ailurophobia
-
Upload
alvina-ulfah-rusmayuni -
Category
Documents
-
view
32 -
download
0
Transcript of ailurophobia
Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Miauw...pus...manis...meong! Panggilan-panggilan tersebut identik dengan kucing. Apa yang
terbayang saat Anda mendengar panggilan-panggilan tersebut ? Binatang berkaki empat yang
manis dan lucu ? atau sebuah monster yang menakutkan ? Bagi pecinta dan penyayang
kucing, jawaban yang pertama mungkin akan muncul, sedangkan bagi penderita ailurophobia
maka jawaban kedua yang akan muncul. Ailurophobia adalah salah satu tipe gangguan
specific phobia yang ditandai dengan adanya ketakutan irasional (irrational thinking) dan
berlebihan (unproportional) terhadap kucing. Ailurophobia lebih populer dengan sebutan
fobia kucing.
Bagi penderita ailurophobia, kucing benar-benar membuat mereka takut. Bagi yang tidak
mengalami fobia kucing menilai bahwa ketakutan yang penderita alami tidak wajar. Setiap
orang memiliki rasa takut terhadap sesuatu termasuk kucing, merupakan hal yang wajar dan
emosi yang normal. Beberapa hal yang memberikan potensi penyebab takut terhadap kucing
adalah bulu kucing yang bisa menjadi tempat berkembangnya virus toxoplasma. Seseorang
yang mengalami ketakutan terhadap kucing belum tentu mengalami ailurophobia karena bisa
jadi hanya karena jijik, risih, atau takut terhadap virus toxoplasma. Tidak sampai memberikan
respon yang berlebihan seperti menangis, pingsan, berkeringat, dan jantung berdebar
berlebihan, atau selalu menghindari kucing. Seseorang mengalami ailurophobia bila
mengalami ketakutan yang sangat berlebihan, menetap, dan ada penurunan dalam kehidupan
sosial atau pekerjaannya akibat ailurophobia yang dialami.
Terdapat beberapa penyebab ailurophobia sebagai berikut :
1. Penyebab predisposisi (predisposising causes), penyebab yang sifatnya predisposisi
atau kondisi yang rentan terhadap adanya gangguan tertentu. Penelitian longitudinal
menyatakan bahwa anak-anak tertentu memiliki predisposisi konstitusional terhadap
fobia karena mereka lahir memiliki temperamen negatif yang disebut dengan inhibisi
perilaku terhadap yang tidak dikenal (behavioral inhibition to the unfamiliar).
Tekanan dari lingkungan harus ada untuk mengaktifkan temperamen tersebut, seperti
kucing yang mengancam (traumatic event) karena menggigit atau mencakar dan
menimbulkan dampak ketakutan. Faktor ini seringkali disebut orang awam sebagai
”memang dasarnya orangnya penakut jadi kena sesuatu yang sedikit mengancam
langsung takut”.
2. Penyebab aktual (precipitating causes), merupakan suatu kondisi yang secara
langsung bertindak sebagai pencetus/pemicu gangguan. Misalnya mengalami kejadian
yang menakutkan saat dengan berinteraksi kucing, mendengar cerita menyeramkan
dari orang lain tentang kucing, atau melihat orang lain mengalami sesuatu yang tidak
menyenangkan dengan kucing.
3. Penyebab penguat (reinforcing causes), kondisi yang cenderung memperkuat
gangguan. Misalnya membiarkan gangguan terus berlangsung, mengganggap sebagai
bukan masalah, sehingga gangguan tetap ada dan akan bisa berkembang. Contoh
nyatanya selalu berusaha untuk menghindari berinteraksi dengan kucing baik melalui
bentuk gambar kucing atau kucing secara nyata.
Penderita ailurophobia memiliki penyimpangan pemikiran bahwa kucing memberikan
ancaman. Penyimpangan pemikiran ini muncul setelah mengalami kejadian yang terkait
dengan kucing yang mereka maknakan sebagai situasi yang mengancam atau tidak
menyenangkan bagi mereka. Pemikiran ini tidak harus akibat interaksi tidak menyenangkan
secara langsung dengan kucing, tetapi juga dapat dengan mendengar atau melihat orang lain
mengalami peristiwa tidak menyenangkan dengan kucing. Munculah keyakinan (belief)
bahwa kucing adalah ancaman yang harus dihindari. Kemudian mereka menilai bahwa semua
kucing ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kucing menakutkan. Sehingga saat berhadapan
dengan kucing penderita ailurophobia selalu merasa kucing tersebut mengancam bagi mereka
dan munculah respon-respon yang berlebihan dan tidak adaptif.
Dengan mengetahui beberapa penyebab ailurophobia yang telah diuraikan secara ringkas,
pembaca bisa mengambil hikmahnya untuk mencegah terjadinya ailurophobia ataupun
membedakan antara orang yang takut kucing biasa dan ailurophobia.
Ailurphobia/Ketakutan Terhadap Kucing
Rasa ketakutan berlebihan terhadap kucing /fobia kucing disebut juga
Ailurophobia. Orang-orang yang menderita fobia ini biasanya akan stress dan panik, bahkan
histeris bila melihat kucing.
Ailurophobia adalah salah satu tipe gangguan specific phobia yang ditandai dengan adanya
ketakutan irasional (irrational thinking) dan berlebihan (unproportional) terhadap kucing.
Ailurophobia lebih populer dengan sebutan fobia kucing.
Bagi penderita ailurophobia, kucing benar-benar membuat mereka takut. Bagi yang tidak
mengalami fobia kucing menilai bahwa ketakutan yang penderita alami tidak wajar. Setiap
orang memiliki rasa takut terhadap sesuatu termasuk kucing, merupakan hal yang wajar dan
emosi yang normal. Seseorang yang mengalami ketakutan terhadap kucing belum tentu
mengalami ailurophobia karena bisa jadi hanya karena jijik, risih, atau takut terhadap virus
toxoplasma. Tidak sampai memberikan respon yang berlebihan seperti menangis, pingsan,
berkeringat, dan jantung berdebar berlebihan, atau selalu menghindari kucing. Seseorang
mengalami ailurophobia bila mengalami ketakutan yang sangat berlebihan, menetap, dan ada
penurunan dalam kehidupan sosial atau pekerjaannya akibat ailurophobia yang dialami.
Terdapat beberapa penyebab ailurophobia sebagai berikut :
Penyebab predisposisi (predisposising causes), penyebab yang sifatnya predisposisi atau
kondisi yang rentan terhadap adanya gangguan tertentu. Penelitian longitudinal menyatakan
bahwa anak-anak tertentu memiliki predisposisi konstitusional terhadap fobia karena mereka
lahir memiliki temperamen negatif yang disebut dengan inhibisi perilaku terhadap yang tidak
dikenal (behavioral inhibition to the unfamiliar). Tekanan dari lingkungan harus ada untuk
mengaktifkan temperamen tersebut, seperti kucing yang mengancam (traumatic event) karena
menggigit atau mencakar dan menimbulkan dampak ketakutan. Faktor ini seringkali disebut
orang awam sebagai ”memang dasarnya orangnya penakut jadi kena sesuatu yang sedikit
mengancam langsung takut”.
Penyebab aktual (precipitating causes), merupakan suatu kondisi yang secara langsung
bertindak sebagai pencetus/pemicu gangguan. Misalnya mengalami kejadian yang
menakutkan saat dengan berinteraksi kucing, mendengar cerita menyeramkan dari orang lain
tentang kucing, atau melihat orang lain mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dengan
kucing.
Penyebab penguat (reinforcing causes), kondisi yang cenderung memperkuat gangguan.
Misalnya membiarkan gangguan terus berlangsung, mengganggap sebagai bukan masalah,
sehingga gangguan tetap ada dan akan bisa berkembang. Contoh nyatanya selalu berusaha
untuk menghindari berinteraksi dengan kucing baik melalui bentuk gambar kucing atau
kucing secara nyata.
Penderita ailurophobia memiliki penyimpangan pemikiran bahwa kucing memberikan
ancaman. Penyimpangan pemikiran ini muncul setelah mengalami kejadian yang terkait
dengan kucing yang mereka maknakan sebagai situasi yang mengancam atau tidak
menyenangkan bagi mereka. Pemikiran ini tidak harus akibat interaksi tidak menyenangkan
secara langsung dengan kucing, tetapi juga dapat dengan mendengar atau melihat orang lain
mengalami peristiwa tidak menyenangkan dengan kucing. Munculah keyakinan (belief)
bahwa kucing adalah ancaman yang harus dihindari. Kemudian mereka menilai bahwa semua
kucing ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kucing menakutkan. Sehingga saat berhadapan
dengan kucing penderita ailurophobia selalu merasa kucing tersebut mengancam bagi mereka
dan munculah respon-respon yang berlebihan dan tidak adaptif.
Dengan mengetahui beberapa penyebab ailurophobia yang telah diuraikan secara ringkas,
pembaca bisa mengambil hikmahnya untuk mencegah terjadinya ailurophobia ataupun
membedakan antara orang yang takut kucing biasa dan ailurophobia.
Napoleon diketahui menderita fobia ini dan sampai saat ini juga banyak orang yang
menderita hal yang sama. Beberapa artis indonesia juga mempunyai fobia yang sama. Perlu
juga dibedakan antara orang yang benar-benar menderita ailurophobia atau semata-mata
cuma benci atau jijik terhadap kucing.
Mengatasi fobia kucing!!!!
Wah, cukup merepotkan juga ya ketakutan terhadap kucing yang Anda alami. Padahal
menurut sebagian orang, kucing merupakan binatang peliharaan yang lucu dan
menggemaskan lho. Kondisi yang Anda alami ini dinamakan fobia. Fobia merupakan suatu
bentuk rasa takut yang kuat, terus-menerus, meskipun tidak ada alasan yang nyata (irasional)
yang ditimbulkan oleh suatu stimulus objek atau situasi tertentu (Chaplin, 2000). Dengan kata
lain, fobia merupakan suatu bentuk rasa takut yang ekstrim. Jenis fobia ini bisa bermacam-
macam. Secara umum, fobia dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu agora phobia,
simple phobia, dan fobia sosial. Agora phobia adalah fobia terhadap tempat luas, misalnya
pasar, terminal, atau jalan raya. Simple phobia adalah fobia yang terbatas pada objek yang
sederhana, misalnya takut terhadap binatang tertentu, benda tajam dan sebagainya.
Sedangkan fobia sosial adalah ketakutan yang irasional terhadap keramaian, tempat umum
ataupun sekumpulan orang.
Menurut DSM IV TR, seseorang dikatakan mengalami fobia apabila memenuhi karakteristik
sebagai berikut:
1. Mengalami ketakutan yang luar biasa, tidak masuk akal, dan persisten terhadap kehadiran
suatu objek atau situasi.
2.Individu menyadari bahwa perasaan takut tersebut berlebihan dan tidak masuk akal.
Individu cenderung menghindari situasi yang menimbulkan fobia, atau bila tidak dapat
dihindari, individu akan merasakan stres dan kecemasan yang hebat.
3. Perasaan takut yang intens tersebut secara signifikan mempengaruhi dan menganggu
kehidupan sehari-hari individu, baik di dalam pekerjaan/ sekolah ataupun fungsi sosial.
4.Untuk individu dibawah usia 18 tahun, keadaan tersebut sudah berlangsung minimal selama
6 bulan.
Fobia dapat ditimbulkan akibat pengalaman menakutkan yang secara psikologis tidak dapat
terselesaikan dengan baik. Misalnya fobia pada ruangan tertutup terjadi ketika pada usia 3-5
tahun anak mendapat hukuman dari orang tuanya secara berlebihan (misalnya dimasukan ke
ruangan yang terkunci, sempit, gelap serta sering ditakut-takuti), sehingga menyebabkan
ketakutan yang tidak tertanggulangi. Rasa takut yang tidak tertanggulangi ini kemudian
masuk ke alam bawah sadar anak, dan muncul kembali dalam bentuk fobia ketika anak
berusia dewasa.
Fobia juga bisa diperoleh setelah individu mengalami kejadian yang tidak menyenangkan
(menyebabkan rasa sakit dan penderitaan) yang sangat membekas dalam ingatan. Kecelakaan
tragis dapat menyebabkan individu trauma dan pada akhirnya mengalami fobia terhadap
kendaraan atau lalu lintas.
Sementara itu kaum behavioris bependapat bahwa didapat melalui proses belajar, antara lain
pengkondisian situasi atau melalui imitasi (proses meniru) & modelling yang dilakukan
individu terhadap orang-orang disekitarnya.
Bila sudah sangat parah dan menganggu, fobia memang sebaiknya harus segera diatasi
dengan pemberian treatmen tertentu. Tidak semua fobia harus selalu ditreatmen dengan
segera. Misalnya, bila ada seseorang yang mengalami fobia ular, namun orang tersebut
tinggal di kota metropolitan yang jauh dari hutan belantara (dan jauh dari ular tentunya),
maka fobia tersebut tidak terlalu membutuhkan treatmen dengan segera. Pada kasus anda,
objek fobia yang Anda alami adalah kucing, hewan yang mudah dan sering ditemui dalam
lingkungan kita sehari-hari. Bila melihat betapa intensnya ketakutan Anda tehadap kucing
dan betapa repot Anda dibuatnya, maka sudah selayaknya fobia Anda perlu dihilangkan.
Fobia yang dialami individu dapat dihilangkan salah satunya melalui terapi desensitisasi
sistematik. Dalam kondisi relaks, individu diminta untuk menghadirkan objek atau situasi
yang ditakutinya tersebut dalam imajinasi, dengan intensitas yang bertahap.
Mengatasi Fobia Kucing
Posted on 16 Mei 2012 by firmanpratama
Fobia adalah suatu ketakutan berlebihan yang terjadi pada diri manusia akibat suatu peristiwa
yang sangat membekas di masa dahulu. Salah satu jenis fobia yang banyak dijumpai adalah
fobia terhadapa hewan, dalam hal ini fobia terhadap kucing. Bagi sebagian besar orang,
kucing adalah binatang yang lucu dan menggemaskan.
Pada suatu siang datanglah seorang gadis ke klinik Wahana Sejati, yaitu tempat untuk
melakukan terapi pikiran. Gadis tersebut memiliki suatu permasalahn dengan dirinya, yaitu
ketakutan yang berlebihan (Fobia) terhadap kucing. Singkat cerita gadis itu sekarang telah
memasuki ruang terapi. Ia bertemu dengan seorang Hipnoterapist di situ. dimulailah
percakapan sederhana antara keduanya. “namanya siapa mbak ?” tanya sang Terapist, “saya
Dewi mas..” gadis itu menjawab dengan kondisi yang terlihat masih sedikit tegang.
Kemudian sang Terapist menanyakan apa yang menjadi masalah pada diri gadis/klien
tersebut serta menjelaskan Hipnosis secara benar kepada klien untuk mengatasi
ketegangannya. akhirnya keduanya terlibat dalam perbincangan yang santai serta diselingi
dengan canda tawa. Dari perbincangan tersebut, didapatlah sebuah informasi mengenai
masalah yang dialami oleh Klien. Masalah tersebut adalah Klien menderita fobia kucing,
mengapa sampai terjadi?.
Klien menjelaskan bahwa pada masa kecilnya Ia sangat menyenangi kucing dan Ia adalah
anak yang cukup nakal. Pada suatu hari di masa kecilnya, karena Ia anak yang nakal, Ia
dengan sengaja memukul seekor kucing lalu dengan reflek kucing tadi mencakarnya. Dari
pengalaman traumatis di masa kecil Klien tadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab fobia
kucing yang dialami Klien adalah karena Ia pernah dicakar oleh seekor kucing karena Ia
sebelumnya memukul kucing tersebut. Dari situ kemudian sang Terapist bertanya kepada
Klien “Anda dicakar kucing karena Anda memukul kucing tersebut kan..!?” “iya..” jawab
Klien, “berarti jika Anda tidak memukul kucing tadi maka kucingnya juga tidak akan
mencakar anda kan..!?” “bener juga ya..” jawab Klien sambil tertawa kecil, lalu Terapist
lanjut bertanya “jika Anda baik sama kucing maka kucingnya juga baik sama Anda, salah
atau benar..!?” “Benar Pak…” Klien tersenyum semakin lebar.
“Oke, sekarang coba pejamkan mata Anda, tarik nafas yang dalam, keluarkan…. sekarang,
bayangkan di depan Anda ada seekor kucing, sudah..?” “sudah..” “berikan warna pada kucing
tersebut, bayangkan bentuknya, perjelas warnanya, bentuknya, bayangkan dan rasakan
kucing tersebut sekarang ada di depan Anda, lihatlah betapa lucunya kucing tersebut, kucing
itu suka kepada Anda, kucing itu ingin bersahabat dengan Anda, dia menuruti semua perintah
Anda, seperti apa kucinnya..?” “Lucu mas…” “terus..?” “ada kalungnya, dia nurut…”
“sekarang bayangkan dan rasakan, jika Anda senang dengan kucing maka kucing tadi juga
senang dengan anda, jika anda baik maka dia juga baik, paham” “iya..” “oke, mulai sekarang
dan seterusnya, dimanapun dan kapanpun juga, jika Anda melihat kucing maka bayangan
Anda adalah kucing yang lucu dan baik seperti yang di depan Anda ini, kucing yang sangat
bersahabat dengan Anda, mulai sekarang dan seterusnya, dimanapun dan kapanpun juga
Anda akan senang dengan kucing dan kucingnya juga senang dengan Anda, paham..?” Klien
menganggukkan kepalanya, “bagus, pada hitungan ke-10 silakan Anda bangun dengan
kondisi segar sesegar-segarnya, dengan kondisi sehat sesehat-sehatnya, dengan kondisi yang
penuh semangat, 1… 2… 3..rasakan tubuh Anda mulai terasa segar dan bersemangat 4…
rasakan tubuh Anda semakin segar dan bersemangat 5…kesegaran dan semangat Anda
semakin meningkat dari sebelumnya 6… 7… 8… Anda semakin bersemangat dari
sebelumnya, semakin ingin terbangun 9… tubuh Anda terasa sangat segar, sangat sehat,
sangat bersemangat, dan Anda sangat ingin bangun… 10… bangunkan diri Anda dengan
kondisi segar sesegar-segarnya, dengan kondisi sehat sesehat-sehatnya, dengan kondisi yang
penuh semangat sekarang…” Klien terbangun dengan tersenyum kepada sang Terapist.
“Gimana rasanya..?” “nyaman Mas, rasanya lega…” “Mbak itu ada kucing mbak..!” sang
Terapist mencoba mengagetkan Klien “Mana Mas…?”
Klien bertanya sambil mencari-cari kucing tersebut dengan ekspresi keingintahuaan, suatu
indikator bahwa Klien tersebut tidak lagi takut kepada kucing. Terapi tadi adalah mengatasi
permasalahan yang diderita Klien dengan mencari ‘Inti’ penyebab permasalahan tersebut,
setelah inti permasalahan ditemukan, selanjutnya dimodifikasi dari peristiwa yang sangat
traumatis dan menakutkan bagi Klien menjadi suatu peristiwa yang menyenangkan, sehingga
sampai kapanpun Klien tadi melihat kucing maka yang ada dalam pikirannya adalah “kucing
itu baik, lucu, bersahabat dengan saya” sehingga Klien tidak akan merasa takut lagi kepada
kucing alias fobianya telah sembuh secara permanen.