachmat Kriyantono menyebutkan bahwa paradigma kualitatif menekankan
pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukannya banyaknya (kuantitas) data yang di
dapat. Ia juga menyatakan, bahwa semua riset yang menggunakan paradigma kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data.50
Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan bagaimana kondisi gerakan sosial
masa kini yang digambarkan lewat program dan strategi perjuangan rakyat yang dalam
penelitian ini adalah Gerakan Masyarakat Batubara / GEMKARA dalam mewujudkan
pembentukan wilayah Batubara menjadi kabupaten. Penelitian ini juga menggunakan teori-
47 Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1987, Hal . 63. 48 Hadari Nawari, Penelitian Terapan , Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994, Hal.73. 49 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, Cetakan IX,
1995, Hal.18. 50 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Penerbit Kecana , 2006, Hal. 29.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
teori, konsep-konsep dan data dari pengamatan langsung yang diperoleh dilapangan untuk
menjelaskan hasil penelitian sekaligus menjawab persoalan yang diteliti.
Penelitian yang memfokuskan pada GEMKARA dan perjuangan mereka inilah
yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian. Seperti yang di ungkapkan oleh
Prof.Dr.Lexy J.Moleong bahwa penelitian yang bermaksud untuk mengungkapkan dan
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek penelitian baik itu prilaku,
persepsi, motivasi tindakan dan lain sebagainya, scara holostik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan
metode alamiah dikatakan sebagai penelitian kualitatif.51
6.3.1 Library Research / Studi Pustaka
6.2 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian penulis dalam penelitian ini adalah Kabupaten Batubara dan
mengambil fokus studi pada perjuangan rakyat Batubara yang terorganisasi dalam
GEMKARA untuk mewujudkan kabupaten Batubara.
6.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua teknik
pengumpulan data, yaitu:
Teknik penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
metode kepustakaan (Library Research). Metode tersebut bermaksud
untuk melengkapi kerangka teoritis dan kerangka konsep pada
51 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, 2006, Hal. 6.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
penelitian ini. Dengan cara menelusuri, mengumpulkan, dan membahs
bahan-bahan informasi dari text book, yaitu buku bacaan, artikel ,
makalah, jurnal, majalah/surat kabar, website dan lain-lain yang
berkaitan dengan objek penelitian.
6.3.2 Field Research / Studi Lapangan
Teknik Field Research yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 2
metode, yakni :
1. Observation / Pengamatan
Melalui kegiatan ini, peneliti diharapkan mampu mengamati
secara langsung bagaimana objek dalam penelitian, sehingga dalam
penelitian didapat gambaran mengenai kondisi objek penelitian.
Dalam observasi, peneliti mencoba mengamati Bagaimana
perjuangan panjang GEMKARA-BP3KB mewujudkan Kabupaten
Batubara serta pengaruh daripada GEMKARA-BP3KB dalam
mewujudkan kabupaten Batubara tersebut.
2. Wawancara Mendalam
Dengan melakukan komunikasi secara langsung untuk
mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi
pertanyaan-pertanyaan pada informan yang mengacu pada interview
Guide yang telah dirumuskan peneliti. Penulis mencoba
mengungkapkan fakta yang terjadi melalui wawancara yang
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
mengarah pada eksplorasi sikap GEMKARA-BP3KB dalam
perjalanan panjang perjuangan membangun Gerakan Sosial dalam
mewujudkan kabupaten Batubara.
7 Analisa Data
Setelah data yang diperoleh dirasa cukup memadai untuk mendukung proses
analisa, maka tahapan selanjutnya adalah analisa data. Dalam analisa data sini, data yang
sudah terkumpul akan diolah dan kemudian si analisis untuk mendapakan kesimpulan
sebagai hasil dari penelitian. Penelitian ini mencoba menganalisis Gerakan Rakyat yang
dilakukan oleh Rakyat Batubara untuk mewujudkan kabupaten Batubara.
Metode analisa data dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
analisa deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh disusun dan kemudian
diinterprestasikan sehingga memberikan keterangan terhadap masalah-masalah yang aktual
berdasarkan data-data yang sudah terkumpul dari penelitian.52
52 Hadari Nawawi, Op.cit., hal. 65.
Sedangkan paradigma
kualitatif lebih menekankan pada kualitas data yang diperoleh. Sehingga pada penelitian
ini, penulis menggunakan teknik analisa data melalui metode Deskriptif Kualitatif.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
8 Sistematika penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci, maka penulis membaginya dalam
IV BAB dan beberapa sub bab. Untuk itu, disusun sistematika penulisan sebagai berikut :
• BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori, lokasi penelitian, populasi dan sampel,
metodologi penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
• BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan profil Batubara yang meliputi : sejarah dan deskripsi lokal
daerah batubara dan juga profil Gemkara meliputi : sejarah singkat , tujuan
dan program.
• BAB III : PEMBAHASAN
Bab ini berisikan penyajian dan analisis data-data yang diperoleh selama
berlangsungnya penelitian.
• BAB IV : PENUTUP
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil
penelitian.
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Kabupaten Batubara
2.1.1 Sejarah Batubara
Batubara adalah nama yang tidak asing lagi terdengar di provinsi Sumatera Utara,
khususnya di daerah Kabupaten Asahan. Batubara ini adalah daerah yang identik dengan
objek wisata Istana Lima Laras. Sejak zaman dahulu, wilayah Batubara merupakan daerah
yang cukup subur, maka itu tak heran sejak abad ke-16 penduduk dari Batubara sebagian
besar bermata pencaharian dari hasil pertania.
Wilayah Batubara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1729 Masehi, yang mana
pada saat itu di Batubara terdapat lima suku penduduk, yakni Lima Laras, Tanah Datar,
Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga. Kelima suku itu masing-masing dipimpin oleh
seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu. Setiap Datuk dari masing-
masing suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Ini dikarenakan, Batubara adalah bagian dari Kerajaan Siak dan Johor. Sedangkan
untuk mewakili kerajaan Siak dan Johor, maka di angkatlah Bendahara yang mewakili
Datuk-Datuk di seluruh Batubara secara turun temurun.
Sistem pemerintahan di Batubara pada waktu itu ialah Bendahara dan dibawahnya
terdapat sebuah Dewan yang anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk. Anggota-anggota
tersebut masing-masing adalah Syahbandar, Juru Tulis, Mata-mata dan penghulu
Batangan. Syahbandar tetap dipilih dari orang-orang yang berasal dari suku Tanah Datar,
Juru Tulis Tetap selalu dipilih dari suku Lima Puluh, Mata-mata selalu dipilih dari suku
Lima laras, dan Penghulu Batangan tetap dipilih dari suku Pesisir.
Nama Batubara / BATUBAHARA , telah tercantum dalam literatur di abad ke-16
“membayar upeti kepada raja Haru”. Laporan tersebut berasal dari utusan pemerintah
Inggris dan Penang, Jhon Anderson, yang telah mengunjungi Batubara pada tahun 1823
dalam bukunya yang berjudul “ Mission of the eastcoast of Sumatera”.
Pada 1885, pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepada pemerintah
kerajaan Siak dan langsung berhubungan dengan para Datuk. Hal itu juga diikat dengan
perjanjian “Politik Contract”.53
53 William Outhwaite., Op.,Cit,Hal.766 menyatakan bahwa Politic Contrac adalah apa yang
disebutkan sebagai sebuah kesepakatan antara individu independen mengenai tatanan institusional dasar yang akan menentukan hubungan sosial dan politik mereka. Kesepakatan ini mungkin akan melibatkan semua orang yang relevan atau antara satu orang (calon penguasa) dengan semua orang lainnya, atau juga kesepakatan ini melibatkan kelompok-kelompok yang telah ada.
Yang wilayahnya termasuk Simalungun, Indragiri,
Batubara dan Labuhan Ratu. Pada tahun 1889, terbentuklah residensi (provinsi) Sumatera
Timur yang beribukota di Medan. Residensi Sumatera Timur itu terdiri dari lima afdeling (
kabupaten) yaitu Afdeling Deli yang langsung di bawah residen Medan. Afdeling Batubara
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
yang berkedudukan di Labuhan Ruku, afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung
balai, Labuhan Batu berkedudukan di Rantau Prapatdan afdeling Bengkalis yang
berkedudukan di bengkalis.
Afdeling Batubara terdiri dari delapan Landscap ( setara dengan kecamatan) dan
masing-masing Landscap dipimpin oleh seorang raja. Afdeling Batubara dan Afdeling
Asahan awalnya bukanlah daerah yang disatukan, tetapi sebuah wilayah yang bertetangga
dan setara dengan afdeling lainnya seperti Deli, Labuhan batu dan Bengkalis. Afdeling
Batubara termasuk wilayah Batak pedalaman suku simalungun.
Berdasarkan sensus penduduk yang diselenggarakan pemerintah Hindia pada tahun
1933, penduduk asli Batubara berjumlah 32.057 jiwa.
Pada saat Indonesia merdeka di tahun 1945, wilayah Batubara berubah nama
sebutan dari Landschap menjadi kecamatan. Khusus Batubara, lebih dulu di beri gelar
‘kewedanan’ yang membawahi lima kecamatan yakni, kecamatan tanjung tiram,
kecamatan Lima puluh, Kecamatan Air Putih, kecamatan Medan Deras. Kewedanan
Batubara beribukota di Labuhan ruku
2.1.2 Gambaran umum Kabupaten Batubara
Setelah terjadi empat masa kepemimpinan kewedanan, nama kewedanan dicabut
sehingga yang ada hanya lima sektor camat dan tergabung dalam wilayah Asahan dengan
nama kabupaten Asahan. Tetapi, padatanggal 15 Juni 2007, Kabupaten Batubara resmi
menjadi daerah tingkat II ke-26 Propinsi Sumut. Peresmian kabupaten baru hasil
pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten baru ini terdiri 7 kecamatan yaitu
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Kecamatan Medang Deras, Sei Suka, Air Putih, Talawi, Sei Balai, lima puluh dan
kecamatan Tanjung Tiram. Juga terdiri dari 98 desa, dan 7 kelurahan, dengan jumlah
penduduk 374.715 jiwa, di mana 25.837 jiwa di antaranya warga miskin.
Di sebelah Barat, Kabupaten Batubara berbatasan dengan Kecamatan Bandar
Khalifah dan Kecamatan Tebing tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai. Di sebelah Timr
berbatasan dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan Berbatasan dengan Kecamatan
Meranti dan Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan. Sedangkan sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Bandar Masilam, Kecamatan Dolok Batu Nanggar,
Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Ujung Pasang Kabupaten Simalungun.54
54
Gambar 1.1
Wilayah Kabupaten Batubara
www.wikipedia.com/kabupatenBatubara
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sumber : Majalah Bias No. 99 Tahun ke-IV, Edisi Januari 2007,Hal.12
Kabupaten Batubara memiliki potensi daerah yang cukup menonjol pada sektor
pertanian, perindustrian, perikanan dan perkebunan. Salah satu peninggalan atau lokasi
sejarah tersebut yakni Kubah yang ada di Kecamatan Lima Puluh, merupakan daerah asal
mula jadinya Batubara. Daerah Kubah ini merupakan lokasi makam Syekh Marabullah,
merupakan pendiri Batubara.
2.1.3 Potensi Daerah Kabupaten Batubara
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Kabupaten Batubara merupakan daerah potensial untuk berkembang menjadi
daerah industri. Betapa tidak, daerah Kuala Tanjung, salah satu desa di Kab. Batu Bara,
telah ditetapkan menjadi Daerah Ekonomi Khusus. Ini merupakan pengembangan wilayah
industri dari KIM (Kawasan Industri Medan). Sebagai Pioneer berkembangnya wilayah ini
adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), perusahaan patungan antara
Perusahaan-perusahaan swasta Jepang dengan pemerintah Indonesia. Perusahaan peleburan
aluminium ini merupakan pabrik peleburan aluminium satu-satunya di Asia Tenggara.
Selain itu, mengikut i jejak PT INALUM, berdiri juga PT Multimas Nabati Asahan (MNA)
yang memproduksi minyak goreng Sania. Kemudian muncul lagi PT Domba Mas, yang
kini masih tahap konstruksi. Kini menyusul lagi beberapa perusahaan besar, yang mungkin
akan beroperasi dalam waktu dekat ini seperi PLTU, PT Dairi Prima, PT AAA, dan lain
sebagainya. Selain itu, Kab. Batu Bara kaya akan hasil laut dan pertanian. Banyak terdapat
perkebunan yang terbentang di Kab. Batu Bara.
Pada objek wisata budaya adanya Istana Lima Laras yang cukup terkenal hingga ke
negeri tetangga Malaysia terdapat di Kabupaten Batubara tepatnya di kecamatan Tanjung
Tiram. Istana Lima Laras yang telah berusia ratusan tahun itu, kini masih terlihat berdirih
dengan kokoh. Ornament-ornamen yang ada pada Istana Lima Laras terlihat begitu asri,
seperti bentuk asli walau telah mengalami Revitalisasi. Ir.Drs.H.Helmi Thalib selaku
Wakil Ketua Badan Warisan Sumatera mengatakan bahwa Istana Lima Laras merupakan
peninggalan budaya yang cukup bersejarah dan menjadi bukti bahwa pada zaman dahulu di
daerah Batubara telah ada pemerintahan. Karena ciri-ciri dari sebuah pemerintahan dengan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
adanya simbol-simbol pemerintahan tersebut (istana), adanya masyarakat dan adanya
daerah atau tanah yang dikuasai.
Di Kabupaten Batubara juga terdapat banyak objek wisata berupa Pantai, seperti
Pantai Prupuk, Pantai Pasir Putih Bogak, Pulau Pandang dan Pulau salah nama yang
terdapat di kecamatan Tajung Tiram.
Sesuai dengan keputusan DPRD Kabupaten Asahan, ibukota Kabupaten Batubara
terletak di Lima Puluh. Secara permanen, nantinya kantor pemerintahan akan dibangun di
tanah eks PT.Kuala Gunung. Sedangkan untuk dementara waktu, kantor Bupati, Dinas-
dinas/Badan terkait akan menggunakan gedung-gedung yang sudah tersedia di Kecamatan
LimaPuluh dan bekas kantor proyek Bah Bolon.
2.2. Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batubara ( GEMKARA)
GEMKARA adalah Organisasi rakyat yang berbadan hukum. Awalnya dibentuk
sebagai wadah aspirasi masyarakat Batubara yang menginginkan pemisahan diri dari
kabupaten Asahan. GEMKARA, seperti organisasi lain juga memiliki sejarah terbentuknya
organisasi , adanya visi dan misi serta mengalami banyak proses perjuangan dalam usaha
mewujudkan kabupaten Batubara.
Alasan dibentuknya GEMKARA dilihat dari dua hal, yaitu Pertama, Sejarah dari
Batubara tersebut yang memang pada zaman dahulu Batubara merupakan sebuah negeri
yang terdiri dari lima kedatuan (kerajaan kecil). Kedua, dilihat dari adanya ketimpangan
pembangunan. Karena itu, diinginkannya pemekaran semata-mata dalam rangka
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
peningkatan pelayan, kesejahteraan dan memepercepat pemerataan pembangunan
sekaligus memperluas lapangan pekerjaan.
2.2.1 Sejarah Berdirinya GEMKARA-BP3KB (1957-2000)
GEMKARA sebenarnya memiliki 2 periode. Dimana periode pertama,
GEMKARA memiliki visi dan misi yang ingin mewujudkan masyakar Kabupaten
Batubara. Dan periode kedua,pasca terbentuknya Kabupaten Batubara, maka GEMKARA
ingin menjadikan dirinya untuk mensejahterakan masyarakat batubara.
Dalam hal ini, saya hanya ingin memfokuskan penganalisaan GEMKARA pra
terbentuknya Kabupaten Batubara sebagai sebuah Gerakan Sosial dan menjelaskan
bagaimana Aktivisme GEMKARA-BP3KB mewujudkan Kabupaten Batubara yang berarti
mengambil pada periode pertama GEMKARA.
GEMKARA ini adalah lanjutan dari keinginan masyarakat Batubara yang tertunda.
Awalnya gerakan ini bernama Panitia Pembentukan Otonom Batubara (PPOB) di tahun
1969, dan merupakan wadah masyarakat Batubara yang memiliki keinginan untuk
membentuk diri mereka dalam sebuah kabupaten dengan 7 kecamatan di dalamnya. PPOB
ini diprakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota DPRD
Asahan. PPOB berkedudukan di Jalan Merdeka, Kecamatan Tanjung Tiram. Dalam proses
perjuangan pemekaran pada generasi pertama dan kedua tidak dapat direalisasikan
dikarenakan belum adanya paying hukum yang mendukung persoalan tersebuat.
Tetapi, ketika Indonesia memasuki Era Reformasi seperti sekarang ini, (30 tahun
setelah terbakarnya kantor PPOB di Tanjung Tiram), maka di tahun 1999 terbentuklah
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
panitia Pemekaran yaitu Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batubara (GEMKARA)
Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batubara (BP3KB).
Tujuan dibentuknya Panitia Pemekaran tersebut adalah untuk mewujudkan daerah
(kabupaten) otonom sesuai dengan isyarat Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 yang
sekarang berubah menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah. Gerakan
Masyarakat Batubara untuk menuju pemekaran ini mulai menunjukan jati diri dan
melakukan berbagai upaya yang dimulai pada tahun 1999 dan tahun 2000.
2.2.2. Visi, Misi dan Program GEMKARA-BP3KB
Awalnya dibentuknya GEMKARA dengan membawa visi yang akan menjadikan
dan membentuk Kabupaten Batubara. Dimana GEMKARA dijadikan sebagai wadah
aspirasi masyarakat yang menginginkan terjadinya pemekaran.melalui misi dengan
merekrut seluruh masyarakat Batubara dari segala elemen, guna bergabung untuk bersama-
sama memiliki satu tujuan agar Batubara berpisah dari Kabupaten Asahan dan membentuk
diri sebagai Kabupaten sendiri.
“Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Batubara” adalah program dari
perjuangan GEMKARA. Program tersebut juga menjadi misi mereka. Pemekaran ini
bukan suatu hal yang dianggap hanya untuk menyikapi adanya otonomi daerah yang
muncul pada UU No.22 Tahun 1999, karena jika melihat dari sejarah sebelum munculnya
UU Otonomi Daerah, masyarakat Batubara memang telah memiliki keinginan ini.
GEMKARA juga memiliki prinsip yang menjadikan misi mereka dalam perwudan
Kabupaten Batubara, yaitu “Batubara Sejahtera Berjaya”. Ungkapan itu yang kemudian
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
akan menjadi langkah selanjutnya bagi GEMKARA periode kedua, yaitu mensejahterakan
rakyat Batubara dengan tujuan akan menjadikan Batubara sebagai Daerah yang Berjaya.
2.2.3 Tahap-tahap Perjuangan Menuju Kabupaten Batubara
Perjuangan yang dilakukan GEMKARA-BP3KB untuk mewujudkan Kabupaten
Batubara cukup panjang dan berliku. Penuh onak dan duri. Tidak sedikit halangan dan
rintangan yang dihadapi GEMKARA untk mewujudkan aspirasi masyarakat Batubara
tersebut. Perjuangan tersebut menunjukan titik terang pada tahun 2005 yang lalu yang
mendapatkan respon positif dari DPR-RI.
Berdasarkan surat Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor
PW.006/1538/DPR-RI/2005 tanggal 3 maret 2005 Perihal Tindak Lanjut Pembentukan
Kabupaten Batubara yang ditujukan pada pimpinan Kabupaten Batubara yang ditujukan
pada Pimpinan Komisi II DPR-RI bahwa Proses Pembentukan Kabupaten Batubara di
kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara telah di proses komisi II Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang telah diusulkan Presiden Republik
Indonesia lewat usul inisiatif Dewan perwakilan Rakyat Republik Indonesia.55
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap dengan DPRD Kabupaten Asahan
yang telah tidak keberatan terhadap pembentukan Kabupaten Batubara , dan DPRD
Dan juga berdasarkan surat Gubernur Sumatera utara yang diterbitkan pada tanggal
29 Januari 2004 Nomor 135/S49/2004 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia.
55 Majalah Bias,Loc.,Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sumatera Utara juga telah merekomendasikan serta mendukung Pembentukan Kabupaten
Batubara. Maka sesuai PP 129 tahun 2000 diharapkan Tim Dewan Pertimbangan Otonom
Daerah (DPOD) dapat segera melaksanakan observasi ke daerah calon kabupaten
Batubara.
Sehubungan dengan sangat Urgensinya usaha perjuangan pembentukan Kabupaten
Batubara, banyak dinamika yang berkaitan dengan aspirasi masyarakat yang tergabung
dalam GEMKARA_BP3KB dalam perjuangannya untuk mewujudkan Kabupaten
Batubara.
Usaha pembentukan Kabupaten Batubara telah memasuki kurun waktu lima tahun
sejak dicetuskannya kembali pada tahun 1999, yang sebelumnya sudah pernah
diperjuangkan pada tahun 1957, pasca reformasi kurun waktu 1999 sampai dengan 2001
aspirasi tersebut muncul kembali.
Aspirasi sebagai cerminan demokrasi tersebut disambut dengan tidak harmonis
dengan dikeluarkannya sebuah produk Peraturan Daerah nomor 6 tahun 2001 tentang
Program Pembangunan Daerah (Properda) yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat
dan peraturan pemerintah yang lebih tinggi.
Isi Properda tersebut tertuang pada angka 2 pada kegiatan pokok program
pembangunan daerah menyebutkan “Upaya rasionalisasi pola berpikir masyarakat melalui
pendekatan persuasif, khususnya terhadap provokasi memisahkan diri dari wilayah
kabupaten Asahan, serta sosialisai kepada masyarakat bahwa sampai pada tahun 2005 tidak
ada pemekaran kabupaten Asahan.”
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Pada tanggal 10 Oktober 2001, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara
menerbitkan surat Nomor 4673/18 sekr kepada Gubernur Sumatera Utara bahwa DPRD
Provinsi Sumatera Utara tidak keberatan terhadap pemekaran kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan, dan meminta Gubernur untuk
menindaklanjuti usulan pembentukan Kabupaten Batubara.
Pada tanggal 19 Oktober 2001, sekretariat DPR-RI menerbitkan surat Nomor
PW.006/5297/DPR-RI/2001 yang menjelaskan bahwa “ Pimpinan Komisi II DPR-RI harus
menindaklanjuti kunjungan Wakil ketua DPR-RI.Korimbang ke Kabupaten Asahan dan
calon Kabupaten Batubara yang ditindaklanjuti dengan kedatangan Delgasi GEMKARA-
BP3KB yang menyerahkan Naskah Pengkajian Teknis Pemekaran Kabupaten Asahan
menjadi Kabupaten Asahan dan kabupaten Batubara diteruskan sebagai masukan pada
rapat dengan pasangan kerja Komisi II, khususnya Menteri Dalam Negeri RI.
Pada tanggal 5 Desember 2001, Gubernur Sumatera Utara menerbitkan surat
Nomor 136/19727 yang ditujukan kepada Bupati Asahan menerangkan bahwa pada
dasarnya pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak keberatan dengan aspirasi masyarakat
Batubara dalam usaha pembentukan Kabupaten Batubara sepanjang tidak bertentangan
dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku.
Perlawanan pun terjadi dari yang tidak senang dengan Pembentukan Kabupaten
Batubara. Pada tanggal 24 Mei 2002, DPRD Kabupaten Asahan berdasarkan Perda
Pemerintah Kabupaten Asahan Nomor 6 tahun 2001 menolak aspirasi masyarakat
Batubara dengan mengeluarkan surat Keputusan Nomor 05/K/DPRD/2002 tentang
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
ketetapan penolakan / tidak menyetujui pemekaran kabupaten Asahan terhadap
pembentukan Kabupaten Batubara.
Tetapi, di tanggal 30 Juni 2002 suarat yang bersifat penting di tujukan kepada
pimpinan DPR-RI perihal Penyampaian Usul RUU Inisiatif DPR-RI tentang pembentukan
Kabupaten Luwu Timur, Mamuju Utara, Humbang Hasudutan, Serdang Jaya, Samosir dan
Kabupaten Batubara. Peryataan inisiatif itu di ajukan oleh 57 orang pengusul anggota
DPR-RI dan selanjutnya, keluarlah Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tanpa
Nomor tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Humbang Hasundutan, Samosir,
Serdang jaya, dan Kabupaten Batubara di Provinsi Sumatera Utara.
Dalam prinsip hukum, sebuah produk peraturan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan peraturan dan atau undang-undang yang lebih tinggi di atasnya. Kehadiran Perda
Pemkab Asahan Nomor 6 tahun 2001 bertentangan dengan UU No.22 tahun1999 dan PP
tahun 2001, sehingga pada 17 september 2002 Departemen Dalam Negeri RI menerbitkan
surat Nomor 188.342/SJ kepada Bupati Asahan yang isinya Depdagri berpendapat Perda
Nomor 6 tahun 2001 khususnya angka 2 pada kegiatan pokok PROPERDA bertentangan
dengan kepentingan umum, karena aspirasi masyarakat khususnya masyarakat Batubara
bukanlah ancaman tetapi merupakan kehidupan demokrasi yang perlu dibina dan
diarahkan. Sebab, pemekaran daerah bertujuan untuk pendekatan pelayanan kepada
masyarakat. Karena itu hal tersebut diminta kepada Bupati Asahan untuk
mencabut/merevisi Perda tersebut.
Dan ditanggal 24 September 2003 Menteri Dalam Negeri menerbitkan surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 tahun 2003 tentang pembatalan Angka 2 pada
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
kegiatan pokok Program pembangunan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Asahan
Nomor 6 tahun 2001 Tentang Pembangunan Daerah (Properda). Berselang seminggu dari
KepMenDagRi No.76 tersebut, Bupati Asahan menyatakan keberatan atas keputusan
Menteri Dalam Negeri, melalui surat Nomor 180/8376, Bupati Asahan menyatakan
keberatannya.tetapi, MenDagRI membalas surat tersebut dan menolak menerima
permohonan Bupati Asahan untuk mempertimbangkan keputusan MenDagRI No.76 Tahun
2003 itu. Surat permohonan Bupati Asahan juga ditujukan kepada ,Mahkamah Agung
sebagai permohonan Yudicial Review. Tetapi Mahkamah Agung melalui
KMA/354/VI/2004 menyatakan bahwa Mahkamah Agung tidak memiliki kompetensi,
mengenai pembentukan kabupaten, dan surat yang dilayangkan oleh Bupati Asahan adalah
salah alamat.
Kehadiran KeMenDagRI No.76 Tahun2003 telah merubah pendirian anggota
DPRD Kabupaten Asahan, sehingga lahirlah jadwal paripurna Khusus DPRD Kabupaten
Asahan yang tertuang dalam Surat DPRD Kabupaten Asahan Nomor 005/2822 tentang
Undangan untuk menghadiri Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Asahan dengan agenda
pengajuan usul pernyataan pendapat 21 orang anggota DPRD Kabupaten Asahan untuk
memperjuangkan aspirasi masyarakat dalam usaha pembentukan Kabupaten Batubara.
Alasan agenda tedengan hanya meminta pernyataan pendapat dari 21 orang anggota DPRD
Kabupaten Asahan akan menjadi perwakilan suara untuk menolak atau menerima
kepeutusan dari keseluruhan Aggota DPRD Kabupaten Asahan.
Dalam rapat Paripurna Khusus yang telah dijadwalkan mengalami kekisruhan yang
disebabkan munculnya kelompok-kelompok yang mengahalangi berjalannya siding
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Paripurna tersebut. Adanya Teror, Intimidasi dan juga penyaderaan terhadap 21 orang
perwakilan DPRD Kabupaten Asahan dilakukan untuk menggagalkan Sidang Paripurna
itu. Akibat terror tersebut, 21 anggota DPRD Kabupaten Asahan mengadukan
permasalahan ini kepada Gubernur Sumatera Utara, Departemen Dalam Negeri dan
Komisi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Komisi II DPR RI dengan
Komisi IV DPRD Sumatera Utara dan anggota DPRD Kabupaten Asahan dengan
melaporkan adanya persoalan intimidasi dalam menjalankan proses demokratisasi.
Hasil dari Surat yang diajukan tersebut, maka DPR RI mengeluakan surat yang
ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara yang menyatakan bahwa DPR RI merespon
secara positif keinginan masyarakat Batubara untuk melakukan pemekaran. Untuk
Kabupaten Asahan, Gubernur Sumatera Utara harus mengambil langkah-langkah preventif
guna menghindari terjadinya konflik horizontal yang disebabkan adanya masyarakat yang
pro dan kontra.
Melihat konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Asahan berkenaan dengan
aspirasi masyarakat Batubara maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menerbitkan surat
tanggal 22 Oktober 2002 Nomor 9528/Sekr/X/2002 yang ditujukan kepada Bupati Asahan
bahwa Bupati Asahan agar mengupayakan terpeliharanya iklim yang kondusif, mencegah
terjadinya bentrokan massa serta akses-akses yang ditimbulkan oleh penggunaan
kekuasaan massa berkaitan pro dan kontra pembentukan kabupaten Batubara.
Sejalan dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, DPRD Sumatera Utara juga
mengambil langkah tegas melalui surat Nomor 6597/18/Sekr ditujukan kepada DPR-RI
dan Menteri Dalam Negeri perihal pemekaran Kabupaten Asahan, Bahwa DPRD Provinsi
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sumatera Utara setelah memepelajari, maka prinsipnya DPRD Provinsi Sumatera Utara
tidak keberatan dan mendukung sepenuhnya terhadap usul Pembentukan Kabupaten
Batubara.
Berdasarkan aspirasi masyarakat Batubara dan keamanan Politik Pemerintah
Kabupaten Asahan dan DPRD Kabupaten Asahan maka dicantumkanlah Biaya
Pembentukan Kabupaten Batubara yang dianggap dalam APBD Kabupaten Asahan tahun
2005. Sikap inkonsisten DPRD Kabupaten Asahan terhadap masyarakat Batubara dalam
usaha mewujudkan Kabupaten Batubara terobati dengan dibentuknya Panitia Khusus
Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan DPRD Kabupaten Asahan.
Dan data administrative yang perlu dilengkapi dalam rangka pemekaran wilayah
Kabupaten Asahan untuk pembentukan Kabupaten Batubara sebagaimana yang telah
diisyaratkan oleh DepDagRI dan 12 syarat yang harus dipenuhi telah terlengkapi, yaitu
sebagai berikut :
• Adanya Aspirasi masyarakat untuk Pembentukan Kabupaten Batubara yang
disampaikan oleh GEMKARA-BP3KB surat Nomor 11/BP3KB.III/2002 Tanggal
11 Maret 2002.
• Surat keputusan DPRD Kabupaten Asahan No.23/K/DPRD/2005 Tanggal 4
Agustus 2005 perihal persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara.
• Surat usulan pemekaran wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan
dan Kabupaten Batubara oleh Bupati Asahan No.130/4634 tanggal 11 Juli 2005.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
• Surat keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara No.11/K/2005 tanggal 18 Oktober
2005 perihal Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara.
• Surat Usulan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi kabupaten Asahan
dan Kabupaten Batubara oleh Gubernur Sumatera Utara No.130/7186 tanggal 27
Oktober 2005.
• Kajian pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan
Kabupaten Batubara oleh pemerintah Kabupaten Asahan.
• Perda Kabupaten Induk (Kabupaten Asahan) tentang Pembentukan Kecamatan
No.28 Tahun 2000.
• Peta wilayah Kabupaten Batubara sebagai calon kabupaten yang akan dibentuk dan
dilegalisisr oleh pemerintah Kabupaten Asahan dan kabupaten / kota yang
berbatasan dengan calon kabupaten.
• Surat keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang kesanggupan dukungan dana
dari Kabupaten Induk selama tiga tahun berturut-turut No.25/K/DPRD/2005
Tanggal 4 Agustus 2005.
• Surat keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang kesanggupan dukungan dana
dari kabupaten Induk selama tiga tahun berturut-turut No.25/K/DPRD/2005 tanggal
4 Agustus 2005.
• Surat keputusan Gubernur Sumatera Utara untuk mengalokasikan dana bantuan
kepada kabupaten yang baru dibentuk (Kabupaten Batubara) pada APBD Propinsi
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
selama 3 (tiga) tahun berturut-turut No.903/2650.K/2005 Tanggal 20 Desember
2005.
• Dan formulir isian data kelengkapan calon daerah otonom baru yang diisi oleh
pemerintah Kabupaten dan ditandatangani oleh Bupati dan Ketua DPRD.
Dalam usaha pemekaran wilayah sangat perludilakukan pengkajian yang akademis
untuk mendapatkan penilaian objektif dengan berdasarkan pada ketentuan yang berlaku.
Tentang proses pembentukan daerah otonom baru, pemerintah telah menentukan
persayaratannya sebagaimana tercantum dalam pasal 5 ayat (3 dan 4) UU no. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu : Ayat (3),” Syarat administrative sebagaimana
dimaksudkan pada ayat (1) untuk Kabupaten/ Kota dan Bupati/Walikota yang
bersangkutan, persetujuan DPRD Propinsi, Gubernur serta Rekomendasi Menteri Dalam
Negeri”. Sedangkan Ayat (4), “ syarat teknis sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah mencakup faktor kemampuan
ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah , dan
pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi
daerah.”56
Atas dasar ketentuan tersebut sepanjang memenuhi kriteria sebagaimana dikandung
dalam UU, maka dimungkinkan dibentuk suatu daerah otonom baru. Untuk itu, perlu
dilakukan suatu studi khusus guna menentukan peningkatan status suatu daerah otonom.
Mengingat bahwa pengelolaan potensi yang ada didaerah hanya memerlukan kebijakan
56 UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ayat 3 dan 4.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dan pengaturan yang rasional, professional, dan bertanggungjawab, sesuai dengan kondisi
dan potensi daerah masing-masing.
Dalam rangka menjamin pelaksanaan pasal 5 ayat (1) UU Nomor 32 tahun 2004,
pemerintah dalam hal ini Departemen dalam negeri dan Otonom Daerah telah menyusun
Peraturan Pemerintah (PP) khusus untuk itu, yakni PP No. 129 Tahun 2000 tentang
Persyaratan Pembentukan dan kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan Penggabungan
daerah. Dalam pasal 3, Bab III tentang Syarat-syarat pembentukan daerah, PP tersebut
menyatakan bahwa daerah dibentuk berdasarkan 7 (tujuh) syarat, yaitu : Kemampuan
ekonomi, Potensi Daerah, Sosial Budaya, Sosial Politik, Jumlah penduduk, Luas daerah,
Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.57
Dalam kaitan inilah, keinginan masyarakat untuk meningkatkan status dan
beberapa kecamatan menjadi kabupaten atau kota, juga harus dilengkapi dengan data,
terutama dengan potensi wilayah. Hal ini tentu membutuhkan kajian yang mendalam, agar
diketahui bahwa potensi-potensi daerah yang ada benar-benar dirasakan manfaatnya oleh
seluruh masyarakat yang tinggal di calon daerah kabupaten / kota, sehingga segala analisa
dalam peningkatan status ini diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Ketujuh kriterian tersebut diuraikan lagi menjadi 19 indikator dan 43 sub indicator
yang masing-masing diberi bobot penilaian (kualitatif) yang mendukung kelayakan
peningkatan status suatu kabupaten / kota, sehingga perhitungan kuantitaif ini dapat
memberikan dasar pijakan ilmiah terhadap kebijakan untuk penentuan peningkatan status
kabupaten / kota yang akan dibentuk.
57 PP No. 129 Tahun 2000, pasal 3 Bab III.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, kajian terhadap berbagai potensi yang
dimilki oleh calon kabupaten / kota perlu dilakukan, dengan tujuan untuk memberikan
gambaran dan masukan pada semua pihak agar peningkatan status beberapa kecamatan
menjadi kabupaten atau pemekaran wilayah dapat dipertanggungjawabkan atau memiliki
landasan akademis, disamping memiliki pijakan perundang-undangan yakni berdasarkan
kerangka dan indikator-indikator yang tertuang didalam Peraturan Pemerintah No. 129
tahun 2000.
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan GEMKARA-BP3KB tahun 2001 dan
didukung oleh kajian pemekaran wilayah yang dilaksanakan oleh Pemkab Asahan tahun
2005, total skor rata-rata tertimbang yang diperoleh calon Kabupaten Batubara adalah 4,4
(empat koma empat) yang berarti skor tersebut berada diatas skor minimal kelulusan (skor
4). Skor rata-rata yang diperoleh tersebut dilihat dari beberapa kriteria, diantaranya kriteria
Kemampuan Ekonomi, Kriteria Potensi Daerah, Kriteria Sosial Budaya, Kriteria Sosial
Politik, Kriteria Jumlah Penduduk, Kriteria Luas Wilayah dan juga Kriteria lain-lainnya.
Tabel 1.1
Rata-rata seluruh indikator bagi pembentukan kabupaten Batubara
KRITERIA BOBOT SKOR TERTIMBANG
Potensi Ekonomi 25 4,40
Potensi Daerah 20 3,50
Potensi Sosial Budaya 10 3,50
Potensi Sosial Politik 10 4,50
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Jumlah Penduduk 15 6,00
Luas Daerah 15 4,33
Pertimbangan lain 5 4,80
Skor Rata-Rata 4,44
Sumber : Majalah Bias No. 99 Tahun ke-IV, Edisi Januari 2007,hal.10.
Hasil penyajian dan pengolahan data sebagai analisis perkriteria yang dilakukan
oleh Tim Ahli dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), dapat diambil beberapa
kesimpulan, yaitu :
• Kriteria kemampuan ekonomi calon Kabupaten Batubara memiliki skor 625,
kabupaten Induk / Asahan 500. Hal ini menunjukan bahwa dari segi kemampuan
ekonomi, skor calon Kabupaten Batubara berada tepat pada kelulusan minimal
yaitu sebesar 625.
• Kriteria Potensi Daerah skor calon Kabupaten Batubara adalah 1580 dan skor untuk
Kabupaten Induk 1670. Keduanya berada diatas skor kelulusan minimal sebesar
1380.
• Kriteria Sosial Budaya skor calon Kabupaten Batubara 150 dan Kabupaten Induk
140. Keduanya berada diatas skor kelulusan minimal sebasar 120.
• Kriteria Sosial Politik skor calon Kabupaten Batubara dan Kabupaten Induk
masing-masing 70. Keduanya juga berada diatas skor kelulusan minimal 60.
• Kriteria Jumlah Penduduk, Skor calon Kabupaten Batubara 90 dan Kabupaten
induk 75. Keduanya berada diatas skor kelulusan minimal 45.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
• Kriteria Luas Wilayah, skor calon Kabupaten Batubara 90, sedangkan skor
Kabupaten Induk 120. Dan calon kabupaten Batubara tepat berada pada skor
kelulusan minimal yaitu 90.
• Kriteria lain-lain, skor calon Kabupaten Batubara 125 dan skor Kabupaten induk
150. Keduanya berada diatas skor kelulusan minimal sebasar 75.58
Dari uraian diatas, dengan mengacu pada persyaratan yang tertera di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 yaitu Suatu daerah dikatakan lulus
menjadi daerah otonom apabila daerah induk maupun calon daerah yang akan
dibentuk mempunyai skor sama atau lebih besar dan skor kelulusan minimal.
59
58 Dalam majalah bias,Op.Cit.,hal.11.
59 PP Nomor.129 Tahun 2000,Loc.Cit.
Ternyata, bahwa calon Kabupaten Batubara memiliki total skor 2730 dan Kabupaten Induk
memiliki skor 2675. Kedua-duanya memiliki skor diatas kelulusan minimal yaitu sebesar
2270 sehingga layak untuk dimekarkan atau dibentuk suatu Kabupaten baru yaitu
Kabupaten Batubara.
Mengingat potensi ekonomi yang dimiliki oleh Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Batubara berada diatas skor minimal kelulusan, maka ini mengartikan bahwa Kabupaten
Asahan tidak akan bermasalah jika ditinggalkan oleh kabupaten Batubara atau sebaliknya.
Untuk itu, disarankan kepada TIM DPRD bahwa calon Kabupaten Batubara dapat
dipertimbangkan kelayakannya untuk mendapatkan status sebagai kabupaten Otonom
dengan skor 4,44. Sebagai perbandingan, kota Padang Sidempuan menjadi kota Otonom
dengan kelayakan administrative yang hanya bernilai 4,14.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
BAB III GEMKARA-BP3KB sebagai Agen Perubahan
Pemekaran wilayah Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batubara,
pada dasarnya merupakan Gerakan Sosial dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat
Batubara secara keseluruhan, yang tujuannya untuk mendapatkan hak kesejahteraan bagi
rakyat di kawasan eks Kerajaan Siak dan Johor. Kabupaten seluas 92.220 Ha yang terdiri
dari tujuh kecamatan, antara lain Medan Deras, Sungai Suka, Air Putih, Lima Puluh,
Talawi, Sungai Balai dan Tanjung Tiram ini memiliki kekayaan alam berupa area
perkebunan cukup luas dan wilayah wisata strategis untuk dikembangkan.
Kawasan wisata Medang Deras, wisata Pantai Kuala Sipore, wisata Pantai Kubah
Padang, wisata Pantai Beting Boga Pulang Pandang dan bila mendapat sedikit sentuhan,
pantai itu diyakini akan menarik minat wisatawan negeri jiran, seperti Malaysia,
Singapura, Brunai Darussalam dan lainnya. Di luar itu, wilayah berpenduduk 374.765 jiwa
ini juga telah lama dikenal dunia internasional sebagai pengekspor aluminium hasil olahan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
PT Inalum. Daerah ini memiliki pula industri pengolahan kelapa sawit (CPO) yang
berpotensi besar dalam menyejahterakan masyarakat.
Namun sayangnya, semua potensi yang ada di daerah Batubara tidak tereksplore
sebagai kekayaan alam dari daerah tersebut, melainkan Asahan lah yang mendapatkan
nama dari semua kekayaan itu. Dan juga segala kekayaan tersebut tidak signifikan dengan
keadaan masyarakat terutama yang berada di daerah Batubara. Hal itulah yang menjadi
salah satu perhatian Gerakan Sosial di Batubara. Mereka mengupayakan suatu gerakan
yang bersifat bottom up sekaligus berperspektif kerakyatan dan membuka jalan bagi
alternatif lain.
Sesuai dengan perkembangan politik ketatanegaraan bangsa Indonesia. Untuk
memperkuat komitmen dan dukungan terhadap persatuan bangsa dan juga untuk
melanjutkan perjuangan para penggagas sebelumnya yang telah dilakukan sejak awal
kemerdekaan. Aspirasi masyarakat Batubara membentuk Kabupaten baru didasarkan pada
dua aspek yaitu, Pertama , Sejarah (historis) , yaitu melihat dari Sejarah daerah Batubara
di masa penjajahan ketika Indonesia masih jauh dari kemerdekaan. Di masa itu, Batubara
mempunyai kedudukan yang sama dalam tingkatan Afdeling (setara dengan Kabupaten)
dengan Afdeling lain seperti, Labuhan Batu, Asahan, Deli dan Bengkalis. Campur tangan
Belanda yang membuka perkebunan di Sumatera Timur (pesisisr Sumatera Utara
Sekarang), menjadikan wilayah Batubara masuk dalam afdeling Asahan pada 6 juli 1915.
Sejak itu, Batubara seperti menjadi “bawahan” dari Asahan. Hal inilah yang membuat
masyarakat Batubara memperjuangkan aspirasi mereka untuk menjadikan Batubara
sebagai Derah tingkat II dan berpisah dari kabupaten Asahan. Sedangkan yang Kedua
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
dilihat dari aspek Ketimpangan Pembangunan. Dari aspek kedua adanya ketimpangan
pembangunan terlihat dalam hubungan pusat-daerah, khususnya dari pemerintah propinsi.
Berlatar belakang adanya krisis kebijakan negara (pemerintah) terhadap daerah yang
menguntungkan sekolompok kecil orang cenderung sentralistik, masyarakat Batubara
menilai bahwa kecenderungan pelaksanaan pemerintahan lebih diarahkan pada praktek-
praktek sentralisasi ekonomi politik, Dengan kondisi yang demikian maka daerah ini ingin
lepas dari pemusatkan kekuasaan pemeritah dan membentuk propinsi sendiri.
Gerak sejarah perkembangan masyarakat juga mencatat hal tersebut, dimana
mengalami Proses Dialektis. Dialektika mengalami permaknaan sebagai Suatu tindakan
penguasa atau Negara (tidak hanya dalam konteks politik, tetapi mencakup sosial, ekonomi
dan budaya), akan selalu menimbulkan tanggapan dari masyarakat. Dalam makna Bahasa
Inggris dikatakan sebagai Social Question seperti di ungkapkan oleh Francis Wahono
sebagai suatu bentuk kegelisahan masyarakat, aksi perlawanan yang halus ataupun radikal,
berbagai bentuk protes.60
Beberapa aktivis gerakan sosial atau bahkan individu yang terlibat dalam usaha
mendukung masyarakat Batubara mewujudkan Kabupaten Batubara menyatakan bahwa
Tindakan Masyarakat Batubara dalam perjuanganya melalui GEMKARA-BP3KB
mewujudkan Kabupaten Batubara dapat dikatakan sebagai sebuah Social Question.
Tindakan mereka juga tidak hanya bergelut dalam ranah Normatif dan Ekonomis, tetapi
juga telah mencapai pada ranah perjuangan politik.
60 Jopi Perangin-angin, Masyarakat Adat Sebagai Basis Dari Gerakan Sosial, 2007 dalam Francis Wahono. http://Jopiperangin-agin, blog tentang Masyarakat adat akses: 6Januari2009>
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sikap gerakan masyarakat dan tokoh lembaga swadaya masyarakat itulah yang memberi
warna pada munculnya gerakan perlawanan terhadap penguasa. Di sini jelas bahwa
Gerakan Sosial memang lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat khususnya Rakyat Batubara.
Dengan kata lain Gerakan Sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak
diinginkannya atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Biasanya
gerakan sosial seperti itu mengambil bentuk dalam aksi protes atau unjuk rasa di tempat
kejadian atau di depan gedung dewan perwakilan rakyat atau gedung pemerintah.
Gerakan sosial atau gerakan massa atau gerakan informal, pada hakikatnya
merupakan jawaban yang spontan dan penuh prakarsa dari rakyat jelata terhadap negara
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok atau kehendak realitas sosial, golongan
penduduk yang melarat. Peter Burke dalam Sejarah dan Teori Sosial (History and Social
Theory) membagi gerakan sosial atas dua tipe, yaitu gerakan sosial yang pada dasarnya
dilakukan untuk memulai sebuah perubahan, dan gerakan sosial yang dilakukan sebagai
reaksi atas perubahan yang sedang terjadi.61
(1) jaringan yang kuat tetapi interaksinya bersifat informal atau tidak terstruktur.
Dengan kata lain ada ikatan ide dan komitmen bersama di antara para anggota
Gerakan sosial biasanya didefinisikan sebagai gerakan bersama sekelompok orang
atau masyarakat yang terorganisir tetapi informal bersifat lintas kelompok untuk
menentang atau mendesakkan perubahan. Banyak versi dan dimensi dari definisi gerakan
sosial itu tetapi Diani (2000), misalnya, menekankan pentingnya empat unsur utama, yaitu
:
61 Peter Burke, Sejarah Dan Teori Sosial dalam Penelusuran Buku Google. Akses : 6 Januari 2009.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
atau konstituen gerakan itu meskipun mereka dibedakan dalam profesi, kelas
sosial, dll.
(2) Ada sharing keyakinan dan solidaritas di antara mereka
(3) ada aksi bersama dengan membawa isu yang bersifat konfliktual. berkaitan
dengan penentangan atau desakan terhadap perubahan tertentu
(4) Aksi tuntutan bersifat kontinyu tapi tidak terinstitusi & mengikuti prosedur.62
Munculnya Gerakan Sosial informal, disebabkan oleh kegagalan sistem
pemerintahan menyelesaikan persoalan-persoalan melalui jalur formal, khususnya ketika
pemerintah terkesan atau secara semena-mena mengabaikan realitas kehidupan yang
berlangsung dalam masyarakat, seperti kemiskinan, kehilangan kemampuan daya beli, dan
rendahnya kesempatan kerja. Sedangkan penyebab lainnya, adalah tidak berfungsinya
lembaga-lembaga politik dan hukum dalam menyikapi keresahan rakyat. Misalnya,
Dengan demikian, bisa diidealkan bahwa gerakan sosial sesungguhnya berangkat
dari kesadaran sekelompok orang atas kepentingannya. Meskipun selalu dibutuhkan
kepemimpinan di dalam semua gerakan sosial tersebut, tetapi keuntungan (value-added)
dan capaiannya selalu harus kembali kepada konstituen gerakan dan bukan kepada
pemimpinnya. Tulisan-tulisan tentang gerakan sosial baru di Indonesia cenderung
memberikan penekanan pada peran pemimpin dan keuntungan yang kembali kepada
mereka. Sedikit sekali, keberhasilan, jika ada, dari gerakan itu langsung memberikan
keuntungan kepada konstituen gerakan itu.
62 Mario Diani, , The Concept of Social Movement, dalam The Wahid Institute, Gerakan Sosial Baru Di Indonesia, 2006,Loc.Cit.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
perangkat hukum baru pro-aktif jika rakyat sudah mulai berteriak, dan, menyedihkannya,
selalu terkesan tak peduli atas kesalahan golongan penguasa.
Seperti yang diungkapkan oleh Blumer yang menyatakan bahwa sebuah gerakan
sosial dapat dirumuskan sebagai sejumlah besar orang yang bertindak bersama atas nama
sejumlah tujuan atau gagasan.63
1. Gerakan sosial mempunyai berbagai segmen organisasi sehingga jumlah pengikut
GEMKARA-BP3KB juga bertindak dikarenakan adanya tujuan atau gagasan yang
sama di elemen masyarakat batubara yang menginginkan terjadi pemekaran. Biasanya
gerakan ini melibatkan cara-cara yang tidak terlembaga, seperti pawai, demonstrasi, atau
protes, untuk mendukung atau menentang perubahan, dan juga biasanya melibatkan
sejumlah orang yang cukup banyak dan berlanjut untuk rentang waktu yang cukup
panjang. Jika dicermati, karakteristik gerakan sosial yang dimotori oleh GEMKARA-
BP3KB di Kabupaten Batubara, terlihat bahwa peranan aktor dan aktivis gerakan sosial
sangat dominan.
Gerakan sosial pada dasarnya mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan
bentuk struktur dan organisasi lainnya, yaitu :
atau simpatisannya dari beragam kelompok masyarakat.
2. Pola pencarian anggota berupa pertemuan tatap muka maupun diskusi-diskusi yang
terjadi dalam kelompok kecil. Gerakan sosial juga melakukan kampanye melalui
bentuk demonstrasi dan rapat terbuka untuk menggalang dukungan massa.
63 Artikel Ishak Rahman , Peran Aktor Dalam Gerakan Sosial , 2009, dalam blog http://globalcivilsociety.com akses: 6Januari2009.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
3. Wujud partisipasi berupa komitmen dari anggota atau simpatisannya.
4. Gerakan sosial membentuk ideologi yang sesuai dengan rasionalitas, tujuan dan
maksud gerakan itu sendiri.
5. Gerakan sosial membutuhkan kelompok oposisi sehingga mampu mewujudkan
solidaritas antar anggota dan simpatisan.
3.1 GEMKARA-BP3KB dalam Gerakan Sosial : Pendekatan Teori
Dalam penulisan ini, kerangka Teori yang digunakan memang banyak mengenai
Gerakan Sosial. Baik itu dari Teori Gerakan Sosial Klasik (Marxistme) sampai teori
Gerakan Sosial Baru (Laclau dan Mouffe). Tetapi dalam melihat dan menganalisa satu
kasus ini, dimana kita akan menjabarkan dan menjelaskan bahwa aktivitas yang dilakukan
oleh GEMKARA-BP3KB adalah sebuah proses yang dapat dikatakan sebagai sebuah
Gerakan Sosial, maka saya akan mengajak untuk berpegang padaTeori Gerakan Sosial
Baru ( New Social Movement Theory) dan Contentious Politics sebagai alat analisanya.
Konsep Gerakan Sosial Baru, menurut Laclau dan Mouffe, merangkum berbagai
gerakan atau perjuangan (struggle) yang tidak berbasis kelas dan bukan gerakan buruh,
seperti gerakan kaum urban, gerakan lingkungan, gerakan anti-otoriterisme, gerakan anti-
institusi, gerakan feminis, gerakan anti-rasisme, gerakan etnis, gerakan regional, dan
gerakan perdamaian. Keanggotaan dalam Gerakan Sosial baru bersifat terbuka tanpa
menghiraukan latar belakang kelas sosial, etnisitas, politik, maupun agama. Gerakan sosial
baru dapat dikategorikan sebagai perkumpulan inklusif, sesuai dengan prasyarat utama
civil society.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Gerakan Sosial Baru atau The New Social Movement merupakan citra cermin
sebuah masyarakat baru yang menandakan adanya kebutuhan akan sebuah paradigm baru
tentang aksi kolektif, sebuah model kebudayaan alternative dalam masyarakat , dan sebuah
kesadaran baru dari gerakan-gerakan komunitas dalam masyarakat untuk masa depan.
Gerakan Sosial Baru direfleksikan sebagai model pemberontakan cultural yang
kontemporer yang menentang meningkatnya mekanisme system control dan pengawasan
oleh Negara terhadap masyarakat pada satu pihak. Sedangkan di pihak lain, Gerakan Sosial
Baru sebanding dengan peningkatan kepercayaan diri masyarakat yang merasa mampu
menempatkan nasib kemanusian di tangan Negara.
GEMKARA dan BP3KB merupakan 'roh' perjuangan untuk memekarkan Batubara
dari kabupaten Asahan. Oganisasi ini bukan hanya berbasis pada kelas tetapi seperti
Gerakan Sosial Baru lainnya, Gerakan ini berjuang untuk menjadikan sebuah perjuangan
rakyat mendapatkan apa yang menjadi haknya. Organisasi ini memiliki jaringan sampai ke
dusun-dusun. Pengurusnya dan anggotanya pun lintas agama, lintas etnis dan lintas partai
politik. Kabupaten Batubara dirancang bukan setelah disetujui pemekarannya. Sebelum
disetujui pun sudah mempersiapkan blue print Batubara di masa mendatang. konsep
peraturan daerah, struktur organisasi, bahkan sudah mengkaji kemungkinan pembentukan
legislatifnya.
Pembentukan GEMKARA-BP3KB juga menjelaskan bahwa dalam organisasi ini Gerakan
Sosial baru rakyat Batubara yang bersifat nonkelas dan tidak menghiraukan latar belakang
agama. Akan tetapi, dalam etnisitas, Gerakan rakyat Btubara ini justru menunjukkan
bahwa ikatan kekerabatan dan ikatan kampung halaman di antara mayoritas anggota
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
gerakan ini telah berfungsi sebagai "energi" untuk menghimpun dan mempersatukan
mereka.
Berdasarkan dari tiga varian yang dijabarkan dalam pendekatan Struktural
Fungsionalisme, teori Tekanan dan Teori Defrivasi relatif dapat mengungkapkan bahwa
Gerakan Masyarakat Batubara dalam perjuangan mereka mewujudkan Kabupaten Batubara
jelas termasuk dalam model varian dari Teori Struktural-Fungsionalisme.
Teori Defriasi Relatif menyatakan bahwa Gerakan sosial muncul ketika terjadi
perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan kenyataan. Perspektif ini memberikan
penjelasan bahwa kesenjangan yang terjadi antara kelompok masyarakat dapat menjadi
faktor pemicu terjadinya gerakan sosial. Perspektif ini juga melahirkan konsep kelompok
referensi yang menjadi salah satu acuan bagi kelompok lainnya untuk membandingkan
kondisinya. Tekanan akan dapat memicu munculnya Gerakan Sosial terutama di negara-
negara berkembang,. Tekanan itu bukan berbentuk fisik melainkan lebih pada psikologis
masyarakat secara subjektif. Adanya kekecewaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi
dan politik yang tenyata tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kondisi ini yang
dialami oleh masyarakat Batubara, dimana munculnya Tekanan psikologis secara subjektif
dikarenakan ketidakpuasan terhadap kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.
Fenomena ini terjadi akibat tidak terpenuhinya harapan masyarakat akibat pembangunan,
dimana kesejahteraan hanya dirasakan oleh satu kelompok. Menurut teori ini, kesenjangan
yang terjadi cenderung memicu ketidakpuasan akibat adanya ketidakadilan Kurangnya
sarana dan prasarana yang didapat, ternyata menjadi pola pikir mereka untuk melanjutkan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
langkah kepermukaan. Dengan pengajuan Pemekaran Daerah, bersama-sama mereka
mewujudkan Kabupaten ini.
Panjangnya perjalanan waktu yang dilakukan GEMKARA-BP3KB hingga ke
generasi ketiga dengan banyak melibatkan sejumlah orang tenyata memiliki strategi.
Dalam politik, perbedaan antara strategi dan taktik tak dapat dipisahkan dengan tajam
seperti halnya dalam perang. Sudah menjadi hal yang biasa dalam masyarakat kita yang
telah memiliki kebebasan berpendapat jika gerakan sosial mengalami konflik dengan
pemerintah mengenai taktik dan bukannya strategi. Khususnya terjadi manakala gerakan
sosial itu terlibat “aksi langsung” seperti sabotase, pemogokan umum, boikot, aksi
“duduk”, teror dan aksi kekerasan. Atau bahkan dalam persiapan serius kudeta.
Perselisihan dalam sebuah Gerakan Sosial biasanya muncul dalam hal taktik.
Misalnya masalah reformasi dan revolusi. Mereka bertikai bukan dalam soal strategi.
Meskipun demikian ada perpecahan serius misalnya dalam strategi jangka panjang. Aksi
langsung biasanya tidak demokratik karena menyangkal kalangan oposisi peluang untuk
berdiskusi sebuah isu, sering dilakukan saat aksi politik yang sah gagal. Dalam situasi
ekstrim, gerakan akan berpuncak pada revolusi keras. Taktik dan strategi dalam gerakan
soaial adalah saling tergantung dengan ideologi dan bentuk organisasi. Misalya, sebuah
gerakan yang bertujuan revolusi perlu organisasi lebih otoritarian daripada organisasi yang
percaya reformasi bertahap. Pilihan akan taktik serta bentuk organisasi sebagian tergantung
terhadap sistem politik dimana gerakan sosial itu beroperasi. Sebagian lagi tergantung
besarnya gerakan sosial dan pengaruhnya terhadap sistem politik.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Konflik juga bisa saja muncul dalam suatu Gerakan. Pada proses perjalanan perjuangan
GEMKARA, konflik yang terjadi berasal dari Pemkab Asahan dan masyarakat Asahan
yang tergabung dalam FORMASATU (Forum Masyarakat Asahan Bersatu). Mereka
menentang GEMKARA untuk mewujudkan pemekaran. Setiap rencana-rencana yang akan
dilakukan oleh GEMKARA berkaitan dengan pemekaran daerah akan mereka tentang.
Adanya aksi terror yang dilakukan terhadap 21 orang anggota DPRD Asahan yang
mendelegasikan diri mereka sebagai bagian dari keseluruhan anggota DPRD Asahan dalam
menanggapi adanya keinginan pemekaran Batubara dilakukan untuk menggagalkan siding
paripurna. Akibat dari aksi tersebut, akhirnya DPRD Provinsi Sumatera Utara
mengeluarkan surat Nomor 6934/18/Sekr yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara
(pada masa Alm.T.Rizal.Nurdin), mengenai pemekaran wilayah di Sumatera Utara
mencakup Asahan, Tapanuli Selatan dan Simalungun, khususnya bagi Asahan agar
Pemkab Asahan segera mengambil langkah-langkah preventif guna menghindari terjadinya
konflik horizontal yang disebabkan adanya masyarakat yang pro dan kontra terhadap
masalah pemekaran tersebut.
Sebagian besar gerakan sosial beroperasi di masyarakat karena publisitas
memberikan pengaruh dan menaikkan pendukung. Beroperasinya GEMKARA-BP3KB
ditengah-tengah masyarakat Batubara menjadikan GEMKARA sebagai satu-satunya
wadah aspirasi masyarakat. Tanpa munculnya organisasi atau lembaga lain yang
menjadikan dirinya sebagai wadah bagi masyarakat Batubara maka menjadikan
GEMKARA seolah-olah sebagai “pahlawan” bagi masyarakat awam dalam hal
mewujudkan Kabupaten Batubara.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
3.2 Faktor-Faktor Pendorong
Dalam sebuah Gerakan, ada yang dinamakan faktor-faktor pendorong, diantaranya
Faktor struktur kesempatan Politik dan Faktor struktur Ancaman Politik Di negara
Totaliter seperti Indonesia, Gerakan bukan hanya milik satu kelompok gender, melainkan
milik semua orang yang bersama-sama bergabung baik laki-laki atau perempuan, orang
muda atau orang tua dalam aksi kolektif. Pembahasan mengenai Gerakan Sosial dalam
proses perwujudan Kabupaten Batubara dapat kita lihat dari kedua faktor yang disebutkan
diatas. Dalam kasus GEMKARA, saya rasa lebih tepat melihatnya dari struktur
kesempatan politik ketimbang struktur ancaman politik.
Struktur Kesempatan Politik
Mekanisme Struktur Kesempatan Politik menjelaskan muncul dan suksesnya suatu
Gerakan tergantung dari seberapa besar kebebasan politik yangb dimiliki masyarakat,
adanya konflik ditubuh pemerintah dan keberadaan media sebagai wilayah politik.
Keluarnya UU No.22 tahun 1999 membuka jendela kesempatan bagi kelompok
masyarakat sipil untuk menyuarakan aspirasi mereka sebagai bentuk dari kebebasan politik
mengenai kebijakan pemerintah. Munculnya UU ini memicu kembali Gerakan Masyarakat
yang pernah ada sebagai generasi awal dari GEMKARA. walau bisa saja seperti yang
dikatakan oleh Syahrial Sitorus, mantan DPRD Asahan bahwa pembentukan Kabupaten
Batubara memang suatu hal yang murni dimana berasal dari aspirasi dan keinginan
masyarakat, bukan sekedar untuk menyikapi dari adanya kesempatan politik dengan
keluarnya UU tentang otonomi daerah. Karena keinginan untuk membentuk kabupaten
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Batubara sudah ada sejak tahun 1957, yang artinya 12 tahun setelah kemerdekaan
Indonesia keinginan itu memang telah ada , dan kemudian disusul pada tahun 1969.
Hanya saja selalu kandas.
Karena itu, tidak salah juga jika kita melihat bahwa GEMKARA juga memiliki faktor
pendorong dari segi Struktur Kesempatan Politik. Melihat adanya kesempatan di Tahun
1999, maka kemudian dibentuk generasi ke-3 yang bernama GEMKARA (Gerakan
Menuju Kesejahteraan Batubara) dengan Organisasi yang bergerak dalam proses
perjuangan untuk mewujudkan Kabupaten Batubara yang bernama Badan Pekerja
Persiapan Pembentukan Kabupaten Batubara (BP3KB).
Sub-struktur kesempatan politik yang penting dalam Gerakan Sosial mewujudkan
kabupaten Batubara ini adalah munculnya UU No.22 Tahun 1999. Undang-Undang
Otonomi Daerah ini menjadi payung hukum untuk memulai perjuangan masyarakat
Batubara. Produk Undang-Undang ini muncul pada era Reformasi.
Dalam UU ini sangat jelas dikatakan bahwa menimbang pada UUD 1945 yang
menyatakan bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan
keleluasan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Dan juga jelas
diuraikan pada BAB I UU No.22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang telah jelas
dikatakan mengenai pembagian kekuasaan atas pemerintah pusat dan daerah.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian ini, maka didapatkan beberapa kesimpulan. Diantaranya :
• Peran Gerakan Sosial dalam perubahan sosial di Indonesia sangat besar. Perubahan
birokrasi seringkali terjadi ketika ada tuntutan dari kelompok masyarakat maupun
tekanan asing. Secara garis besar perubahan birokrasi di Indonesia disebabkan oleh
keinginan untuk mendapatkan kondisi ideal birokrasi dan organisasi ala Weber.
Birokrasi feodal khas kerajaan-kerajaan Indonesia ditinggalkan dan diganti dengan
birokrasi modern yang lebi mementingkan the right man on the right place.
Gerakan Sosial seperti yang telah dipaparkan dibeberapa Bab diatas, jelas
memberikan pemahaman kepada kita kalau ternyata Gerakan Sosial memiliki akar-
akar sejarah yang panjang dalam berbagai masyarakat di berbagai Negara. Gerakan
sosial juga merupakan bentuk dari kolektivitas orang-orang di dalamnya untuk
membawa atau menentang perubahan. Gerakan sosial seringkali tidak berwujud
organisasi formal, namun dapat pula merupakan bagian dari organisasi. Sehingga
tidak mengherankan apabila di dalam organisasi terdapat kelompok-kelompok yang
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
saling bertentangan dan masing-masing mewujudkan dirinya dalam bentuk gerakan
sosial. Namun yang jelas sebagai sebuah aktivitas kemasyarakatan Gerakan sosial
tidak berhenti pada suatu titik, akan selalu datang susul menyusul dari satu gerakan
ke gerakan lain. Semua itu bisa terjadi karena, sifat masyarakat sendiri yang terus
berubah. Perubahan itu terjadi karena arus baru dalam diri masyarakat itu sendiri
yang menginginkan perubahan. Faktor eksternal dari sistem masyarakat itu sendiri
melahirkan masukan yang kemudian mempengaruhi pola pikir dan budaya
masyarakat. Semakin terbuka suatu masyarakat maka semakin besar peluang
tumbuhnya gerakan-gerakan sosial yang memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Gerakan sosial merupakan fenomena partisipasi masyarakat dalam hubungannya
dengan entitas eksternal. Istilah ini secara umum diartikan sebagai instrumen
hubungan kekuasaan antara masyarakat (yang cenderung powerless) dengan entitas
yang lebih berkuasa (powerful). Gerakan sosial menjadi instrumen menyuarakan
kepentingan masyarakat (berfungsi seperti loud speaker) agar terdengar.
• Berdasarkan fakta sejarah sejak sebelum zaman penjajahan zaman kolonialisme
dan zaman setelah kemerdekaan di wilayah Batubara pernah berdiri kerajaan dan
Batubara juga merupakan Afdeling (setingkat kabupaten) tersendiri pada
keresidenan Sumatera Timur dan Kewedanan tersendiri, karena itu lah menjadi
motivasi dan alasan bagi masyarakat Batubara agar mereka diberi kesempatan
untuk mempunyai status kabupaten otonom pada Batubara.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
• Sebagai sebuah organisasi Gerakan Sosial, GEMKARA-BP3KB memiliki
karakteristik yang sama jika dibandingkan dengan Teori Gerakan Sosial yang telah
ada. Dimulai dari pengorganisirin masyarakat-masyarakat Batubara yang
memperjuangkan aspirasi masyarakat secara kolektif untuk mewujudkan
Kabupaten Batubara. GEMKARA dilahirkan sebagai kebutuhan akan wadah
perjuangan masyarakat yang lebih besar. Pada tahun 2000, GEMKARA
dideklarasikan sebagai lanjutan dari perjuangan masyarakat Batubara yang memang
telah terbentuk dua generasi diatasnya pada tahun 1957 dan 1969. Aspirasi
masyarakat Batubara untuk membentuk kabupaten baru didasarkan pada dua aspek
yaitu kesejarahan (historis) dan ketimpangan pembangunan. Pada aspek historis,
dirunut dari masa colonial, kedudukan Batubara adalah sama dengan Asahan dan
Labuhan Batu, dimana sama-sama sebagai Afdeling (setingkat dengan kecamatan),
sehingga jika dirujuk pada aspek sejarah, maka hal inilah yang menjadikan salah
satu alasan masyarakat Batubara dalam GEMKARA-BP3KB bergerak secara
kolektif untuk memperjuangkan perwujudan Kabupaten Batubara. Sedangkan
aspek ketimpangan terlihat dalam hubungan pusat-daerah, khususnya dari
pemerintah propinsi. Berlatar belakang adanya krisis kebijakan negara (pemerintah)
terhadap daerah yang menguntungkan sekolompok kecil orang cenderung
sentralistik, masyarakat Batubara menilai bahwa kecenderungan pelaksanaan
pemerintahan lebih diarahkan pada praktek-praktek sentralisasi ekonomi politik,
Dengan kondisi yang demikian maka daerah ini ingin lepas dari pemusatkan
kekuasaan pemeritah dan membentuk propinsi sendiri. Berdasarkan teori Gerakan
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Sosial Baru (The News Social Movement) dan Teori Contentious Politics, Gerakan
yang dilakukan oleh masyarakat Batubara dapat dikatakan sebagai Gerakan Sosial.
Dua teori diatas mampu menjelaskan fenomena Gerakan Sosial yang terjadi di
Kabupaten Batubara. Melalui analisa dari dua teori tersebut, terdapat korelasi
antara peran aktor, struktur kesempatan politik dan konflik yang mendorong
masyarakat Batubara melakukan Gerakan. Disamping itu, ada juga semangat dari
masa lalu yang menginginkan pemekaran Batubara terwujud.
4.2 SARAN
• Gerakan Masyarakat Batubara yang tergabung dalam GEMKARA tidak terlepas
dari unsure politik. Pada kasus GEMKARA, awalnya dijadikan sebagai wadah,
tempat dan penampung aspirasi masyarakat Batubara yang menginginkan
terbentuknya Kabupaten Batubara tetapi ternyata akhirnya menjadi “kendaraan
politik” bagi elit yang memang ikut berjuang dalam pembentukan Kabupaten
Batubara untuk memimpin Batubara kedepan. Semangat Idealisme yang ada dalam
GEMKARA diikuti oleh semangat Pragmatisme dari masing-masing individu.
Sehingga apa yang menjadi pragmatis dalam diri individu berusaha untuk
diwujudkan juga. kadang semangat idealisme dan Pragmatisme dalam gerakan
sosial sulit dibedakan dan akan menjadi tumpang tindih.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
• Geliat perjuangan Gemkara yang terus memperjuangkan wujudnya Kabupaten
Batubara membutuhkan waktu, tenaga dan materi yang tidak sedikit. Karena itu,
apa yang telah dikorbankan oleh semua pihak yang ikut serta dalam perjuangan ini
jangan menjadi suatu hal yang sia-sia. Melanjutkan Gerakan dengan mencapai visi
untuk menjadikan daerah Kabupaten Batubara menjadi sejahtera harus tercapai,
karena masyarakat membutuhkan bukti, bukan janji pada visi.
• Suatu Gerakan tidak lepas dari peran aktor. Aktor tersebut juga yang akan
menentukan sukses tidaknya suatu gerakan. Dalam GEMKARA, juga terdapat
beberapa aktor. Dan juga salah satu aktor dari GEMKARA kini menjadi pemimpin
Kabupaten Batubara. Semoga jadinya salah satu aktor dari GEMKARA bukan
menjadi bagian dari tujuan GEMKARA. Karena jika itu memang terjadi, maka
GEMKARA tidak memenuhi prinsip, visi, misi dan program awalnya. Sehingga
berubah fungsi menjadi “kendaraan politik” aktor tersebut.
• Konflik yang ada selama proses perjuangan mewujudkan Kabupaten Asahan, telah
menjadikan masyarakat Batubara yang tergabung dalam GEMKARA menjadi
semakin bersatu. Sehingga ini dapat dijadikan sebagai salah satu semangat mereka
untuk terus berjuang. Dan diharapkan, konflik yang ada tidak menjadi batu
sandungan dalam mensejahterakan Batubara kedepan.
• Potensi yang ada di Kabupaten Batubara, baik itu meliputi ekonomi, budaya,
daerah dan wisata tidak hanya dijadikan sebagai pemenuh syarat untuk lulus uji
kelayakan sebagai daerah pemekaran, tetapi juga mampu di eksplore oleh daerah
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Batubara sebagai cirri khas daerah dan mengundang wisatawan untuk mengunjungi
Kabupaten Batubara.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fakih, Mansoer, Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme Kaum Terpinggir : Studi Tentang Ideologi, Isu Strategi Dan Dampak Gerakan, Yogyakarta: Insist Press , 2002.
_________, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 1996.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Fauzi,Noer , Memahami Gerakan – Gerakan Rakyat Dunia Ketiga, Yogyakarta : Insist Press, 2005.
Haynes, Jeyf , Demokrasi Dan Masyarakat Sipil Dunia Ketiga, Gerakan Politik Baru Kaum Terpinggir”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000.
Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta : Depdikbud dan Balai Pustaka, 1991.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia,1990.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Penerbit Kencana, 2006.
Laver Robert H , Persperktif tentang Perubahan Sosial, Bina akasara, 1989.
Lofland, Protes, Studi Tentang Gerakan Sosial, Yogyakarta : Insist Pers, 2003.
Misel, Robert, Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Book , 2004.
Moleong, Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006.
Moyer, Bill, Merencanakan Gerakan, Yogyakarta : Pustaka Jogja Mandiri.
Nawari, Hadari , Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah mada
University Press, 1987.
__________ , Penelitian Terapan , Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994.
Outhwaite, William, Kamus Lengkap Pemikiran Sosial Modren Edisi ke-2, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Putra, Fadhilla dkk, Gerakan Sosial, Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan Dan
Tantangan Gerakan Sosial di Indonesia,Malang : PlaCID’s dan Averroes
Press,2006.
Sadikin, Artikel Perlawanan Petani dan Konflik Agraria dalam Diskursus Gerakan
Sosial, 2004.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3ES.
Situmorang, Abdul Wahib, Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Soekanto, Soejono, Teori Sosial Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Ghalia
Indonesia,1983.
Sudarsono, Juwono (ed), Pembangunan Politik dan Perubahan Politik,
Jakarta:Gramedia, 1976.
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Rosdakarya , 2006.
Sumanto , Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Yogyakarta : ANDI,
1990.
Suryabrata , Sumadi , Metodologi Penelitian, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Cetakan IX, 1995.
Susanto,S Astrid-Sunarto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998.
Sztompka, Piotr , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : Prenada, 2004.
UU No.5 Tahun 2007
Undang-Undang
UU No.32 Tahun 2004
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
PP 129 Tahun 2000
Majalah
BIAS No. 99 Tahun Ke-IV Edisi Januari 2007
Sumber internet
http://globalcivilsociety.com
:
Artikel Ishak Rahman , Peran Aktor Dalam Gerakan Sosial , 2009, dalam blog
akses: 6Januari2009.
http://globalisasi.wordpres.com/2006/07/10/gerakan sosial : kajian teoritis.
www.sastriomunandar.multiply.com.
http://www.socialmovement.com/”do we have a theoritical framework to
explain social movement?
http://pioner.netserv.chula.ac.th/~ppasuk/theorysocmovt.doc.
H.Caidir, Gerakan Sosial, Tulisan ini telah dipublikasikan pula di Tabloid Mingguan
Mentari Edisi 081/Th II/23 Peb - 1 Maret 200. http://www.chairid.com, akses:
6februarii2009.
Jopi Perangin-angin, Masyarakat Adat Sebagai Basis Dari Gerakan Sosial, 2007
dalam Francis Wahono. http://Jopiperangin-agin, blog tentang Masyarakat adat akses: 6Januari2009
Meyer ,david dan Sidney Tarrow. (1998.) The Social Movement Society.
http://www.socialmovement.com//social movement society/akses 15jan2009
http://maulanusantara.wordpress.com/2008/04/18/sintesis-saling-menguntungkan-
hilangnya-orang-luar-dan-orang-dalam/acess: 17 january 2009.
The Wahid Institute, Gerakan Sosial Baru Di Indonesia, 2006.
Novi Andrianthy : Aktivisme Gemkara-BP3KB Dan Pengaruhnya Dalam Mewujudkan Kabupaten Batubara, 2009. USU Repository © 2009
http://thewahidinstitute.com/seeding-plural-and-peachful-islam.akses : 7jan2009
www.wikipedia.com/kabupatenBatubara
Peter Burke, Sejarah Dan Teori Sosial dalam Penelusuran Buku Google. Akses :
6Januari2009.