ak...

105
i HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANGTUA DAN ANAK DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA AWAL PEREMPUAN SKRIPSI ELISABETH LASMIRA UTAMI 06.40.0030 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2010

description

a

Transcript of ak...

  • i

    HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANGTUA DAN

    ANAK DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA AWAL

    PEREMPUAN

    SKRIPSI

    ELISABETH LASMIRA UTAMI

    06.40.0030

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2010

  • ii

    HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANGTUA DAN

    ANAK DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA AWAL

    PEREMPUAN

    SKRIPSI

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan

    Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

    ELISABETH LASMIRA UTAMI

    06.40.0030

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    SEMARANG

    2010

  • iii

    HALAMAN PENGESAHAN

    Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi

    Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Pesyaratan Guna

    Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

    Pada tanggal:

    19 November 2010

    Mengesahkan

    Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    Dekan,

    (Dr. Kristiana Haryanti, M.Si)

    Dewan Penguji

    1. Dr. A. Rachmad Djati W., MS (..)

    2. Dra. Sri Sumijati, M.Si (..)

    3. Dra. R. A. Praharesti Eriany, M.Si (..)

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

    Tuhan ku Yesus Kristus.

    Bapak dan mama tercinta serta kakak-kakaku.

    My Lovely Pulung yang tak lelah mendampingi.

    Teman- teman yang terus mendukungku.

    Almamater tercinta UNIKA Soegijapranata

    Semarang.

  • v

    MOTTO

    Belajar ketika orang lain tidur,

    bekerja ketika orang lain bermalasan,

    dan bermimpi ketika orang lain berharap

    - William A. Ward -

  • vi

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Atas berkat Tuhan Yesus Kristus serta Bunda Maria karya yang

    sederhana ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Puji syukur penulis

    ucapkan kepada Allah Tuhanku dan juga bantuan dari berbagai pihak yang

    telah memberi dukungan secara moril maupun materiil.

    Pada kesempatan ini dengan segala bentuk kehormatan dan

    kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

    terimakasih kepada:

    1. Ibu Dr. Kristiana Haryanti, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

    2. Ibu Dra. Sri Sumijati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang

    selalu meluangkan waktu untuk penulis dan dengan penuh kesabaran

    membimbing, mengarahkan dan juga selalu memberikan dorongan,

    nasehat, dan semangat.

    3. Ibu Lita Widyo Hastuti, S.Psi, M.Si selaku dosen wali yang telah

    memberikan masukan kepada penulis selama masa studi.

    4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata yang selama ini

    telah memberikan ilmu dan pengetahuan.

    5. Seluruh staf Tata Usaha dan Pengajaran Fakultas Psikologi Universitas

    Katolik Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam segala

    urusan administrasi dan perijinan sehingga penulis dapat menyelesaikan

    studi dan penyusunan skripsi.

    6. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Katolik Soegijapranata

    Semarang yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan

    informasi yang mempercepat terselesainya skripsi.

  • vii

    7. Bapak Drs. G. Eko Djumino, selaku Kepala Sekolah SMP X

    Semarang yang telah memberikan ijin, bantuan dan kerjasamanya saat

    pengambilan data penelitian.

    8. Bapak dan Ibu guru serta siswa siswi kelas VII A, VII B, dan VII C atas

    bantuan dan kerjasamanya saat penelitian.

    9. Orangtuaku, terimakasih atas cinta, doa, dukungan moral dan material

    serta kesabarannya, maaf baru bisa selesai sekarang.

    10. Mami dan Papi Budi, terimakasih atas ilmu, dukungan dan cintanya

    yang telah diberikan untuk Mira.

    11. My lovely Pulung. Terimakasih karena sudah mau mendampingi Mira

    selama di Semarang dan terimakasih karena sudah memberikan Mira

    banyak semangat, dorongan, dan bantuan demi kelancaran skripsiku.

    Love u...

    12. Mas Dimas yang tak lelah memberikan les privat sama Mira....

    13. Untuk teman-teman seperjuanganku Jovita, Riris, Retha, Marini,

    Yohana, Christine, Arini, dan Ngkoh. Terimakasih atas dukungan,

    canda tawa, semangat, bantuan, dan kebersamaannya. Maaf sudah

    merepotkan banyak hal.

    14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Akhir kata penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh

    dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

    kritik demi kebaikan yang akan datang. Semoga karya sederhana ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Semarang, 2010

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

    MOTTO .......................................................................................................... v

    UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi

    DAFTAR ISI ...............................................................................................viii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

    B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6

    C. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

    1.Manfaat Teoritis ............................................................................... 7

    2.Manfaat Praktis ................................................................................. 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8

    A. Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ...................................... 8

    1.Pengertian Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ................. 8

    2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri .................. 12

    B. Komunikasi Orangtua dan Anak ....................................................... 18

  • ix

    1.Pengertian Komunikasi Orangtua dan Anak ................................. 18

    2.Komponen Dasar Komunikasi ....................................................... 21

    3.Bentuk-bentuk Komunikasi ........................................................... 22

    4.Aspek-aspek Komunikasi Orangtua dan Anak .............................. 23

    C.Hubungan Antara Komunikasi Orangtua dan Anak dengan

    Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ........................................... 25

    D.Hipotesis .............................................................................................. 28

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 29

    A. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 29

    B.Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 29

    1.Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ............................... 29

    2.Komunikasi Orangtua dan Anak ................................................. 30

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 31

    D.Metode Pengumpulan Data ............................................................... 31

    1.Skala kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ...................... 31

    2.Skala Komunikasi Orangtua dan Anak ....................................... 32

    E.Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 33

    1.Validitas Alat Ukur ...................................................................... 33

    2.Reliabilitas Alat Ukur .................................................................. 34

    F.Metode Analisis Data ......................................................................... 34

    BAB IVPERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN .................. 36

    A.Orientasi Kancah Penelitian .............................................................. 36

    B.Persiapan Penelitian ........................................................................... 37

    1.Penyusunan Alat Ukur ................................................................. 37

  • x

    2.Persiapan Ijin Penelitian .............................................................. 39

    C.Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 40

    D.Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 40

    BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 43

    A. Hasil Penelitian ................................................................................. 43

    1.Uji Asumsi ..................................................................................... 43

    2.Uji Hipotesis .................................................................................. 44

    B. Pembahasan....................................................................................... 45

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50

    A. Kesimpulan .................................................................................... 50

    B. Saran .............................................................................................. 50

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 51

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Blue Print Skala Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan ....... 32

    Tabel 2 Blue Print Skala Komunikasi Orangtua dengan Anak ................... 33

    Tabel 3 Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan .. 38

    Tabel 4 Sebaran Item Skala Komunikasi Orangtua dengan Anak ............... 39

    Tabel 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan Diri Remaja

    Awal Perempuan ................................................................................... 41

    Tabel 6 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Komunikasi Orangtua dan

    Anak ...................................................................................................... 46

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A Skala Penelitian ....................................................................... 54

    A-1 : Skala Kepercayaan Diri .................................................................. 55

    A-2 : Skala Komunikasi Orangtua dan Anak .......................................... 59

    LAMPIRAN B : Data Penelitian .................................................................. 62

    B-1 : Data Variabel Skala Kepercayaan Diri ........................................... 63

    B-2 : Data Variabel Skala Komunikasi Orangtua dan Anak .................... 66

    LAMPIRAN C : Uji Validitas dan Reliabilitas............................................ 69

    C-1 : Data Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kepercayaan Diri .......... 70

    C-2 : Data Uji Validitas dan Reliabilitas Skala KOmunikasi Orangtua dan

    Anak ................................................................................................ 75

    LAMPIRAN D : Uji Asumsi ........................................................................ 84

    D-1 : Uji Normalitas ................................................................................. 85

    D-2 : Uji Linieritas ................................................................................... 89

    LAMPIRAN E : Uji Hipotesis ..................................................................... 92

    LAMPIRAN F : Bukti Penelitian .................... Error! Bookmark not defined.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perubahan merupakan topik yang paling menarik untuk

    dibicarakan dimanapun dan kapanpun, karena perubahan terjadi setiap

    saat dalam rentang kehidupan manusia. Masa remaja merupakan salah

    satu tahap dari fase perubahan itu. Sebagian besar orang beranggapan

    bahwa masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan

    manusia, karena dalam masa ini terjadi perubahan baik fisik, psikologis,

    kognitif, sosial dan moral. Bahkan periode ini juga dikatakan sebagai

    periode yang penuh dengan tantangan, yang kadang menimbulkan

    problem beragam karena pada masa ini remaja sedang berusaha untuk

    mencapai kematangan perkembangan kepribadiannya, dengan cara

    mengenali, menyesuaikan, menerima dan menghargai diri mereka

    sendiri.

    Masa remaja adalah masa peralihan atau masa penghubung dari

    masa anak-anak menjadi dewasa. Roots (Hurlock, 1990, h.184)

    menyatakan bahwa periode remaja dimulai oleh masa puber dimana

    terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan

    reproduksi, yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam

    pertumbuhan somatik dan persektif psikologis. Pada satu hingga dua

    tahun awal memasuki masa remaja ini adalah masa yang sulit bagi

  • 2

    remaja untuk menyesuaikan dan menerima keadaan dirinya, karena

    banyak perubahan yang terjadi yang bersifat transisi dan tumpang

    tindih, dimana beberapa ciri biologis-psikologis kanak-kanak masih

    dimilikinya, sementara beberapa ciri biologis-psikologis remaja telah

    dimilikinya pula (Mappiare, 1982, h,28).

    Perubahan-perubahan yang demikian cepat akan mengakibatkan

    timbulnya masalah-masalah dan kesukaran-kesukaran yang bersifat

    pribadi dan sosial, terutama bagi remaja awal yang sedang mengalami

    perkembangan dan perubahan untuk menyesuaikan dirinya dengan

    lingkungan luar. Penyesuaian pribadi dan sosial akan besar pengaruhnya

    dalam pembentukan manusia menjadi matang atau dewasa.

    Pembentukan manusia menjadi matang atau dewasa diperlukan

    beberapa faktor pendukung, diantaranya rasa percaya diri yang tinggi

    (Gurrison dalam Mappiare, 1982, h. 156).

    Selain itu menurut Wilson (dalam Pudjijogyanti, 1988, h.24)

    pada umumnya laki-laki akan menunjukkan dorongan yang kuat untuk

    bekerja sedangkan perempuan akan menampakkan rasa kurang percaya

    diri pada kemampuannya, cenderung kurang berani untuk mewujudkan

    dan menampakkan kemampuannya. Hal ini disebabkan karena laki-laki

    pada dasarnya dituntut untuk berperan diluar rumah sejak kanak-kanak

    sehingga laki-laki menjadi lebih berani dalam menghadapi tantangan

    dan hal-hal baru. Sedangkan pada perempuan lebih banyak

    menghabiskan waktu di dalam rumah, sehingga perhatian diluar dirinya

    kurang dominan dibandingkan perhatian terhadap dirinya dan

  • 3

    lingkungan sekitar rumah saja. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir

    dan keinginan-keinginan perempuan. Perempuan cenderung menjadi

    seseorang yang perasa dan kurang yakin dalam menghadapi hal-hal

    baru. Hal ini didukung pendapat Dagun (1992, h. 3) ada beberapa

    karakteristik yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.

    Perempuan memiliki sifat feminim seperti cenderung sangat pasif, tidak

    terus terang, tidak percaya diri dan cenderung lemah lembut. Sedangkan

    laki-laki memiliki sifat maskulin seperti sangat agresif, sangat bebas,

    sangat dominan, sering menggunakan logika dan sangat percaya diri.

    Berdasarkan hasil observasi tanggal 4 Agustus 2010 di salah satu

    SMP swasta di kota Semarang peneliti melihat bahwa disekolah tersebut

    siswi-siswinya memiliki ketidak percayaan diri seperti dalam proses

    belajar mengajar dikelas para siswi menunjukkan sikap ragu-ragu dalam

    mengeluarkan pendapat mereka. Selain itu, hampir sebagian besar siswi

    ketika diminta maju ke depan kelas, mereka menunjukkan sikap gugup

    dan takut yaitu mereka menjadi tidak lancar dalam berbicara dan

    menjadi gelisah saat maju kedepan. Selanjutnya, saat jam istirahat,

    hambatan dalam bersosialisai dengan teman-temannya ada diantara

    mereka yang memilih untuk menyendiri dan tidak berbaur dengan

    teman-teman lainnya. Selain itu dari hasil wawancara dengan beberapa

    siswi mengenai hubungan dengan orangtua mereka terungkap bahwa

    remaja akan lebih senang bila orangtua mau mendengarkan segala

    masalah yang sedang dihadapi oleh remaja. Mereka juga

    mengungkapkan kurangnya keterbukaan dan adanya rasa malu atau tabu

    untuk menceritakan perubahan-perubahan yang dialami dengan

  • 4

    orangtuanya dan menurut hasil wawancara dengan guru BK, diketahui

    bahwa mayoritas siswa siswi disekolah tersebut memiliki keluarga yang

    bermasalah seperti orangtua sering bertengkar, anak sering dipukul oleh

    orangtuanya, dan ayah sering meninggalkan rumah.

    Mempercayai diri sendiri merupakan suatu proses kehidupan

    individu yang dimulai dengan pengenalan dan pemahaman terhadap diri

    sendiri. Sejauhmana individu mampu melihat keadaan diri dan

    memahami apa yang sedang terjadi serta apa hasil dari proses diri itu,

    akan terlihat dalam rasa percaya diri yang dimiliki. Kepercayaan diri

    merupakan keyakinan diri yang dimiliki individu dalam menangani

    segala situasi. Dengan adanya rasa percaya diri, individu tersebut akan

    mampu berperilaku seperti yang diharapkan (Hambly, 1989, h.3).

    Misiak dan Sexton (dalam Walgito,1993,h.7) menyatakan bahwa

    kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan

    lingkungannya, khususnya lingkungan sosialnya. Lingkungan yang

    kondusif dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk

    mengekspresikan ide-ide dan persaannya, menerima dan memberikan

    dukungan dan bantuan untuk orang lain, serta menerimadan

    memberikan umpan balik akan menumbuhkan rasa berarti bagi dirinya

    sehingga ia memiliki konsep diri yang positif. Individu yang memiliki

    konsep diri yang positif akan dapat menghargai dirinya, atau dengan

    kata lain memiliki harga diri yang tinggi. Apabila individu mempunyai

    harga diri yang positif, maka ia akan mempunyai kepercayaan diri yang

    positif pula.

  • 5

    Menurut Santrock (2003, h. 336-339) faktor yang mempengaruhi

    kepercayaan diri salah satunya adalah dari faktor orangtua dan keluarga.

    Dukungan orangtua seperti rasa kasih sayang, perhatian terhadap

    masalah yang dihadapi oleh anak, penerimaan dan memberikan

    kebebasan kepada anak-anaknya dengan batasan tertentu serta keadaan

    keluarga yang baik sangat mempengaruhi pembentukan rasa percaya

    diri seseorang. Hubungan yang baik dengan orangtua melalui proses

    komunikasi mampu meningkatkan dan memunculkan rasa percaya diri.

    Dengan adanya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak,

    maka akan dapat tercipta suatu hubungan yang baik di antara keduanya.

    Anak yang merasakan adanya dukungan dari orangtuanya akan tumbuh

    rasa percaya dirinya, namun seringkali dalam komunikasi antara

    orangtua dengan anak terdapat adanya kesalahpahaman dalam

    menanggapi suatu topik yang dibicarakan, sehingga komunikasi yang

    terjalin menjadi tidak efektif.

    Kebutuhan komunikasi merupakan kebutuhan vital dalam

    hubungan orangtua dan anak (terutama pada masa remaja). Bila

    orangtua menunjukkan pengertian maka remaja akan merasa dihargai,

    dihormati, dan diperhatikan. Orangtualah yang diharapkan anak sebagai

    teman berkomunikasi, karena hanya orangtualah yang paling dekat

    dengan anak dan dapat mendengarkan mereka dengan penuh perhatian

    dan orangtua juga yang paling mengerti sifat dari anak itu sendiri.

    Dalam usaha untuk mencari identitas diri tersebut, remaja

    berusaha membangun sebuah komunikasi dengan orangtua, teman, dan

    anggota masyarakat lainnya. Remaja ingin mendapatkan perhatian di

  • 6

    anatar sesama dan kelompok. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan

    maupun tertulis, tanda-tanda, lambang-lambang, maupun isyarat-isyarat.

    Komunikasi dilakukan baik secara tradisional maupun modern dengan

    alat-alat mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang mutakhir

    dan canggih.

    Di dalam berkomunikasi terdapat sifat yang saling terbuka antara

    satu sama lainnya. Selain itu dalam berkomunikasi dengan anak

    orangtua harus lebih terbuka dengan hal-hal apa saja yang harus

    diketahui oleh anak. Begitu juga sebaliknya remaja dapat lebih terbuka

    dengan orangtuanya untuk membicarakan segala masalah yang sedang

    dihadapinya. Dengan adanya sikap terbuka maka komunikasi antara

    orangtua dan anak menjadi lebih harmonis dan lebih baik.

    Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

    meneliti hubungan antara komunikasi orangtua dan anak dengan

    kepercayaan diri remaja awal perempuan.

    B. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini

    adalah untuk mengetahui secara empiris hubungan antara komunikasi

    orangtua dan anak dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan.

  • 7

    C. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada

    dunia ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang psikologi

    perkembangan tentang hubungan antara komunikasi orang tua dan

    anak dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini akan memberikan informasi bagi orangtua dan anak

    agar dapat meningkatkan kepercayaan diri pada remaja awal

    perempuan.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    1. Pengertian Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    Bandura (dalam Tomlinson dan Keasey, 1985, h. 637)

    menjelaskan bahwa kepercayaan diri didefinisikan sebagai suatu

    keyakinan seseorang untuk mampu berperilaku sesuai dengan yang

    diharapkan dan diinginkan dan keyakinan seseorang bahwa dirinya

    dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan sesuatu yang

    positif. Definisi ini sesuai yang diungkapkan oleh Branden, Misiak

    dan Sexton (dalam Walgito, 1993, h. 7) bahwa kepercayaan diri

    adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam

    dirinya. Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri,

    untuk melakukan segala yang kita inginkan dan butuhkan dalam

    hidup.

    Selanjutnya, menurut Brenneche (dalam Tanaja, 1993, h.

    30), harapan dan keinginan sebagai standar hidup dan standar

    berperilaku tersebut ditentukan sendiri oleh mereka yang memiliki

    rasa percaya diri, relatif tanpa bantuan, atau campur tangan orang

    lain. Hal demikian dapat terjadi karena orang yang percaya diri

    memiliki rasa aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam

    kehidupannya, sehingga ia mampu menentukan standar hidupnya

  • 9

    sendiri tanpa perlu membandingkan dirinya dengan orang lain

    dalam menentukan standar tersebut.

    Lebih lanjut Lautser (2002, h. 14-15) menyatakan bahwa

    kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas

    kemampuan sendiri, sehingga individu dapat bebas memilih hal-hal

    yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan tindakan-

    tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Rubin

    (dalam Sari, 2006, h. 20) mengungkapkan bahwa kepercayaan diri

    memberikan kekuatan dalam menentukan langkah dan merupakan

    faktor utama dalam mengatasi masalah. Tanpa kepercayaan diri

    individu tidak mungkin dapat mengambil keputusan, melainkan

    akan merasa ragu dengan apa yang dikerjakannya. Apabila inividu

    tidak punya kepercayaan diri berarti dia akan kehilangan langkah

    untuk memperkuat harga diri dan meningkatkan kepercayaan diri.

    Hal ini sesuai dengan pendapat Hooper (dalam Tanaja, 1993,

    h. 30) bahwa orang yang percaya diri mampu menerima masalah

    atau keadaan yang tidak menyenangkan lalu menyelesaikannya.

    Sedangkan orang yang tidak percaya diri selalu menyalahkan orang

    lain atas kesalahan yang diperbuat dan terlalu bergantung pada

    orang lain.

    Di samping itu, Brigham (1991, h. 103-104) juga

    mengatakan bahwa kepercayaan diri merupakan perluasan dari diri

    (self) yang berkembang akibat adanya interaksi dan situasi tertentu

    yang dialami oleh individu. Timbulnya kepercayaan diri diawali

    oleh adanya pengalaman sosial. Melalui pengalaman sosial tersebut

  • 10

    segala informasi mengenai self didapat. Pengalaman sosial

    merupakan media terjadinya perbandingan sosial. Melalui

    perbandingan sosial, evaluasi mengenai kemampuan. Pola pikir,

    perasaan, sifat-sifat diri dibandingkan dengan yang dimiliki oleh

    orang lain, sehingga tercapai apa yang disebut harga diri (self

    esteem). Harga diri merupakan salah satu modal dalam kepribadian

    individu untuk membentuk dan mengembangkan kepercayaan diri.

    Batasan remaja menurut Mappiare (1982, h. 27) terletak

    pada usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi perempuan dan 13 tahun

    sampai 22 tahun bagi laki-laki, maka remaja awal berada dalam

    usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun. Sementara awal

    masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 atau 17

    tahun menurut Hurlock (1990, h.206). Peneliti menggabungkan

    kedua teori tentang batasan usia remaja diatas, sehingga dalam

    penelitian ini siswi yang menjadi subyek penelitian adalah mereka

    yang masih tergolong dalam masa remaja awal, yaitu berusia antara

    12 14 tahun.

    Gejala yang banyak terjadi pada masa remaja awal

    diantaranya:

    a. Keinginan untuk menyendiri (desire for isolation)

    b. Kegelisahan (restlessness)

    c. Pertentangan sosial (social antagonism)

    d. Kepekaan perasaan (heightened emotionality)

    e. Kurang percaya diri (lack of self-confidence)

  • 11

    Selain gejala negative phase, terdapat pula ciri-ciri khas

    remaja awal, diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi

    Menurut Hall (dalam Mappiare, 1982, h. 32) menyebut

    masa ini sebagai perasaan yang sangat peka, remaja mengalami

    badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya.

    b. Kematangan alat reproduksi

    Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan

    remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Pubertas (puberty)

    ialah suatu periode dimana kematangan seksual terjadi secara

    pesat terutama pada remaja awal gejala ini ditandai dengan

    menarche atau haid pertama pada perempuan dan mimpi polusi

    atau mimpi basah pada anak laki-laki.

    c. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya

    Berdasarkan ciri-ciri di atas, menjadikan remaja awal

    sebagai masa dimana individu yang banyak menghadapi

    masalah. Sebab lain adalah sifat emosional remaja awal.

    Penyebab dari banyaknya masalah bagi remaja awal ada;ah

    berkurangnya bantuan atau komunikasi orangtua atau orang

    dewasa.

    Dari uraian disimpulkan bahwa kepercayaan diri remaja

    awal perempuan adalah perasaan yakin atas kemampuan diri pada

    perempuan yang berusia antara 12-14 tahun.

  • 12

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

    Menurut Frieda (dalam Cakradhita, 2007, h.20) faktor-faktor

    yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu:

    a. Keluarga

    Kepercayaan diri sebenarnya terbangun melalui proses dari hari

    ke hari selama masa hidup seseorang. Di sini keluarga yang

    terdiri dari ayah, ibu, ataupun saudara adalah sebagai landasan

    dasar yang membangun dan membentuk seseorang sebagai suatu

    individu yang memiliki karakteristik tertentu. Dengan adanya

    hubungan yang baik antar anggota keluarga khususnya orangtua

    melalui proses komunikasi diharapkan mampu meningkatkan dan

    munculnya pandangan positif akan rasa percaya diri.

    b. Lingkungan

    Perlakuan, anggapan dan penilaian yang diterima seseorang

    terutama di dalam sebuah lingkungan yang jauh lebih besar dari

    keluarga, dalam hal ini adalah masyarakat, akan membentuk

    kriteria penilaian seseorang terhadap suatu masalah baik yang

    bersangkutan dengan dirinya atau orang lain.

    c. Kematangan emosi

    Emosi adalah bagian yang terpenting di dalam pertumbuhan

    seseorang sebagai individu, dimana emosi inilah yang terkadang

    sangat berperan dalam hal penegasan identitas diri, dan

    pembentukan citra diri.

  • 13

    d. Pengalaman masa lalu

    Pengalaman yang terjadi dimasa lalu dapat mempengaruhi pola

    pikir dan pandangan individu tentang bermacam-macam hal,

    baik yang berasal dari diri sendiri (mengalami sendiri) atau juga

    yang berasal dari orang lain.

    e. Penerimaan diri

    Orang yang dapat menerima keadaan dirinya biasanya akan

    cenderung mempunyai kepercayaan diri (self confident), karena

    ia merasa yakin bahwa ia cukup handal atau ia bisa menerima

    apapun pandangan orang terhadapnya, sehingga tidak merasa

    terganggu dengan kekurangan-kekurangan atau kelebihan yang

    ada pada dirinya sehingga ia dapat menerima kelebihan dan

    kekurangan tersebut sebagai bagian dari dirinya yang utuh.

    Menurut Santrock (2003, h. 336-339) faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepercayaan diri adalah:

    a. Penerimaan sosial atau penilaian teman sebaya

    Seseorang yang mendapatkan dukungan sosial dari teman sebaya

    secara positif maka akan lebih percaya diri dalam melakukan

    sesuatu, karena penerimaan sosial atau penilaian teman sebaya

    yang positif akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap

    suatu obyek secara positif.

    b. Faktor orangtua dan keluarga

    Dukungan orangtua seperti rasa kasih sayang, perhatian terhadap

    masalah yang dihadapi oleh anak, penerimaan dan memberikan

    kebebasan kepada anak-anaknya dengan batasan tertentu serta

  • 14

    keadaan keluarga yang baik sangat mempengaruhi pembentukan

    rasa percaya diri seseorang. Dengan adanya hubungan yang baik

    dari orangtua melalui proses komunikasi mampu meningkatkan

    rasa percaya diri pada anak.

    c. Prestasi

    Seseorang yang memiliki kecerdasan dan wawasan yang tinggi

    akan menghasilkan suatu prestasi yang baik dan meningkat

    sehingga kemudian juga meningkatkan rasa percaya dirinya.

    Menurut Mangunhardjana (dikutip oleh Sari, 2006, h. 27)

    faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah:

    a. Faktor mental

    Seseorang akan lebih percaya diri bila memiliki kemampuan atau

    keahlian yang diakui tinggi.

    b. Faktor sosial

    Seseorang akan lebih percaya diri bila mampu berinteraksi dan

    memiliki hubungan yang baik dengan orang lain atau lingkungan

    sekitarnya.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

    faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri terdiri dari faktor

    internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi kematangan

    emosi, pengalaman masa lalu, dan penerimaan diri. Selanjutnya,

    faktor eksternal meliputi keluarga khususnya orangtua, teman

    sebaya, dan prestasi.

  • 15

    1. Karakteristik Kepercayaan Diri

    Kepercayaan diri seseorang dapat diketahui dari ciri-ciri

    utama yang khas yang dimilikinya. Ada beberapa hal yang

    menunjukkan bahwa seseorang atau individu mempunyai

    kepercayaan diri.

    Remaja yang memiliki kepercayaan diri tidak akan

    mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan diri sendiri, orang

    lain dan lingkungan sekitar. Remaja yang memiliki kepercayaan diri

    adalah remaja yang berani menghadapi risiko dan bertanggung jawab

    terhadap tindakan yang dilakukan, yaitu kemungkinan mengalami

    kegagalan (Sobur, 1985, h. 122)

    Menurut teori Rogers (dalam Schultz, 1991, h. 50-54)

    karakteristik individu yang percaya diri menunjuk pada beberapa

    aspek dari kehidupan individu yang merasa memiliki kompetensi,

    yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh

    pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan realistik terhadap

    diri sendiri. Loekmono (1983, h. 46) menambahkan bahwa

    kepercayaan diri mempunyai sifat sportif, yang artinya berani

    menerima kekalahan dan kekurangannya. Individu yang memiliki

    kepercayaan diri adalah individu yang berani menghadapi risiko dan

    bertanggung jawab atas kemungkinan mengalami kegagalan dari

    tindakan yang telah dilakukan (Sobur, 1985, h. 123). Daradjat (1990,

    h. 19) menjelaskan bahwa ciri-ciri seseorang yang mempunyai

    kepercayan diri adalah tidak memiliki keraguan dan perasaan rendah

    diri, tidak takut memulai suatu hubungan baru dengan orang lain,

  • 16

    tidak suka mengkritik dan aktif dalam pergaulan dan pekerjaan, tidak

    mudah tersinggung, berani mengemukakan pendapat, berani

    bertindak, dapat mempercayai orang lain dan selalu optimis.

    Selanjutnya menurut Misiak dan Sexton (dalam Walgito,

    1993, h. 8), ciri-ciri individu yang mempunyai kepercayaan diri

    adalah:

    a. Merasa optimis, yaitu selalu memandang masa depan dengan

    harapan yang baik.

    b. Bertanggung jawab, yaitu berani mengambil risiko atas

    keputusan atau tindakan yang menurutnya benar.

    c. Bersikap tenang, yaitu yakin akan kemampuan dirinya, tidak

    cemas atau gugup dalam menghadapi situasi tertentu.

    d. Mandiri, tidak suka meminta bantuan atau dukungan kepada

    pihak lain dalam melakukan sesuatu kegiatan dan tidak

    tergantung kepada orang lain.

    Pendapat lain dari Hakim (2002, h. 5), ciri-ciri yang

    mempunyai kepercayaan diri adalah:

    a. Memiliki kompetensi/kemampuan diri.

    b. Berpikir positif, yaitu menyadari dan mengatahui bahwa dirinya

    memiliki kekuatan untuk mengatasi rintangan.

    c. Mandiri, sikap tidak tergantung pada orang lain dan melakukan

    sesuatu yang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

    d. Optimis, yaitu selalu memandang masa depan dengan harapan

    yang baik.

  • 17

    e. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani

    menjadi diri sendiri.

    f. Bersikap tenang, yaitu tidak cemas atau gugup dalam

    menghadapi situasi tertentu.

    g. Mampu bersosialisasi dengan orang lain.

    Menurut Hurlock (1990, h. 214), ciri-ciri individu yang

    memiliki kepercayaan diri adalah mempunyai sikap yang tenang dan

    seimbang dalam situasi sosialnya. Selanjutnya menurut Santrock

    (2003, h. 339), rasa percaya diri dapat juga meningkat ketika remaja

    menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasinya, bukan hanya

    menghindarinya.

    Berdasarkan berbagai pendapat diatas mengenai ciri-ciri

    kepercayaan diri maka ciri-ciri kepercayaan diri, yaitu mempunyai

    keyakinan akan berhasil akan masa depan dengan harapan yang baik,

    menyadari dan mengatahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk

    mengatasi rintangan, mampu menyesuaikan dengan orang lain dan

    lingkungan sekitar, penuh keyakinan cepat dalam mengambil sebuah

    keputusan, dan mempunyai keberanian untuk menghadapi segala

    sesuatu yang akan terjadi pada diri sendiri. Sehingga, peneliti

    menyimpulkan bahwa orang yang memiliki ciri-ciri kepercayaai diri,

    yaitu optimis, berpikir positif, mampu beradaptasi, tidak ragu-ragu

    dan tidak takut.

  • 18

    B. Komunikasi Orangtua dan Anak

    1. Pengertian Komunikasi Orangtua dan Anak

    Komunikasi secara luas menurut Supratiknya (1995, h. 30)

    adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non

    verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Secara sempit komunikasi

    diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau

    lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah

    laku si penerima.

    Widjaja (2000, h. 26, 89) menyebutkan komunikasi bukan

    sekedar tukar menukar pikiran serta pendapat saja, akan tetapi

    kegiatan yang dilakukan untuk berusaha mengubah pendapat dan

    tingkah laku orang lain. Komunikasi adalah hubungan kontak antar

    dan antara manusia baik individu maupun kelompok. Lebih lanjut,

    Widjaja mendefinisikan komunikasi sebagai suatu perbuatan atau

    kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang

    mengandung makna atau arti dan perbuatan penyampaian suatu

    gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain, suatu

    pemindahan atau penyampaian informasi mengenai pikiran dan

    perasaan-perasaan.

    Wright (dalam Kuntaraf & Kuntaraf, 1999, h. 9)

    mendefinisikan komunikasi sebagai proses membagikan informasi

    baik secara tertulis maupun lisan dengan orang lain. Proses tersebut

    harus dijalankan sedemikian rupa sehingga orang tersebut mengerti

  • 19

    apa yang sedang dikatakan. Berbicara, mendengarkan, dan mengerti

    terlibat dalam proses berkomunikasi.

    Pratikto (1982, h. 17) menyebutkan bahwa komunikasi antara

    orangtua dengan anak adalah komunikasi yang mengekspresikan

    tanggung jawab kedua orangtua sebagai satu kesatuan dalam

    mendidik anak yang meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan

    kebiasaan baik, sopan santun, tata tertib peraturan rumah, etika

    umum, dan sebagainya.

    Sarwono ( 1997, h. 51) menyebutkan orangtua adalah ayah

    dan ibu kandung yang keduanya secara bersama-sama menjalankan

    organisasi rumah tangga. Orangtua adalah sumber kebutuhan

    jasmani dan rohani bagi anak oleh karena itu orangtua harus

    menumbuhkan harapan untuk berprestasi kepada anaknya sejak dini.

    Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hubungan yang erat

    dengan orangtua. Hubungan tersebut menyebabkan orangtua dapat

    mengetahui cara berpikir anak dan persoalan yang sedang dihadapi

    oleh anak. Anak juga mulai menjalin hubungan dengan kelompok

    sosial yang lebih luas. Dalam menghadapi permasalahan dengan

    kelompoknya, anak membutuhkan dukungan dan dorongan dari

    orangtua. Hal ini terwujud dalam bentuk komunikasi antara orangtua

    dan anak.

    Komunikasi dikatakan efektif bila menimbulkan lima hal,

    yaitu (Fadhila, 2001, h. 12);

    a. Pengertian adalah penerimaan yang cermat dari isi stimulasi

    seperti yang oleh komunikator.

  • 20

    b. Kesenangan, artinya komunikasi dapat menimbulkan

    kesenangan, hubungan menjadi hangat dan akrab serta

    menyenangkan.

    c. Mempengaruhi sikap, artinya proses mempengaruhi pendapat,

    sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi

    psikologi sehingga orang tersebut bertindak seperti atas

    kehendaknya sendiri.

    d. Hubungan sosial yang baik, artinya komunikasi ditujukan untuk

    menumbuhkan hubungan sosial yang baik.

    e. Tindakan, artinya komunikasi ditujukan untuk mendorong

    seseorang bertindak.

    Anak sebagai anggota keluarga mempunyai hubungan erat

    dengan orangtua. Hubungan orangtua-anak yang erat menyebabkan

    orangtua mengetahui cara berpikir anak dan setiap persoalan yang

    dihadapi anak dapat diketahui oleh orangtua. Pada saat anak

    menginjak usia 10-12 tahun, anak mulai dapat memahami hubungan

    antara usaha dan kemampuan. Selain itu anak juga mulai

    berhubungan dengan kelompok sosial yang lebih luas. Dalam

    menghadapi permasalahan baik dengan kelompok sosial atau

    usahanya, anak membutuhkan dukungan dan dorongan dari orangtua.

    Hal ini terwujud dalam bentuk komunikasi antara orangtua dan anak.

    Jika orangtua tidak memperhatikan hal tersebut karena sibuk dengan

    pekerjaannya, maka hal ini dapat merenggangkan hubungan orangtua

    dan anak.

  • 21

    Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan

    bahwa komunikasi antara orangtua dan anak adalah proses tukar

    menukar informasi baik secara verbal maupun non verbal yang

    dilakukan orangtua dan anak.

    2. Komponen Dasar Komunikasi

    Komponen dasar komunikasi ada lima, yaitu (Muhammad,

    2001, h. 17-18):

    a. Pengiriman pesan, yaitu individu atau orang yang mengirim

    pesan.

    b. Pesan, yaitu informasi yang akan dikirimkan kepada si penerima.

    c. Saluran, yaitu jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si

    penerima.

    d. Penerima pesan, yaitu yang menganalisis dan

    menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.

    e. Balikan, yaitu respon terhadap pesan yang diterima yang

    dikirimkan kepada si pengirim pesan.

    Dari uraian mengenai komponen dasar komunikasi diatas

    dapat disimpulkan bahwa komponen dasar komunikasi terdiri dari

    lima komponen, yaitu pengirim pesan, pesan, saluran, penerima

    pesan, dan balikan.

  • 22

    3. Bentuk-bentuk Komunikasi

    Bentuk-bentuk komunikasi keluarga menurut Pratikto (1982,

    h. 27-28) adalah

    a. Komunikasi antara orangtua atau suami istri

    Komunikasi ini mempunyai peran penting dalam sebuah

    keluarga karena komunikasi ini merupakan penentu suasana

    dalam sebuah keluarga sehingga terdapat suasana keluarga yang

    selaras.

    b. Komunikasi antara orangtua dan anak

    Komunikasi ini mengekspresikan tanggung jawab kedua

    orangtua sebagai satu kesatuan dalam mendidik anak yang

    meliputi beberapa hal, yaitu menanamkan kebiasaan yang baik,

    sopan santun, tata tertib peraturan rumah, etika umum, dan

    sebagainya.

    c. Komunikasi antara ayah dan anak

    Komunikasi ini memiliki sifat perlindungan dari ayah kepada

    anaknya. Peran ayah cenderung dominan yaitu member

    informasi dan keputusan pada anak yang peran komunikasinya

    cenderung meminta dan menerima.

    d. Komunikasi antara ibu dan anak

    Komunikasi ini memiliki sifat pengasuhan, misalnya bila

    seorang anak tidak merasa sehat atau anak sedang sedih maka

    peran ibu lebih menonjol untuk mengkomunikasikan mengenai

    masalah tersebut.

  • 23

    e. Komunikasi antara anak yang satu dengan lainnya

    Komunikasi ini sifatnya biasanya hampir sejajar, hanya ada

    sedikit perbedaan karena faktor urutan kelahiran.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk-

    bentuk komunikasi adalah komunikasi antara orangtua atau suami-

    istri, komunikasi antara orangtua dan anak, komunikasi antara ayah

    dan anak, komunikasi antara ibu dan anak, dan komunikasi antara

    anak yang satu dengan lainnya.

    4. Aspek-aspek Komunikasi Orangtua dan Anak

    Aspek-aspek komunikasi orangtua dengan anak diambil dari

    aspek-aspek komunikasi. Aspek-aspek komunikasi menurut Hartley

    (dalam Sarwono, 1997, h. 193) adalah sebagai berikut:

    a. Hubungan dua arah

    Melalui hubungan dua arah kedua pihak dapat saling bertukar

    pesan hingga dapat memahami maksud dari pesan yang

    disampaikan.

    b. Kehendak atau intensi

    Adanya kemauan untuk saling berkomunikasi akan mempercepat

    proses untuk mencapai pengertian dalam komunikasi.

    c. Tatap muka

    Tatap muka, yaitu dengan bertatap muka dapat membedakan

    komunikasi jarak jauh atau dekat, seperti dengan cara duduk

    berdampingan antara orangtua dengan anak dan saling

    menyatakan pendapat atau bertukar pesan.

  • 24

    Tambunan (dalam Lastasia, 2005, h. 29) menyebutkan dua

    aspek komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, yaitu:

    a. Mendengarkan

    Kemampuan untuk mendengarkan dengan cermat setiap ide dan

    gagasan dari lawan bicaranya.

    b. Kedekatan dengan orangtua

    Berhasilnya komunikasi antara orangtua dan anak biasanya

    tampak dari kedekatan hubungan di antara keduanya. Duduk

    berdampingan dan member kesempatan pada anak untuk

    menyatakan pendapatnya mmerupakan hal yang positif untuk

    mendorong lebih maju.

    Menurut Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 1986, h. 16),

    aspek-aspek komunikasi adalah

    a. Pengertian

    Penerimaan yang cermat dari isi stimuli yang dimaksud oleh

    komunikasi. Pertengkaran yang sering terjadi disebabkan karena

    pesan yang disampaikan kemudian diartikan lain oleh individu

    yang menerima pesan.

    b. Kesenangan

    Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan

    informasi saja. Adapula komunikasi yang dimaksud untuk

    menimbulkan kesenangan. Komunikasi ini sifatnya lebih

    menghangatkan suasana, menciptakan keakraban, dan

    menyenangkan.

  • 25

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan

    bahwa aspek-aspek yang dibutuhkan untuk berkomunikasi adalah

    melalui hubungan dua arah kedua belah pihak dengan maksud agar

    dapat memahami maksud dari pesan yang disampaikan. Selain itu,

    adanya kemauan untuk saling berkomunikasi untuk mencapai

    pengertian dalam berkomunikasi, dan adanya tatap muka untuk

    membedakan antara komunikasi jarak jauh atau dekat. Dari

    pembahasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek-aspek

    komunikasi, yaitu hubungan dua arah, kehendak atau intensi, dan

    tatap muka.

    C. Hubungan Antara Komunikasi Orangtua dan Anak dengan

    Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    Keluarga sebagai kelompok sosial yang bersifat abadi,

    dikukuhkan dalam hubungan nikah yang memberikan pengaruh

    keturunan dan lingkungan sebagai dimensi penting bagi remaja.

    Keluarga merupakan tempat yang penting dimana anak memperoleh

    dasar dalam membentuk kemampuannya agar dapat menjadi orang

    yang berhasil di dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai anggota

    keluarga, anak mempunyai hubungan yang erat dengan orangtua.

    Hubungan yang erat menyebabkan orangtua mengetahui cara berpikir

    anak dan memahami setiap persoalan yang dihadapi anak. Menurut

    Mulyono (dalam Bernadethe, 2002, h. 21) keluarga merupakan dunia

    keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital

  • 26

    dari kehidupan seorang anak. Hal ini menggambarkan bagaimana

    masing-masing anggota keluarga merasa sangat pentingnya suasana

    harmonis dalam keluarga, sama-sama merasa terlibat dalam seluruh

    kehidupan keluarga.

    Mulyono (dalam Bernadethe, 2002, h. 22) menyatakan bahwa

    masa remaja merupakan masa peralihan, dimana pada masa ini terlihat

    merenggangnya hubungan antara orangtua dengan remaja.

    Merenggangnya hubungan nampak dalam bentuk komunikasi verbal

    dan non verbal yang makin jarang dilakukan sehingga kesan yang

    diperoleh dari hubungan ini berupa usaha remaja untuk melepaskan diri

    dari orangtua dan berkeinginan untuk berdiri sendiri.

    Kepercayaan diri antara laki-laki dan perempuan memiliki

    perbedaan. Laki-laki lebih percaya diri dibandingkan dengan

    perempuan menurut Wilson ( dalam Pudjijogyanti, 1988, h.24). Hal ini

    didukung pendapat Dagun (1992, h. 3) ada beberapa karakteristik yang

    membedakan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki sifat

    feminim seperti cenderung sangat pasif, tidak terus terang, tidak

    percaya diri dan cenderung lemah lembut. Sedangkan laki-laki

    memiliki sifat maskulin seperti sangat agresif, sangat bebas, sangat

    dominan, sering menggunakan logika dan sangat percaya diri. Remaja

    yang memiliki ciri-ciri kepercayaan diri tidak akan mengalami kesulitan

    dalam menyesuaikan dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

    sekitar, aktif dalam pergaulan, tidak mudah tersinggung, berani

    mengemukakan pendapat, selalu optimis, dan berani untuk menghadapi

    segala sesuatu yang terjadi pada diri sendiri.

  • 27

    Seberapa serius perubahan pada masa remaja awal perempuan

    akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada

    kemampuan dan kemauan anak untuk mengungkapkan keprihatinan

    dan kecemasannya kepada orang lain, sehingga dengan begitu ia dapat

    memperoleh pandangan yang baru dan lebih baik. Seperti yang

    dijelaskan oleh Dunbar (dalam Hurlock, 1990, h. 192), reaksi efektif

    terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk

    berkomunikasi, karena komunikasi merupakan cara untuk mengatasi

    kecemasan yang selalu disertai tekanan.

    Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2000, h. 205-208) hubungan

    antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik.

    Hubungan yang baik, kesatuan sikap ayah dan ibu, kesinambungan

    anak dalam berkomunikasi dengan orangtua dan tata cara hidup yang

    ajeg memberi rasa aman bagi anak. Komunikasi dalam keluarga yang

    sehat ditandai oleh kemampuan yang baik sebagai pendengar.

    Keberhasilan komunikasi antara orangtua dan anak terwujud

    pada proses penyampaian pesan, pendapat atau ide oleh seseorang

    kepada orang lain yang bersifat dua arah, dimana dalam hal ini antara

    orangtua dan anak masing-masing mempunyai hak mengungkapkan

    pendapat atau idenya dan stimulus yang disampaikan oleh pengirim

    sesuai dengan stimulus yang diterima oleh penerima serta menimbulkan

    pengertian kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan sosial yang

    baik dan tindakan. Dengan komunikasi, orangtua akan tahu apa yang

    dikerjakan anak, apa yang dirasakan anak, masalah apa yang dihadapi

    anak, apa yang disukai dan yang tidak disukai anak. Hubungan

  • 28

    orangtua dan anakpun akan terjalin harmonis, orangtua bisa mengerti

    anaknya dan sebaliknya anak bisa mengerti orangtuanya, sehingga

    masing-masing pihak merasa puas.

    Komunikasi yang melibatkan diskusi antara orangtua dan anak

    merupakan salah satu cara untuk dapat menyelesaikan suatu masalah

    dengan cara duduk berdampingan dan memberikan kesempatan kepada

    anak untuk mengungkapkan pendapatnya, mengemukakan ide-ide dan

    gagasan-gagasannya sehingga dengan demikian anak akan merasa

    dirinya dihargai dan juga merasa berarti dimata orangtuanya.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan bahwa komunikasi

    antara orangtua dan anak sangat diperlukan dalam keluarga. Remaja

    dalam masa peralihan sangat membutuhkan tuntunan orangtua untuk

    dapat tumbuh dan berkembang kearah yang lebih matang terutama

    masalah percaya diri. Oleh karena itu dengan adanya komunikasi antara

    orangtua dan anak, remaja diharapkan lebih percaya diri di dalam

    menghadapi perubahan yang ada pada dirinya dan mampu menjadi

    dirinya sendiri yang lebih baik khususnya bagi remaja awal perempuan.

    D. Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan yaitu bahwa ada hubungan positif antara

    komunikasi orangtua dan anak dengan kepercayaan diri remaja awal

    perempuan. Semakin baik komunikasi orangtua dan anak, maka akan

    semakin tinggi rasa percaya diri remaja awal perempuan. Demikian

    juga sebaliknya semakin buruk komunikasi orangtua dan anak, maka

    semakin rendah rasa percaya diri remaja awal perempuan.

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi Variabel Penelitian

    Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah

    dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan

    dalam penelitian ini adalah:

    1. Variabel tergantung : Kepercayaan diri remaja awal perempuan

    2. Variabel bebas : Komunikasi orangtua dan anak

    B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    1. Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    Kepercayaan diri remaja awal perempuan adalah perasaan

    yakin atas kemampuan diri pada anak perempuan yang berusia

    antara 12-14 tahun. Kepercayaan diri remaja akan diungkapkan

    dengan skala kepercayaan diri remaja yang disusun sendiri oleh

    penulis berdasarkan karakteristik kepercayaan diri remaja yaitu

    optimis, berpikir positif, mampu beradaptasi, tidak ragu-ragu, dan

    tidak takut. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi

    kepercayaan diri remaja awal perempuan, sebaliknya semakin

    rendah skor yang diperoleh, semakin rendah kepercayaan diri remaja

    awal perempuan.

  • 30

    2. Komunikasi Orangtua dan Anak

    Komunikasi orangtua dan anak adalah proses tukar menukar

    informasi baik secara verbal maupun non verbal yang dilakukan

    orangtua dan anak. Pengukuran komunikasi orangtua dan anak

    menggunakan skala komunikasi orangtua dan anak yang disusun

    berdasarkan aspek-aspek komunikasi orangtua dan anak yaitu

    hubungan dua arah, kehendak atau intensi, dan tatap muka. Semakin

    tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik komunikasi orangtua

    dan anak, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, semakin

    buruk komunikasi orangtua dan anak.

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

    1. Populasi

    Sugiyono (2009, h.80) mengatakan bahwa populasi adalah

    wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

    kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari populasi ini

    diambil contoh atau sampel yang diharapkan dapat mewakili

    populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah para remaja

    perempuan, yang tinggal bersama orangtua dan tercatat sebagai siswi

    disekolah X.

    2. Teknik Pengambilan Sampel

    Supranto (2003, h. 70) berpendapat tentang sampling ialah

    suatu cara pengumpulan data yang sifatnya tidak menyeluruh tetapi

  • 31

    hanya sebagian dari populasi saja. Teknik pengambilan sampel yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah incidental sampling, yaitu

    penelitian sekelompok subyek dengan secara kebetulan, dimana

    subyek yang sesuai dengan ciri-ciri populasi berpendapat mengisi

    skala yang telah dibagikan (Hadi, 2001, h. 75).

    D. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah metode skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala

    komunikasi orangtua dan anak dan skala kepercayaan diri remaja.

    Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

    penelitian ini, sebagai berikut:

    1. Skala kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    Skala kepercayaan diri remaja disusun berdasarkan ciri-ciri

    kepercayaan diri remaja yaitu optimis, berpikir positif, mampu

    beradaptasi, tidak ragu-ragu dan tidak takut. Skala kepercayaan diri

    remaja terdiri dari 30 item. Semua item disusun menjadi dua

    kelompok, yaitu item yang mendukung pernyataan (favourable) serta

    item yang tidak mendukung pernyataan (unfavourable), dengan

    empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak

    Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Adapun cara scoring yang digunakan adalah dengan

    memberikan skor untuk pernyataan yang favourable, subyek

    memperoleh skor 4 jika menjawab SS, skor 3 jika menjawab S, skor

  • 32

    2 jika menjawab TS dan skor 1 jika menjawab STS. Untuk

    pernyataan yang unfavourable, berlaku sebaliknya.

    Table 1 Blue Print Skala Kepercayaan Diri Remaja Awal

    Perempuan

    Ciri-ciri Item

    Jumlah

    Favourable Unfavourable

    Optimis 3 3 6

    Berpikir positif 3 3 6

    Mampu

    beradaptasi

    3 3 6

    Tidak ragu-ragu 3 3 6

    Tidak takut 3 3 6

    Jumlah 15 15 30

    2. Skala Komunikasi Orangtua dan Anak

    Skala komunikasi orangtua dan anak merupakan skala yang

    mengungkap komunikasi orangtua dengan remaja. Skala ini

    mencakup tiga aspek, yaitu hubungan dua arah, intensi, dan tatap

    muka. Skala komunikasi orangtua dan anak terdiri dari 30 item.

    Semua item disusun menjadi dua kelompok, yaitu item yang

    mendukung pernyataan (favourable) serta item yang tidak

    mendukung pernyataan (unfavourable), dengan empat alternatif

  • 33

    jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS),

    dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Adapun cara scoring yang digunakan adalah dengan

    memberikan skor untuk pernyataan yang favourable, subyek

    memperoleh skor 4 jika menjawab SS, skor 3 jika menjawab S, skor

    2 jika menjawab TS dan skor 1 jika menjawab STS. Untuk

    pernyataan yang unfavourable, berlaku sebaliknya.

    Table 2 Blue Print Skala Komunikasi Orangtua dengan Anak

    Ciri-ciri

    Item

    Jumlah

    Favorable Unfavorable

    Hubungan dua

    arah

    5 5 10

    Intensi 5 5 10

    Tatap muka 5 5 10

    Jumlah 15 15 30

    E. Validitas dan Reliabilitas

    1. Validitas Alat Ukur

    Validitas skala dalam penelitian ini diukur dengan cara

    mengkorelasikan skor yang diperoleh setiap item dengan skor

    totalnya. Koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya

    haruslah signifikan dan untuk memperoleh koefisien korelasi antara

  • 34

    skor item dengan skor totalnya tersebut digunakan teknik korelasi

    Product Moment dari Karl Pearson.

    Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan

    validitas tersebut diatas masih perlu di korelasi kembali mengingat

    adanya kelebihan bobot (over estimate) yang terjadi. Kelebihan

    bobot ini terjadi karena skor item yang dikorelasikan dengan total

    ikut sebagai komponen skor total, sehingga menyebabkan koefisien

    korelasi menjadi lebih besar. Untuk mengkorelasi angka korelasi

    yang kelebihan bobot tersebut digunakan teknik korelasi Part Whole.

    2. Reliabilitas Alat Ukur

    Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa

    kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subyek yang

    sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur

    dalam diri subyek belum berubah. Pada penelitian ini pengujian

    reliabilitas alat ukur menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha

    Cronbach. Teknik ini digunakan karena menurut Azwar (2000, h.

    75) koefisien Alpha Cronbach akan memberikan harga yang lebih

    kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya.

    Perhitungan tersebut akan diolah dengan menggunakan program

    Statistical Package for Social Sciences (SPSS) 13.

    F. Metode Analisis Data

    Data yang diperoleh dari suatu penelitian yang menggunakan

    metode statistik berupa angka maka akan diperoleh kembali agar data

    tersebut dapat memberikan keterangan yang mudah dipahami. Dalam

  • 35

    penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah analisis

    Product Moment dari Pearson untuk melihat pengaruh antara variabel

    bebas dan tergantung. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan

    diolah lebih lanjut dengan menggunakan program Statistical Package

    for Social sciences (SPSS) 13.

  • 36

    BAB IV

    PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Orientasi Kancah Penelitian

    Dalam penelitian ini peneliti melaksanakan penelitian di salah

    satu SMP di kota Semarang. SMP X telah berdiri sejak tahun 1988.

    SMP X terdiri dari 9 kelas yaitu VII A, VII B, VII C, VIII A, VIII B,

    VIII C, IX A, IX B, dan IX C. Seluruh siswa berjumlah 275 orang.

    Jumlah siswa kelas VII adalah 103 orang. SMP X memiliki beberapa

    kegiatan ekstrakurikuler, antara lain: bola voli, bola basket,

    sepakbola/futsal, renang, bulutangkis, leadership, pramuka, paduan

    suara, dekorasi, ensambel musik, marching band, band, dan biola

    Fasilitas yang dimiliki SMP X antara lain: Laboratorium

    (IPA/Audio, Komputer), lapangan olahraga, dan alat musik. Semua

    fasilitas ini digunakan untuk menunjang kelancaran KBM dan berbagai

    kegiatan ekstrakurikuler.

    Adapun yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kancah

    penelitian ini adalah:

    1. Penelitian ini berjudul Hubungan antara Komunikasi Orangtua dan

    Anak dengan Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan belum

    pernah dilakukan di SMP X.

    2. Penulis telah mendapat ijin dari kepala sekolah.

  • 37

    3. Subyek yaitu para siswi SMP X memenuhi kriteria untuk

    penelitian dengan judul Hubungan antara Komunikasi Orangtua

    dan Anak dengan Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, maka peneliti mengadakan

    penelitian di sekolah ini. Sebagai populasi penelitian adalah para siswi

    kelas VII yang tinggal bersama orangtuanya dan merupakan remaja

    awal perempuan (12 14 tahun). Sampel penelitian ini berdasarkan

    ciri-ciri populasi berjumlah 51 orang. Proses pengambilan data

    berlangsung tidak tenang dikarenakan kurangnya pengawasan guru

    dikelas, hanya peneliti yang berada dikelas sehingga anak-anak

    mengerjakan tidak dengan sungguh-sungguh.

    B. Persiapan Penelitian

    1. Penyusunan Alat Ukur

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua skala, yaitu

    skala Kepercayaan Diri dan skala Komunikasi Orangtua dan Anak.

    Kedua skala ini berbentuk tertutup, dalam arti subyek diminta untuk

    memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan dirinya.

    a. Skala Kepercayaan Diri

    Skala Kepercayaan Diri terdiri dari 30 item dengan

    perincian 15 item berbentuk favourable dan 15 item berbentuk

    unfavourable. Untuk pernyataan favourable mempunyai nilai 4-1.

    Nilai 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 3 untuk jawaban

    Sesuai (S), nilai 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 1

  • 38

    untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk pernyataan

    unfavourable nilai 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), nilai 2

    untuk jawaban Sesuai (S), nilai 3 untuk jawaban Tidak Sesuai

    (TS), dan nilai 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

    Adapun sebaran item skala Kepercayaan Diri dapat dilihat pada

    tabel 3.

    Table 3 Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri Remaja Awal

    Perempuan

    Ciri-ciri Item

    Jumlah

    Favorable Unfavorable

    Optimis 1,11,21 2,12,22 6

    Berpikir positif 3,13,23 4,14,24 6

    Mampu beradaptasi 5,15,25 6,16,26 6

    Tidak ragu-ragu 7,17,27 8,18,28 6

    Tidak takut 9,19,29 10,20,30 6

    Jumlah 15 15 30

    b. Skala Komunikasi Orangtua dan Anak

    Skala Komunikasi Orangtua dan Anak terdiri dari 30 item

    dengan perincian 15 item berbentuk favourable dan 15 item

    berbentuk unfavourable. Untuk pernyataan favourable

    mempunyai nilai 4-1. Nilai 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS),

    nilai 3 untuk jawaban Sesuai (S), nilai 2 untuk jawaban Tidak

    Sesuai (TS), dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai

    (STS). Untuk pernyataan unfavourable nilai 1 untuk jawaban

  • 39

    Sangat Sesuai (SS), nilai 2 untuk jawaban Sesuai (S), nilai 3

    untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan nilai 4 untuk jawaban

    Sangat Tidak Sesuai (STS). Adapun sebaran item skala

    Komunikasi Orangtua dan Anak dapat dilihat pada tabel 4.

    Table 4 Sebaran Item Skala Komunikasi Orangtua dengan

    Anak

    Ciri-ciri Item

    Jumlah Favorable Unfavorable

    Hubungan dua arah 1,7,13,19,25 2,8,14,20,26 10

    Intensi 3,9,15,21,27 4,10,16,22,28 10

    Tatap muka 5,11,17,23,29 6,12,18,24,30 10

    Jumlah 15 15 30

    2. Persiapan Ijin Penelitian

    Sebelum pelaksanaan penelitian di SMP X, peneliti

    mengajukan surat permohonan ijin survey kepada pihak Fakultas

    Psikologi UNIKA Soegijapranata Semarang, dan pihak Fakultas

    memberikan surat ijin survey kepada pihak sekolah dalam rangka

    meminta ijin mengadakan survey untuk mencari informasi lebih

    lanjut. Pihak sekolah mengijinkan peneliti melakukan penelitian di

    SMP X.

    Setelah mengadakan survey, penelitian pun dilaksanakan dan

    peneliti mengajukan surat ijin penelitian kepada pihak Fakultas.

    Pihak fakultas memberikan surat ijin penelitian dengan tanda tangan

    dekan Fakultas Psikologi dan surat tersebut bernomor

  • 40

    947/B.7.3/FP/VI/2010 pada tanggal 1 Juni 2010. Surat ijin

    penelitian ini diterima oleh kepala sekolah pada tanggal 4 Juni 2010,

    penelitian diadakan pada tanggal 25 dan 28 Agustus 2010.

    C. Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai sehingga

    hanya satu kali pengambilan data yang akan digunakan untuk menguji

    validitas dan reliabilitas alat ukur maupun sebagai data penguji

    hipotesis. Hal ini dilakukan karena keterbatasan jumlah subyek

    penelitian. Pelaksanaan penelitian di SMP X. Pengisian skala

    dilaksanakan hari Rabu, 25 Agustus 2010 pkl. 08.00 08.30 saat

    pelajaran BK di ruang kelas VII A dan hari Sabtu, 28 Agustus 2010 pkl.

    07.00 08.00 saat pelajaran BK diruang kelas VII B dan kelas VII C.

    Saat pelaksanaan penelitian, skala dibagikan keseluruh siswa untuk

    menghindari adanya social desirability.

    D. Uji Validitas dan Reliabilitas

    Setelah pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan pencatatan

    hasil dan membuat tabulasi data hasil skala penelitian yang kemudian

    dilakukan perhitungan hasil data.

    Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program

    SPSS 13.0 pengujian validitas menggunakan rumus uji korelasi

    Product Moment dari Pearson yang selanjutnya dikorelasi dengan

    teknik korelasi Part Whole. Setelah diketahui validitasnya, maka item-

  • 41

    item yang valid ditabulasi ulang untuk kemudian dicari reliabilitasnya

    dengan menggunakan teknik Alpa Cronbach.

    1. Kepercayaan Diri Remaja Awal Perempuan

    Item pada skala Kepercayaan Diri berjumlah 30 item, melalui

    perhitungan statistik terdapat 12 item yang gugur dan 18 item yang

    valid. Koefisien validitas berkisar antara 0,315 0,609. Pengujian

    skala Kepercayaan Diri dilakukan atas item valid. Hasil uji

    reliabilitas skala Kepercayaan diri adalah 0,854. Artinya skala

    Kepercayaan Diri dapat diandalkan atau reliabel. Sebaran item valid

    dan gugur dapat dilihat pada tabel 5.

    Table 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Kepercayaan

    Diri Remaja Awal Perempuan

    Ciri-ciri Item Jumlah item

    valid Favorable Unfavorable

    Optimis 1*,11,21 2,12*,22* 3

    Berpikir positif 3,13*,23* 4,14*,24 3

    Mampu beradaptasi 5,15*,25* 6,16*,26 3

    Tidak ragu-ragu 7,17,27 8*,18,28 5

    Tidak takut 9,19,29* 10*,20,30 4

    Jumlah 18

    Keterangan: Tanpa * : item valid

    Dengan * : item gugur

  • 42

    2. Komunikasi Orangtua dan Anak

    Item pada skala Komunikasi Orangtua dan Anak berjumlah

    30 item, melalui perhitungan statistik terdapat 9 item yang gugur

    dan 21 item yang valid. Koefisien validitas berkisar antara 0,344

    0,748. Pengujian skala Komunikasi Orangtua dan Anak dilakukan

    atas item valid. Hasil uji reliabilitas skala Komunikasi Orangtua dan

    Anak adalah 0,891. Artinya skala Komunikasi Orangtua dan anak

    dapat diandalkan atau reliabel. Sebaran item valid dan gugur dapat

    dilihat pada tabel 6

    Tabel 6

    Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Komunikasi Orangtua dengan

    Anak

    Ciri-ciri Item Jumlah item

    valid Favorable Unfavorable

    Hubungan dua

    arah

    1,7,13,19,25* 2*,8,14,20*,26 7

    Intensi 3,9,15,21,27 4*,10,16*,22,28 8

    Tatap muka 5,11*,17,23,29 6,12*,18,24*,30* 6

    Jumlah 21

    Keterangan: Tanpa * : item valid

    Dengan * : item gugur

  • 43

    BAB V

    PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Uji Asumsi

    Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, sebelum

    dianalisis lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan

    tujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data. Uji

    linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

    variable komunikasi orangtua dan anak dengan kepercayaan diri

    remaja awal perempuan. Pengujian statistik ini dilakukan dengan

    menggunakan program Statistical Packages for Social Sciences for

    Windows Release 13.0.

    a. Uji Normalitas

    Data setiap variabel diuji normalitas sebarannya dengan

    menggunakan teknik Kolmogorov Sminov Z (K-S Z) hasil yang

    diperoleh dari uji normalitas adalah:

    1) Kepercayaan diri remaja awal perempuan

    Uji normalitas variabel kepercayaan diri remaja awal

    perempuan ditunjukkan melalui K-S Z dengan hasil sebesar

    0,695 dengan p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data

    variabel kepercayaan diri remaja awal perempuan

    berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas variabel

    kepercayaan diri dapat dilihat pada lampiran D-1.

  • 44

    2) Komunikasi orangtua dan anak

    Uji normalitas variabel komunikasi orangtua dan anak

    ditunjukkan melalui K-S Z dengan hasil sebesar 0,998 dengan

    p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data variabel komunikasi

    orangtua dan anak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji

    normalitas variabel komunikasi orangtua dan anak dapat

    dilihat pada lampiran D-1

    Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

    komunikasi orangtua dan anak dan variabel kepercayaan diri

    remaja awal perempuan berdistribusi normal.

    b. Uji Linearitas

    Uji linieritas terhadap data variabel komunikasi orangtua

    dan anak dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan

    menunjukkan Flinier sebesar 2,056 (p>0,05) ini berarti hubungan

    antara kedua variable komunikasi orangtua dan anak dengan

    kepercayaan diri remaja awal perempuan tersebut bersifat tidak

    linier atau tidak searah. Hasil selengkapnya dapat dilihat di

    lampiran D-2.

    2. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji linieritas.

    Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik korelasi product

    moment. Hasil uji hipotesis adalah rx1y = 0,201 dengan p>0,05. Hal

    ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara komunikasi

    orangtua dan anak dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan.

    Hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran E.

  • 45

    B. Pembahasan

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak.

    Hal ini ditunjukkan dengan rxy= 0,201 dengan p > 0,05 (p = 0,079)

    yang berarti tidak ada hubungan antara komunikasi orangtua dan anak

    dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan. Beberapa

    kemungkinan yang menyebabkan ditolaknya hipotesis dalam penelitian

    ini antara lain adalah subyek mungkin tergesa-gesa dalam mengisi skala

    dan beberapa dari subyek ada yang melihat pengisian skala temannya

    sehingga jawabannya dapat cenderung tidak sesungguhnya. Dilihat dari

    hasil jawaban yang diberikan subyek, rata-rata subyek menjawab

    dengan tidak konsisten seperti pada pernyataan : saya berani

    mengemukakan pendapat di depan umum, subyek menjawab

    setuju,namun pada pernyataan selanjutnya : saya takut jika diminta

    maju ke depan kelas, subyek menjawab setuju juga. Seharusnya subyek

    bisa lebih konsisten saat menjawabnya.

    Selain itu, menurut peneliti komunikasi orangtua dan anak

    termasuk dalam faktor keluarga yang mempengaruhi kepercayaan diri

    seorang anak. Namun, dalam penelitian ini ternyata tidak terbukti

    adanya hubungan antara komunikasi orangtua dan anak dengan

    kepercayaan diri pada remaja awal perempuan. Hal ini mungkin terjadi

    dikarenakan pengertian faktor keluarga sangat luas, menurut Santrock

    (2003, h. 336-339) faktor keluarga berupa dukungan orangtua seperti

    rasa kasih sayang, perhatian terhadap masalah yang dihadapi oleh anak,

    penerimaan dan memberikan kebebasan kepada anak-anaknya dengan

    batasan tertentu serta keadaan keluarga yang baik. Walaupun

  • 46

    komunikasi orangtua dan anak tinggi, namun dari hasil penelitian

    terbukti bahwa tidak ada hubungan antara komunikasi orangtua dan

    anak dengan kepercayaan diri remaja awal perempuan. Meskipun

    orangtua dan anak sering bertukar pikiran satu sama lain namun dalam

    kenyataannya komunikasi antara orangtua dan anak hanya memberikan

    porsi yang kecil dalam pembentukan kepercayaan diri.

    Selanjutnya, komunikasi merupakan salah satu penentu

    harmonis tidaknya hubungan antara orangtua dan anak atau remaja

    akan mempengaruhi kehidupannya kemudian. Komunikasi antara

    orangtua dengan remaja mempengaruhi pertumbuhan kepribadiannya

    (Fadhilah, 2001, h. 11). Jadi, komunikasi digunakan untuk

    menyelesaikan berbagai problema yang dihadapi orangtua dan anak.

    Komunikasi orangtua dan anak hanyalah satu faktor yang terdapat

    didalamnya, namun ternyata dari hasil penelitian ini didapat sumbangan

    yang sangat kecil terhadap pembentukan kepercayaan diri, hanya

    sebesar 4% sedangkan 96% adalah faktor lain yang mempengaruhi

    kepercayaan diri remaja awal perempuan. Dari hasil penelitian dan

    pengamatan Dr. Sarlito Wirawan (dalam Loekmono, 1988, h. 15)

    terungkap bahwa komunikasi orangtua dan remaja hanya sampai pada

    taraf minimal saja, untuk masalah-masalah yang serius atau bersifat

    pribadi, remaja justru tidak berkomunikasi dengan orangtua.

    Atribut-atribut orangtua tidak dapat menjadi sebab dari tingginya

    kepercayaan diri. Menurut Santrock ( 2003, h. 338) faktor orangtua

    seperti ekspresi rasa kasih sayang dan memberi kebebasan kepada

  • 47

    anak-anak dengan batas tertentu terbukti sebagai faktor penentu yang

    penting bagi rasa percaya diri remaja, para peneliti hanya dapat

    menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut berhubungan dengan

    kepercayaan diri namun bukan sebagai penyebab dari tingkat

    kepercayaan diri anak.

    Pada dasarnya remaja yang bersekolah menghabiskan sebagian

    besar waktunya bersama kelompok teman sebaya di lingkungan

    sekolah. Menurut Mappiare (1982, h. 59) perasaan yang sangat ditakuti

    oleh remaja adalah mereka sangat takut terkucil dan terisolir dari

    kelompoknya sehingga menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap

    terikat dengan teman sebayanya. Hal ini di dukung juga oleh pendapat

    Afiatin,dkk (1994) serta Cohen dan Syme (1985) (dalam Afiatin dan

    Martaniah, 1998,h.73) bahwa kelompok teman sebaya merupakan

    sumber dukungan sosial yang berarti bagi remaja. Suatu penelitian

    menunjukkan bahwa dukungan dari teman sebaya lebih berpengaruh

    terhadap tingkat kepercayaan diri individu.

    Berdasarkan perhitungan mengenai kepercayaan diri, Mean

    Empirik (Me)= 51,6, Mean Hipotetik (Mh)= 45, SDh= 9. Maka dapat

    dikatakan untuk kepercayaan diri remaja awal perempuan di SMP X

    tergolong sedang. Berdasarkan perhitungan mengenai komunikasi

    orangtua dan anak, diketahui Mean Empirik (Me)= 67,18, Mean

    Hipotetik (Mh)= 52,5, SDh= 10,5. Maka dapat dikatakan untuk

    komunikasi orangtua dan anak tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan

    adanya komunikasi yang baik antara orangtua dan anak. Berdasarkan

  • 48

    hasil kategorinya, permasalahan kepercayaan diri disekolah X

    dikatakan sedang. Hal ini tidak sesuai dengan hasil observasi dan

    wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang menyatakan bahwa

    disekolah X para siswinya memiliki permasalahan kepercayaan diri

    hal ini disebabkan karena observasi yang dilakukan peneliti tidak secara

    keseluruhan tetapi hanya beberapa siswi saja, sehingga hasil data yang

    didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan.

    Penelitian ini tidak lepas dari kelemahan, adapun kelemahan

    yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:

    1. Peneliti terlalu cepat mengambil kesimpulan adanya masalah di

    sekolah.

    2. Peneliti hanya mengambil data komunikasi orangtua dan anak dari

    pihak anaknya saja, sehingga data yang diperoleh kurang akurat.

    3. Adanya pengaruh social desirability karena pencantuman nama pada

    skala menyebabkan kecenderungan seseorang untuk menjawab

    sesuai dengan harapan sosial, sehingga jawaban-jawaban ada yang

    tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

    4. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah try out terpakai.

    Bila ditinjau lebih lanjut penelitian dengan memakai try out terpakai

    waktu yang diperlukan lebih singkat tetapi ada kelemahan yang bisa

    mempengaruhi hasil penelitian. Kelemahan tersebut antara lain

    subyek try out penelitian kemungkinan mengisi skala secara asal

  • 49

    lebih besar terjadi dalam try out terpakai karena jumlah soal yang

    dikerjakan lebih banyak sehingga subyek merasa bosan.

  • 50

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilaksanakan dan

    pembahasan terhadap hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

    hipotesis penelitian yang diajukan ditolak, artinya tidak ada hubungan

    antara komunikasi orangtua dan anak dengan kepercayaan diri remaja

    awal perempuan.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

    dapat memberikan beberapa saran kepada peneliti selanjutnya:

    1. Lebih mendalami permasalahan yang sebenarnya ada disekolah.

    2. Saat pengambilan data hendaknya peneliti juga membuat skala

    untuk orangtua agar hasil yang diperoleh dapat lebih lengkap.

    3. Selain itu, sebelum melakukan penelitian lebih baik dilakukan uji

    coba atau try out terlebih dahulu agar waktu yang dibutuhkan subyek

    untuk mengerjakan menjadi lebih singkat karena subyek hanya

    mengerjakan skala dengan item-item yang valid saja dan hasil

    penelitian tidak dicampuri oleh item-item yang gugur.

  • 51

    DAFTAR PUSTAKA

    Afianti, T. dan Sri M.M. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja

    Melalui Konseling Kelompok. Jurnal Psikologika. Yogyakarta:

    Universitas Gadjah Mada. No. 6 Tahun III, h. 66 79.

    Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

    PT. Rineka Cipta.

    Azwar, S. 2000. Validitas dan realiabilitas. Yogyakarta: Liberty.

    Bernadethe, M. 2002. Hubungan Komunikasi Dalam Keluarga dengan

    Penyesuaian Diri Remaja SLTP ST.Lukas Pademangan Jakarta.

    Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Atmajaya Jakarta.

    Brigham, J. C. 1991. Social Psychology. New York: Harpercollins

    Publishers Inc.

    Cakradhita, M. A. 2007. Kepercayaan Diri Pada Wanita Obesitas Ditinjau

    Dari Kematangan Emosi. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang (tidak diterbitkan).

    Dagun, S. M. 1992. Maskulin & Feminim. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Daradjat, Z. 1990. Kesehatan Mental. Cetakan ke 23. Jakarta: PT. Toko

    Gunung Agung.

    Fadhilah, S. S. 2001. Komunikasi Efektif Antara Orangtua Dengan Remaja

    Tanpa Konflik. Jurnal Dianmas. Surakarta: Lembaga Pengadilan

    Kepada Masyarakat. Universitas Sebelas Maret. Vol. 1. No. 4,h.11-

    16.

    Gunarsa, Y. S. D., Gunarsa, S. D.1995. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan

    Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

    Hadi, S. 2001. Metodologi Research. Jilid 2. Yogyakarta: Andi offset.

    Hakim, T. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa

    Swara.

    Hambly, K. 1989. Psikologi Populer: Bagaimana Meningkatkan Rasa

    Percaya Diri. Alih bahasa: FX. Budiyanto. Jakarta: Arcan.

  • 52

    Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan

    Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Alih Bahasa: Isti Widiyati.

    Jakarta: Erlangga.

    Kuntaraf, K. H. L., Kuantaraf, J. 1999. Komunikasi Keluarga: Kunci

    Kebahagiaan Anda. Bandung: Ind Publishing House.

    Lastasia, F. 2005. Persaingan antara Saudara Kandung Pada Masa Remaja

    Awal Ditinjau dari Komunikasi Orangtua dengan Anak. Skripsi

    (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik

    Soegijapranata Semarang.

    Lauster, P. 2002. Tes Kepribadian. Alih Bahasa: D. H. Gulo. Jakarta: PT.

    Bumi Aksara.

    Loekmono, L. 1983. Rasa Percaya Diri pada Diri Sendiri. Salatiga:

    Universitas Satya Wacana.

    Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha nasional.

    Monks, F. J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. 1998. Psikologi

    Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:

    Gadjah Mada University Press.

    Muhammad, A. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

    Pratikto, R. 1982. Lingkaran-lingkaran Komunikasi. Bandung: Alumni.

    Pudjijogyanti, C. B. 1988. Konsep Diri Dalam Proses Belajar Mengajar.

    Jakarta: Pusat Penelitian Unika Soegijapranata.

    Rakhmat, J. 1991. Psikologi Komunikasi. Edisi ke 3. Bandung : PT. Remaja

    Rosdakarya

    Santrock, J. W. 2002. Life Span Development. Alih Bahasa: Juda Damanil

    dan Achmad Chusaisi. Jakarta: Erlangga.

    Santrock, J. W. 2003. Adolescense (Perkembangan Remaja). Alih Bahasa:

    Shinto B. Adelar, Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

    Santrock, J. W. 2007. Remaja. Alih Bahasa: Benedictine Widyasinta.

    Jakarta: Erlangga.

    Sari, D. M. 2006. kepercayaan Diri Remaja Putri Overweight Ditinjau Dari

    Dukungan Sosial. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas

    Katolik Soegijapranata Semarang (tidak diterbitkan).

    Sarwono, S. W. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali.

  • 53

    Sarwono, S. W. 1997. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

    Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Alih Bahasa: Drs. Yustinus MSc.

    OFM. Yogyakarta: Kanisius.

    Sobur, A. 1985. Butir-butir Mutiara Rumah Tangga. Jakarta: GPK Gunung

    Agung.

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

    Bandung: CV. Alfabeta.

    Supraktiknya, A. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis.

    Jakarta: Kanisius.

    Supranto, J. 2003. Metode Riset. Aplikasinya dalam Pemasaran. Cetakkan

    Kedua Edisi ketujuh. Jakarta: PT Rineka Cipta.

    Tanaja, Musa. 1993. Pengaruh Program Pelatihan Hubungan Antara

    Manusia, Kepercayaan Diri, dan Pemantauan diri Terhadap

    engembangan Ketrampilan Hubungan Antar Manusia. Thesis (tidak

    diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

    Tomlinson, C. dan Keasey. 1985. Child Development. Homewood, Illinois:

    The Dorsey Press.

    Walgito, B. 1993. Peran Orangtua Terhadap Pembentukkan Kepercayaan

    Diri: Suatu Pendekatan Psikologi Humanistik. Yogyakarta: Rake

    Sarasin.

    Widjaja, H. A. W. 2000. Ilmu komunikasi. Pengantar Studi. Jakarta: Rineka

    Cipta.

  • 54

    Lampiran A Skala Penelitian

    A1 - Skala Kepercayaan Diri Remaja

    Awal Perempuan

    A2 - Skala Komunikasi Orangtua dan

    Anak

  • 55

    A-1 : Skala Kepercayaan Diri Remaja

    Awal Perempuan

  • 56

    PETUNJUK PENGISIAN SKALA

    1. Isilah terlebih dahulu identitas diri Anda.

    2. Baca dan pahamilah terlebih dahulu pernyataan-pernyataan pada lembar

    berikut dengan seksama.

    3. Pilihlah jawaban yang Anda anggap paling benar dan sesuai dengan

    pendapat Anda.

    4. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang telah tersedia:

    SS = Sangat Sesuai

    S = Sesuai

    TS = Tidak Sesuai

    STS= Sangat Tidak Sesuai

    5. Semua jawaban yang Anda berikan dianggap benar.

    6. Skala ini hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah semata sehingga

    kerahasiaan Anda sepenuhnya dijamin oleh peneliti.

    7. Jawablah SESUAI DENGAN KEADAAN DIRI ANDA yang sebenarnya

    dengan sejujur-jujurnya bukan berdasarkan jawaban yang terbaik.

    8. Apabila Anda telah selesai mengerjakan, mohon periksa kembali jangan

    sampai ada pernyataan yang terlewatkan untuk Anda isi.

    9. Jika pilihan jawaban pertama salah, maka coret jawaban yang pertama

    kemudian ganti dengan pilihan jawaban yang baru.

    Contoh : SS S TS STS

    SS S TS STS

    10. Terima kasih atas perhatian dan kesediaan Anda dalam mengerjakan skala

    ini.

    Selamat Mengerjakan

  • 57

    Jenis kelamin : L/P

    Usia : tahun

    Tinggal bersama : orangtua/saudara/kost

    NO. PERNYATAAN SS S TS STS

    1. Saya yakin akan kemampuan yang saya miliki.

    2. Saya mudah putus asa.

    3. Saya merasa penampilan saya menarik.

    4. Saya merasa banyak kekurangan pada diri saya.

    5. Saya senang bergaul dengan siapa saja.

    6. Saya merasa canggung bila berada di lingkungan yang baru.

    7. Saya mampu bersikap tegas dalam menghadapi suatu masalah.

    8. Kadang saya merasa bingung bila harus mengambil keputusan dalam situasi yang

    mendesak.

    9. Saya berani mengemukakan pendapat di depan umum.

    10. Saya takut jika diminta maju ke depan kelas.

    11. Saya dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuan saya.

    12. Saya sering kali tidak yakin terhadap sesuatu yang saya lakukan.

    13. Saya merasa disukai oleh orang di sekitar saya.

    14. Saya merasa teman-teman kurang dapat menerima saya karena keadaan fisik saya yang

    kurang menarik.

    15. Walaupun bentuk badan saya berbeda dengan teman-teman, saya tetap dapat bergaul dengan

    mereka.

    16. Tidak mudah bagi saya berbicara dengan orang baru, terutama pria.

    17. Saya berani mengambil keputusan yang

  • 58

    menurut saya baik tanpa harus meminta

    pendapat teman saya.

    18. Saya bertanya pada orang lain ketika akan mengambil keputusan.

    19. Saya berani memulai pembicaraan dengan orang yang baru saya kenal.

    20. Ketika ujian berlangsung, saya takut tidak bisa mengerjakannya.

    21. Saya akan terus berusaha sampai saya berhasil mengerjakan sesuatu dengan baik.

    22. Menurut saya, tidak banyak yang dapat diharapkan dari saya.

    23. Saya menerima kritikan dari orang lain dengan hati terbuka.

    24. Dalam suatu pesta saya merasa kurang yakin

    bahwa saya mampu berpenampilan menarik.

    25. Mudah bagi saya untuk memulai pembicaraan dengan orang yang baru saya temui.

    26. Saya merasa malu jika ingin mengawali pembicaraan dengan orang baru yang saya

    kenal.

    27. Saya yakin akan keputusan yang saya ambil.

    28. Lebih baik saya meminta bant