Aida Greenbury MD Sustainability & Stakeholder Engagement ... · " Pemberitahuan Verifikasi TK oleh...

19
Aida Greenbury MD Sustainability & Stakeholder Engagement Asia Pulp and Paper Group (APP) [email protected] Sinar Mas Land Plaza JI.MH Thamrin 51 Jakarta – Indonesia Yth. Para Pemangku Kepentingan, Pada bulan Februari 2013, APP meluncurkan Kebijakan Konservasi Hutan (FCP), di mana perusahaan berkomitmen untuk menghentikan semua aktivitas penebangan hutan alam. Moratorium ini diberlakukan sementara kami melakukan serangkaian penilaian untuk menentukan bagian mana dari konsesi pemasok kami yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (HCV) dan Stok Karbon Tinggi (HCS), yang semuanya akan dilindungi. Luas area konsesi pemasok APP di Indonesia mencapai lebih dari 2,6 juta hektar. Untuk memastikan bahwa berbagai komitmen FCP diimplementasikan dengan baik di area seluas itu bukanlah merupakan tugas yang mudah. Ketika kami memulai kebijakan Tidak Ada Deforestasi ini, kami sadar bahwa kami akan menghadapi banyak tantangan dan masalah dalam pelaksanaannya. Kami percaya akan pentingnya untuk bersikap transparan terhadap tantangan- tantangan yang muncul, agar kami dapat mengundang para pemangku kepentingan untuk membantu kami mengatasinya. Menindaklanjuti keluhan yang diajukan oleh Eyes on the Forest pada bulan Mei, TFT dan APP merilis laporan mengenai 70 hektar hutan alam yang dibuka oleh PT. Riau Indo Agropalma (RIA) di Riau, yang melanggar kebijakan moratorium APP. Hal ini terjadi karena RIA pada dua tahun sebelumnya telah menandatangani perjanjian dengan masyarakat setempat untuk membangun area tersebut - sebuah kewajiban bagi pemilik konsesi. Tim implementasi FCP telah melakukan kesalahan dalam menyimpulkan bahwa area tersebut masuk dalam area yang boleh dibangun. Akibat kejadian ini, TFT dan APP melakukan audit terhadap semua konsesinya untuk memastikan apakah ada kasus lain seperti yang terjadi di RIA, di mana terdapat komitmen yang telah dibuat sebelumnya dengan masyarakat. Beberapa audit yang menjadi perhatian kami: PT. Sekato Pratama Makmur (SPM) dan PT. Bina Duta Laksana (BDL), Riau Dua area teridentifikasi memiliki permasalahan yang mirip dengan kasus “hutan rakyat” di PT RIA: Pada SPM, penyelidikan menunjukkan bahwa tidak ada pengerjaan hutan alam yang dilakukan dan karena itu, tidak terdapat pelanggaran terhadap moratorium. Pada BDL, terdapat area seluas 27,8 hektar telah dibuka setelah tanggal 1 Pebruari 2013. Tidak memungkinkan untuk menentukan apakah area tersebut termasuk area stok karbon

Transcript of Aida Greenbury MD Sustainability & Stakeholder Engagement ... · " Pemberitahuan Verifikasi TK oleh...

Aida Greenbury

MD Sustainability & Stakeholder

Engagement

Asia Pulp and Paper Group (APP)

[email protected]

Sinar Mas Land Plaza

JI.MH Thamrin 51

Jakarta – Indonesia

Yth. Para Pemangku Kepentingan,

Pada bulan Februari 2013, APP meluncurkan Kebijakan Konservasi Hutan (FCP), di mana

perusahaan berkomitmen untuk menghentikan semua aktivitas penebangan hutan alam.

Moratorium ini diberlakukan sementara kami melakukan serangkaian penilaian untuk

menentukan bagian mana dari konsesi pemasok kami yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi

(HCV) dan Stok Karbon Tinggi (HCS), yang semuanya akan dilindungi.

Luas area konsesi pemasok APP di Indonesia mencapai lebih dari 2,6 juta hektar. Untuk

memastikan bahwa berbagai komitmen FCP diimplementasikan dengan baik di area seluas itu

bukanlah merupakan tugas yang mudah. Ketika kami memulai kebijakan Tidak Ada Deforestasi

ini, kami sadar bahwa kami akan menghadapi banyak tantangan dan masalah dalam

pelaksanaannya. Kami percaya akan pentingnya untuk bersikap transparan terhadap tantangan-

tantangan yang muncul, agar kami dapat mengundang para pemangku kepentingan untuk

membantu kami mengatasinya.

Menindaklanjuti keluhan yang diajukan oleh Eyes on the Forest pada bulan Mei, TFT dan APP

merilis laporan mengenai 70 hektar hutan alam yang dibuka oleh PT. Riau Indo Agropalma (RIA)

di Riau, yang melanggar kebijakan moratorium APP. Hal ini terjadi karena RIA pada dua tahun

sebelumnya telah menandatangani perjanjian dengan masyarakat setempat untuk membangun

area tersebut - sebuah kewajiban bagi pemilik konsesi. Tim implementasi FCP telah melakukan

kesalahan dalam menyimpulkan bahwa area tersebut masuk dalam area yang boleh dibangun.

Akibat kejadian ini, TFT dan APP melakukan audit terhadap semua konsesinya untuk

memastikan apakah ada kasus lain seperti yang terjadi di RIA, di mana terdapat komitmen yang

telah dibuat sebelumnya dengan masyarakat. Beberapa audit yang menjadi perhatian kami:

PT. Sekato Pratama Makmur (SPM) dan PT. Bina Duta Laksana (BDL), Riau

Dua area teridentifikasi memiliki permasalahan yang mirip dengan kasus “hutan rakyat” di

PT RIA:

Pada SPM, penyelidikan menunjukkan bahwa tidak ada pengerjaan hutan alam yang

dilakukan dan karena itu, tidak terdapat pelanggaran terhadap moratorium.

Pada BDL, terdapat area seluas 27,8 hektar telah dibuka setelah tanggal 1 Pebruari 2013.

Tidak memungkinkan untuk menentukan apakah area tersebut termasuk area stok karbon

tinggi (HCS). Daerah yang dibuka berada pada lahan gambut, sehingga merupakan

pelanggaran terhadap kebijakan FCP APP perihal pembangunan pada lahan gambut.

Seperti halnya dengan kasus RIA, keputusan untuk menyetujui kegiatan pembukaan lahan

ini diambil oleh Tim Implementasi FCP di lapangan dan tidak meminta persetujuan kepada

Tim Manajemen Senior dalam APP dan TFT.

Selain audit khusus yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari kasus RIA, FCP juga kemudian

mengharuskan APP dan TFT untuk melakukan pemantauan terus menerus terhadap

pelaksanaan FCP, khususnya dalam pemantauan penebangan hutan alam. Pemantauan ini

berhasil mengungkapkan adanya pelanggaran moratorium di Sumatera Selatan:

PT. Bumi Andalas Permai (BAP), PT. Sebangun Bumi Andalas (SBA), dan PT. Bumi Mekar

Hijau (BMH), South Sumatra

Penyelidikan menunjukkan bahwa BMH, BAP dan SBA telah secara salah membuka area

dengan Stok Karbon Tinggi (HCS) seluas 69,45 hektar setelah tanggal 1 Februari 2013

(mayoritas area HCS yang dibuka terdapat di BMH). Hal ini terjadi di daerah yang

dikategorikan sebagai zona "terlarang (No Go)", sambil menunggu penilaian penuh

terhadap area HCS, HCV dan lahan gambut. Ini merupakan pelanggaran terhadap

moratorium pembukaan hutan alam dan FCP yang tidak dapat diterima, dan disebabkan

oleh proses persetujuan dan proses supervisi perusahaan yang tidak memadai.

Lebih jauh lagi, sebanyak 69,45 hektar area HCS yang dibuka merupakan bagian dari area

seluas 431 hektar yang telah dikembangkan sejak 1 Februari 2013 dalam zona "No Go",

yang didirikan sebagai bagian dari proses pra-penilaian. APP meminta agar pra-penilaian

dilakukan di Sumatera Selatan untuk mengidentifikasi daerah 'berisiko rendah' untuk

pembangunan HTI agar dapat memenuhi perkiraan produksi. Tidak ada aktivitas

pembangunan lahan lainnya di seluruh area pemasok APP.

Penyelidikan menunjukkan bahwa masalah ini bisa dihindari jika tim operasional:

• Telah dilengkapi dengan checklist yang lengkap tentang pekerjaan dan dokumen

yang membutuhkan persetujuan formal,

• Menerapkan pengawasan dan proses pengawasan yang lebih ketat sebelum

pengembangan lahan dilakukan.

Sebagai tindak lanjut dari kasus ini, prosedur baru telah diperkenalkan oleh APP / TFT untuk

mencegah terulang kembalinya masalah serupa. Saat ini kami tidak hanya menangani

permasalahan seperti ini, tetapi kami juga menggunakan temuan penyelidikan untuk terus

memperbaiki cara kami menerapkan FCP.

Kami tetap berkomitmen terhadap kebijakan ‘Tidak Ada Deforestasi’ kami dan terus

menerapkannya di seluruh area pemasok kami. Bekerja sama dengan mitra kami, kami

memastikan bahwa kami akan terus maju mencapai tujuan bersama dalam mengatasi isu-isu

kompleks yang ada dalam melindungi hutan alam, dengan tetap menghormati hak-hak

masyarakat adat.

Kami menyambut setiap pemikiran, masukan atau pertanyaan yang Anda miliki tentang surat ini

dan laporan yang menyertainya.

Dengan hormat,

Aida Greenbury

MD Sustainability & Stakeholder Engagement

LAPORAN VERIFIKASI ATAS POTENSI PELANGGARAN TERHADAP MORATORIUM PENEBANGAN HUTAN ALAM APP DI AREAL KONSESI

PT. SEKATO PRATAMA MAKMUR DAN PT. BINA DUTA LAKSANA

RIAU, JULI 2013

1. LATAR BELAKANG Pada tanggal 15 Mei 2013, Eyes on the Forests (EoF) menerbitkan sebuah

laporan dengan tuduhan terjadinya suatu pelanggaran terhadap komitmen

moratorium APP oleh PT. Riau Indo Agropalma (RIA), salah satu pemasok APP.

Investigasi yang dilakukan oleh tim pelaksana dari manajemen senior APP/TFT

dan Forest Conservation Policy (FCP) mengkonfirmasi adanya pembukaan

lahan seluas 70 Ha dari hutan alam di RIA. Pelanggaran tersebut dinyatakan

sebagai hasil kegagalan proses berkaitan dengan persetujuan pembukaan lahan

hutan yang dialokasikan untuk masyarakat melalui program yang ditetapkan

pemerintah sebgai mata pencaharian masyarakat (Tanaman Kehidupan/TK).

Rincian lengkap dari investigasi beserta rekomendasinya dapat ditlihat di dalam

Laporan Verifikasi RIA dari TFT (26.06.2013).

Sebagai hasil dari kasus RIA, seluruh staf Tim Pelaksana FCP telah ditarik

kembali ke Kantor Pusat APP untuk suatu pengarahan kembali. APP segera

mengirimkan pemberitahuan secara lisan dan disusul surat resmi tertanggal 30

Mei 2013 kepada para pemasoknya untuk memastikan bahwa pembukaan lahan

untuk pengembangan TK tidak boleh dilakukan di areal konsesi manapun.

Sebuah prosedur tambahan telah diperkenalkan untuk menangani kegagalan

proses yang diidentifikasi di dalam kasus RIA dan sebuah pemeriksaan

mendesak telah diperintahkan oleh Joint Steering Committee1 (JSC) dari APP

untuk menentukan apakah terjadi kasus yang sama, yang dapat mengancam

moratorium atau pelaksanaan dari FCPnya. Laporan ini merinci temuan dari

pemeriksaan tersebut.

2. TINDAKAN YANG DILAKUKAN OLEH TIM PELAKSANA FCP

Sebagai hasil dari proses pemeriksaan, dua pemasok HTI dari APP, yaitu PT.

Sekato Pratama Makmur (SPM) dan PT. Bina Duta Laksana (BDL) di Riau telah

                                                                                                                         1  Joint  Steering  Committee  (JSC)  dari  APP  terdiri  atas  CEO  Sinarmas  Forestry,  Sustainability  MD  dari  APP  dan  Direktur  Pelaksana  TFT.  Committee  tersebut  dibentuk  untuk  secara  langsung  menangani  isu-­‐isu  tingkat  tinggi  yang  berkaitan  dengan  moratorium  dan  pelaksanaan  FCP.    

diidentifikasi mempunyai kasus TK yang sama dengan kasus di RIA. Langkah-

langkah berikut telah diambil:

a. Pada tanggal 25 Juni 2013, JSC meminta agar Tim Pelaksana FCP menilai

situasi di kedua pemasok yang ditandai tersebut.

b. Suatu Tim Verifikasi Lapangan yang terdiri dari gabungan antara staf TFT

dan APP telah dibentuk dan dikirim ke SPM dan BDL.

c. Pada tanggal 9 Juli 2013, Tim Verifikasi Lapangan memulai kegiatan

verifikasi dan pengumpulan data, termasuk:

Ø Verifikasi dokumen

Ø Wawancara dengan pihak-pihak terkait

Ø Verifikasi lapangan

Ø Verifikasi pelaporan

3. KESIMPULAN DARI TIM VERIFIKASI LAPANGAN Berdasarkan hasil dari verifikasi lapangan dan data lapangan yang disusun

(rincian hasil verifikasi dapat dilihat di Lampiran 01), maka Tim Verifikasi

Lapangan menyimpulkan bahwa:

a. SPM Ø Tidak terdapat pelanggaran terhadap moratorium. Tidak terjadi

pembukaan lahan di SPM. Surat pemberitahuan yang dikirim ke para

pemasok APP untuk memastikan bahwa tidak terjadi pembukaan lahan

untuk pengembangan TK telah tiba sebelum SPM mulai bekerja di areal

TKnya.

b. BDL Ø Areal seluas 27,8 hektar telah dibuka di areal TK di dalam konsesi BDL

setelah tanggal 1 Pebruari 2013. Situasinya tidak memungkinkan untuk

menentukan apakah areal tersebut awalnya adalah HCS, dan oleh

karenanya apakah pembukaannya setelah itu merupakan suatu

pelanggaran terhadap moratorium.

Ø Areal yang dibuka berada di atas lahan gambut, yang merupakan

pelanggaran terhadap kebijakan FCP dari APP tentang pembangunan

lahan gambut baru.

Ø Pembukaan lahan 27,8 hektar tersebut dimulai pada tanggal 5 Maret

2013 sampai 17 Maret 2013. Pembukaan di areal TK telah terjadi

sebelum surat pemberitahuan diterima oleh BDL pada tanggal 30 Mei

2013.

Ø Lahan 27,8 Ha telah dibuka karena pada tanggal 2 Maret 2013 tim

pelaksana APP/TFT telah salah menyetujui kelanjutan dari

pembangunan areal TK di lapangan tanpa konsultasi terlebih dahulu

dengan JSC. Keputusan ini dibuat karena adanya kesepakatan

sebelumnya dengan masyarakat untuk mengembangkan areal tersebut.

Lingkup kesepakatan TK telah disetujui oleh masyarakat pada tanggal

24 Nopember 2012 dan perjanjian resmi antara pemasok APP yaitu BDL

dengan masyarakat akhirnya ditandatangani pada tanggal 18 Pebruari

2013.

Ø Sebagaimana kasus RIA, Tim Pelaksana FCP telah salah berasumsi

bahwa bilamana seluruh kriteria untuk pembangunan TK telah dipenuhi,

termasuk kewajiban hukum untuk membangun areal tersebut, maka

areal tersebut dapat dibuka.

Ø 195,39 m3 kayu hutan alam telah diproduksi dari pembukaan lahan

setelah tanggal 1 Pebruari 2013 di areal TK tersebut. Dengan

diberikannya persetujuan untuk membuka areal ini, maka volume kayu

ini telah dimasukkan ke dalam sistem SO (stok opname) dan oleh

karenanya dikirim ke pabrik IKPP Perawang pada tanggal 26 Maret

2013.

Ø Penilaian HCS dan HCV sedang berlangsung di areal ini, dan oleh

karenanya pada saat verifikasi tidak memungkinkan untuk menentukan

apakah HCS telah dibuka. Namun, mengingat bahwa 195,39 m3 kayu

telah diproduksi dari suatu areal seluas 27,8 ha, maka dapat diasumsi

bahwa rata-rata per Ha menghasilkan hanya 7m3/Ha. Oleh karenanya,

tidaklah mungkin bahwa areal ini adalah HCS.

4. REKOMENDASI

SPM

a. Tim Pelaksana FCP dan JSC harus berkonsultasi dengan para pihak terkait,

termasuk masyarakat, pemerintah dan LSM untuk menangani kewajiban

hukum SPM untuk membangun areal TK bagi manfaat masyarakat lokal

terhadap komitmennya kepada FCP dari APP.

BDL

b. APP agar melibatkan BDL, masyarakat, pemerintah dan LSM-LSM terkait

dalam menangani realisasi kewajiban hukum BDL pada saat ini dan di masa

depan untuk membangun areal TK agar bermanfaat bagi masyarakat lokal

dan APP FCP.”

LAMPIRAN 01 – KETERANGAN TERPERINCI TIM PELAKSANA ATAS INVESTIGASI INTERNAL, VERIFIKASI LAPANGAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMENTASI DI SPM DAN BDL

A. PROSES VERIFIKASI 1. TANGGAL DAN ANGGOTA TIM

Verifikasi lapangan telah dilakukan antara tanggal 9 Juli 2013 dan 12 Juli 2013

untuk SPM dan BDL. Tim Pelaksana terdiri atas:

-­‐ Boby Bayu Prakoso (TFT)

-­‐ Abidin Lakadimu (TFT)

-­‐ Widya Purnama (SMF)

-­‐ Agung Roestiyanto (SMF)

2. VERIFIKASI DOKUMEN a. SPM Dokumen-dokumen yang terkait dengan pembukaan lahan di areal TK yang

telah diverifikasi mencakup:

v RKU

RKUPHHK – HTI PT. Sekato Pratama Makmur untuk jangka waktu 2011 –

2020 telah disahkan sesuai dengan Keputusan Nomor: SK.168/VI-

BPHT/2010 tertanggal 21 Desember 2010.

Rencana kegiatan di dalam dokumen ini mencakup:

1. Rincian penanaman:

-­‐ Jenis utama: Acacia crassicarpa : 26.404 Ha/siklus

-­‐ Tanaman unggulan: Meranti; Bintangur, Geronggang & Kedondong:

4.643 Ha/siklus

-­‐ Jenis TK: Nangka, Durian, Ambacang, Acacia sp: 2.280,27 Ha/siklus

2. Pemanenan:

-­‐ Tanaman Utama: 26.404 Ha/siklus

-­‐ Tanaman Unggulan: 4.643 Ha/siklus

v RKT

RKT 2013 telah disahkan sesuai dengan Keputusan Nomor:

SK.01/SPM/XII/2012, yang berlaku dari tanggal 22 Desember 2012 sampai

dengan 21 Desember 2013. Rencana penanaman di dalam dokumen RKT ini

mencakup rincian berikut:

-­‐ Tanaman Utama: 4.558 ha (Distrik Humus) + 877 Ha (Distrik Hampar)

-­‐ TK: 836.20 ha (Distrik Hampar) à lahan terbuka.

v MOU perusahaan dengan masyarakat/koperasi

Ada sebuah MOU (Perjanjian Kerjasama) dengan Koperasi Petani Hutan

Tuah Sekato di Desa Temiang, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis

tentang pembangunan areal TK di SPM sesuai dengan Perjanjian Nomor:

001/TK/SPM/XI/2010, yang ditandatangani pada tanggal 19 Nopember 2010.

Perjanjian kerjasama ini mencakup pembangunan areal TK seluas 1.102 Ha.

v Pemberitahuan Verifikasi TK oleh Tim Stock Opname (SO)

Pada tanggal 1 Maret 2013 Tim SO (sebuah sub-unit dari Tim Pelaksana

FCP) melakukan verifikasi terhadap TK di SPM. Kriteria untuk pembangunan

TK mencakup: (a) TK sudah harus ditetapkan di dalam dokumen RKU yang

disetujui, (b) TK sudah harus ditetapkan di dalam dokumen Rencana Kerja

Tahunan (RKT) yang disetujui, (c) ada MoU yang sah antara pemegang

konsesi dan masyarakat untuk TK, dan (d) ada suatu deliniasi yang jelas dari

areal TK di lapangan. Hasil verifikasi mengkonfirmasi bahwa SPM telah

memenuhi semua persyaratan sebagaimana dinyatakan di dalam Berita

Acara Verifikasi Areal TK No: 01/TFT-APP/SPM/MC.BA-VER.TK/III/2013

tertanggal 1 Maret 2013.

b. BDL

Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pembukaan lahan di areal TK yang telah diverifikasi mencakup:

v RKU

Dokumen Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan

Tanaman Industri (RKUPHHK-HTI) untuk periode 2008 – 2017 telah

disahkan melalui Keputusan Nomor: 207/Menhut-II/2006 tertanggal 8 Juni

2016 di lahan seluas 28.890 Ha.

v RKT

Dokumen Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

Hutan Tanaman Industri (RKTUPHHK-HTI) tahun 2012 telah disahkan

sesuai dengan Instruksi Nomor 01/BDL/III/2012. Dokumen RKT ini

berlaku dari 22 Maret 2012 sampai dengan 22 Maret 2013. Untuk RKT

2012, 51,4 Ha telah dialokasi untuk penggunaan TK.

v Berita Acara Verifikasi TK

Tim SO telah melakukan verifikasi terhadap persyaratan pembangunan

TK. Hal tersebut termasuk (a) legalitas, yang mencakup persetujuan RKU

dan RKT, (b) MOU dengan Kelompok Tani Setia Amanah, Desa Sungai

Empat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, (c) penandaan

perbatasan di lapangan. Hasil verifikasi berkesimpulan bahwa SPM telah

melengkapi seluruh persyaratan sebagaimana dinyatakan di dalam Berita

Acara Verifikasi Areal TK No 01/TFT-APP/BDL/MC.BA-Ver.TK/III/2013

tertanggal 02 Maret 2013.

v Rincian Berita Acara tentang Tata Batas TK di BDL tertanggal 11 Pebruari

2013 mencakup:

a. Panjang batas antara TK dan areal hutan alam: 1.769 meter

b. Jumlah petak: 2 petak (Petak 9005 dan Petak 9038)

c. Jumlah Patok: 19 Patok

d. MOU/perjanjian dengan masyarakat/koperasi.

MOU mencakup Perjanjian Kerjasama TK Nomor 014/TK/BDL/II/2013

yang ditandatangani oleh Chief Director BDL dengan Ketua Kelompok

Tani Setia Amanah pada tanggal 18 Pebruari 2013. Lokasi TK di dalam

MoU berada di wilayah Desa Rambian, Kecamatan Gaung Anak Serka,

Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Lingkup kerjasama mencakup

51,4 Ha. MOU tersebut berdasarkan sebuah kesepakatan sebelumnya

oleh masyarakat tentang lingkup TK, yang dinyatakan di dalam suatu

Risalah Rapat yang ditandatangani para pihak pada tanggal 24

Nopember 2012.

Gambar 1. Peta lokasi TK di BDL

v Pembukaan 27,8 hektar dimulai pada tanggal 5 Maret 2013 sampai

dengan 17 Maret 2013. Pembukaan ini terjadi di petak 9005 (11 Ha) dan

petak 9038 (16,8 Ha) sebagaimana disajikan di dalam gambar di bawah.

Gambar 2. Peta lokasi TK yang dibuka di BDL

Deliniasi batas lapangan untuk rencana pengelolaan TK telah

diselesaikan baru untuk 27,8 Ha dari total areal di dalam MoU seluas 50,4

Areal  TK  sesuai  MOU  50  Ha  

Realisasi  yang  dibuka  TK    27,8Ha  

Ha. Terdapat 22,2 Ha yang tidak dibuka yang terletak di lahan gambut

yang berisi campuran antara sisa pohon-pohon hutan alam, semak

belukar dan perkebunan kelapa sawit pada lahan ini. Penilaian lengkap

dari HCV/Gambut dan HCS di BDL sedang berlangsung pada saat ini.  

Peralatan berat berikut telah digunakan dalam kegiatan pembukaan lahan

antara tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 17 Maret 2013 di dalam

Areal TK di BDL:

Tabel 1. Daftar Peralatan yang digunakan untuk pembukaan lahan setelah tanggal 1

Pebruari 2013

No. Alat Jenis Alat Kode Alat Kegiatan

1 Excavator Kobelco SK-200-8 WK.188

Pembukaan

Lahan

2 Excavator Kobelco SK-200-8 WK.187

Pembukaan

Lahan

3 Excavator Kobelco SK-200-8 WK.181 Penggalian Parit

Kegiatan penanaman di dalam areal TK di Petak 9005 dan Petak 9038

dimulai pada tanggal 13 Maret 2013 sampai dengan 21 Maret 2013 dan

total areal yang ditanami adalah 27,5 Ha.

Gambar 3. Peta lokasi dari TK yang ditanam di BDL

v Dokumen Tata Usaha Kayu (TUK), penebangan dan pengangkutan kayu

hutan alam dari areal TK. Realisasi  Tanam  TK  27.5  Ha  

Volume kayu yang diproduksi dari pembukaan lahan adalah 195,40 M3,

dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Kayu hutan alam yang diproduksi dari pembukaan TK di BDL

No. Petak Pengukuran Tumpukan

Jumlah Tumpukan

Volume

L (M) X T (M)

Panjang (M) Jenis (M3)

1 2 3 4 5 6 7

1. 9005 2.50 X 2.20 20.80 662 KBK 72.072

2. 9005 2.50 X 2.70 29.00 663 KBK 123.323

3. 9038 0 0 0 0

Total 195.395

Kayu hutan alam yang diproduksi dari pembukaan areal TK telah diukur

pada tanggal 17 Maret 2013 dan dimasukkan ke dalam LHP KBK (No:

000043 tertanggal 18 Maret 2013).

Kayu hutan alam yang diproduksi dari pembukaan areal TK telah diangkut

dari TPn (tempat penumpukan kayu sementara) ke TPK (Tempat

Penumpukan Kayu) dengan menggunakan sampan baja pada tanggal 21

April 2013 menggunakan dokumen Delivery Order Nomor 017436. Total

volume yang diangkut adalah 195,395 M3 (petak kode 9005). Rincian data

pengangkutan kayu dari TK ke TPK Antara Belantaraya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Pengangkutan kayu hutan alam yang ditebang dari TK di BDL

No Tanggal Alat Nomor Nomor Tipe Vol Nomor

Pengangkutan Angkut Angkutan FAKB Kayu M3 DKBK

1 2 3 4 5 6 7 8

1. 21/04/2013 Truk BM8065CU A.016193 KBK 18.90 00001

2. 21/04/2013 Truk BM8081CU A.016194 KBK 18.90 00002

3. 21/04/2013 Truk BM8078CU A.016195 KBK 18.90 00003

4. 21/04/2013 Truk   BM8239ZU A.016196 KBK 18.90 00004

5. 21/04/2013 Truk   BM8254CU A.016197 KBK 18.90 00005

6. 21/04/2013 Truk   BM8241ZU A.016198 KBK 20.16 00006

7. 21/04/2013 Truk   BM8239ZU A.016199 KBK 18.90 00007

8. 21/04/2013 Truk   BM9821CU A.016200 KBK 18.90 00008

9. 21/04/2013 Truk   BM8091CU A.016201 KBK 21.42 00009

10. 21/04/2013 Truk   BM8111CU A.016202 KBK 20.16 00010

Total 194.04

Pengangkutan kayu hutan alam yang berasal dari areal TK BDL dari TPK

Antara Belantaraya ke PT. IKPP – Perawang telah dilaksanakan pada

tanggal 26 April 2013 dengan menggunakan Tug Boat TB.SB II dan

tongkang TK.ISM III. Dokumen-dokumen yang menyertai kayu tersebut

termasuk: (a) Invoice untuk Pengangkutan Kayu Bulat (FA-KB) dengan

nomor seri ‘PT. IKPP. A 067256’, (b) DKBK nomor 0067 dan (c) Surat

Penyerahan Nomor Seri B.003458 (dengan tanda stempel SO).

3. VERIFIKASI LAPANGAN a. SPM Verifikasi lapangan telah dilakukan pada titik-titik koordinat berikut:

o Koordinat batas areal TK patok HM 33,01° 28’ 38” U; dan 101° 39’

20”T.

o Koordinat batas areal TK Patok HM 29,01° 28’ 09” U; dan 101° 39’

21”T.

o Koordinat batas areal TK Patok HM 30, dengan koordinat 01° 28’ 09”

U; dan 101° 39’ 36” T

v Hasil dari verifikasi lapangan mengkonfirmasikan bahwa tidak ada persiapan

lahan di areal TK di SPM setelah tanggal 1 Pebruari 2013. Seluruh persiapan

lahan dan penanaman Acacia Crassicarpa di dalam areal TK ini dilakukan

hanya dalam tahun 2012 (14,1 Ha dari total 1.102 ha areal TK).

v Kondisi areal TK di SPM secara visual dikonfirmasikan sebagai lahan gambut

terbuka dan lahan gambut yang ditutupi rumput cogon, pakis dan jenis

Acacia liar sporadis, sebagaimana tamapk pada gambar di bawah. Penilaian

HCV/Gambut dan HCS di SPM sedang berlangsung saat ini.

Gambar 4. Pemandangan visual dari batas TK di BDL

Patok  HM  29                                                                           Patok  HM  33

b. BDL Hasil verifikasi lapangan di areal TK di BDL mengkonfirmasikan sebagai berikut:

v Dari rencana pengelolaan TK seluas 50,4 Ha, sebagaimana dinyatakan di

dalam MOU antara BDL dan Kelompok Tani Setia Amanah:

-­‐ 27,8 Ha telah dibuka dari tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 17 Maret

2013.

-­‐ 27,5 Ha dari areal yang dibuka telah ditanami Acacia Crassicarpa sampai

dengan 21 Maret 2013. Lihat gambar-gambar di bawah

Gambar lempeng 5.TK yang ditanami Acacia crassicarpa di BDL

Gambar 6. Peta lokasi TK yang telah dibuka dan telah ditanami di BDL

v Selama verifikasi dikonfirmasikan bahwa seluruh kayu hutan alam yang

dihasilkan dari pembukaan lahan di areal TK telah dimasukkan ke dalam

sistem SO (stok opname) dan oleh karenanya telah diangkut ke pabrik

PT. IKPP Perawang tanpa menyisakan apapun di lokasi TK.

Penandaan batas di areal TK masih terlihat (berupa pita merah).

v Kondisi dari sisa 22,2 Ha dapat digambarkan sebagai lahan gambut

terbuka dengan sisa pohon-pohon hutan alam, semak belukar dan

perkebunan kelapa sawit, sebagaimana diperlihatkan di gambar di bawah.

Penilaian HCV/Gambut dan HCS di BDL sedang berlangsung.

Realisasi  Tanam  TK  27,5  Ha  

Realisasi  Bukaan  TK    27,8  Ha  

Areal  MOU  TK  50  Ha  

Sisa TK di BDL terdiri atas tegakan hutan alam, semak belukar dan perkebunan kelapa sawit