AKMK16_Alokasi Dana Pembinaan Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyaraka

22
ALOKASI DANA PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KOTA MEDAN Elizar Sinambela, SE. MSi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara [email protected] BIDANG KAJIAN Akuntansi Manajemen Dan Keperilakuan (AKMK) KONFERENSI ILMIAH AKUNTANSI I IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PENDIDIK (IAIKAPd WILAYAH JAKARTA BANTEN) UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 26 27 FEBRUARI 2014

description

Alokasi Dana Pembinaan

Transcript of AKMK16_Alokasi Dana Pembinaan Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyaraka

  • ALOKASI DANA PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM

    MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

    KOTA MEDAN

    Elizar Sinambela, SE. MSi

    Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

    [email protected]

    BIDANG KAJIAN

    Akuntansi Manajemen Dan Keperilakuan (AKMK)

    KONFERENSI ILMIAH AKUNTANSI I IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PENDIDIK

    (IAIKAPd WILAYAH JAKARTA BANTEN)

    UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 26 27 FEBRUARI 2014

    mailto:[email protected]

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    ALOKASI DANA PEMBINAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM

    MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

    KOTA MEDAN

    Elizar Sinambela, SE. MSi

    Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

    [email protected]

    ABSTRACT

    The purpose of this study would like to know the effect of the allocation of

    development funds small and medium enterprises in improving the welfare of the

    people in the city of Medan . In addition, research is also expected to be useful for

    local governments , especially the city of Medan in an attempt not only a capital

    increase but at the same time fostering SME development efforts to improve the

    activities of SMEs .. Respondents in this study were consisting of small and medium

    businesses who have earned a coaching fund small and medium businesses.

    Techniques of data collection using the survey method. The results showed that the

    allocation of small and medium enterprise development fund has done well enough so

    that the public welfare is increasing despite a bit . The results also show that there is a

    significant effect of the allocation of development funds small and medium

    businesses to the welfare of the people in the city of Medan . This suggests that the

    higher allocation of development funds are channeled to small and medium

    businesses , the higher the level of social welfare .

    Keyword : SME Development Fund Allocation and Welfare Society .

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Penelitian

    Awal tahun 2011 yang lalu pemerintah mengumumkan bahwa angka

    kemiskinan di Indonesia mengalami menurunan, hal ini sejalan dengan banyaknya

    program yang telah diluncurkan oleh pemerintah untuk pengentasan kemiskinan

    tersebut. Selain itu program pengentasan kemiskinan ini bukan hanya pemerintah

    yang meluncurkan tetapi juga didukung oleh banyak pihak baik badan usaha milik

    pemerintah, perusahaan perusahaan swasta dalam negeri maupun luar negeri. Namun

    penurunan angka kemiskinan ini banyak dibantah oleh berbagai pihak terutama

    lembaga lembaga masyarakat yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih

    banyaknya masyarakat yang merasakan hidup dalam kemiskinan. Banyaknya

    mailto:[email protected]

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    program pengentasan kemiskinan yang telah di luncurkan oleh pemerintah maupun

    swasta seakan akan belum menyentuh seluruh masyakat di Indonesia.

    Berdasarkan hal tersebut perlu rasanya dilakukan pengkajian ulang atas

    program program yang telah ada. Salah satu program yang ada berupa

    penaggulangan ekonomi masyarakat lewat usaha kecil menengah (UKM). Agenda

    pemberdayaan UKM dewasa ini masih terjebak pada problem klasik yaitu

    mekanisme perencanaan dari atas ke bawah yang tidak efektif untuk mengatasi

    detail-detail problematika faktual yang dihadapi UKM. Perumusan program yang

    tidak terkait dengan prakondisi dasar pemberdayaan ekonomi rakyat menyebabkan

    masih adanya kelompok - kelompok kepentingan di lingkaran kekuasaan hingga

    jaring-jaring korupsi, kolusi dan nepotisme yang belum terbongkar, sementara

    problem diatas sangat potensial daiam mengurangi efektivitas program

    pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbiaya mahal tersebut. Sisi pemerintah atau

    birokrasi disamping itu juga memiliki berbagai hambatan seperti masalah

    keterbatasan anggaran, yang memaksa pemerintah mengenakan pungutan-pungutan

    yang kadangkala artifisial, mentalitas yang cenderung merugikan masyarakat. Hal

    ini dapat menimbulkan invisible cost atau biaya siluman sehingga pelaku birokrasi

    umumnya merasa puas kalau sudah memperbesar masalah sampai munculnya

    kesalahpahaman komunikasi yang membuat esensi debirokratisasi ditingkat pusat

    yang tidak sesuai dengan implementasi di tingkat daerah.

    Kesenjangan informasi dapat mengakibatkan perbedaan interpretasi

    terhadap berbagai fenomena ekonomi. Masalah ini membawa akibat baik secara

    makro maupun mikro, secara mikro mengakibatkan proses pengambilan

    keputusan tentang berbagai hal akan menjadi bias sementara secara makro dapat

    menimbulkan kecurigaan atau kesalahfahaman yang tidak perlu terhadap suatu

    kebijakan atau kondisi ekonomi yang telah terjadi. Beberapa upaya telah

    dilakukan untuk menghindari implikasi negatif terhadap kesenjangan informasi

    ekonomi antara pengambil kebijakan dan masyarakat. Bila kesenjangan

    informasi ekonomi ini dapat semakin ditekan dengan sendirinya pengambilan

    keputusan pada skala mikro dapat menghasilkan keputusan yang strategic dan

    kesalahan interpretasi terhadap kebijakan ekonomi pada skala makro tidak perlu

    terjadi terutama menyangkut masalah peran serta dalam perguliran dana

    Pembinaan Usaha Kecil Menengah terhadap peningkatan kesejahteraan

    masyarakat. (Trihandayani; 2003)

    Potensi penyaluran kredit Usaha Kecil Menegah (UKM) di Sumut dinilai

    masih cukup besar. Hal ini tercermin dari realisasi kredit yang sudah disalurkan oleh

    perbankan. Deputi Bank Indonesia wilayah Sumut dan NAD Ahmad Fauzi

    mengatakan, hingga akhir Juli 2011,penyaluran kredit UKM di Sumut sudah

    mencapai Rp26,37 triliun. Angka ini memang mengalami penurunan dibanding

    periode yang sama tahun lalu sebesar Rp31,75 triliun,namun potensi penyaluran

    kredit masih dianggap cukup besar. Menurut dia, secara kualitas pertumbuhan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    ekonomi Sumut membaik. Perkembangan dana masyarakat Sumut juga naik 18,6%

    dibanding tahun lalu. Dan pertumbuhan aset perbankan meningkat hingga Rp148,43

    triliun. Kinerja bank secara nasional meningkat 15,4%. Dan kinerja paling tinggi di

    Sumut sebesar 53%. Ini menunjukkan potensi ekonomi Sumut sangat bagus,

    termasuk potensi kredit UKM,ujarnya saat peresmian Ladies Branch Bank Pundi

    Medan, (Arsip Berita; 2011)

    Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dirasakan sangatlah penting

    mengingat beberapa permasalahan yang terjadi, dimana permasalahan mendasar

    terletak pada masih belum optimalnya penyaluran dana UKM pada masyarakat

    karena pengembangan UKM belum dilakukan secara independen, keberadaan

    Pembina Usaha Kecil Menengah (PUKM) sebagai penyalur dana pembina usaha

    masyarakat menuju peningkatan kesejahteraan berupa adanya alokasi dana

    pembinaan UKM yang dapat menimbulkan sejumlah kekecewaan bagi masyarakat

    itu sendiri karena selama ini kebijakan ekonomi yang diterapkan tidak dilakukan

    transparansi informasi dalam bentuk komunikasi publik kepada masyarakat

    setempat, sehingga masyarakat yang betul-betul membutuhkan dana tersebut tidak

    akan terangkul dan akan mengakibatkan alokasi dana tidak cukup optimal untuk

    dimanfaatkan oleh masyarakat yang menjadi sasaran atas dikeluarkannya dana

    tersebut.

    Dengan demikian maka penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara

    empiris pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat kota Medan. Dengan demikian diharapkan hasil

    penelitian ini nantinya dapat memperkuat pernyataan bahwa penyaluran dana

    pembinaan bagi UKM dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya

    dikota Medan. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan

    petunjuk tentang perlunya kebijakan pemerintah dan lembaga Pembina UKM

    dalam mengelola dana pembinaan UKM. Hal ini agar program pembinaan usaha

    kecil dan menengah dapat berjalan optimal, selain itu pengawasan atas alokasi

    dana pembinaan usaha kecil menengah tersebut dapat dilakukan dengan lebih baik

    dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga dapat berperan dalam meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    1.2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian diatas, kajian ini dirasakan sangatlah penting untuk

    dapat menemukan fakta bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan UKM

    maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di kota Medan.

    Hal ini dimaksudkan agar dana yang sudah dialokasikan untuk membina UKM

    benar-benar telah dimanfaatkan untuk mengembangkan usahanya sehingga

    dengan berkembangnya usaha tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat. Dari uraian ini maka penulis merumuskan masalah penelitian ini

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    sebagai berikut ; Apakah ada pengaruh alokasi dana pembinaan usaha kecil

    menengah terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan ?

    2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    2.1. Usaha Kecil Menengah (UKM)

    Ada dua defenisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, defenisi

    usaha kecil menurut Undang Undang No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil

    adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal

    Rp. 1 Miliyar dan memiliki kekayaan bersih tidak termasuk tanah dan bangunan

    tempat usaha, paling banyak Rp. 200 Juta. Kedua, menurut kategori Badan Pusat

    Statistik (BPS) usaha kecil identik dengan industry kecil dan industry rumah

    tangga. BPS mengklsifikasikan industry berdasarkan jumlah pekerjanya yaitu ;

    (1) industry rumah tangga dengan pekerja 1 4 orang ; (2) industry kecil dengan

    pekerja 5 19 orang ; (3) industry menengah dengan pekerja 20 99 orang ;

    (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih. (Kuncoro ; 2003)

    Kendati beberapa definisi mengenai usaha kecil namun agaknya usaha

    kecil mempunyai karakteristik yang hampir seragam. Pertama, tidak adanya

    pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Kebanyakan

    industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai pemilik sekaligus

    pengelola perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat

    dekatnya. Data BPS menunjukkan hingga saat ini jumlah pengusaha kecil telah

    mencapai 34,316 juta orang yang meliputi 15, 635 juta pengusaha kecil mandiri

    (tanpa menggunakan tenaga kerja lain), 18,227 juta orang pengusaha kecil yang

    menggunakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri serta 54 ribu orang pengusaha

    kecil yang memiliki tenaga kerja tetap.

    Kedua, rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit

    formal sehingga mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari

    modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang

    perantara, bahkan rentenir. Ketiga, sebagian besar usaha kecil ditandai dengan

    belum dipunyainya status badan hukum. Menurut catatan BPS dari jumlah

    perusahaan kecil sebanyak sebanyak 124.990, ternyata 90,6 persen merupakan

    perusahaan perorangan yang tidak berakta notaris; 4,7 persen tergolong

    perusahaan perorangan berakta notaris; dan hanya 1,7 persen yang sudah

    mempunyai badan hukum (PT/NV, CV, Firma, atau Koperasi).

    Keempat, dilihat menurut golongan industri tampak bahwa hampir

    sepertiga bagian dari seluruh industri kecil bergerak pada kelompok usaha industri

    makanan, minuman dan tembakau (ISIC31), diikuti oleh kelompok industri barang

    galian bukan logam (ISIC36), industri tekstil (ISIC32), dan industri kayu,bambu,

    rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumahtangga (ISIC33) masing-

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    masing berkisar antara 21% hingga 22% dari seluruh industri kecil yang ada.

    Sedangkan yang bergerak pada kelompok usaha industri kertas (34) dan kimia

    (35) relatif masih sangat sedikit sekali yaitu kurang dari 1%.

    2.2. Pembinaan UKM

    Pemberdayaan sesungguhnya mengacu pada kemampuan masyarakat

    untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses atas sumber sumber daya yang

    penting. Tentu saja sebuah usaha pemberdayaan tidak dapat dilepaskan dari

    perspektif pengembangan manusia, bahwa pembangunan manusia merupakan

    pembentukan aspek pengakuan diri, percaya diri, kemandirian, kemampuan

    bekerjasama dan toleransi terhadap sesama, dengan menyadari potensi yang

    dimiliki.

    Fokus pemberdayaan UKM yang hanya pada segi permodalan

    mengesankan sebagai sebuah upaya simplifikasi karena permodalan menempati

    urgensi tersendiri karena menjadi hambatan ekspansi UKM, akan tetapi

    permodalan hanyalah satu dari sekian titik pemberdayaan UKM. Sebetulnya

    diluar dimensi permodalan banyak persoalan lain yang dihadapi UKM

    diantaranya masalah Upgrade kapabilitas teknis dan manajerial (Mariarosa Dalla

    Costa, 2000:35 ).

    Peranan pemerintah dalam mengembangkan UKM sebetulnya telah

    dilakukan tetapi sampai sejauh ini keberhasilan yang telah dicapai belum

    m e n u n j u k k a n b a s i l y a n g m e n g g e m b i r a k a n k a r e n a

    pengembangan potensi ekonomi rakyat membutuhkan biaya awal yang tidak kecil

    selaih prakondisi perpolitikan yang memadai dalam arti ada dukungan dari elit

    politik selaku pembuat kebijakan dibutuhkan pula biaya awal dalam pengertian

    finansial karena selama ini pelaku ekonomi rakyat sering menjadi tak berdaya

    ketika berhadapan dengan lembaga financial. Upaya pemerintah mengembangkan

    kredit bagi UKM selama ini bukan tidak pemah dilakukan, Bank Indonesia pernah

    menetapkan empat strategi dasar menurut Mukhlis Rasyid (1999:203):

    1. Mendorong komitmen perbankan dalam menyalurkan Kredit Usaha Kecil

    (KUK)

    2. Melaksanakan berbagai kredit untuk mendorong swasembada pangan,

    pengembangan koperasi dan peningkatan investasi sektor tertentu. 3. Mengembangkan kelembagaan bank dengan memperluas jaringan

    perbankan untuk mendorong kerjasama antar bank dalam menyalurkan

    KUK

    4. Memberikan bantuan teknis melalui proyek pengembangan usaha kecil,

    proyek hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat dan proyek

    kredit mikro.

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Agenda pemberdayaan UKM dewasa ini masih terjebak pada problem

    klasik yaitu mekanisme perencanaan dari atas ke bawah yang tidak efektif untuk

    mengatasi detail-detail problematika faktual yang dihadapi UKM. Perumusan

    program yang tidak terkait dengan prakondisi dasar pemberdayaan ekonomi

    rakyat menyebabkan masih adanya kelompokkelompok kepentingan di lingkaran

    kekuasaan hingga jaring-jaring korupsi, kolusi dan nepotisme yang belum

    terbongkar, sementara problem diatas sangat potensial dalam mengurangi

    efektivitas program pemberdayaan ekonomi rakyat yang berbiaya mahal tersebut.

    Sisi pemerintah atau birokrasi disamping itu juga memiliki berbagai

    hambatan seperti masalah keterbatasan anggaran, yang memaksa pemerintah

    mengenakan pungutan-pungutan yang kadangkala artifisial, mentalitas yang

    cenderung merugikan masyarakat. Hal ini dapat menimbulkan invisible cost atau

    biaya siluman sehingga pelaku birokrasi umumnya merasa puas kalau sudah

    memperbesar masalah sampai m u n c u l n ya k e s a l a h p a h am a n komunikasi

    yang membuat esensi debirokratisasi ditingkat pusat yang tidak sesuai dengan

    implementasi di tingkat daerah.

    Oleh karena itu, prinsip yang senantiasa harus dipegang oleh birokrasi

    adalah bahwa peraturan atau regulasi hanya bersifat administrative. Jadi proses

    perizinan dan kredit hendaknya tidak mempersulit ruang gerak UKM, bila

    peraturan terasa berat bagi unit-unit mikrobisnis berskala kecil, maka pemerintah

    harus slap dengan solusi yang ideal, sehingga misi regulasi dan misi

    pengembangan UKM bisa sama-sama berjalan.

    Berdasarkan persetujuan Menteri BUMN bahwa diharusnya menyisih 2,5 %

    dari keuntungannya untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui

    PUKK. Ada semacam pesimisme tersendiri yang menghantui upaya konseptualisasi

    dan imlplementasi, kebijakan-kebijakan pengembangan UKK, dimana modal dominan

    pembentuk daya saing institusional, masa dapan UKK terkesan suram, sehingga UKK

    dicemaskan "mati" karena terdesak oleh pelaku-pelaku ekonorni lainnya yang lebih

    progresif.

    Meskipun pembangunan ekonomi selama Orde Baru telah memberikan

    kesempatan berusaha yang sama kepada seluruh pelaku ekonomi BUMN, swasta

    (besar, menengah, kecil) dan koperasi namun dalam realita terdapat ketidaksamaan

    kontribusi perekonomian nasional, kontribusi usaha menengah, kecil dan koperasi

    (UKK) hanya berkisar 30-40 % walaupun dalam pendayagunaan SDM telah

    menyerap lebih dari 60 % tenaga kerja di Indonesia (Loekman Soetrisno, 1995:43)

    Keberhasilan yang belum optimal dari UKK, bila dicermati karena

    dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: usaha yang dilakukan bersifat padat

    karya, teknologi masih sangat sederhana, belum dapat mencapai Skala ekonomis

    usaha, dukungan modal sendiri yang kecil dan memiliki kendala terhadap akses

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    sumber permodalan, kondisi inilah yang menyebabkan PUKK harus dapat

    memprioritaskan UKK melalui alokasi modal dan pembinaan sehingga kondisi

    ekonomi masyarakat dapat berangsur pulih dan membaik, karena mereka sebagai

    basis perekonomian yang menopang kekuatan industri besar dari bawah. PUKK

    sebetulnya selaih perlu memberikan jaminan kepada UKK atas kredit yang

    diberikan untuk menunjang pengembangan usaha, memenuhi sebagian pembiayaan

    pengembangan usaha, juga harus memberikan jaminan untuk memperbaiki

    manajemen dan konsultasi bisnis melalui berbagai bentuk pembinaan. Oleh karena itu

    PUKK perlu didampingi jasa perantara yang dapat dijadikan perpanjangan tangan

    bagi PUKK untuk mencapai kebutuhan yang diharapkan oleh m a s ya r a k a t ,

    s e h i n g g a p o l a pembangunan yang dilakukan melalui dana PUKK lebih bersifat

    berorientasi kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat (people Oriented) dan

    bukan terhadap program kerja yang dibuat berdasarkan keinginan dan pola pikir

    pembuat kebijakan.

    Memang cukup berat tantangan yang dihadapi untuk memperkuat struktur

    perekonomian nasional. Pembinaan pengusaha kecil harus lebih diarahkan untuk

    meningkatkan kemampuan pengusaha kecil menjadi pengusaha menengah. Namun

    disadari pula bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti

    tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia,

    kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan

    sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan

    usahanya dengan baik. Secara lebih spesifik, masalah dasar yang dihadapi pengusaha

    kecil adalah: Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan

    memperbesar pangsa pasar. Kedua, kelemahan dalam struktur permodalan dan

    keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan. Ketiga,

    kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. Keempat,

    keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi

    pemasaran). Kelima, iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang

    saling mematikan. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu

    dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

    Secara garis besar, tantangan yang dihadapi pengusaha kecil dapat dibagi

    dalam dua kategori: Pertama, bagi PK dengan omset kurang dari Rp 50 juta

    umumnya tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga kelangsungan hidup

    usahanya. Bagi mereka, umumnya asal dapat berjualan dengan aman sudah cukup.

    Mereka umumnya tidak membutuhkan modal yang besar untuk ekspansi produksi;

    biasanya modal yang diperlukan sekedar membantu kelancaran cashflow saja. Bisa

    dipahami bila kredit dari BPR-BPR, BKK, TPSP (Tempat Pelayanan Simpan Pinjam-

    KUD) amat membantu modal kerja mereka.

    Kedua, bagi PK dengan omset antara Rp 50 juta hingga Rp 1 milyar,

    tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks. Umumnya mereka mulai memikirkan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    untuk melakukan ekspansi usaha lebih lanjut. Berdasarkan pengamatan Pusat

    Konsultasi Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh

    PK jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum dipunyainya sistem

    administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya

    kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun proposal

    dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari bank maupun

    modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya prosedur mendapatkan

    kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga dinilai terlalu tinggi; (3)

    Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan dalam merebut pasar

    semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi terutama bila pasar dikuasai oleh

    perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera konsumen cepat berubah; (5) Masalah

    memperoleh bahan baku terutama karena adanya persaingan yang ketat dalam

    mendapatkan bahan baku, bahan baku berkulaitas rendah, dan tingginya harga bahan

    baku; (6) Masalah perbaikan kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah

    menggarap pasar ekspor karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai

    perusahaan tertentu, dan banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena

    sulit mendapatkan tenaga kerja yang terampil.

    Strategi pemberdayaan yang telah diupayakan selama ini dapat

    diklasifikasikan dalam:

    Aspek managerial, yang meliputi: peningkatan produktivitas/omset/tingkat

    utilisasi/tingkat hunian, meningkatkan kemampuan pemasaran, dan pengembangan

    sumberdaya manusia.

    Aspek permodalan, yang meliputi: bantuan modal (penyisihan 1-5%

    keuntungan BUMN dan kewajiban untuk menyalurkan kredit bagi usaha kecil

    minimum 20% dari portofolio kredit bank) dan kemudahan kredit (KUPEDES,

    KUK, KIK, KMKP, KCK, Kredit Mini/Midi, KKU).

    Mengembangkan program kemitraan dengan besar usaha baik lewat sistem

    Bapak-Anak Angkat, PIR, keterkaitan hulu-hilir (forward linkage), keterkaitan hilir-

    hulu (backward linkage), modal ventura, ataupun subkontrak.

    Pengembangan sentra industri kecil dalam suatu kawasan apakah berbentuk

    PIK (Pemukiman Industri Kecil), LIK (Lingkungan Industri Kecil), SUIK (Sarana

    Usaha Industri Kecil) yang didukung oleh UPT (Unit Pelayanan Teknis) dan TPI

    (Tenaga Penyuluh Industri).

    Pembinaan untuk bidang usaha dan daerah tertentu lewat KUB (Kelompok

    Usaha Bersama), KOPINKRA (Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan).

    Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pemberdayaan usaha

    kecil yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang concern dengan pengembangan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    usaha kecil. Hanya saja, upaya pembinaan usaha kecil sering tumpang tindih dan

    dilakukan sendiri-sendiri. Perbedaan persepsi mengenai usaha kecil ini pada

    gilirannya menyebabkan pembinaan usaha kecil masih terkotak-kotak atau sector

    oriented, di mana masing-masing instansi pembina menekankan pada sektor atau

    bidang binaannya sendiri-sendiri. Akibatnya terjadilah dua hal: (1) ketidakefektifan

    arah pembinaan; (2) tiadanya indikator keberhasilan yang seragam, karena masing-

    masing instansi pembina berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan kriteria

    yang telah mereka tetapkan sendiri.

    Karena egoisme sektoral/departemen, dalam praktek sering dijumpai

    terjadinya "persaingan" antar organisasi pembina. Bagi pengusaha kecil pun, mereka

    sering mengeluh karena hanya selalu dijadikan "obyek" binaan tanpa ada tindak

    lanjut atau pemecahan masalah mereka secara langsung.

    Dalam konteks inilah, untuk mengembangkan interorganizational process

    dalam pembinaan usaha kecil menarik untuk kita simak. Dalam praktek, struktur

    jaringan dalam kerangka organisasi pembinaan usaha kecil semacam ini dapat

    dilakukan dalam bentuk inkubator bisnis dan PKPK (Pusat Konsultasi Pengusaha

    Kecil). PKPK adalah ide dari Departemen Koperasi dan PPK, yang diharapkan dapat

    berfungsi sebagai wadah pengembangan pengusaha kecil menjadi tangguh dan atau

    menjadi pengusaha menengah melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan

    koordinasi antar instansi.

    2.3. Kesejahteraan Masyarakat

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak bulan Agustus 1997 telah

    menimbulkan dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat. Diawali dengan nilai

    tukar Rupiah yang terus melemah terhadap Dolar AS, mengakibatkan kinerja

    kegiatan produksi menurun tajam karena sebagian bahan bakunya berasal dari luar

    negeri. Kondisi ini kemudian menyebabkan banyak perusahaan yang akhirnya harus

    gulung tikar. Tercatat sedikitnya dua puluh lima juta orang pengangguran baru yang

    dihasilkan oleh krisis ini. Tentunya terdapat puluhan juta jiwa yang menggantungkan

    hidup pada pekerja-pekerja yang di-PHK itu.

    Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini

    merupakan masalah sosial yang penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang

    harus putus sekolah meningkat tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya

    digalakkan. Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat menurun sehingga mencapai titik

    yang memprihatinkan. Kenyataan ini harus diantisipasi untuk menghindari

    terdapatnya "generasi yang hilang" beberapa dasawarsa mendatang.

    Pasal 34 undang-undang dasar 1945 menyatakan "Fakir miskin dan anak-anak

    yang terlantar dipelihara oleh negara." Yang dimaksud dengan fakir miskin di sini

    adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencarian dan tidak

    mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    kemanusiaan. Fakir miskin dapat juga berarti orang yang mempunyai sumber mata

    pencarian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi

    kemanusiaan. Para gelandangan, pengemis, maupun anak-anak jalanan dapat pula

    dikategorikan sebagai fakir miskin untuk kemudian dipelihara oleh negara.

    Bagaimanakah sebenarnya relisasi pemeliharaan oleh negara yang

    dikehendaki oleh konstitusi? Penjelasan pasal 34 UUD 1945 berbunyi "Telah cukup

    jelas, lihat di atas". Yang dimaksud oleh kalimat "di atas" itu tidak lain adalah

    penjelasan dari pasal 33 UUD 1945 yang memang masuk dalam bab yang sama

    dengan pasal 34 yaitu bab mengenai kesejahteraan sosial. Penjelasan Pasal 33 UUD

    1945 antara lain menyebutkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan,

    bukan kemakmuran perseorangan. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

    kekeluargaan.

    Dari penjelasan UUD 1945 tersebut terlihat jelas relevansi dari sistem

    ekonomi dalam upaya menanggulangi kemiskinan. Sistem ekonomi kerakyatan yang

    berasal dari rakyat, dikerjakan oleh rakyat, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan

    rakyat banyak merupakan bentuk ideal yang seyogianya dan wajib diciptakan oleh

    negara.

    Dengan berjalannya mekanisme ekonomi kerakyatan yang memberikan

    kesempatan yang adil terhadap sumber-sumber modal, maka kesejahteraan

    masyarakat dapat dipelihara agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan. Masyarakat tidak

    dapat disalahkan atas kemiskinan yang dideritanya. Peningkatan kesejahteraan

    sebenarnya adalah hak mereka, sementara di lain pihak, negara (pemerintah)

    berkewajiban dan memiliki kapasitas untuk menciptakan mekanisme yang kondusif

    bagi kesejahteraan rakyat.

    Dalam kenyataannya, pemerintah ternyata tidak berhasil menciptakan

    kesempatan bagi masyarakat untuk mencapai hal itu. Akumulasi modal yang hanya

    berputar pada segelintir kalangan masyarakat pada masa orde baru tak ayal lagi

    merupakan kejahatan terstruktur yang tidak boleh terulang kembali. Oleh karena itu,

    usaha pemerintah untuk menerapkan sistem ekonomi kerakyatan akhir-akhir ini dapat

    disambut positif sebagai wujud tanggung jawab negara memelihara kesejahteraan

    rakyatnya.

    Pasal 34 UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut oleh Undang-Undang Nomor 6

    Tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Pasal 1 UU 6/1974

    menyatakan bahwa "Setiap warga negara berhak atas taraf kesejahteraan sosial yang

    sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam usaha-

    usaha kesejahteraan sosial".

    Selain usaha menciptakan sistem perekonomian yang sifatnya mendasar, perlu

    pula usaha yang sifatnya lebih pada pelaksanaan langsung di lapangan. Hal ini

    dibutuhkan untuk dapat sesegera mungkin mengantisipasi keadaan sosial yang

    memprihatinkan ini. Pengaturan yang bersifat lebih teknis di bawah UU 6/1974

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 tahun 1981 tentang

    Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin. Pasal 2 ayat (1) dari PP 42/1981

    di atas menyebutkan bahwa fakir miskin berhak mendapatkan pelayanan

    kesejahteraan sosial. Selanjutnya, ayat (2) pasal yang sama menyatakan bahwa

    pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin tersebut meliputi bantuan sosial dan

    rehabilitasi sosial.

    Bantuan sosial adalah bantuan bersifat sementara yang diberikan kepada

    keluarga fakir miskin agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

    Bantuan sosial yang diberikan dapat berbentuk bantuan santunan hidup, bantuan

    sarana usaha ekonomi produktif, atau bantuan sarana kelompok usaha bersama.

    Bantuan ini berupa bahan atau peralatan untuk menunjang usaha ekonomi produktif.

    Sesuai dengan asas kekeluargaan yang dianut, maka sarana usaha ekonomi produktif

    tersebut diberikan dan dikelola dalam sebuah kelompok usaha bersama yang berada

    dalam pembinaan pemerintah.

    Tindak lanjut dari pemberian bantuan sosial adalah rehabilitasi sosial yang

    berfungsi sebagai proses refungsionalisasi dan pengembangan, untuk memungkinkan

    fakir miskin mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan

    masyarakat. Dalam proses rehabilitasi sosial ini, fakir miskin berhak untuk

    mendapatkan pembinaan kesadaran berswadaya, pembinaan mental, pembinaan fisik,

    pembinaan keterampilan, dan pembinaan kesadaran hidup bermasyarakat. Fakir

    miskin yang telah selesai menjalani pembinaan dapat diberikan bantuan permodalan

    oleh Departemen Sosial guna meningkatkan taraf kesejahteraannya.

    Berdasarkan rumusan masalah dan telaah literatur yang ada maka hipotesis

    yang dapat dikembangkan dari penelitian ini adalah : Alokasi dana pembinaan

    usaha kecil menengah berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan

    masyarakat kota Medan.

    2.4. Pengukuran dan Defenisi Operasional Variabel

    Varibel penelitian terdiri dari :

    a. Alokasi Dana pembinan UKM ; yang merupakan penyaluran dana bagi usaha kecil menengah yang diukur dengan besarnya dana yang diterima UKM,

    prosedur penerimaan dana UKM, dan pembinaan UKM.

    b. Kesejahteraan Masyarakat ; yang merupakan peningkatan perekonomian baik dilihat dari peningkatan penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

    dan tempat tinggal.

    Masing masing variabel diukur dengan model skala Likert yaitu mengukur

    sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pernyataan yang

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    diajukan dengan skor 4 (SS = Sangat Setuju), 3 (S = Setuju), 2 (TS = Tidak Setuju)

    dan 1 (STS = Sangat Tidak Setuju).

    3. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran atau deskripsi

    mengenai pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat kota Medan. Penelitian ini akan dilakukan pada masyarakat

    yang menerima alokasi dana pembinaan UKM di kota Medan. Pendekatan dalam

    penelitian ini adalah pendekatan survey-explanatory. Populasi dalam penelitian ini

    masyarakat yang menerima alokasi dana UKM di kota Medan. dengan sampel

    penelitian yang diambil adalah sebanyak 35 UKM. Sumber data dalam penelitian ini

    berasal dari data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek) penelitian. Data

    dikumpulkan oleh peneliti dengan survey langsung dan instrumen yang digunakan

    adalah kuesioner (angket). Untuk itu diperlukan dua macam pengujian yaitu uji

    Validitas (test of validity) dan uji reliabilitas (test of reliability). Untuk mengetahui

    pengaruh alokasi dana pembinaan UKM dalam meningkatkan kesejahteraan

    mayarakat kota Medan digunakan alat statistik regresi sederhana. Hal-hal yang akan

    dianalisis adalah koefisien regresi, koefisien determinasi (r-square), dan uji

    hipotesis.

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Hasil Penelitian

    Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha kecil dan menengah

    yang berjumlah 35 orang. Dengan karakteristik Jenis kelamin, Usia, Pendidikan,

    Lama Usaha, Besarnya modal usaha. Dari 35 responden yang telah memenuhi kriteria

    untuk diolah, diantaranya 15 orang laki-laki dan 20 orang perempuan, rata rata

    berusia 30 49 tahun ( 72%) selebihnya berusia dibawah 30 tahun (17 %) dan diatas

    50 tahun sekitar 11%. Untuk pendidikan rata rata berpendidikan rendah yakni SD,

    SMP dan SMA (77%) selanjutnya akademi dan sarjana (23%). Bila dilihat dari lama

    usaha sebahagian besar lebih dari satu tahun (91%) sedangkan yang kurang dari satu

    tahun hanya 7 %.

    4.1.1. Alokasi Dana Pembinaan UKM Berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan, dapat diketahui bahwa untuk

    Alokasi Dana Pembinaan UKM sebahagian besar (57,1 %) pelaku usaha menyatakan

    sangat setuju dan sebahagian lagi (42,9 %) menyatakan setuju untuk pernyataan

    pertama yang berarti bahwa semua pelaku usaha mengetahui tentang adanya alokasi

    dana untuk pembinaan usaha kecil menengah. Dana untuk pembinaan tersebut juga

    sudah dialokasikan kepada para pelaku usaha, hal ini terlihat dari pernyataan

    responden tersebut yang sama dengan pernyataan tentang mereka mengetahui adanya

    informasi alokasi dana pembinaan dimana sebahagian besar (54,3 %) juga menyatakan setuju dan yang menyatakan sangat setuju sebesar 31,4 % hal ini

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    menunjukkan bahwa para pelaku usaha tersebut telah memperoleh dana pembinaan

    untuk usaha mereka.

    Dalam mendapatkan dana pembinaan ternyata responden atau para pelaku

    usaha memiliki pengalaman yang hampir sama dimana sebahagian besar dari

    penyataan mereka menjawab tidak setuju (45,7%) bahkan sangat tidak setuju (8,6%),

    walaupun sebahagian lagi menyatakan setuju. Hal ini menunjukan bahwa untuk

    mendapatkan dana pembinaan untuk usaha kecil menengah tersebut para pelaku

    usaha masih mengalami kesulitan. Hal inilah yang perlu mendapatkan perhatian, atau

    harus dicari akar penyebabnya, apakah karena informasi yang belum jelas,

    persyaratan yang belum lengkap atau prosedur belum berjalan sebagaimana mestinya. Alokasi dana yang diterima ternyata sudah sesuai dengan usaha yang

    dijalankan, walupun jawaban mereka sangat bervariasi hal ini dapat dilihat dari

    pernyataan responden yang sebagian besar menyatakan setuju (85,7%) bahkan

    pernyataan sangat setuju (5,7%) juga mereka berikan, walaupun masih ada juga

    ternyata yang mendapatkan dana pembinaan tersebut belum sesuai dengan usaha

    yang dijalankan (8,6%). Dari pernyataan tersebut menunjukan bahwa dana

    pembinaan untuk usaha kecil menengah dialokasikan sesuai dengan usaha yang

    dijalankan. Jawaban responden tentang mendapatkan dana pembinaan sesuai dengan

    kebutuhan ternyata bertolak belakang dengan pernyataan mereka tentang dana

    pembinaan dialokasikan sesuai usaha yang dijalankan hal ini terlihat dari penyataan

    mereka menyatakan setuju (42,9%) lebih kecil dari yang menyatakan tidak setuju

    (57.1%). Penyataan ini mengindikasikan bahwa walupun mereka mendapatkan dana

    pembinaan yang sesuai dengan usaha yang mereka jalankan namun jumlah yang

    mereka peroleh belum sesuia dengan dana yang mereka butuhkan untuk melakukan

    pengembangan usaha. Sehingga tujuan dana pembinaan tersebut untuk

    mengembangkan usaha yang ada belum dapat berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini

    perlu menjadi pertimbangan dan perhatian dari para pembina usaha kecil menengah

    agar dana yang dialokasikan tersebut dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. 4.1.2. Kesejateraan Masyarakat

    Kesejahteraan Masyarakat meliputi peningkatan penghasilan, pendidikan,

    kesehatan dan tempat tinggal serta adanya kemapuan untuk memnuhi kebutuhan

    hidup. Kesejahteraan masyarakat yang akan dinilai dalam penelitina ini adalah

    peningkatan kesejahteraan yang akan terlihat dengan adanya peningkatan

    penghasilan, dari adanya peningkatan penghasilan tersebut maka secara otomastis

    dapat mendorong peningkatan terhadap kindikator kesejahteraan hidup lainnya. Dari

    hasil penyebaran kuesioner kepada responden para pelaku usaha kecil menengah

    dapat diketahui bahwa alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah dapat

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditunjukkan lewat pernyataan para

    pelaku usaha tersebut bahwa rata-rata mereka menjawab setuju dan sangat setuju.

    Pernyataan untuk bagaimana usaha yang dijalankan setelah mendapatkan

    alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah ternyata mereka rata rata menjawab

    lebih banyak setuju dan sangat setuju sebesar 85% . Hal ini menunjukkan bahwa

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    usaha menjadi lebih besar dan maju setelah mendapat alokasi dana pembinaan.

    Sedangkan 15% lagi mereka menjawab tidak setuju, hal ini disebabkan karena dana

    yang mereka terima belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

    Para pelaku usaha yang telah mendapatkan dana pembinaan juga menyatakan

    bahwa pendapatan mereka menjadi lebih tinggi setelah mendapat alokasi dana

    pembinaan usaha kecil menengah, hal ini terlihat dari pernyataan mereka yang sebagian besar menjawab setuju (77,1 %) dan sangat setuju (14,3 %) sedangkan

    sisanya menjawab tidak setuju (8,6 %).

    Pendapatan mereka yang meningkat tersebut disebabkan karena omset

    penjualan mereka mengalami peningkatan setelah mendapat alokasi dana pembinaan

    UKM. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan setuju (85,7%) sedangkan tidak setuju (14,3%). Senjutnya dengan meningkatnya omset penjualan maka juga meningkatkan

    keuntungan mereka. Pernyataan tentang hal ini di tunjukan dengan pernyataan setuju

    hampir oleh semua para pelaku usaha hal ini juga berdampak pada peningkatan

    penghasilan mereka perbulannya.

    Adanya peningkatan pendapatan yang mereka alami ternyata belum

    berdampak pada peningkatan indicator kesejahteraan yang lainnya. Hal ini dapat

    dilihat pernyataan mereka tentang apakah dengan adanya alokasi dana pembinaan

    UKM dapat membiayai pendidikan anak-anak, mereka rata rata menjawab tidak

    setuju (68,6%) yang mana pernyatan ini lebih besar dari yang menyatakan setuju

    (31,4%). Berdasarkan data ini maka dapat di nyatakan bahwa dengan adanya alokasi

    dana pembinaan belum sepenuhnya dapat meningkatkan kegiatan untuk pendidikan

    masyarakat. Demikian pula halnya dengan pernyataan mereka dengan tingkat

    kesehatan yang mereka rasakan, alokasi dana pembinaan yang mereka terima belum

    dapat meningkatkan kesehatan mereka secara tidak langasung hal ini dapat dilihat

    pada pernyataan meraka yang menyatakan tidak setuju sebesar 71,4% sedangkan

    selebihnya menyatakan setuju sebesar 28,6%.

    Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka para pelaku usaha rata rata

    menyatakan bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan yang mereka terima

    ternyata dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan hidup mereka hal ini terlihata

    dari banyaknya mereka yang menyatakan setuju sampai pernyataan sangat setuju

    (97%), dan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju. Untuk indikator kesejahteraan

    hidup lainnya, responden atau para pelaku usaha masih menjawab berimbang (

    50%) hal ini dikarenakan mereka masih merasakan bahwa dana pembinaan yang

    mereka peroleh sepenuhnya digunakan untuk meningkatkan usaha mereka.

    Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa belum sepenuhnya alokasi

    dana pembinaan yang diterima usaha kecil menengah dapat meningkatkan seluruh

    indikator kesejahteraan masyarakat.

    4.1.3 Uji Kualitas Data

    a. Uji Validitas

    Validitas adalah ketetapan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur

    apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini peneliti mengukur validitas berdasarkan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    validitas item. Validitas item ini ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan

    terhadap item total (skor total), perhitungan dilakukan dengan cara mengerelasikan

    antara skor item dengan skor total item. Analisis ini dikenal dengan Bivariate

    Pearson (Korelasi Produk Momen Pearson).

    - Alokasi Dana Pembinaan UKM

    Setelah dilakukan analisis perhitungan mengenai validitas variabel Alokasi

    Dana Pembinaan UKM dalam penelitian dari 5 pertanyaan tersebut dinyatakan bahwa

    butir intrumen tersebut valid, dimana nilai Sig. setiap butir lebih kecil dari 0.05. Ini

    terlihat dalam tabel berikut:

    Tabel 4.1.3.a (1)

    Validitas Instrumen Penelitian

    Butir pertanyaan Koef. Korelasi Sig. Keputusan

    Butir 1 0.699 0.000 < 0.05 Valid

    Butir 2 0.345 0.045 < 0.05 Valid

    Butir 3 0.563 0.000 < 0.05 Valid

    Butir 4 0.522 0.001< 0.05 Valid

    Butir 5 0.514 0.002 < 0.05 Valid

    Sumber : Data Diolah (Lampiran

    - Kesejahteraan Masyarakat kota Medan Setelah dilakukan analisis perhitungan mengenai validitas variabel

    Kesejahteraan Masyarakat kota Medan dalam penelitian dari 10 pertanyaan tersebut

    dinyatakan butir pertanyaan yang valid secara statistik karena nilai signifikannya

    lebih kecil dari 0,05. Ini terlihat dalam tabel berikut :

    Tabel 4.1.3. a (2)

    Validitas Instrumen Penelitian

    Butir pertanyaan Koef. Korelasi Sig. Keputusan

    Butir 1 0.843 0.000 < 0.05 Valid

    Butir 2 0.910 0.000 < 0.05 Valid Butir 3 0.952 0.000 < 0.05 Valid Butir 4 0.952 0.000 < 0.05 Valid Butir 5 0.952 0.000 < 0.05 Valid Butir 6 0.448 0.007 < 0.05 Valid Butir 7 0.437 0.009 < 0.05 Valid Butir 8 0.470 0.004 < 0.05 Valid Butir 9 0.360 0.034 < 0.05 Valid Butir 10 0.532 0.001 < 0.05 Valid

    Sumber : Data Diolah (Lampiran)

    b.Uji Reliabilitas

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat

    pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukur

    tersebut diulang. Perhitungan ini dengan menggunakan metode Alpha (Cronbachs)

    Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas diketahui bahwa nilai Cronbach

    Alpha sebesar 0, 690 untuk variabel Alokasi Dana Pembinaan UKM dan 0,888 untuk

    variabel Kesejahteraan Masyarakat. Jika dibandingkan dengan asumsi yang

    menyatakan bahwa instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach

    Alphanya lebih besar dari 0,5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data yang

    dikumpulkan melalui instrumen-instrumen tersebut adalah reliable. Tabel 5.2.1.b (1)

    merupakan out-put dari perhitungan Cronbach Alpha.

    - Alokasi Dana Pembinaan UKM

    Tabel 4.1.3.b (1)

    Reliabilitas Jawaban Responden

    Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha N of Items

    .690 5

    Sumber : Data Diolah (Lampiran)

    Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Alokasi Dana Pembinaan

    UKM adalah reliable, karena memiliki nilai cronbachs alpha sebesar 0.690 > 0.5.

    - Kesejahteraan Masyarakat

    Tabel 4.1.3. b (2)

    Reliabilitas Jawaban Responden

    Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha N of Items

    .888 10

    Sumber : Data Diolah (Lampiran)

    Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa variabel Alokasi Dana

    Pembinaan UKM adalah reliabel, karena memiliki nilai cronbachs alpha sebesar

    0.888 > 0.5.

    4.2.Uji Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh alokasi dana

    pembinaan UKM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah sebagai

    berikut :

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    - H0:=0 (Tidak ada pengaruh signifikan alokasi dana pembinaan UKM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat)

    - H1:0 (Ada pengaruh signifikan alokasi dana pembinaan UKM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat)

    Asumsi untuk pengujian hipotesis di atas adalah sebagai berikut:

    Terima H0, apabila nilai probabilitas korelasi (sig-2-tailed) > tingkat

    signifikan () sebesar 0,05 Tolak H0, apabila nilai probabilitas korelasi (sig-2-tailed) < tingkat signifikan

    () sebesar 0,05

    Uji hipotesis adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

    kesimpulan pada sampel dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Dari

    hasil pegolahan data untuk uji hipotesis maka diperoleh hasil sebagai berikut :

    Tabel 4.2.2 (1)

    Analisis Determinasi (R2)

    Model R R Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .366a .134 .108 2.00732

    a. Predictors: (Constant), Alokasi Dana Pembinaan UKM

    Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka R Square sebesar 0.134 atau

    13,4 %. Hal ini menunjukkan Alokasi Dana Pembinaan UKM mampu menjelaskan

    sebesar 38.6 % Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat kota Medan.

    Tabel 4.2.2 (2)

    Uji F (Uji Signifikansi Simultan)

    ANOVAb

    Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

    1 Regression 20.575 1 20.575 5.106 .031a

    Residual 132.968 33 4.029

    Total 153.543 34

    a. Predictors: (Constant), Alokasi Dana Pembinaan UKM

    b. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat

    Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa F hitung sebesar 5.106,

    sedangkan F tabel dengan taraf 5% ketentuan numerator = variabel -l, dan

    denumertor = kasus -4 sebesar 4.160, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung

    sebesar 5.106 > F tabel sebesar 4.160, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya

    Ada pengaruh Alokasi Dana Pembinaan UKM terhadap peningkatan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Kesejahteraan Masyarakat di kota Medan. Dengan tingkat probabilitas 0.031

    (signifikansi), karena probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat

    digunakan untuk memprediksi Alokasi Dana Pembinaan UKM bersama-sama

    berpengaruh terhadap peningkatan Kesejahteraan masyarakat kota Medan.

    Tabel 4.2.2 (3)

    Uji F (Uji Signifikansi Parsial)

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized

    Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    T Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 8.827 3.582 2.464 .019

    Alokasi Dana

    Pembinaan UKM .555 .246 .366 2.260 .031

    a. Dependent Variable: Kesejahteraan Masyarakat

    Untuk pengujian hipotesis pengaruh Alokasi Dana Pembinaan UKM

    sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan. Ini

    dapat dilihat dari nilai t hitung sebesar 2.260 dengan nilai signifikansi 0,031 <

    0,05, sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 1.692, oleh karena t

    hitung lebih besar dari t tabel maka dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi

    berpengaruh secara signifikan atau alokasi dana pembinaan UKM sangat

    berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota

    Medan.

    Dari tabel diatas diperoleh Nilai B konstan sebesar 8.827 menyatakan bahwa

    jika variabel alokasi dana pembinaan UKM diabaikan, maka peningkatan

    kesejahteraan masyarakat kota Medan adalah 8.827, sedangkan nilai B untuk variabel

    alokasi dana pembinaan UKM sebesar 0.555 menyatakan bahwa setiap

    peningkatan alokasi dana pembinaan UKM maka akan meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat.

    Berdasarkan nilai B konstan dan nilai B pada variabel alokasi dana

    pembinaan UKM, maka dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :

    Y= a +bX

    Y = 8.827 + 0.555X

    Dengan demikian alokasi dana pembinaan UKM diperlukan terhadap

    peningkatan kesejahteraan masyarakat kota Medan.

    Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi. Penelitian ini

    menggunakan tingkat keyakinan 95% yang berarti alpha yang digunakan sebesar

    0,05. Hal ini menunjukkan jika sigf atau p-value < 0,05 maka variabel independen

    berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

    4.2.Pembahasan

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Hasil dari hipotesis dapat dilihat bahwa alokasi dana pembinaan UKM

    berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

    melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0,031. Hubungan yang ditunjukkan oleh

    koefisien regresi adalah positif 0.134 artinya semakin tinggi alokasi dana

    pembinaan UKM yang diberikan maka kesejahteraan masyarakat akan semakin

    meningkat. Dilihat dari koefisien determinasinya, pengaruh alokasi dana

    pembinaan UKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebesar 13,4 %

    atau 13 % yang menunjukkan bahwa kesejahteraan masyarakat dijelaskan oleh

    alokasi dana pembinaan UKM sedangkan sisanya 87% (100% - 13%) dijelaskan

    oleh faktor lain yang berasal dari luar model regresi ini.

    Bila dilihat dari nilainya mungkin pengaruh dengan nilai13% sangat kecil

    terhadap kesejahteraan masyarakat kota Medan. Namun kondisi ini mengisyaratkan

    bahwa alokasi dana pembinaan UKM di kota Medan sudah dijalankan, begitu juga

    pembinaan atas UKM sudah berjalan walaupun masih belum maksimal. Hal ini

    disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya informasi pada para pelaku UKM,

    birokrasi yang terkadang belum jelas, dan persyaratan-perayaratan yang ditentukan.

    Merujuk dari Trihandayani (2003) yang menyatakan bahwa peran serta

    dalam perguliran dana Pembinaan Usaha Kecil Menengah sangat diperlukan

    dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian semua pihak

    yang terlibat dalam pembinaan usaha kecil menengah harus memberikan

    dukungannya kepada pelaku usaha sehingga mereka dapat meningkatkan

    kesejahteraan hidupnya.

    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat kita ketahui bahwa ada pengaruh

    alokasi dana pembinaan UKM terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya di kota

    Medan. Ini mengisyaratkan bahwa dengan adanya alokasi dana pembinaan kepada

    UKM maka para pelaku UKM tersebut dapat menjalankan usahanya dengan modal

    yang cukup. Dengan modal yang cukup maka para UKM tidak perlu melakukan

    peminjaman dana untuk modal usaha sehingga mereka tidak perlu memikirkan

    pengembalian pinjaman dan bunganya. Dengan demikian maka keuntungan yang

    diperoleh dapat dikelola untuk meningkatkan usahanya dan juga kesejahteraan

    pelaku UKM tersebut. Bila pelaku UKM tersebut sejahtera maka masyarakat juga

    akan meningkat kesejahteraannya. Untuk itu pemerintah maupun swasta masih

    sangat perlu melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap alokasi dana

    pembinaan UKM ini, agar kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berbagai tahapan penelitian telah dilakukan untuk menjawab rumusan

    masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dari hasil perolehan data dan

    pengolahan data, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Alokasi dana pembinaan usaha kecil menengah di kota Medan telah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari pernyataan responden yang telah menerima dana

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    usaha kecil menengah. Pernyataan mereka sebahagian besar setuju dan

    menyatakan sangat setuju.

    2. Dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat juga sudah terlaksana dengan cukup baik, hal ini terlihat dari pernyataan para responden yang menyatakan

    sangat sangat setuju dan setuju sedangkan selebihnya menyatakan sangat tidak

    setuju tentang kesejahteraan masyarakat mulai dari peningkatan pendapatan,

    peningkatan kesehatan samapai kemapuan memenuhi kebutuhan hidup.

    3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alokasi dana pembinaan UKM berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat kota

    Medan.

    5.2. Saran

    Sebagaimana diketahui bahwa alokasi dana pembinaan usaha kecil

    menengah memiliki pengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka

    sebaiknya pemerintah dan lembaga-lembaga terkait lainnya lebih meningkatkan

    pengawasan dalam melakukan alokasi dana untuk pembinaan UKM tersebut. Selain

    itu juga harus ditingkatkan kegiatan untuk pembinaan usaha kecil menengah yang ada

    sehingga dana yang dialokasikan tersebut benar benar dapat digunakan untuk

    meningkatkan usaha mereka. Dengan meningkatnya usaha tersebut diharapkan dapat

    pula meningkatkan penghasilan masyarakat baik itu pelaku usaha maupun masyarakat

    sekitar.

    Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area survey dan jumlah

    sampel yang digunakan atau mencoba dengan responden yang lebih banyak atau para

    pelaku usaha kecil menengah diluar kota Medan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Basri, Yuswar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis

    Kebijakan Utang Luar Negeri. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

    Bazwir, Revvisoynd, 1999. Akuntansi Pemerintah Indonesia. Edisi Tiga BPFE

    Yogyakarta.

    Ichsan,M, Ratih., dan Trilaksono,N, 1997. Administrasi Keuangan Daerah:

    pengelolaan dan penyusunan APBD. Brawijaya University Pers, Malang.

    Indra ismawan, 2001. Sukses diEra Ekonomi Liberal. Grasindo, Jakarta.

    Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang, 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

    Akuntansi dan Manajemen. BPFE, Yogyakarta.

    Loekman Soetrisno, 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogjakarta.

    Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi, Yogyakarta.

    _________, 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi, Yogyakarta.

    Mariarosa Dalla Costa, 2000. Politik Strategi Ekonomi Internasional.Kalianamita,

    Jakarta.

    Muklis Rasyid, 1998.KUK ditengah gejolak moneter. Jakarta.

    Mohammad IkhSan, 1997. Profil Usaha Kecil dan Kebijakan Kredit Perbankan di

    Indonesia. LPM FE - UI, Jakarta.

  • Sinergi Peran Akuntan Dan Otoritas Jasa Keuangan Dalam Meningkatkan Transparansi Dan Akuntabilitas Pelaporan Keuangan

    Konferensi Ilmiah Akuntansi 1 2014, IAIKAPd Jakarta Banten Di Universitas Mercu Buana Jakarta 26-27 Februari 2014

    Republik Indonesia, 2001. Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000 tentang

    Pengelolahan dan Pertanggung Jawaban Anggaran.

    http://www.bakd.depdagri.go.id

    ________________ , 2001. Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 Tentang

    Tatacara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

    http://www.bpkp.go.id

    , 2004. Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

    Negara. Pustaka Pergaulan. Jakarta.

    http://www.bakd.depdagri.go.id/http://www.bpkp.go.id/