AKM

download AKM

of 13

description

Materi Akuntansi Keuangan Menengah dari SIMULTAX IMP 2016

Transcript of AKM

  • PRESENT

    UAS Ganjil 2016

    CP : 085749140152 (Devi)

    D3 Pajak Tingkat 2

    AKM

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 1

    I. PERSEDIAAN a. Bahan baku (direct material)

    Barang persediaan milik perusahaan yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan

    menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya

    persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat

    diandalkannya pihak pemasok serta tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan

    produksi.

    b. Barang dalam proses (work in proses)

    Adalah barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga

    persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang

    dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian

    barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya

    produksi. Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan

    menyempurnakan tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa

    dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.

    c. Barang jadi (finished goods)

    Adalah barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada

    persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi

    produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan cara

    mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil (marginal

    risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang

    dagang, manajer keuangan harus tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka

    menjualnya (dan tercatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi

    kas tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan resiko penagihan

    piutang.

    Metode Pencatatan Persediaan Barang Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu

    sebagai berikut ini.

    1) Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)

    Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (COGS) maka perhitungan kuantitas

    persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data atau catatan

    dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada

    kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang

    dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang,

    rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan

    laporan labarugi tidak atau kurang informatif.

    Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat

    diketahui sewaktu-waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir

    sudah dihitung. Di samping itu, karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan

    sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala

    tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.

    Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    Persediaan barang awal Rp xxx

    Pembelian xxx (+)

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 2

    Brg tersedia untuk dijual xxx

    Persediaan barang akhir xxx

    Harga Pokok Penjualan Rp xxx

    2) Metode Perpetual

    Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang,

    karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat

    diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan

    catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan yang

    rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah persediaan adalah kalau

    menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname (metode fisik).

    Perbedaan perhitungan atau pencatatn antara metode stock opname (metode fisik) dengan

    metode perpetual dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

    TRANSAKSI

    METODE FISIK METODE PERPETUAL

    Pada saat pembelian barang dagangan

    Pembelian xxx Persediaan brg dgng xxx

    Kas/Utang xxx Kas/ Utang xxx

    Pada saat penjualan barang dagangan

    Kas/piutang xxx Kas/Piutang xxx

    Penjualan xxx Penjualan xxx

    _ Harga Perolehan xxx Persediaan brg dgng xxx

    Retur Penjualan Retur Penjualan xxx Piutang xxx

    Retur penjualan xxx Piutang xxx

    Persediaan brg dgng xxx Harga perolehan xxx

    Retur Pembelian Utang Dgng xxx Retur Pemb xxx

    Utang Dagang xxx Retur Pembelian xxx

    Penyesuaian Ikhtisar L/R xxx Prsdiaan brg dgng xxx

    Persediaan brg dgng xxx Ikhtisar L/R xxx

    _

    Metode Penentuan Harga Pokok Penjualan 1) Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) ini terdapat dua sistem

    pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga

    cara penilaian persediaan, yaitu:

    a. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama (MPKP) Metode ini menyatakan bahwa

    persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih

    dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir

    masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan

    berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli.

    b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama (MTKP) Metode ini menyatakan bahwa

    persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu,

    sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang

    awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir

    yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah.

    c. Metode Rata-rata (average method)

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 3

    Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai

    persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai

    harga pokok penjualan dan laba kotor.

    2) Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

    Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu:

    a. Lower Cost of Market

    Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan

    dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari

    metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar (replacement

    value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh

    lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling

    limit).

    b. Gross Profit Method

    Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan

    karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi

    bencana kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada persentase laba

    kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang

    dilakukan adalah:

    1) mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,

    2) menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah

    diketahui, dan

    3) menghitung estimasi nilai persediaan akhir dengan mengurangkan harga pokok penjualan

    terhadap penjualan.

    c. Retail Method

    Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai

    persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilai persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui

    dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan

    pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian rasio yang

    diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    Persediaan akhir menurut harga pokok =

    x Persediaan akhir menurut eceran

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 4

    II. PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG

    Yang dimaksud dengan penilaian persediaan barang dagang adalah menentukan nilai persediaan yang

    dicantumkan dalam neraca. Persediaan akhir bisa dihitung harga pokokny menggunakan beberapa

    cara penentuan harga pokok persediaan akhir, tetapi nilai ini tidak terlalu nampak dalam neraca,

    jumlah yang ditampilkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan:

    1) Metode Harga Pokok

    Dalam metode ini harga pokok persediaan akhir akan dicantumkan dalam neraca. Di sini tidak ada

    perbedaan antara harga pokok persediaan dan nilai persediaan dalam neraca. Harga pokok

    persediaan barang dapat dilakukan dengan cara MPKP (FIFO), rata-rata tertimbang, MTKP (LIFO)

    atau yang lain dan hasilnya dicantumkan dalam neraca tanpa perubahan. PSAK N0. 14 tidak

    membenarkan digunakannya metode harga pokok untuk menentukan nilai persediaan dalam

    neraca.

    2) Metode Harga Pokok atau Nilai Realisasi yang Lebih Rendah

    Nilai realisasi bersih merupakan batas maksimum yang diperkenankan untuk mencantumkan

    persediaan dan disebut batas atas (ceiling). Nilai realisasi bersih dikurangi laba normal merupakan

    batas minimum di mana nilai persediaan barang tidak boleh lebih rendah.

    Untuk menentukan dengan nilai berapakah persediaan barang yang akan dicantumkan dalam

    neraca, pertama kali dibandingkan antara harga pokok dengan nilai realisasi bersih, dipilih yang

    lebih rendah. Jumlah yang lebih rendah tersebut kemudian dibandingkan dengan batas atas dan

    batas bawahnya. Apabila jumlah yang lebih rendah tersebut masih dalam batas-batas atas dan

    bawah maka nilai persediaan dalam neraca adalah jumlah yang lebih rendah tersebut. Tetapi

    apabila jumlah yang lebih rendah tersebut di luar batas atas dan batas bawah, maka persediaan

    akan dinilai dengan batas atas atau batas bawah.

    3) Metode Laba Bruto (Laba Kotor)

    Menentukan jumlah persediaan dengan metode laba bruto, biasanya dilakukan dalam keadaan-

    keadaan sebagai berikut ini.

    a. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang diperlukan untuk menyusun laporan-laporan

    jangka pendek, di mana perhitungan fisik tidak mungkin dijalankan.

    b. Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar dan menentukan jumlah

    barang sebelum terjadinya kebakaran. Perhitungan ini sering diperlukan untuk menentukan

    besarnya klaim terhadap perusahaan asuransi. Dalam keadaan seperti ini metode laba bruto

    dapat digunakan bila sebagian catatan-catatan yang diperlukan ada dan tidak musnah terbakar.

    c. Untuk mengecek jumlah persediaan yang dihitung dengan cara-cara lain, disebut test laba

    bruto.

    d. Untuk menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba bruto. Taksiran ini

    dihitung sesudah dibuat budget penjualan.

    Dalam metode laba bruto, pertama kali harus ditentukan besarnya persentase laba bruto.

    Persentase ini bisa didasarkan pada penjualan atau harga pokok penjualan. Biasanya persentase

    laba bruto ditentukan dengan menggunakan data tahun-tahun lalu. Sesudah persentase laba bruto

    diketahui, kemudian dikalikan pada penjualan dan hasilnya dikurangkan pada penjualan, sehingga

    dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan selisih antara harga pokok penjualan dengan

    barang-barang yang tersedia untuk dijual merupakan persediaan akhir.

    Contoh penggunaan metode laba bruto adalah sebagai berikut:

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 5

    Persediaan barang awal Rp100.000,00

    Pembelian (netto) 400.000,00

    Penjualan (netto) 300.000,00

    (1) Misalnya laba bruto sebesar 25% dari penjualan, maka:

    Penjualan = 100%

    Laba bruto = 25%

    Harga Pokok Penjualan = 75%

    Persediaan barang akhir periode dihitung sebagai berikut:

    Persediaan awal Rp100.000,00

    Pembelian (netto) 400.000,00

    Barang tersedia untuk dijual Rp500.000,00

    Penjualan Rp300.000,00

    Laba bruto (25% x Rp300.000,00) 75.000,00

    Taksiran Harga Pokok Penjualan 225.000,00

    Taksiran nilai persediaan akhir Rp275.000,00

    (2) Misalnya laba bruto sebesar 40% dari harga pokok penjualan maka

    Harga Pokok Penjualan = 100%

    Laba bruto = 40%

    Penjualan = 140%

    Persediaan barang akhir periode dihitung sebagai berikut:

    Persediaan awal Rp100.000,00

    Pembelian (netto) 400.000,00

    Barang tersedia untuk dijual Rp500.000,00

    Penjualan Rp300.000,00

    Laba bruto:

    (40/140 x 100% x Rp300.000,00) 85.7110,00

    Taksiran Harga Pokok Penjualan 214.290,00

    Taksiran nilai persediaan akhir Rp285.710,00

    4) Metode Harga Eceran (Retail Inventory Method)

    Metode harga eceran biasanya digunakan dalam toko-toko yang menjual bermacam-macam

    barang secara eceran, termasuk toko serba ada. Dalam perusahaan-perusahaan seperti itu

    biasanya digunakan metode fisik untuk pencatatan persediaan karena metode buku akan

    menimbulkan banyak pekerjaan. Metode harga eceran ini memungkinkan dihitungnya jumlah

    persediaan tanpa mengadakan perhitungan fisik. Metode ini bias digunakan untuk :

    a. Menaksir jumlah persediaan barang untuk penyusunan laporan keuangan jangka pendek

    b. Mempercepat perhitungan fisik, karena jumlah yang dihitung itu dicantumkan dengan harga

    jualnya, maka untuk mengubahnya ke harga pokok ialah dengan mengalikannya dengan

    presentase harga pokok tanpa perlu memperhatikan masing-masing fakturnya.

    c. Mutasi barang dapat diawasi yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan fisik yang dinilai

    dengan harga jual dengan hasil perhitungan dari metode harga eceran.

    Metode persediaan eceran (retail inventory method), mensyaratkan bahwa pencatatan dilakukan

    atas dasar:

    a. Total biaya dan nilai eceran dari barang yang dibeli

    b. Total biaya dan nilai eceran barang yang tersedia untuk dijual.

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 6

    c. Penjualan periode berjalan

    Ada beberapa versi metode persediaan eceran yaitu:

    a. Metode Konvensional, yaitu nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.

    b. Metode Biaya

    c. Metode Eceran LIFO

    d. Metode Eceran LIFO nilai-dolar

    Konsep Metode Harga Eceran

    Dalam praktek, harga jual sering kali di-markup atau di-markdown.

    Bagi peritel, istilah di markup berarti markup tambahan atas harga eceran awal. Sedangkan

    pembatalan markup (markup cancellations) adalah penurunan harga barang dagang yang

    sebelumnya telah di markup di atas harga eceran awal.

    Dalam pasar kompetitif, peritel seringkali perlu menggunakan markdown yakni penurunan harga

    jual awal. Hal ini mungkin diperlukan karena adanya penurunan tingkat harga umum, penjualan

    khusus, kerusakan barang, kelebihan persediaan, dan persaingan. Sedangkan Pembatalan

    markdown (markdown cancellation) terjadi apabila markdown kemudian di offset oleh kenaikan

    harga barang yang sebelumnya sudah di markdown seperti setelah penjualan satu hari.

    Metode Persediaan Eceran dengan Markup dan Markdown Metode Konvensional

    Metode ini dirancang untuk memperkirakan nilai terendah antara biaya rata-rata dan harga pasar.

    Pos-pos khusus yang berhubungan dengan metode Eceran :

    Metode persediaan eceran menjadi lebih rumit apabila pos-pos seperti transportasi masuk, retur

    pembelian dan pengurangan harga, dan diskon pembelian terlibat. Dalam metode eceran, kita

    memperlakukan pos-pos semacam itu sebagai berikut:

    a. Biaya pengangkutan (freight cost) diperlakukan sebagai bagian dari biaya pembelian.

    b. Retur Pembelian (purchase return) biasanya dipandang sebagai pengurang baik pada biaya

    maupun harga eceran.

    c. Diskon pembelian dan pengurangan harga (purchase discount and allowances) biasanya

    dipandang sebagai pengurang biaya pembelian.

    Perlu diingat bahwa retur penjualan dan pengurangan harga (sales return and allowance)

    dipandang sebagai penyesuaian terhadap penjualan kotor, namun diskon penjualan (sales

    discount) tidak diakui apabila penjualan dicatat sebagai penjualan kotor.

    Selain itu, sejumlah pos-pos khusus juga memperlukan analisis yang seksama, diantaranya :

    a. Transfer-masuk (transfer-in) dari departemen lain, misalnya harus dilaporkan dengan cra yang

    sama seperti pada pembelian dari perusahaan lain.

    b. Kekurangan normal (normal shortages) bisa disebabkan pecah, rusak, hilang, atau aus. Biaya

    semacam ini harus dicerminkan dalam harga jual karena kekurangan dalam jumlah tertentu

    dipandang normal dalam perusahaan eceran. Akibatnya, jumlah ini tidak diperhitungkan dalam

    menghitung rasio biaya terhadap harga eceran. Hal ini akan ditunjukkan sebagai pengurangan

    terhadap penjualan yang sama untuk mendapatkan persediaan akhir menurut harga eceran.

    c. Kekurangan abnormal (abnormal shortages)

    d. Diskon untuk karyawan (employee discount)

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 7

    Contoh perhitungan persediaan akhir dengan metode harga eceran.

    Harga eceran Harga pokok

    Persediaan barang awal Rp 100.000,00 Rp 60.000,00

    Pembelian (netto) 1.100.000,00 780.000,00

    Barang tersedia untuk dijual 1.200.000,00 840.000,00

    Penjualan 1.040.000,00

    Persediaan barang akhir Rp 160.000,00

    Persentase harga pokok:

    (Rp 840.000,00 : Rp1.200.000,00) x 100% = 70%

    Persediaan barang akhir dengan harga pokok : 70% x Rp160.000,00 = Rp112.000,00

    III. PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT

    Property, plant dan Equipment merupakan fixed assets atau aset tetap (sering juga disebut plant

    assets) merupakan asset berwujud yang digunakan untuk proses produksi, rental, atau kegunaan

    administratif. Property, plant dan equipment diekspektasikan untuk digunakan lebih dari satu periode

    atau untuk long term period. fixed assets ini terbagi atas tanah, bangunan (kantor, pabrik), dan

    peralatan (peralatan pabrik,furniture). Adapun karakteristik dari plant assets ialah (1) digunakan untuk

    proses produksi, bukan untuk dijual kembali (2) kegunaannya jangka panjang dan biasanya mengalami

    depresiasi (3) wujudnya nyata atau tangible.

    Acquisition Of Property, Plant, and Equipment Akuisisi property plant dan equipment biasanya menggunakan metode historical cost. perusahaan

    mencatat fixed assets apabila fixed asset tersebut (1) dapat diukur secara reliable dan (2) diperkirakan

    akan mendapatkan benefit ekonomi di masa depan. Adapun yang tercatat sebagai fixed assets ialah

    (1) harga pembelian, meliputi biaya impor, pajak pembelian yang tidak bisa dikembalikan, diskon

    pejualan/pembelian dan potongan harga (2) Biaya yang tersangkut paut dengan pengiriman seperti

    biaya kirim.

    Cost of Land

    Cost tanah ialah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah agar siap

    digunakan seperti pembelian tanah, biaya administratif tanah, perubuhan bangunan lama dll. Hal

    hal yang digolongkan sebagai kos tanah ialah hal hal yang berhubungan langsung dengan persiapan

    agar tanah siap di pakai. Sisa barang perubuhan bangunan lama yang sekiranya masih bisa

    digunakan dianggap sebagai pengurangan harga dari tanah. Terdapat juga special assesment untuk

    pengembangan lokal tanah tersebut seperti jalan, lampu jalan, sistem drainase yang juga tergolong

    sebagai kos tanah. Yang tidak termasuk kedalam kos tanah iyalah biaya biaya yang dikeluarkan

    namun bersifat jangka pendek seperti pagar, tempat parkir dll. Jika tujuan tanah lebih ke spekulatif,

    maka akan digolongkan ke investment. Jika akan dijual lagi tergolong inventory.

    Cost of Building

    Kos yang memiliki relasi dengan akuisisi atau konstruksi. Termasuk didalamnya material, labor,

    biaya overhead yang dikeluarkan selama produksi. Selain itu juga termasuk profesional fee dan

    biaya surat izin bangunan. Untuk sebuah bangunan lama yang masih berdiri di satu lahan tanah

    yang akan dihancurkan untuk dibangun bangunan baru merupakan tergolong kos dari tanah.

    Cost of Equipment

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 8

    Yang termasuk sebagai kos peralatan ialah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi yang

    berhubungan dengan peralatan seperti harga beli, biaya kirim peralatan, instalasi peralatan, dan

    biaya percobaan peralatan yang tidak terbatas asalnya baik delivery equipment, peralatan kantor,

    mesin, furniture dll.

    Self-Constructed Assets

    Apabila perusahaan memiliki aset sendiri (PP&E) maka perusahaan tersebut harus mengalokasikan

    cost and expense yang dibutuhkan untuk memaintain aset tersebut sampai umurnya habis. Biaya

    yang dibutuhkan meliputi:

    a. Materials and Direct Labor

    b. Overhead

    Interest Cost During Construction

    Terdapat tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung bunga yang didapatkan dalam

    membiayai konstruksi, yaitu :

    a. Capitalize no interest during construction

    b. Capitalize actual costs incurred during construction

    c. Capitalize all costs of funds

    Untuk mengimplementasikan tiga pendekatan yang digunakan tadi, perusahaan harus

    mempertimbangkan tiga hal

    a. Qualifying Assets

    b. Capitalization Period

    c. Amount to capitalize

    Valuation Of Property, Plant, and Equipment Perusahaan harus mencatat aset tetap sesuai dengan fair value dari apa yang mereka korbankan atau

    sesuai dengan fair value saat mereka menerima aset tersebut.

    POTONGAN HARGA

    Perusahaan mengakui potongan harga sebagai pengurangan harga beli aset. Terdapat pandangan

    apabila perusahaan tidak mengambil potongan harga tersebut, perusahaan tetap harus

    mengurangi biaya yang digunakan untuk mendapatkan aset tersebut. Namun, pandangan lain

    mengatakan bahwa kegagalan memperoleh potongan harga mengindikasikan kesalahan

    manajemen atau ketidakefisienan. Saat ini, perusahaan-perusahaan menggunakan kedua metode

    tersebut, walaupun sebagian besar perusahaan lebih memilih metode yang sebelumnya.

    DEFERRED-PAYMENT CONTRACTS

    Untuk menunjukkan biaya yang sebenarnya, perusahaaan mencatat aset yang dibeli dengan

    kontrak kredit jangka panjang pada present value-nya, pada saat tanggal transaksi terjadi. Apabila

    tingkat bunga tidak dicantumkan, atau tingkat bunga yang diberikan tidak masuk akal, perusahaan

    dapat menentukan tingkat bunga yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan tingkat

    bunga yang akan dinegosiasikan oleh penjual dan pembeli saat melakukan transaksi peminjaman.

    Perusahaan menggunakan harga pertukaran kas daari aset yang telah dicatat (jika dapat

    ditentukan) sebagai dasar pencatatan aset dan mengukur elemen bunganya.

    LUMP-SUM PURCHASES

    - Perusahaan membeli beberapa jenis aset dalam satu harga

    - Apabila perhitungan digunakan, maka untuk menilai setiap aset tetap digunakan relative fair

    value

    - Perusahaan membeli beberapa jenis aset dalam satu harga

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 9

    - Apabila perhitungan digunakan, maka untuk menilai setiap aset tetap digunakan relative fair

    value

    ISSUANCE OF SHARES

    - Harga pasar dari saham yang dikeluarkan adalah indikasi yang sesuai dari biaya aset yang diakui

    - Saham ini merupakan ukuran yang baik untuk harga setara kas

    IV. PENYUSUTAN, PENURUNAN NILAI DAN DEPLESI

    Penyusutan-Metode Alokasi Biaya 1. Dasar penyusutan aktiva

    Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari faktor biaya awal dan juga faktor

    nilai residu. Nilai residu adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva tersebut dijual.

    Nilai residu atau nilai sisa merupakan jumlah dimana aktiva harus diturunkan nilainya atau

    disusutkan semala masa manfaatnya.

    2. Estimasi umumr pelayanan atau jasa

    3. Metode penyusutan

    Perusahaan umumnya menggunakan sejumlah metode dalam alokasi biaya penyusutan, yaitu:

    a. Metode aktivitas

    b. Metode garis lurus

    c. Metode beban menurun (jumlah-angka-tahun, metode saldo menurun)

    Masalah Penyusutan Khusus Beberapa masalah khusus yang berkaitan dengan penyusutan tetap adalah :

    Penyusutan dan Periode Parsial atau Sebaian

    Dalam menghitung beban penyusutan periode parsial, perusahaan harus menentukan beban

    penyusutan untuk setahun penuh dan kemudian merata-ratakan beban penyusutan ini pada dua

    periode yang terlibat. proses ini harus berlangsung selama manfaat aktiva.

    Penyusutan dan Penggantian Aktiva Tetap

    Penyusutan sama dengan beban lain yang mengurangi laba bersih. Perbedaannya dalah

    penyusutan tidak melibatkan arus kas keluar periode berjalan. Penyusutan tidak menyediaakn

    dana bagi penggantian aktiva. Dana untuk penggantian aktiva berasal dari pendapatan yang

    dihasilkan melalui penggunaan aktiva. Tanpa adanya pendapatan, tidak akan ada laba yang

    diwujudkan dan tidak akan ada arus kas masuk yang dihasilkan selama periode berjalan.

    Revisi Tarif Penyusutan

    Ketika aktiva tetap diakuisisi, tarif penyusutan ditentukan dengan hati-hati berdasarkan

    pengalaman masa lalu dengan aktiva sejenis dan informasin lainnya yang berkaitan. Akan tetapi,

    provisi untuk penyusutan hanya merupakan estimasi dan mungkin perlu untuk merevisinya selama

    umur aktiva kemunduran fisik yang tidak diharapkan atau keusangan yang tidak terduga dapat

    membuat masa manfaat aktiva lebih pendek daripada yang diestimasikan semula. Tidak ada

    perubahan yang harus dibuat atas hasil-hasil yang dilaporkan sebelumnya. Saldo awal tidak

    disesuaikan. Sehingga tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat perubahan estimasi terjadi.

    Beban penyusutan periode selanjutnya didasarkan pada pembagian nilai buku yang tersisa,

    dikurangi setiap nilai sisa dengan estimasi umur yang tersisa.

    Impairment (Penurunan Nilai)

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 10

    Penurunan nilai atau impairment terjadi apabila jumlah tercatat aktiva tidak dapat dipulihkan dan,

    oleh karena itu, perlu dihapuskan. Berbagai kejadian dan perubahan situasi mungkin akan mengarah

    pada suatu penurunan nilai, contohnya:

    a. Suatu penurunan nilai yang signifikan dalam nilai pasar suatu aktiva

    b. Suatu perubahan yang signifikan terjadi dalam jangka waktu aktiva tersebut dimanfaatkan

    c. Suatu perubahan terbalik yang signifikan dalam faktor-faktor hokum atau iklim usaha yang

    mempengaruhi nilai aktiva

    d. Suatu akumulasi biaya yang secara signifikan melebihi jumlah biaya awal yang diperkirakan untuk

    mengakuisisi atau membuat aktiva

    e. Suatu proyeksi atau peramalan yang menunjukkan kerugian terus-menerus yang berhubungan

    dengan aktiva

    Jika peristiwa atau perubahan situasi ini menunjukkan bahwa jumlah aktiva yang tercatat tidak dapat

    dipulihkan, maka pengujian atas kemampuan pemilihan akan digunakan untuk menentukan

    penurunan nilai. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan lebih kecil dari jumlah aktiva

    yang tercatat, maka nilai aktiva dianggap telah menurun. Sebaliknya jika jumlah arus kas bersih masa

    depan yang diharapkan sama dengan atau lebih besar dari jumlah aktiva yang tercatat, maka tidak ada

    penurunan nilai yang terjadi. Dasar pemikiran dari pengujian ini adalah asumsi dasar bahwa neraca

    harus melaporkan aktiva jangka panjang pada jumlah yang tidak melebihi jumlah tercatat yang dpat

    dipulihkan.

    Jika pengujian mengenai kemampuan pemulihan menunjukkan bahwa peurunan nilai telah terjadi,

    maka perusahaan telah mengalami kerugian. Kerugian penurunan nilai adalah jumlah dimana jumlah

    aktiva yang tercatat melebihi nilai wajarnya. Nilai wajar diukur atas dasar nilai pasar yang berlaku jika

    ada pasar aktif untuk aktiva terkait. jika tidak ada pasar aktif, maka nilai sekarang dari arus kas bersih

    masa depan yang diharapkan harus digunakan. Proses penentuan kerugian penurunan nilai adalah

    sebagai berikut :

    a. Menelaah kejadian atau perubahan situasi atas kemungkinan terjadinya penurunan nilai.

    b. Jika hasil penelaahan menunjukkan penurunan nilai, maka pengujian tentang kemampuan

    pemulihan akan diterapkan. Jika jumlah arus kas bersih masa depan yang diharapkan dari aktiva

    jangka panjang lebih kecil dari jumlah tercatat aktiva jangka panjang lebih kecil dari jumlah

    aktiva yang tercatat, maka suatu penurunan nilai telah terjadi.

    c. Dengan mengasumsikan terjadinya penurunan nilai suatu aktiva, kerugian penurunan nilai

    adalah jumlah dimana jumlah aktiva yang tercatat lebih besar dari nilai wajar aktiva terkait.

    Setelah kerugian penurunan nilai dicatat, maka penurunan nilai aktiva tercatat yang ditahan untuk

    digunakan akan menjadi dasar biaya yang baru. Akibatnya, dasar biaya baru ini tidak berubah kecuali

    untuk penyusutan atau amortisasi di periode masa depan atau penurunan nilai tambahan. Kerugian

    penurunan nilai tidak dapat direstorasi atas aktiva yang ditahan untuk digunakan. Dasar pemikiran

    untuk tidak mencatat nilai aktiva adalah bahwa dasar biaya baru menyebabkan aktiva yang diturunkan

    atas dasar yang sama dengan aktiva lainnya yang tidak menurun.

    Untuk kasus altiva yang ditahan untuk dilepaskan tidak akan disusutkan atau diamortisasi selama

    periode aktiva itu dimiliki. Dasar pemikirannya adalah bahwa penyusutan tidak konsisten dengan

    pendapat mengenai aktiva yang akan dilepaskan dan penggunaan mana yang terendah antara biaya

    atau nilai realisasi bersih. Dengan kata lain, aktiva yang ditahan untuk dilepaskan seperti persediaan

    harus dilaporkan pada mana yang terendah antara biaya atau nilai realisasi bersih. Suatu aktiva yang

    ditahan untuk dilepaskan dapat dicatat pada periode mendatang, selama pencatatan itu tidak pernah

    lebih besar dari nilai tercatat aktiva sebelum penurunan nilai. Kerugian atau keuntungan yang

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 11

    berhubungan dengan aktiva yang diturunkan ini harus dilaporkan sebagai bagian dari laba operasi

    berlanjut.

    V. DEPLESI

    Sumber daya alam dikarakteristikkan dengan dua fitur utama, yaitu penggunaan sepenuhnya aktiva

    tersebut, dan penggantian aktiva ini hanya dapat dilakukan oleh alam. Sumber daya alam di konsumsi

    secara fisik selama periode penggunaan dan tidak mempertahankan karakteristik fisiknya.

    Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor, yaitu biaya akuisisi deposit, biaya eksplorasi,

    biaya pengembangan, dan biaya restorasi.

    Biaya akuisisi adalah harga yang dibayarkan perusahaan untuk memperoleh hak property untuk

    mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum pernah ditemukan sebelumnya atau harga

    yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan. Biaya akuisisi sumber daya alam dicatat

    pada akun property yang belum dikembangkan, dan dibebankan ke sumber daya alam jika usaha

    eksplorasi berhasil. Apabila tidak berhasil maka biaya tersebut harus dihapus sebagai suatu kerugian.

    Sementara biaya eksplorasi adalah biaya seluruh yang diperlukan untuk menemukan suatu sumber

    daya alam. Biaya ini dibebankan ketika eksplorasi tersebut terjadi. Apabila biaya ini bersifat substansial

    dan risiko menemukan sumber daya idak pasti, maka kapitalisasi dapat dilakukan.

    Biaya pengembangan dapat berupa biaya peralatan berwujud dan tidak berwujud. Biaya peralatan

    berwujud termasuk semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan untuk

    mengembangkan sumber daya serta menyiapkannya.biaya ini tidak diperhitungkan dalam dasar

    deplesi, karena aktiva tersebut dapat berpindah lokasi ke lokasi lain. Sementara biaya peralatan tidak

    berwujud meliputi biaya pengeboran dan lain-lain. Biaya ini tidak memiliki karakteristik berwujud,

    tetapi dianggap sebagai bagian dari dasar deplesi. Sedangkan biaya restorasi adalah biaya yang

    terkadang keluar untuk merestorasi kembali property seperti pada kondisi semula setalah dilakukan

    pengembangan. Biaya ini adalah dasar dari deplesi. Jumlah yang dimasukkan dalam dasar deplesi ini

    adalah nilai wajar kewajiban untuk merestorasi property setelah dilakukannya pengembangan.

    Deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi yang berarti bahwa deplesi merupakan fungsi dari

    jumlah unit yang ditambang selama periode berjalan. Dalam pendekatan ini, total biaya sumber daya

    alam dikurangi nilai sisa dibagi dengan estimasi jumlah unit yang berada dalam deposit sumber daya

    alam untuk memperoleh biaya per unit produk. Biaya per unit ini kemudian dikalikan dengan jumlah

    unit yang ditambang untuk menghitung deplesi. Akun persediaan didebit sebesar total deplesi tahun

    berjalan dan di sisi kredit akun akumulasi deplesi untuk mengurangi nilai tercatat sumber daya alam.

    Jumlah yang tidak dijual tetap berada pada persediaan dan dilaporkan pada kelompok aktiva lancar

    pada neraca.

    Perlakuan mengenai akuntansi deplesi mengalami hambatan ketika masalah-masalah dibawah ini

    timbul :

    a. Mengestimasi cadangan yang dpaat dipulihkan

    Masalah ini sama dengan akuntansi untuk perubahan estimasi umur manfaat pabrik dan peralatan.

    Prosedurnya adalah merevisi tingkat deplesi atas dasar prospektif dengan membagi biaya yang

    tersisa dengan estimasi baru cadangan yang dapat dipulihkan.

    b. Nilai penemuan

    Nilai penemuan adalah istilah yang lebih luas yang berkaitan dengan keseluruhan daerah sumber

    daya alam. Apabila standar akuntansi yang berlaku diubah agar nilai penemuan dapat dicatat, maka

    suatu akun aktiva akan didebit dan akun apresiasi yang belum direalisasi akan dikredit. Apresiasi

  • Divisi Pendidikan IMP | CP : 085749140152 (Devi) 12

    yang belum direalisasi merupakan bagian dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan

    mentransfer ke pendapatan sebagai sumber daya alam yang dijual.

    c. Aspek pajak dari sumber daya alam

    Peraturan pajak menetapkan pengurangan dari biaya atau persentase deplesi terhadap

    pendapatan minyak, gas, dan bahan mineral lainnya. Pajak yang dikenakan berkisar antara 5-22%

    dari pendapatan yang diterima. Akibatnya, jumlah deplesi akan melebihi biaya yang ditetapkan

    untuk sumber daya alam tertentu. Nilai tercatat akan menjadi nol, tetapi pengurangan deplesi akan

    tetap dilakukan jika perusahaan memiliki pendapatan kotor.

    d. Dividen likuidasi

    Dividen likuidasi dibayarkan kepada pemegang saham apabila perusahaan tidak membeli property

    tambahan sehingga perusahaan harus mendistribusikan investasi modalnya secara bertahap

    kepada para shareholder yang lebih besar dari jumlah akumulasi laba bersih. Masalahnya adalah

    membedakan antara dividen yang merupakan pengembalian modal atau bukan. Perusahaan yang

    menerbitkan dividen likuidasi harus mendebit agio saham untuk bagian yang berhubungan dengan

    investasi awal dan bukan ke laba ditahan, karena dividen tersebut adalah pengembalian sebagian

    dari kontribusi awal investor.

    Analisis 1. Rasio perputaran aktiva

    Rasio perputaran aktiva mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan aktivanya untuk

    menghasilkan penjualan. Rasio ini ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan rata-rata

    total aktiva selama periode berjalan. Jumlah yang dihasilkan adalah jumlah dolar penjualan yang

    diproduksi oleh setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktiva.

    =

    2. Rasio marjin laba terhadap penjualan

    Rasio marjin laba tehadap penjualan digunakan untuk menganalisisn penggunaan property, pabrik,

    dan peralatan. Rasio ini dihitung dengan cara laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Dengan

    menghubungkan marjin laba terhadap penjualan dengan perputaran aktiva selama satu periode,

    kita dapat memastikan seberapa menguntungkan aktiva digunakan selama periode tertentu.

    =

    =

    3. Tingkat pengembalian atas Aktiva

    Tingkat pengembalian atas aktiva dapat secara langsung dihitung dengan membagi laba bersih

    dengan rata-rata total aktiva. Tingkat pengembalian identik dengan tingkat pengembalian yang

    dihitung dengan mengalikan marjin laba terhadap penjualan dengan perputaran aktiva. Tingkat

    pengembalian atas aktiva merupakan pengukuran yang baik bagi profitabilitas karena

    mengkombinasikan pengaruh marjin laba dan perputaran aktiva.

    =