Agrogeologi

21
1. Entisol Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjaditanah asal yang baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Pembentukan Tanah Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara lain :Tahap I : Pelapukan dari bauan induk, Tahap II : batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudianrekahan- rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses- proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh- tumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi. Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor- faktor berikut:

description

agrogeologi

Transcript of Agrogeologi

1. Entisol Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjaditanah asal yang baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-horison permulaan. Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak. Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata.

  Pembentukan TanahProses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara lain :Tahap I :

Pelapukan dari bauan induk,Tahap II : batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudianrekahan-                 rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air                 dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama,                   terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.Tahap III : lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan perintis.

Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan    yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga  rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi  udara

Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik  lainnya    semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahap-tahap

sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.

Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh factor-faktor berikut:1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia berjalan sangat lambat.2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak terdapat dilereng-lereng yang curam.3. Pengenndapan terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di sekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-bukit pasir pantai.4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable, sehingga air sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi.6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon.7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole, 1976) Beberapa macam proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke dalam ordo tanah lain selain Entisol.

  Karakteristik/Sifat TanahEntisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai

alkalin, KTK  juga bervariasi baik untuk horison A maupun C, mempunyai nisbah C/N < 20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Meskipun tidak ada pencucian hara tanaman dan relatip subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K (Munir, 1996).

  Pengelolaan TanahPotensi

Banyak tanah entisol yang digunakan untuk usaha pertanian, misalkan didasrah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Tanah entisol berasal dari bahan alluvium umumnya merupakan tanah subur. Digunakan pula sebagai areal persawahan. Memelihara tambak perikanan, bandeng, gurame cukup memberikan produksi.

Permasalahan

Pengawasan tata air termasuk perlindungan terhadap banjir, drainase dan irigasi. Tekstur tanahnya sangat variebel, baik vertical maupun horisontal, jika banyak mengandung lempung tanahnya sukar diolah dan menghambat drainase. Perbaikan drainase didaerah rawa-rawa menyebabkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Tanah yang berasal dari Bengawan Solo dan sungai berasal dari pegunungan karst (gunung sewu) umumnya kekurangan unsur phosfor dan Kalium.

Perbaikan

Entisol didaerah basah yang mendapatkan bahan alluvium dimanfaatkan secara intensif oleh masyarakat sebagai kawasan budidaya  padi sawah. Intensitas pengelolaan termasuk tinggi, karena hampir setiap tahun dimanfaatkan untuk budidaya pertanian dengan pola tanam. Padi-padi atau padi – palawija – bero. Dan dapat pula digunakan untuk tambak.

2. InceptisolsTanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.  Pembentukan TanahBeberapa factor yang mempengaruhi pembentukan Inceptisol adalah:1. Bahan induk yang sangat resisten.2. Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.3. Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.

Tidak ada proses pedogenik yang dominan kecuali leaching, meskipun mungkin semua proses pedogenetik adalah aktif. Di lembah-lembah yang selalu tergenang air terjadi proses gleisasi sehingga terbentuk tanah dengan khroma rendah.Di tempat dengan bahan induk resisten, proses pembentukan liat terhambat. Bahan induk pasir kuarsa memungkinkan pembentukan hodison spodik melalui proses podsolisasi.  Karakteristik/Sifat Tanah

Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali  daerah kering mulai dari kutup sampai tropika. (Darmawijaya, 1990)

  PengelolaanTanahPotensiPada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian, yaitu melalui teras siring atau dengan budidaya tanaman tahunan yang lebih kuat dalam mengikat tanah. Tanaman pertanian dapat disisipkan dalam sela-sela tanaman tahunan. Potensi lain adalah dengan memanfaatkan lahan ini untuk usaha penghijauan.PermasalahanKarena tanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia, maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya.Topografi daerah yang miring menyebabkan rawan terhadap erosi dan tanah aluvial ini kemampuan untuk mengikat air cukup rendah, sehingga saat kemarau terlihat kering atau tandus.

Perbaikan

Dalam mengatasi erosi dilakukan dengan penanaman tanaman tahunan atau tanaman hutan (agroforestri). Juga dapat dilakukan dengan pembuatan teras siring atau usaha konservasi lain sehingga bahaya erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa organik dapat meningkatkan kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi menjadi bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat menahan laju erosi tanah karena air terserap oleh bahan organik. Penambahan sisa organik juga dapat mempercepat pelapukan bahan mineral dalam komplek atau komplek pertukaran karena penambahan bahan organik sepereti pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau dapat menambah keanekaragaman mikroorganisme Sistem PPT mengklasifikasikan tanah ini dalam golongan tanah tanpa perkembangan profil, dan masuk dalam kumpulan tanah horison C-organik. Karena mempunyai litik atau faktor pembatas batuan, maka masuk dalam jenis tanah Lithosol. Lithosol ini merupakan Lithosol yang lain sehingga masuk dalam macam tanah Lithosol eutrik.

3. AlfisolsTanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.  Pembentukan tanahDua prasyarat yang diperlukan Alfisol adalah:1. Mineral liat Kristalin sedang jumlahnya2. Terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat horizon agrilik, atau kandik.Keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya horizon spodik, molilik, atau horizon lain atau horizon lain yang bukan agrilik tidak didapat. Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah di daerah beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun. Oleh karena itu Alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang lebih muda dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan bahan induk mafic.Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan Riecken, 1964) karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk hodison agrilik. Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous). Proses pembentukan Alfisol melalui urutan sebagai berikut:1. Pencucian karbonatPencucuian karbonat dan braunifikasi merupakan prasyarat untuk pembentukan Alfisol. Kalsium Karbonat (dan bikarbonat) merupakan flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan Alfisol, karbonat perlu dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi lebih masa, kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.

2. Pencucian besiBesi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalamai pencucuian setelah karbonat, dan diendapkan di horizon B, sehingga warna tanah menjadi coklat (braunification).3. Pembentukan epipedon okhrik (horison A1)Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral, karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam tanah seperti padang rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan tanah dicamur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horizon A1). Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari

subsoil ke horizon O dan A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).4. Pembentukan horizon albikBeberapa jenis ALfisol memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat yang disebut horizon albik. Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian liat dan bahan organic, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi. Pecucian liat terjadi secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi. Horizon albik kadang-kadang juga mengandung cukup banyak bahan organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950). Mineral-mineral resisten seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3 menjadi lebih besar dari Bt.5. Pengendapan argillanTerjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic di horizon Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:a. Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh ke dalam tanah.b. Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga air perkolasi lambat bergerak.c. Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.d. Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif di horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum. Curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong pembentukan Alfisol. Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik terbentuk in situ dari pelapukan bahan induk.  Karakteristik/Sifat TanahTanah alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon diatasnya dan tercuci dibawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yangsangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada horizon B.Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah(horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % padakedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi makamakin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada tanahAlfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi pada horizonArgilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa bertambah makin kehorizon bawah. (Hakim, 1986).  PengelolaanTanahPotensiPada dasarnya tanah ini dapat dimanfaatkan untuk usaha pertanian. Tapi karena mempunyai kemiringan yang ekstrim curam maka daerah ini hanya perlu di tanami tanaman keras

(tanaman keras) seperti pohon jati, pinus atau cemara untuk mengantisipasi adanya erosi yang cukup berat.PermasalahanTanah alfisols termasuk tanah yang masih muda dan perkembangan tanah belum lama, sehingga kandungan bahan organik dan unsur hara dalam tanah kurang tersedia, maka solumnya dangkal (10-15 cm) dari permukaan dan di bawahnya merupakan lapisan batuan. Rendahnya kedalaman solum menyebabkan perkembangan akar terhambat sehingga tanaman kurang baik pertumbuhannya. Topografi daerah ini yang ekstrim curam menyebabkan rawan terhadap erosi karena tanah aluvial ini kemampuan untuk mengikat air cukup rendah.PerbaikanDalam mengatasi lajunya erosi di daerah ini dilakukan konservasi dengan melakukan sistem pertanian agroforesty dengan menanam tanaman tahunan dengan disisipi oleh tanaman pangan seperti tanaman legume (kacang-kacangan ) sebagai tanaman penutup lahan sehingga erosi dapat ditekan. Dengan penambahan sisa organik dapat meningkatkan kelengasan tanah karena sisa organik yang terdekomposisi menjadi bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi dan dapat menahan laju erosi tanah karena air terserap oleh bahan organik

4. Ultisols

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

Proses pembentukan tanah Ultisol meliputi beberapa proses sebagai berikut :1. Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat. Pencucian berjalan sangat

lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).

2.   Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan gibsit.

3.   Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas (eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang.Bersamaan dengan proses lessivage tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi) dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.

4.  BiocyclingMeskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di permukaan tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.

5.   Pembentukan plinthite dan fragipan.Plinthite dan fragipan bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil di daerah tua.Plinthite : Terlihat sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering berlebihan bukanlah plithit.Plinthite ditemukan mulai kedalaman yang dipengaruhi oleh fluktuasi air tanah. Hanya plinthite yang dapat menghambat drainase yang dalam Taksonomi Tanah (yaitu mengandung 10-15 persen volume atau lebih plinthite = Plinthaquult).Fragipan : Pada Ultisol drainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.

6.      Perubahan horison umbrik menjadi mollikUltisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama lapisan-lapisan yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori untuk kejenuhan basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison argilik atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.Faktor-faktor Pembentukan Tanah

  Faktor-faktor pembentuk tanah yang banyak mempengaruhi pembentukan Ultisol adalah :            Bahan induk : Bahan induk tua, misalnya batuan liat, atau batuan volkanik masam.           

Iklim            : Harus cukup panas (warm) dan basah (humid), di daerah iklim sedang dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 8˚C, sampai di daerah tropika.

     Vegetasi       : di daerah iklim sedang di didominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi hutan tropika.            Ralief           : Berombak sampai berbukit.            Umur            : Tua

Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986)

Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Tanah Ultisol memiliki tingkat kemasaman sekitar 5,5  (Munir, 1996).

Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya

tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim,dkk, 1986).

5. OksisolsTanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk

tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

  Pembentukan TanahTanah oxsisol atau tanah latosol merah atau dapat juga dikenal dengan tanah Ferrasols.

Tanah ini termask tanah tua yang telah mengalamu proses pelapukan lebih lanjut yaitu dicirikan dengan adanya horison oksik yang tebal. Pelapukan intensif dalam waktu yang sangat panjang mengakibatkan pelindian basa dan silica, pelonggokan nisbi sesquioksida (oksida besi dan aluminium) dan pembentukan lempung kaolinit (lempung berkisi 1:1)

Proses pembentukan tanah yang utama pada oxisols adalah proses desilikasi dan konsentrasi besi bebas dan kadang-kadang gibsit yang kemudian mempengaruhi jenis mineral dominan pada tanah mineral mudah lapuk termasuk adalah terjadinya dekomposisi hampir seluruh mineral mudah lapuk termasuk mineral liat 2:1, kecuali mineral liat peralihan 2:1 – 2:2.

Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:- Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. - Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.- kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik.- mengalami pencucian dan pelapukan lanjut, berbatas horizon baur, sehingga kandungan mineral primer dan unsure hara rendah, - konsistensi gembur dengan stabilitas agregat kuat dan terjadi penumpukan relative seskwioksida di dalam tanah akibat pencucian silikat.- Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm).

  Pengelolaan Tanah

Potensi

Jika dilihat dari kesuburan alami, tanah Oxisol yang telah mengalami pelapukan lanjut di daerah kering, biasanya tidak digunakan dalam pengelolaan tanah untuk pertanian jika tanah-tanah dari ordo lain masih tersedia dalam memenuhi kebutuhan pangan. Meskipun secara kesuburan alaminya rendah, Oxisol merupakan cadangan tanah yang banyak jumlahnya dan masih dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Pemanfaatan Oxisol diantaranya untuk perladangan pertanian sub sistem, penggembalaan dengan intensitas rendah dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang, kopi serta beberapa Oxisol pada daerah basah.

Permasalahan

Tanah jenis oxisols merupakan salah satu jenis tanah yang penting dalam bidang pertanian, tetapi keadaan kimiawinya sangat miskin, bukan saja karena kapasitas pertukaran kation yang rendah melainkan juga karena kahat basa Ca, Mg, K, kuat menyemat P dan persentase Al tertukarkan tinggi. Oleh karena itu, tanah ini memerlukan pemupukan dan sering pula membutuhkan gamping dan beberapa unsir lain seperti Zn dan S.

Perbaikan

Dalam pengelolaan tanah Oxisol adalah halus memperhatikan sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi tanah tersebut. Untuk tanah Oxisol di lokasi proses pedogenesisnya adanya proses desilikasi sebagai akibat kondisi iklim Tuntang ini, seperti yang telah dipaparkan di atas terlihat bahwa dengan kemiringan 2 % dan tingkatan erosi ringan, namun proses desilikasi yang berpengaruh besar yng berakibat pencucian mineral-mineral khususnya silika dan pembentukan plinthite sehingga unsur hara alami yang ada secara berangsur-angsur ikut tercuci. Untuk itu dalam pengelolaannya untuk perkebunan atau tegalan yaitu :

1.       Agar erosi tetap dalam kategori ringan adalah permukaan tanah tertutup oleh penutup tanah, seperti apa yang ada di lokasi Tuntang vegetasi yang sudah ada seperti jati, mahoni, kelapa, dan durian sudah cukup baik untuk menjaga kondisi permukaan tanah.

2.       Sedangkan untuk perkebunan dan tegalan, dikarenakan kandungan unsur hara alami pada umumnya tanah Oxisol adalah rendah maka perlu diperhatikan pemasukan unsur hara dari luar. Hal itu sangat penting untuk peningkatan unsur hara yang ada di dalam tanah.

Secara umum pengelolaan tanah di Tuntang sudah cukup baik hanya perlu peningkatan vegetasi yang ada semisal jika untuk perkebunan yang intensif adalah dengan tanaman tebu, nenas, pisang dan kopi. Dan juga penanaman tanaman keras seperti jati dan mahoni bisa dikatakan tepat sebab tanaman seperti itu mempunyai sistem perakaran yang baik dalam serta mempunyai siklus BO yang baik.

6. vertisols

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

 terbuat dari bahan yang dari dasar ke permukaan sering menimbulkan microrelief dikenal sebagai gilgai. Vertisols biasanya terbentuk dari batuan yang sangat dasar seperti basalt di iklim yang lembab musiman atau tidak menentu kekeringan dan banjir, atau untuk drainase terhambat. Tergantung pada bahan induk dan iklim, mereka dapat berkisar dari abu-abu atau merah untuk yang lebih dikenal dalam hitam (dikenal sebagai bumi hitam di Australia, dan tanah kapas hitam di Afrika Timur). Vertisols yang ditemukan antara 50 ° N dan 45 ° S khatulistiwa. area utama di mana vertisols yang dominan adalah timur Australia (khususnya pedalaman Queensland dan New South Wales), Dataran Tinggi Deccan India, dan bagian selatan Sudan, Ethiopia, Kenya, dan Chad (yang Gezira), dan Sungai Parana rendah di Amerika Selatan . daerah-daerah lain dimana vertisols yang dominan termasuk Texas selatan dan Meksiko yang berdekatan, timur laut Nigeria, Thrace, dan bagian dari Cina timur. Vegetasi alami vertisols adalah padang rumput, savana, atau hutan berumput.

Tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang tinggi. Reaksi tanah bervariasi dari asam lemah hingga alkaline lemah; nilai pH antara 6,0 sampai 8,0. pH tinggi (8,0-9,0) terjadi pada Vertisol dengan ESP yang tinggi (Munir, 1996).

Vertisol menggambarkan penyebaran tanah-tanah dengan tekstur liat dan mempunyai warna gelap, pH yang relatif tinggi serta kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa yang juga relatif tinggi. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis (Munir, 1996).

Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda disbanding dengan ordo lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan sekitar 5 dalam air (Lopulisa, 2004).

 Potensi

Prospek pemanfaatan vertisol relatif lebih sesuai jika dimanfaatkan sebagai areal persawahan, hanya saja pembuatan jaringan irigasi harus dibuat terlebih dahulu jika disekitarnya ada sumber air atau sungai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan pengelolaan tanah disertai pemupukan bahan organik untukmemperbaiki struktur tanh, jenis tanah ini dapat memberikan

hasil padi, jagung, kapas, kacang tanah dan tebu dan bebarapa tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik seperti singkong dan pepaya.

Permasalahan

Vertisol merupakan tanah prospek pemanfaatannya cukup baik, akan tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang relatif cukup sulit. Tanah ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat keras dalam keadaan kering. Walaupun demikian tekstur tanah sangat halus, derajat kerut yang nyata dan pengembungannya yang merupakan ciri mereka menyebabkan mereka kurang sesuai untuk pertanaman daripada daerah disekitarnya. Kalau mereka mengering sehabis hujan, waktu untuk dibajak atau diolah sangat pendek. Untuk pengelolaannya tidak dapat dilaksanakan tepat pada waktunya dan mereka terbataas pada penggunaan alat kecil, sederhana karena hewan mereka tidak dapat menarik alat besar ditanah berat.Selain pengelolaan yang berat, tanah ini miskin unsur hara N dan K, karena kedua unsur hara tersebut terjepit dalam interlayer, yaitu merupakan ruang antara dua lembaran tetrahedral dengan octahedral (2:1) yang mempunyai diameter sama dengan diameter N dan K, sehingga N dan K akan terjepit didalamnya, akibatnya tanah ini menjadi kahat N dan K.

Perbaikan

Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, maka harus diketahui keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah vertisol yang jelas adalah konsistensi yang keras, sehingga untuk mengolah tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan traktor dan lain-lain peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan baik untuk pembibitan maupun penanaman.

7. histosols

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.Ciri-ciri :A. Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.B. Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5)

Terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan, sampah hutan, atau lumut yang cepat membusuk yang terdekomposisi dan terendapkan dalam air. Kebanyakan selalu dalam keadaan tergenang sepanjang tahun, atau telah didrainase oleh manusia. Histosol sama halnya dengan tanah rawa, tanah organic dan gambut. Proses Pembentukan Tanah gambut terbentuk karena laju akumulasi bahan organik melebihi proses mineralisasi yang biasanya terjadi pada kondisi jenuh air yang hampir terus menerus sehingga sirkulasi oksigen dalam tanah

terhambat. Hal tersebut akan memperlambat proses dekomposisi bahan organik dan akhirnya bahan organik itu akan menumpuk (Chotimah, 2002). Histosol mempunyai kadar bahan organic sangat tinggi sampai kedalaman 80 cm (32 inches) kebanyakan adalah gambut (peat) yang tersusun atas sisa tanaman yang sedikit banyak terdekomposisi dan menyimpan air. Tanah histosol biasa terbentuk di daerah rawa atau di dataran rendah yang tergenang air, dan mengandung banyak bahan organik, dengan relief agak darat atau bukan di daerah yang curam, tanah histosol terbentuk pada iklim tropis hingga panas.

Jenis tanah Histosol merupakan tanah yang sangat kaya bahan organik keadaan kedalaman lebih dari 40 cm dari permukaan tanah. Umumnya tanah ini tergenang air dalam waktu lama sedangkan didaerah yang ada drainase atau dikeringkan ketebalan bahan organik akan mengalami penurunan (subsidence). Bahan organik didalam tanah dibagi 3 macam berdasarkan tingkat kematangan yaitu fibrik, hemik dan saprik. Fibrik merupakan bahan organik yang tingkat kematangannya rendah sampai paling rendah (mentah) dimana bahan aslinya berupa sisa-sisa tumbuhan masih nampak jelas. Hemik mempunyai tingkat kematangan sedang sampai setengah matang, sedangkan sapri tingkat kematangan lanjut. Tanah gambut di Indonesia pada umunya mempunyai reaksi kemasaman tanah (pH) yang rendah, yaitu antara 3,0 – 5,0 (Hardjowigeno, 1996). Tanah gambut memiliki berat isi yang rendah berkisar antara 0,05 – 0,25 gcm-3, semakin lemah tingkat dekomposisinya semakin rendah berat isi (BD), sehingga daya topang terhadap bebadan diatasnya seperpti tanmana, banguanan irigasi, jalan, dan mesin-mesin pertanian adalah rendah. Gambut yang sudah direklamasi akan lebih padat dengan berat isi antara 0,1 – 0,4 gcm-3 (Subagyono et al., 1997). Porositas tanah tinggi, penyusutan volume tanah gambut (irreversible) sehingga mudah terbakar, dan apabila tergenang akan mengembang dan hanyut terbawa arus. Menurut Subagjo (2002). Karena terbentuk dalam air tanah histosol jarang dijumpai hewan, namun lebih banyak berupa serat-serat tanaman yang berasal dari tanaman yang sudah hancur.

Di negara-negara bagian sebelah utara, tanah Histosol ini digunakan untuk menghasilkan bawang, seledri, mint, kentang, kol, kranberi, wortel, dan tanaman umbi lainnya. Sedangkan di Indonesia sendiri tanah histosol digunakan untuk menghasilkan nenas dan lidah buaya.

Selama dekade terakhir ini banyak areal lahan gambut yang telah dibukauntuk berbagai kepentingan, utamanya untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Dalam skala yang lebih kecil, kegiatan pertanian dilaksanakan melalui program penempatan transmigran di wilayah lahan gambut, khususnya di Sumatra dan Kalimantan, sementara dalam skala yang lebih besar, pembukaan lahan gambut ditujukan untuk mengambil tegakan kayu diatasnya serta untuk keperluan pengembangan perkebunan, terutama Kelapa sawit. Tidak sedikit kegiatan pembukaan tersebut lebih dilatarbelakangi oleh kepentingan ekonomi jangka pendek dan mengalahkan pertimbangan lingkungan yang bernuansa kepentingan jangka panjang untuk lebih banyak masyarakat, sehingga yang kemudian dihasilkan adalah sejumlah kegagalan dan kerugian bagi negara dan masyarakat, tetapi mendatangkan keuntungan besar bagi pengembang yang dihasilkan dari ekstraksi tegakan kayu diatasnya. Tak kurang upaya pemerintah maupun pihak

lainnya untuk mengurangi dampak buruk jangka panjang dari pengembangan di lahan gambut, termasuk yang terkait dengan isu perubahan lingkungan. Namun pada saat yang sama, tak kurang pula kebijakan pemerintah yang diiringi dengan ketidakberdayaan penegakan hukum dan ketidakpedulian masyarakat yang kemudian memacu kerusakan dalam jangka panjang.Memang tidak selalu mudah untuk membagi perhatian antara kepentingan ekonomi dan kepentingan lingkungan, terutama pada saat Indonesia berada dalam kondisi sangat membutuhkan investasi dan penggerak roda pembangunan, meskipun pada saat yang sama Indonesia telah menyatakan untuk mengadopsi konsep pembangunan berkelanjutan.

8. andisols

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

  Pembentukan Tanah  Proses pembentukan tanah yang utama pada andisol adalah proses pelapukan dan

transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya sampai pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan ferihidrit.tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral “short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi mineral lain.

  Karakteristik/Sifat TanahTanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah andosol rata-rata berwarna

kehitaman. Tekstir dari tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah ini banyak dijumpai di daerah-daerah yang berada dekat gunung berapi.

Tanah andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi hasil dari abu vulkanik. Tanah ini sangat subur sehingga tanah jenis ini baik untuk  ditanami. Selain unsur hara, tanah andisol memiliki kandungan zat-zat organic yang berada di lapisan tengah dan atas sementara pada bagian tanah sangat sedikit unsure hara dan zat organiknya. Selain itu, tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang tinggi, kandungan karbonnyapun sangat tinggi dibandingkan tanah yang lain.

  Pengelolaan Tanah Potensi

Tanah Andisols merupakan tanah yang cukup subur. Di Indonesia, tanah utama yang banyak dimanfaatkan untuk perkebunan teh dan kopi, untuk tanaman holtikultura. Tanah andisols ini juga berpotensi untuk tanaman semusim maupun tahunan selain itu dapat untuk tanaman palawija dan padi ataupun untuk hutan lindung. Hal ini dikarenakan Andisols

merupakan tanah yang mengandung bahan organik cukup tinggi sehingga tanah tersebut cukup baik dalam penyediaan nitrogen bagi tanaman. Andisols pada hakikatnya merupakan tanah subur khususnya yang mempunyai kejenuhan basa agak rendah sampai tinggi, Tanah andisols mempunyai aerasi dan porositas tinggi sehingga tanaman mudah berpenetrasi ke dalam tanah dan unsur-unsur hara berupa kation-kation basa dan nitrogen cukup tersedia bagi tanaman. Andisols pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas sehingga mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi, ketahanan penetrasinya cukup rendah maka seharusnya pengolahan tanah untuk budidaya pertanian tidak diperlukan lagi.

Permasalahan

Permasalahan  yang paling menonjol pada tanah andisols adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali seperti semula bila mengalamin kekeringan. Hal ini disebabkan koloid amorf seperti abu vulkan dan bahan organic yang mempunyai daya jerap air tinggi jika mengalami kekeringan sampai 15 atmosfir / lebih film air yang terikat pada permukaan partikel akan menguap dan akan terjadi kontak ikatan kimia antar partikel, sehingga tanah mengkerut dan bersifat irreversible, akibatnya jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk dibasahi kembali. Sehingga apabila mengalami kekeringan rawan terhadap erosi air hujan.

Perbaikan

Pengelolaan tanah andisols dilakukan dengan pengapuran dengan dosis yang cukup. Pada tanah andisols yang berada di daerah lereng banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman tahunan yang memiliki perakaran kuat untuk mengikat air. Unsur P di dalam tanah andisols sebenarnya tersedia dalam jumlah yang banyak, tetapi unsur P tersebut terfiksasi oleh alofan sehingga unsur P tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Untuk mengatasi masalah fiksasi P oleh alofan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik segar yang berfungsi untuk menyediakan unsur hara yang terdefisiensi tersebut bagi mikroorganisme, sehingga bahan-bahan organik akan terdekomposisi menjadi asam-asam organik seperti asam humat yang akan berikatan dengan Al bebas pada alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman bebas pada alofan menggantikan ion P yang terikat sehingga ion P akan terlepas dan tersedia untuk diserap oleh akar tanaman. Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu mikoriza sehingga ketersediaan P meningkat.Tanah Andisols tersusun dari partikel lepas sehingga tidak perlu diolah secara berlebihan. Alternatif lain adalah penambahan mikrobia tanah yaitu mikoriza sehingga ketersediaan P meningkat.