Akhir Pesan Atmo Rindu Ibu

4
AKHIR PESAN ATMO RINDU IBU oleh Aryzon3 Sebuah dusun yang terletak di daerah pegunungan, jauh dari hiruk pikuknya keramaian dan modernisasi manusia, hiduplah disebuah gubuk reot sepasang suami istri yang sangat menderita dan bahkan mungkin orang yang melihatnya akan menganggapnya hina. Pak Ardjo dan Bu Ardjo bertahun – tahun tidak mempunyai anak. Meski hidupnya hanya makan Singkong dan ketela tetapi mereka tetap rajin berdoa dan memohon kepada Tuhan agar diberikan anak yang soleha. Tidak terasa setahun berjalan Bu Ardjo menampakkan tanda – tanda bahwa dia mengandung seorang anak. Senang bercampur gembira Pak Ardjo menyambutnya. Dikala bulan sabit menyinarkan cahaya di langit lahirlah seorang putra yang sangat tampan. Atmo, nama anak itu terlahirkan. Senyum dan tawa mewarnai keluarga Ardjo. Tidak terlepas tangan Pak Ardjo untuk menimang, mengusap dan mencium keningnya. Seakan itulah karunia dari Tuhan karena telah diberikan seorang putra yang tampan. Satu, dua, tiga tahun berjalan Bu Ardjo tampak heran karena menandakan ada tingkah yang aneh dengan anaknya. Memang setelah beranjak usia tiga tahun ini Atmo terlihat seperti anak yang tidak normal. Perubahan ini juga tampak kepada Bu Ardjo yang tidak terlalu memperhatikan kehidupan anaknya lagi. Sedangkan Pak Ardjo jarang berada dirumah karena harus membanting tulang sebagai buruh tani di salah satu sawah milik seorang juragan di kampung sebelah sehingga kurang memperhatikan sekali anaknya. Setahun kemudian lahirlah seorang putri yang cantik, mungil dan lucu. Bu Ardjo memberikan nama Asih. Jika dibandingkan dengan Atmo perkembangan Asih lebih cerdas dan pintar. Ini terlihat sejak Asih sudah berusia dua tahun. Atmo yang terlihat semakin menampakkan idiotnya bertambah menjadi tersisihkan dari kehidupan keluarganya. Setiap Pak Ardjo mau membelikan baju baru untuk Atmo selalu dicegah oleh Bu Ardjo dengan alasan baju itu tidak cocok untuk Atmo. Semasa kecil sampai usia lima tahun Atmo hanya memiliki dua pasang pakaian lusuh, termasuk yang menempel dikulitnya itu. Sedangkan Asih sudah banyak memiliki baju baru dan bagus dalam ukuran sebagai anak orang miskin.

description

zczxcxzxzcxz

Transcript of Akhir Pesan Atmo Rindu Ibu

Page 1: Akhir Pesan Atmo Rindu Ibu

AKHIR PESAN ATMO RINDU IBUoleh Aryzon3

 Sebuah dusun yang terletak di daerah pegunungan, jauh dari hiruk pikuknya

keramaian dan modernisasi manusia, hiduplah disebuah gubuk reot sepasang suami istri yang sangat menderita dan bahkan mungkin orang yang melihatnya akan menganggapnya hina. Pak Ardjo dan Bu Ardjo bertahun – tahun tidak mempunyai anak. Meski hidupnya hanya makan Singkong dan ketela tetapi mereka tetap rajin berdoa dan memohon kepada Tuhan agar diberikan anak yang soleha.

 Tidak terasa setahun berjalan Bu Ardjo menampakkan tanda – tanda bahwa

dia mengandung seorang anak. Senang bercampur gembira Pak Ardjo menyambutnya. Dikala bulan sabit menyinarkan cahaya di langit lahirlah seorang putra yang sangat tampan. Atmo, nama anak itu terlahirkan. Senyum dan tawa mewarnai keluarga Ardjo. Tidak terlepas tangan Pak Ardjo untuk menimang, mengusap dan mencium keningnya. Seakan itulah karunia dari Tuhan karena telah diberikan seorang putra yang tampan.

 Satu, dua, tiga tahun berjalan Bu Ardjo tampak heran karena menandakan

ada tingkah yang aneh dengan anaknya. Memang setelah beranjak usia tiga tahun ini Atmo terlihat seperti anak yang tidak normal. Perubahan ini juga tampak kepada Bu Ardjo yang tidak terlalu memperhatikan kehidupan anaknya lagi. Sedangkan Pak Ardjo jarang berada dirumah karena harus membanting tulang sebagai buruh tani di salah satu sawah milik seorang juragan di kampung sebelah sehingga kurang memperhatikan sekali anaknya.

  Setahun kemudian lahirlah seorang putri yang cantik, mungil dan lucu. Bu

Ardjo memberikan nama Asih. Jika dibandingkan dengan Atmo perkembangan Asih lebih cerdas dan pintar. Ini terlihat sejak Asih sudah berusia dua tahun.

  Atmo yang terlihat semakin menampakkan idiotnya bertambah menjadi

tersisihkan dari kehidupan keluarganya. Setiap Pak Ardjo mau membelikan baju baru untuk Atmo selalu dicegah oleh Bu Ardjo dengan alasan baju itu tidak cocok untuk Atmo. Semasa kecil sampai usia lima tahun Atmo hanya memiliki dua pasang pakaian lusuh, termasuk yang menempel dikulitnya itu. Sedangkan Asih sudah banyak memiliki baju baru dan bagus dalam ukuran sebagai anak orang miskin.

  Semenjak muda Pak Ardjo memang sudah mengidap penyakit paru – paru

yang semakin hari bertambah parah. Keretakan keluarga ini bertambah runtuh dikarenakan Pak Ardjo mencapai parah sakitnya. Sebagai tulang punggung keluarga praktis segala kebutuhan keluarga menjadi terpuruk. Bertambahnya kesusahan ini berlanjut lagi dengan kedukaan meninggalnya Pak Ardjo karena penyakitanya yang telah kronis. Kedukaan selama satu bulan menggugahkan hati Bu Ardjo untuk meninggalkan gubuk tua itu menuju kota mengadu nasib.

  Saat siang hari tiba Atmo disuruh tidur dan Bu Ardjo menyelimutkan sehelai

selendang kusut ditubuhnya. Berangkatlah Bu Ardjo menuju kota bersama Asih meninggalkan Atmo yang telah tidur terlelap.

 Dikota Bu Ardjo bertemu dengan Pak Asmo yang baik hati dan taat

beribadah. Meskipun Bu Ardjo janda beranak satu tetapi Pak Asmo mau menerima Bu Ardjo apa adanya. Setelah menikah dengan Pak Asmo yang hidup serba cukup dari hasil kerjanya sebagai wiraswastawan segala kebutuhan keluarga dapat

Page 2: Akhir Pesan Atmo Rindu Ibu

terpenuhi. Mulai kebutuhan moral dan material tercukupi. Patut disyukuri Bu Ardjo bertemu dengan Pak Asmo yang dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Begitu juga dengan Asih semakin tumbuh besar dan semakin terlihat kecerdasannya. Dibandingkan dengan Atmo kakak kandungnya jauh sekali perbedaannya. Bila dinilai dengan dengan itungan mungkin bisa dikatakan Asih bernilai sembilan tapi bila Atmo hanya terhitung empat karena kemampuan berpikirnya yang lambat dan keliatan sekali seperti anak yang terbelakang.

  Kesehariannya Bu Ardjo hanya disibukkan oleh pekerjaan rumah tangga,

mulai mengurus kebutuhan rumah tangga, suami dan anak. Pekerjaan itu tidak ada yang terlewatkan. Bu Ardjo termasuk rajin orangnya dengan sudah lamanya hidup menderita di desa tapi perasaan itu masih melekat dijiwanya. Jadi j ika usaha bisnis Pak Asmo mengalami krisis, Bu Ardjo dapat mengatur segala kebutuhan keluarga dengan seirit-iritnya.

  Diluar batas batas kehidupan Bu Ardjo dikota ada yang terlupakan. Siapa

lagi kalo bukan anaknya yang idiot si Atmo ditinggalkan begitu saja karena malu menanggung malu untuk mempunyai anak seperti dia. Suatu malam yang gelap dan hujan rintik – rintik diikuti suara petir yang bersahut – sahutan Pak Asmo mengajak Asih dan Bu Ardjo untuk tidur. Meskipun suasana malam itu enak untuk bertidur lelap bagi Pak Asmo, akan tetapi lain halnya dengan Bu Ardjo, terasa susah sekali untuk dapat memejamkan matanya. Ada sesuatu hal yang menghantui hidup dan perasaannya selama ini. Apa lagi kalau bukan karena mengapa dia tega meninggalkan Atmo hanya dengan sehelai selimut dalam tidur lelapnya sepuluh tahun yang lalu. Bagaimanakah keadaan Atmo saat ini, terbenak dalam hatinya. Terhentak Bu Ardjo dari tempat tidurnya disertai terbangunnya Pak Asmo dan menanyakan ada apa. Bu Ardjo menangis tersedu - sedu menceritakan semua masa lalu buruknya kepada Pak Asmo apabila dia masih mempunyai satu anak lagi. Bu Ardjo bersikeras untuk mencari Atmo malam hari itu juga tapi keinginan itu ditahan oleh Pak Asmo agar mencarinya di desa besok pagi saja. Bu Ardjo meratapi penyesalannya sepanjang malam itu. Pak Asmo berusaha menenangkannya dengan mengajak Bu Ardjo untuk sholat malam minta petunjuk kepadaNYA bahwa tidak ada manusia yang tidak terlepas dari kesalahan dan kekhilafan. Setelah hati Bu Ardjo agak tenang Pak Asmo mengajak Buk Asmo untuk tidur kembali. Meskipun sudah agak tenang setelah melakukan sholat malam, sepanjang malam Bu Ardjo tetap tidak bisa memejamkan matanya sampai pagi hari.

  Sehabis sholat shubuh Bu Ardjo bergegas menyiapkan perjalanannya

kembali ke desa diikuti dengan Pak Asmo. Dengan manaiki mobil pribadi Pak Asmo menuju desa yang berjarak ratusan kilometer, pagi – pagi buta itu juga Bu Ardjo dan Pak Asmo berangkat ke desa. Asih pun ditipkan kepada saudara Pak Asmo. Selama perjalanan Bu Ardjo gelisah memikirkan seperti apa Atmo sekarang. Pak Asmo sekali lagi berusaha membesarkan hatinya agar bersabar dan berdoa semoga Atmo baik – baik saja.

  Satu hari satu malam perjalanan ditempuh menuju ke desa dimana Keluarga

Ardjo berasal. Setibanya di rumah yang sepertinya telah tidak dirawat dan berpenghuni lagi, Bu Ardjo turun dari mobil memasuki rumah penderitaannya berusaha mencari masihkan ada orang yang menempatinya. Tatanan rumah itu masih seperti dikala ditinggalkannya dulu. Dia melihat sehelai kain selimut yang dia tinggalkan bersama Atmo diatas ranjang terbuat dari bambu. Meskipun kain selimut itu terlihat, terpikir oleh Bu Ardjo bahwa Atmo masih ada. Berlari dia mengelil ingi halaman disekitar rumah mencari dimana dirimu Atmo. Terisak menangis Bu Ardjo memegangi kain selimut itu karena tidak juga menemukan keberadaan Atmo. Pak Asmo memeluk Bu Ardjo agar jangan bersedih dulu bahwa kemungkinan Atmo tidak

Page 3: Akhir Pesan Atmo Rindu Ibu

t inggal dirumah ini lagi dan mungkin tinggal bersama salah satu penduduk desa. Pak Asmo mengajak Bu Ardjo kembali ke mobil dan mencari Atmo kelil ing desa.

  Saat menyusuri jalan desa mereka berpapasan dengan seorang nenek tua

Mbah Ratmo. Bu Ardjo bertanya kepadanya apakah nenek pernah melihat seorang anak kecil dirumah yang ditinggalkannya. Mbah Ratmo-pun bertanya anda ini siapa. Bu Ardjo menjawab bahwa dia adalah ibunya. Mbah Ratmo mendadak berubah mimik wajahnya yang sebelumnya ramah menjadi agak marah. Mbah Ratmo mengatakan bahwa Bu Ardjo adalah ibu terkeji di dunia. Tega meninggalkan Atmo seperti itu. Mbah Ratmo juga mengatakan bahwa meskipun dia hidupnya miskin akan tetapi semenjak ditinggalkan ibunya, setiap pagi dirinya memberikan makan. Atmo setiap hari hanya duduk didepan pintu. Meski hujan panas dia hanya menunggu kedatangan ibunya dan dia tidak mau meninggalkan tempatnya dalam sesaatpun, dia takut jika tiba - tiba nanti ibunya datang. Dari hasil belajar menulis dari Mbah Ratmo, Atmo meninggalkan pesan tulisan dalam secarik kertas apabila tiba – tiba nanti ibunya datang dan Atmo tidak ada. Mbah Ratmo memberikan pesan Atmo kepada Bu Ardjo. Pesan itu berisi “ IBU, ATMO SUDAH BISA MENULIS. ATMO BERHARAP IBU BISA MEMBACA TULISAN ATMO JIKA IBU PULANG. ATMO RINDU IBU DAN ASIH. ATMO KESEPIAN, IBU. ATMO MENUNGGU IBU DATANG SETIAP HARI. TAPI IBU TIDAK DATANG – DATANG. ATMO CINTA IBU DAN JUGA ASIH “. Menangis tersedu – sedu Bu Ardjo membacanya serta dia menanyakan dimana keberadaan Atmo sekarang. Mbah Ratmo menjawab bahwa kedatangannya terlambat. Atmo meninggalkan pesan ini kamaren saat dia telah menghembuskan nafas terakhirnya di depan pintu rumahnya saat menunggu – nunggu kedatangan ibundanya.

  Menjerit histeris Bu Ardjo menggema dikeheningan desa seakan dia tidak

bisa menebus semua penyesalannya.