AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

43
MODUL PERKULIAHAN AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU Oleh Moh. Ega Elman Miska, SP, MSi UNIVERSITAS GUNADARAMA JAKARTA 2018

Transcript of AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

Page 1: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

i

MODUL PERKULIAHAN

AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

Oleh

Moh. Ega Elman Miska, SP, MSi

UNIVERSITAS GUNADARAMA

JAKARTA

2018

Page 2: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

ii

PENGANTAR

Deskripsi

Mata kuliah ini membahas tentang teori sistem pertanian terpdu (definisi,tujuan,

kegunaan, prinsip dasar dan konsep beserta komponen sistem pertanian terpadu), integrasi

pertanian terpadu (vertikal dan horizontal), bentuk-bentuk sistem pertanian terpadu, sistem

pertanian terpadu (berbasis tanaman, peternakan, perikanan dan agroforestri), dan analisis

ekonomi sistem pertanian terpadu dilahan basah dan lahan kering. Mata kuliah ini juga

memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa mengenai Agroekowisata

sebagai bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian dan konservasi SDA

dan budaya asli daerah sebagai objek wisata.

Materi mata kuliah Agroecotourism dan Sistem Pertanian Terpadu meliputi:

1. Sistem Pertanian Terpadu

2. Fungsi Komponen Sistem Pertanian Terpadu

3. Siklus Daur Hidup pada Sistem Pertanian Terpadu

4. Bentuk-bentuk Sistem Pertanian Terpadu

5. Konsep Integrasi Sub Sistem Pertanian

6. Perencanaan Lanskap Wisata Alam dan Agroekowisata

7. Strategi Pembangunan Kepariwisataan

8. Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam

9. Analisis Potensi dan Kesesuaian Lahan

Modul ini masih banyak kekurangannya. untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang

bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan untuk penulisan selanjutnya.

Page 3: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

iii

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ....................................................................................................................... i

Pengantar................................................................................................................................ ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

1. Sistem Pertanian Terpadu ............................................................................................. 1

2. Fungsi Komponen Sistem Pertanian Terpadu ............................................................... 7

3. Siklus Daur Hidup pada Sistem Pertanian Terpadu .................................................... 15

4. Bentuk-bentuk Sistem Pertanian Terpadu ................................................................... 17

5. Konsep Integrasi Sub Sistem Pertanian ...................................................................... 21

6. Perencanaan Lanskap Wisata Alam dan Agroekowisata ............................................ 25

7. Strategi Pembangunan Kepariwisataan ....................................................................... 29

8. Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam ................................................................. 32

9. Analisis Potensi dan Kesesuaian Lahan ..................................................................... 34

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 38

Tentang Penulis .................................................................................................................... 40

Page 4: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

1

1. SISTEM PERTANIAN TERPADU

A. Pengertian

Pertanian terpadu pengertiannya lebih menekankan pada tatalaksana memadukan

komoditas (tunggal atau campuran spesies) tanaman dengan tanaman lainnya atau

tanaman dengan hewan ternak pada suatu lahan sehingga menghasilkan keuntungan bagi

petani, lingkungannya, dan konsumen.

Pertanian berkelanjutan pengertiannya menekankan system pengelolaan komoditas

pertanian dan sumberdaya alam inputan agar terjadi keberlanjutan budidaya yang tidak

merusak lingkungan (planet bumi) dan kesehatan petani maupun konsumen hasil

pertanian.

Pengertian dan Hubungan Pertanian berkelanjutan dan pertanian terpadu Pertanian

berkelanjutan dan pertanian terpadu, keduanya berhubungan sangat erat. Usaha untuk

memahami pertanian yang lestari/ berkelanjutan dapat kita mengerti dari hal-hal apa

saja?

Banyak pernyataan istilah pertanian yang menggambarkan realita keberlanjutan system,

yaitu antara lain:

(a) Biodinamik

(b) Pertanian berbasiskan komunitas

(c) Pertanian ekologis

(d) Pertanian bersih/segar

(e) Pertanian input luar rendah

(f) Pertanian organic, pertanian organic biodinamik/alami-organik

(g) Permakultur (secluded input system)

(h) Pertanian berbasis lingkungan yang bijak sosial. Memutar/mengelola input dalam

local akan sangat mendukung pertanian berkelanjutan yang terpadu.

B. Tujuan Pertanian berkelanjutan (FAO 1989): Pertanian berkelanjutan merupakan pengelolaan

dan konservasi sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan

yang dilakukan sedemikian rupa sehingga menjamin pemenuhan dan pemuasan

kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Pembangunan sector pertanian, perhutanan, dan perikanan mampu mengkonservasi tanah, air, tanaman, dan sumber genetic hewan, tidak merusak lingkungan, dan secara

sosial dapat diterima.

Sistem pertanian yang berkelanjutan tinggi: bersikluskan input dalam (internal) tinggi

yang mampu memberikan dukungan produksi aneka komoditas yang memberikan

kebaikan dan layanan daur keharaan, energi, hidrologi dan keanekaragaman hayati pada

ekosistemnya.

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan pengetian, tujuan, kegunaan, prinsip,

konsep dasar dan komponen sistem pertanian terpadu , serta perkembangan dan prospek

kepariwisataan alam dan agroekowisata

Page 5: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

2

C. Prinsip

Beberapa prinsip pengelolaan berupa tatalaksana dan tatakelola:

(a) Meramu hubungan saling ketergantungan (interdependency) antar spesies dan

inputan alami yang sebaiknya local,

(b) Bagaimana menginteraksikan (interaction) bermacam spesies dan inpu- output

dalam system pada lahan pertanian terpadu,

(c) Bagaimana praktik membudidayakan keragaman spesies (diversification)

dalam satuan budidaya pada lahan menyangkut sekuen budidaya (aneka

tanaman dan hewan ternak), dan

(d) Bagaimana praktek mengoptimasi (optimation) budidayanya.

D. Konsep Dasar Perancangan Sistem Pertanian Terpadu

Perencanaan, Perancangan Dan Pengaturantata Ruang Pertanian Terpadu

Perencanaan dapat meliputi skala usaha pada lahan terbatas ataupun usaha untuk skala luas.

Perencanaan dimulai dengan: Melakukan pengkajian secara khusus agar

dapat menilai secara sistematis areal lahan yang akan digunakan untuk

membangun pertanian terpadu, melalui kerjasama lintas disiplin ilmu,

sehingga mampu menghasilkan kebijakan tata guna tanah yang ideal untuk pengembangan dan pembangunan komponen komponen pertanian

terpadu.

Perencana menyesuaikan dengan keinginan dan target yangakan dicapai,

mampu mengkreasikan suatu lingkungan usaha pembangunan pertanian

terpadu yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan.

a) Perencanaan

(1) Dimulai dengan memilih lahan untuk dijadikan lokasi kegiatan hingga

pekerjaan pembangunan pertanian terpadu ini dapat diselesaikan. Semakin

lengkap kegiatan pertanian yang akan dilakukan (komponen utama dan

pendukung), maka semakin tinggi tuntutan akan dukungan kondisi alami

lahan.

Pada lahan ideal diperoleh potensi untuk pembangunan pertanian terpadu.

Pada pembangunan pertanian terpadu yang komplek ditemukan lahan

yang ideal.

(2) Melakukan analisis terhadap faktor-faktor penting yakni ekologi, sosial

ekonomi, dan estetika.

Ruang lingkup pemikiran dan tanggung jawab seorang planer adalah: masalah desain dan perancangan, masalah, ekologi dan

ekosistem, masalah pengembangan potensi sumber daya alam

masalah peningkatan perekonomian, dan masalah organisasi dan

keberlanjutan.

Seorang planer memiliki dasar pengetahuan dan praktek yang kuat untuk pemahaman daya dukung lingkunagan terhadap

pembangunan komponen-komponen pertanian terpadu.

Terlatih dalam menggambarkan rencana, sehingga dapat menuangkan konsep-konsep pemikirannya.

Page 6: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

3

Mempunyai kemampuan memberi saran dan petunjuk perencanaan pembangunan sarana dan infrastruktur yang diperlukan dalam

pertanian terpadu.

Memiliki daya penalaran yang baik terhadap interaksi dan

hubungan komponen pertanian terpadu, sehingga mampu

menciptakan keharmonisan semua komponen yang dibangun dan

dibutuhkan dalam pertanian terpadu.

b) Perancangan

Perancangan pertanian terpadu adalah alat atau suatu proses yang dapat membantu kita untuk menghasilkan sebuah karya pembangunan

pertanian terpadu yang memiliki fungsi ekologi dan ekonomi.

Produk dari rancangan adalah gambar kerja, yang dijadikan patokan dalam pelaksanaan konstruksi pembangunan pertanian terpadu di

lapangan.

Gambar kerja harus mampu menginformasikan dengan jelas tentang semua sistem penataan komponen-komponen pertanian terpadu, baik

pola, ukuran, skala, jenis dan bahan material yang dipakai, baik

perangkat keras (infrastruktur) maupun perangkat lunak

(sumber hayati).

Diagram Perancangan

Tata Ruang Sistem Pertanian Terpadu

Tata ruang pada pertanian terpadu adalah pola penempatan kegiatan usaha dan

pola penggunaan tanah pada suatu kawasan pertanian terpadu, yang didasari

pengetahuan tentang alam dan sekitarnya, sehingga membentuk suatu

pemanfaatan lahan yang efisien dan efektif, mempunyai nilai dan fungsi

ekonomis dan ekologis, memiliki keteraturan dan daya tarik tersendiri karena

adanya sentuhan nilai estetika.

Page 7: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

4

E. Komponen Sistem Pertanian Terpadu

Keterkaitan Komponen Utama Dalam Sistem Pertanian Terpadu

Model Pertanian Terpadu

Multiple cropping

Permaculture

Agropastoralisme

Agroforestry

Biodinamic Farming

Ecological Agriculture

Subsistence Agriculture

Contour Farming

Ley Farming

Shifting Cultivation

Organic Farming

LEISA

Traditional Agriculture

F. Perkembangan dan Prospek Agrowisata Sistem Pertanian Terpadu

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata. Tujuan utamanya adalah untuk

memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang

pertanian.

Pada dasarnya, pengembangan agrowisata lebih menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil

melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi

lokal (indigenous knowledge) yang secara umum telah sesuai dengan kondisi

lingkungan alaminya.

Agrowisata merupakan bagian dari obyek kepariwisataan dengan

memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek utama. Tujuannya dapat

bervariasi, misalnya memperluas pengetahuan, pengalaman, atau sekedar

rekreasi dan mengakrabi bidang pertanian.

Secara prinsip, agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat pariwisata yang

diselenggarakan.

Aset sumberdaya utama untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh sebab itu, maka faktor

Page 8: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

5

kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama

wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi oleh wisatawan.

Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan sebuah lapangan pekerjaan, karena pada usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat

pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang

semakin meningkat saat ini.

Manfaat yang dapat dipeoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya

alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan

petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.

Agrowisata merupakan salah satu usaha agrobisnis yang sangat prospektif untuk dikembangkan, sesuai dengan perannya dalam pengembangan ekonomi

nasional dan dalam menghadapi persaingan global tersebut.

Perkembangan agrowisata membuka peluang bagi tumbuhnya usaha-usaha baru, baik di sektor formal maupun informal.

Sektor formal misalnya, adanya peluang bagi penduduk setempat dapat bekerja di dalam kawasan agrowisata, di penginapan, restoran yang berdiri

karena kegiatan agrowisata.

Sektor informal, seperti adanya penjual cenderamata, penjual buah-buahan

hasil budidaya setempat, penjual makanan.

Sistem pertanian terpadu (SPT) adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam

suatu kesatuan yang utuh.

Sistem ini akan signifikan dampak positifnya dan memenuhi kriteria pembangunan pertanian berkelanjutan karena berbasis organik dan

dikembangkan/diarahkan berbasis potensi lokal (sumberdaya lokal).

Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan seminimal mungkin

input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak negatif sebagaimana

disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat dihindari dan berkelanjutan.

Memadukan hewan ternak dan tanaman hortikultura dalam pertanian merupakan salah satu contoh penerapan sistem pertanian terpadu.

Ternak mempunyai posisi yang strategis dalam sistem pertanian terpadu, yakni melalui ternak selain diperoleh produksi utama berupa daging, juga akan

diperoleh limbah berupa kotoran padat dan cair untuk pupuk organik dan

biogas.

Pupuk kandang juga dapat digunakan untuk budidaya pertanian organik dan penanaman rumputrumputan sebagai pakan ternak, sehingga terjadi siklus hara

secara berkelanjutan.

Pengembangan ternak sapi yang dipelihara dengan tanaman hortikultura tidak

membutuhkan sumberdaya lahan baru dan sumberdaya alam yang ada, limbah

tanaman hortikultura dapat dijadikan pakan ternak yang setiap di panen

sehingga kebutuhan pakan ternak setiap hari dapat tersedia.

Dengan adanya sistem pertanian terpadu petani semakin sejahtera karena telah ada peningkatan pendapatan.

Jika harga sayur turun petani masih punya penghasilan lain yaitu dari ternak sapi, kambing, ayam yang setiap tahun dapat menghasilkan anak dan pupuk.

Petani yang memiliki sapi menjadikan kotoran sapi untuk biogas sehingga

tidak perlu membeli gas untuk memasak

Page 9: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

6

Latihan Soal!

1. Jelaskan pengertian sistem pertanian terpadu?

2. Jelaskan prinsip pengelolaan sistem pertanian terpadu berupa tatalaksana dan

tatakelola?

3. Jelaskan secaa singkat konsep dasar perancangan sistem pertanian terpadu?

4. Apa saja yang menjadi role model sistem pertanian terpadu?

5. Jelaskan prospek agrowisata sistem pertanian terpadu?

Page 10: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

7

2. FUNGSI KOMPONEN SISTEM PERTANIAN TERPADU

A. Pertanian Lahan Basah

Jenis lahan pertanian yang pertama adalah jenis pertanian lahan basah.

Pertanian lahan basah merupakan jenis kegiatan pertanian yang memanfaatkan lahan

basah.

Lahan basah yang dimaksud pada pertanian lahan basah ini adalah lahan yang kontur tanahnya merupakan jenis-jenis tanah yang jenuh dengan air.

Itu artinya, tanah pada lahan pertanian basah ini memiliki kandungan air yang tinggi, bahkkan tidak jarang lahan pertanian basah ini tergenang oleh air sepanjang waktu.

Atau bisa juga lahan pertanian basah ini tidak pernah mengalami kekeringan yang berarti karena memiliki kandungan air yang berlimpah secara alami.

(a) Ciri-ciri dari pertanian lahan basah

Adapun, sebuah pertanian lahan basah memiliki beberapa ciri-ciri dan juga karakteristik

tertentu. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum dan juga karakteristik tertentu dari

sebuah pertanian lahan basah :

Memiliki kadar air yang tinggi

Sebagian atau keseluruhan dari wilayah tersebut digenangi oleh air

Merupakan lahan yang sifatnya cenderung menetap, namun ada beberapa yang

merupakan lahan basah musiman

Memiliki tingkat kekerasan kontur tanah yang lembek dan juga labil

Merupakan daerah pertanian yang subur, dan mengandung banyak air

Memiliki muka air tanah yang dangkal

Banyak terdapat tanaman dan juga tumbuhan yang mengarah kepada tumbuhan air

ataupun tumbuhan bakau

Biasanya berlokasi di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut

(b) Contoh dari pertanian lahan basah atau wetlands

Ada beberapa lokasi yang bisa kita definisikan sebagai sebuah lahan pertanian basah,

meskipun beberapa diantaranya ada yang kurang cocok untuk dijadikan sebagai sebuah lahan

pertanian, seperti :

Persawahan

Lahan gambut

Rawa-rawa

Daerah payau dan juga hutan bakau

Tujuan Umum: Mahasisiwa dapat menganalisis dan mendeskripsikan fungsi komponen yang terkait

dengan sistem pertanian terpadu (di lahan basah dan lahan kering) melalui efisiensi dan

konsep aliran energi dan materi (air dan hara) menuju keberlanjutan pertanian

Page 11: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

8

(c) Pemanfaatan dari pertanian lahan basah

Secara umum, sebuah lahan basah atau wetlands banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, dimana membutuhkan sebuah lahan yang memang selalu terisi

dan memilki kandungan air yang tinggi serta memiliki ciri-ciri air tanah yang baik.

Tanaman yang paling banyak ditanam dan juga dibudidayakan pada sebuah lahan

basah adalah tanaman padi, yang membutuhkan sebuah lahan yang selalu memiliki

kandungan air tetap, agar bisa tumbuh dan akhirnya akan memberikan hasil panen

yang berlimpah.

Sumber air dari sebuah pertanian dengan lahan basah ini biasanya bisa berupa sumber air alami, seperti lokasi rawa-rawa dan juga daerah hutan bakau, dimana berlokasi

dekat denan sumber air, sehingga wilayahnya selalu memiliki genangan air, ataupun

merupakan sebuah lahan yang memang sengaja dialiri oleh aliran air, seperti saluran

irigasi.

Selain dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian, terkadang lahan basah seperti ini juga dilakukan sebuah konversi mejadi dataran kering.

Lahan basah yang sudah dikonversi menjadi sebuah dataran kering biasanya akan dimanfaatkan sebagai sebuah lahan pertanian kering, ataupun dimanfaatkan sebagai

kepentingan pendirian bangunan, baik itu sebuah residensial atau perumahan, ataupun

bangunan lainny ayang mendukung kehidupan manusia.

B. Pertanian Lahan Kering

Sesuai dengan namanya, pertanian lahan kering ini merupakan kebalikan dari sebuah

pertanian lahan basah.

pertanian lahan kering merupakan jenis pertanian yang dilakukan pada sebuah lahan yang kering, yaitu lahan yang memilki kandungan air yang rendah, bahkan

ekstrimnya adalah lahan kering ini merupakan jenis lahan yang cenderung gersang,

dan tidak memiliki sumber air yang pasti, seprti sungai, danau ataupun saluran irigasi.

Pertanian lahan kering ini merupakan jenis pertanian yang lahannya banyak terdapat di Negara Indonesia.

Iklim di Indonesia juga kebanyakan beriklim tropis, hal ini disebabkan karena cuaca

yang panas, sehingga membuat banyak sumber air yang berkurang dan juga sedikit.

Namun demikian, biasanya sebuah pertanian lahan kering ini memanfaatkan curah hujan untuk membantu meningkatkan hasil pertanian yang dimilikinya.

Hal in isangat mungkin terjadi, karena lokasi dimana pertanian lahan kering ini berada, memiliki curah hujan yang cenderung lebih tinggi dan juga banyak terjadi.

(a) Ciri-ciri dari pertanian lahan kering

Untuk dapat mendefinisikan bahwa sebuah pertanian merupakan jenis pertanian yang masuk

ke dalam pertanian lahan kering, maka ada beebrapa ciri-ciri yang bisa kita amati secara

langsung, yaitu :

Merupakan daerah yang biasanya memiliki curah hujan tinggi (baca : manfaat curah

hujan yang tinggi)

Terdapat pada daerah tropis

Memiliki kadar air yang cenderung terbatas

Memiliki kontur tanah yang cenderung labil dan mudah mengalami erosi

Page 12: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

9

Bukan merupakan lokasi gurun pasir

Memiliki kontur tanah yang cenderung lembut dan tidak keras

Buka merupakan lokasi pertanian yang lahannya mengalami keringan, hingga

tanahnya pecah-pecah

Biasanya merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan menjadi daerah resapan air

Banyak dimanfaatkan untuk menanam tanaman pohon buah dan phon lainnya

Memiliki letak yang cukup jauh dari sumber air alami ataupun buatan, seperti sungai,

danau dan saluran irigasi

Lokasi lahan kering yang biasanya berdekatan dengan pemukiman penduduk

Memilki kebutuhan air yang digantungkan pada curah hujan

Banyak terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi

Berada pada ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut

(b) Contoh dari pertanian lahan kering

Pada dasarnya, tanaman yang bisa dimanfaatkan pada sebuah lahan pertanian dengan kontur lahan yang kering memiliki variasi pertanian yang jauh lebih banyak

dibandingkan dengan pertanian lahan basah.

Kondisi tanahnya yang jauh lebih stabil dan juga kuat dibandingkan dengan lahan

basah, membuat lokasi pertanian lahan kering ini sanggup untuk menahan beban akar

pohon-pohon kayu besar, sehingga tentu saja variasi hasil pertaniannya banyak, dan

begitu pula dengan perkebunannya.

Biasanya, tanaman tani yang banyak ditanam pada sebuah pertanian lahan basah adalah :

Cabai

Terong

Tanaman palawija

Tanaman kacang-kacangan

Tanaman ubi-ubian

Tanaman holtikultira

Perkebunan phon buah

Perkebunan pohon hias dan juga pohon peneduh

(c) Pemanfaatan dari tanah lahan kering

Hasil pertanian dan juga perkebunan dari sebuah pertanian lahan kering ini biasanya

sangat tergantung pada pembagian musim dan kondisi cuaca.

Beberapa kondisi cuaca dimana tidak turun hujan selama berhari-hari akan menyebabkan tanaman yang dikembangkan pada lokasi pertanian lahan kering ini

akan menjadi mati, kering dan juga tidak memberikan hasil yang maksimal sehingga

masyarakat selalu mencari cara menyuburkan tanah kering.

Karena itu, meskipun memiliki variasi dari hasil pertanian yang beragam, perawatan dari tanaman di pertanian lahan kering ini juga harus diperhatikan dengan baik, agar

tidak terjadi gagal panen.

Selain dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan juga perkebunan, sebuah lahan

kering juga dimanfaatkan untuk keperluan lain, seperti kepentingan pembuatan dan

pembangunan pemukiman penduduk, lokasi industri dan juga perkantoran, serta

pembangunan lainnya, yang mendukung kemajuan suatu daerah tertentu.

Page 13: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

10

Dari kedua jenis lahan pertanian yang sudah dijelaskan diatas, pada dasarnya, keduanya

masing-masing memilki keunggulan dan juga kelemahannya. Karena itu, sesuaikan lokasi

lahan pertanian yang akan anda gunakan dengan jenis tanaman yang akan tanam.

Kebanyakan, kita lebih mengenal lahan pertanian kering, karena merupakan lahan pertanian

yang lokasinya dekat dengan pemukiman, dan merupakan lokasi yang banyak ditemui secara

luas.

C. Kelayakan Teknis, Fisik dan Finansial Pertanian Terpadu di Lahan kering/Basah

Tujuan studi kelayakan: Mengetahui secara komprehensif tentang potensi wilayah yang akan dibangun di lahan kering, sehingga dapat ditentukan secara pasti komponen

pertanian atau komponen lainya yang layak dibangun dan diprediksi akan

mendatangkan keuntungan secara ekonomi serta, mudah untuk dilaksanakan.

o Tahapan kerja studi kelayakan

(1) Tahap persiapan.

Tahap ini merupakan tahap awal kegiatan, meliputi:

a) Persiapan team dan prasarana survey

Lingkup kegiatan ini adalah mempersiapkan kebutuhan tenaga ahli dan

tenaga pendukung yang diperlukan, peralatan dan bahan bahan yang

dibutuhkan, agar tidak ada kendala selama berlangsungnya kegiatan

survey.

b) Orientasi lapangan dan pengumpulan data.

Pelaksanaan orientasi lapangan ditujukan untuk koordinasi dengan

instansi terkait dan aparat desa, memberikan gambaran yang jelas

kepada semua team tentang lokasi kegiatan, dan penentuan titik titik

sampel lokasi dan pengumpulan informasi dasar lainnya

(2) Tahapan kerja studi kelayakan

a) Tahap pengumpulan data.

Data yang dibutuhkan adalah data sekunder dari instansi terkait,dan primer yang

diperoleh dengan cara mrngumpulkan datasecara langsung di lapangan. Tahap

pengumpulan data:

1. Survey fisik lokasi

Pengukuran poligon dasar. Tujuan untuk mengetahui batas lahan yang

akan dimanfaatkan, sehingga didapat batasan yang jelas dan luasan

yang pasti. Alat yang digunakan alat ukur sifat ruang dan theodolit

dengan akurasi yang tinggi.

Pengukuran beda tinggi. Dilakukan untuk mengetahui ketinggian

lokasi dan mendapatkan suatu kontur ketinggian di lokasi studi

Page 14: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

11

Pengamatan faktor biotik lingkungan darat yakni iklim dan tanah:

Faktor iklim yang diamati adalah suhu, cahaya, angin, kelembaban,

penguapan, dan curah hujan.

Faktor tanah yang diamati adalah penentuan jenis tanah , karakter fisik

tanah (warna tanah, struktur dan tekstur tanah, aerase dan drainase,

konsintensi tanah,pori pori tanah, kedalaman efektif dll). Sifat kimia

tanah (status kandungan hara baik mikro maupun mikro dan logam

berat lainnya).dan sifat biologi tanah yakni organisme yang terdapat

dalam tanah.

Tahap Survey tanah pertanian

Pengambilan sampel

Pengujian laboratorium

Analisis data tanah

Pengukuran kualitas air permukaan. Tujuan pengukuran adalah untuk

mengetahui kualitas air yangakan dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan (konsumsi dan keperluan tanaman, ternak dan perikanan)

2. Survey harga dasar

Harga satuan upah dan bahan konstuksi

Harga dasar bibit dan sarana prasarana lainnya yang diperlukan

3. Tahap Analisis

1) Analisis pekerjaan sipil dan arsitektur

Analisis ini merupakan analisis dalam hal pengaturan tata ruang

dan penyiapan infrastruktur penunjang. Selain itu dilakukan juga

pembuatan perspektif lokasi kegiatan dan pembuatan animasi 3

dimensi. Infrastruktur penunjang meliputi:

Pembuatan rencana jalan utama, jalan produksi dan jalan

inspeksi

Pembuatan rencana sistem drainase

Pembuatan rencana sistem jaringan listrik

Pembuatan bangunan yang diperlukan

Pembuatan rencana anggaran biaya

Page 15: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

12

2) Analisis Pertanian

Melakukan analisis yang berkaitan dengan

Kesuburan tanah

Meliputi analisis kandungan hara dan metode yang

dikembangkan untuk mningkatkan dan mempertahankan

kesuburan tanah

Kesesuaian lahan

Menentukan tingkat kesesuaian lahan dengan komuditas

yang akan diusahakan

Program pengembangan pertanian

Menentukan program pengembangan dengan memilih

komponen pertanian terpadu yang sesuai dan menentukan

komuditas yang layak dan menguntungkan untuk

dibudidayakan

D. Efisiensi dan sistem aliran energi dan materi pada pertanian tepadu

Aliran energi dalam pertanian merupakan kunci keseimbangan energi di ekosistem secara keseluruhan.

Seluruh kegiatan pertanian yang ditunjukkan untuk memperoleh produksi maksimum per unit satuan luas tertentu dari tanah pertanian, yaitu dengan (1) melakukan tata cara

bertani menggunakan teknologi yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh

keuntungan maksimum, (2) menekan sekecil kecilnya ketidakmantapan dalam

produksi pertanian, dan (3) mencegah penurunan kapasitas produksi tetapi secara

langsung juga tidak mengorbankan keseimbangan.

Page 16: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

13

Secara ringkas cakupan sistem pertanian terpadu dapat dilihat pada gambar berikut:

Contoh sistem pertanian terpadu yang umum di seluruh dunia antara lain: kebun

rumah (pekarangan), desa eko-agrologis (eco village), wilayah eko-agrologis (eco-

countries), kebun campur, dan hutan rakyat.

(a) Sistem Input

Sistem input pada produksi tanaman dan hewan ternak terpadu alami, dimana sistem

tersebut memberikan kesempatan daur hara, daur energi, daur hidrologi pada lahan.

Dari sistem input tersebut artinya ada output yang harus (dapat) dihitung untuk

digunakan sebagai input produksi biomassa tanaman dan produksi hewan ternak.

Contohnya input pupuk untuk tanaman dapat dihasilkan dari kotoran hewan ternak,

sisaan pakan ternak, dan material hijauan (tanaman) yang sengaja ditanam dalam areal

lahan pertanian terpadu (tanaman orok-orok, kacang panjang, kacang kara, turi,

azolla, enceng gondok, semanggi, dll.).

Input pakan ternak dari lahan yang juga menghasilkan tanaman hijauan pakan baik

dari jenis legume maupun non- legum, pada gilirannya kotoran ternak (faeces dan urine) bisa untuk pembuatan pupuk organik (bokhasi).

Pupuk organik dan material hijauan dapat dimanfaatkan untuk penyuburan tanah yang

pada gilirannya akan memberikan dampak baik bagi peningkatan keragaman hayati

biota tanah berguna baik yang berkuran makro (contoh cacing tanah, rayap) maupun

mikro (bakteri, jamur, aktinomisetes).

Keragaman hayati juga akan menyangkut keragaman musuh alami patogen dalam

tanah (contoh: Lactobacillus sp., juga berfungsi sebagai probiotik unggul); juga

musuh alami hama tanaman

(b) Perubahan Aliran dan Daur Ulang Hara dalam Pertanian Terpadu Berkelanjutan

Pertanian terpadu berkelanjutan yang kita desain untuk masa depan harus

mengikuti kaidah konservasi tanah, bermanfaat membantu sekuestrasi karbon

untuk membantu menurunkan pemanasan global, dan ikut menyelamatkan

ekosistem planet bumi.

Perubahan aliran hara ada empat: (1) Terjadi penurunan kesuburan tanah

(kehilangan hara > penambahan hara). (2) Terjadi pembangunan kesuburan

tanah (kehilangan hara < penambahan hara). (3) Kondisi kesuburan tanah

dipertahankan sama (kehilangan hara = penambahan hara). (4) Kondisi

perubahan hara dimana terjadi bergantian antara pembangunan dan penurunan

kesuburan tanah. Kondisi ini menyebabkan kehilangan hara < penambahan hara

namun diikuti praktek yang menyebabkan kehilangan hara > penambahan hara.

Page 17: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

14

Latihan Soal!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pertanian Lahan Basah?

2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pertanian lahan basah? Berikan contohnya!

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pertanian Lahan Kering?

4. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pertanian lahan kering? Berikan contohnya!

5. Jelaskan perubahan aliran dan daur ulang hara dalam pertanian terpadu?

Page 18: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

15

3. SIKLUS DAUR HIDUP PADA SISTEM PERTANIAN TERPADU

Siklus daur hidup integrasi tanaman Azolla sp.dan ikan

Integrasi pengelolaan hara nitrogen dan fosfat

Azolla sp. dikembangkan pada kolam ikan, kolam menghasilkan Azolla untuk pakan

ikan dan bahan pembuatan kompos.

Azolla sp. merupakan tanaman paku air yang menambat N2 udara menjadi N dalam

Anabaena azollae (simbionnya), kemudian menjadi N dalam Azolla sp.

Azolla memerlukan fosfat yang diberikan dengan batuan fosfat alam, fosfat guano

(kotoran walet), ekstrak/fermentasi bonggol dan batang pisang dengan bakteri

pelarut fosfat.

Air kolam dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah- tanah untuk budidaya

tanaman sistem terpadu. tanaman-ikan- ternak ayam.

Pengetahuan integrasi sistem nutrisi ikan dan tanaman

Pakan ikan mengandung asam amino esensial dalam pertanian terpadu

Ikan memerlukan pakan karbohidrat, protein, dan asam amino esensial, vitamin,

mineral, dan asam lemak. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dari varian tanaman

pakan misalnya, sayuran, bebijian, cacing atanah, moluska, ikan teri atau sisa ikan konsumsi di pasar atau di pelabuhan,

Sayuran dan bijian terutama legume dapat dikembangkan sendiri pada lahan

pertanian terpadu dengan peruangan yang dapat didesain dengan baik dan optimal

Perlu diperhatikan agar tidak menjadi persaingan sinar matahari dan hara tanah

dengan tanaman inti budidaya.

Kita dapat mengembangkan tanaman pangan utama tanaman sayuran, legume untuk

ternak, tanaman kekayuan, tanaman penyubur tanah, dan tanaman peragam agar

menambah keragaman hayati.

Petani harus dapat menghitung asam amini esensial yang diperlukan oleh ikan dalam

pertanian terpadu.

Penting untuk dipahami bahwa ikan memerlukan sejumlah asam amino esensial

dengan dosis pakan harian yang tepat dengan kebutuhan diet harian proprorsional

dengan kebutuhan karbohdirat, vitamin, mineral, dan asam lemak.

Pemberian asam amino esensial yang berlebihan akan berdampak bau tidak sedap

karena amoniak yang keluar yang juga menjadi racun dalam air.

Selain itu pakan lainnya yang ada dalam konsentrat atau pellet berlebihan akan

menghasilkan metan dan CO2 berlebihan sehingga dapat mempercepat

berkurangnya oksigen terlarut dalam air kolam.

Sumber asam amino esensial yang murah dan mdah dikembangkan petani adalah

Azolla sp. dan maggot (larva dari black soldier fly/lalat bunga dari spesies Hermetia

illucens).

Tujuan Umum: Mahasisiwa dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan siklus daur hidup dari komponen

sistem pertanian terpadu

Page 19: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

16

Latihan Soal!

1. Jelaskan integrasi sistem nutrisi ikan dan tanaman?

2. Apa tujuan Azolla sp. dikembangkan pada kolam ikan?

3. Apa fungsi tanaman Azolla sp. pada sistem integrasi ikan dan tanaman?

4. Dalam proses fisiologi, unsur apa yang diperlukan tanaman Azolla sp?

5. Apa manfaat yang diperoleh dari air kolam pada sistem integrasi antara ikan dan

tanaman Azolla sp.?

Page 20: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

17

4. BENTUK-BENTUK SISTEM PERTANIAN TERPADU

A. Konvensional

Sistem pertanian terpadu konvensional sudah banyak diterapkan oleh petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak ditinggalkan.

Tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan dimana kotoran ayam

yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

Tumpang sari antara tanaman palawija dan peternakan dimana sisa-sisa tanaman digunakan sebagai pakan ternak kambing atau sapi dan kotoran ternak digunakan

sebagai pupuk kandang bagi pertanaman berikutnya.

Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini belum mencerminkan siklus yang berkelanjutan.

Cina tradisional, kandang hewan dibangun di atas kolam sehingga limbah hewan jatuh langsung ke dalam air memberi bahan bakar kepada ekosistem kolam. Atau

di Jawa Barat MCK dibangun di atas kolam ikan. Diperoleh ikan dan air kolam

dengan ekstra unsur hara untuk mengairi tanaman. Sisa-sisa tanaman dibuang

balik kedalam kolam untuk menciptakan satu “sistem tertutup”

Sistem kuno yang menggunakan limbah manusia dan hewan (night soil) untuk

menyuburkan kolam ikan direintroduksi dengan simpul baru: satu bioreaktor

yang memungkinkan bakteri anaerobik memroses limbah lebih cepat dan lebih

aman menjadi sumberdaya pertanian yang bermanfaat.

B. Teknologi mikroorganisme

Model sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (efective mikroorganisme) telah dikembangkan dengan cukup baik oleh Institut Pengembangan Sumber Daya

Alam (IPSA) di Bali serta beberapa wilayah sentra pertanian di Indonesia

Limbah organik dari kotoran temak dan sisa-sisa tanaman difermentasikan dengan teknologi EM menjadi pupuk organik terfermentasi atau bokhasi dalam waktu

yang cepat.

Bokhasi dapat digunakan sebagal pupuk pertanian dan pakan ternak atau ikan.

Kotoran ayam dan kotoran kambing juga dapat difermentasi dengan teknologi EM menjadi pakan temak (bokhasi pakan temak) ayam, babi, dan itik.

Ide dasar pemanfaatan kotoran temak sebagai bokhasi pakan temak adalah karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran

kambing masih mengandung protein sebesar 12% dan serat kasar sebesar 80%, jika

dibandingkan dengan hijauan pakan ternak

Bentuk pertanian terpadu dengan teknologi EM dapat mengurangi masukan energi darl luar sistern pertanian untuk menghasilkan produk pertanian.

Proses fermentasi dapat menaikkan kandungan nutrisi pakan temak yang berasal

dari kotoran temak. Sehingga masukan energi dari luar sistem pertanian dapat

diperkecil atau ditiadakan sama sekali.

Tujuan Umum: Mahasiswa mampu memahami bentuk-bentuk sistem pertanian terpadu beserta langakh-

langkah normatif dalam perancangan pertanian terpadu

Page 21: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

18

Demikian juga dalam bidang budi daya tanaman, limbah tanaman yang terbuang dapat dimanfaatkan kemball sebagai pupuk melalui proses fermentasi

C. Manajemen limbah terpadu

Sistem pertanian terpadu modern memadukan pertanian dan peternakan dengan

memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dalam sistem.

Petani bisa menanam padi, jagung, palawija dan hasil pertanian lainnya. Selain itu petani juga beternak sapi, kambing, ayam atau hewan ternak lainnya.

Hasil yang bisa diperoleh petani dari pertanian adalah hasil utama seperti beras, jagung, kedele, dll. Hasil sampingnya adalah limbah pertanian yang berupa jerami

padi, dedak, bekatul, jerami jagung.

Limbah pertanian tersebut bisa digunakan sebagai pakan ternak yang memiliki nutrisi yang tinggi dan tahan lama.

Caranya adalah mencampur limbah pertanian dengan mikroorganisme dekomposisi

dan ditambah urea plus tetes.

Hasilnya adalah pakan ternak yang bergizi dan mampu tahan hingga 1 tahun lamanya.

Dengan demikian, para petani tidak akan kekurangan pakan ternak yang pada musim kemarau sulit di dapat. Selain itu akan menurunkan biaya produksi karena

rendahnya biaya pakan.

Hasil samping dari peternakan adalah berupa kotoran dan dari kotoran ternaklah

terutama ternak ruminansia banyak manfaat yang bisa diperoleh.

Pertama adalah kompos. Kompos diperoleh dari kotoran ternak yang difermentasi dan dicampur dengan dedak selama 3-5 hari. Kompos digunakan sebagai pupuk

untuk tanaman yang bisa memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kapasitas tukar

kation, meningkatkan kemampuan kemampuan menahan air, meningkatkan

aktivitas biologi tanah, meningkatkan pH tanah, dll.

Kedua adalah bokhasi. Bokashi mirip dengan kompos, namun komponen utamanya adalah jerami padi atau limbah pertanian lainnya yang diolah menjadi pupuk.

Penggunaanya pun mirip dengan kompos namun cara membuatnya sedikit lebih

lama daripada kompos.

Ketiga adalah biogas. Biogas adalah sebuah sistem dari bakteri pembentuk gas metan secara anaerob dengan memanfaatkan bahan-bahan organik. Sumber utama

bakteri pembentuk gas metan adalah hewan ruminansia. Dengan memanfaatkan

kotoran ternak sebagai sumber bakteri gas metan maka akan didapatkan sumber

energi yang murah, ramah lingkungan dan terbarukan. Dari 1 ekor sapi maka

energi biogas yang diperoleh setara dengan memasak 2-3 jam penuh.

Selain menghasilkan biogas, reaktor biogas juga menghasilkan pupuk cair dan

pupuk padat organik yang siap digunakan.

Pupuk organik yang dihasilkan dari reaktor biogas memiliki nilai yang lebih tinggi karena manfaatnya lebih tinggi dibandingkan dengan kompos.

Biogas juga berperan dalam memutus siklus penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Hal ini disebabkan karena kotoran ternak yang mengandung

penyakit akan masuk ke dalam reaktor yang anaerob.

Hanya bakteri penghasil gas metanlah yang mampu hidup di dalamnya dan hampir

semua organisme aerob termasuk mikroorganisme penyakit akan mati. Oleh karena

wajar jika biogas dapat dijadikan pemutus rantai penyakit.

Page 22: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

19

Keempat adalah urine ternak dan limbah cair lainnya dari yang bisa dimanfaatkan menjadi pupuk cair. Limbah cair paling banyak dihasilkan dari peternakan sapi

perah, namun peternakan yang lain juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi

untuk dimanfaatkan.

Kegunaan pupuk cair banyak untuk pupuk tanaman hias yang diberikan secara

semprot atau kegunaan lainnya.

Manfaat terakhir adalah kotoran ternak sebagai pakan ternak. Kotoran ternak yang bisa digunakan sebagai pakan ternak adalah kotoran ayam karena kandungan

protein kotoran ayam yang masih tinggi. Begitu juga kotoran kambing juga layak

dijadikan pakan ternak.

Cara pemanfaatannya adalah kotoran ternak diberikan mikroorganisme dekomposisi dan di simpan selama waktu tertentu yang kemudian ditepungkan

untuk siap digunakan. Karena nilai proteinnya masih tinggi maka tepung kotoran

ternak bisa dijadikan substitusi jagung, kedele atau sumber protein lainnya yang

biasa digunakan sebagai pakan ternak.

Namun pemanfaatan kotoran ternak sebagai pakan masih belum banyak dilakukan karena adanya nilai kepantasan bagi yang mengkonsumsi.

D. Pertanian alami

Pertanian alami dapat diartikan sebagai suatu sistem pertanian yang holistik atau

terpadu sehingga menghasilkan dan mengoptimalkan kesehatan dan produktifitas

agroekosistem secara alami, yang pada gilirannya mampu menghasilkan pangan

dan serat yang berkualitas dan berkelanjutan.

Konsep ini dicirikan antara lain dengan menghindari benih hasil rekayasa genetik, menghindari pestisida sintetis (kimia), penggunaan zat pengatur tumbuh dan pupuk

kimia sintetis, hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis untuk pakan ternak.

Pertanian alami memiliki tujuan, yaitu kelestarian dan kualitas, baik produk pertanian, kesuburan tanah/lahan, air, udara (lingkungan), dan petani (manusia) itu

sendiri, karena makanan maupun minuman yang dihasilkannya tidak

membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Karakteristik pertanian alami antara lain: Menggunakan mikroorganisme lokal atau

indigenous microorganisms (IMOs), menggunakan nutrisi sesuai siklus tanaman,

menggunakan pembajak alami (misalnya bakteri aerobik dan anaerobik, jamur,

cacing), menggunakan mikroba sehingga biaya sangat sedikit atau tidak perlu

biaya, dan menggunakan input nutrisi untuk menghalau hama dari fermentasi buah

(FPJ).

Praktik pertanian alami ini baru dipahami sebatas pada penggantian pupuk anorganik menjadi organik termasuk pestisidanya, dan keberhasilan kegiatan

pertanian baru diukur pada tingkat produksi.

Padahal realisasi yang paling sulit diterapkan dari konsep tersebut adalah bukan sekedar pemenuhan target jangka pendek, tetapi lebih jauh adalah bagaimana

petani memahami dan menyadari pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang

residunya bisa membahayakan dirinya, keluarga, dan konsumen, bahkan

lingkungan.

Di mana pun, setiap orang yang punya kemauan untuk bertani alami, dapat menerapkan sistem pertanian alami ini.

Pangan dalam pertanian alami diartikan sebagai diversifikasi pangan, artinya

sumber pangan berasal dari beragam jenis. Karena itulah, pertanian alami

Page 23: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

20

menemukan arti pentingnya sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan. Sehingga

pertanian alami membutuhkan kesadaran bertani secara mandiri, tidak tergantung

pada industri yang memproduksi benih, pupuk atau pestisida.

Komitmen, kemauan dan kesabaran untuk mempraktikkannya juga merupakan kunci keberhasilan bertani secara alami.

Syarat lain sistem pertanian alami adalah lahan pertanian mesti dimiliki oleh

petani, bukan dimiliki oleh tuan tanah. Sehingga dengan bertani secara alami

berarti juga memberi kedaulatan kepada petani untuk mengolah tanahnya sendiri

secara sehat dan berkelanjutan.

Menerapkan pertanian alami berarti menyinggung pula beberapa aspek kehidupan lain yang dapat kita kembangkan, di antaranya aspek sosial di mana pertanian

alami menjunjung tinggi nilai-nilai manusia tanpa diskriminasi, memberi ruang

yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam praktik bertani.

Secara budaya, pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani, menanam tanaman sesuai dengan kebudayaan lokal/setempat.

Sementara dari sisi ekonomi, pertanian alami merupakan sistem pertanian yang meletakkan praktiknya pada penggunaan sumber daya lokal sehingga biaya yang

dikeluarkan akan berkurang dibanding pertanian model Revolusi Hijau yang hanya

memberikan keuntungan kepada pemilik modal input produksi.

Pertanian alami harus memberikan keuntungan dan mencukupi kebutuhan rumah

tangga petani.

Dan secara politis, dengan pertanian alami petani dapat memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi yang digunakan, hingga penentuan apakah

dijual atau ke mana di pasarkan, kepada siapa dan berapa harga produk yang harus

dijual merupakan sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang

melakukan pertanian alami.

Pertanian alami memang tidak sekedar mengejar produksi, tidak hanya bertujuan meraih keuntungan material, tetapi diharapkan di dalam kehidupan pelakunya ada

perilaku yang alami yang menjalin hubungan selaras dengan lingkungan sekitar.

Pada akhirnya pertanian alami akan dapat memengaruhi situasi sosial, budaya,

ekonomi, dan politik dalam suatu masyarakat.

Latihan Soal!

1. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu secara konvensional?

2. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu dengan manajemen limbah terpadu?

3. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu dengan teknologi mikroorganisme?

4. Apa saja yang dapat diperoleh oleh petani dari kegiatan manajemen limbah terpadu

tersebut?

5. Jelaskan bentuk sistem pertanian terpadu pada pertanian alami?

Page 24: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

21

5. KONSEP INTEGRASI SUB SISTEM PERTANIAN

A. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan peternakan (Agropastura)

Integrasi sumber-sumber hewan ternak dan tumbuhan untuk memperoleh out put biomassa yang optimal dalam lingkungan ekologi dan sosio-ekonomi tertentu

harus menjadi tujuan dalam sistem pertanian berkelanjutan.

Interaksi yang sesuai diantara komponen-komponen harus menghasilkan respon

komplementari (saling melengkapi) dan sinergetik sehingga dapat mendorong

peningkatan efisiensi produksi dan memperkuat viabilitas ekonomi dari sistem

pertanian yang terpadu.

Menurut CAST (1988) bahwa strategi terbaik untuk menciptakan viabilitas ekonomi adalah fleksibilitas sistem pertanian dalam produksi pangan dan sandang.

Fleksibilitas usaha tersebut dapat dicapai melalui penurunan biaya input dan peningkatan diversifikasi usaha.

Suatu perpaduan agro-ekosistem harus mampu memberikan pengaruh stabilitas yang tinggi terhadap fluktuasi jangka pendek dalam harga komoditas.

Sumber daya yang paling terbatas dalam sistem pertanian berkelanjutan secara

umum adalah kemampuan pengelolaan yang diperlukan untuk mengembangkan

dan memelihara diversifikasi usaha pada tingkatan optimal.

Sistem produksi ternak herbivora yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman pangan.

Ternak tidak berkompetisi pada lahan yang sama.

Tanaman pangan dengan komponen utama dan ternak menjadi komponen kedua.

Ternak dapat digembalakan di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah pemanenan hasil sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah

tanaman pangan, gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh disekitar

tempat tersebut.

Sebaliknya ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah melalui urin dan fecesnya.

Mott (1974) melaporkan bahwa dari nitrogen tumbuhan dan mineral yang dimakan hewan di areal penggembalaan, sekitar 75 – 95 persen nitrogen dan 90 – 95 persen

mineral dikembalikan ke tanah.

Contoh penerapan sistem ini di Sumatera dilaporkan bahwa sumbangan ternak

terhadap total hasil usahataninya adalah sebanyak 17 persen, sedangkan di Cina

sebanyak 29 persen.

B. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan kehutanan (Agroforestry)

Definisi Agroforestri

Dalam Bahasa Indonesia, kata Agroforestry dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di

lahan pertanian.

Koppelman (1996) mendefinisikan Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat mengintegrasikan sub sistem pertanian, peternakan, perikanan, dan

kehutanan dalam produksi pertanian

Page 25: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

22

dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang

bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi.

Agroforestri dapat dikelompokkan menjadi : - sistem agroforestri sederhana

- sistem agroforestri kompleks

Sistem agroforestri sederhana

adalah suatu sistem pertanian dimana pepohonan ditanam secara tumpang-

sari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim.

Pepohonan bisa ditanam sebagai pagar mengelilingi petak lahan tanaman pangan, secara acak dalam petak lahan, atau dengan pola lain misalnya

berbaris dalam larikan sehingga membentuk lorong/pagar.

Jenis-jenis pohon yang ditanam juga sangat beragam, bisa yang bernilai ekonomi tinggi misalnya kelapa, karet, cengkeh, kopi, kakao (coklat),

nangka, melinjo, petai, jati dan mahoni atau yang bernilai ekonomi rendah

seperti dadap, lamtoro dan kaliandra.

Jenis tanaman semusim biasanya berkisar pada tanaman pangan yaitu padi (gogo), jagung, kedelai, kacang-kacangan, ubi kayu, sayur-sayuran dan

rerumputan atau jenis-jenis tanaman lainnya

Sistem agroforestri kompleks

adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis

tanaman pohon (berbasis pohon) baik sengaja ditanam maupun yang

tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti

pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan.

Di dalam sistem ini, selain terdapat beraneka jenis pohon, juga tanaman perdu, tanaman memanjat (liana), tanaman musiman dan rerumputan dalam

jumlah besar.

Ciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah kenampakan fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam baik

hutan primer maupun hutan sekunder

Tiga komponen pokok dalam agroforestri : kehutanan, pertanian dan peternakan

Contohnya :

Agrisilvikultur = Kombinasi antara komponen atau kegiatan

kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll.) dengan

komponen pertanian.

Silvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan

kehutanan dengan peternakan

Agrosilvopastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan

pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan

Agropastura = Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian

dengan peternakan/hewan

Page 26: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

23

Beberapa indikator terselenggaranya sistem pertanian yang berkelanjutan Dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi

tanaman dalam jangka panjang,

Penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah,

Tidak adanya kelaparan tanah,

Tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air,

Rendahnya emisi gas rumah kaca serta terjaganya keanekaragaman hayati

Contoh sistem PHBM (sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat)

Integrasi tanaman Albizia dan kopi

Aspek Ekologi : Albizia sebagai tanaman pelindung bagi tanaman kopi

Albizia sebagai tanmanan legum dapat menyumbangkan N bagi tanah

Konservasi tanah dan air dan mengurangi erosi tanah

Sebagai rosot karbon

Memperbaiki iklim mikro

Aspek Ekonomi : Pendapatan semesteran dari biji kopi

Tabungan pendapatan dari tanaman Albizia

Integrasi tanaman lada-gamal-kambing

Aspek Ekologi :

Gamal sebagai tanaman pelindung dan tiang panjat bagi tanaman lada dan

menyumbangkan bahan organik bagi tanah

Kotoran kambing dapat menyumbang bahan organik dan N bagi tanah.

Bahan organik akan meningkatkan kesuburan tanah dan sangat baik untuk

menunjang pertumbuhan tanaman lada

Aspek Ekonomi : Adanya sumbangan unsur N dari tanaman

Gamal dapat menghemat pemberian pupuk urea pada tanaman lada

Kotoran kambing dapat diolah menjadi bokashi dan mengurangi pengeluaran

petani untuk pembelian pupuk organik.

Produktivitas tanaman lada meningkat (rata-rata 576 kg/ha/tahun, lebih baik dari

cara petani dengan produksi hanya 266 kg/ha/thn)

Page 27: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

24

C. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan perikanan (Agrofisheris)

Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang

dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan

perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai

ekonomis.

Ikan yang sering digunakan adalah ikan nila, gurami, mas, tambakan dan lele.

Ikan dapat dipeli-hara secara tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture),

asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak

terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami.

Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan

ternak.

Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu

perkembangan plankton yang menjadi makanan ikan.

Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat memanfaatkan

plankton di dalam kolam seperti ikan tambangan.

Latihan Soal!

1. Jelaskan sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan peternakan?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Agrorestry?

3. Jelaskan sistem agroferstri sederhana?dan berikan contoh jenis tanaman tahunan dan

tanaman semusim?!

4. Jelaskan sistem agroferstri kompleks?

5. Jelaskan proses yang terjadi pada sistem pertanian terpadu berbasis tanaman dan

perikanan?

Page 28: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

25

6. PERENCANAAN LANSKAP WISATA ALAM DAN AGROEKOWISATA

Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi

pertanian sebagai objek wisata, baik potensi berupa pemandangan alam kawasan pertanian

maupun kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi untuk memperluas

wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang

meliputi tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, perhutanan dan

sumber daya pertanian (Sastrayuda, 2010). Penataan secara optimal dalam memadukan

keindahan alam, kehidupan masyarakat dan potensi pertanian dapat menarik minat wisata dan

meningkatkan pendapatan masyarakat serta pemerintahan terkait. Wisata pertanian dapat

berperan dalam melestarikan dan meningkatkan konservasi lingkungan, perbaikan kualitas

iklim mikro, menjaga siklus hidrologi,mencegah erosi dan memberikan desain estetis

keindahan pada lingkungan. Agrowisata juga memberikan nilai rekreasi, mengembangkan

ekonomi masyarakat, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan

(Astuti, 2014). Agroekowisata dapat melibatkan dan memperdayakan masyarakat (community

based tourism), mengikutsertakan peran dan aspirasi masyarakat pedesaan selaras dengan

pendayagunaan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia melalui pembinaan

secara berkesinambungan.

Agrowisata menurut Sastrayuda (2010) harus dikelola dengan baik dengan

mempertimbangkan beberapa aspek, meliputi :

1) Aspek Sumber daya Manusia

Pengelola dan para petani harus memiliki pengetahuan yang luas dalam ilmu terkait

bidang pertanian, skill terampil dalam bercocok tanam, sikap tanggung jawab dan

professional dalam melaksanakan pekerjaan agar dapat memberikan informasi yang jelas dan

lengkap pada pengunjung.

2) Aspek Keuangan

Investasi modal dari pihak pengusaha terhadap pengelola dapat dikembangkan sebagai

usaha ekspor atau penjualan hasil produksi pertanian, perikanan, peternakan, holtikultura

seperti penjualan buah apel atau bunga potong baik secara lokal maupu ekspor pada wisata

kebun apel dan bunga di Batu, Malang sehingga aspek keuangan dalam pengelolaan

agroekowisata dapat dijadikan tumpuan untuk menunjang kemajuan perusahaan.

3) Aspek Fasilitas, Sarana dan Prasarana

Dalam perencanaan agroekowisata, sarana dan prasarana perlu diperhatikan dalam

menunjang pemanfaatan hasil komoditas berbagai usaha pertanian terpadu sebagai obyek

wisata seperti perbaikan jalan menuju lokasi agroekowisata yang mayoritas terdapat di

pedesaan, pedalaman, lembah gunung dan perbukitan. Ketersediaan listrik, air bersih dan

telekomunikasi juga berperan dalam meningkatkan kenyamanan pengunjung.

4) Aspek Pemilihan Lokasi Agrowisata

Penentuan lokasi agroekowisata diidentifikasi melalui wilayah yang akan dijadikan

sebagai agroekowisata dengan mempertimbangkan beberapa factor dominan seperti sarana

dan prasarana dasar, transportasi dan komunikasi, terutama identisifikasi terhadap peran serta

masyarakat lainnya yang dapat menjadi pendorong berkembangnya agro wisata. Karakteristik

lokasi agrowisata yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah karakteristik alam, tradisi

para petani dan karakteristik agroindustri. Tradisi para petani dan budaya masyarakat lokal

secara tradisional sangat beragam dan unik seperti membajak sawah dengan sapi atau kerbau,

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan sistem pertanian terpadu sebagai

perencanaan kawasan wisata alam dan agroekowisata

Page 29: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

26

menggembala bebek di sawah dengan barisan bebek teratur, menghalau burung dan hama

serangga dengan orang-orangan sawah, budaya tebar air doa dan lain sebagainya berpotensi

besar sebagai daya tarik agroekowisata.

Karakteristik alam pada dataran rendah cenderung kering dan panas sehingga terasa

relative kurang nyaman bagi pengunjung. Pengelola dapat menanam berbagai pohon dan

mendirikan wahana permainan air untuk meningkatkan kesejukan. Jika ada lahan rumput

yang terbatas dapat digunakan sebagai wisata pacuan kuda atau peternakan kambing da

domba. Kegiatan tradisi dan budaya juga dapat diunggulkan untuk menarik pengunjung

seperti kerapan sapi di Madura, lomba mendadani kambing dan lain sebagainya. Pada dataran

tinggi, topografi yang berbukit-bukit atau nuansa pegunungan yang hijau dan sejuk, suhu

udara yang nyaman, tanah yang subur mendukung untuk produksi berbagai komoditi

pertanian seperti buah, bunga, sayuran, perkebunan, peternakan, perikanan sehingga sangat

mendukung untuk menarik pengunjung.

Pada daerah sungai dan air terjun, pengunjung dapat tertarik pada aliran air yang

segar, kegiatan memancing, kokodok, arung jeram, body rafting dan kegiatan budaya

menabur benih ikan pada setiap awal tahun misalnya. Hamparan air yang melimpah pada

danau dan waduk juga dapat menjadi daya tarik pengunjung dengan kegiatan memancing,

penaburan benih ikan, naik perahu, penjualan ikan secara segar dan dapat langsung diolah di

pinggir danau atau waduk untuk makan bersama keluarga. Warung makan atau pasar apung

juga dapat diciptakan di sekitar danau atau waduk dengan cinderamata berbagai ikan hias

maupun konsumsi.

Hasil produksi pertanian terpadu baik pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan

dan kehutanan dapat diolah dengan baik menjadi produk bermanfaat melalui agroindustri.

Pengolahan hasil produksi tersebut dari mulai pemanenan, sortasi, pencucian, pengupasan

hingga menjadi produk siap jual menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung untuk

mengetahui maupun mencoba melakukannya secara langsung seperti agroekowisata

pengolahan teh, kopi dan coklat.

Pengelolaan agroekowisata selain mempertimbangkan beberapa aspek tersebut juga

harus mematuhi prinsip bahwa lingkungan memiliki nilai edukatif sebagai aset wisata,

memberikan keuntungan kepada komunitas lokal,pengelola, dan wisatawan dan pengelolaan

hubungan antara wisata dan lingkungan sehingga tercapai lingkungan yang berkelanjutan

dalam jangka panjang. Dalam pendirian agroekowisata memeiliki berapa tahapan langkah

umum (Budiarjono dan Sitti, 2013) yakni :

a) Pengumpulan dan Identifikasi Data

Tahap pengambilan dan klasifikasi data ini dilakukan melalui pengumpulan data

primer maupun data sekunder di lapangan yang berkaitan dengan penelitian.

Pengambilan titik sampel disesuaikan dengan kondisi dan karakter tapak. Untuk aspek

visual dan sensori, pengumpulan data primer dilakukan dengan mengambil foto dan

pengamatan pada lokasi tertentu di dalam kawasan.

b) Analisis

1) Analisis Potensi Pengembangan Pertanian

Mengkaitkan kondisi actual dengan karakter dan persyaratan tanam beberapa komoditas

pertanian seperti tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, perikanan dan

pengolahan hasil pertanian.

2) Analisis Obyek dan Atraksi Wisata

Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui potensi tapak dalam kawasan untuk

dikembangkan sebagai unit agrowisata berkelanjutan.

3) Analisis Potensi Masyarakat

Analisis ini dilakukan melalui pengamatan lapang dan interview terhadap kesiapan

masyarakan untuk menerima kegiatan wisata.

Page 30: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

27

4) Konsep dan Perencanaan

Rencana ini disusun berkaitan dengan aspek tapak, ruang, aspek visual, sirkulasi dan

struktur dalam lanskap. Rencana lanskap kawasan wisata berdasarkan zona kesesuaian

wisata yang merupakan hasil analisis, yaitu dalam bentuk :

a. Konsep pengembangan dan penataan yang akan dilaksanakan adalah kawasan wisata

yang berkelanjutan (sustainable tourism).

b. Program pengembangan dan penataan kawasan sesuai dengan konsep pengembangan

kawasan.

c. Rencana pengembangan dan penataan infrastruktur pendukung wisata.

Berdasarkan konsep perencanaan lanskap dan data yang telah dianalisis secara spasial

maupun dilihat dari potensidan kendalanya, kawasan dibagi menjadi 3 ruang utama meliputi:

1) Ruang Pelayanan (Welcome area/Entrance)

Merupakan pintu masuk utama bagi parawisatawan untuk memasuki kawasan wisata.

Ruang pelayanan wisata direncanakan agar parawisatawan mendapatkan informasi

sekilas mengenai dan pelayanan yang disediakan oleh pihak pengelola.

2) Ruang Wisata Inti dan Penunjang

Ruang wisata inti merupakan ruang wisata utama yang dikembangkan sebagai ruang

wisatasemi intensif. Pada ruang ini terdapat objek wisata utama yaitu hutan wisata

dengan atraksi beragam. Ruang wisata penunjang terdiri dari subruang wisata semi

intensif dan intensif yang terdapat di area sempa dan waduk, bendungan utama, area

sawah, dan perkebunan.

3) Ruang Penyangga

Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga ruang-ruang wisata di

dalam kawasan wisata dari gangguan yang berasal dari luar kawasan. Ruang

penyangga dapat berupa area konservasi yang berfungsi melindungi kawasan wisata

dari kerusakan, mengkonservasi tanah dan air.

Analisis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach) menurut

Muljadi (2012) yaitu dengan menggunakan peraturan perundang-undangan sebagai bahan

hukum primer. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang

ditangani. Pendekatan lain yang dipergunakan adalah analisis konsep hukum (analytical and

conceptual approach), yaitu : Mempelajari pandangan dan doktrin yang berkembang di

dalam ilmu hukum sehingga akan menemukan ide yang melahirkan pengertian hukum,

konsep hukum dan asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Perlindungan hukum

terhadap wisatawan sangat penting, mengingat kegiatan pariwisata berintikan pengamanan

terhadap keselamatan wisatawan, kelestarian dan mutu lingkungan, atau ketertiban dan

ketentraman masyarakat, yang diselenggarakan berdasarkan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

Di era globalisasi perlindungan hukum terhadap pengguna jasa pariwisata baik

domestik maupun mancanegara dan para pengusaha pariwisata sangat dibutuhkan. Secara

yuridis produk hukum yang dapat dicermati terkait dengan pengaturan perlindungan hukum

terhadap wisatawan yang diuraikan oleh Simatupang (2009) adalah Undang-undang No. 10

tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Ketentuan Pasal 20 huruf c dari undang-undan gini

menyatakan bahwa setiap wisatawan berhak memperoleh perlindungan hukum dan

keamanan. Secara eksplisit hak wisatawan untuk mendapatkan perlindungan hukum diatur

dalam ketentuan Pasal 20 huruf c undang-undang No. 10 tahun 2009. Pihak pengusaha

pariwisata, menurut ketentuan Pasal 26 ayat (d) berkewajiban memberikan kenyamanan,

keramahan, perlindungan keamanan dan keselamatan wisatawan.

Page 31: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

28

Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menurut ketentuan Pasal 23 ayat (1) huruf a,

berkewajiban menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta keamanan

dan keselamatan kepada wisatawan. Selain dalam Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, maka perlindungan hukum terhadap hak-hak wisatawan sebagai konsumen

diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Diantara hak-hak konsumen dimaksud adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa (Pasal 4 huruf a). Hak untuk

mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan

konsumen secara patut terdapat pada pasal 4 huruf e. Berpokok pangkal pada hak dan

kewajiban wisatawan dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, seorang wisatawan dapat dikatakan sebagai konsumen di bidang

pariwisata (Simatupang, 2009).

Wisatawan sebagai konsumen menurut Simatupang (2009) mempunyai hak-hak yang

diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No. 8 Tahun 1999. Undang-undang No. 10 tahun 2009

dan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 dapat dijadikan rujukan untuk melindungi dan

mengatur hak dan kewajiban wisatawan sebagai konsumen jasa pariwisata. Perlindungan

terhadap wisatawan harus dipertahankan, sebab tanpa hal itu wisatawan cenderung tidak akan

memilih negara Indonesia sebagai negara tujuan wisata. Bila hal ini terjadi, maka akan

berdampak buruk bagi perkembangan kepariwisataan di dalam negeri.

Latihan Soal!

1. Berikan penjelasan mengenai pengertian agrowisata menurut kalian dan sebutkan

beberapa peran agrowisata pada lingkungan !

2. Pengelolaan agrowisata harus mempertimbangkan beberapa aspek menurut

Sastrayuda (2010). Jelaskan !

3. Jelaskan potensi wisata yang mungkin dikembangkan sesuai karakteristik lokasi/

ekologi !

4. Bagaimana tahap dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pendirian

agrowisata?

5. Sebutkan 3 ruang utama kawasan berdasarkan konsep perencanaan lanskap dan data

yang telah dianalisis !

Page 32: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

29

7. STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Strategi pembangunan agrowisata menurut Gurindawangsa dkk (2017) adalah dengan

melakukan beberapa analisis terhadap keefektifan promosi, pengembangan sarana dan

prasarana, peningkatan peran serta pemerintagh, swasta dan masyarakat dan rencana strategis

sebagai berikut :

a) Promosi pariwisata

Promosi dilakukan agar dapat efektif perlu adanya bauran promosi, yaitu kombinasi

yang optimal bagi berbagai jenis kegiatan atau pemilihan jenis kegiatan promosi yang

paling efektif dalam meningkatkan penjualan. Ada lima jenis kegiatan promosi, antara

lain : (Kotler, 2001) periklanan, personal selling, publisitas, promosi penjualan,

pemasaran langsung.

b) Pengembangan Sarana dan Prasarana

Menurut Yoeti (1996:186), sarana dan prasarana kepariwisataan dapat diartikan

sebagai semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada para

wisatawan, tetapi hidup dan kehidupan tidak selamanya akan tergantung kepada

wisatawan. Sedangkan prasarana merupakan semua fasilitas yang memproses

perekonomian berjalan lancar sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia

untuk dapat memenuhi kebutuhannya.

c) Peran serta Pemerintah, Swasta dan Masyarakat

Pemerintah berfungsi sebagai pembuat peraturan dan pendukung pelaksanaan

pembangunan pariwisata. Swasta berfungsi pengembang atau pelaksana

pembangunan kegiatan pariwisata. masyarakat berperan sebagau tuan rumah dan

pelaku pembangunan pariwisata.

d) Rencana Strategis

Gurindawangsa dkk (2017) melakukan penelitian pada wisata Gubugklakah, Malang

dan menyimpulkan bahwa terdapat strategi pengembangan (1) produk berupa

pengembangan atraksi tubing dan tari topeng; (2) sarana dan prasarana berupa

pembangunan taman di sekitar pintu masuk, perbaikan trotoar dan jalan ke kebun, (3)

pasar dan promosi berupa kepemilikan website sendiri dan pemasaran pada berbagai

media sosial serta kerjasama dengan 58 travel agent sehingga pemasaran semakin luas

dan banyak, (4) sumber daya manusia berupa penambahan jumlah anggota dan

pengadaan pelatihan, (5) kemitraan / kerjasama dengan pihak terkait seperti

pemerintah, masyarakat dan tengkulak untuk meminimalisir kerugian petani, dan

dampak dari strategi tersebut dalam bidang ekonomi dan sosial seperti peralihan

petani menjadi pengusaha ekonomi dan penjualan lahan pertanian serta adanya

ancaman peniruan atau adaptasi budaya asing dari pengunjung domestik maupun

mancanegara

Pengembangan agrowisata harus berkelanjutan seiring perkembangan teknologi

informasi dan budaya yang sangat cepat sehingga unit bisnis agrowisata harus mampu terus

berinovasi dengan tetap mempertimbangkan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.

Dalam menentukan strategi pengembangan, Dinas Pertanian Yogyakarta pada tahun 2013

melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats) yakni dengan

mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam suatu proyek agrowisata

sehingga dapat direncanakan strategi untuk memperbaikinya. Dinas Pertanian Yogyakarta

Tujuan Umum:

Mahasiswa dapat membuat strategi perencanaan kepariwisataan alam dan agroekowisata

Page 33: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

30

bekerjasama dengan CV. Bina Usaha Pertanian kemudian memetakan strategi pengembangan

agrowisata yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai berikut :

Peta Strategi Pengembangan Agrowisata di DIY

Strategi pemerintah daerah dalam pengembangan agrowisata lain yang dapat

dilakukan menurut Usman dkk (2012) pada agrowisata di Kabupaten Bantaeng seperti

sosialisasi/ pembinaan masyarakat termasuk pemberian dana atau bantuan kepada para petani

apel dan stroberi, penyediaan sarana dan prasarana untuk kemudahan akses pengunjung, budi

daya tanaman mencakup pengelolaan, penanaman dan pemeliharaan agrowisata.

Pengembangan agrowisata dapat dilakukan di desa maupun perkotaan. Sulistiyantara (1990)

mengemukakan, pengembangan pengelolaan agrowisata di perkotaan memerlukan kerjasama

yang erat antar berbagai sektor, yaitu sektor perhubungan, sektor pariwisata, sektor pertanian,

sektor perdagangan, sektor pembangunan daerah dan sebagainya. Pada dasarnya hubungan

antara peminta jasa agrowisata dan penyedia agrowisata memerlukan kerjasama yang erat,

yang mampu mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Mayasari dan Tezar (2013)

menyusun model pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area dengan

memperhatikan beberapa titik kritis seperti permodalan, kemampuan pengelola, motivasi dan

keinginan kuat pengelola serta kebersamaan dan kekompakan visi misi pengelola sebagai

berikut :

Model Pengembangan Agrowisata Perkotaan Berdasarkan Luas Area

Page 34: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

31

Latihan Soal!

1. Berikan contoh strategi promosi agrowisata menurut kalian !

2. Bagaimana peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan

agrowisata ?

3. Sebutkan beberapa langkah rencana strategis dalam pengembangan wisata yang ada di

Gubugklakah, Malang menurut penelitian Gurindawangsa dkk (2017) ?

4. Uraikan model pengembangan agrowisata perkotaan berdasarkan luas area menurut

Mayasari dan Tezar (2013)?

5. Buatlah analisis SWOT pada suatu kawasan agrowisata !

Page 35: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

32

8. KEBIJAKAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

Perencanaan agrowisata berwawasan lingkungan harus bersamaan dengan

perencanaan pengelolaan tanah, pengemabngan jenis tanaman yang sudah ada, budidaya

tanaman dan perencanaan lainnya. Kompleksitas proses perencanaan yang

mengintegrasikan berbagai kepentingan dan kebijakan tersebut memiliki beberapa

pedoman yang dapat digunakan untuk pengembangan agrowisata berwawasan lingkungan.

Arah pengembangan dasar kebijakan ekowisata yang dapat diterapkan dalam kebijakan

agrowisata menurut Fandeli dan Nurdin (2005), antara lain:

1. Lingkungan alam dan sosial budaya harus menjadi dasar pengembangan

pariwisata dengan tidak membahayakan kelestariannya.

2. Agrowisata bergantung pada kualitas lingkungan alam dan sosial budaya yang

baik. Keduanya menjadi fondasi untuk meningkatkan ekonomi local dan kualitas

kehidupan masyarakat yang timbul dari industri pariwisata.

3. Keberadaan organisasi yang mengelola agar tetap terjaga kelestariannya berkaitan

dengan pengelolaan yang baik dari dan untuk wisatawan; saling memberikan

informasi dan pengelolaan dengan operator wisata, masyarakat lokal dan

mengembangkan potensi ekonomi yang sesuai.

4. Di kawasan agrowisata, wisatawan menikmati seluruh fasilitas yang ada, dan

aktifitas kegiatan yang dapat memberikan pengetahuan baru dalam berwisata hanya

saja tidak semua kebutuhan wisatawan tersebut dapat dipenuhi karena dalam

beberapa hal mungkin terdapat harapan yang tidak sesuai dengan kondisi

agrowisata yang bersangkutan.

5. Wisatawan cenderung mengharapkan kualitas pelayanan yang baik, sesuai dengan

biaya yang dikeluarkan dan mereka tidak selalu tertarik pada pelayanan yang

murah harganya.

6. Keinginan wisatawan cenderung bermacam-macam tergantung karakteristik

wisatawan, tidak semuanya dapat dipenuhi.

7. Perencanaan harus lebih cepat dilakukan dan disempurnakan terus-menerus seiring

dengan perkembangan pariwisata, termasuk juga menginventarisir komponen-

komponen yang ada di sekitar agrowisata terutama yang berpengaruh terhadap

kebutuhan wisatawan.

Kebijakan konservasi Sumber Daya Alam (SDA) berdasarkan Peraturan Kementerian

Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, terdapat

beberapa peraturan perencanaan, antara lain :

1. Memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA), Rencana

Strategis dan Program Pengembangan Destinasi

2. Memiliki pedoman/Perda tentang tata guna lahan, desain, konstruksi dan isu

pembongkaran yang mensyaratkan adanya asesmen terhadap dampak lingkungan,

ekonomi dan sosial.

3. Disosialisasikannya pedoman/Perda.

4. Diterapkannya penegakan hukum.

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menjelaskan kebijakankebijakan terkait perencaaan, pengusahaan, dan

konservasi SDA dan kawasan agroekowisata

Page 36: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

33

Kebijakan konservasi SDA juga didasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14

tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk

pengusahaan/pengelolaan kawasan agrowisata harus terdapat hal-hal berikut ini :

1. Proses perencanaan setiap even/kegiatan wisata melibatkan para pemangku kepentingan

yang terkait untuk memastikan keseimbangan kebutuhan ekonomi lokal, masyarakat

lokal, budaya dan lingkungan.

2. Destinasi memiliki sistem administrasi pengelolaan pengunjung untuk situs atraksi

wisata yang termasuk di dalamnya terdapat:

a) Tindakan untuk mempertahankan

b) Tindakan untuk melindungi

c) Tindakan untuk memperkuat aset alam dan budaya.

3. Memiliki mekanisme administratif yang terencana, bertanggungjawab dalam operasional

pengelolaan.

4. Destinasi memiliki mekanisme adminstratif yang terdokumentasi dengan baik.

5. Masyarakat bisa dalam bentuk Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) maupun organisasi

masyarakat adat setempat.

Berdasarkan Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman

Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, untuk perlindungan dan konservasi kawasan agrowisata

perlu adanya hal-hal berikut :

1. Monitoring secara rutin.

2. Memiliki pos keamanan dan P3K di lokasi-lokasi wisata utama.

3. Memiliki polisi pariwisata.

4. Dilaksanakannya pelatihan untuk menangani isu keselamatan dan keamanan

dilaksanakan secara teratur dengan melibatkan Pokdarwis.

5. Tersedianya rambu-rambu peringatan

6. Terdapat sistem pengelolaan untuk melindungi situs alam dan budaya, termasuk

bangunan bersejarah dan pemandangan perkotaan dan pedesaan.

7. Memiliki Peraturan Daerah yang mengatur pengelolaan cagar budaya dan warisan.

8. Destinasi memiliki program untuk melindungi warisan budaya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

9. Terdapat organisasi yang bertanggungjawab terhadap dampak pariwisata terhadap

lingkungan, melestarikan habitat, spesies dan ekosistem yang ada dan mencegah

masuknya spesies yang invasif.

10. Destinasi memiliki program untuk mempromosikan konservasi energi serta mengukur,

memonitor,mengurangi dan melaporkan konsumsi.

Latihan Soal!

1. Apakah dasar dari pengembangan agrowisata?

2. Kapan sebaiknya kebijakan agrowisata dalam hal pengembangan perencanaan

dilakukan?

3. Sebutkan peraturan perencanaan kebijakan konservasi SDA berdasarkan peraturan

Kemetrian Pariwisata No.14 tahun 2016 !

4. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk pengelolaan

kawasan agrowisata!

5. Sebutkan peraturan Kementrian Pariwisata No.14 tahun 2016 untuk perlindungan dan

konservasi kawasan agrowisata !

Page 37: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

34

9. ANALISIS POTENSI DAN KESESUAIAN LAHAN

Studi kelayakan (Feasibility Study) menurut Ibrahim (2003) adalah bahan

pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yakni menerima atau menolak suatu

gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak disini adalah kemungkinan dari

gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit) baik dalam arti

financial maupun dalam arti sosial. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti social

benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal ini tergantung dari

segi penilaian yang dilakukan. Gemilang (2014) melakukan studi kelayakan pada agrowisata

Kotabumi melalui analisis beberapa variable antara lain adalah analisis lokasi wilayah,

pesaing (five forces), rantai nilai (value chain), teori STP (Segmentation, Targeting and

Positioning), strategi generik, Three level of the Product yang terdapat pada gambar, fasilitas

dan utilitas, kuesioner, potential demand dan daya tampung pengunjung.

Gambar analisis three level of the product

Analisis rantai nilai meliputi aktifitas utama (inbound planning, amdal dan target

market, operation berupa persiapan benih, bibit dan pupuk, inbound logistic berupa

pembibitan dan penanaman, marketing and sales berupa pemasaran) dan pendukung (firm

infrastructure and equipment berupa saung, greenhouse, gazebo, resources management and

development berupa petani, pedagang, pengelola dan tenaga kerja, technology development

berupa tenaga listrik, air, drainase dan pengelolaan sampah, procurement berupa olahraga

jogging track, jual beli makanan dan minuman) dalam suatu agrowisata. Analisis STP

diketahui menyasar pengunjung segala umur baik lokal maupun interlokal. Analisis utilitas

dilakukan pada jaringan listrik, air bersih dan pengelolaan sampah. Analisis daya tampung

dapat dihitung melalui rumus perkalian luas lahan dengan 30% dibagi 2 sesuai pedoman

teknik analisis aspek fisik dan lingkungan Departemen Pekerjaan Umum. Nilai 30%

diperoleh dari anggapan luas lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 30% berupa

fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan agrowisata dan 70% untuk ruang terbuka hijau berupa

kebun, sawah dan kolam (Gemilang, 2014).

Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menjelaskan dan mampu menganalisis potensi dan kesesuaian lahan

untuk mengukur kelayakan finansial perancangan sistem pertanian terpadu untuk

agroekowisata

Page 38: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

35

Arah pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mempertimbangkan

beberapa aspek, yaitu (Ramdan dan Ihkwana, 2016):

a. Kondisi Lahan

Keberadaan lahan yang ada disekitar lokasi objek wisata dimiliki oleh perorangan

sehingga perlu ada upaya pembebasan lahan untuk keberlangsungan pengembangan objek

wisata. Efisiensi produksi, indeks hasil tanaman, indeks pertanaman, indeks intensitas

tumpang gilir dan land lent ratio (LER) pada efisiensi penggunaan lahan juga penting

untuk diperhatikan termasuk pada lahan basah dan kering.

Efisiensi produksi lahan basah sangat besar seperti hutan mangrove atau bakau, terutama

di daerah yang terletak tidak jauh dengan pantai. Tanaman tersebut memiliki keindahan

tersendiri untuk dapat dinikmati pada sore hari oleh wisatawan. Indeks hasil tanaman,

pertanaman dan tumpang gilir pada lahan basah sangat baik untuk memikat para

wisatawan berkunjung ke bagian lahan basah yang terdapat di Indonesia dengan hasil

agroekowisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan. Hal tersebut yang membuat

perbedaan diantara lahan kering dan lahan basah.

Pada lahan kering dapat memiliki indeks hasil produksi yang lebih besar dibandingkan

lahan basah. Semua kegiatan terkait pertanian dilakukan di lahan kering sehingga

menghasilkan kualitas yang bagus. Indeks hasil pertanaman pada lahan kering memiliki

produksi yang besar. Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan bagi tumbuh

berkembangnya sektor pertanian dan sejenisnya (Murdaningsih dan Nurdiana, 2009).

b. Potensi Wisatawan

Pada saat ini, kedatangan wisatawan ke objek wisata sangatlah jarang dikarenakan lokasi

yang berada di perkampungan. Kunjungan wisatawan terjadi pada saat liburan sekolah dan

hari besar islam dengan maksud dan tujuan yang datang untuk berziarah sambil

menyempatkan berkunjung ke lokasi pasir lulumpang. Kondisi ini dapat ditingkatkan

menjadi lebih baik apabila didukung oleh sarana tempat wisata yang dapat menambah nilai

tambah dan menjadi daya tarik. Dengan arah pengembangan wisata yang telah

direncakanan kedatangan mereka tidak hanya untuk berziarah tetapi juga memiliki tujuan

lain yaitu sekaligus berwisata. Apabila kondisi ini terlaksana, maka penambahan nilai

terhadap lokasi wisata akan menjadi lebih baik.

Analisis kelayakan agroekowisata menurut Ramdhan dan Ikhwana (2016) dipengaruhi

beberapa aspek yakni :

a. Aspek Pasar

Pengembangan Kawasan Wisata di Desa Cimareme sangat memungkinkan apabila

mempertimbangkan pasar sasaran berdasarkan berbagai faktor, yaitu :

i. Pengguna potensial, berdasarkan faktor pengguna potensial yaitu penduduk di wilayah

Kecamatan Banyuresmi dengan jumlah penduduk sebesar 89.773 jiwa atau 35,5 %

jumlah keseluruhan dari penduduk Kabupaten Garut dengan target umur penduduk usia

mulai dari 5 tahun.

ii. Faktor penggunaan potensial dan tempat rekreasi, berdasarkan jarak tempuh untuk

menuju tempat wisata, lokasi pengembangan wisata dapat ditempuh dalam waktu ± 30

menit perjalan dari Terminal Ibu Kota Kabupaten Garut. Selain itu, perjalan menuju

lokasi memungkinkan untuk ditempuh dengan kendaraan pribadi dengan jarak dan

waktu tempuh yang ada, maka untuk sampai pada lokasi wisata hanya membutuhkan

ongkos yang tidak terlalu besar. Berdasarkan faktor-faktor di atas, pengembangan wisata

sangat memungkinkan untuk dilaksanakan pengembangannya.

Page 39: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

36

b. Aspek Teknis

Pentingnya lingkungan alam untuk mendukung suatu kawasan menjadi daerah tujuan atau

objek wisata tidak terbantahkan lagi. Meskipun bukan factor utama atau satu-satunya yang

menarik wisatawan untuk berkunjung, tetapi factor lingkungan dan alam mempunyai

pengaruh signifikan bagi calon wisatawan mengapa memilih daerah tersebut sebagai daerah

tujuan wisata.

Berdasarkan dukungan berbagai kriteria seperti dijelaskan, pengembangan lokasi wisata

memerlukan dukungan prasarana dan sarana penunjang, karena sampai saat ini fasilitas yang

digunakan sebagai sarana pelayanan dasar berada di luar lokasi wisata serta kurang

mendukung terhadap pengembangan. Oleh karena itu, dibutuhkan pembangunan sarana dan

prasarana agar tercipta lokasi wisata yang memadai.

c. Aspek Manajemen

Pemerintah diharapkan memberikan pembinaan dan penyuluhan untuk mendorong

masyarakat untuk ikut serta dalam pengembangan wisata yang ada di Desa Cimareme.

Pembinaan dan penyuluhan dapat dilakukan oleh instansi yang terkait seperti Dinas

Pariwisatadan Budaya. Tidak adanya struktur manajemen dan keterbatasan sumber daya

manusia untuk merawat tempat mengakibatkan kurang terawatnya area lokasi wisata.

d. Aspek Finansial

Berdasarkan uraian pendapatan serta pengeluaran pada kegiatan wisata, selanjutnya

dilakukan analisis finansial dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal

Rate Of Return (IRR) dan Payback Period. Berdasarkan hasil perhitungan dengan

menggunakan nilai bunga 6 % (bunga deposito tahun 2016) maka periode pengambilan

modal dapat dikembalikan pada tahun ke 4 memasuki tahun ke 5. Oleh karena itu, apabila

menggunakan rentang waktu 10 tahun, pengembangan wisata secara aspek finansial dapat

dikategorikan layak untuk dikembangkan. Perbandingan dengan menggunakan IRR

didapatkan hasil dengan nilai positif, hal ini menggambarkan bahwa apabila kegiatan bisnis

ini diorientasikan untuk jangka waktu 10 tahun, maka layak untuk dilaksankan karena nilai

pengembaliannya lebih besar dari 0.

Perhitungan Kelayakan Rencana Pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi

menurut Gemilang (2014) yaitu:

1. Biaya Investasi Kawasan

Kotabumi Kecamatan Purwakarta Kota Cilegon layak untuk dikembangkan.

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai

berikut:

a. Melakukan pengelolaan yang baik dan maksimal Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota

Cilegon agar tercipta suasana yang nyaman dan dapat memberikan banyak dampak positif

bagi pengujung yang datang.

b. Diperlukan upaya penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung baik secara kuatitas maupun

kualitas untuk mendukung kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota

Cilegon.

c. Dalam pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Agrowisata Kotabumi juga melakukan

kegiatan konservasi dan reboisasi dengan menghasilkan bibit-bibit tanaman yang akan

ditanam untuk berbagai kegiatan dan program penghijauan di Provinsi Banten khususnya

di Kota Cilegon.

d. Diperlukan komitmen dan konsistensi program yang tinggi dari seluruh pihak yang terkait

dalam rangka menjamin keberlanjutan Kawasan Agrowisata Kotabumi Kota Cilegon.

e. Meletakkan benda-benda yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat Suku Baduy, seperti

lumbung padi yang biasa digunakan masyarakat Suku Baduy untuk menyimpan hasil

panennya. Pada tahap ini perencanaan pengembangan Kawasan Agrowisata Kotabumi

yang merupakan suatu investasi, tahap yang di lakukan perhitungan kelayakan investasi

Page 40: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

37

kawasan.Kawasan Agrowisata Kotabumi berada pada lahan dengan luas 4 Ha, dengan

total biaya pembebasan Rp 500,000,000.

2. Internal Rate of Return (IRR)

IRR dihitung dengan menggunakan discount factor (faktor diskon) yang diasumsikan

sebesar 14%. Untuk dapat melihat kelayakan investasi pada suatu proyek, IRR harus lebih

besar dari pada nilai bunga bank. Hasil perhitungan proyeksi keuangan menunjukkan IRR

sebesar 31,49%. Yang artinya tingkat kemampuan keuangan untuk dapat merecover

seluruh biaya investasi dan operasi dan pemeliharaan.

3. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah nilai yang terjadi dimasa yang akan datang dilihat

dari nilai saat ini. Kelayakan suatu proyek akan terlihat bila nilai FNPV lebih dari 1 atau

positif pada tingkat diskon faktor yang sama. Pada perhitungan proyeksi keuangan

diperoleh nilai FNPV sebesar Rp. 2,3 milyar.

4. Payback Period (PBP)

Payback period menunjukkan tingkat kecepatan mengembalikan biaya investasi yang

diukur dengan satuan waktu (tahun). Payback Period dari hasil perhitungan proyeksi

didapat pada tahun ke 9,2 yang artinya waktu pengembalian modal adalah kurang dari 10

tahun.

Kelayakan suatu usulan proyek dikaji dengan tujuan untuk mempelajari usulan

tersebut dari segala segi secara professional agar nantinya setelah diterima dan

dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil sesuai dengan yang direncanakan. Tolak

ukur dalam menganalisis kelayakan pembangunan tersebut pada intinya adalah sama,

yaitu dapat memberikan manfaat baik secara finansial, ekonomis maupun sosial.

Perbedaannya terletak pada penekanan bahwa bila investornya adalah pihak swasta

maka analisis yang dilakukan berorientasi pada keuntungan finansial, sedangkan bila

investornya adalah pihak pemerintah maka kajian yang dilakukan disamping untuk

mendapatkan keuntungan finansial tetapi jauh lebih penting adalah manfaat ekonomisnya

secara luas serta aspek sosialnya bagi lingkungan pada daerah pengaruh proyek tersebut.

Keuntungan/manfaat (benefit) suatu proyek dapat dibedakan atas dua yaitu; Tangible

Benefit, yaitu manfaat yang dapat dihitung dengan uang; Intangible Benefit, yaitu

manfaat yang tidak dapat dihitung dengan uang,

Latihan Soal!

1. Apakah yang dimaksud dengan studi kelayakan ?

2. Sebutkan variable yang dianalisis dalam suatu studi kelayakan pada agrowisata !

3. Apa saja yang dianalisis rantai nilai?

4. Bagaimana analisis daya tampung dilakukan?

5. Jelaskan 4 aspek yang memepengaruhi analisis kelayakan agroekowisata menurut

Ramdhan dan Ikhwana (2016) !

Page 41: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

38

DAFTAR PUSTAKA

A Yoeti Oka, 1994. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa. Bandung.

Astuti, M.T. 2014. Potensi Agrowisata dalam Meningkatkan Pengembangan Pariwisata.

Jurnal Dinamika Pengabdian Vol 1 No 1 Hal : 51-57

Budiarjono dan Wardiningsih, S. 2013. Perencanaan Lanskap Agrowisata Berkelanjutan

Kawasan Gunung Leutik Bogor. Jurnal Arsitektur NALARs Vol 12 No 2 Hal : 1-10

CARDI (Caribbean Agricultural Research and Development Institute. 2010. A Manual on

Integrated Farming System (IFS). BRDP Call for Proposal No. 7. Agricultural

Enterprise Development for Rural Belize (AED).

Fandeli, C., dan Nurdin, M. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman

Nasional, Jakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Pusat Studi

Pariwisata Universitas Gajah Mada, Yogyakarta dan Kantor Kementarian Lingkungan

Hidup RI.

Gemilang.G. 2014. Studi Kelayakan Pengembangan Agrowisata di Kawasan Kotabumi ,

Cilegon, Banten. Jurnal Planesa Volume 5

Gurindawangsa, S.A., Topowijono dan Supriono. 2017. Analisis Strategi Pengembangan

Produk Agrowisata (Studi Pada Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo

Kabupaten Malang, Jawa Timur). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 51 No 2 Hal

: 141-150

International Labour Organization.2013. Training Manual and Module Ecotourism Guide

Indonesia. http://apgreenjobs.ilo.org

Kotler dkk. 2006. Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas Jilid 2 (98-100). Jakarta: Indeks.

Marpaung, H., dan H. Bahar. 2002. Pengantar Pariwisata. Alfabeta. Bandung.

Mayasari, K., dan Ramdhan, T. 2013. Strategi Pengembangan Agrowisata Perkotaan. Buletin

Pertanian Perkotaan Vol 3 No 1 Hal 21-28

Muljadi A.J., 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Murdaningsih dan Nurdiana. N . 2009. Kajian Potensial Pengembangan Agrowisata Kawasan

Gunung Salak Endah. Buana sains vol 9 No 1. Hal: 31-45

Pendit, N.S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta.

Peraturan Kementerian Pariwisata No. 14 tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata

Berkelanjutan.

Pitana, I Gde, Putu G.Gayatri.2005. Sosiologi Pariwisata. Andi. Yogyakarta.

Rackhman, Arief F, Husen Hutagalung, Patrick Silano. 2013. Pemandu Wisata: Teori &

Praktek. Media Bangsa. Jakarta.

Ramdan, R.M. dan Ihkwana, A. 2016. Analisa Kelayakan Pengembangan Wisata di Desa

Cimareme Kecamatan Banyuresmi Garut. Jurnal Kalibrasi. Vol. 14 No. 1 Hal : 101-

110.

Rodríguez LJ, Preston TR, and Lai NV. 1998. Integrated farming systems for efficient use of

local resources.Proceedings of the Internet Conference on Integrated Bio-Systems.

Sarkar, A.K., R.S. Singh, M.S. Yadav,and C.S. Singh. 2011. Integrated Farming System for

Sustainable Production. Agrotech Publishing Academy.

Sastrayuda, G. 2010. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi

Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure. Hal :1-58

Simatupang. 2009. Pengaturan Hukum Kepariwisataan Indonesia. PT. Alumni: Band.

Sulistyantara, B. 1990. Pengembangan Agrowisata di Perkotaan, Proseding Simposisum dan

Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 1990, Bogor, 13-14 Oktober 1990.

Tokrishna, R. 2004. Integrated Livestock – Fish – Farming Systems In Thailand. Wiley.

Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan.

http://dpdhpisulut.wordpress.com

Page 42: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

39

Usman, Lukman, H., dan Ihyani M., 2012. Strategi Pemerintah Daerah dalam Pengembangan

Agrowisata di Kabupaten Bantaeng. Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. II No. 2 Hal 191-

200.

Yoeti, Oka A. 2008. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Page 43: AGROECOTOURISM DAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

40

TENTANG PENULIS

Moh. Ega Elman Miska, SP, MSi lahir di Tegal pada tanggal 26

September 1990 sebagai anak pertama dari pasangan (Alm.) Abdul

Ghoffar dan Sri Mujiharsih. Pada tanggal 11 Januari 2015 penulis

menikah dengan Kiki Sri Lestari.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar

Negeri Slawi Wetan II Slawi-Tegal (Tahun 2002), sekolah menengah

pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Slawi- Tegal (Tahun 2005)

dan sekolah menengah atas di Sekolah Menengah Atas 3 Slawi-Tegal

(Tahun 2008). Pendidikan sarjana ditempuh di program studi Agroteknologi, Fakultas

Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, lulus pada tahun 2013. Pada tahun

2013 penulis mendapatkan kesempatan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri

(BPP-DN) Calon Dosen untuk melanjutkan ke program magister di program studi Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan bidang keahlian

Agronomi dan Hortikultura. Penulis juga mengikuti kegiatan The Spring Bioresource

Program yang diselenggarakan oleh College of Bioresource, Mie University, Japan pada 15

Maret – 18 April 2015 . Pada kegiatan tersebut penulis menyampaikan sebagian hasil

penelitian.

Penulis saat ini bekerja sebagai Dosen Program Studi Agroteknologi di Fakultas Teknologi

Industri Universitas Gunadarma (2016- sekarang). Selama menjadi dosen, beberapa mata

kuliah yang diampu adalah Pengantar Ekonomi Pertanian; Pengantar Arsitektur Lanskap;

Budidaya Nir Tanah; dan Agroecotourism dan Sistem Pertanian Terpadu. Penulis juga

dipercaya sebagai Kepala Laboratorium Agroteknologi Menengah di Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma.