ajeng

download ajeng

of 24

Transcript of ajeng

  • BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Konsep Dasar

    1. Pengertian

    Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

    persalinan selesai sampai alat-alat kandungan seperti pra-hamil. Lama masa

    nifas yaitu 6-8 minggu ( Mochtar,1998)

    Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa nifas dimana

    organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan hamil. (Farrer, 2001). Nifas

    terbagi dalam 3 periode ;

    a. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

    dan berjalan-jalan.

    b. Puerperium Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetika

    yang lamanya 6 - 8 minggu.

    c. Remote Puerperium, adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

    sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

    komplikasi.

    2. Adaptasi Fisiologis

    a. Sistem Reproduksi

    1) Involusi Uterus

    Pada akhir kala tiga persalinan, fundus uterus berada setinggi

    umbilikus dan berat uterus 1000 gram. Fundus uteri turun kira-kira 1-2

    cm setiap 24 jam. Uterus kemudian mengalami involusi cepat selama

  • 7-10 hari pertama dan selanjutnya proses involusi berlangsung lebih

    berangsur-angsur.

    Setelah postnatal 12 hari, uterus biasanya sudah tidak dapat diraba

    melalui abdomen, dan setelah 6 minggu ukurannya sudah kembali pada

    ukuran tidak hamil yaitu tingginya 8 cm dengan berat 50 gram

    2) Lochea

    Lochea adalah istilah yang diberikan pada pengeluaran darah dan

    jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas

    jumlah dan warna lochea akan berkurang secara progresif

    a) Lochea Rubra (hari I - 4) jumlahnya sedang, berwarna merah dan

    terutama darah, dan bekuan mengandung desidua dan tropoblast.

    b) Lochea Serosa (hari 4 - 8) jumlahnya berkurang dan berwarna

    merah muda (hemoserosa), mengandumg serum lekosit dan

    jaringan mati.

    c) Lochea Alba (hari 8 - 14) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau

    hampir tidak berwarna, mengandung leukosit, desidua, sel epitel,

    mukosa, serum.

    3) Serviks

    Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,

    ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan,

    setelah enam minggu postnatal, serviks menutup.

  • Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak

    pernah kembali kekeadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa

    lubang kecil seperti mata jarum, serviks hanya kembali pada keadaan

    tidak hamil yang berupa lubang yang sudah sembuh tertutup, tapi

    terbentuk celah.

    4) Vulva dan Vagina

    Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat

    besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama

    sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

    kendur. Setelah tiga minggu, vulva dan vagina kembali kepada

    keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur

    akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

    5) Perineum

    Segera setelah melahirkan, perineum menjadi lebih kendur karena

    sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.

    Pada postnatal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali

    sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan

    sebelum melahirkan (nulipara).

    6) Payudara

    Berbeda dengan perubahan atrofik yang terjadi pada organ-organ

    pelvis, payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas,

    kecuali jika laktasi disupresi. Payudara akan menjadi lebih besar,

    lebih kencang dan mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi

    terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

  • b. Sistem Traktus Urinarius

    Buang air kecil yang sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan

    terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

    mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

    persalinan.

    Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 - 36 jam

    sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen

    yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok,

    Keadaan ini menyebabkan ureter yang berdilatasi akan kembali normal

    dalam tempo 6 minggu.

    c. Sistem Gastrointestinal

    Kerap kali diperlukan waktu tiga sampai empat hari selama faal usus

    kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,

    namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua

    hari. Gerak tubuh berkurang dan usus sebagian bawah sering kosong, jika

    sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat

    menghalangi keinginan ke belakang.

    d. Sistem Kardiovaskuler

    Pada persalinan terjadi penurunan volume cairan oleh karena kehilangan

    darah kurang lebih 300-400 cc pada persalinan pervagina, sedangkan pada

    SC kurang lebih dua kali lipat persalinan normal dan akan kembali setelah

    4-6 minggu.

    1) Tekanan darah

    Tekanan darah ibu seharusnya tetap stabil, namun setelah persalinan

    terjadi penurunan 15-20 mmHg. Dan saat ibu bangun dari tidur ke

  • duduk dapat mengalami hipotensi orthostatik. Hal ini terjadi karena

    adanya kompensasi penurunan resistensi vaskuler dalam pelvis.

    Sedangkan jika ada peningkatan tekanan Sistolik sampai dengan 20

    mmHg dan Diastole 15 mmHg, disertai perubahan visual yang

    menyebabkan sakit kepala.

    2) Denyut Nadi

    Nadi 50-70x/mnt adalah normal pada awal post partum. Brakikardi

    terjadi karena kompensasi peningkatan cardiac output.

    3) Suhu Tubuh

    Sehari setelah post partum, suhu tubuh meningkat 37C sampai dengan

    380C, akibat kerja keras saat melahirkan, kehilangan cairan dan

    kelelahan akibat keluar keringat berlebihan di malam hari dan

    pembakaran dalam tubuh.

    e. Sistem Endokrin

    Perubahan hormonal yang terjadi segera setelah plasenta lahir adalah

    hormon estogren dan progesteron menurun, hormon prolaktin meningkat

    berkaitan dengan proses laktasi.kadar prolaktin serum yang tinggi pada

    wanita yang menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Pada

    ibu yang menyusui dan tidak menyusui ovarium tidak berespon terhadap

    follicle-stimulting hormon. Pada ibu menyusui ovulasi dan menstruasi akan

    terjadi pada minggu ke 36 post partum karena estrogen meningkat pada fase

    folikular 3 minggu post partum. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi dan

    menstruasi terjadi pada 12 minggu setelah post partum.

  • f. Sistem Muskuloskeletal

    Pada Sistem Muskuloskeletal terjadi penurunan tonus otot, relaksasi dan

    hypermobility persendian. Proses persalinan menyebabkan trauma

    muskulus pubo coccygial dan spinter mayor pelvis. Dalam 24 jam pertama

    klien kadang-kadang mengeluh nyeri, lemah pada extremitas bawah akibat

    dari tegangan otot dan penggunaan tenaga sewaktu kala 11. Potensial

    terjadi tromboplebitis akibat dari menurunnya aktifitas dan peningkatan

    protrombin. Penurunan sensasi pada extremitas dalam 24 jam pada klien

    yang mendapat anastesi lokal.

    g. Sistem Neurologi

    Keluhan baal yang kadang-kadang dirasakan oleh 50% wanita hamil akan

    menghilang setelah persalinan. Keluhan sakit kepala kemungkinan akibat

    stress atau dehidrasi cairan spinal akibat spinal anastesi.

    h. Sistem Abdomen

    Relaksasi dinding abdomen menyebabkan abdomen menjadi lunak, lembut

    dan lemah. Muskulus rectus abdominalis memisah disebut diastasia recuts

    abdominis. Dinding abdomen akan kembali normal dalam 6 minggu.

    i. Sistem Integumen

    Cloasma gravidarum akan berkurang pada akhir kehamilan.

    Hyperpegmentasi areola mammae dan linea nigra belum menghilang

    sempuma. Palma eritema, spides angioma (nevi) berkurang seiring dengan

    penurunan estrogen.

  • 3. Perubahan Psikologis

    a. Adaptasi Ibu ( Rubin,1961 )

    1) Fase Taking In (Fase ketergantungan)

    Terjadi pada hari pertama dan kedua, pada tahap ini ibu lebih banyak

    membutuhkan perlindungan dan pelayanan berfokus pada dirinya,

    kurang dapat menerima karena kelelahan.

    2) Fase Taking Hold (Fase ketergantungan dan mandiri)

    Tahap ini mulai hari ketiga sampai minggu keempat atau kelima, pada

    tahap ini menerima peran baru dan belajar tentang hal yang baru.

    3) Fase Letting Go (Fase saling ketergantungan)

    Fase ini mulai pada minggu kelima sampai keenam dan fase ini

    keluarga telah menyelesaikan diri dengan kegiatan sehari-hari kembali

    normal.

    b. Adaptasi Ayah

    Ayah terlihat mempunyai keterlibatan yang kuat dengan bayi mereka,

    keterlibatan ayah memberikan kebahagian dan perhatian penuh pada

    bayinya. Proses yang diprediksi selama 3 minggu merupakan transisi ke

    masa orang tua, melalui 3 tahap.

    1) Harapan

    Pengalaman saat prakonsepsi tentang seperti apabila ada bayi di

    rumah.

    2) Realitas

    Menyadari harapannya tidak sesuai fakta kesedihan, ambivalensi.

    kecemburuan, frustasi, tidak dapat berpartisipasi dalam penyusunan,

  • hasrat untuk berpartisipasi lebih, sangat senang dengan mudahnya dan

    lucunya menjadi ayah.

    3) Transisi Kepenguasaan

    Keputusan yang membingungkan untuk mengambil alih dan menjadi

    aktif terlibat dalam kehidupan bayi.

    c. Adaptasi Sibling

    Sibling harus menerima peran barunya jika saudaranya lahir. Biasanya

    sibling cemburu karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tuanya,

    dengan berperilaku infantile, bermusuhan/agresif terhadap bayi, sikap ini

    dapat berkurang bila sibling sering bersama bayi. interaksi awal sibling

    dengan bayi adalah 96,7% dicerminkan dengan melihat bayi dan 86,7%

    adalah dengan menyentuh bayi, perilaku ini bervariasi menurut usia.

    Misalnya sibling yang lebih muda dengan menyentuh kepala dan sibling

    yang lebih tua dengan menyentuh lengan.

    4. Penatalaksanaan

    Menurut Moechtar Rustam, 1998, perawatan pasca persalinan meliputi :

    a. Keperawatan

    1) Mobilisasi

    Karena telah sehabis bersalin, ibu harus istirahat tidur terlentang

    selama 6 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring

    kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan

    tromboembali. Pada hari ke-2 diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas

    mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan

    sembuhnya luka-luka.

    2) Diet

  • Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup sekali. Sebaiknya makan

    makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan

    buah-buahan.

    3) Miksi

    Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

    kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan,

    oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi sfingter selama persalinan.

    Juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama

    persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing,

    sebaliknya dilakukan kateterisasi.

    4) Defekasi

    Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih

    sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras diberikan

    obat laksatif peroral atau perektal. Jika masih belum bisa dilakukan

    klisma.

    5) Perawatan Payudara

    Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting

    susu lemas. Tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

    bayi. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :

    pembalutan mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk

    supresi LH ( seperti tablet lynoral dan parlodel). Dianjurkan sekali

    supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan

    bayinya.

    6) Laktasi

  • Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak hari kehamilan

    telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :

    a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan

    lemak bertambah,

    b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut

    colostrum, berwarna kuning putih susu.

    c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana

    vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

    d) Setelah persalinan, pengalami supresi estrogen dan progesteron

    hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau

    prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh

    oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi,

    sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari

    pasca persalinan.

    Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan

    rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin

    dikeluarkan oleh hipofisis. Produksi Air Susu Ibu (ASI) akan lebih

    banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih

    sempurna.

    Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada

    bandingnya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan

    rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah

    untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar

    (rooming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan rooming

  • in : mudah menyusukan bayi, setiap saat selalu ada kontak antara

    ibu dan bayi, sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.

    7) Pemeriksaan Pasca Persalinan

    Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin

    baru boleh keluar rumah setelah habis nifas, yaitu 40 hari. Bagi wanita

    dengan persalinan normal, hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan

    kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan

    persalinan luar biasa harus kembali kontrol seminggu kemudian.

    8) Nasehat untuk ibu post natal

    Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan, sebaiknya bayi

    disusui, kerjakan gimnastik sehabis bersalin, untuk kesehatan ibu, bayi,

    dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak,

    bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

    b. Medik

    1) Obat Analgetik

    Digunakan jika klien merasa pusing dan nyeri yang diakibatkan oleh

    episiotomi.

    2) Obat Antipiretik

    Digunakan jika klien mengalami peningkatan suhu tubuh sebagai awal

    dari tanda-tanda infeksi.

    3) Antibiotik

    Digunakan untuk ada inflamasi dan infeksi.

  • 4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus dan

    transfusi darah diperlukan sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

    Penatalaksanaan yang lain dilakukan pada masa nifas atau post partum,

    yaitu pemeriksaan laboratorium yang berupa pemeriksaan darah

    terutama hemoglobin dan hemotokrit. Selain itu, dilakukan juga

    pemeriksaan urin pada ibu post partum yang mengalami infeksi pada

    saluran kemih.

    B. Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data

    yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan

    pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta

    merumuskan diagnosa keperawatan. Data yang dikaji pada saat kontraksi

    pertama post partum meliputi :

    a. Identitas klien terdiri dari : nama pasien, agama, pendidikan, pekerjaan,

    alamat, status perkawinan, status material, tanggal, masuk rumah sakit dan

    tanggal pengkajian.

    b. Riwayat Keperawatan

    1) Riwayat Kesehatan

    Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan utama saat masuk rumah

    sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi, adapun yang

    berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan

    tekanan darah, eliminasi, mual atau muntah, penamhahan berat

    badan, edema, pusing, sakit kepala, diplopia, nyeri epigastrik.

  • 2) Riwayat Kehamilan

    lnformasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang

    direncanakan, masalah saat hamil atau antenatalcare (ANC) dan

    imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.

    3) Riwayat Melahirkan

    Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya

    persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, anastesi yang

    digunakan, masalah selama melahirkan, jahitan pada perineum dan

    perdarahan.

    4) Data Bayi

    Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi.

    Kesulitan dalam melahirkan, apgar score, untuk menyusui atau

    pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada

    saat dilakukan pengkajian.

    5) Pengkajian masa nifas atau post partum pengkajian yang dilakukan

    meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan,

    gambaran lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi,

    kebersihan menyusui dan respon orang terhadap bayi.

    c. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa nifas atau post partum

    yaitu:

    1) Rambut

  • Kaji kekuatan rambut klien karena sebab diet yang baik selama masa

    hamil mempunyai rambut yang kuat dan segar.

    2) Muka

    Kaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak

    mata yang bengkak atau lipatan kelopak mata bawah menonjol.

    3) Mata

    Kaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti normal,

    sedangkan berwarna pucat berarti ibu mengalami anemia, dan jika

    konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.

    4) Payudara

    Kaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan kaji

    kondisi puting, kebersihan puting, adanya Asi

    5) Uterus

    Inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut,

    inspeksi juga gambaran striae, palpasi juga tinggi fundus uterus,

    konsistensi serta kontraksi uterus.

    6) Lochea

    Kaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang

    keluar dan baunya.

    7) Sistem Perkemihan

    Kaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan

    adanya distensi pada kandung kemih yang dilakukan pada abdomen

    bagian bawah

  • 8) Perineum

    Pengkajian dilakukan pada ibu dengan menempatkan ibu pada posisi

    sinus inspeksi adanya tanda-tanda "REEDA" (Rednes atau kemerahan,

    Echymosis atau perdarahan bawah kulit, edema atau bengkak,

    Discharge atau perubahan Lochea, Approximation atau pertautan

    jaringan.

    9) Ektrermitas Bawah

    Kaji adanya varises, edema, bentuk, ukuran, suhu, warna dan

    pergerakan ektremitas bawah, catat dan kaji adanya tanda-tanda

    tromboplebitis yaitu adanya eritema, bengkak dan nyeri pada betis

    ketika telapak didorsal fleksikan dan kaki diekstensikan.

    10) Tanda-tanda vital

    Kaji tanda-tanda vital meliputi suhu nadi, pernafasan dan tekanan

    darah selama 24 jam pertama masa nifas atau post partum.

    11) Data Penunjang

    Pemeriksaan diagnostik setelah 12-24 jam melahirkan klien diperiksa

    haemoglobin dan hemotokrit, urinalisis, pemeriksaan lain mungkin

    dilakukan sesuai dengan indikasi dari temuan fisik. ( Doenges, 2001).

    2. Diagnosa Keperawatan

    Adanya diagnosa yang mungkin timbul pada klien post partum spontan

    menurut teori (Doenges,2001 ) yaitu

    a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema

    atau pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormon.

  • b. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek dehidrasi,

    diare dan nyeri perineum/ rectal.

    c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau

    kerusakan kulit, penurunan Hb, invasife, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

    d. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal,

    trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek anastesi.

    e. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan intake

    yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan (diaforesis, peningkatan

    haluan urine dan kehilangan tidak kasat rata meningkat, hemoragi).

    f. Resiko tinggi ketidak adekuatan proses laktasi berhubungan dengan

    tingkat pengetahuan, tingkat dukungan, usia gestasi bayi, struktur fisik,

    payudara ibu.

    g. Menyusui efektifitas berhubungan dengan pengetahuan dasar menyusui,

    struktur payudara normal, struktur mulut bayi normal, usia kehamilan bayi

    lebih dari 34 minggu. Sumber pendukung, kepercayaan ibu.

    h. Peningkatan kepercayaan diri dalam perawatan bayi berhubungan dengan

    peran baru sebagai ibu, dan pengetahuan terhadap perawatan bayi,

    ketergantungan yang rendah terhadap bantuan dari tenaga kesehatan.

    3. Rencana Keperawatan

    Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

    trauma mekanis, edema, atau pembesaran jaringan

    atau distensi . efek-efek hormon.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x

    24 jam gangguan rasa nyaman nyeri teratasi

  • Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal TD : 120 / 80

    mmHg, Nadi : 80-88 x/mnt, RR : 20 x/mnt, Suhu :

    360C. Skala nyeri 1 2, Rasa nyaman nyeri dapat

    berkurang / hilang Klien tampak rileks

    Intervensi :

    a. Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan

    catatan kelahiran.

    b. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema,

    ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan

    jahitan.

    c. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama

    setelah proses kelahiran.

    d. Anjurkan relaksasi dengan nafas dalam

    e. lnspeksi hemoroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es

    selama 20 menit setiap 4 jam.

    f. Kaji nyeri tekan uterus tentukan adanya frekuensi intensitas nyeri.

    g. Berikan analgesik 30 - 60 menit sebelum menyusui atau perineum bila

    dibutuhkan.

    Diagnosa 2 : Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus

    otot, efek-efek dehidrasi, diare dan nyeri perineal /

    rectal.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x

    24 jam konstipasi tidak terjadi.

    Kriteria hasil : Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali,

    keluhan saat BAB tidak ada.

  • Intervensi :

    a. Auskultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan

    normal atau diastase recti.

    b. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,

    peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.

    c. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.

    d. Kaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan

    jaringan.

    e. Kolaberasi Berikan laksatif, lunak faeses, suppositoria atau enema.

    Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

    trauma jaringan dan / kerusakan kulit penurunan Hb,

    invasife, ruptur ketuban lama, malnutrisi.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

    24 jam resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi.

    Kriteria hasil : Mendemostrasikan teknik-teknik untuk menurunkan

    resiko atau meningkatkan penyembuhan,

    Menunjukkan luka yang bekas dari drainage purulen,

    Bebas dari infeksi dan karakter normal.

    Intervensi

    a. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-tanda

    menggigil, anoreksia atau malaise.

    b. Inspeksi sisi perbaikan episiotami setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan

    berlebihan, kemerahan, edema atau adanya laserasi.

    c. Perhatikan frekuensi / jumlah berkemih.

  • d. Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal sedikitnya

    4 jam dari depan kebelakang.

    e. Anjurkan klien untuk menggunakan krim antibiotik pada perineum

    sesuai indikasi.

    f. Berikan antipiretik.

    Diagnosa 4 : Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-

    efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan,

    efek-efek anastesi.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

    24 jam perubahan eliminasi urine tidak terjadi.

    Kriteria hasil : Berkemih tidak dibantu dalam waktu 6 - 8 jam

    setelah kelahiran, mengosongkan kandung kemih

    setiap berkemih.

    Rencana Keperawatan

    a. Kaji masukan cairan dan keluar urine terakhir.

    b. Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan lokasi serta jumlah aliran

    lochea.

    c. Perhatikan adanya edema atau Iaserasi episiotomi dan jenis anastesi yang

    digunakan

    d. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca persalinan dan setiap 4 jam

    setelahnya, bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan ke kamar

    mandi

    e. Anjurkan klien minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari

    f. Kateterisasi sesuai indikasi.

  • Diagnosa 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan

    berhubungan dengan intake tidak adekuat,

    kehilangan cairan berlebih (diuresis, peningkatan

    haluan urine dan kehilangan tidak kasat mata

    meningkat hemoragi)

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x

    24 jam resiko tinggi terhadap kekurangan cairan

    berlebih tidak terjadi.

    Kriteria hasil : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan

    keluaran urine seimbang, haemoglobin dan

    hematokrit dalam keadaan normal.

    Intervensi :

    a. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran

    b. Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol

    c. Perhatikan adanya rasa haus, berikan cairan sesuai toleransi

    d. Evaluasi masukan cairan dan keluaran urine, selama diberikan infus atau

    sampai pola berkemih normal

    e. Kolaborasi ganti cairan yang hilang dengan infus yang mengandung

    elektrolit

    Diagnosa 6 : Resiko terhadap ketidak adekuatan proses laktasi

    berhubungan dengan tingkat pengetahuan tingkat

    dukungan, usia gestasi bayi, struktur fisik payudara

    ibu.

  • Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x

    24 jam pengetahuan ibu bertambah.

    Kriteria hasil : ASI dapat keluar dengan lancar, pengetahuan ibu

    bertambah.

    Intervensi :

    a. Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui

    b. Berikan informasi verbal untuk mengenai fisiologi dan keuntungan

    menyusui, perawatan puting dan payudara, kebutuhan diet khsusus dan

    faktor-faktor yang memudahkan atau menganggu keberhasilan menyusui

    c. Mendemontrasikan dan tinjau ulang teknik-teknik menyusui, perhatikan

    bayi selama menyusui dan lama menyusui

    d. Kaji puting klien, anjurkan klien melihat puting setiap selesai menyusui.

    e. Berikan perlindungan puting payudara khusus untuk klien menyusui

    dengan puting masuk atau datar. Anjurkan penggunaan kompres es

    sebelum menyusui dan latihan puting dengan memutar diantara ibu jari

    dan jari tengah.

    f. Anjurkan menggunakan bra penyokong.

    Diagnosa 7 : Menyusui efektifitas berhubungan dengan

    pengetahuan dasar menyusui, struktur payudara

    normal, struktur mulut bayi normal, usia kehamilan

    bayi lebih dari 34 minggu. Sumber pendukung,

    kepercayaan ibu.

    Tujuan : Ibu dan bayi mendapat kepuasan dalam proses

    menyusui.

  • Kriteria hasil : Ibu mengungkapkan kepuasan dalam menyusui,

    dapat mendemontrasikan cara menyusui dengan

    tehnik yang benar, berat badan bayi meningkat /

    bertambah.

    Intervensi :

    a. Bantu ibu untuk menmpatkan bayi sejajar dengan payudara ibu.

    b. Ajarkan / mendemontrasikan tehnik menyusui yang benar.

    c. Diskusikan kepada ibu posisi yang nyaman saat menyusui

    d. Kaji kepuasan ibu setelah selesai menyusui

    e. Kaji berat badan bayi

    Diagnosa 8 : Peningkatan kepercayaan diri dalam perawatan bayi

    berhubungan dengan peran baru sebagai ibu, dan

    pengetahuan terhadap perawatan bayi,

    ketergantungan yang rendah terhadap bantuan dari

    tenaga kesehatan.

    Tujuan : Umpan balik yang positif dari ibunya untuk

    meningkatkan kepercayaan ibu.

    Kreteria hasil : Ibu merawat sendiri tanpa dibantu, bayi tenang dan

    nyaman

    Intervensi :

    a. Ajarkan ibu cara menyusui mengganti popok dan memandikan bayi.

    b. Ajarkan ibu bagaimana mengontrol kepala bayi.

    c. Diskusikan kepada ibu bagaimana ibu mengartikan tangis bayi.

    d. Dukung kepercayaan diri ibu.

    Diagnosa 9 : Peningkatan penampilan peran berhubungan dengan

    peran baru, ketidaktahuan orang tua terhadap

  • pertumbuhan dan perkembangan bayi, kecemasan

    berkaitan dengan peran sebagai orang tua kurangnya

    dukungan dari orang terdekat / keluarga.

    Tujuan : Ibu dan keluarga menerima peubahan peran.

    Kriteria hasil : Ibu dan keluarga mampu menjalankan perannya,

    kebutuhan anak terpenuhi.

    Intervensi :

    a. Diskusikan tugas dan peran daru setiap anggota keluarga.

    b. Diskusikan konflik yang muncul berhubungan sengan peran baru.

    c. Ibu memberikan stimulus yang sesuai dengan perkembangan dan

    pertumbuhan bayi.

    d. Ajarkan ibu memenuhi kebutuhan anaknya sesuai dengan umur dan

    perkembangannya.

    e. Dorong ibu untuk meningkatkan hubungan interpersonal didalam

    keluarga.

    4. lmplementasi

    lmplementasi adalah pelaksanaan pcrencanaan keperawatan yang

    dilakukan oleh perawat, klien itu sendiri atau dilakukan secara kerja sama

    dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, ahli gizi dan

    sebagainya dengan maksud untuk membantu klien mencapai tingkat

    kesehatan yang optimal setelah implementasi dilakukan dokumentasi pada

    catatan. keperawatan dan proses keperawatan serta secara lisan pada anggota

    tim kesehatan yang berkaitan untuk kelanjutan asuhan keperawatan.

    5. Evaluasi

  • Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan

    untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah

    dilakukan. Evaluasi. pada ibu post partum meliputi : kebutuhan fisiologi atau

    psikologis terpenuhi, komplikasi dicegah atau teratasi, ikatan keluarga

    dimulai kebutuhandan memahami kebutuhan persalinan.