AKPER 2 Tinjauan Terhadap Keperilakuan
-
Upload
nining-pratiwi -
Category
Documents
-
view
51 -
download
3
Transcript of AKPER 2 Tinjauan Terhadap Keperilakuan
TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN: DALAM PERSPEKTIF
AKUNTANSI
A. Mengapa Mempertimbangkan Aspek Keperilakuan pada Akuntansi
Dengan adanya kemajuan dalam teknologi komputer akuntansi yang memungkinkan
informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan dapat tersedia dengan cepat. Tetapi,
seberapa canggih pun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada
dasarnya bukanlah tujuan akhir. Kesempurnaan teknis tidak prnah mampu mencegah orang
untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi organisasi bukan hanya sekedar teknik yang
didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada
bagaimana perilaku orang-orang di dalam perusahaan, baik sebagai pemakai maupun
pelaksana.
Akuntansi adalah Tentang Manusia
Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam
aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dari pengalaman dan praktik,
banyak manajer dan akuntan telah memperoleh suatu pemahaman yang lebih dari sekadar
aspek manusia dalam tugas mereka. Dengan menganalisis secara sistematis hubungan antara
sistem akuntansi, bentuk pengendalian, sikap manusia dan keputusan, serta tingkatan sosial
dan perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya keluar, sehingga hal tersebut tidak
menjadi dasar bagi munculnya konflik dan pertentangan dari banyaknya permasalahan
akuntansi, tetapi juga tidak menyebabkan potensi organisasi dan akuntansi sosial itu sendiri
diragukan.
Akuntansi adalah Tindakan
Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi tanggung
jawab dan rasa tanggung jawab anggota tersebut terhadap pencapaian tujuan. Untuk itu,
keselarasan tujuan antara individu dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan terjadinya
sinergi antara individu dan organisasi. Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan
manakala individu memahami dan patuh pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam
anggaran. Lewat akuntansi, berbagai realisasi dalam anggaran dapat diwujudkan dan secara
terus-menerus berdampak pada pola tindakan individu yang ada dalam organisasi tersebut.
B. Dimensi Akuntansi Keperilkuan
Akuntansi, biasanya hanya terpusat pada pelaporan informasi keuangan. Pada beberapa
dekade terakhir, para manajer dan akuntan profesional mulai mengetahui kebutuhan akan
tambahan informasi ekonomi dengan melaporkan data-data keuangan dan nonkeuangan yang
terkait dengan proses pengambilan keputusan, yang dihasilkan oleh sistem akuntansi.
Lingkup Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang berarti
mngumpulkan, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi keuangan. Dengan demikian,
dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desain, konstruksi,
serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien. Secara umum, lingkup dari
akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar, yaitu:
1. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi dan penggunaan sistem
akuntansi. Bidang ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi manajemen yang
mempengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang berfungsi dalam organisasi.
2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang ini berkenaan dengan
bagaimana sistem akuntansi memengaruhi motivasi, produktivitas, pengambilan
keputusan,kepuasan kerja, serta kerja sama.
3. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang
ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansi digunakan sehingga
memengruhi perilaku.
Akuntansi Keperilakuan: Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi akan dapat menjadi
lebih baik jika laporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntan
mengakui adanya fakta ini melalui prinsip akuntansi yang dikenal dengan pengungkapan
penuh (full disclosure). Prinsip ini memerlukan penjelasan yang tidak hanya berfungsi
sebagai pengganti dan penambah informasi guna mendukung laporan data keuangan
perusahaan, tetapi juga sebagai laporan yang menjelaskan kritik terhadap kejadian-kejadian
nonkeuangan. Informasi tambahan ini dilaporkan baik dalam satu kerangka laporan keuangan
mupun dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
C. Lingkup dan Sasaran Hasil Ilmu Keperilakuan
Ilmu keperilakuan mencerminkan observasi sistematis atas perilaku manusia dengan
tujuan untuk mengonfirmasikan hipotesis tertentu secara eksperimental melalui referensi
terhadap perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Bernard Berelson dan G.A Stainer
menyatakan bahwa keperilakuan adalah sebagai suatu riset ilmiah yang berhadapan secara
langsung dengan perilaku manusia. Definisi ini menangkap permasalahan inti dari ilmu
keperilakuan, yaitu riset ilmiah (scientific research) dan perilaku manusia (human behavior).
D. Lingkup dan Sasaran Hasil dari Akuntansi Keperilakuan
Pada masa lalu, para akuntan semata-mata fokus pada pengukuran pendapatan dan
biaya yang mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksikan
masa depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari
perilaku manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan
memengaruhi perilaku di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian
secara penuh dari suatu organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan
perilaku, tujuan, serta cita-cita individu yang saling berhubungan dalam organisasi. Akuntan
keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah untuk memengaruhi
perilaku dalam rangka memotivasi tindakan yang diinginkan.
E. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan
Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan
manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan
akuntansi. Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi
keperilakuan merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan.
Akuntansi keperilakuan diterapkan dengan praktis menggunakan riset ilmu keperilakuan
untuk menjelaskan dan memprediksikan perilaku manusia. Akuntansi selalu menggunakan
konsep, prinsip, dan pendekatan dari disiplin ilmu lainnya untuk meningkatkan kegunaannya.
F. Perspektif Berdasarkan Perilaku Manusia: Psikologi, Sosiologi, dan Psikologi Sosial
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha untuk mengukur, menjelaskan,
dan terkadang untuk mengubah perilaku manusia. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
yang mempelajari orang-orang dalam hubungannya dengan sesama manusia. Psikologi sosial
adalah suatu bidang kajian di dalam psikologi, tetapi memadukan konsep-konsep baik dari
psikologi maupun sosiologi. Ketiga hal tersebut, yaitu psikologi, sosiologi, dan psikologi
sosial menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan.
G. Beberapa Hal Penting dalam Perilaku Organisasi
Teori-teori perilaku organisasional mencerminkan inti yang ditangani oleh teori-teori
tersebut. Manusia bersifat kompleks dan rumit, demikian pula dengan teori-teori yang
dikembangkan untuk menjelaskan tindakan-tindakannya.
Teori Peran
Susunan atau tanggapan perilaku yang kita harapkan dan kehendaki ditunjukkan
sebagai peranan sosial. Peran dapat digambarkan secara sederhana sebagai bagian dari orang-
orang yang berinteraksi satu sama lain. Peranan sosial menggambarkan hak atau kebenaran,
tugas-tugas, kewajiban, dan perilaku yang sesuai dengan orang yang memegang posisi
tertentu dalam konteks sosial tertentu. Peran merupakan komponen perilaku nyata yang
disebut norma. Norma-norma adalah harapan dan kebutuhan perilaku yang sesuai untuk
suatu peranan tertentu.
Struktur Sosial
Struktur sosial mengacu pada hubungan yang dipolakan antara berbagai subsistem
sosial dan individu memungkinkannya berfungsi bagi masyarakat, organisasi sosial, atau
kelompok sosial.
Budaya
Budaya merupakan satu titik pandang yang pada saat yang bersamaan dijadikan jalan
hidup oleh suatu masyarakat. Budaya memengaruhi pola teladan perilaku manusia yang
teratur karena budaya menggambarkan perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu. Aspek
budaya yang terpenting adalah memastikan kehidupan manusia baik secara fisik maupun
secara sosial. Budaya dapat dipecah menjadi tiga faktor mendasar, yaitu:
1. Faktor struktural, ditentukan oleh ukuran-ukuran, seperti umur dan sejarah
perusahaan, tempat operasi, serta lokasi geografis perusahaan dalam satu jenis
industri.
2. Faktor politis, ditentukan oleh distribusi kekuasaan dan cara pengambilan
keputusan manajerial.
3. Faktor emosional merupakan pemikiran kolektif, kebiasaan, sikap, perasaan, dan
pola-pola perilaku.
Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu. Komitmen organisasi juga
merupakan nilai personal, yang kadang-kadang mengacu pada sikap loyal pada perusahaan
atau komitmen pada perusahaan. Tiga karakteristik yang berhubungan dengan komitmen
organisasi menurut Cherrington (1996) adalah:
1. Keyakinan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi.
2. Kemauan untuk sekuat tenaga melakukan yang diperlukan untuk kepentingan
organisasi.
3. Keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi.
Sementara, Aranya, dkk. (1980) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai:
1. Suatu kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan-tujuan serta nilai-nilai dari
organisasi dan atau profesi.
2. Suatu kemauan untuk melakukan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan
organisasi dan atau profesi.
3. Suatu keinginan untuk memelihara keanggotaan dalam organisasi dan atau profesi.
Konflik Peran
Menurut Wolfe dan Snoke (1962), konflik peran timbul karena adanya dua “perintah”
berbeda yang diterima secara bersamaan dan pelaksanaan atas salah satu perintah saja akan
mengakibatkan diabaikannya perintah yang lain. Konflik peran, yaitu suatu konflik yang
timbul karena mekanisme pengendalian birokratis organisasi tidak sesuai dengan norma,
aturan, etika, dan kemandirian profesional. Konflik peran merupakan suatu gejala psikologis
yang dialami oleh anggota organisasi, yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman dalam
bekerja dan berpotensi untuk menurunkan motivasi kerja. Konflik peran mempunyai dampak
yang negatif terhadap perilaku karyawan, seperti timbulnya ketegangan kerja, penurunan
komitmen pada organisasi, dan penurunan kinerja secara keseluruhan.
Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan timbul dikarenakan adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di
antara sesama anggota organisasi atau antara organisasi dengan anggotanya. Banyak bukti
riset yang menunjukkan bahwa konflik kepentingan pekerja dan keluarga sangat merugikan
karyawan dan perusahaan. Konflik kerja dan keluarga cenderung berpengaruh negatif
terhadap kinerja karyawan. Hasil-hasil riset tersebut merekomendasikan perlunya manajemen
perusahaan untuk mengambil kebijakan yang menginterpretasikan kepentingan pekerjaan
dengan kepentingan pribadi.
Pemberdayaan Karyawan
Apabila organisasi melaksanakan pemberdayaan karyawan, maka berarti bahwa dalam
organisasi tersebut karyawan diperlakukan sesuai dengan teori Y. Artinya, pimpinan
organisasi menganut paham atau cara pandang (paradigma) bahwa karyawan di perusahaan
tersebut adalah karyawan yang mempunyai karakteristik yang pada umumnya positif.