Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

106
Laporan Akhir Studi Pengembangan Kawasan Ekonomi Agropolitan Kabupaten Kutai Timur Halaman 1 dari 106 Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan 1.1 Gambaran Umum Konsep Kawasan Ekonomi Agropolitan Perkembangan dan sejarah konsep pembangunan wilayah mengalami perubahan yang dinamis. Pertama, dimulai dengan konsep teori centralplace dari Christaller pada tahun 1933. Konsep ini bertujuan ingin menjelaskan pilihan-pilihan lokasi untuk sektor-sektor publik dan pribadi, serta di mana posisi pemerintah mengambil keputusan sehingga menghasilkan alokasi yang optimal bagi berbagai fungsi layanan ekonomi. Kedua, konsep neoklasik. Konsep ini menyatakan bahwa penggunaan sumberdaya dapat menjadi optimum dan distribusi pendapatan dan pertumbuhan antar wilayah akan merata apabila mekanisme pasar berfungsi sebagaimana mestinya. Ketiga, teori growth pole. Konsep ini berkembang di Perancis pada tahun 1950 di mana suatu industri tertentu perlu dikembangkan dengan berbagai fasilitas pendukungnya sehingga menstimulasi berbagai aktivitas ekonomi di wilayah sekitarnya. Keempat, teori export base. Teori berkembang di Amerika Serikat pada awal dekade lima puluhan, di mana pertumbuhan wilayah dipicu oleh permintaan eksternal. Selanjutnya, pendapatan yang diterima dari ekspor digunakan untuk menstimulasi permintaan internal dan pertumbuhan wilayah. Kelima, centre- periphery-models. Model dicetuskan oleh Gunard Myrdal pada tahun 1957 sebagai pertanyaan terhadap penerapan model neoklasik di negara berkembang. Myrdal mengatakan bahwa negara berkembang tidak mungkin berdampingan dengan negara maju dalam kerangka mekanisme pasar, karena akan menghasilkan kesenjangan yang makin parah. Model Myrdal baru diakui pada awal tujuh puluhan sebagai paradigma baru pembangunan. Myrdal menginginkan feri-feri harus memperoleh perhatian yang proporsional agar kesenjangan dapat dihentikan. Konsep pembangunan agropolitan diangkat dari pemikiran Myrdal dalam konteks yang lebih spesifik, yakni keadaan negara-negara Asia yang umumnya berpenduduk padat, serta sistem pertaniannya labor intensive dalam skala usaha kecil. Friedmann and Douglas (1978) dalam Mercado (2002) mengimplementasikan gagasan Myrdal ke

Transcript of Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Page 1: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 1 dari 106

Bagian- 1 Profil dan Arahan InvestasiAgropolitan

1.1 Gambaran Umum Konsep Kawasan Ekonomi Agropolitan

Perkembangan dan sejarah konsep pembangunan wilayah mengalami perubahan yang

dinamis. Pertama, dimulai dengan konsep teori centralplace dari Christaller pada

tahun 1933. Konsep ini bertujuan ingin menjelaskan pilihan-pilihan lokasi untuk

sektor-sektor publik dan pribadi, serta di mana posisi pemerintah mengambil

keputusan sehingga menghasilkan alokasi yang optimal bagi berbagai fungsi layanan

ekonomi. Kedua, konsep neoklasik. Konsep ini menyatakan bahwa penggunaan

sumberdaya dapat menjadi optimum dan distribusi pendapatan dan pertumbuhan antar

wilayah akan merata apabila mekanisme pasar berfungsi sebagaimana mestinya.

Ketiga, teori growth pole. Konsep ini berkembang di Perancis pada tahun 1950 di

mana suatu industri tertentu perlu dikembangkan dengan berbagai fasilitas

pendukungnya sehingga menstimulasi berbagai aktivitas ekonomi di wilayah

sekitarnya. Keempat, teori export base. Teori berkembang di Amerika Serikat pada

awal dekade lima puluhan, di mana pertumbuhan wilayah dipicu oleh permintaan

eksternal. Selanjutnya, pendapatan yang diterima dari ekspor digunakan untuk

menstimulasi permintaan internal dan pertumbuhan wilayah. Kelima, centre-

periphery-models. Model dicetuskan oleh Gunard Myrdal pada tahun 1957 sebagai

pertanyaan terhadap penerapan model neoklasik di negara berkembang. Myrdal

mengatakan bahwa negara berkembang tidak mungkin berdampingan dengan negara

maju dalam kerangka mekanisme pasar, karena akan menghasilkan kesenjangan yang

makin parah. Model Myrdal baru diakui pada awal tujuh puluhan sebagai paradigma

baru pembangunan. Myrdal menginginkan feri-feri harus memperoleh perhatian yang

proporsional agar kesenjangan dapat dihentikan.

Konsep pembangunan agropolitan diangkat dari pemikiran Myrdal dalam konteks

yang lebih spesifik, yakni keadaan negara-negara Asia yang umumnya berpenduduk

padat, serta sistem pertaniannya labor intensive dalam skala usaha kecil. Friedmann

and Douglas (1978) dalam Mercado (2002) mengimplementasikan gagasan Myrdal ke

Page 2: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 2 dari 106

dalam konsep pembangunan agropolitan. Agropolitan merupakan pendekatan

perencanaan pembangunan tipe bottom-up yang berkeinginan meneapai kesejahteraan

dan pemerataan pendapatan lebih tepat dibanding strategi growth pole. Karakteristik

agropolitan meliputi:

1. Skala geografi relatif kecil;

2. Proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang bersifat otonom dan

mandiri berdasarkan partisipasi masyarakat lokal

3. Diversifikasi tenaga kerja pedesaan pada sektor pertanian dan non pertanian,

menekankan kepada pertumbuhan industri kecil;

4. Adanya hubungan fungsional industri pedesaan-perkotaan dan linkages

dengan sumberdaya ekonomi lokal;

5. Pemanfaatan dan peningkatan kemampuan sumberdaya dan teknologi lokal.

Selanjutnya, Friedmann and Weaver (1979) menyempurnakannya sebagai strategi

pembangunan wilayah (pedesaan maupun perkotaan) yang bertumpu pada

sumberdaya lokal dengan dukungan Implementasi dalam aspek politik, ekonomi dan

sosial untuk mencapai sasaran :

1. Diversifikasi aktifitas ekonomi;

2. Mendorong ekspansi pasar regional (bahkan dengan substitusi impor);

3. Mendorong perputaran modal (recirculation) di dalam masyarakat;

4. Mendorong proses pembelajaran.

Friedmann dalam Syahrani (2001), menyatakan bahwa di dalam wilayah agropolitan

disediakan berbagai fungsi layanan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan

agribisnis. Fasilitas pelayanan meliputi sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan,

peralatan), sarana penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik), serta

sarana pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi). Dalam konsep

agropolitan juga diperkenalkan adanya agropolitan distrik, yakni suatu daerah

perdesaan dengan radius pelayanan 5 hingga 10 km dan dengan jumlah penduduk 50

hingga 150 ribu jiwa serta kepadatan minimal 200 jiwa per km2. Jasa-jasa dan

pelayanan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat perkembangan ekonomi dan

sosial budaya setempat.

Page 3: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 3 dari 106

Sekalipun konsep Friedmann dan kawan-kawan dapat dianggap sebagai definisi baku,

namun muncul pula tafsiran, varian atau yang berdekatan dengan definisi agropolitan.

Misalnya, model selective spatial closure. Model ini menjelaskan. bahwa

pembangunan dapat dilakukan secara selektif terhadap wilayah-wilayah tertentu dan

dengan alasan tertentu pula. Misalnya, industri pada wilayah feri-feri dapat diberi

perhatian, atau harns dilindungi dari kompetisi dengan industri yang sama di wilayah

center. Oleh sebab itu infrastruktur lokal harus diperkuat sebagai antisipasi dan

dampak ekonomi yang lebih global.

Kebijakan diarahkan secara spesifik kepada pemenuhan kebutuhan dasar dari

masyarakat lokal dalam berproduksi (basic need and target group-oriented)bukan

dengan pendekatan teknis untuk masyarakat secara umum. Model lain sebagai bagian

dari agropolitan adalah yang disebut dengan locally integrated economic circuit atau

(LIEC), yakni sistem ekonomi wilayah lokal yang terdiversifikasi dan terintegrasi,

mandiri, dinamis, didominasi aktifitas ekonomi skala usaha kecil, yang menjalankan

proses alokasi sumberdaya secara harmonis dan berkesinambungan. Model LIEC

menuntut pendefinisian batasan wilayah yang relevan, potensi sumberdaya wilayah,

kapasitas industri, teknologi lokal tepat guna, dan dukungan kelembagaan.

Konsep lainnya adalah apa yang disebut dengan Sustainable Integrated Planning

(SIP). Pembangunan agropolitan menurut model SIP menjelaskan sisi-sisi praktis dari

implementasi pembangunan berkelanjutan. Dalam pandangan SIP, pembangunan

dapat dilaksanakan jika landasan perencanaan dicukupi. Perencanaan menjadi

panduan pelaksanaan pembangunan pada semua level, nasional, propinsi dan wilayah.

Menurut Scrimgeour, Chen and Hughes (2002), pembangunan agropolitan yang

disebutnya sebagai self-centred development memerlukan intervensi pemerintah

dalam bentuk regulasi untuk memotong hambatan-hambatan struktural. Upaya

tersebut bertujuan agar terjadi integrasi sosial ekonomi di dalam wilayah dengan

budaya, sumberdaya, lansekap dan iklim tertentu. Lebih jauh, kebutuhan investasinya

dapat didatangkan dari luar wilayahj ika kemampuan lokal relatifrendah. Dengan kata

lain, alokasi sumberdaya wilayah merupakan komponen penting pembangunan

agropolitan bersama-sama dengan aspek ekologi dan sosial.

Page 4: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 4 dari 106

Secara umum pendekatan dari pembangunan agropolitan telah dapat diterima.

Berbagai negara sudah menerapkan sekalipun dengan istilah yang beragam.

Pemerintah Cina menerapkannya dalam istilah walkingon the legs. Satu kaki berpijak

kepada kebijakan untuk mendorong pertumbuhan dengan mengandalkan industri skala

besar, sementara kaki lainnya menerapkan konsep agropolitan untuk mengembangkan

aktivitas ekonomi wilayah lokal.

Sementara Afrika Selatan menerapkan kebijakan Growth with Equity and

Redistribution (GEAR) pada tahun 1996 (Simon, 2000). Demikian pula, pendekatan

ini juga telah menjadi program baku Bank Dunia di dalam kerangka community base

development untuk pengentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi masyarakat

pedesaan (usaha kecil), atau pengembangan kredit mikro.

Definisi baku mengenai pembangunan agropolitan di Indonesia belum jelas

dinyatakan. Menurut Depkimpraswil, program agropolitan mengandung pengertian

pengembangan suatu wilayah tertentu yang berbasis pada pertanian. Depkimpraswil

memiliki kepentingan dalam penyediaan sarana dan prasarana wilayah sementara

Deptan bertanggungjawab terhadap aspek produksi pertanian. Sementara itu,

pemerintah kabupaten Kutai Timur (www.kutaitimur.go, id/web/agropolitan. htm)

mendefinisikan Agropolitan sebagai sistem manajemen dan tatanan terhadap suatu

wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan bagi kegiatan ekonomi berbasis pertanian

(agribisnis/agroindustri). Wilayah agropolitan diharapkan akan menarik

pengembangan ekonomi berbasis agri di wilayah hinterland, dan oleh karenanya perlu

diciptakan suatu Linkage dan keterpaduan antara kawasan Agropolitan dengan

kawasan hinterland.

Dalam kerangka pembangunan Nasional, kawasan ekonomi agropolitan Kutai Timur

semakin mendapat angin segar terutama dengan adanya rencana pada Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pengembangan Ekonomi Nasional (MP3EI). Pengembangan

masterplan ini dilakukan dengan pendekatan terobosan bukan business as usual

melalui: pertama, pihak swasta akan diberikan peran penting dalam pengembangan

master plan ini, dibantu oleh pihak pemerintah yang akan bertindak sebagai regulator,

fasilitator dan katalisator. Kedua, penguatan koordinasi lintas kementerian sektor dan

antara kementerian sektor dan pemerintah daerah. Dalam pelaksanaannya, dunia usaha

Page 5: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 5 dari 106

akan menjadi aktor utama dalam kegiatan investasi, produksi dan distribusi. Strategi

penyusunan masterplan meliputi 3 (tiga) elemen utama yaitu: (a) mengembangkan 6

(enam) koridor ekonomi Indonesia, dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan

disetiap koridor dengan mengembangkan klaster industri dan atau kawasan ekonomi

khusus yang berbasis sumber daya unggulan (komoditi); (b) memperkuat konektivitas

nasional, yang meliputi konektivitas intra dan inter pusat-pusat pertumbuhan, intra

pulau (koridor), dan pintu perdagangan internasional; (c) mempercepat kemampuan

iptek nasional untuk mendukung pengembangan program utama. Koridor Ekonomi

Indonesia (KEI) diharapkan akan menjadi mesin pertumbuhan dan penciptaan

lapangan kerja yang dapat mendorong banyak perubahan positif bagi pengembangan

wilayah, melalui:

1. KEI tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam,

namun lebih pada penciptaan nilai tambah. Dalam hal ini pelaku swasta akan

menjadi aktor utama dalam kegiatan hilirisasi.

2. KEI tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah

tertentu namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif.

Hal ini memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk berkembang sesuai

potensinya masing-masing.

3. KEI tidak menekankan pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat,

namun lebih ditekankan pada upaya sinergi pembangunan sektoral dan wilayah

untuk meningkatkan keuntungan komparatif dan kompetitif secara nasional dan

global.

4. KEI tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja, namun pada

pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara

5. KEI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan

anggaran pemerintah semata, namun juga pembangunan infrastruktur yang

menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS).

Page 6: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 6 dari 106

Gambar 1 Persebaran Wilayah Koridor Ekonomi Per Sektor Unggulan

Sumber : Dokumen Rencana MP3EI

Kebijakan MP3I ( Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia ) yang terkait untuk wilayah Kalimantan umumnya dan Kalimantan Timur

pada khususnya. Untuk KEI Koridor Kalimantan di fokuskan untuk pusat produksi

dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional, untuk wilayah

Kalimantan Terdiri dari 4 hub yaitu Pontianak, Palangka Raya, Balikpapan dan

Samarinda Koridor diestimasikan dapat meningkatkan PRDB sebesar ~2.6x dari $59

milyar di 2008 ke $152 milyar di 2030 dengan estimasi laju pertumbuhan koridor

sebesar 3.6% dibandingkan estimasi baseline sebesar 5.8%,

Page 7: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 7 dari 106

Gambar 2 Rencana Induk Koridor Ekonomi Indonesia Untuk Masing– MasingKoridor

Sumber : Dokumen Rencana MP3EI

Serta yang menjadi fokus sektor saat ini

1. Migas --- Eksplorasi lebih banyak untuk memastikan pertumbuhan produksi

yang stabil

2. Minyak Kelapa Sawit --- Meningkatkan produksi panen, beralih ke produk

dgn nilai tambah tinggi dan produk hilir.

3. Batubara --- Meningkatkan produksi dgn membangun infrastruktur yg dapat

mencapai tambang di pedalaman

Industri Berkelanjutan di Masa Depan

1. Perikanan --- Memperluas industri akuakultur udang

2. Kayu --- Membangun industri hutan yang berkelanjutan & memperluas ke

produksi bernilai tambah tinggi (kertas)

3. Karet --- Meningkatkan industri karet

Page 8: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 8 dari 106

Gambar 3 Koridor Ekonomi Kalimantan

Sumber : Dokumen Rencana MP3EI

Untuk mendukung semua rencana yang sudah ada diatas butuh suatu alat dukung baik

untuk sektor yang difokuskan saat ini atau untuk sektor masa deapan, salah satunya

harus ada infrastruktur kunci yang dibutuhkan seperti pelabuhan sungai untuk Fasilitas

Barge Loading Pelabuhan yang menghubungkan Rel Kereta Api untuk membawa

batubara melalui sungai; Sungai Barito dan Mahakam, yang rencananya lokasi yang

sesuai dan cocok untuk mendukung rencana yang sudah ada di Kabupaten Kaliorang

pelabuhan Maloy yang berada di Kabupaten Kutai Timur. Selain itu dibutuhkan juga

rel kereta api dibutuhkan untuk membuat pertambangan batubara di pedalaman layak

secara ekonomi .

1.2 Profil Ekonomi Wilayah

Profil ekonomi wilayah didasarkan atas besaran nilai PDRB yang diciptakan di tingkat

kecamatan, potensi komoditi, ketersediaan infrastruktur dan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dengan kondisi wilayah sendiri. Dengan unit analisis di tingkat

kecamatan, akan tergambarkan kondisi dan perkembangan ekonomi wilayah di

Kabupaten Kutai Timur. Berdasarkan hasil analisis kondisi dan pertumbuhan ekonomi

sektoral Kutai Timur, gambaran perekonomian Kutai TImur adalah sebagai berikut

Page 9: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 9 dari 106

1. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif pesat di Provinsi Kalimantan

Timur dan memiliki keunggulan lokasional di Kabupaten Kutai Timur: sektor

pertambangan dan penggalian; serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

(paling bagus)

2. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif pesat di Provinsi Kalimantan

Timur tetapi tidak memiliki keunggulan lokasional di Kabupaten Kutai Timur;

cenderung tertekan namun berpotensi untuk terus tumbuh: sektor bangunan;

pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; jasa-

jasa; listrik, gas, dan air; serta industri.

3. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif lambat di Provinsi Kalimantan

Timur tapi memiliki keunggulan lokasional di Kabupaten Kutai Timur;

pertumbuhannya tertekan tapi cenderung berkembang karena memiliki daya

saing : sektor pertanian. (bagus)

4. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan relatif lambat di Provinsi Kalimantan

Timur dan tidak memiliki keunggulan lokasional di Kabupaten Kutai Timur;

tidak punya daya saing dan cenderung tertekan.

Terlihat bahwa sektor pertanian dalam analisis pertumbuhan perekonomian wilayah

Kutai Timur merupakan sektor yang memiliki keunggulan lokasional, artinya bahwa

Kutai Timur memiliki spesialisasi sebagai penghasil nilai tambah pertanian dalam

lingkup wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor

pertanian di Kutai Timur cukup layak untuk dikembangkan, karena posisinya yang

bagus dalam memberikan nilai tambah saat ini.

Berikut akan dipaparkan kondisi dan profil ekonomi wilayah dari masing-masing

kecamatan yang menjadi wilayah studi dan diarahkan untuk perkembangan

agropolitan Kutai Timur ke depannya.

Page 10: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 10 dari 106

1.2.1 Profil Ekonomi Wilayah Sangatta Utara

Kecamatan Sangatta Utara sebagai ibukota kabupaten memiliki pertumbuhan

ekonomi yang cukup dominan di Kabupaten Kutai Timur Jika dibandingkan

hasil produksi antara subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan,

perdagangan, industri logam, industri kulit, industri kayu, industri anyaman,

industri kain.tenun, industri makanan, dan industri lainnya di Kecamatan

Sangatta Utara terhadap hasil produksi rata-rata seluruh kecamatan di

Kabupaten Kutai Timur, terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4 Profil Ekonomi Sangatta Utara

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Terlihat bahwa Kecamatan Sangatta Utara unggul dalam sektor tersier, yakni di

bidang perdagangan, di mana dominasi kegiatan perdagangan, jauh diatas

sektor ekonomi lainnya. Selain itu sektor lain yang juga unggul adalah pada

subsektor tanaman pangan, yang sedikit berada di atas rata-rata.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran pada dasarnya didominasi oleh

subsektor perdagangan, baik besar, menengah maupun eceran. Sangatta Utara

sebagai ibukota kabupaten memiliki keunggulan sebagai pusat koleksi dari

berbagai barang di kabupaten Kutai Timur. Keunggulan tersebut dapat diamati

dalam table berikut ini, yang menggambarkan besaran jumlah jenis

perdagangan di Kutai Timur.

0

1

2

3

4

5TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 11: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 11 dari 106

Gambar 5 Perbandingan Perdagangan Sangatta Utara dan Kecamatan Lainnya

Sumber: Hasil Analisis, 2011

Terlihat bahwa dari besaran jumlah perdagangan di Kecamatan Sangatta Utara,

jumlah yang ada setelah dibandingkan dengan jumlah rata-rata perdagangan di

seluruh kecamatan Kutai Timur (indeks rata-rata = 1), berada di atas rata-rata

kecamatan, yang menunjukkan spesialisasi Sangatta Utara sebagai pusat

koleksi dan distribusi barang pada tingkat kabupaten. Sementara untuk

subsektor tanaman pangan, berdasarkan produksi yang dihasilkan, tampak

sebagai berikut subsektor unggulan di kecamatan Sangatta Utara, yakni seperti

ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Keunggulan Tanaman Pangan Sangatta Utara dan KecamatanLainnya

Sumber: Hasil Analisis, 2011

02468

10Mikro

Kecil

Menengah

Besar

0

1

2

3

4

5Padi

Jagung

Kedelai

Ubi KayuKacang Hijau

Kacang Tanah

Ubi Jalar

Page 12: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 12 dari 106

Terlihat bahwa untuk subsektor tanaman pangan yang terkait dengan sektor

pertanian, Kecamatan sangatta utara unggul pada komoditi kacang kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar, dengan subsektor yang

paling dominan dalam nilai produksinya adalah pada subsektor kacang kedelai,

kacang tanah, dan ubi kayu

1.2.2 Profil Ekonomi Kecamatan Sangatta Selatan

Lokasinya yang berada dengan Sangatta Utara sebagai pusat dari kabupaten,

maka Sangatta Selatan juga merupakan wilayah pengembangan dari pusat

kegiatan di kabupaten, sekaligus sebagai pintu masuk menuju ibukota

kabupaten. Sangatta Selatan juga menunjukkan ciri keberadaan sektor tersier

(perdagangan dan jasa), namun juga dikombinasikan dengan kemajuan sektor

primer pula (pertanian). Berikut perhitungan keunggulan sektor perekonomian

di Sangatta Selatan.

Gambar 7 Profil Ekonomi Sangatta Selatan

Sumber : hasil analisis, 2011

Dari hasil analisis, tampak bahwa sektor perdagangan mendominasi

perekonomian di Kecamatan Sangatta Selatan, sementara sektor lainnya yang

juga mendominasi adalah peternakan, dan juga sektor industri total. Sektor

perdagangan yang dibagi berdasarkan besaran sektor perdagangan yang ada di

Sangatta Selatan, dimana sektor perdagangan mikro dan kecil lebih

0

0,5

1

1,5

2TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 13: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 13 dari 106

mendominasi keberadaan perdagangan dibandingkan dengan perdagangan

besar dan menengah.

Gambar 8 Perbandingan Perdagangan Sangatta Selatan dan KecamatanLainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Sementara untuk sektor pertanian dan industri kecil (UKM), kondisi di

Sangatta Selatan adalah sebagai berikut.

Gambar 9 Perbandingan Komoditas Peternakan Sangatta Selatan DanKecamatan Lainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Terlihat bahwa subsektor peternakan adalah pada komoditas telur dan sapi. Di

mana tingkat produksinya berada di atas rata-rata kecamatan dalam Kabupaten

0

0,5

1

1,5

2

2,5Mikro

Kecil

Menengah

Besar

0

1

2

3Sapi

Ker-bau

Kam-bing

BabiAyam

Itik

Telur (kg)

Page 14: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 14 dari 106

Kutai Timur. Sementara untuk subsektor industri kecil, industri yang paling

dominan adalah industri makanan/minuman.

1.2.3 Profil Ekonomi Kecamatan Rantaupulung.

Wilayah Kecamatan Rantau Pulung merupakan salah satu wilayah yang

terdekat dengan ibukota kabupaten. Wilayah Kecamatan ini termasuk dalam

jalur Poros Kabupaten (wilayah tengah) yang dapat menghubungkan Sangatta

dengan Batu Ampar maupun jalur menuju Muara Wahau.

Kecamatan Rantau Pulung adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur

dengan luas wilayah 143,82 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec.

Sangatta pada akhir tahun 2005 menjadi 4(empat) kecamatan yaitu Kec.

Sangatta Utara, Kec. Sangatta Selatan, Kec. Teluk Pandan dan Kec. Rantau

Pulung.

Untuk sektor perekonomian Rantaupulung, gambaran kondisinya dapat diamati

pada gambar berikut.

Gambar 10 Profil Sektor Ekonomi Rantaupulung

Sumber : hasil analisis, 2011

Bahwa sektor peternakan adalah sektor yang paling dominan, walaupun masih

berada di bawah rata-rata kecamatan keseluruhan. Untuk komoditas

peternakan, dapat dilihat pada gambar berikut.

00,20,40,60,8

1TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 15: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 15 dari 106

Gambar 11 Perbandingan Komoditas Peternakan Rantaupulung dan KecamatanLainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Terlihat bahwa komoditas unggulan peternakan di Rantaupulung adalah pada

komoditas kerbau dan kambing.

1.2.4 Profil Ekonomi Kecamatan Bengalon

Kecamatan Bengalon adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur

dengan luas wilayah 3.972,60 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec.

Sangatta. Keseluruhan wilayah Kec. Bengalon yang cukup luas terdapat di

daratan dan juga langsung dengan laut dengan pantai yang indah dan potensi

kelautannya. Potensi ini memberikan keunggulan Bengalon pada sektor-sektor

terkait dengan pertanian. Di mana secara umum kondisi perekonomian

Bengalon adalah sebagai berikut.

Gambar 12 Profil Sektor Ekonomi Bengalon

Sumber : hasil analisis, 2011

0

1

2

3Sapi

Ker-bau

Kam-bing

BabiAyam

Itik

Telur (kg)

0

0,5

1

1,5

2TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 16: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 16 dari 106

Terlihat bahwa sektor peternakan dan juga perdagangan memiliki keunggulan

lokasional di kecamatan Bengalon. Untuk subsektornya sendiri pada sektor

peternakan:

Gambar 13 Perbandingan Komoditas Peternakan Bengalon Dan KecamatanLainnya

Sumber: hasil analisis, 2011

Komoditas ayam, itik, kerbau, dan kambing merupakan komoditas unggulan di

kecamatan Bengalon.di mana komoditas itik dan kerbau memiliki populasi

tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Sementara untuk sektor

perdagangan dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 14 Perbandingan Komoditas Perdagangan dan Kecamatan Lainnya

Sumber: hasil analisis, 2011

0

2

4

6

8Sapi

Ker-bau

Kam-bing

BabiAyam

Itik

Telur (kg)

0

0,5

1

1,5

2Mikro

Kecil

Menengah

Besar

Page 17: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 17 dari 106

Perdangangan skala mikro di Bengalon memiliki keunggulan bidang

perdagangan mikro saja, sementara jenis perdagangan lainnya masih di bawah

rata-rata kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa skala pelayanan perdagangan

di Bengalon hanyalah pada skala rumah tangga saja.

1.2.5 Profil Ekonomi Kecamatan Kaliorang

Kecamatan Kaliorang adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur

dengan luas wilayah 472 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec.

Sangkulirang pada akhir tahun 2000 menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kec.

Sangkulirang, Kec.Kaliorang dan Kec. Sandaran. Pada akhir tahun 2005,

Kecamatan Kaliorang dimekarkan menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu

Kecamatan Kaliorang dan Kecamatan Kaubun.

Sektor perekonomian di Kaliorang, di dominasi oleh sektor pertanian,

khususnya subsektor pertanian tanaman pangan. Di mana nilai produksinya

jauh berada di atas rata-rata kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Timur.

Sementara sektor lainnya yang juga dominan adalah sektor perkebunan

meskipun besarannya masih sama dengan kecamatan.

Gambar 15 Profil Ekonomi Kaliorang

Sumber : hasil analisis, 2011

Untuk sektor tanaman pangan sendiri, subsektor yang dominan dapat dilihat

dari grafik berikut.

012345

TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 18: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 18 dari 106

Gambar 16 Perbandingan Komoditas Tanaman Pangan Kaliorang DenganKecamatan Lainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Terlihat bahwa rata-rata seluruh jenis tanaman pangan, memiliki tingkat

produksi tinggi dan dominan di Kecamatan Kaliorang dibandingkan dengan

kecamatan-kecamatan lainnya. Hanya komoditas jagung saja yang nilai

produksinya di bawah rata-rata kecamatan, sementara jenis komoditas lainnya

memiliki keunggulan lokasional dalam lingkup Kabupaten Kutai Timur.

1.2.6 Profil Ekonomi Kecamatan Kaubun

Kecamatan Kaubun adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur

dengan luas wilayah 153,38 km2 yang merupakan hasil pemekaran Kec.

Kaliorang pada akhir tahun 2005 menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu Kec.

Kaliorang, dan Kec. Kaubun. Distribusi sektor perekonomian di kecamatan

Kaubun adalah sebagai berikut.

Gambar 17 Profil Ekonomi Kaubun

0

2

4

6Padi

Jagung

Kedelai

Ubi KayuKacang Hijau

Kacang Tanah

Ubi Jalar

0

0,5

1

1,5

2TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 19: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 19 dari 106

Kaubun memiliki keunggulan pada sektor tanaman pangan dan peternakan, di

mana untuk masing-masing komoditas dari dua sektor tersebut dapat diamati

pada gambar berikut ini.

Gambar 18 Perbandingan Komoditas Tanaman Pangan Kaubun DenganKecamatan Lainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Gambar 19 Perbandingan Komoditas Peternakan Kaubun dengan KecamatanLainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

0

0,5

1

1,5

2

2,5Padi

Jagung

Kedelai

Ubi KayuKacang Hijau

Kacang Tanah

Ubi Jalar

0

0,5

1

1,5

2Sapi

Ker-bau

Kam-bing

BabiAyam

Itik

Telur (kg)

Page 20: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 20 dari 106

Untuk komoditas pada tanaman pangan Kaubun memiliki keunggulan pada

komoditas padi dan kedelai, sementara untuk komoditas peternakan, kecamatan

ini unggul pada produksi kambing, sapi, telur, dan itik.

1.2.7 Profil Ekonomi Kecamatan sangkulirang

Kecamatan Sangkulirang adalah bagian dari Wilayah Kabupaten Kutai Timur

dengan luas wilayah 3522, 58 km2 yang telah dimekarkan sejak akhir tahun

2000 menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kec. Sangkulirang, Kec.Kaliorang dan

Kec. Sandaran dan pada tahun 2005 dimekarkan kembali menjadi 2 (dua)

Kecamatan yaitu Kecamatan Sangkulirang dan Kecamatan Karangan.

Gambar 20 Profil Ekonomi Sangkulirang

Sumber : hasil analisis, 2011

Sangkulirang sendiri memiliki keunggulan lokasional dari seluruh sektor

perekonomian yang dianalisis di mana perekonomian masing-masing sektornya

berada di atas rata-rata sektor perekonomian seluruh kecamatan. Namun sektor

dengan nilai keunggulan tertinggi adalah perkebunan dan peternakan.

Komoditas dari masing-masing subsektor tersebut dapat dilihat pada grafik

berikut ini.

0

2

4

6TANAMAN PANGAN

PERKEBUNAN

PETERNAKANINDUSTRI TOTAL

PERDAGANGAN

Page 21: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 21 dari 106

Gambar 21 Perbandingan Komoditas Perkebunan Sangkulirang DenganKecamatan Lainnya

Gambar 22 Perbandingan Komoditas Peternakan Sangkulirang DenganKecamatan Lainnya

Sumber : hasil analisis, 2011

Terlihat bahwa untuk subsektor perkebunan, komoditas paling dominan di

Sangkulirang adalah kelapa dan coklat, dengan nilai produksi yang jauh

melebihi produksi rata-rata kecamatan. Semenatra untuk peternakan,

Sangkulirang unggul pada semua jenis hewan ternak kecuali babi. Namun

komoditas hewan yang paling dominan adalah pada telur, sapi, dan kerbau.

012345

Karet (ton)

Kelapa (ton)

Kopi (ton)

Lada (ton)

Coklat (ton)

Kelapa Sawit (ton)

0369

1215

Sapi

Ker-bau

Kambing

BabiAyam

Itik

Telur (kg)

Page 22: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 22 dari 106

1.2.8 Sektor dan Komoditas Unggulan Kecamatan

Berdasarkan hasil analisis keunggulan sektor ekonomi dan komoditas

kecamatandi Kabupaten Kutai Timur, berikut dipetakan keunggulan dari

masing-masing sektor dan subsektor ekonomi tujuh kecamatan terkait dengan

pengembangan agropolitan, yakni sebagai berikut.

Tabel 1 Profil Sektor dan Komoditas Unggulan Kecamatan

No. Kecamatan SubsektorUnggulan

StatusUnggulan Komoditi Unggulan

1.Sangatta

Utara

Tanaman

Pangan**

Padi, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Hijau, Kacang

Tanah, Ubi Jalar

Perdagangan ***Mikro, Kecil, Menengah,

Besar

2.Sangatta

Selatan

Perdagangan ** Mikro, Kecil

Industri kecil

(UKM)* Makanan

Perkebunan * Lada

3. Rantaupulung Peternakan *Kambing, Kerbau, Dan

Ayam

4. Bengalon

Tanaman

Pangan**

Jagung, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Tanah, Kacang

Hijau, Ubi Jalar

Peternakan **Sapi, Kerbau, Kambing,

Ayam, Itik

Perdangan * Mikro

Industri kecil

(UKM)* Kayu, Logam

5. Kaliorang

Tanaman

Pangan***

Padi, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Tanah, Kacang

Hijau, Ubi Jalar

Perkebunan * Karet, Kelapa

Page 23: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 23 dari 106

No. Kecamatan SubsektorUnggulan

StatusUnggulan Komoditi Unggulan

Peternakan * Kambing, Itik

6. Kaubun

Tanaman

Pangan** Padi, Kedelai

Perkebunan * Kopi

Peternakan ** Sapi, Kambing, Itik

Industri kecil

(UKM)* Kulit

7. Sangkulirang

Perkebunan *** Kelapa, Kopi, Lada, Coklat

Peternakan ***Sapi, Kerbau, Kambing,

Ayam, Itik

Perdagangan ***Mikro, Kecil, Menengah,

besar

Industri kecil

(UKM)** Makanan, Lain-Lain

Catatan:***) sangat unggul dari rata-rata kecamatan**) cukup unggul dari rata-rata kecamatan*) sedikit unggul dari rata-rata kecamatan

Keunggulan pada sektor produksiKeunggulan pada sektor pengolahKeunggulan pada sektor pemasaran

Berdasarkan klasifikasi sektor yang dibagi dari tiga jenis sektor ekonomi dari

produksi hingga ke pemasaran, dapat kita lihat secara nyata kondisi yang

terbentuk pada tujuh kecamatan yang terkait dengan agropolitan di wilayah

Kutai Timur. Hal ini menggambarkan bahwa kemajuan sektor tersebut dapat

saling dikaitkan membentuk sistem agropolitan yang membentuk alur produksi

hingga ke pemasaran kepada konsumen. Kecendrungan dan keunggulan

lokasional akan menjadi pertimbangan dalam penyusunan konsep agropolitan,

Page 24: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 24 dari 106

pengembangan infrastruktur terkait agropolitan dan arahan investasi sektoral

pada sektor-sektor terkait dalam pengembangan agropolitan secara terintegrasi.

Namun yang harus diperhatikan selain pembagian peran dari keunggulan

lokasional adalah pada tingkat keunggulan daerah tersebut. Daerah yang masih

berada pada level sedikit unggul (dinyatakan dalam *) perlu dipacu untuk

peningkatan pada subsektor ekonominya tersebut. Karena pada level ‘*’

tersebut, keunggulan belum menjadi dominasi dibandingkan dengan daerah-

daerah di sekitarnya, sehingga memerlukan peningkatan kuantitas dari besaran

kegiatan.

1.3 Skenario Investasi Agropolitan

Dalam subbab berikut akan dipaparkan kemungkinan pertumbuhan ekonomi (LPE),

berdasarkan investasi yang dilakukan dalam dua scenario, yakni investasi pada sektor

pertanian di luar wilayah agropolitan dan investasi pada sektor pertanian di wilayah

agropolitan.

1.3.1 Skenario Investasi Sektor Pertanian

Pemetaan skenario investasi didasarkan atas dua wilayah spasial dalam

pemanfaatan dan peningkatan agropolitan, yakni:

- Tujuh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah pengembangan

agropolitan; yakni Kec. Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon,

Kaubun, Kaliorang, Sangkulirang, dan Bengalon sebagai satu unit

wilayah investasi.

- Sebelas kecamatan selain tujuh kecamatan sebelumnya sebagai unit

wilayah investasi yang lain.

Dengan pembagian kedua wilayah tersebut akan diketahui efektivitas

penanaman modal dalam indicator PDRB yang dihasilkan dan juga Laju

Pertumbuhan Ekonomi (LPE), dengan membandingkan besaran PDRB dan

LPE yang dihasilkan dari proses investasi yang berlangsung dalam dua unit

wilayah investasi yang disebutkan tersebut.

Untuk mengetahui keunggulan tujuh kecamatan yang masuk dalam wilayah

pengembangan agropolitan, dapat diketahui dengan membandingkan besaran

Page 25: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 25 dari 106

PDRB subsektor pertanian yang dihasilkan oleh tujuh kecamatan agropolitan

dengan PDRB subsektor pertanian pada 11 kecamatan lainnya di luar wilayah

pengembangan agropolitan. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan untuk

mengisolasi besaran perekonomian yang dihasilkan tujuh kecamatan utama

yang menjadi wilayah studi dengan wilayah lainnya di luar wilayah kajian.

Dari data dan informasi yang diperoleh dengan kedua kelompok wilayah

tersebut, dihasilkan gambaran berupa tabel berikut.

Tabel 2 Perbandingan PDRB Subsektor Pertanian Pada Wilayah Kajian DenganKecamatan di Luar Wilayah Kajian

Komponenpengamatan

Besaran PDRB (dalam juta rupiah)Tanamanpangan

Perkebu-nan Peternakan Kehutanan Perikanan Total

PDRB 7kecamatanagropolitan

79.776,60 51.737,89 33.727,17 37.429,80 62.409,37 265.080,84

rata-rata 7kec

11.396,66 7.391,13 4.818,17 12.476,60 8.915,62 37.868,69

PDRB 11kecamatanlainnya

51.237,02 110.967,27 20.616,74 104.321,75 24.527,23 311.670,01

rata-rata 11kec. Lainnya

4.657,91 10.087,93 1.874,25 13.040,22 2.229,75 28.333,64

kesimpulanUnggulkecama-tan agro

Unggulkecamatanlain

Unggulkecamatanagro

Unggulkecamatanlain

Unggulkecamatanagro

Unggulkecamatanagro

Sumber: hasil analisis, 2011

Dengan pendekatan yang dilakukan tersebut, didapatkan bahwa ketujuh

kawasan agropolitan secara umum memiliki produktivitas subsektor pertanian

yang lebih unggul dibandingkan non-agropolitan. Dengan membandingkan

PDRB per kecamatan untuk subsektor pertanian pada wilayah kajian dengan

wilayah di luar tujuh kecamatan kawasan agropolitan, dapat diamati bahwa

tujuh kecamatan tersebut secara umum memiliki keunggulan pada komoditas

tanaman pangan, peternakan, dan yang paling besar dan utama adalah

perikanan. Sementara untuk sektor kehutanan dan perkebunan, konsentrasi

kegiatan ekonomi masih didominasi di luar wilayah tujuh kecamatan tersebut.

Page 26: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 26 dari 106

Namun kesimpulan secara umum yang dihasilkan dari nilai PDRB kecamatan

untuk pertanian, tujuh kecamatan yang menjadi fokus pengembangan

agropolitan memiliki keunggulan dibandingkan dengan kecamatan lainnya di

Kabupaten Kutai Timur. Hal ini mengindikasikan tingkatan produktivitas

pembentukan nilai tambah (PDRB) dari dua unit wilayah wilayah investasi

yang telah kita bagi sebelumnya.

1.3.2 Pemetaan kondisi Infrastruktur Pertanian

Selain dalam konteks sektor ekonomi, investasi juga dilakukan dalam

penyediaan infrastruktur. Walaupun tidak terkait langsung dengan proses

produksi, namun keberadaan infrastruktur menjadi prasyarat berjalannya proses

ekonomi suatu wilayah. Dengan keberadaan infrastruktur proses produksi,

distribusi, dan konsumsi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena

itulah keberadaan infrastruktur juga harus diperhatikan dan direncanakan

pengembangannya dalam kerangka pengembangan ekonomi wilayah Kutai

Timur, khususnya untuk kepentingan agropolitan.

Pemetaan kondisi infrastruktur dilakukan untuk mengetahui keunggulan dan

kekurangan infrastruktur pertanian di kecamatan-kecamatan yang

terkonsentrasi dalam pengembangan kawasan pertanian. Dari sekian banyak

infrastruktur dalam pengembangan ekonomi maupun pertanian, beberapa

infrastruktur yang terkait dalam pengembangan pertanian, antara lain :

1. Infrastruktur Jalan

2. Jaringan irigasi

3. KUD dan pasar

4. Kelistrikan.

Analisis yang dilakukan adalah dengan analisis kuadran, yakni dengan

perbandingan antara kondisi perekonomian, khususnya pertanian dengan

ketersediaan infrastruktur. Nilai referensi yang digunakan adalah kondisi

infrastruktur terbaik dalam kecamatan sebagai titik yang harus dicapai untuk

peningkatan perekonomian. Namun khusus untuk infrastruktur jalan,

pendekatan yang digunakan adalah berdasarkan aksesibilitas dan mobilitas

penduduk menggunakan standar pelayanan minimal dari depattemen Pekerjaan

Page 27: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 27 dari 106

Umum. Ilustrasi analisis kuadran terhadap ketersediaan infrastruktur adalah

sebagai berikut.

Gambar 23 Analisis Infrastruktur Berdasarkan Kuadran

Sumber: hasil analisis, 2011

Namun khusus untuk infrastruktur jalan, pendekatan yang digunakan adalah

berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Menteri

Pekerjaan Umum.

1.3.2.1 Infrastruktur Jalan

Infrastruktur jalan, merupakan infrastruktur yang paling banyak berperan

dalam kegiatan manusia. Tidak hanya dalam peningkatan perekonomian,

kebutuhan sosial dan kebutuhan lainnya yang bahkan tidak terkait dengan

perekonomian membutuhkan keberadaan infrastruktur jalan sebagai

penghubung wilayah. Dalam perekonomian, jaringan jalan menjadi satu

komponen penting dalam penciptaan nilai tambah; sebagai tempat

berpindahnya barang dan jasa, pergerakan tenaga kerja, dsb.

Untuk standar pelayanan minimal jalan sendiri telah dimuat dalam peraturan

Menteri pekerjaan Umum dengan Nomor: 14/PRT/M/2010, mengenai

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

Dalam peraturan tersebut dipaparkan bahwa untuk jaringan jalan, standar

Page 28: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 28 dari 106

pelayanan minimal yang harus dicapai dibagi atas beberapa klasifikasi, yakni

sebagai berikut.

Tabel 3 Standar Pelayanan Minimal Infrastruktur JalanKlasifikasi SPM

infrastruktur jalan Jenis pelayanan dasar

Jaringan

Aksesibilitas; yakni Tersedianya jalan yang

menghubungkan pusat – pusat kegiatan dalam

wilayah kabupaten/kota.

Mobilitas; yakni Tersedianya jalan yang

memudahkan masyarakat per individu melakukan

perjalanan.

Keselamatan; Tersedianya jalan yang menjamin

pengguna jalan berkendara dengan SELAMAT.

Ruas

Kondisi jalan : Tersedianya jalan yang menjamin

kendaraan dapat berjalan dengan SELAMAT dan

NYAMAN.

Kecepatan : Tersedianya jalan yang menjamin

perjalanan dapat dilakukan sesuai dengan

KECEPATAN rencana.

Sumber: Permen PU No. 14/PRT/M/2010

Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan, ada lima jenis indicator untuk SPM

jaringan jalan yang ditetapkan, dan kelima indicator tersebut terkait dengan

ketrersediaan jaringan jalan untuk pelayanan kegiatan.

Terkait dengan pengembangan perekonomian, dalam hal ini agropolitan hal

yang harus dipenuhi dari ketersediaan infrastruktur jalan yang dikaitkan dengan

standar pelayanan minimal dalam ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya

adalah terkait pada aksesibilitas dan juga mobilitas. Aksesibilitas terkait dengan

keterkaitan pusat kegiatan dengan wilayah sekitarnya dan mobilitas terkait

dengan pergerakan masyarakat pada wilayah yang bersangkutan.

Perhitungan terkait dengan kedua hal tersebut, dapat dilihat sebagai berikut ini:

Page 29: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 29 dari 106

1. Aksesibilitas ∑ ∑ Di mana pembilang merupakan jumlah panjang jalan penghubungan

pusat-pusat kegiatan yang dihitung berdasarkan keberadaan tahun

terakhir, semenatra penyebut, yakni jumlah seluruh panjang jalan

penghubung yang harusnya ada di wialyah tersebut.

2. Mobilitas Angka mobilitas dihitung berdasarkan angka yang ditargetkan pada akhir

waktu pencapaian SPM dengan angka mobilitas yang ditentukan.

Sementara angka mobilitas yang ditentukan didasarkan atas tabel berikut

ini.

Tabel 4 SPM Mobilitas

KategoriKerapatan Penduduk (KP)

Jiwa/km2Angka Mobilitas(km/10.000 jiwa)

I <100 18,50II 100≤KP≺500 11,0III 500≤KP≺1000 5,00IV 1000≤KP≺5000 3,00V ≥5000 2,00

Sumber: Permen PU No. 14/PRT/M/2010

Ketersediaan jalan didasarkan atas kepadatan penduduk, di mana semakin

padat penduduk suatu kota/kabupaten maka panjang jalan yang disediakan

juga harus semakin tinggi untuk mengakomodasi kebutuhan pergerakan

masyarakat dalam suatu wilayah. Dari kedua pendekatan tersebut, maka

akan dianalisis ketersediaan panjang jalan pada tujuh kecamatan yang

termasuk dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kutai Timur.

Ketersediaan jalan tersebut, dimaksudkan sebagai prasyarat bagi

Page 30: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 30 dari 106

pertumbuhan perekonomian di kawasan agropolitan yang akan

dikembangkan. Dengan menganalisis ketersediaannya hingga saat ini,

maka akan diketahui apakah ketersediaan jalan tersebut sudah layak bagi

pengembangan agropolitan ke depannya.

Aksesibilitas

Berdasarkan pendekatan aksesibilitas, di mana akan dihubungkan antara pusat

kecamatan dengan pusat kecamatan, dan pusat kecamatan dengan pusat

kabupaten, maka diperkirakan kebutuhan panjang jalan sebagai berikut ini :

Tabel 5 Kebutuhan Panjang Jalan Berdasarkan Pendekatan AksesibilitasKecamatan

No Kecamatan Kebutuhan panjangjalan (km)

1 Sangatta Utara 502 Sangatta Selatan 503 Rantau Pulung 1504 Bengalon 2505 Kaubun 1206 Kaliorang 1107 Sangkulirang 220Sumber: hasil analisis peta, 2011

Dari data dan informasi yang didapatkan mengenai panjang jalan kecamatan di

Kutai Timur, didapatkan data mengenai ketujuh kecamatan tersebut, sebagai

berikut.

Tabel 6 Panjang Jalan Kecamatan (Tanpa Mempertimbangkan Perkerasan)

No Kecamatan Panjang jalan dikecamatan (km)

1 Sangatta Utara 832 Sangatta Selatan 353 Rantau Pulung 1704 Bengalon 2915 Kaubun 686 Kaliorang 777 Sangkulirang 216

Sumber: hasil analisis peta, 2011

Dari kedua data dan informasi tersebut, dilakukan perbandingan antara

ketersediaan sarana jalan dengan kebutuhan panjang jalan di ketujuh

Page 31: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 31 dari 106

kecamatan tersebut. Untuk tingkat aksesibilitas hasilnya dapat diketahui lewat

gambar berikut ini.

Gambar 24 Rasio Aksesibilitas Jalan di Kecamatan

Sumber: hasil analisis, 2011

Didapatkan hasil bahwa empat dari tujuh kecamatan memiliki aksesibilitas

yang baik, di mana artinya kebutuhan panjang jalan sudah terpenuhi dari sisi

penyediaan, dan bahkan cenderung berlebih. Hanya perlu peningkatan

aksesibilitas yang signifikan pada setidaknya tiga kecamatan, yakni Kaubun,

Kaliorang, dan Sangatta Selatan.

Namun kondisi tersebut, merupakan hasil tanpa mempertimbangkan jenis

perkerasan tanah. Jika diasumsikan hanya jalan dengan perkerasan aspal saja

yang termasuk untuk criteria aksesibilitas maka rasio aksesibilitas jalan di tujuh

kecamatan tersebut adalah sebagai berikut.

0

0,5

1

1,5

2Sangatta Utara

Sangatta Selatan

Rantau Pulung

BengalonKaliorang

Kaubun

Sangkulirang

Page 32: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 32 dari 106

Gambar 25 Rasio Aksesibilitas Jalan di Kecamatan (Hanya Perkerasan Aspal)

Sumber: hasil analisis, 2011

Tampak bahwa dengan hanya memasukkan unsur perkerasan aspal saja, hanya

ada dua kecamatan saja yang nilai aksesibilitasnya bagus, yakni Sangatta Utara

dan Bengalon, sementara yang lainnya masih berada pada kondisi yang jauh

dari pemenuhan kebutuhan minimal aksesibilitas. Ini membuktikan bahwa

selain pemenuhan dari kuantitas, perlu juga diperhatikan dari kualitas jalannya

Mobilitas

Pada pendekatan mobilitas yang menjadi bahan pertimbangan adalah kepadatan

penduduk, dari data yang ada diperoleh hasil sebagai berikut ini.

Tabel 7 Rasio Ketersediaan Jalan Berdasarkan Faktor Mobilitas

KecamatanKepadatanpenduduk(jiwa/km2)

Jumlahpenduduk

(jiwa)

Panjangjalan(km)

Angkamobilitas

(km/10.000jiwa)

Kebutuhanpanjang

jalanberdasarkan

mobilitas

Rasiomobilitas

Sgt Utara 54 67.849 83 18,5 125,52 0,66Sgt Selatan 542 77.993 35 5 39,00 0,90RantauPulung 28 70.741 170 18,5 130,87 1,30

Bengalon 57 46.986 291 18,5 86,92 3,35Kaliorang 85 37.374 68 18,5 68,14 1Kaubun 29 7.356 77 18,5 13,61 5,66Sangkulirang 24 77.993 216 18,5 144,29 1,50

Sumber: hasil analisis, 2011

Mencukupi

Tidak mencukupi

0

0,5

1

1,5

2Sangatta Utara

Sangatta Selatan

Rantau Pulung

BengalonKaliorang

Kaubun

Sangkulirang

Page 33: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 33 dari 106

Untuk rasio mobilitas diketahui bahwa lima kecamatan memiliki hasil yang

baik, di mana kebutuhan untuk pergerakan masyarakat telah terpenuhi dengan

baik. Hanya pada kecamatan Sangatta Utara dan Selatan saja yang masih belum

dipenuhi, hal ini dikarenakan memang kepadatan penduduk pada dua

kecamatan tersebut yang cukup tinggi dan jumlah penduduk yang besar

membutuhkan ketersediaan jalan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah

sekitarnya.

Untuk pemenuhan kebutuhan aksesibilitas maupun mobilitas, maka akan

diambil masing-masing nilai tertinggi sebagai standar yang harus dipenuhi

untuk menjamin ketersediaan infrastruktur jalan

Tabel 8 Kebutuhan Penyediaan Jalan Tujuh Kecamatan Kawasan Agropolitan

KecamatanKebutuhan jalan

(faktor aksesibiltas danmobilitas)

Ketersediaanjalan

Kekuranganjalan (km)

Sangatta Utara 125,52 83 42,52

Sangatta Selatan 50 35 15

Rantau Pulung 150 170 -

Bengalon 86,92 291 -

Kaliorang 110 68 42

Kaubun 50 77 -

Sangkulirang 220 216 4

Sumber: hasil analisis, 2011

Kebutuhan jalan terbesar berada di kecamatan Sangatta Utara sebagai ibukota

kabupaten yang juga harus memiliki ketersediaan yang mencukupi sebagai

pusat kegiatan Kutai Timur, selain itu kecamatan Kaliorang juga memiliki

kekurangan panjang jalan yang cukup signifikan. Penambahan panjang jalan

diperlukan untuk peningkatan perekonomian wilayah dan pemenuhan

kebutuhan masyarakat. Namun selain pemenuhan kebutuhan secara fisik, hal

lain yang juga harus diperhatikan adalah mengenai peningkatan kualitas

permukaan jalan, di mana hampir 50 % panjang jalan yang ada di tujuh

kecamatan tersebut masih terdiri dari perkerasan tanah dan kerikil.

Page 34: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 34 dari 106

1.3.2.2 Jaringan Irigasi

Jaringan irigasi, merupakan salah satu faktor penting dalam produksi pertanian.

Keberadaan jaringan irigasi akan menjamin proses produksi yang lancar dan

tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Berdasarkan satu studi yang pernah

dilakukan oleh LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) UI

pada tahun 2005, didapatkan hubungan antara penambahan 10 % dari stock

infrastruktur terhadap pertumbuhan PDB wilayah di Indonesia, di mana irigasi

merupakan infrastruktur dengan nilai dampak terbesar bagi PDB (dalam

tingkatan nasional)

Tabel 9 Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap PDRBInfrastruktur % Pertumbuhan PDB

Irigasi 1,26

Jalan 0,88

Listrik 0,61

Telepon 0,61

Pelabuhan 0,26

Air 0,22Sumber: LPEM UI, 2005

Dengan pendekatan terebut, diketahui bahwa peningkatan irigasi akan semakin

menumbuhkan PDRB dan LPE lebih tinggi. Metode analisis dalam menilai

kondisi ketercukupan infrastruktur irigasi di Kabupaten Kutai Timur adalah

dengan membandingkan antara ketersediaan irigasi dengan produksi padi.

Kecamatan yang memiliki keunggulan dalam produksi padi diprioritaskan

untuk dibangun lebih banyak prasarana irigasi sehingga semakin meningkatkan

produksinya.

Untuk kondisi Kutai Timur sendiri, luasan lahan sawah beririgasi dapat diamati

berdasarkan data berikut ini:

Page 35: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 35 dari 106

Tabel 10 Luas Lahan BeririgasiNo Kecamatan lahan irigasi Normalisasi ketersediaan lahan irigasi

1 Muara Ancalong 0 02 Busang 0 03 Long Mesangat 59 0,5233170984 Muara Wahau 73 0,6549080915 Telen 17 0,0673834156 Kombeng 48 0,366310457 Muara Bengkal 58 0,4733629838 Batu Ampar 2 0,0086894359 Sangatta Utara 3 0,587623013

10 Bengalon 74 0,47265329311 Teluk Pandan 48 2,35049205112 Sangatta Selatan 106 2,35049205113 Rantau Pulung 630 1,03264295114 Sangkulirang 29 0,73294913415 Kaliorang 1304 2,30108230916 Sandaran 28 0,3636120317 Kaubun 1335 2,08915238918 Karangan 149 0,801426352

TOTAL 3963 1Sumber: Hasil Analisis 2011

Selanjutnya pada data di bawah ini disajikan produksi padi di Kecamatan-

kecamatan di Kutai Timur.

Tabel 11 Produksi Tanaman Padi Pertanian

Kecamatan Produksi Padi(Lahan basah dan kering) Normalisasi

Muara Ancalong 4.766.296.500 0,74Busang 8.844.160.500 1,38Long Mesangat 2.592.607.500 0,40Muara Wahayu 5.103.189.000 0,79Telen 3.456.810.000 0,54Kombeng 6.699.766.500 1,04Muara Bengkal 7.684.078.500 1,20Batu Ampar 90.814.500 0,01Sengatta Utara 9.301.162.500 1,45Teluk Pandan 3.017.385.000 0,47Sengatta Selatan 1.743.052.500 0,27Rantau Pulung 3.480.246.000 0,54

Page 36: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 36 dari 106

Kecamatan Produksi Padi(Lahan basah dan kering) Normalisasi

Bengalon 4.206.762.000 0,65Kaliorang 32.886.567.000 5,12Kaubun 13.071.429.000 2,03Sangkuliang 6.887.254.500 1,07Karangan 597.618.000 0,09Sandaran 1.224.531.000 0,19TOTAL 115.653.730.500Sumber: Hasil Analisis 2011

Dengan membandingkan antara tabel pertama mengenai ketersediaan

infrastruktur irigasi dengan tingkat produksi padi maka dapat kita lihat matriks

yang menggambarkan kedudukan kecamatan-kecamatan yang menjadi

masukan bagi usulan penambahan infrastruktur irigasi. Dapat kita lihat matriks

tersebut pada gambar di bawah ini.

Gambar 26 Indeks Share PDRB tanaman pangan dan Irigasi

Sumber: Hasil Analisis 2011Keterangan

Kecamatan unggulanKecamatan potensialKecamatan berkembangKecamatan tertinggal

Page 37: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 37 dari 106

Tampak dari hasil analisis bahwa kedua kecamatan yang berada pada skala unggulan

adalah Kaliorang dan Kaubun, yang artinya sektor pertanian tanaman pangan di kedua

kecamatan tersebut telah cukup maju dan baik. Sementara kecamatan rantau Pulung

dan sangatta selatan menunjukkan nilai ketersediaan lahan irigasi yang berlebih,

sehingga perlu dioptimalkan ke depannya.

Kecamatan yang berada pada kuadran berkembang yakni Sangkulirang dan Sangatta

utara menunjukkan nilai optimasi dari keberadaan lahan irigasi yang baik, sementara

Bengalon diperhitungkan merupakan kecamatan tertinggal dari sektor tanaman

pangan. Adapun kebutuhan tambahan lahan irigasi adalah sebagai berikut:

Tabel 12 Kebutuhan Penambahan IrigasiKecamatan Kebutuhan tambahan irigasi (Ha)

Sangatta Utara 2,1 Ha

Sangatta Selatan -

Rantau Pulung -

Bengalon 82,5

Kaliorang -

Kaubun -

Sangkulirang 10,5

Page 38: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 38 dari 106

1.3.2.3 Jaringan Energi Listrik

Infratruktur lain yang juga berkaitan dengan pengembangan ekonomi adalah

jaringan listrik. Keberedaaan listrik sebagai sumber energi bagi aktivitas akan

juga menetukan aejauh mana pengembangan perekonomian dan masyarakat

dalam satu wilayah. Energi listrik digunakan dalam proses produksi ekonomi

dan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Indicator yang digunakan untuk mengetahui kecukupan energi listrik adalah

dengan mengidentifikasi rasio elektirifikasi di tujuh kecamatan tersebut,

dikaitkan dengan nilai PDRB per kecamatan yang dihasilkan. Rasio

elektrifikasi menunjukan kemajuan suatu wilayah di mana energi listrik telah

dipenuhi bagi masyarakat, sementara PDRB menunjukkan produktivitas

wilayah dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Kabupaten.

Berdasarkan data yang dikumpulkan diketahui kondisi rasio elektrifikasi dan

share PDRB pertanian wilayah sebagai berikut.

Tabel 13 Rasio Elektrifikasi-Indeks Share PDRB Pertanian

No KecamatanRasio Elektrifikasi

(%)

Indeks share PDRB

pertanian (nilai rata-

rata =1)

1 Sangatta Utara 100 0,93847869

2 Sangatta Selatan 75 1,29345534

3 Rantau Pulung 29 0,4378615

4 Bengalon 72 1,26848591

5 Kaliorang 32 1,40618834

6 Kaubun 54 0,69576047

7 Sangkulirang 66 2,23599909

Sumber : hasil analisis, 2011

Berdasarkan perbandingan kedua komponen tersebut, berikut akan dipaparkan

hasil dari analisis kuadran yang dilakukan, yakni :

Page 39: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 39 dari 106

Gambar 27 Analisis Kuadran Perbandingan Rasio Elektrifikasi dan SharePDRB

KeteranganKecamatan unggulanKecamatan potensialKecamatan berkembangKecamatan tertinggal

Tampak dari hasil bahwa dominasi kecamatan di dalam kawasan

pengembangan agropolitan beraada pada kondisi berkembang, di mana artinya

walaupun rasio elektrifikasi masih berada di bawah rata-rata seluruh

kecamatan, namun produksi pertaniannya melebihi nilai rata-rata kecamatan

dalam lingkup kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Sangatta utara sebagai pusat

kabupaten berada dalam kondisi potensial, yang artinya kebutuhan listrik telah

terpenuhi namun produksi pertaniannya masih di bawah rata-rata, hal ini

dimungkinkan karena Sangatta Utara sebagai pusat pengumpul memang

dikhususkan sebagai pusat distribusi barang dan jasa, yang tidak hanya terkait

dengan sektor pertanian saja.

Untuk empat kecamatan yang ada dalam kondisi berkembang, penambahan

energi listrik dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (untuk

peningkatan kesejahteraan dan produktivitas) dan juga sebagai pengembangan

pada sektor pendukung pertanian (industri) agar nilai tambah lebih meningkat

Page 40: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 40 dari 106

lagi, sebab nilai tambah yang dihasilkan dari pertaniannya telah tinggi, jika

dilanjutkan dengan proses yang terjadi pada industri maka akan semakin

meningkatkan nilai tambah produk pertanian yang dihasilkan pada empat

kecamatan tersebut.

Untuk kecamatan yang berada pada kondisi tertinggal, perlu peningkatan

ketersediaan listrik bagi masyarakat, karena selain bagi kesejahteraan

masyarakat masuknya listrik nantinya juga dapat dimanfaatkan untuk proses

pengolahan pertanian yang pada akhirnya akan semakin meningkatkan

produktivitas sehingga bisa bergerak dari kuadran tertinggal menjadi

berkembang atau potensial.

Sementara untuk Sangatta Utara, ketersediaan listrik yang telah mapan harus

dibarengi dengan strategi pengembangan sektor pendukung pertanian lainnya,

misalnya pada pemasaran, perdagangan, maupun industri pengolah hasil

pertanian. Dengan kebutuhan yang didasarkan atas nilai tengah indeks rasio

elektrifikasi, dan kebutuhan listrik sebesar 450 W/RT (standar ukuran

perdesaan), maka kekurangan daya listrik yang dibutuhkan pada kecamatan-

kecamatan tersebut dapat dilihat dari diagram berikut:

Tabel 14 Kebutuhan Tambahan Daya Listrik (Kw)

No KecamatanKebutuhan tambahan

daya (KW)1 Sangatta Utara -2 Sangatta Selatan 289,953 Rantau Pulung 1099,224 Bengalon 564,215 Kaliorang 1006,886 Kaubun 35,287 Sangkulirang 555,72

TOTAL 3,55 MWSumber : hasil analisis, 2011

Kebutuhan tersebut masih pada angka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

pada tujuh kecamatan yang menjadi wilayah studi.

Page 41: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 41 dari 106

1.3.2.4 Koperasi

Salah satu faktor infrasturktur lain yang terkait dengan pengembangan

agropolitan adalah keberadaan koperasi, karena melalui koperasi hasil

pertanian dikumpulkan dan juga melalui koperasi juga terjadi penjualan alat-

alat produksi pertanian, yang menjadi modal dalam proses produksi pertanian.

Dalam analisis kuadran, sama dengan analisis ketenagalistrikan, yang

dibandingkan adalah nilai share PDRB (yang diolah dalam bentuk indeks)

dengan jumlah toko yang menjual sarana pertanian pada tujuh kecamatan studi.

Tabel 15 Indeks Share PDRB-Ketersediaan Toko Sarana Pertanian

Kecamatan Indeks share PDRBpertanian (normalisasi =1)

Jumlah Tokosarana pertanian

Sangatta Utara 0,93847869 13

Sangatta Selatan 1,293455341 7

Rantau Pulung 0,437861495 16

Bengalon 1,268485913 2

Kaliorang 1,406188339 12

Kaubun 0,695760469 19

Sangkulirang 2,235999089 1

rata-rata kecamatan 6,11

Sumber: hasil analisis, 2011

Berdasarkan perbandingan kedua komponen tersebut, berikut akan dipaparkan

hasil dari analisis kuadran yang dilakukan, yakni:

Page 42: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 42 dari 106

Gambar 28 Analisis Kuadran Perbandingan Ketersediaan Toko SaranaPertanian dan Share PDRB

Sumber: hasil analisis, 2011

KeteranganKecamatan unggulanKecamatan potensialKecamatan berkembangKecamatan tertinggal

Dari hasil perbandingan, tampak bahwa secara umum tidak ada kecamatan

yang berada dalam kuadran tertinggal (yang berarti nilai tambah kecil dan

kekurangan toko sarana pertanian), hal ini membuktikan bahwa jumlah toko

yang menjual sarana pertanian telah mencukupi untuk ketujuh kecamatan

tersebut, hanya ada beberapa interpretasi yang terkait dengan hal tersebut,

yakni:

1. Untuk kecamatan dalam kuadran unggulan (Kaliorang dan Sangatta

Selatan), telah terjadi hubungan yang positif antara keberadaan toko

sarana pertanian dengan produksi pertaniannya sendiri. di mana jumlah

prasarana toko telah cukup dalam menciptakan nilai tambah pertanian

di kedua kecamatan tersebut.

2. Untuk kecamatan dalam kuadran potensial, jumlah ketersediaan

prasarana toko tersebut jauh melebihi nilai tambah yang dihasilkan.

Page 43: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 43 dari 106

Sehingga perlu dilakukan optimasi keberadaan prasaran pertokoan

tersebut dalam menciptakan nilai tambah pertanian tersebut.

3. Untuk kecamatan dalam kuadran berkembang, keberadaan prasarana

pertokoan yang kecil mampu menciptakan nilai tambah yang besar dan

melebihi rata-rata di kedua kecamatan tersebut. Maka diharapkan

dengan penambahan jumlah prasarana toko dikedua kecamatan tersebut

akan mampu meningkatkan besaran nilai tambah pertanian menjadi

lebih tinggi lagi ke depannya. Adapun kebutuhan tambahan prasarana

toko di kedua kecamatan tersebut, adalah

Kaliorang : 4 unit

Sangkulirang : 5 unit

1.3.2.5 Kebutuhan Agregat

Berdasarkan hasil analisis terhadap empat jenis infrastruktur dalam proses

pertanian, berikut akan dipaparkan hasil agregat kebutuhan infrastruktur pada

kecamatan yang menjadi wilayah studi, yakni :

Tabel 16 Kebutuhan Agregat Infrastruktur

Kecamatan Kekuranganjalan (km)

Saranairigasi(Ha)

KebutuhanListrik(KW)

KebutuhanToko(unit)

Sangatta Utara 42,52 2,1 - -SangattaSelatan 15 - 289,95 -

Rantau Pulung - - 1099,22 -

Bengalon - 82,5 564,21 -

Kaliorang 42 - 1006,88 4

Kaubun - - 35,28 -

Sangkulirang 4 10,5 555,72 5Sumber: hasil analisis, 2011

Dari banyaknya jenis infratruktur yang dibutuhkan, maka muncul kebutuhan

prioritas berdasarkan kecamatan, untuk pengembangan sarana prasarana

pertanian diurutkan berdasarkan yang paling prioritas, yakni :

1. Kaliorang

2. Sangkulirang

Page 44: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 44 dari 106

3. Rantau Pulung

4. Sangatta Selatan

5. Bengalon

6. Kaubun

7. Sangatta Utara

Meskipun Sangatta utara memiliki kebutuhan panjang jalan terbesar, namun ia

tidak menjadi prioritas pengembangan dalam konteks pengembanga pertanian,

dikarenakan panjang jalan yang dibutuhkan lebih kepada mobilitas masyarakat

dan bukan dalam rangka pengembangan pertanian pada kecamatan tersebut.

Page 45: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 45 dari 106

Bagian- 2 Konsep Pengembangan Agropolitan

Konsep agropolitan diartikan sebagai upaya pengembangan kawasan pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem usaha agribisnis, yang diharapkan

dapat melayani dan mendorong kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di

wilayah sekitarnya. Oleh karena itu suatu kawasan agropolitan tidak akan terlepas dari

kawasan agribisnis. Kawasan agropolitan yang memiliki fungsi sebagai penghasil dan

pengolah hasil pertanian, sedangkan kawasan agribisnis yang memiliki fungsi sebagai

pasar.

Definisi konsep agropolitan menurut Departemen Pekerjaan Umum berbasis RTRWN

adalah:

1. Kawasan agropolitan diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang

ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat

agropolitan dan desa-desa di sekitarnya membetuk Kawasan Agropolitan.

2. Produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat

kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) kepasar yang lebih luas sehingga

nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan.

Konsep pengembangan agropolitan pada dasarnya merupakan konsep pengembangan

suatu wilayah dengan basis pembangunan ekonomi sektor pertanian. Konsep ini

merupakan salah satu konsep pengembangan wilayah yang bottom-up, artinya

masyarakat tidak hanya sebagai objek melainkan juga memiliki peran penting dalam

pengembangan wilayahnya. Konsep ini kebalikan dari konsep top-down, dimana aktor

utama dalam pengembangan wilayah adalah pemerintah.

Pelaksanakan konsep agropolitan adalah dengan mensinergikan berbagai potensi

lokal/wilayah, yang berbasis kerakyatan, dan digerakkan juga oleh sumber daya

manusia lokal. Pada konsep ini, dengan adanya peran aktif dari masyarakat, bukan

berarti pemerintah tidak memilki andil. Fungsi dari pemerintah dalam konsep ini

adalah sebagai fasilitator dan juga memegang fungsi pengawasan.

Karakteristik agropolitan antara lain:

Page 46: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 46 dari 106

1. Skala geografi relatif kecil

2. Proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang bersifat otonom dan

mandiri berdasarkan partisipatif masyarakat lokal

3. Diversifikasi tenaga kerja pedesaan pada sektor pertanian dan non pertanian

menekankan pada pertumbuhan industri kecil

4. Adanya hubungan fungsional industri pedesaan-perkotaan dan linkage dengan

sumberdaya ekonomi lokal

5. Pemanfaatan dan peningkatan kemampuan sumberdaya dan teknologi lokal.

2.1 Kelembagaan Pengelolaan Agropolitan

Pembangunan wilayah agropolitan berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, maupun

lingkungan. Di dalam aspek sosial salah satu faktor pendukungnya adalah

kelembagaan. Kelembagaan merupakan landasan bagi berbagai fungsi layanan dan

aliran manfaat untuk mendukung pembangunan agropolitan. Keterkaitan antara

pembangunan agropolitan dan kelembagaan terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 29 Kelembagaan dalam Konsep Pengembangan Agropolitan

Sumber : www.kutaitimur.go.id; dalam Iwan Nugroho, 2006

Page 47: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 47 dari 106

Menurut Williamson, 1995, unsur penting dalam kelembagaan adalah made of

organization dan uncertainty. Mode of organization berhubungan dengan alternatif

dalam sistem produksi, antara lain membuat atau membeli (produk antara),

menggunakan modal sendiri atau utang (dalam pasar kredit), tingkat upah (dalam

pasar tenaga kerja), dan dukungan regulasi (dalam privatisasi). Uncertainty

berhubungan dengan risiko-risiko, yang menyertai kontrak termasuk pula

administration cost (korupsi dan rent seeker), beragam policy jangka pendek dan

jangka panjang (seperti pajak, pricing policy, kuota, atau pembatasan lainnya) yang

menyebabkan distorsi dan depresiasi aset.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, dapat disimpulkan aspek kelembagaan

dalam pengembangan suatu kawasan agropolitan menjadi sangat penting. Oleh karena

itu, pada subbab ini dilakukan kajian rencana aspek kelembagaan yang mendukung

konsep pengembangan agropolitan di Kabupaten Kutai Timur. Rencana kelembagaan

ini merupakan hasil desk study berbagai rencana kelembagaan di wilayah lain yang

telah menerapkan konsep pengembangan agropolitan.

Fungsi kelembagaan menjadi salah satu aspek utama yang mendukung pelaksanaan

pembangunan suatu wilayah. Peran dari kelembagaan adalah sebagai perencana,

pelaksana, dan pengawas program pembangunan. Kelembagaan dalam pembangunan

suatu wilayah terdiri dari pemerintah, swasta maupun masyarakat.

Dalam pembangunan daerah, kelembagaan merupakan pelaku utama dalam

merencanakan dan membangun wilayah meliputi berbagai pengelolaannya, serta

membangun masyarakat dan sumber daya agar pembangunan daerah dapat

berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini berarti, kelembagaan mengatur dua

elemen pokok, yaitu potensi dan fisik kota, serta pemberdayaan masyarakat.

Sebelum dapat merencanakan kelembagaan agropolitan di Kabupaten Kutai Timur,

terlebih dahulu akan dijelaskan kelembagaan yang telah ada di Kabupaten Kutai

Timur yang mendukung konsep agropolitan. Pada subbab selanjutnya, dilakukan

rencana kelembagaan yang dapat diterapkan di Kabupaten Kutai Timur untuk

mendukung konsep agropolitan. Kajian kelembagaan agropolitan yang akan

direncanakan menggunakan hasil identifikasi konsep kelembagaan dalam

Page 48: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 48 dari 106

pengembangan wilayah agropolitan di Kecamatan Pangalengan sebagai role model,

namun hasilnya akan disesuaikan kembali dengan kondisi di Kabupaten Kutai Timur.

Sehingga diharapkan rencana aspek kelembagaan yang dihasilkan dapat sesuai dengan

konsep agropolitan yang dapat diterapkan di Kabupaten Kutai Timur.

2.1.1 Kelembagaan Terkait Agropolitan di Kabupaten Kutai Timur

Konsep agropolitan di berbagai wilayah di Indonesia mungkin belum banyak

direncanakan secara langsung. Namun, sebenarnya lembaga atau program yang

terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan konsep agropolitan telah

banyak terdapat di berbagai wilayah di Indonesia (Syahrani, 2001; dalam

Nugroho, 2006). Misalnya keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) dan Badan

Usaha Unit Desa (BUDD), yang dapat dipandang sebagai lembaga yang

mendukung konsep agropolitan. Peran yang dilakukan kedua lembaga tersebut

adalah meningkatkan aktifitas ekonomi di wilayah pedesaan melalui

penyediaan sarana produksi (Saprodi) serta menampung hasil panen dari para

petani.

Selain itu terdapat program pendukung lainnya, seperti keberadaan Puskesma,

Listrik Masuk Desa, dan pembangunan infrastruktur jalan. Program-program

tersebut menjadi faktor pendukung secara langsung ataupun tidak langsung

konsep agropolitan. Saat ini, konsep agropolitan berkembang menjadi sasaran

yang lebih spesfifik. Misalnya untuk tujuan pemerataan kepadatan, maka

dilakukan program transmigrasi. Untuk mempercepat ketertinggalan beberapa

provinsi, dilakukan program Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu

(KAPET). Program yang mendorong keunggulan komparatif adalah program

Pengembangan Kawasan sentra Produksi (KSP). Program-program tersebut

sebenarnya merupakan bagian dari konsep agropolitan, namun dengan sasaran

yang lebih detail.

Seperti halnya di Kabupaten Kutai Timur, sebenarnya telah terdapat program-

program maupun lembaga yang secara langsung ataupun tidak langsung yang

mendukung konsep agropolitan. Misalnya keberadaan Dai Pembangunan, PPL,

Petani inti, kader koperasi, dan pembentukan Koperasi Unggul di kecamatan.

Page 49: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 49 dari 106

Lembaga-lembaga tersebut sebenarnya menjadi potensi dan sekaligus kekuatan

Kabupaten Kutai Timur dalam pengembangan wilayahnya dengan konsep

agropolitan.

Namun, seperti wilayah lain di Indonesia, keberadaan KUD dan lembaga

lainnya tidak akan berjalan dengan baik jika tanpa pengawasan, organisasi yang

baik, pelaksanaan kegiatan yang profesional, dan lain-lain. Selain itu, masih

diperlukan beberapa lembaga lainnya yang dapat semakin mendukung

pengembangan wilayah Kabupaten Kutai Timur dengan konsep agropolitan.

Penjelasan mengenai rencana kelembagaan yang dapat diterapkan di

Kabupatenn Kutai Timur dijelaskan pada subbab selanjutnya.

2.1.2 Pengembangan Kelembagaan Agropolitan Kabupaten Kutai Timur

Kunci utama dalam konsep agropolitan adalah kegiatan penghasil dan

pengolahan hasil pertanian guna menambah nilai gunanya, baru kemudian

dipasarkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan lembaga-lembaga

kelompok tani, industri kecil yang mengolah hasil tani, dan juga penguatan

koperasi yang menjual hasil pertanian maupun hasil olahannya, Penguatan

kelembagaan yang dilakukan seharusnya bertujuan utama untuk meningkatkan

profesionalisme dan posisi tawar petani.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menguatkan kelembagaan dalam

pengembangan agropolitan, antara lain:

1. Mengadakan dan mengorganisasikan kelompok tani

Pembenahan organisasi kelompok tani perlu dilakukan, misalnya dengan

mengelompokkan kelompok petani berdasarkan hasil komoditasnya yang

anggotanya berasal dari lintas desa. Dengan demikian, diharapkan akan

lebih dapat mengoptimalisasi hasil produksi pertanian dan menumbuhkan

persaingan yang sehat. Adanya kegiatan petani yang dilakukan secara

berkala di dalam organisasi/kelompok tani akan meningkatkan jalinan

kerjasama antar petani.

Page 50: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 50 dari 106

2. Meningkatkan kemampuan para petani dan kelompok tani

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petani secara

personal adalah dengan pelatihan atau sosialiasi mengenai bibit unggul,

pemupukan, dan pelatihan lainnya guna meningkatkan kualitas dan

produktivitas hasil pertanian para petani. Selain itu perlu juga dilakukan

pengembangan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha koperasi.

Untuk mengintegrasikan berbagai kelompok tani yang ada, maka perlu

dilakukan pengembangan organisasi kelompok tani yang lebih besar,

misalnya dengan mengadakan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

3. Mengembangkan kemitraan usaha

Setelah dilakukan penguatan organisasi kelompok tani dan peningkatan

kualitas dan produktivitas hasil produksi petani, yang perlu dilakukan

selanjutnya adalah dengan mengembangkan kemitraan antara para petani

dengan pelaku agribisnis (swasta). Biasanya dalam penjualan hasil produksi

pertanian yang tanpa diolah, dan dengan keberadaan tengkulak, maka para

petani menjadi pihak yang dirugikan. Oleh karena itu untuk dapat

meningkatkan nilai tambah, hasil produksi pertanian perlu diolah terlebih

dahulu menjadi produk setengah jadi atau produk jadi, baru kemudian

dijual. Namun, pengaturan harga jual dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan penjualan lebih baik menjadi tanggung jawab Gapoktan atau

asosiasi lain yang dibentuk para petani. Dengan demikian, diharapkan akan

mengurangi atau menghilangkan fungsi tengkulak.

Dalam melakukan kemitraan, perlu diperhatikan prinsip-prinsip kemitraan,

yakni:

Terdapat pelaku kemitraan, yaitu petani, kelompok tani, pengusaha, dan

pemerintah

Terdapat kebutuhan dan kepentingan bersama dari para pelaku

agribisnis

Terdapat kerjasama dan kemitraan yang seimbang dan saling

menguntungkan.

Page 51: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 51 dari 106

Selain lembaga-lembaga yang telah disebutkan diatas, dalam

mengembangkan kawasan agropolitan terdapat beberapa lembaga

pendukung lainnya yang menentukan. Lembaga-lembaga pendukung

tersebut antara lain pemerintah, lembaga pembiayaan, lembaga pemasaran

dan distribusi, koperasi, lembaga pendidikan formal dan informal, lembaga

penyuluhan pertanian lapangan, dan lembaga penjamin dan penanggungan

risiko. Peran dan fungsi masing-masing lembaga adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah

Dengan kewenangan regulasi yang dimiliki pemerintah, maka peran dari

pemerintah adalah menentukan kebijakan arah dan strategi

pengembangan agropolitan dan agribisnis. Pemerintah memegang

peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan usaha

agribisnis yang kondusif dan memihak pada para petani lokal. Misalnya,

pemerintah menjadikan kawasan agropolitan sebagai lumbung suatu

komoditas tertentu ataupun dengan membatasi impor hasil pertanian

yang sama dengan yang dihasilkan kawasan agropolitan.

Berbagai regulasi pemerintah yang mendukung kawasan agropolitan,

antara lain:

a. Regulasi untuk menjamin terciptanya lingkungan bisnis yang

kompetitif dan mencegah monopoli dan kartel.

b. Regulasi untuk mengontrol kondisi-kondisi monopoli yang

diizinkan, seperti Bulog yang menangani komoditas stratgeis dan

beberapa badan usaha milik negara (BUMN) yang mengelola usaha

utilitas publik.

c. Regulasi untuk fasilitas perdagangan, termasuk ekspor dan impor.

d. Regulasi dalam penyediaan pelayanan publik, terutama untuk

fasilitas layanan yang terkait, baik secara langsung maupun tidak

langsung dengan agribisnis.

e. Regulasi untuk proteksi, baik proteksi terhadap konsumen maupun

produsen.

Page 52: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 52 dari 106

f. Regulasi yang terkait langsung dengan harga komoditas agribisnis,

input-input agribisnis, dan berbagai peralatan agribisnis.

g. Regulasi terhadap peningkatan ekonomi dan kemajuan sosial.

h. Regulasi terhadap sistem pembiayaan agribisnis, seperti pemodalan

dari perbankan, pasar modal, modal ventura, leasing, dan lain-lain.

i. Regulasi terhadap sistem penanggungan risiko agribisnis, seperti

keberadaan asuransi pertanian dan bursa komoditas dengan berbagai

instrumennya, seperti future contract, hedging, option market, dan

lain-lain.

2. Lembaga Pemasaran dan Distribusi

Dalam konsep agropolitan, lembaga pemasaran dan distribusi menjadi

perantara antara para petani yang menghasilkan produk pertanian

dengan para konsumen pengguna yang membutuhkan produk. Karena

lembaga ini menjadi penentu utama besarnya marjin antara harga di

tingkat produsen dan harga di tingkat konsumen, maka diperlukan

adanya pembinaan terhadap lembaga pemasaran dan distribusi agar

tercipta pembagian keuntungan yang adil dari semua nilai tambah yang

tercipta.

Lembaga pemasaran dan distribusi yang paling umum adalah pedagang

di pasar kecamatan ataupun pasar induk. Alur pemasaran yang umum

dilakukan digambarkan seperti gambar di bawah.

Page 53: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 53 dari 106

Gambar 30 Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian dengan Pasar

Sumber : Iwan Setiajie Anugrah, 2004

Lembaga lainnya yang dapat berperan sebagai lembaga pemasaran dan

distribusi adalah pasar lelang. Alur pemasaran yang dilakukan jika

terdapat pasar lelang adalah hasil produksi dari para petani dikoordinir

ketua kelompok tani. Ketua kelompok tani akan memiliki data dan

sampel produk yang akan ditawarkan pada pembeli melalui pasar lelang.

Setelah menyerahkan sampel tersebut ke petugas lelang, ketua

kelompok tani mengetahui harga pasar yang terbentuk.

Page 54: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 54 dari 106

Gambar 31 Aliran Pemasaran Komoditas Pertanian dengan Pasar Lelang

Sumber : Iwan Setiajie Anugrah, 2004

Fungsi pasar lelang adalah untuk mempertemukan antara pedagang

(dalam hal ini sebagai pembeli) dengan komoditas yang ditawarkan oleh

kelompok tani. Peran yang paling penting dari pasar lelang berkaitan

dengan informasi harga pasar yang terjadi dengan patokan di tingkat

pasar induk. Oleh karena itu jumlah luas tanam (pola tanam) dan

perkiraan produksi di daerah produksi harus didata dan diketahui

sebelumnya, sehingga para pedagang memperoleh informasi yang jelas.

3. Koperasi

Dalam pengembangan konsep agropolitan, peran koperasi adalah

sebagai penyalur input-input pertanian dan lembaga pemasaran hasil-

hasil pertanian. Koperasi yang berkaitan dengan usaha pertanian yang

terdapat di Indonesia adalah Koperasi Unit Desa (KUD). KUD

sebenarnya dapat berpotensi untuk menggantikan peran pemerintah

sebagai sumber informasi pertanian pedesaan. Oleh karena itu perlu

Page 55: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 55 dari 106

dilakukan penguatan dan pemberdayaan kembali KUD di Kabupaten

Kutai Timur agar dapat mendukung konsep agropolitan.

Selain KUD, sebenarnya terdapat jenis koperasi lain yang berperan

dalam pengembangan konsep agropolitan, seperti koperasi susu,

koperasi tahu tempe, dan lain-lain. Dapat menjadi suatu kekuatan

pendukung pengembangan konsep agropolitan jika KUD dan koperasi-

koperasi lainnya yang terdapat di Kabupaten Kutai Timur dapat

diberdayakan kembali.

Di Indonesia, hampir setiap desa yang terdapat kegiatan pertanian

memiliki KUD. Keberadaan KUD yang terdapat di hampir seluruh desa

ini menjadi salah satu kekuatan distribusi dan komunikasi yang efektif

dalam jaringan pengembangan agropolitan di Kabupaten Kutai Timur.

Namun, keberadaan KUD yang banyak tidak menjadi ukuran

keberhasilan kegiatan pertanian di seluruh wilayah. Hal ini karena

banyak KUD yang tidak berdaya untuk membantu pengembangan

agropolitan. Dari hasil desk study, diketahui beberapa hal yang menjadi

penghambat berkembanganya KUD antara lain:

KUD banyak dibentuk hanya untuk memenuhi program pemerintah,

bukan karena kesadaran anggota sendiri.

Pemodalan KUD sangat terbatas, apalagi akses pada lembaga

pembiayaan yang sangat kecil.

Masyarakat di daerah kurang merasa memiliki dan kurang

partisipatif dalam operasional usaha KUD.

Banyak KUD yang hanya membawa slogan sebagai badan ekonomi

rakyat, namun dalam operasinya kurang didukung oleh partisipasi

rakyat.

Para pengurus dan pagawai KUD tidak profesional dalam

menjalankan usaha, sehingga banyak KUD yang tidak berjalan sama

sekali.

Page 56: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 56 dari 106

4. Lembaga Pendidikan Formal dan Informal

Aspek sumber daya manusia merupakan aspek utama dalam berbagai

kegiatan yang dilaksanakan pada konsep agropolitan. Seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, bahwa pada dasarnya konsep agropolitan

merupakan konsep pengembangan wilayah yang bertumpu pada

pengembangan dan pengoptimalisasian sumber daya alam lokal dengan

sumber daya manusia lokal sebagai aktor utamanya. Oleh karena itu

peran pendidikan dan latihan menjadi sangat penting. Dengan adanya

lembaga pendidikan formal dan informal yang baik dan sesuai

kebutuhan, maka diharapkan masyarakat dapat lebih meningkatkan nilai

tambah hasil pertaniannya, dapat mengelola dan memiliki kemampuan

manajerial, serta mampu menjadi usahawan untuk memasarkan hasil

produksinya dengan baik.

5. Lembaga Penyuluhan Pertanian Lapangan

Lembaga penyuluh pertanian lapangan memiliki peran sebagai penyuluh

pada para petani mengenai cara bertani yang baik, juga sebagai

fasilitator dan konsultan pertanian bagi masyarakat. Salah satu bentuk

keberhasilan dari lembaga ini adalah swasembada beras di Indonesia

selama kurun waktu 10 tahun, yakni dari tahun 1983 hingga 1992.

Penyuluh pertanian lapangan (PPL) pada program tersebut dengan

konsisten memperkenalkan berbagai program peningkatan produksi

pangan yang dicanangkan oleh pemerintah dan membimbing dalam

pelaksanaannya, seperti bimas, inmas, insus, supra insus, dan lain-lain.

Namun perananan lembaga penyuluh pertanian lapangan tersebut saat

ini menurun. Oleh karena itu perlu adanya penataan dan pemberdayaan

kembali, serta mendeskripsikan kembali tugas lembaga tersebut. Dengan

demikian, diharapkan lembaga ini dapat meningkatkan hasil

produktivitas pertanian.

6. Lembaga Riset

Peran dari lembaga riset dalam pengembangan agribisnis, misalnya pada

usaha diversifikasi olahan komoditas ekspor. Hampir seluruh wilayah di

Page 57: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 57 dari 106

Indonesia sebenarnya memiliki anugerah alam yang melimpah. Namun

kekayaan tersebut tidak akan bermanfaat banyak jika disertai

penanganan khusus dan kejelian untuk melihat peluang. Peran dari

lembaga riset ini ternyata belum menggembirakan dan jauh ketinggalan

dibandingkan negara lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemberdayaan lembaga riset dalam pengembangan agribisnis dalam

upaya meraih keunggulan bersaing produk-produk agropolitan yang

dihasilkan.

7. Lembaga Penjamin dan Penanggungan Risiko

Pada setiap kegiatan ekonomi, pasti terdapat risiko. Termasuk di bidang

agribisnis, juga terdapat risiko. Untuk dapat mengatasi dan

menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran para pelaku bisnis dalam

bidang agribisnis, maka diperlukan lembaga penjamin risiko. Contoh

dari lembaga penjamin risiko agribisnis adalah asuransi pertanian.

Pengadaan lembaga ini sangat tepat dilakukan di Kabupaten Kutai

Timur, guna memberikan sarana penjaminan berbagai risiko dalam

agribisnis dan industri pengolahannya.

8. Kelompok Kerja Pertanian

Pada konsep agropolitan, diperlukan adanya kerjasama antara

masyarakat (termasuk para petani), swasta, maupun pemerintah, baik

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah (SKPD). Perlu adanya

sinkronisasi program-program terkait pertanian yang dilaksanakan oleh

berbagai stakeholder tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya

kelompok kerja yang mempersatukan dan mensinkronisasikan program

pertanian dari masing-masing stakeholder tersebut. Kedudukan

Kelompok Kerja Pertanian tersebut dapat berada di dalam institusi

Bappeda.

Page 58: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 58 dari 106

2.2 Faktor Utama Pengembangan Konsep Agropolitan di Kutai Timur

Untuk menentukan faktor utama yang menentukan pengembangan konsep agropolitan

di Kabupaten Kutai Timur, metode yang dilakukan adalah dengan kuesioner pada para

ahli, yang dalam hal ini adalah instansi terkait di Kabupaten Kutai Timur. Instansi

terkait tersebut antara lain Bappeda, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kelautan

dan Perikanan, Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan

Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Badan Penanaman Modal

Daerah, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Dalam konsep Pengembangan

Ekonomi Lokal, terdapat enam faktor utama pendorong, yakni :

1. Kelompok sasaran

Prinsip dari pelibatan kelompok sasaran adalah harus mempertimbangkan

stakeholders kunci pelaku usaha yang ada dalam kegiatan ekonomi lokal

tersebut, yang mencakup pelaku usaha lokal, pelaku usaha baru, dan

investor luar.

2. Faktor lokasi

Mengacu berdasarkan kedalaman ruang lingkup ekonominya, terdapat tiga

faktor lokasi utama yaitu :

a. Faktor lokasi terukur, Indikator: akses ke dan dari lokasi, akses ke

pelabuhan laut dan udara, sarana transportasi, infrastruktur komunikasi,

infrastruktur energi, ketersediaan air bersih, tenaga kerja terampil, dan

jumlah lembaga keuangan lokal.

b. Faktor lokasi tidak terukur pelaku usaha, Indikator:peluang kerjasaman

dan lembaga Penelitian.

c. Faktorlokasi tidak terukur individual, Indikator: kualitas permukiman,

lingkungan, fasilitas pendidikan dan pelatihan, pelayanan kesehatan,

fasos dan fasum, serta etos kerja SDM.

3. Kesinergian dan fokus kebijakan

Tiga prinsip utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

a. Perluasan ekonomi, Indikator kebijakan: iklim investasi, promosi,

persaingan usaha, peran Perusahaan Daerah, jaringan usaha, informasi

tenaga kerja dan pengembangan keahlian

Page 59: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 59 dari 106

b. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan komunitas, Indikator

kebijakan: berbasis kemitraan swasta, dan keberpihakan pada

pengurangan kemiskinan.

c. Pembangunan wilayah, Indikator utama: kebijakan kawasan industri,

pusat pertumbuhan, pengembangan Komunitas, kerjasama antardaerah,

tataruang PEL, jaringan usaha antarsentra, dan sistem industri

berkelanjutan.

4. Pembangunan berkelanjutan

Konsepsi pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pondasi utama

yaitu :

a. Aspek ekonomi, Indikator: pengembangan Industri pendukung,

perusahaan dengan Business Plan, dan inovasi perusahaan.

b. Aspek lingkungan, Indikator: penerapan AMDAL, koservasi sumber

daya alam, dan kegiatan daur ulang.

c. Aspek sosial, Indikator : kontribusi PEL terhadap kesejahteraan

masyarakat, PEL dan adat / kelembagaan lokal.

5. Tata pemerintahan

Terdapat tiga indikator kunci dalam perwujudan tata kepemerintahan yaitu:

a. Kemitraan pemerintah dan dunia usaha, indikator: infrastruktur, promosi

dan perdagangan, serta pembiayaan.

b. Pengembangan organisasi, indikator: asosiasi industri yang mencakup

status, peran, dan manfaat.

c. Reformasi sektor publik, indikator: reformasi sistem insentif,

restrukturisasi organisasi pemerintahan, dan prosedur pelayanan publik.

6. Proses manajemen

Dalam proses manajemen PEL, hal mendasar yang perlu diperhatikan

adalah sejauh mana keterlibatan partisipatif masyarakat dalam berbagai

proses manajemen, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring,

hingga evaluasi.

Page 60: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 60 dari 106

a. Diagnosis partisipatif, indikator: analisis dan Pemetaan PEL yang

mencakup potensi ekonomi, daya saing, kondisi politis lokal, serta

identifikasi stakeholder.

b. Manajemen perencanaan dan pelaksanaan, indikator :jumlah

stakeholder, sinkronisasi (sektoral dan spasial), dan implementasi

perencanaan dalam hal pelibatan.

c. Monitoring dan evaluasi, indikator: frekuensi monitoring, evaluasi, dan

diskusi pemecahan masalah, dan rekomendasi hasil monitoring dan

evaluasi terhadap perencanaan yang akan datang.

Keenam faktor tersebut, kemudian ditanyakan tingkat kepentingannya dalam

pengembangan ekonomi lokal (dengan pengembangan konsep agropolitan) pada 8

dinas terkait yang telah disebutkan sebelumnya. Untuk dapat menghasilkan hirarki

atau peringkat faktor utama penentu pengembangan ekonomi lokal dengan konsep

agropolitan, maka perlu diketahui hasil penilaian total untuk masing-masing faktor.

Namun, karena stakeholder yang memberikan penilaian beragam keterkaitannya dan

tupoksinya dengan konsep pengembangan ekonomi lokal, maka setiap stakeholder

dibobotkan. Pembobotan yang diberikan disesuaikan dengan tupoksi dan keterkaitan

dengan konsep pengembangan ekonomi lokal dengan agropolitan. Hasil persepsi dari

seluruh stakeholder kemudian dikalikan dengan bobot, sehingga dihasilkan nilai akhir

dari masing-masing faktor.

Hasil akhir penilaian masing-masing faktor kemudian di kategorikan. Kategori terdiri

dari 3, yakni sangat penting, sedang, dan tidak pending. Hasil penilaian kategori untuk

masing-masing faktor adalah sebagai berikut.

Tabel 17 Hasil Nilai dan Kategori Masing-masing FaktorFaktor Indikator Atribut Nilai

AkhirPembu-

latan Kategori

A.KelompokSasaran

PelakuUsaha Lokal

Ketersediaan Modal 1,325 1 sangat pentingPromosi 1,25 1 sangat pentingPeningkatanTeknologi 1,2875 1 sangat penting

Manajemen danKelembagaan 1,55 2 sedang

PelakuUsaha baru

pelatihankewirausahaan 1,25 1 sangat penting

Page 61: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 61 dari 106

Faktor Indikator Atribut NilaiAkhir

Pembu-latan Kategori

pendampingan danmonitoring 2,5 2 sedang

insentif 2,15 2 sedangkecepatan ijin 1,2 1 sangat penting

investor

kemudahaninvestasi 1,2 1 sangat penting

informasi prospekbisnis 1,1 1 sangat penting

kapasitas berusahadan hukum 1,1 1 sangat penting

keamanan 1,1 1 sangat pentingkampanye 1,7 2 sedangpusat pelayananinvestasi 1,5 1 sangat penting

B. FaktorLokasi

Faktor lokasiterukur

akses ke dan darilokasi 1 1 sangat penting

akses ke pelabuhanlaut dan udara 1,05 1 sangat penting

sarana transportasi 1,1 1 sangat pentinginfrstrukturkomunikasi 1,65 2 sedang

infrastruktur energi 1,05 1 sangat pentingtenaga kerjaterampil 1,7 2 sedang

jumlah lembagakeuangan lokal 2,1 2 sedang

Faktor lokasitidak terukurpelaku usaha

peluang kerja sama 1,0501 1 sangat penting

lembaga penelitian 1,4 1 sangat penting

Faktor lolasitidak terukurindividual

kualitaspermukiman 2,15 2 sedang

lingkungan 1,55 2 sedangfasilitas pendidikandan pelatihan 1,65 2 sedang

pelayanankesehatan 1,35 1 sangat penting

fasos dan fasum 1,7 2 sedangetos kerja SDM 1,55 2 sedang

C.Kesinergiandan FokusKebijakan

PerluasanEkonomi

iklim investasi 1,3 1 sangat pentingpromosi 1,15 1 sangat pentingpersaingan usaha 1,7 2 sedangperan pemerintahdaerah 1,1 1 sangat penting

jaringan usaha 1,5 1 sangat pentinginformasi tenaga 1,675 2 sedang

Page 62: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 62 dari 106

Faktor Indikator Atribut NilaiAkhir

Pembu-latan Kategori

kerjapengembangankeahlian 2,2 2 sedang

pemberdaya-an masyara-kat danpengembangan komunitas

kegiatan berbasiskemitraan swasta 1,05 1 sangat penting

keberpihakanpengurangankemiskinan

1,575 2 sedang

aspekpembangu-nan wilayah

kebijakan kawasanindustri 1,3 1 sangat penting

pusat pertumbuhan 1,5 1 sangat pentingpengembangankomunitas 1,95 2 sedang

kerjasama antardaerah 1,85 2 sedang

tata ruang PEL 1,15 1 sangat pentingjaringan usaha antarsentra 1,1501 1 sangat penting

sistem industriberkelanjutan 2 2 sedang

D.Pembangu-nanBerkelan-jutan

Ekonomi

pengembanganindustri pendukung 1,299 1 sangat penting

perusahaan denganbusiness plan 1,4 1 sangat penting

inovasi perusahaan 1,4 1 sangat penting

Lingkungan

penerapan AMDAL 1,05 1 sangat pentingkonservasi sumberdaya alam 1,05 1 sangat penting

kegiatan daur ulang 1,85 2 sedang

Sosial

Kontribusi PELterhadapkesejahteraanmasyarakat

1,466666667 1 sangat penting

keberadaanadat/kelembagaanlokal

1,575 2 sedang

E. TataKepemerin-tahan

kemitraanpemerintahdan swasta

infrastruktur 1,1 1 sangat pentingpromosi danperdagangan 1,1 1 sangat penting

pembiayaan 1,2 1 sangat penting

pengembangan organisasi

status asosiasiindustri 1,675 2 sedang

peran asosiasiindustri 1,675 2 sedang

manfaat aosiasi 1,725 2 sedang

Page 63: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 63 dari 106

Faktor Indikator Atribut NilaiAkhir

Pembu-latan Kategori

industri

reformasisektor publik

sistem insentif 1,65 2 sedangrestrukturisasiorganisasipemerintahan

1,85 2 sedang

prosedur pelayananpublik 1,7 2 sedang

F. ProsesManajemen

Diagnosispartisipatif

analisis potensi dandaya saing ekonomi 1,425 1 sangat penting

pemetaan kondisipolitis lokal 1,35 1 sangat penting

identifikasistakeholders 1,6 2 sedang

perencanaandanpelaksanaanpartisipatif

jumlah stakeholders 1,4 1 sangat pentingsinkronisasi(sektoral danspasial)

1,25 1 sangat penting

Implementasiperencanaan yangmelibatkanmasyarakat

1,2 1 sangat penting

monitoringdan evaluasi

frekuensimonitoring danevaluasi

1,15 1 sangat penting

diskusi pemecahanmasalah 1,425 1 sangat penting

rekomendasi hasilmonitoring danevaluasi terhadapperencanan

1,15 1 sangat penting

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2011

Dari hasil pengkategorian masing-masing faktor seperti pada tabel diatas, selanjutnya

dilakukan analisis frekuensi masing-masing kategori untuk setiap faktor, Hasilnya

adalah berupa hirarki atau urutan antara 6 faktor tersebut dari yang paling dianggap

penting hingga kurang penting. Hasil perhitungan frekuensi adalah sebagai berikut.

Page 64: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 64 dari 106

Tabel 18 Frekuensi Kategori Masing-masing Faktor

No FaktorKategori Frekuensi

(%)Sgt Penting Sedang Tdk Penting1. Kelompok sasaran 10 4 0 71,428572. Faktor Lokasi 7 9 0 43,75

3.Kesinergian dan fokuskebijakan

9 7 0 56,25

4. Pembangunan berkelanjutan 6 2 0 755. Tata kepermintahan 3 6 0 33,333336. Proses manajemen 8 2 0 80

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

Hasil perhitungan frekuensi untuk masing-masing faktor, diketahui bahwa faktor

“proses manajemen” memiliki frekuensi jawaban kategori sangat penting yang lebih

tinggi, yakni 80%. Hal ini karena 8 jawaban menyatakan sangat penting, dan hanya 2

yang menjawab sedang. Sedangkan faktor ‘kelompok sasaran”, walaupun memiliki

jumlah jawaban kategori sangat penting lebih banyak dari faktor “proses manajemen”,

namun jumlah jawaban kategori sedang juga lebih banyak dibandingkan faktor

“proses manajemen”. Oleh karena itu perhitungan frekuensi pada faktor “kelompok

sasaran” lebih rendah dibandingkan faktor “proses manajemen”.

Gambar 32 Grafik Frekuensi Kategori pada Masing-masing Faktor

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2011

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Kelompok sasaran

Faktor Lokasi

Kesinergian dan fokus kebijakan

Pembangunan berkelanjutan

Tata kepermintahan

Proses manajemen

Sangat Penting Sedang

Page 65: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 65 dari 106

Jika diurutkan berdasarkan frakuensi jawaban kategori sangat penting terhadap total

jawaban pada masing-masing faktor, adalah sebagai berikut:

1. Proses manajemen

2. Pembangunan berkelanjutan

3. Kelompok sasaran

4. Kesinergian dan fokus kebijakan

5. Faktor lokasi

6. Tata kepemerintahan

Hasil perhitungan frekuensi kategori masing-masing faktor menunjukkan bahwa

faktor yang dianggap paling penting dalam pengembangan konsep agropolitan di

Kabupaten Kutai Timur adalah faktor proses manajemen. Diagnosis partisipatif,

perencanaan dan pelaksanaan partisipatif, serta monitoring dan evaluasi merupakan

hal yang paling dianggap penting dan paling dipertimbangkan dalam pengembangan

konsep agropolitan di Kabupaten Kutai Timur. Sedangkan faktor tata kepemerintahan,

yang terdiri dari kemitraan pemerintah swasta, pengembangan organisasi, serta

reformasi sektor publik menjadi hal dianggap kurang penting dalam pengembangan

konsep agropolitan di Kabupaten Kutai Timur, jika dibandingkan dengan kelima

faktor utama lainnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut stakeholder (dinas terkait), faktor yang paling

penting dalam pengembangan konsep agropolitan di Kabupaten Kutai Timur adalah

dimulai dari hal-hal yang berkaitan dengan partisipasi dan potensi SDM (masyarakat),

hal-hal yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan inovasi pengembangan

kegiatan ekonomi, hal-hal yang berkaitan dengan pendukung kegiatan ekonomi (yang

dilakukan swasta dan masyarakat), hal-hal yang berkaitan dengan infrastruktur, dan

yang terakhir adalah kelembagaan dan pembiayaan (kerjasama pemerintah dan

swasta).

Page 66: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 66 dari 106

Bagian- 3 Program dan Indikasi Biaya

3.1 Sinkronisasi Program Sektoral

Dalam pengembangan agropolitan diperlukan sebuah sinergi antara program-program

yang dimiliki oleh pemerintah. Dalam arti luas, Kelembagaan pemerintah merupakan

landasan bagi berbagai fungsi layanan dan aliran manfaat untuk mendukung

pembangunan agropolitan. Unsur penting di dalam kelembagaan (Williamson, 1995)

adalah mode of organization dan uncertainty. Mode of organization, berhubungan

dengan altematif dalam sistem produksi antara lain membuat atau membeli (produk

antara), menggunakan modal sendiri atau utang (dalam pasar kredit), tingkat upah

(dalam pasar tenaga kerja), dan dukungan (de) regulasi (dalam privatisasi).

Uncertainty berhubungan dengan risiko-risiko (investment hazard), yang menyertai

kontrak termasuk pula administration cost (kompensasi dalam transaction cost),

demoralization cost (korupsi dan rent seeker), dan beragam policy jangka pendek dan

jangka panjang (seperti pajak, pricing policy, kuota, atau pembatasan lainnya) yang

menyebabkan distorsi dan depresiasi aset.

Lapangan studi untuk mendukung pengembangan kelembagaan ini sangat meluas

mengikuti sistem produksi yang ada dalam wilayah agropolitan, yang difokuskan

dalam analisis kebijakan.

Berdasarkan karakteristik kecamatan yang telah dilakukan pada laporan antara

maupun bagian ke 1 dapat kita lihat bahwa disamping dimensi-dimensi kebijakan

yang menjadi koridor dalam penyusunan program maka kebijakan-kebijakan tersebut

dapat dikelompokkan ke dalam pendekatan spasial. Arah pengembangan Agropolitan

Kabupaten Kutai Timur, dapat dikelompokkan kedalam tiga fungsi utama kluster,

yaitu (1) zona produksi, (2) zona distribusi dan perdagangan, dan (3) zona pengolahan

nilai tambah. Adapun ketiga kluster tersebut tampak sebagai berikut.

Page 67: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 67 dari 106

Gambar 33 Konsep Pengembangan Agropolitan Kutai Timur BerdasarkanPotensi dan Kondisi Kecamatan

Berdasarkan analisis rencana strategis dan rencana kerja pada dinas-dinas yang

diidentifikasikan memiliki kewenangan dan terkait dengan penyelenggaraan

agropolitan diperoleh matriks yang berisi sinkronisasi program terkait agropolitan

seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Page 68: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 68 dari 106

Tabel 19 Program - Program yang Terkait dengan Konsep Agropolitan

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

ZONAPRO-

DUKSI

Melakukandiversifikasipangan untukmenurunkanketergantu-ngan terhadapkonsumsiberas sertamengoptimal-kan bahanpanganlainnya.

Peningkataninvestasi danekspor nonmigas sertapeningkatandaya saing danrevitalisasipertaniandalam arti luas

ProgramPeningkatanKetahananPanganpertanian/perkebunan

Rehabilita-si hutan,lahan dankonservasisumberdaya hutan

ProgramPemanfaa-tan Ruang

Diversifi-kasi anekaprodukhasilperikanan

PeningkatanketahananpanganmasyarakatKutai Timuryang berbasispada sumberdaya alamyang dapatdiperbaharuidenganmemanfaat-kan potensisumber dayalokal danperwilayahankomoditaspertanian.

Penyeleng-garaanpendidikandan pelatihantenaga teknisdanmasyarakat

Penyeleng-garaanPromosiProdukUsahaMikro KecilMenengah

Peningkatankemampuan/kualitas SDMpertanian,Peningkatankemampuan

Programpemberda-yaan penyu-luh pertani-an/perkebu-nan lapa-

Perlindungan danpengama-nan hutan

ProgramPengenda-lianPemanfa-atan Ruang

Tersedianyacadanganpangansesuaidengan jenisdan jumlah

Fasilitasipermodalanbagi usahamikro kecildan menengahdi perdesaan

PelatihanTeknologiPasca Panen

Page 69: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 69 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

petani secaraindividumaupunkelompok

ngan yangdiperlukan

Melindungikomoditashortikulturadari tekananimpormaupunperlindunganterhadap OPT

ProgramPengemba-nganAgribisnisPerkebunan

Pembinaankelompokmasyarakatpembangunandesa

Pemanfaatanperkaranganuntukpengemban-gan pangan

ProgramPeningka-tanPemanfa-atan PotensiLahan

Pemasyara-katan danpengemba-ngan kerja-sama pene-tapan teknolo-gi tepat guna(TTG) di ka-wasan perde-saan

Pengemba-ngan desamandiri

PeningkatanKapasitasSumber

Page 70: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 70 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

panganPengemba-ngan pertani-an pada lahankering

DayaManusia

Pengemba-ngan sentra/kawasan pro-duksi horti-kultura sertapenetapankomoditasunggulanpada tiapsentra/ kawa-san pengem-bangan

Pengem-banganInformasiData Statis-tik danSistem Pe-laporan Per-kebunan

Meningkatkanketersediaanbenih ungulbermutu danpupuk/pesti-sida,

Page 71: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 71 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

Penyediaansarana pro-duksi per-tanian danPengemba-ngan bibitunggul per-tanian sertaadanya Serti-fikasi bibitunggul per-tanianPenangananpasca panendan pengo-lahan hasilpertanian.Pengemba-ngan usahapertanian de-ngan konseppengemba-ngan agrobis-nis agar me-ningkatkan

Page 72: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 72 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

kelayakandalam pe-ngembanganpedesaan danperekonomiandaerah, dian-taranya pe-metaan poten-si hasil per-tanian.Pembangu-nan,Peningk-atan dan Re-habilitasi Iri-gasi/TAM

ZONAPENG-OLAH

Pengemban-gan usaha pertanian dengankonsep pe-ngembanganagrobisnis a-gar mening-katkan kela-yakan dalampengemba-

Peningkataninvestasi danekspor nonmigas sertapeningkatandaya saing danrevitalisasipertaniandalam arti luas

Programpeningkatanpenerapanteknologipertanian/perkebunan

Pengelola-an hutanlestari un-tuk kepen-tingan eko-nomi, pen-didikan danpenelitian

ProgramPemanfa-atan Ruang

Optmali-sasi Pe-ngelolaandan Pema-saran Pro-duksi Per-ikanan

Tata kerjadan kelemba-gaan penyu-luhan yangberorientasikepada Satu-an WilayahKerja Penyu-luhan danKebutuhan

Penyelengga-raan pendi-dikan danpelatihan te-naga teknisdan masyara-kat

Penyeleng-garaanPelatihanKewira-usahaan

Page 73: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 73 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

ngan perde-saan dan pere-konomian da-erah, diantara-nya pemetaanpotensi hasilpertanian

Petani setem-pat

Penyusunanlangkah-lang-kah untuk me-ningkatkandaya saingproduk per-tanian, misal-nya dorongandan insentifpasca panendan peng-olahan hasilpertanian danmelindungipetani daripersainganyang tidaksehat.

PeningkatanKapasitasSumberDayaManusia

ProgramPengenda-lianPemanfa-atan Ruang

Pelatihanketerampilanusaha pertani-an dan peter-nakan

PelatihanTekhnologiPasca Panen

Page 74: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 74 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

Penangananpasca panendan pengola-han hasilpertanian.

Pengemba-ngan Infor-masi DataStatistik danSistem Pela-poran Per-kebunan

Pelatihan ke-terampilanmanajemenbadan usahamilik desa(BUMDES)

Pembangunanpusat-pusatpenampunganproduksi hasilpeternakanmasyarakat

pembinaansarana danprasaranaperdesaan,pengemba-ngan lembagaposyantekdes,

Penelitian danpengemba-ngan teknolo-gi bioteknolo-gi, teknologibudi daya, Pe-nelitian danpengemba-ngan teknolo-gi pasca pa-nen

Pengemba-ngan infra-struktur/sara-na-prasaranaperdesaan

Page 75: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 75 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

Koordinasiperumusankebijakanpertanahandan infrastru-ktur pertaniandan perdesa-an.

Pemasyara-katan danpengemba-ngan kerjasa-ma penetapanteknologi te-pat guna(TTG) di ka-wasan perde-saan

Peningkatankemampuan/kualitas SDMpertanian, Pe-ningkatan ke-mampuan pe-tani secara in-dividu mau-pun kelompokuntuk mampumemanfaat-kan fasilitasiPemerintah.

Page 76: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 76 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

Pengemba-ngan sisteminformasi pa-sar sertamembuatPengemba-ngan modeldistribusi pa-ngan yangefisien.Penangananpasca panendan pengola-han hasil per-tanianPembangunanpusat-pusatpenampunganproduksi hasilpertanian ma-syarakat yangakan dipasar-kan

Page 77: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 77 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

ZONAPEMASARAN

Penguatan sis-tem pemasa-ran dan mana-jemen usahauntuk menge-lola resiko u-saha pertanianserta untukmendukungpengemba-ngan agroin-dustri.

Peningkataninvestasi danekspor non mi-gas serta pe-ningkatan dayasaing dan revi-talisasi perta-nian dalam artiluas

ProgramPengem-banganAgribisnisPerkebunan

Pengelola-an hutanlestari un-tuk kepen-tingan eko-nomi, pen-didikan danpenelitian

ProgramPengem-bangan da-ta/informa-si

Mencipta-kan sistemkelemba-gaan eko-nomi ma-syarakatpesisir a-tas dasarkemitraandan kewi-rausahaa

Tata kerjadan kelem-bagaan pe-nyuluhanyang ber-orientasi ke-pada SatuanWilayah Ker-ja Penyulu-han dan Ke-butuhan Pe-tani setempat

Penyeleng-garaan pen-didikan danpelatihan te-naga teknisdan masyara-kat

Penyeleng-garaan Pela-tihan Kewi-rausahaan

Menghidup-kan dan mem-perkuat lem-baga pertani-an dan perde-saan untukmeningkatkanakses petaniterhadapsarana pro-duktif.

PeningkatanKapasitasSumber Da-ya Manusia

ProgramPemanfa-atan Ruang

Optmali-sasi Pe-ngelolaamdan Pema-saran Pro-duksi Per-ikanan

Pelatihan ke-terampilan u-saha pertaniandan peterna-kan

Penyeleng-garaan Pro-mosi ProdukUsaha Mi-kro KecilMenengah

Membangundelivery sys-

Pengembangan Infor-

ProgramPengenda-

Kerja sa-ma antara

Pelatihanketerampilan

PelatihanAkutansi

Page 78: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 78 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

tem dukunganpemerintahuntuk sektorpertanian, danmeningkatkanskala pengu-sahaan yangdapat mening-katkan posisitawar petani.

masi DataStatistik danSistem Pe-laporan Per-kebunan

lian Pe-manfaatanRuang

usahapenangka-pan, pem-budidayasertapengola-han secarabermitra

manajemenbadan usahamilik desa(BUMDES)

Koperasi

Peningkatankemampuanpetani secaraindividu mau-pun kelompokuntuk mampumemanfaat-kan fasilitasiPemerintah

MencariInformasipasar/peluang pasarhasil pro-duksiperikanan

Pengembaganinfrastruktur/sarana-prasa-rana perde-saan

PenyuluhanKelemba-gaan DanManajemenPerkopera-sian

Meningkatkandinamika ke-lembagaanpetani menujukelompok u-saha

Pemasyaraka-tan dan pe-ngembangankerjasama pe-netapan tek-nologi tepat

Page 79: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 79 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

guna (TTG) dikawasan per-desaan

Penelitian danpengemba-ngan pemasa-ran hasil pro-duksi perta-nianFasilitasi ker-jasama regi-onal/nasional/internasional,penyediaanhasil produksipertaniankomplementerPembangunansarana danprasaranapasar kecam-atan/perdesa-an produksihasil pertani-an

Page 80: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 80 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

Promosi atashasil produksipertanian/per-kebunan ung-gul daerahPenyuluhanpemasaranproduksipertanian/perkebunanguna meng-hindari teng-kulak dan sis-tem ijonPembangunanpusat-pusatpenampunganproduksi hasilpertanian ma-syarakat yangakan dipasar-kanPengolahaninformasipermintaan

Page 81: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 81 dari 106

ZonaProgram Dinas / Instansi Terkait

Distannak BPMD Disbun Dishut Bappeda DKP BKPD Bappemas KUKM

pasar atashasil produksipertanian ma-syarakatPenyuluhandistribusi pe-masaran atashasil produksipertanianmasyarakatPenyuluhankualitas danteknis ke-masan hasilproduksi per-tanian yangakan dipasar-kan

Sumber : Hasil Analisis 2011

Page 82: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 82 dari 106

3.2 Matriks Program dan Indikasi Biaya

Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai program – program disetiap zona untuk

kawasan agropolitan baik untuk zona produksi, zona pengolahan, zona pemasaran dan

infrastruktur pendukungnya, dalam tabel dibawah ini nanti dapat membantu

pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam mengambil kputusan atau kebijakan

program apa yang harus dilakukan setiap SKPD atau dinas – dinas yang terkait untuk

menunjang kegiatan agropolitan di Kabupaten Kutai Timur nantinya.

Dengan menggunakan asumsi periode pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

daerah yang menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah dalam menjalankan program-

programnya, maka dimensi waktu pada program dan indikasi biaya pengembangan

agropolitan juga menggunakan dimensi waktu 5 tahun. Disamping itu, program-

program tersebut juga harus diprioritisasi berdasarkan urgensi serta kapasitas

pembiayaan Pemerintah Daerah. Disini dapat kita lihat program apa yang harus kita

utamakan dilihat dari waktu pelaksananya, waktu pelaksanaan setiap programnya

dibagi menjadi 3 jenis yaitu : Cepat ( dilakukan pada 1 – 2 tahun awal ), Menengah

(dilakukan pada 3 – 4 kedepan) dan Panjang (dilakukan pada tahun ke-5).

Page 83: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 83 dari 106

Tabel 20 Program Untuk Zona Produksi

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas YangBertanggung JawabIndikasi

BiayaWaktu

Cepat Menengah Panjang

1Programuntuk zonaproduksi

Melakukan diversifikasipangan untuk menurunkanketergantungan terhadapkonsumsi beras sertamengoptimalkan bahan panganlainnya, dan Diversifikasianeka produk hasil perikanan

9.196.681.200 X

1. Dinas Perkebunan

2. Dinas Pertanian danPeternakan

3. Dinas Perikanan dankelautan

Program PeningkatanKetahanan Panganpertanian/perkebunan(Pemanfaatan perkaranganuntuk pengembangan pangan)dengan Konsep Agrobisnis

3.839.802.500 X

1. Dinas Perkebunan

2. Dinas Pertanian DanPeternakan

3. BKPD

Pengembangan desa mandiripangan Pengembanganpertanian pada lahan keringdan Meningkatkanketersediaan benih ungulbermutu dan pupuk/pestisida

27.000.000.000 X

1. Dinas Perkebunan

2. Dinas Pertanian danPeternakan3. Dinas Perikanan danKelautan

4. Dinas KUKM

Melindungi komoditashortikultura dari tekanan impormaupun perlindungan terhadapOPT dan Pengembangansentra/ kawasan produksihortikultura serta penetapankomoditas unggulan pada tiap

757.994.750 X 1. Dinas Pertanian danPeternakan

Page 84: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 84 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas YangBertanggung JawabIndikasi

BiayaWaktu

Cepat Menengah Panjangsentra/ kawasanpengembangan

Penyediaan sarana produksipertanian dan Pengembanganbibit unggul pertanian sertaadanya Sertifikasi bibit unggulpertanian

2.980.795.450 X 1. Dinas Pertanian danPeternakan

membangun delivery systemdukungan pemerintah untuksektor pertanian, danmeningkatkan skalapengusahaan yang dapatmeningkatkan posisi tawarpetani

865.100.050 X

1. Dinas Perkebunan

2. Dinas Pertanian danPeternakan

3. Dinas Perikanan danKelautan

Pengembangan Informasi DataStatistik dan Sistem PelaporanPerkebunan, Pertanian, danperikanan

1.504.021.400 X

1. Dinas Perkebunan

2. Dinas Pertanian danPeternakan3.Dinas Perikanan danKelautan

Program PeningkatanPemanfaatan Potensi Lahandan Peningkatan KapasitasSumber Daya Manusia

2.433.308.850 X

1. Dinas Perkebunan

2.Dinas Pertanian danPeternakan3. Dinas Perikanan danKelautan

Page 85: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 85 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas YangBertanggung JawabIndikasi

BiayaWaktu

Cepat Menengah PanjangPembinaan kelompokmasyarakat pembangunan desadan Fasilitasi permodalan bagiusaha mikro kecil danmenengah di perdesaan

538.094.061 X Bapemas, KUKM

Peningkatan investasi danekspor non migas sertapeningkatan daya saing danrevitalisasi pertanian dalamarti luas

2.400.000.000 X BPMD

Program Pemanfaatan Ruangdan Rehabilitasi hutan, lahandan konservasi sumber dayahutan

901.482.600 X1.Dinas Kehutanan

2.BAPPEDA

TOTAL ANGGARAN 49.436.485.411 4 4 3

Page 86: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 86 dari 106

Dari data diatas dapat kita ketahui untuk zona produksi terdapat 11 program yang

terkait di masing – masing SKPD, adapun program yang harus dilakukan dalam waktu

dekat atau cepat sebanyak 4 program yang dilakukan oleh 4 Dinas yaitu Dinas

Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian, Peternakan, dan Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten Kutai Timur, dengan total

anggaran yang harus dikeluarkan untuk program – program cepat sebesar

Rp31.597.797.250,-.

Program untuk jangkah menengah di Zona Produksi ada 4 program dan dinas yang

terakit adalah : Kelautan dan Perikanan , Dinas Pertanian, Peternakan, dan Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bappeda, BPMD ( Badan Penaman Modal

Daerah ), BAPEMAS (Badan Pemberdayaan Masyrakat dan Desa) dan Dinas

Kehutanan, dengan total anggaran sebesar Rp130.69.566.711,-, untuk program jangka

panjang di zona produksi terdapat 3 Program dan Dinas yang terkait untuk program

jangka panjang adalah Dinas BPMD , Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Perikanan , Dinas Pertanian, Peternakan di Kabupaten Kutai Timur dengan total

anggaran untuk program jangka panjang sebesar Rp4.769.121.450,-.

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan mengenai program-program untuk Zona

Pengolahan.

Page 87: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 87 dari 106

Tabel 21 Matriks Program dan Indikasi Biaya untuk Zona Pengolahan

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yangBertanggung JawabIndikasi Biaya

WAKTUCepat Menengah Panjang

2Program untukzonapengolahan

Penyusunan langkah-langkah untukmeningkatkan daya saing produkpertanian, misalnya dorongan daninsentif pasca panen dan pengolahanhasil pertanian dan melindungipetani dari persaingan yang tidaksehat.

1.257.214.350 X1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertaniandan Peternakan

Pembinaan sarana dan prasaranaperdesaan, pengembangan lembagaposyantekdes, dan Pengembaganinfrastruktur/sarana-prasaranaperdesaan

12.861.644.377X

1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertaniandan Peternakan3.Dinas Perikanandan Kelautan

Penyelenggaraan pendidikan danpelatihan tenaga teknis ( UsahaPertanian, perikanan ) danmasyarakat dan PenyelenggaraanPelatihan Kewirausahaan sertapelatihan teknologi pasca produksikepada masyarakat desa / petani

1.050.543.493 X Bappemas, KUKM

Peningkatan investasi dan ekspornon migas serta peningkatan dayasaing dan revitalisasi pertaniandalam arti luas

2.400.000.000 X BPMD

Page 88: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 88 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yangBertanggung JawabIndikasi Biaya

WAKTUCepat Menengah Panjang

Pembangunan pusat-pusatpenampungan produksi hasilpertanian, Peternakan, perkebunandan perikanan masyarakat yang akandipasarakan, dan Penanganan pascapanen dan pengolahan hasilpertanian

8.144.141.500 X

1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertaniandan Peternakan3.Dinas Perikanandan Kelautan

Pengembangan sistem informasipasar serta membuat Pengembanganmodel distribusi pangan yangefisien.

957.994.750 X1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertaniandan Peternakan

Penelitian dan pengembanganteknologi biotekhnologi, teknologibudi daya Penelitian danpengembangan teknologi pascapanen

8.230.946.500 X1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertaniandan Peternakan

Pelatihan keterampilan manajemenbadan usaha milik desa (BUMDES)dan Pemasyarakatan danpengembangan kerjasama penetapanteknologi tepat guna (TTG) dikawasan perdesaan

1.948.000.000 X KUKM

Page 89: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 89 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yangBertanggung JawabIndikasi Biaya

WAKTUCepat Menengah Panjang

Koordinasi perumusan kebijakanpertanahan dan infrastrukturpertanian dan perdesaan dan Tatakerja dan kelembagaan penyuluhanyang berorientasi kepada SatuanWilatyah Kerja Penyuluhan danKebutuhan Petani setempat

540.567.000 X1. Dinas Pertaniandan Peternakan2. BKPD

TOTAL ANGGARAN 37.391.051.970 5 2 2

Sumber : Hasil Analisis 2011

Page 90: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 90 dari 106

Dari data diatas dapat kita ketahui untuk zona produksi terdapat 9 program yang

terkait di masing – masing SKPD, adapun program yang harus dilakukan dalam waktu

dekat atau cepat sebanyak 5 program yang dilakukan oleh 6 Dinas yaitu Dinas

Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan , Dinas Pertanian, Peternakan, Dinas

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, BKPD ( Badan Ketahanan Pangan Daerah ),

dan Bapemas ( Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ) Di Kabupaten Kutai

Timur, dengan total anggaran yang harus dikeluarkan untuk program – program cepat

sebesar Rp12.940.466.343,- .

Program untuk jangkah menengah di Zona Produksi ada 2 program dan dinas yang

terakit adalah : Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian, Peternakan, Dinas

Perkebunan, dengan total anggaran sebesar Rp13.819.639.127,-, dan untuk program

jangka panjang di zona produksi terdapat 2 Program dan Dinas yang terkait untuk

program jangka panjang adalah Dinas BPMD , Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan

Perikanan , Dinas Pertanian, Peternakan di Kabupaten Kutai Timur dengan anggaran

sebesar Rp10.630.946.500,-.

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan mengenai program-program untuk Zona

Pemasaran.

Page 91: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 91 dari 106

Tabel 22 Matriks Program dan Indikasi Biaya untuk Zona Pemasaran

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

3Programuntuk ZonaPemasaran

Penguatan sistempemasaran dan manajemenusaha untuk mengelolaresiko usaha pertanianserta untuk mendukungpengembanganagroindustri.

278.029.850 X

1. Dinas Perkebunan,2. Dinas Pertanian danPeternakan3.Dinas Perikanan dan

Kelautan

Menghidupkan danmemperkuat lembagapertanian dan perdesaanuntuk meningkatkan aksespetani terhadap saranaproduktif. Serta Tata kerjadan kelembagaanpenyuluhan yangberorientasi kepada SatuanWilatyah Kerja

4.144.084.950 X1. Dinas Pertanian dan

Peternakan2. BKPD

Pembangunan sarana danprasarana pasarkecamatan/perdesaanproduksi hasil pertanian

10.738.000.000 X

1.KUKM2. Dinas Pertanian danPeternakan3. BAPPEDA

Kerja sama antara usaha X 1. Dinas Kelautan dan

Page 92: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 92 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

penangkapan,pembudidayaansertapengolahan secara bermitradan Pemasyarakatan danpengembangan kerjasamapenetapan teknologi tepatguna (TTG) di kawasanperdesaan

1.821.551.500 Perikanan2. Bapemas

Promosi atas hasil produksipertanian/perkebunanunggul daerah danPenyelenggaraan PromosiProduk Usaha Mikro KecilMenengah

2.333.591.000 X

1. Dinas Perkebunan2. Dinas Pertanian dan

Peternakan3. Dinas Kelautan dan

Perikanan4. KUKM

Penyuluhan pemasaranproduksipertanian/perkebunan gunamenghindari tengkulak dansistem ijon dan Penyuluhankualitas dan tekniskemasan hasil produksipertanian yang akandipasarkan

1.247.301.050 X

1. Dinas Perkebunan2. Dinas Pertanian dan

Peternakan3. Dinas Kelautan dan

Perikanan

Page 93: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 93 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

Peningkatan kemampuanpetani secara individumaupun kelompok untukmampu memanfaatkanfasilitasi Pemerintah danpendidikan sertapengetahuan tentangteknologi pemasaran kemasyarakat / petani

899.285.150 X

1. Dinas Perkebunan2. Dinas Pertanian dan

Peternakan3. KUKM4. Bapemas

Peningkatan investasi danekspor non migas sertapeningkatan daya saingdan revitalisasi pertaniandalam arti luas

2.400.000.000 X 1. BPMD

Pengembangan InformasiData Statistik dan SistemPelaporan Perkebunanserta Pengolahan informasipermintaan pasar atas hasilproduksi pertanianmasyarakat

108.079.500 X1. Dinas Perkebunan2. Dinas Pertanian

Peternakan

Pengelolaan hutan lestariuntuk kepen-tinganekonomi, pen-didikan dan

175.000.000 X 1. Dinas Kehutanan

Page 94: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 94 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

peneli-tian danpengendaian ruang agartetap terjaga

Pengembaganinfrastruktur/sarana-prasarana perdesaan

1.643.047.928 X 1. Bapemas

TOTAL ANGGARAN 25.787.970.928 5 4 2

Sumber : Hasil Analisis 2011

Page 95: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 95 dari 106

Dari data diatas dapat kita ketahui untuk zona produksi terdapat 11 program yang

terkait di masing – masing SKPD, adapun program yang harus dilakukan dalam waktu

dekat atau cepat sebanyak 5 program yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan, Dinas

Kelautan dan Perikanan , Dinas Pertanian, Peternakan, Dinas Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah dan Bapemas Di Kabupaten Kutai Timur, dengan total anggaran

yang harus dikeluarkan untuk program – program cepat sebesar Rp5.440.537.000,-.

Program untuk jangkah menengah di Zona Produksi ada 4 program dan dinas yang

terakit adalah: Dinas kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian,

Peternakan, dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bappeda, BKPD ( Badan

Penaman Modal Daerah ), BAPEMAS ( Badan Pemberdayaan Masyrakat dan Desa),

dengan total anggaran sebesar Rp16.304.386.000,-, untuk program jangka panjang di

zona produksi terdapat 2 Program dan Dinas yang terkait untuk program jangka

panjang adalah Dinas BPMD , Dinas Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan ,

Dinas Pertanian, Peternakan di Kabupaten Kutai Timur dengan anggaran sebesar

Rp4.043.047.928,-.

Berdasarkan hasil analisis terhadap empat jenis infrastruktur dalam proses pertanian,

berikut akan dipaparkan hasil agregat kebutuhan infrastruktur pada kecamatan yang

menjadi wilayah studi, yakni :

Tabel 23 Perhitungan Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur Baru

Kecamatan Kekuranganjalan (km)

Saranairigasi(Ha)

KebutuhanListrik(KW)

KebutuhanToko(unit)

Sangatta Utara 42,52 2,1 - -SangattaSelatan 15 - 289,95 -

Rantau Pulung - - 1099,22 -

Bengalon - 82,5 564,21 -

Kaliorang 42 - 1006,88 4

Kaubun - - 35,28 -

Sangkulirang 4 10,5 555,72 5Sumber: hasil analisis, 2011

Page 96: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 96 dari 106

Dari banyaknya jenis infratruktur yang dibutuhkan, maka muncul kebutuhan prioritas

berdasarkan kecamatan, untuk pengembangan sarana prasarana pertanian diurutkan

berdasarkan yang paling prioritas, yakni :

1. Kaliorang

2. Sangkulirang

3. Rantau Pulung

4. Sangatta Selatan

5. Bengalon

6. Kaubun

7. SangattaUtara

Berdasarkan urutan prioritas pengembangan infrastruktur tersebut menjadi masukan

dalam penentuan prioritas program pengembangan infrastruktur penunjang

agropolitan di Kabupaten Kutai Timur.

Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan mengenai program-program Pengembangan

Infrastruktur agropolitan.

Page 97: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 97 dari 106

Tabel 24 Program Pembangunan Infrastruktur Penunjang Agropolitan

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

4

Pengemba-ngan Infra-strukturPenunjangAgropolitan

PengembanganInfrastruktur JalanKecamatan Sangatta Utara

8.504.000.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

PengembanganInfrastruktur IrigasiKecamatan Sangatta Utara

210.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

PengembanganInfrastruktur JalanKecamatan SangattaSelatan

3.000.000X 1. Dinas Pekerjaan Umum

PengembanganInfrastruktur Ketenagalistrikan KecamatanSangatta Selatan

8.698.500 X 1. PLN

PengembanganInfrastruktur Ketenagalistrikan KecamatanRantau Pulung

32.976.000 X 1. PLN

PengembanganInfrastruktur IrigasiKecamatan Bengalon

8.250.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

Page 98: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 98 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

PengembanganInfrastruktur Ketenagalistrikan KecamatanBengalon

16.926.300X 1. PLN

PengembanganInfrastruktur JalanKecamatan Kaliorang

8.400.000.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

PengembanganInfrastruktur KetenagaListrikan KecamatanKaliorang

30.206.400X 1. PLN

Pengembangan UnitPerdagangan KecamatanKaliorang

400.000.000X

1. Dinas KUKM2. BPMD

PengembanganInfrastruktur Ketenagalistrikan KecamatanKaubun

1.058.400 X 1. PLN

PengembanganInfrastruktur JalanKecamatan Sangkulirang

800.000.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

PengembanganInfrastruktur IrigasiKecamatan Sangkulirang

1.050.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

Page 99: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 99 dari 106

No Program Sub ProgramIndikator

Dinas yang BertanggungJawabIndikasi Biaya

WaktuCepat Menengah Panjang

PengembanganInfrastruktur Ketenagalistrikan KecamatanSangkulirang

16.671.000 X 1. Dinas Pekerjaan Umum

Pengembangan UnitPerdagangan KecamatanSangkulirang

500.000.000 X1. Dinas KUKM2. BPMD

TOTAL ANGGARAN 18.723.046.600 7 5 3Sumber : Hasil Analisis 2011

Page 100: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 100 dari 106

Bagian- 4 Kesimpulan dan Rekomendasi

Sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan kegiatan Studi Pengembangan Kawasan

Ekonomi Agropolitan, yang meliputi:

Menganalisa dampak pengembangan agropolitan terhadap perekonomian

wilayah;

Menganalisa tingkat partisipasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan

dikawasan agropolitan;

Merumuskan strategi pembangunan yang dapat mendorong pengembangan

kawasan agropolitan.

Maka ada beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diberkan dari kegiatan

studi ini yakni sebagai berikut:

1. Terkait dengan keunggulan share sektor-sektor pertanian dengan melakukan

komparasi antara kecamatan-kecamatan yang masuk ke dalam wilayah studi

dengan kecamatan-kecamatan yang tidak masuk ke dalam wilayah studi

maka diperoleh kesimpulan bahwasannya untuk ketujuh kawasan

agropolitan secara umum memiliki produktivitas subsektor pertanian yang

lebih unggul dibandingkan non-agropolitan. Dengan membandingkan PDRB

per kecamatan untuk subsektor pertanian pada wilayah kajian dengan

wilayah di luar tujuh kecamatan kawasan agropolitan, dapat diamati bahwa

tujuh kecamatan tersebut secara umum memiliki keunggulan pada komoditas

tanaman pangan, peternakan, dan yang paling besar dan utama adalah

perikanan. Sementara untuk sektor kehutanan dan perkebunan, konsentrasi

kegiatan ekonomi masih didominasi di luar wilayah tujuh kecamatan

tersebut.Dari temuan tersebut dapat diperoleh beberapa informasi sebagai

berikut:

a. Sektor Perkebunan yang memiliki share cukup tinggi bagi PDRB sektor

pertanian, kontribusi terbesarnya salah satunya diperoleh melalui

komoditas kako yang ada di Kecamatan Busang. Hal ini perlu menjadi

perhatian tersendiri untuk menjamin kelancaran arus rantai pasok serta

Page 101: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 101 dari 106

peningkatan value added dari komoditas tersebut melalui

pengintegrasian infrastruktur ke sentra-sentra pengolahan maupun

pemasaran.

b. Pengklasifikasian 7 kecamatan menjadi wilayah studi jangan menjadi

dikotomi sehingga mengakibatkan terjadinya penganak emasan

kecamatan-kecamatan tersebut. Hasil kajian ini lebih ditekankan pada

pemetaan keunggulan dari masing-masing kecamatan sehingga bisa

disinergikan sesuai dengan perannya masing-masing. Tidak tertutup

kemungkinan bahwa fungsi pengolahan dan fungsi pemasaran

memfasilitasi komoditas dari kecamatan lain bahkan dari Kabupaten

lainnya.

2. Perlu pembagian peran antar kecamatan agar diperoleh pemanfaatan sumber

daya dan keunggulan masing-masing kecamatan secara optimal. Fungsi yang

diemban dari masing-masing kecamatan meliputi fungsi produksi, fungsi

pengolahan dan fungsi pemasaran. Fungsi produksi diarahkan pada

peningkatan produktifitas dalam menghasilkan komoditas. Kemudian fungsi

pengolahan diperoleh agar pemanfaatan komoditas ini diperoleh value added

serta tidak ada sumber daya yang terbuang sehingga pada akhirnya dapat

diperoleh keuntungan terbesar. Selanjutnya fungsi pemasaran diperuntukkan

untuk menjaga agar harga komoditas tidak jatuh serta membuka peluang

pasar yang lebih luas. Berdasarkan studi mengenai kondisi dan karakteristik

dari kecamatan yang dijadikan wilayah studi, maka peran dari tiap-tiap

kecamatan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 25 Profil Sektor dan Komoditas Unggulan Kecamatan

No. Kecamatan SubsektorUnggulan

StatusUnggulan Komoditi Unggulan

1.Sangatta

Utara

Tanaman

Pangan**

Padi, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Hijau, Kacang

Tanah, Ubi Jalar

Perdagangan ***Mikro, Kecil, Menengah,

Besar

2. Sangatta Perdagangan ** Mikro, Kecil

Page 102: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 102 dari 106

No. Kecamatan SubsektorUnggulan

StatusUnggulan Komoditi Unggulan

Selatan Industri kecil

(UKM)* Makanan

Perkebunan * Lada

3. Rantaupulung Peternakan *Kambing, Kerbau, Dan

Ayam

4. Bengalon

Tanaman

Pangan**

Jagung, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Tanah, Kacang

Hijau, Ubi Jalar

Peternakan **Sapi, Kerbau, Kambing,

Ayam, Itik

Perdangan * Mikro

Industri kecil

(UKM)* Kayu, Logam

5. Kaliorang

Tanaman

Pangan***

Padi, Kedelai, Ubi Kayu,

Kacang Tanah, Kacang

Hijau, Ubi Jalar

Perkebunan * Karet, Kelapa

Peternakan * Kambing, Itik

6. Kaubun

Tanaman

Pangan** Padi, Kedelai

Perkebunan * Kopi

Peternakan ** Sapi, Kambing, Itik

Industri kecil

(UKM)* Kulit

7. Sangkulirang

Perkebunan *** Kelapa, Kopi, Lada, Coklat

Peternakan ***Sapi, Kerbau, Kambing,

Ayam, Itik

Perdagangan ***Mikro, Kecil, Menengah,

besar

Page 103: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 103 dari 106

No. Kecamatan SubsektorUnggulan

StatusUnggulan Komoditi Unggulan

Industri kecil

(UKM)** Makanan, Lain-Lain

Catatan:***) sangat unggul dari rata-rata kecamatan**) cukup unggul dari rata-rata kecamatan*) sedikit unggul dari rata-rata kecamatan

Keunggulan pada sektor produksiKeunggulan pada sektor pengolahKeunggulan pada sektor pemasaran

Peran dari masing-masing kecamatan yang menjadi wilayah studi tersebut

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 34 Pembagian Peran Kecamatan Berdasarkan Potensi dan Kondisi

Page 104: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 104 dari 106

3. Prasyarat dalam rangka membentuk kelembagaan dalam pengelolaan

dan peningkatan peranserta masyarakat dalam pengelolaan agropolitan

yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

Mengadakan dan mengorganisasikan kelompok tani

Meningkatkan kemampuan para petani dan kelompok tani

Mengembangkan kemitraan usaha

Dalam rangka pemenuhan hal tersebut perlu diatur peran dan kedudukan

masing-masing stakeholder yang terkait dengan pengembangan

agropolitan yakni sebagai berikut:

a. Pemerintah, memiliki peran dalam menentukan kebijakan arah

dan strategi pengembangan agropolitan dan agribisnis, serta

menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif dan

memihak pada para petani lokal. Pemerintah perlu mengeluarkan

regulasi terkait:- Regulasi untuk menjamin terciptanya lingkungan bisnis

yang kompetitif dan mencegah monopoli dan kartel.- Regulasi untuk mengontrol kondisi-kondisi monopoli yang

diizinkan, seperti Bulog yang menangani komoditas

stratgeis dan beberapa badan usaha milik negara (BUMN)

yang mengelola usaha utilitas publik.- Regulasi untuk fasilitas perdagangan, termasuk ekspor dan

impor.- Regulasi dalam penyediaan pelayanan publik, terutama

untuk fasilitas layanan yang terkait, baik secara langsung

maupun tidak langsung dengan agribisnis.- Regulasi untuk proteksi, baik proteksi terhadap konsumen

maupun produsen.- Regulasi yang terkait langsung dengan harga komoditas

agribisnis, input-input agribisnis, dan berbagai peralatan

agribisnis.

Page 105: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 105 dari 106

- Regulasi terhadap peningkatan ekonomi dan kemajuan

sosial.- Regulasi terhadap sistem pembiayaan agribisnis, seperti

pemodalan dari perbankan, pasar modal, modal ventura,

leasing, dan lain-lain.- Regulasi terhadap sistem penanggungan risiko agribisnis,

seperti keberadaan asuransi pertanian dan bursa komoditas

dengan berbagai instrumennya, seperti future contract,

hedging, option market, dan lain-lain.

b. Lembaga Pemasaran dan Distribusi, berperan sebagai

perantara antara para petani dengan para konsumen

c. Koperasi, berperan dalam menyalurkan input-input pertanian dan

lembaga pemasaran hasil-hasil pertanian.

d. Lembaga Pendidikan Formal dan Informal, berperan dalam

upaya peningkatan produktifitas petani melalui peningkatan

SDM.

e. Lembaga Penyuluhan Pertanian Lapangan, berperan sebagai

penyuluh pada para petani mengenai cara bertani yang baik, juga

sebagai fasilitator dan konsultan pertanian bagi masyarakat.

f. Lembaga Riset, Berperan dalam melakukan riset misalnya pada

usaha diversifikasi olahan komoditas ekspor.

g. Lembaga Penjamin dan Penanggungan Risiko, Berperan

dalam mengatasi dan menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran

para pelaku bisnis dalam bidang agribisnis,

h. Kelompok Kerja Pertanian

Berperan dalam melakukan sinkronisasi program-program terkait

pertanian yang dilaksanakan oleh berbagai stakeholder termasuk

swasta dan LSM. Kedudukan Kelompok Kerja Pertanian tersebut

dapat berada di dalam institusi Bappeda.

4. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada matriks program di

atas, kebutuhan investasi dalam rangka mendukung pengembangan

Page 106: Bagian- 1 Profil dan Arahan Investasi Agropolitan

Laporan AkhirStudi Pengembangan Kawasan Ekonomi AgropolitanKabupaten Kutai Timur

Halaman 106 dari 106

agropolitan di Kabupaten Kutai Timur membutuhkan biaya sebesar

Rp131.338.554.909 dengan rincian sebagai berikut:

a. Untuk investasi di zona produksi membutuhkan biaya sebesar

Rp49.436.485.411,-.

b. Untuk investasi di zona pengolahan membutuhkan biaya sebesar

Rp37.391.051.970,-.

c. Untuk investasi di zona pemasaran membutuhkan investasi

sebesar Rp25.787.046.600

d. Untuk investasi infrastruktur penunjang agropolitan

membutuhkan biaya sebesar Rp18.723.046.600

Biaya tersebut bersumber dari APBD Kabupaten Kutai Timur, dimana

sebagian besar merupakan indikasi biaya dari masing-masing SKPD.

Hal ini dilakukan mengingat program-program yang diusulkan memang

merupakan program yang tercantum dalam Renstra SKPD, sehingga

secara eksisting anggaran tersebut telah tersedia, bedanya di sini,

program-program tersebut telah disinkronkan dan justru meningkatkan

efektifitas dan efisiensi penggunaan biaya sebab menghindarkan saling

bertimpanya program-program SKPD. Program-program tersebut dapat

meliputi pembangunan fisik maupun non fisik seperti peningkatan

kualitas SDM maupun perbaikan sistem.

Untuk pengembangan infrastruktur dapat bersumber dari APBD akan

tetapi tidak menutup kemungkinan bersumber dari swasta dengan skema

Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS).