AGROPOLITAN

8
PENGUATAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK AGRIBISNIS UNGGULAN Mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari sektor pertanian, karenanya revitalisasi pertanian sangat strategis untuk dilaksanakan, guna memacu pembangunan perdesaan dengan pengembangan kawasan agropolitan, yaitu mengubah kawasan perdesaan menjadi kota pertanian yang berkembang dan mampu menghela pembangunan wilayah perdesaan sekitarnya. Masalah pokok adalah kesenjangan antara perencanaan strategi pengembangan kawasan agropolitan yang dicanangkan pemerintah dan penerapannya di Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian untuk memperbaiki perencanaan Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis Unggulan. Identifikasi hasil dan analisa hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kabupaten Semarang merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan kawasan agropolitan, karena memiliki produk pertanian unggulan berupa produk holtikultura, utamanya sayuran, tanaman pangan, buah, tanaman hias dan empon-empon, yang sangat mendukung untuk pengembangan kegiatan agribisnis dan pengembangan kawasan agropolitan. Hasil analisis SWOT menunjukan bahwa secara umum kondisi agribisnis di Kabupaten Semarang masih berada pada kondisi yang lemah dan terancam, sehingga terjadi kesenjangan dengan kebijakan pemerintah. Penyebab kesenjangan meliputi aspek manajemen, agribisnis dan aspek hukum. Kesimpulan : aspek manajemen berupa kurang sosialisasi, kurang koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan antar instansi, serta terjadinya inkonsistensi kebijakan pemerintah, aspek agribisnis karena lemahnya kondisi agrobisnis di Kabupaten Semarang, sedangkan aspek hukum karena belum adanya landasan hukum yang kuat di daerah guna pengembangan kawasan agropolitan. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk memperkuat manajemen perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan agribisnis dari pusat sampai ke daerah dengan mengoptimalkan sosialisasi, koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan, serta meningkatkan upaya pemeliharaan konsistensi kebijakan pemerintah, meningkatkan kondisi

Transcript of AGROPOLITAN

Page 1: AGROPOLITAN

PENGUATAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK AGRIBISNIS UNGGULAN

Mayoritas penduduk Indonesia menggantungkan hidup dari sektor pertanian, karenanya revitalisasi pertanian sangat strategis untuk dilaksanakan, guna memacu pembangunan perdesaan dengan pengembangan kawasan agropolitan, yaitu mengubah kawasan perdesaan menjadi kota pertanian yang berkembang dan mampu menghela pembangunan wilayah perdesaan         sekitarnya.            Masalah pokok adalah kesenjangan antara perencanaan strategi pengembangan kawasan agropolitan yang dicanangkan pemerintah dan penerapannya di Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian untuk memperbaiki perencanaan Penguatan Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis Peningkatan Daya Saing Produk Agribisnis   Unggulan.Identifikasi hasil dan analisa hasil penelitian menunjukkan bahwa : Kabupaten Semarang merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan kawasan agropolitan, karena memiliki produk pertanian unggulan berupa produk holtikultura, utamanya sayuran, tanaman pangan, buah, tanaman hias dan empon-empon, yang sangat mendukung untuk pengembangan kegiatan agribisnis dan pengembangan kawasan agropolitan. Hasil analisis SWOT menunjukan bahwa secara umum kondisi agribisnis di Kabupaten Semarang masih berada pada kondisi yang lemah dan terancam, sehingga terjadi kesenjangan dengan kebijakan pemerintah. Penyebab kesenjangan meliputi aspek manajemen, agribisnis dan aspek   hukum.             Kesimpulan : aspek manajemen berupa kurang sosialisasi, kurang koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan antar instansi, serta terjadinya inkonsistensi kebijakan pemerintah, aspek agribisnis karena lemahnya kondisi agrobisnis di Kabupaten Semarang, sedangkan aspek hukum karena belum adanya landasan hukum yang kuat di daerah guna pengembangan kawasan agropolitan. Oleh karena itu, direkomendasikan untuk memperkuat manajemen perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan agribisnis dari pusat sampai ke daerah dengan mengoptimalkan sosialisasi, koordinasi, sinkronisasi dan keterpaduan, serta meningkatkan upaya pemeliharaan konsistensi kebijakan pemerintah, meningkatkan kondisi agribisnis, serta mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi pengembangan kawasan agropolitan.

 

 

Page 2: AGROPOLITAN

Pengertian umum

1.      Revitalisasi Pertanian

-         Revitalisasi pertanian merupakan upaya kongkrit untuk menempatkan kembali pembangunan pertanian sebagai salah satu sektor andalan pembangunan nasional, dalam hal menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat/petani, mengurangi kemiskinan dan melestarikan lingkungan hidup

-         Revitalisasi pertanian sebagai strategi dan kebijakan pembangunan pertanian ke depan dalam rangka (1) mengurangi kemiskinan dan pengangguran, (2) peningkatan daya saing, produktifitas, nilai tambah, kemandirian dan distribusi pangan serta (3) pelestarian dan pemanfaatan lingkungan hidup

2.      Agropolitan

Agropolitan terdiri dari kata Agro(Pertanian) dan Politan (Polis = Kota), sehingga agropolitan dapat diartikan sevagai kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalnnya sistem dan usaha agribisnis di desa dalam kawasan sentra produksi sebagai kota pertanian yang memiliki fasilitas yang dapat mendukung lancarnya pembangunan pertanian yaitu :

-          Jalan jalan akses (jalan usaha tani)

-          Alat alat mesin pertanian (traktor, alat alat prosesing)

-          Pengairan/jaringan irigasi

-          Lembaga penyuluh dan alih teknologi

-          Kios kios sarana produksi

-          Pemasaran

3.      Program Agropolitan Berbasis Jagung

-          Program agropolitan berbasis jagung adalah program unggulan daerah untuk memacu pembangunan pertanian sekaligus menjadi motor penggerak pembangunan perekonomian daerah.

-          Agropolitan berbasis jagung dengan pertimbangan : (1) lahan tersedia luas dan belum dimanfaatkan secara optimal, (2) jagung

Page 3: AGROPOLITAN

sudah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu dan menjadi sumber pendapatan secara turun temurun, (3) jagung sebagai komoditas industri serta (4) peluang pasar dalam negeri dan ekspor.

4.      Pertanian Modern

Berbagai pendapat tentang pertanian modern yang dapat disimpulkan sebagai berikut:

-         Pertanian modern merupakan suatu proses pembaharuan dengan memanfaatkan teknologi maju.

-         Berorientasi agribisnis dengan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan.

-         Memiliki produktifitas dan daya saing tinggi-         Memiliki ketahanan pangan yang tinggi-         Berorientasi pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraaan

masyarakat pertanian yang didukung oleh sumberdaya pertanian yang tangguh.

Program Agropolitan yang telah mendapatkan sambutan petani/masyarakat dan para stakeholder telah dapat meningkatkan produksi jagung sekaligus pendapatan dan kesejahteraan petani, serta telah berdampak pada pengembangan sektor lain. Salah satu Program agropolitan berbasis jagung telah menjadikan Provinsi Gorontalo dikenal di tingkat nasional bahkan internasional.

Meskipun telah menunjukan keberhasilan namun untuk lebih memacu dan meningkatkan hasil yang telah dicapai masih diperhadapkan kepada berbagai masalah masalah yang selama ini dihadapi pembangunan pertanian di Indonesia yaitu :

-         Keterbatasan alat pengolah tanah (Traktor)

-         Keterbatasan modal petani

-         Penyediaan benih unggul dan pupuk

-         Gangguan hama/penyakit

-         Penyediaan/Pembangunan irigasi

-         Kualitas sumberdaya manusia (petugas dan petani)

-         Kualitas produksi dan pemasaran

Masalah masalah tersebut menjadi tantangan dalam upaya memacu pelaksanaan Program Agropolitan berbasis jagung di Provinsi Gorontalo dalam upaya mempertahankan eksistensi Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Jagung yang telah mendapat perhatian nasional dan internasional. Untuk itu pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memberikan perhatian yang lebih besar dalam memecahkan masalah masalah tersebut diatas dengan membangun/mengembangkan infrastruktur sebagai pilar pilar, untuk memacu pembangunan agropolitan

Page 4: AGROPOLITAN

menuju pembangunan pertanian modern di Gorontalo. Upaya ini sekaligus sebagai respon dan implementasi Program Revitalisasi Pertanian yang dicanangkan oleh Presiden RI.

PERSYARATAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN

Pranoto

PENGANTARMensikapi berbagai tantangan dalam pembangunan pertanian yang sejalan dengan upaya percepatan pembangunan perdesaan, diperlukan komitmen yang kuat dan kerjasama yang erat antara pemerintah, masyarakat maupun swasta. Untuk hal tersebut, Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan salah satu pendekatan pembangunan perdesaan berbasis pertanian, dengan menempatkan ‘kota-tani’ sebagai pusat kawasan berikut ketersediaan sumberdayanya, sebagai modal tumbuh dan berkembangnya kegiatan yang saling melayani dan mendorong usaha agrobisnis antar desa-desa kawasan (hinterland) dan desa-desa sekitarnya. Sehingga terciptahah sistem usaha agribisnis antara perkotaan dan perdesaan untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah.

PERSYARATAN ADMINISTRATIF

Dalam rangka pemanfaaran sumber dana APBD maupun APBN sebagai stimulasi pembiayaan pengembangan kawasan agropolitan, diperlukan persyaratan antara lain :

1. Tersusunnya Master Plan (Business Plan) pengembangan kawasan agropolitan, berikut rencana pembiayaan tahunannya.

2. Ditetapkannya kawasan agropolitan oleh Bupati/Walikota, berikut komoditas unggulannya.

3. Terbentuknya Kelembagaan Pengelola (Tim/Pokja) yang diperkuat dengan SK Bupati/Walikota.

Ketiga persyaratan tersebut sangat diperlukan sebagai kelengkapan administratif dalam pembiayaan APBD/APBN.

Page 5: AGROPOLITAN

Konsep agropolitan secara sederhana bisa diartikan sebagai pengembangan pertanian perkotaan sebagaimana asal kata agro (pertanian) dan politan (kota)

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi keluarga pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana yang tidak saja berada di pedesaan.

Struktur perekonomian wilayah merupakan faktor dasar yang mem-bedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan.

Pembangunan pedesaan membutuhkan pusat pertumbuhan dengan pendekatan pengembangan wilayah yang menekankan pada keswadayaan dan kemandirian pada tingkat teritorial kecil. Keterkaitan pedesaan dan faktor-faktor pendukung tersebut memunculkan model pengembangan agropolitan.

Konsep agropolitan secara sederhana bisa diartikan sebagai pengembangan pertanian perkotaan sebagaimana asal kata agro (pertanian - Red) dan politan (kota - Red). Dengan demikian, agropolitan merupakan kawasan khususnya perkotaan yang berkembang karena roda pertanian dan sarana pendukung agribisnis lainnya berjalan baik.

Pada tataran yang lebih luas pengembangan pun dititikberatkan pada kawasan agropolitan dalam rangka pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

Departemen Pertanian bersama Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bersama-sama mulai menggagas pengembangan kawasan agropolitan tersebut.

Agropolitan pada dasarnya adalah meningkatkan percepatan pembangunan wilayah dan meningkatkan keterkaitan desa dan kota serta mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis pada daerah-daerah potensi sebagai kawasan pengembangan agropolitan.

Dengan demikian agropolitan tidak jauh berbeda dengan pola-pola seperti Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) dan Kawasan Sentra Produksi (KSP).

Kawasan agropolitan merupakan program bertahap dan berorientasi jangka panjang, di mana organisasi dan tata kerja yang dikembangkan

Page 6: AGROPOLITAN

harus mampu mengakomodasi semua kepentingan dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik masyarakat, kelembagaan petani, dunia usaha, kelembagaan sistem agribisnis dan luasan kawasan. Setidaknya, kawasan agropolitan perlu didukung dengan lembaga keuangan, pasar, kelembagaan petani, akses informasi, sarana transportasi dan jalur distribusi yang singkat.

Kelompok Kerja

Untuk simpul koordinasi dan advokasi serta kesekretariatan penyelenggaraan program rintisan pengembangan agropolitan ini akan dibentuk kelompok kerja di tingkat Kabupaten/ Kota, Provinsi dan Pusat. Bupati sebagai penanggung jawab di tingkat kabupaten, Gubernur sebagai penanggung jawab program di tingkat provinsi serta Menteri Pertanian sesuai kewenangannya sebagai penanggung jawab pembangunan sistem dan usaha agribisnis di Indonesia.

Sudah hampir setahun, pemerintah telah menetapkan 7 (tujuh) kawasan pengembangan sebagai langkah terobosan program pengembangan agropolitan. Adapun ketujuh kawasan tersebut adalah Kabupaten Agam (Sumatera Barat), Kabupaten Rejang Lebong (Bengkulu), Kabupaten Cianjur (Jawa Barat), Kabupaten Kulonprogo (DIY Yogyakarta), Kabupaten Bangli (Bali), Kabupaten Barru (Sulawesi Selatan), Boalemo (Gorontalo) dan Kabupaten Kutai Timur (Kalimantan Timur). Masing-masing kawasan tersebut menjadi sentra pengembangan agropolitan dengan basis peternakan, perkebunan, hortikultura dan tanaman pangan.

Operasionalisasi atas konsep agropolitan sangat tergantung pada kemauan dan ketekunan pihak-pihak di tingkat kabupaten dan provinsi. Pemerintah pusat berada pada posisi regulator dan fasilitator.

Salah satu contoh yang mulai memperlihatkan pengembangan agropolitan adalah Kabupaten Bualemo, Provinsi Gorontalo, dengan basis pengembangan pada pertanian dan perikanan. Jagung menjadi komoditas sentral bagi pengembangan agropolitan di Gorontalo sehingga mampu memenuhi pasokan kebutuhan dalam negeri bahkan tidak menutup kemungkinan untuk diekspor. Pilihan pada komoditas jagung sangat tepat mengingat saat ini masih diimpor untuk keperluan industri pakan ternak.

Harapan pada pengembangan agropolitan setidaknya mampu menjawab kekhawatiran akan mobilisasi urbanisasi yang meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Merosotnya kesejahteraan petani, konservasi lahan yang tidak terkendali dan desakan kebutuhan sehari-hari menyebabkan sektor pertanian tidak menjadi andalan untuk mempertahankan hidup.

Agropolitan mensyaratkan keterpaduan mulai dari pengembangan pertanian hingga keterkaitan dengan usaha-usaha pendukung lainnya.

Page 7: AGROPOLITAN

Permasalahan klasik yang selalu muncul adalah ketidakberdayaan petani dalam mengendalikan harga atas komoditas yang dihasilkannya.

Jika kita membuka kembali sejarah perlawanan kaum tani, sebenarnya keterpurukan petani harus diantisipasi agar tidak terjadi sebuah perlawanan terhadap pembangunan itu sendiri. Hal ini penting mengingat potensi masalah sosial perkotaan akan semakin sulit diatasi jika kawasan dan sumber daya manusia pedesaan tidak diberdayakan secara optimal.

Mao Zedong, pejuang revolusioner Cina, berhasil mengubah perjuangan kaum buruh Soviet dengan menempatkan petani sebagai komponen utama yang mampu merebut dominasi orang-orang kota. Perlawanan dengan strategi "desa mengepung kota", sangat ampuh untuk mengalahkan Chiang Kai-shek dan penjajah Jepang.

Petani juga mempunyai potensi kekuatan yang besar hanya saja secara kelembagaan sering dipatahkan. Untuk itu, kelembagaan yang dibangun perlu mempertimbangkan potensi kekuatan petani tersebut serta masalah-masalah lain seperti pemasaran dan konsolidasi yang matangSumber: Pembaruan

AGROPOLITAN merupakan sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu kawasan yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian (agribisnis/agroindustri). kawasan agropolitan diharapkan akan menarik pengembangan ekonomi berbasis agri di wilayah hinterland, dan oleh karenanya perlu diciptakan suatu Linkage dan keterpaduan antara kawasan Agropolitan dengan kawasan hinterland.