aklimatisasi

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemindahan plantet dari media tumbuh in vitro ke rumah kaca memerlukan penanganan khusus. Akar yang terbentuk selama regenerasi in vitro (dalam botol) mudah terserang patogen. Selain itu akar-akar tersebut belum berfungsi semestinya dan lemah sehingga mudah mati bila ditanam secara in vitro (di luar botol) yang transpirasinya terlalu tinggi. Untuk menstimulir terbentuknya akar yang dapat berfungsi dengan baik, perlu dilakukan regenerasi akar secara in vivo sebagai pengganti akar yang terbentuk secara in vitro (Darmono, 2003). Selain akar, daun-daun yang terbentuk secara in vitro belum dapat beradaptasi dengan baik karena helaiannya tipis dan lunak serta kemampuan fotosintesisnya rendah. Di samping itu, stomata (mulut daun) belum berfungsi dengan baik dan lapisan lilin kutikula tidak berkembang baik sehingga proses transpirasi menjadi tinggi bila ditanam secara in vivo (Darmono, 2003). Pelaksanaan propagasi tanaman dapat dikelompokkan menjadi empat tahap. Tahap pertama ialah overplanting dan pengeluaran bibit dari botol. Tahap kedua, budi daya dalam komuniti pot. Pada tahap ini tanaman belum

Transcript of aklimatisasi

Page 1: aklimatisasi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemindahan plantet dari media tumbuh in vitro ke rumah kaca

memerlukan penanganan khusus. Akar yang terbentuk selama regenerasi in vitro

(dalam botol) mudah terserang patogen. Selain itu akar-akar tersebut belum

berfungsi semestinya dan lemah sehingga mudah mati bila ditanam secara in vitro

(di luar botol) yang transpirasinya terlalu tinggi. Untuk menstimulir terbentuknya

akar yang dapat berfungsi dengan baik, perlu dilakukan regenerasi akar secara in

vivo sebagai pengganti akar yang terbentuk secara in vitro (Darmono, 2003).

Selain akar, daun-daun yang terbentuk secara in vitro belum dapat

beradaptasi dengan baik karena helaiannya tipis dan lunak serta kemampuan

fotosintesisnya rendah. Di samping itu, stomata (mulut daun) belum berfungsi

dengan baik dan lapisan lilin kutikula tidak berkembang baik sehingga proses

transpirasi menjadi tinggi bila ditanam secara in vivo (Darmono, 2003).

Pelaksanaan propagasi tanaman dapat dikelompokkan menjadi empat

tahap. Tahap pertama ialah overplanting dan pengeluaran bibit dari botol. Tahap

kedua, budi daya dalam komuniti pot. Pada tahap ini tanaman belum mampu

untuk mandiri. Di dalam botol, bibit hidup berdesak-desakan satu dengan yang

lain dan pada komuniti pot pun, kebiasaan seperti itu masih terus berlanjut. Tahap

ketiga, budi daya dalam pot. Dalam pot ini tanaman sudah dapat dilatih untuk

mempertahankan hidupnya sendiri. Tahap keempat, pemeliharaan tanaman

dewasa. Tahap terakhir ini merupakan tahap yang paling berat, sebab bila faktor-

faktor lingkungan tidak terpenuhi secara optimum, tanaman-tanaman tersebut

tidak bisa berkembang dan tumbuh dengan sehat ( Hendaryono, 1998).

Maka dilakukanlah praktikum aklimatisasi, dengan tujuan praktikan dapat

menerapkan secara langsung cara melakukan aklimatisasi plantet dari lingkungan

kultur ke lingkungan luar.

Page 2: aklimatisasi

1.2 Tujuan

untuk mengetahui teknik aklimatisasi tanaman Anthurium cubense /cebensa

untuk mendapatkan media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan

untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan

dan keberhasilan aklimatisasi.

Page 3: aklimatisasi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kultur Jaringan

Dalam rangka pengembangan dan pembiakan tanaman, manusia terus

melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan tanaman yang

mempunyai sifat unggul. Salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

adalah kultur jaringan. Kultur jaringan berasal dari kata tissue culture atau culture

in vitro yang artinya budidaya jaringan (Santosa, 2005).

Prinsip kultur jaringan adalah mengambil sebagian jaringan tanaman,

kemudian menumbuhkannya didalam media buatan, sehingga tumbuh menjadi

tanaman yang sempurna. Jaringan tertentu pada tanaman, seperti ujung akar,

pucuk, kambium, tunas yang masih kecil, dan tumor tanaman ternyata bisa

ditanam di dalam media kultur buatan. Dalam kutur jaringan, sel-sel meristematik

yang belum berdiferensiasi akan dipacu untuk mendeferensiasikan diri.

Deferensiasi dimulai dengan pembentukan meristem baru yang akan terbentuk

organ tanaman, seperti akar, batang, tunas, daun, sehingga tumbuh menjadi

tanaman yang sempurna. Caranya adalah dengan memodifikasi media tumbuh

dengan menambahkan zat-zat dan hara yang dapat memacu pertumbuhan. Zat

tersebut diantaranya gula (sukrosa, glukosa, atau fruktosa), vitamin, hormon

tumbuh, asam amino, persenyawaan organik, dan mineral lainnya. Cara seperti ini

dikenal dengan prinsip totipotensi sel (Santosa, 2005).

Kultur jaringan telah populer digunakan untuk pengembangbiakan

tanaman. Metode ini digunakan karena banyak manfaat yang dapat diperoleh,

antara lain sebagai berikut:

1. Dihasilkan populasi tanaman dalam jumlah besar

2. Kultur jaringan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sukar

diperbanyak dengan metode konvensional, seperti stek dan cangkok.

3. Dihasilkan tanaman bebas virus dengan cara penumbuhan sel bebas virus dari

tanaman induk yang terserang atau terinfeksi virus

4. Kultur jaringan dapat dilakukan setiap saat atau tidak tergantung musim

Page 4: aklimatisasi

5. Dapat dibuat variasi genetik melalui manipulasi sel genetik, seperti hibridisasi

atau fusi dua sel somatik baik interspesifik maupun intraspesifik.

Sel didalam jaringan tanaman mempunyai sifat berdiri sendiri dan

mempunyai susunan gen. Jika sel tersebut dipisahkan dari induknya dan tanaman

di media yang cocok akan tumbuh menjadi tanaman baru. Hal inilah yang

dilakukan pada kultur jaringan. Bagian atau potongan tanaman yang digunakan

sebagai sumber kultur jaringan ini disebut dengan eksplan. Umumnya, semua

jaringan tanaman tersebut mudah ditumbuhkan. Karenanya bagian tanaman yang

sebaiknya digunakan adalah yang sedang mengalami pertumbuhan pesat atau

sebagai pusat pertumbuhan. Bagian tanaman tersebut diantaranya meristem,

pucuk tanaman, daun muda, dan tunas muda dari buku tanaman. Selain itu, dapat

juga berupa bagian-bagian bunga seperti antera, ovari, kelopak, dan mahkota

bunga yang masih muda (Santosa, 2005).

Untuk mendukung pertumbuhan eksplan dalam kultur jaringan, diperlukan

media tanam yang memiliki unsur-unsur yang diperlukan oleh eksplan untuk

tumbuh. Jumlah dan komposisi unsur tersebut harus seimbang. Untuk membantu

pembentukan klorofil dan protein, mempertinggi aktivitas pembentukan jaringan

meristematik, serta mentranslokasikan karbohidrat, diperlukan unsur mineral

makro dan mikro dalam jumlah yang tepat dan seimbang. Sumber energi yang

dibutuhkan berupa zat gula, yakni sukrosa, fruktosa, atau glukosa, vitamin yang

diperlukan antara lain tiamin, piridoksin, asam nikotin, dan asam askobat.

Pertumbuhan eksplan juga membutuhkan asam amino, basa nitrogen, zat pengatur

tumbuh, dan senyawa padat. Penambahan air kelapa ke dalam media juga bisa

meningkatkan daya tumbuh eksplan karena air mengandung beberapa mineral dan

asam amino yang dibutuhkan tanaman (Santosa, 2005).

Aklimatisasi merupakan saat paling kritis dalam perbanyakan tanaman

secara kultur in vitro karena peralihan dari heterotrhop ke autotroph. Organisme

heterotroph adalah organisme yang kebutuhan makanannya memerlukan satu atau

lebih senyawa karbon organik, makanannya tergantung pada hasil sintesis

organisme lain. Adapaun organisme autotroph adalah organisme yang membuat

makanannya dari zat-zat anorganik (Darmono, 2003).

Page 5: aklimatisasi

Penanganan bibit pada tahap aklimatisasi yang kurang baik dapat

mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, faktor-faktor yang perlu diperhatikan

saat bibit dikeluarkan dari kondisi steril ke semisteril antara lain sebagai berikut:

1) Lingkungan sekitar tempat penanaman harus dijaga, kelembapan harus tinggi

(±85%), suhu relatif rendah (27-29oC).

2) Naungan diperlukan agar intensitas cahaya matahari dan butiran-butiran air

hujan yang deras berkurang.

3) Bibit dalam keadaan sehat dan kuat dengan perakaran yang baik.

4) Saat dikeluarkan dari dalam botol kultur ke media semisteril, bibit harus

dalam keadaan bersih dari media agar, terutama akarnya.

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian bibit saat penanganan

aklimatisasi antara lain sebagai berikut:

1) Terjadinya proses transpirasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan

hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman

2) Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis

3) Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh mikroorganisme (Darmono, 2003).

Dalam memilih dan mencari komposisi medium yang cocok sering kali

dilakukan beberapa kali percobaan. Agar sel, jaringan, dan organ dapat tumbuh

dengan baik, diperlukan suatu medium yang mempunyai komposisi unsur-unsur

hara dalam bentuk garam, zat pengatur tumbuh, hormon, atau vitamin yang tepat.

a. Garam-garam anorganik

Garam anorganik terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro seperti N, P, K,

Ca, Mg, Na, S, Mn, Fe, Zn, Cu dan Cl. Masing-masing unsur tersebut mempunyai

peranan penting dalam pembentukan klorofil dan protein, mempertinggi aktivitas

pembentukan jaringan meristematik, serta mentranslokasikan karbohidrat.

Kekurangan unsur-unsur esensial akan menimbulkan gejala yang disebut penyakit

fisiologis. Gejala tersebut akan hilang bila dipindahkan ke dalam medium yang

mengandung semua unsur yang dibutuhkan.

b. Sumber energi

Sumber energi yang dibutuhkan pada umumnya dalam bentuk gula seperti

sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Senyawa tersebut selain sebagai sumber energi,

Page 6: aklimatisasi

juga sebagai bahan pembentuk sel-sel baru yaang dalam konsentrasi cukup tinggi

dapat merangsang perakaran.

c. Vitamin

Vitamin yang diperlukan antara lain tiamin, piroksin, asam nikotin, dan asam

askobat.

d. Asam amino

Asam amino yang biasa digunakan antara lain glisin, sistein, arganin, tirosin,

triptofan, dan kasein hidrolisat. Vitamin dan asam-asam amino tersebut berfungsi

sebagai kofaktor dalam pembentukan enzim, menstimulir proliferasi jaringan dan

memperlancar respirasi.

e. Basa nitrogen

Basa nitrogen yang sering digunakan dalam kultur jaringan ini adalah

adeninde.

f. Zat pengatur tumbuh

Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yaitu dari kelompok auksin

(IAA, IBA, NAA, dan 2,4-D), kelompok sitokinin (kinetin, BAP, zeatin, iso-

pentanil adenine, dan BA), dan asam giberelet. Aktivitas zat pengatur tumbuh

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain cahaya, suhu, dan proses oksidasi.

Pada perbandingan konsentrasi yang seimbang antara auksin dengan

sitokinin akan menstimulir pembentukan protocorm like bodies. Bila

konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan sitokinin, auksin akan menstimulir

pembentukan akar. Sebaliknya, konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi

dibandingkan auksin akan menstimulir pembentukan tunas.

g. Persenyawaan organik kompleks

Persenyawaan organik kompleks yang umum digunakan adalah air kelapa,

tomat, pisang, ekstrak ragi, dan fish emulsion. Penggunaan senyawa organik

untuk merangsang pembelahan sel dan mendorong proses diferensiasi. Di

samping itu, senyawa organik juga merupakan sumber hara dan sebagai suau zat

yang dapat menstimulir pertumbuhan.

Page 7: aklimatisasi

h. Bahan pemadat

Sebagai bahan pemadat diperlukan agar-agar sepeti buatan Bacto, Difco,

batang, atau sejenisnya. Konsentrasi yang digunakan berkisar 6-7 gram tergantung

jenisnya.

i. Arang aktif

Arang aktif berfungsi menyerap senyawa-senyawa fenol yang keluar dari luka

bekas potong.

j. Bahan pelarut

Ada beberapa macam medium yang digunakan untuk memperbanyak

tanaman seperti medium Murashige and Skoog (1962), Liensmayer and Skoog

(1965), White, Vacin and Wenn (1949). Dalam kultur jaringan, ada dua macam

bentuk medium, yaitu medium cair dan medium padat.

- Medium cair

Penggunaan medium cair ada keuntungan dan kerugiannya. Keuntungannya

antara lain untuk memperluas terjadinya hubungan antara medium dengan

permukaan jaringan, menambah terjadinya oksigen bagi respirasi jaringan,

mengencerkan terbentuknya oksidasi senyawa fenol, menghindari terjadinya

polaritas, dan zat-zat dapat menyebar secara merata (homogen). Adapaun

kerugiannya antara lain diperlukan pengocokan terus-menerus agar terjadi aerasi

dan diperlukan shaker, padahal daya tampung shaker terbatas.

- Medium padat

Keuntungan dari penggunaan medium padat antara lain, tidak memerlukan

shaker. Adapun kerugianya yaitu hanya sebagian eksplan yang berhubungan atau

kontak dengan medium. Pertumbuhan eksplan menjadi terhambat karena ada

akumulasi senyawa fenol yang keluar pada luka bekas potong. Seperti dalam

persiapan medium untuk biji yang ditanam dalam kultur in vitro, medium dalam

perbanyakan kultur jaringan juga perlu larutan baku dahulu lalu disimpan dalam

freezer sebelum digunakan (Darmono, 2003).

Page 8: aklimatisasi

BAB IIIMETODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kultur Jaringan tentang Aklimatisasi dilaksanakan pada tanggal

27 April 2011, di Laboratorium Kultur Jaringan dan Green House Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam aklimatisasi antara lain : beaker glass, botol

selai, gelas plastik, pinset, dan kamera.

Bahan yang digunakan dalam aklimatisasi antara lain: planlet Anthurium

cebensa, fungisida, bakterisida, pupuk gandasil D, alkohol 70%, aquades steril,

cocopeat, dan kertas label.

3.3 Cara Kerja

Dikeluarkan plantet dari dalam botol dengan cara bagian pangkal ditarik

lebih dahulu dengan menggunakan pinset.

Dicuci dan dibersihkan plantet dari media agar, terutama bagian akar. Pada

waktu pencucian diusahakan jagan ada bagian tanaman yang terluka

karena akan menimbulkan infeksi.

Direndam dengan aquadest steril selama 5 menit.

Setelah dicuci, plantet direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida

selama 30 menit.

Disiapkan media tumbuh yang akan digunakan seperti cocopeat, dan

disemprot dengan pupuk gandasil sebelum digunakan.

Ditanam plantet dalam pot yang sudah diisi media cocopeat lalu disiram

dengan air.

Diletakkan plantet ditempat yang agak teduh atau terlindung dari cahaya

matahari dan air hujan secara langsung.

Setelah satu minggu, plantet ditempatkan di green house. Lalu diamati

persentase hidupnya setiap minggu selama 4 minggu.

Page 9: aklimatisasi

3.4 Bagan kerja

Dibersihkan

3.5 Pengamatan

Pengamatan prktikum Aklimatisasi yaitu presentase hidup tanaman

Anthurium cebensa selama 4 minggu , yaitu: 100%

Dikeluarkan plantet dari dalam botol dengan menggunakan pinset

Direndam dalam larutan fungisida dan bakterisida

Ditanam plantet dalam pot yang sudah diisi media cocopeat

Plantet disemprot dengan pupuk gandasil

Diletakkan plantet ditempat yang agak teduh atau terlindung dari cahaya matahari secara langsung dan air hujan.

Plantet ditempatkan di green haouse dan diamati selama 4 minggu

Page 10: aklimatisasi

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Gambar. Tanaman Anthurium cebensa yang siap aklimatisasi

Gambar Tanaman Anthurium cebensa dalam media cocopeat

4.2 Pembahasan

Prinsip kultur jaringan adalah mengambil sebagian jaringan tanaman,

kemudian menumbuhkannya di dalam media buatan, sehingga tumbuh menjadi

tanaman yang sempurna. Jaringan tertentu pada tanaman, seperti ujung akar,

pucuk, kambium, tunas yang masih kecil.

Page 11: aklimatisasi

Aklimatisasi adalah pemindahan tanaman dari lingkungan steril (in vitro)

kelingkungan semisteril sebelum dipindahkan ke lapangan. Aklimatisasi

merupakan saat paling kritis dalam perbanyakan tanaman secara kultur in vitro

karena peralihan dari heterotrhop ke autotroph. Organisme heterotroph adalah

organisme yang kebutuhan makanannya memerlukan satu atau lebih senyawa

karbon organik, makanannya tergantung pada hasil sintesis organisme lain.

Adapaun organisme autotroph adalah organisme yang membuat makanannya dari

zat-zat anorganik (Darmono, 2003).

Keuntungan menanam dengan kultur jaringan antara lain :

1. Dihasilkan populasi tanaman dalam jumlah besar

2. Kultur jaringan dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman yang sukar

diperbanyak dengan metode konvensional, seperti stek dan cangkok.

3. Dihasilkan tanaman bebas virus dengan cara penumbuhan sel bebas virus dari

tanaman induk yang terserang atau terinfeksi virus

4. Kultur jaringan dapat dilakukan setiap saat atau tidak tergantung musim

5. Dapat dibuat variasi genetik melalui manipulasi sel genetik, seperti hibridisasi

atau fusi dua sel somatik baik interspesifik maupun spesifik

Faktor-faktor yang mempengaruhi aklimatisasi, antara lain:

1. Terjadinya proses transpirasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan

hilangnya kandungan air dalam jaringan tanaman.

2. Bibit belum atau kurang mampu melakukan proses fotosintesis.

3. Terjadinya busuk atau kontaminasi oleh mikroorganisme.

Adapun faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan

aklimatisasi yaitu sebagai berikut:

1. Keasaman (pH)

Keasaman (pH) adalah nilai yang menyatakan derajat keasaman atau

kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan

kadar dari ion H dalam larutan. Nilai di dalam pH berkisar antara 0 (sangat

asam) sampai 14 (sangat basa), sedangkan titik netralnya adalah pada pH=7.

Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik kultur jaringan

mempunyai toleransi pH yang relatif sempit dengan titil optimal antara pH

Page 12: aklimatisasi

5,0 dan 6,0. Bila eksplan sudah mulai tumbuh, pH dalam lingkungan kultur

dalam media kultur jaringan mempunyai peran yang sangat penting dalam

menstabilkan pH. Penyimpangan pH dalam medium yang mengandung

garam tinggi kemungkinan terjadi lebih kecil, karena kapasitas buffernya

lebih besar. Kapasitas kultur sel untuk penggunaan NH4+ sebagai satu-satunya

sumber N tergantung pada pengaturan pH dari medium di atas 5.

Pengukuran pH dapat dilakukan dengan pH meter, atau bila

menginginkan yang lebih praktis dan murah dapat digunakan kertas pH. Bila

ternyata pH medium masih kurang dari normal, maka dapat ditambahkan

KOH 1-2 tetes. Sedangkan apabila pH melampaui batas normal dapat

dinetralkan dengan meneteskan HCL.

2. Kelembaban

Kelembaban relatif (RH) lingkungan biasanya mendekati 100%. RH

sekeliling kultur mempengaruhi pola pengembangan. Jadi, pengaturan RH

pada keadaan tertentu memerlukan suatu bentuk diferensiasi khusus.

3. Cahaya

Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan

organogenesis. Cahaya ultra violet dapat mendorong pertumbuhan dan

pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intensitas yang rendah.

Sebaliknya, pada intensitas yang tinggi proses ini akan terhambat.

Pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap.

4. Temperatur

Temperatur yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang

optimum umumnya adalah berkisar di antara 200-300C. Sedangkan temperatur

optimum untuk pertumbuhan kalus endosperm adalah sekitar 250C. Faktor

lingkungan, di samping faktor makanan (media tanam) yang cocok, dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi.

2. Tinjauan umum tanaman Anthurium cubenses

Anthurium cubense dapat tumbuh baik secara terestrial spesimen epifit.

Merupakan tanaman yang tumbuh pada tanaman, tangkai daun dan daun dibagi

Page 13: aklimatisasi

menjadi pelepah pendek. Pelepah pendek, kaku atau fleksibel batang tergantung

pada jenis penampang sangat berbeda. pisau daun jarang tipis memiliki berbagai

macam bentuk: biasanya sederhana dan elips untuk lanset, sering kali dengan

basis berbentuk hati, dan kadang-kadang lobed palmate, Pisau daun mengganggu

jaringan dengan mengangkat pelepah dan sebagian besar lateral basal pembuluh

darah sering membentuk saraf umum di sepanjang tepi daun (Anonim, 2011).

Adapun klasifikasi dari Anthurium cubense sebagai berikut:

Kingdom :Plantae Subkingdom :TracheobiontaSuperDivisi :SpermatophytaDivisi :Magnoliophyta Kelas :Liliopsida SubKelas :ArecidaeOrdo :AralesFamili :Araceae Genus :AnthuriumSpesies : Anthurium cubense (Anonim, 2011).

Media yang digunakan dalam aklimatisasi tanaman Anthurium adalah

dengan menggunakan cocopeat yang sudah dikeringkan. Cocopeat adalah media

tanam yang dihasilkan dari sabut kelapa, cocopeat memiliki kemampuan mengikat

air yang sangat baik. Ruang pori di antara partikel cukup besar sehingga

porositasnya masih cukup baik. Karena sifarnya ini, penggunaan cocopeat

sebaikkya tidak diikuti dengan penyiraman yang berlebihan. Kelebihan air bisa

menyebabkan bahan ini mudah membusuk dan mengundang penyakit, cocopeat

memiliki sifat yang mudah lapuk. Karenanya, penggantian media juga harus lebih

sering dilakukan. Kelebihan media ini pada unsur hara yang dikandungnya. Media

ini masih mengandung unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium

(Mg), kalium (K), natrium (Na), Dan fosfor (P) (Wiryanta, 2007).

Fungsi dari fungisida adalah untuk mencegah terjadinya serangan jamur pada

tanaman, media tanam maupun pot perlu direndam dalam fungisida terlebih

dahulu, fungisida yang digunakan yaitu Banlate, Sedangkan fungsi dari

bakterisida adalah untuk mencegah terjadinya serangan bakteri pada tanaman

anthurium.

Alasan perlunya dilakukan aklimatisaisi antara lain:

Page 14: aklimatisasi

untuk mengetahui teknik aklimatisasi tanaman Anthurium cubense /cebensa

untuk mendapatkan media yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan

untuk mengetahui pengaruh media aklimatisasi terhadap pertumbuhan dan

keberhasilan aklimatisasi.

Page 15: aklimatisasi

BAB VPENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Teknik aklimatisasi tanaman Anthurium cubense /cebensa: pemeriksaan

perakaran plantet, dilakukan seleksi kultur, dan kultur yang akan

dikeluarkan diberi intensitas cahaya yang tinggi selama 1-2 minggu.

- Media tanam yang sesuai adalah cocopeat karena memiliki kemampuan

mengikat air yang sangat baik. Cocopeat memiliki sifat yang mudah lapuk.

Kelebihan media ini pada unsur hara yang dikandungnya. Media ini masih

mengandung unsur hara esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg),

kalium (K), natrium (Na), Dan fosfor (P).

- Faktor yang mempengaruhi keberhasilan aklimatisasi antara lain:

Keasaman (pH), kelembaban, cahaya, dan temperatur.

5.2 Saran

Dapat digunakan media lain seperti, media arang kayu, arang batok kelapa,

media pakis, batu bata dan lain sebagainya.

Page 16: aklimatisasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. www.exoticrainforest.com/Anthurium cubense.html . Diaskes pada tanggal 5 Juni 2011.

Darmono, W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hendaryono, S. 1998. Budidaya Anggrek dengan Bibit Dalam Botol Yogyakarta: Kaninus.

Santoso, A. 2005. Panduan Budi Daya Perawatan Anggrek. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Wiryanta, W. 2007. Media Tanam Untuk Tanaman Hias. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Page 17: aklimatisasi

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Pengamatan prktikum Aklimatisasi yaitu presentase hidup tanaman Anthurium

cebensa selama 4 minggu, yaitu:

jumlahtanaman yang tumbuh

jumlah seluruh tanamanx100 % ¿

33

x100 % = 100%

Page 18: aklimatisasi

LAMPIRAN FOTO

Gambar 1. gandasil, fungisida, dan bakterisida

Gambar 2. Plantet Anthurium Cebensa

Gambar 3. Penanaman plantet ke media sabut kelapa