AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD...

140
AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD ASHRAF GHANI DALAM MEMBANGUN GOOD GOVERNANCE DI AFGHANISTAN TAHUN 2014-2016 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Adilah Yasmin Hatta 1113112000003 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD...

Page 1: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA

MOHAMMAD ASHRAF GHANI DALAM MEMBANGUN

GOOD GOVERNANCE DI AFGHANISTAN TAHUN 2014-2016

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Adilah Yasmin Hatta

1113112000003

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

"t

AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOIIAMMAI)ASIIRAF GIIAI\I DALAM MEMBAI\GUN GOOD GOVERNANCEDI

AFGHANISTAI\ TAIIUN 2014-2016

. SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Adilah Yasmin Hatta1 I 131 12000003

Perrbimbing

Program Studi Ilmu PolitikFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Ilidayatullah Jakarta2017

NIP. 1 965 1 212199203100 4

Page 3: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

PERNYATAAI\ BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD

ASHRAF GHAI\I DALAM MEMBAI\GUN GOOD GOVERNANCEDI

AFGHANISTAN TAHUN 2014.2016

Merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UbI)

S yarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UnD Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan aari tarya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1.

2.

J.

Jakarta, 10 April2017

Page 4: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama

NIM

: Adilah Yasmin Hatta

:1113112000003

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan skripsi dengan judul:

AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI:

ASHRAF GHANI DALAM MEMBANGUN

UPAYA MOIIAMMAD

GOOD GOVERNANCE DI

AFGHANISTAI\ TAIIIJN 2014.2O16

dan telah memenuhi persyaratan untuk digji.

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Jakarta, l0 April2017at' .

Menyetujui,

Pembimbing

Jt*Dr. Idine Rosvidin HasanNIP. 19701013200501 1003

NIP.1965121 t1992031004

Page 5: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSIAGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD

ASHRAF GHANI DALAM MEMBANGUN GOOD GOYERNANCEDIAFGHANISTAN TAHUN 2014.2016

Oleh

Adilah Yasmin Hatta

I 1 131 12000003

Telah dipertahankan dalam sidang skripsi ini di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada27 April 2017.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos) pada program Studi Ilmu Politik.

Ketua, --v\-firu

Dr. Idine Rosyidin Hasan

NIP. 19701013200501 1 003

NIP. 1 96208 192001 121001

Diterima dan dinyatakan memenuhi

Ketua Pogram Studi,Ilmu Politik

Jt*Dr. Iding Rosyidin HasanNIP. 19701013200501 1003

tll

Fffi\',\),j [r/Suryani. M.Si.NIP. 1 9770 4242007 rcZAA3

Pen'guji II,

Dr. Sirojuddin Aly. MA.NrP. 19s406052001 121001

syarat kelulusan pada tanggal2T Apil2017

Page 6: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

iv

ABSTRAKSI

Adilah Yasmin Hatta

Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad Ashraf Ghani dalam

Membangun Good Governance di Afghanistan Tahun 2014-2016.

Skripsi ini menganalisa tentang agenda konsolidasi demokrasi di

Afghanistan dan upaya Mohammad Ashraf Ghani dalam membangun good

governance di Afghanistan, terhitung sejak tahun 2014 sampai dengan tahun

2016. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apa saja kebijakan Mohammad

Ashraf Ghani terhadap penguatan demokrasi dan bagaimana dampak kebijakan

tersebut dalam membangun good governance di Afghanistan. Penelitian ini

dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara dengan tokoh yang terkait di

bidang yang berkaitan dengan judul penelitian. Pasca terselenggaranya tiga kali

pemilihan umum presiden di Afghanistan, yakni pada tahun 2004, 2009 dan 2014,

menjadi titik akhir masa transisi demokrasi dan diharapkan menjadi titik awal

dimulainya konsolidasi demokrasi. Mohammad Ashraf Ghani bersama dengan

National Unity Government berupaya untuk membangun demokrasi yang lebih

stabil dan pemerintahan yang baik (good governance) di Afghanistan.

Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori konsolidasi

demokrasi dan teori good governance. Melalui hasil analisa dengan teori ini,

peneliti menyimpulkan bahwa sekalipun telah dilaksanakan 3 kali pemilu

demokratis secara berkala di Afghanistan, hal tersebut bukan jaminan konsolidasi

demokrasi mampu tercapai. Begitupun dengan membangun good governance,

dalam pengimplementasiannya Mohammad Ashraf Ghani belum mampu

menjangkau secara keseluruhan. Namun, harus diakui bahwa setiap kebijakan

yang diterapkan pasti memiliki kelemahan, dan setidaknya Ashraf Ghani sudah

memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang ia telah janjikan. Afghanistan

masih patut belajar untuk membangun dan mendesain struktur institusi yang lebih

efektif, transparan, responsiveness dan accountable untuk membentuk struktur

pemerintahan yang baik.

Kata Kunci : Afghanistan, Demokrasi, Good Governance, Konsolidasi

Page 7: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan

hidayah-Nyalah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad Ashraf

Ghani dalam Membangun Good Governance di Afghanistan Tahun 2014-

2016”. Tidak lupa Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada

junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang membawa manusia dari alam

kegelapan menuju alam yang terang benderang.

Adapun dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis mengalami banyak

tantangan, namun berkat bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak,

akhirnya skripsi ini mempu terselesaikan dengan baik, sesuai dengan waktu yang

telah penulis targetkan. Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada seluruh dosen FISIP, terutama Prof. Dr. Zulkifli selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Iding Rosyidin,

M.Si, dan Suryani, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Politik,

Dr. Ali Munhanif, MA, sebagai dosen pembimbing penulis yang sejak awal

mendukung dan memotivasi penulis untuk melanjutkan karya ilmiah ini sampai

penulis mampu menyelesaikannya. Tidak lupa penulis juga berterima kasih

kepada penguji 1 dan penguji 2, Dr. Sirojuddin Aly dan Dr. Sya‟ban Muhammad

atas koreksi dan bimbingannya, serta untuk seluruh dosen FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, penulis berterima kasih atas segala ilmu yang telah

diberikan. Semoga ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi penulis di masa mendatang.

Kemudian teruntuk kedua orang tua penulis, I would like to say thank you to

my mother and father for everything you have done for me. I could not have asked

for better parents. Teruntuk kedua saudariku, kakak dan adik saya, Nurul Zafirah

Hatta dan Jilan Tsamarah Hatta, penulis ingin menyampaikan salam paling rindu

untuk kalian. Meskipun kami dipisahkan oleh jarak dan waktu, hal tersebut bukan

penghalang bagi kami untuk saling memotivasi satu sama lain. Penulis berharap

kami bertiga bisa bersama-sama berusaha untuk menjadi kebanggaan keluarga dan

bekerja keras atas segala hal yang ingin kami capai.

Page 8: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

vi

Selanjutnya untuk Kak Bayu Aji Bagus Prasetiyo, terima kasih sudah

mengajarkan penulis bahwa tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dilakukan

secara instan, karena usaha tidak akan membohongi hasil. Penulis berharap kami

bisa bersama-sama membawa hal positif dan bermanfaat dimanapun kami berada

and be educated adalah hal prioritas.

Teruntuk sahabat penulis selama tinggal di Jakarta, Tiara Azaria Amanda,

Eka Yulianti dan Lisa Septiani, i’ve never being so happy to met someone that is

so far away, you mean the world to me and you know it. Terima kasih paling tulus

dari penulis untuk kalian, yang selalu menemani, mendukung dan memberi

kepercayaan kepada penulis di saat dunia tidak bersahabat. Sukses selalu untuk

kalian.

Kepada Ayah dan Ibu Tiara, tidak lupa penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih. Mereka adalah pengganti orang tua penulis selama merantau, yang

selalu membuka lebar pintu rumahnya untuk penulis kunjungi. Terima kasih pula

kepada teman-teman kelas A dan B Politik UIN Jakarta angkatan 2013, yang

selalu menjadi tempat penulis untuk bercerita dan berkonsultasi mengenai hal

apapun, terima kasih pula untuk teman-teman kelas A yang lainnya.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan, walaupun penulis sudah berusaha dengan sebaik-

baiknya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan guna penyempurnaan penyusunan dan penulisan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat memperluas serta menambah pengetahuan

bagi kita semua.

Jakarta, 8 April 2017

Adilah Yasmin Hatta

Page 9: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK .................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ............................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9

E. Metode Penelitian................................................................................. 13

F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 15

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 15

BAB II KERANGKA TEORETIS

A. Konsolidasi Demokrasi ........................................................................ 17

B. Good Governance................................................................................. 21

BAB III PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI AFGHANISTAN

A. Profil Negara Afghanistan.................................................................... 27

B. Lahirnya Demokrasi Pasca Jatuhnya Rezim Taliban ........................... 33

C. Proses Transisi Demokrasi ................................................................... 37

1. Terbentuknya Pemerintahan Transisional Afghanistan ................. 37

Page 10: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

viii

2. Pemilihan Umum 2004 .................................................................. 40

3. Pemilihan Umum 2009 .................................................................. 44

BAB IV MOHAMMAD ASHRAF GHANI DAN AGENDA KONSOLIDASI

DEMOKRASI

A. Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional pada Pemilu 2014 ... 48

B. Kebijakan Pemerintahan Mohammad Ashraf Ghani ........................... 60

1. Kebijakan Pemberantasan Korupsi ................................................ 61

2. Kebijakan dalam Penegakan Hak-Hak Perempuan........................ 71

3. Kebijakan Melawan Kelompok Islam Radikal (Taliban) .............. 77

C. Implementasi Kebijakan dalam Membangun Good Governance ........ 87

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 95

B. Saran ..................................................................................................... 98

Daftar Pustaka .................................................................................................. 99

Lampiran-lampiran ........................................................................................... 109

Page 11: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Provinsi di Afghanistan ....................................................... 28

Tabel 3.2. Hasil Perolehan Suara Pilpres 2009 ................................................ 43

Tabel 4.1. Hasil Perolehan Suara Pemilu 2014 Putaran Pertama .................... 50

Diagram 4.1. Tugas dan Wewenang HCAC .................................................... 66

Diagram 4.2. Proses Penanganan ACJC .......................................................... 68

Page 12: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Peta Negara Afghanistan ............................................................. 27

Page 13: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

xi

DAFTAR SINGKATAN

ACC : Anti-Corruption Courts

ACJC : Anti-Corruption Criminal Justice Center

AGO : Attorney General’s Office

CEO : Chief Executive Officer

HCAC : High Council Governance, Rule of Law and Anti-

Corruption

HOO : High Office of Oversight and Anti-Corruption

IARCSC : Independent Administrative Reform and Civil Services

Commission

IEC : The Independent Election Commission

KIP : Komisi Independen Pemilu Afghanistan

MCTF : Major Crimes Task Force

NATO : North Atlantic Treaty Organization

NDS : National Directorate of Security

NPA : National Procurement Authority

NPC : National Procurement Commission

NSP : National Solidarity Programme

NUG : National Unity Government

RAWA : The Revolutionary Association of the Woman of

Afghanistan

SAO : Supreme Audit Office

Page 14: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Tahun 2014 menjadi titik penting dari perjalanan dan dinamika

demokratisasi di Afghanistan. Setelah melewati dua kali pemilihan umum yang

memberi ruang partisipasi masyarakat Afghanistan pada 2004 dan 2009,

pemilihan umum presiden 2014 kembali diselenggarakan di negara itu. Banyak

kalangan berharap bahwa, setelah sekian lama dilanda konflik dan ketidakpastian

transisi politik pasca perang, penyelenggaraan pemilihan presiden kali ini

merupakan batas akhir masa transisi demokrasi dan menjadi titik awal dimulainya

konsolidasi demokrasi. Hal ini bukan saja merupakan momentum politik biasa

(dalam konteks siklus demokrasi), melainkan momentum sejarah untuk

Afghanistan yang meningkat posisinya menjadi negara demokrasi yang stabil.

Perkembangan arus demokratisasi di Afghanistan yang berjalan begitu

cepat, terhitung sejak jatuhnya rezim Taliban pada 20011 menandai transisi

menuju demokrasi di Afghanistan. Pengalaman Afghanistan yang berada dalam

kurungan rezim otoriter sebelumnya tentu saja sedang mencari pola demokratisasi

yang tepat untuk dipraktekkan. Hamid Karzai yang terpilih sebagai Presiden

Afghanistan pada tahun 2004 melalui pemilihan umum menjadi awal

1 Rezim Taliban dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan dibantu oleh pasukan Aliansi Utara

melalui penyerangan darat dari tiga arah (masing-masing menuju Kabul, Qandahar dan Jalalabad).

Gempuran ini memang telah melumpuhkan Taliban pada Desember 2001. Kurang dari seminggu

setelah Kabul jatuh, meski Taliban tidak pernah memberi konfirmasi tentang kemundurannya,

Amerika mengumumkan jatuhnya Taliban dan menyerahkan kekuasaan pada Hamid Karzai,

seorang yang loyal kepada Amerika Serikat. Dilihat dari buku Iwan Hadibroto, Perang

Afghanistan: di Balik Perseteruan Amerika Serikat vs. Taliban, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 121.

Page 15: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

2

keberangkatan Afghanistan menuju sebuah negara yang oleh sarjana politik

sebagai “transisi menuju demokrasi”.

Dilanjutkan dengan terpilihnya kembali Hamid Karzai melalui pemilihan

umum pada 2009, menjadi langkah Afghanistan dalam mempersiapkan fase

demokratisasi yang berikutnya. Hal ini semakin nampak ketika

diselenggarakannya sidang parlemen pertama yang melibatkan 351 anggota

parlemen yang dipilih secara demokratis,2 kultur politik tradisional, khususnya

yang ditandai dengan kuatnya peran budaya Islam dan ulama, secara perlahan

berganti menjadi kultur politik demokratis di mana peran masyarakat Afghanistan

semakin besar dalam mempengaruhi keputusan pemerintah. Tidak berlebihan jika

dikatakan bahwa kepemimpinan Karzai pada periode yang kedua menjadi sebuah

landasan yang mempersiapkan Afghanistan untuk melangkah ke fase

demokratisasi selanjutnya.

Kemudian pada 2014, pemilihan umum kembali dilaksanakan. Pemilihan ini

menjadi harapan terbesar bagi masyarakat Afghanistan untuk menyeleksi

pemimpin yang memang benar-benar berkualitas dengan melibatkan seluruh

kepentingan masyarakat. Akan tetapi, pelaksanaan pemilu tersebut menjadi proses

transfer kekuasaan yang panjang sebab masing-masing dari calon kandidat

mengklaim menang dalam pemilihan umum tersebut.

Persoalan mengenai hasil pemilu 2014 diselesaikan dengan jalan damai.

Kesepakatan pembagian kekuasaan atau pembentukan Persatuan Nasional (Unity

Goverment) dipandang sebagai jalan terbaik bagi penyelesaiaan sengketa pemilu

2 BBC Indonesia, “Parlemen Afghanistan Dibuka”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/12/051219_afghanparliament.shtml pada 15

November 2016.

Page 16: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

3

di Afghanistan. Hal ini merupakan saran dari pihak yang sejak awal mengkawal

proses demokrasi di Afghanistan, yakni Amerika Serikat. Mohammad Ashraf

Ghani terpilih sebagai Presiden Afghanistan dan Abdullah Abdullah sebagai

Ketua Dewan Eksekutif yang setara dengan Perdana Menteri.3 Penyelenggaraan

pemilihan umum tersebut merupakan wujud dari keberhasilan proses

demokratisasi di Afghanistan yang berlangsung selama tiga kali pemilu

demokratis.4

Menurut Samuel P. Huntington, perjalanan suatu negara ke arah demokrasi

sejatinya melalui 3 tahapan penting, yakni; (1) Berakhirnya Rezim Otoriter, (2)

Munculnya pemerintahan demokratis, dan (3) Adanya konsolidasi demokrasi. Era

transisi demokrasi mestinya telah berakhir setelah dua kali pemilu berkala secara

demokratis, dimana pemilu-pemilu itu mengantarkan ke suatu rezim demokratis,

bekerja atas dasar konstitusi yang demokratis pula.5

Pernyataan Samuel P. Huntington kemudian diperkuat lagi oleh Azyumardi

Azra. Menurutnya, untuk mengamati demokratisasi suatu negara tidak hanya

dinilai pada proses jalannya pemilu karena terdapat kriteria lain yang harus

dimiliki oleh suatu negara sehingga dikatakan sukses atau gagal dalam mencapai

transisi demokrasi, yaitu dapat dilihat melalui komposisi elit politik, desain

institusi politik, kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik di kalangan

3 The Guardian, “Afghan President Mohammad Ashraf Ghani Inaugurated After Bitter

Campaign”, artikel ini diakses dari https://www.theguardian.com/world/2014/sep/29/afghan-

president-ashraf-ghani-inaugurated pada 27 Oktober 2016. 4 Iran Indonesian Radio, “Membangun Demokrasi di Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/78993-Membangun_Demokrasi_di_Afghanistan pada

tanggal 16 November 2016. 5 Tahapan transisi dan gelombang demokrasi ini lebih jauh dapat dilihat dalam karya

Samuel P. Huntington, The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century, (London:

University of Oklahoma Press, 1991), yang diterjemahkan versi Indonesia Gelombang

Demokratisasi Ketiga, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2001), h. 342.

Page 17: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

4

elit dan non elit, serta peran civil society (masyarakat madani) itu sendiri.

Keempat faktor tersebut harus berjalan secara sinergis dan sebagai modal untuk

mengonsolidasikan keteguhan demokrasi.6

Dari pemaparan kedua tokoh di atas, dipahami bahwa Afghanistan telah

berhasil mambangun demokrasi di negaranya melalui era pemerintahan Hamid

Karzai. Keberhasilan dapat diraih karena Afghanistan—meskipun sebagai negara

yang baru dalam mengimplementasikan demokrasi—mampu melakukan sejumlah

langkah dan kebijakan penting yang menjadi landasan untuk memastikan transisi

demokrasi itu tercapai. Dalam hal ini, tahapan-tahapan yang dimaksud oleh

Samuel P. Huntington ialah yakni; pertama, jatuhnya pemerintahan Taliban,

kedua munculnya pemerintahan demokratis Hamid Karzai, dan agenda

selanjutnya adalah konsolidasi demokrasi.

Menurut pakar politik Guillermo O‟Donnel7, konsolidasi demokrasi

merupakan fase di mana stabilitas dan ketahanan demokrasi terjadi dalam sebuah

rezim. Sedangkan pakar lainnya, Larry Diamond,8 menyebut konsolidasi sebagai

legitimasi demokrasi yang secara luas dan kuat diterima sebagai suatu “rezim”

yang benar dan tepat bagi masyarakat. Proses konsolidasi tidak selalu bersifat

linear. Dalam banyak kasus, setelah transisi dikatakan berakhir, masih terdapat

banyak tugas yang harus diselesaikan, kondisi yang harus diciptakan, dan sikap

6 Azyumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Jakarta:

Prenada Media, 2005), h. 135. 7 Guillermo O‟Donnel, Philippe C. Schmitter dan Laurence Whitehead, Transisi Menuju

Demokrasi: Tinjauan Berbagai Perspektif, (Jakarta: LP3ES, 1993), h. 6-7. 8 Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, (Yogyakarta: IRE Press,

2003), h. 84.

Page 18: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

5

serta kebiasaan yang harus diperkuat sebelum demokrasi bisa dianggap

terkonsolidasi.9

Selain itu, menurut Saiful Mujani, agar demokrasi terkonsolidasikan, warga

negara diharapkan menjadi seorang yang setia, yakni yang tertarik pada politik

dan percaya pada institusi politik.10

Kepercayaan masyarakat yang lemah terhadap

partai politik akan menyebabkan demokrasi juga melemah, dan dari sini partai

politik harus memainkan peranan-peranan dan fungsi-fungsinya yang strategis.

Sementara itu, pandangan yang berbeda disampaikan Frans Beker dan Rene

Cuperus, menurutnya meluasnya konsolidasi demokrasi tidak senantiasa berjalan

secara linear dengan menguatnya peran partai politik sebagai lembaga

intermediasi kepentingan antara rakyat dan pemerintah. Karena melihat realita

yang ada di sejumlah negara, partai politik bahkan mulai digantikan perannya oleh

organisasi-organisasi mediasi yang menjadikan dirinya sebagai perantara opini

antara masyarakat dan negara.11

Semakin banyaknya individu atau lembaga yang

ikut berpartisipasi dalam mengawal demokratisasi, maka semakin terkonsolidasi

demokrasi.

Pemilu 2014 menjadi titik penentu bagi proses konsolidasi demokrasi di

Afghanistan. Ketua Dewan Pers Nasional Afghanistan, Abdul Hamid Mubariz

menilai peran pemuda dan perempuan sangat dominan dalam pilpres 2014. Dia

mengatakan bahwa 65 persen populasi rakyat Afghanistan dibentuk oleh pemuda

9 Mun‟im A. Sirry, Dilema Islam Dilema Demokrasi: Pengalaman Baru Muslim Dalam

Transisi Indonesia, (Bekasi: Gugus Press, 2002), h. 93. 10

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru, h. 323. 11

Akbar Tandjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik

Era Transisi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 2-3.

Page 19: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

6

di bawah 30 tahun, dan sekarang perempuan terlibat aktif di banyak ranah politik

dan sosial. Para pengamat politik juga mengatakan, terlepas dari siapa yang akan

memenangi kontes demokrasi itu, pelaksanaan sukses pilpres Afghanistan

mengirim sejumlah pesan pada tingkat nasional, regional, dan internasional.

Mengenai pesan-pesan tersebut, rakyat Afghanistan dengan partisipasi luasnya

dalam pemilu menunjukkan bahwa mereka mulai memahami bahwa suara dan

peran mereka sangat menentukan masa depan negara.12

Namun, tidak semua proses tersebut bisa selalu berlangsung mulus. Ada

negara yang berhasil menjalani transisi, tetapi gagal menjalani konsolidasi

demokrasi. Proses demokratisasi merupakan sesuatu yang memang tidak mudah

dan butuh kesungguhan, konsistensi, kesabaran, serta penyediaan infrastruktur

yang memadai. Begitupula dengan perjalanan demokrasi di Afghanistan, bukan

tidak mungkin jika seorang pemimpin mempunyai kelemahan dalam

menyelesaikan segala persoalan pemerintahan, seperti yang terjadi di Afghanistan

di era kepemimpinan Hamid Karzai.

Tingkat pengangguran di Afghanistan yang semakin meningkat, tidak

adanya kebijakan anggaran yang transparan, serta para pejabat menjadi lebih kaya

dari hari ke hari, telah membuat perekonomian di Afghanistan saat itu menjadi

tidak stabil. Transparency International (TI) yang merupakan organisasi non-

pemerintah telah mempublikasikan bahwa rezim Hamid Karzai berada dalam

daftar tertinggi sistem pemerintahan yang paling korup. Informasi ini cukup

12

Iran Indonesian Radio, “Membangun Demokrasi di Afghanistan”.

Page 20: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

7

kredibel mengingat definisi korupsi sebagai tindakan penyalahgunaan kekuasaan

yang dipercayakan untuk keuntungan pribadi.13

Selain itu, kegagalan Hamid Karzai dalam mempertahankan keamanan

nasional juga menjadi hal yang cukup diperbincangkan oleh para pengamat

politik. Padahal pemerintah Afghanistan saat itu bersama dengan pasukan koalisi

pimpinan NATO (North Atlantic Treaty Organization) telah bersusah payah

menata kehidupan sosial politik dan keamanan agar bebas dari gangguan serangan

milisi Taliban.14

Seluruh pelaksanaan NATO menyebabkan penderitaan besar

bagi masyarakat Afghanistan.15

Tentu hal itu menjadi kewajiban kepemimpinan selanjutnya dalam

membangun Afghanistan yang lebih progresif. Terpilihnya Mohammad Ashraf

Ghani pada September 2014 diharapkan mampu menciptakan tata pemerintahan

yang baik (good governance) bagi Afghanistan. Tata pemerintahan yang baik

dalam hal ini adalah pelayanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat

diandalkan dan pemerintahan yang bertanggung jawab.

Harapan dan keinginan mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good

governance) juga merupakan tekad yang pernah diucapkan oleh Mohammad

Ashraf Ghani saat beliau dilantik sebagai Presiden Afghanistan yang secara

13

New York Times, “Corruption Remains Intractable in Afghanistan Under Karzai

Government”, artikel ini diakses dari http://www.nytimes.com/2012/03/08/world/asia/corruption-

remains-intractable-in-afghanistan-under-karzai-government.html pada 17 November 2016. 14

BBC Indonesia, “NATO Dianggap Gagal oleh Presiden Karzai”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131008_afghanistan_nato pada 17 November 2016. 15

Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengkritik NATO gagal menciptakan stabilitas di

negaranya selama satu dekade misinya di negeri itu. Dalam bidang keamanan, seluruh pelaksanaan

NATO menyebabkan penderitaan besar bagi warga Afghanistan. Dilihat dari Kompas, “Hamid

Karzai: NATO Gagal Di Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://tekno.kompas.com/read/2013/10/08/1816472/Hamid.Karzai.NATO.Gagal.di.Afghanistan

pada 17 November 2016.

Page 21: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

8

langsung dipilih oleh rakyat.16

Harapan dan keinginannya ini diimplementasikan

ke dalam kebijakan-kebijakannya selama menjabat, terhitung sejak tahun 2014

sampai dengan 2016, setelah melewati masa transisi demokrasi.

Tahun 2014 diharapkan menjadi momentum tegaknya pemerintahan yang

bersih serta bebas korupsi, dan berakhirnya krisis berkepanjangan yang dialami

masyarakat Afghanistan. Untuk itu, skripsi ini akan lebih memfokuskan pada

upaya-upaya yang dilakukan oleh Mohammad Ashraf Ghani dalam membangun

good governance di Afghanistan, terhitung sejak tahun 2014 sampai dengan 2016.

B. Rumusan Masalah

Melihat permasalahan yang tertulis dalam pernyataan masalah di atas,

penulis merumuskan beberapa masalah untuk dijawab dalam skripsi ini, yaitu:

1. Apa saja kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Mohammad Ashraf

Ghani yang mengarah pada penguatan demokrasi?

2. Bagaimana dampak kebijakan-kebijakan tersebut dalam membangun

good governance di Afghanistan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang sudah dipaparkan di atas, maka

terdapat beberapa tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini:

a. Untuk menjelaskan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Mohammad

Ashraf Ghani yang mengarah pada penguatan demokrasi.

16

CNN Indonesia, “Presiden Baru Afghanistan Dilantik”, artikel ini diakses dari

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20140929202153-120-4681/presiden-baru-

afghanistan-dilantik/ pada 19 Januari 2017.

Page 22: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

9

b. Untuk mendeskripsikan dampak kebijakan-kebijakan Mohammad

Ashraf Ghani dalam membangun good governance di Afghanistan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui perkembangan demokrasi di Afghanistan di masa

sekarang.

b. Sebagai pengembangan ilmu politik tentang kajian demokrasi di Asia

Selatan, khususnya Afghanistan.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka di skripsi ini dimengerti sebagai kajian atau tinjauan

terhadap literatur, buku dan artikel ilmiah yang dianggap relevan untuk diteliti dan

menjadi landasan penulis untuk memposisikan penelitian tentang Afghanistan

ini.17

Penggunaan tinjauan pustaka ini merupakan sesuatu yang kami anggap

penting, karena diperlukan untuk menyusun peta konsep. Karenanya, dibutuhkan

beberapa buku acuan, tulisan ataupun teori untuk membahas dan menganalisis

agenda konsolidasi demokrasi di Afghanistan. Berikut beberapa literatur yang

penulis gunakan dalam memetakan penelitian ini, baik dari segi perdebatan

akademik, perbandingan kasus maupun kerangka teoritis.

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Proses Demokrasi di Myanmar: Analisa

Terhadap Dinamika Politik Myanmar Tahun 2011-2012, ditulis oleh Ikhwan

17

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),

h. 156.

Page 23: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

10

Efendi18

. Skripsi ini menganalisa tentang proses demokrasi yang terjadi di

Myanmar sejak tahun 2011-2012. Adanya perubahan dari negara otoritarian

menjadi negara yang demokratis dialami oleh Myanmar yang sedang berusaha

mereformasi politiknya dengan serius di bawah pemerintahan sipil yang baru

Thein Sein. Skripsi ini memaparkan mengenai faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi proses perubahan demokrasi Myanmar dan apa saja perubahan

demokrasi Myanmar yang telah terjadi sampai saat ini.

Literatur berikutnya ialah sebuah artikel yang dimuat dalam sebuah jurnal

ilmiah yang berjudul “Pembangunan Perdamaian Pasca-Konflik di Indonesia:

Kaitan Perdamaian, Pembangunan dan Demokrasi dalam Pengembangan

Kelembagaan Pasca-Konflik”. Artikel ini ditulis oleh Lambang Trijono.19

Artikel

tersebut secara khusus membahas masalah-masalah dan tantangan yang dihadapi

daerah-daerah pasca-konflik di Indonesia seperti Maluku, Maluku Utara, Poso,

Kalimantan Barat, dan lainnya, dan dalam tingkat tertentu mengalami konflik jauh

sebelum transisi demokrasi berlangsung. Fokus utama pembahasan ditujukan pada

bagaimana kemudian demokrasi hadir sebagai harapan penanganan damai yang

diharapkan membawa perbaikan pada kondisi sosial ekonomi dan keamanan di

masyarakat.

18

Ikhwan Efendi, “Proses Demokrasi di Myanmar: Analisa terhadap Dinamika Politik

Myanmar Tahun 2011-2012, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2013). 19

Lambang Trijono, “Pembangunan Perdamaian Pasca-Konflik di Indonesia: Kaitan

Perdamaian, Pembangunan dan Demokrasi dalam Pengembangan Kelembagaan Pasca-Konflik”,

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, No. 1 (Juli 2009: 48-70).

Page 24: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

11

Kemudian artikel yang berjudul “Konsolidasi Demokrasi” yang ditulis oleh

Kris Nugroho.20

Artikel ini secara khusus mengamati tentang proses

demokratisasi di Indonesia yang relatif dilanda berbagai gejolak. Diwarnai konflik

elite politik, konflik primordial dan ancaman-ancaman pemisahan diri dari

beberapa provinsi meyakinkan pembaca bahwa rezim Abdurrahman Wahid saat

itu tidak mampu mengantarkan Indonesia mencapai transisi demokrasi. Jurnal ini

memaparkan mengenai fase-fase demokratisasi yang harus ditempuh guna

mencapai demokrasi yang terkonsolidasi.

Selanjutnya ialah buku yang berjudul Gelombang Demokratisasi Ketiga

yang ditulis oleh Samuel P. Huntington.21

Buku ini membahas perkembangan

politik global pada akhir abad ke-20, yakni transisi yang dialami sekitar 30 negara

dari sistem politik non-demokratis ke sistem politik demokratis. Dalam buku ini

penulis menjelaskan mengapa dan bagaimana gelombang demokratisasi tersebut

terjadi dengan menganalisis faktor-faktor politik, ekonomi dan budaya yang akan

menentukan masa depannya.

Adapun artikel yang berjudul Implementasi Prinsip-prinsip Good

Governance dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik, ditulis

oleh Sondil E. Nubatonis, Sugeng Rusmiwari dan Son Suwasono.22

Artikel ini

menjelaskan untuk menciptakan pemerintahan yang baik salah satunya harus

melalui sistem pelayanan publik yang akuntabel. Pelayanan publik saat ini

20

Kris Nugroho, “Konsolidasi Demokrasi”, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,

Vol. XIV No. 2 (April 2001: 25-34). 21

Samuel P. Huntington, Gelombang Demokrasi Ketiga, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,

2001). 22

Sondil E. Nubatonis, dkk, “Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam

Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 3

No. 1 (2014: 16-20).

Page 25: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

12

memiliki berbagai kelemahan, yaitu kurang koordinasi, kurang bikrokratis, kurang

mau mendengar keluhan, dan kurang inefisien. Artikel ini secara khusus menelaah

upaya apa saja yang dilakukan guna mendorong terciptanya good governance

dalam pelayanan publik.

Selanjutnya adalah buku yang berjudul Analisis Masalah Good Governance

dan Pemerintahan Strategis, ditulis oleh Roby Arya Brata.23

Buku ini merupakan

hasil kontemplasi mendalam penulis atas permasalahan tata kelola pemerintahan

(good governance), anti-korupsi, hukum, dan kebijakan kontroversial

kontemporer yang diperdebatkan baik di masyarakat maupun komunitas kebijakan

(policy community). Berbagai isu kebijakan dibahas dalam buku ini, mulai dari

strategi dan paradigma baru KPK, reformasi konstitusi, Perang Suriah, terorisme,

penyadapan intelijen, hingga permasalahan yang berhubungan dengan tata

pemerintahan yang baik.

Kemudian untuk melengkapi informasi mengenai situasi dan kondisi politik

Negara Afghanistan, penulis menggunakan skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Hasanuddin yang berjudul Penyelesaian Konflik Afghanistan-

Pakistan Sebuah Pendekatan Rekonsiliasi, ditulis oleh Umiyati Haris.24

Skripsi ini

menggambarkan tentang konflik Afghanistan dan Pakistan hingga upaya

penyelesaian konflik kedua negara melalui proses rekonsiliasi. Pembahasan

difokuskan pada bagaimana penyelesaian konflik antara kedua negara tersebut.

23

Roby Arya Brata, Analisis Masalah Good Governance dan Pemerintahan Strategis,

(Jakarta: Pustaka Kemang, 2016). 24

Umiyati Haris, “Penyelesaian Konflik Afghanistan-Pakistan: Sebuah Pendekatan

Rekonsiliasi”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016).

Page 26: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

13

Berdasarkan ketujuh literatur yang penulis telah paparkan di atas, adapun

yang membedakan skripsi ini dibandingkan dengan penulis di atas adalah

pembahasan tentang agenda konsolidasi demokrasi yang terjadi di Afghanistan.

Beberapa tulisan di atas akan mengantarkan penulis untuk menerima informasi

tentang penjelasan mengenai topik skripsi ini.

E. Metode Penelitian

1. Tipe atau Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini telah banyak digunakan dalam studi

Ilmu Politik, karena para partisipan dalam dunia politik ada kecenderungan

bersedia berbicara tentang keterlibatan dan peran mereka dalam jabatan kekuasaan

formal.25

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Contohnya, dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat, dan perilaku

seseorang, di samping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau

hubungan timbal balik, dan lain-lain.26

Dengan begitu penulis berharap dapat

mengetahui serta memahami apa yang terjadi di balik fenomena yang kadang sulit

dipahami.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data berupa data primer.

Adapun data primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

25 David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik, (Bandung:

Nusamedia, 2002), h. 242. 26

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Tata Langkah dan

Teknik-Teknik Teoritisi Data), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, cet.1), h. 4.

Page 27: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

14

wawancara dan literatur bacaan. Wawancara adalah interaksi bahasa yang

berlangsung antara dua orang dalam situasi yang berhadapan, salah seorang yaitu

yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang

diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya.

Penulis melakukan wawancara dengan orang yang terkait dengan

penelitian yang sedang penulis teliti. Maka dalam hal ini wawancara dilakukan

dengan masyarakat Afghanistan asli, yaitu Mohammad Salim adalah seorang

profesor di bidang hukum, Ahmad Nadeem Kakar adalah seorang Office

Administrator Legal Education Support Program Afghanistan, kemudian S.

Hamidullah Husaini yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian

Luar negeri Kabul. Penulis juga melakukan wawancara dengan Patrice Lumumba.

Beliau merupakan Dosen Hubungan Internasional di Universitas Hasanuddin.

Sedangkan data primer lainnya ialah penulis menggunakan berupa bahan

bacaan mulai dari buku-buku, jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, artikel-artikel,

internet, serta yang berkaitan dengan penelitian ini. Untuk mendapatkan hal itu,

maka penulis berkunjung ke perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

perpustakaan Universitas Hasanuddin, perpustakaan Universitas Indonesia, serta

Perpustakaan Nasional.

F. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa data yang terkumpul, penulis menggunakan metode

deskriptif analisis, yaitu kegiatan menggambarkan dan menganalisa dengan cara

tertentu sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Proses analisis

data atau pengolahan data, dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

Page 28: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

15

dari berbagai sumber, kemudian direduksi dengan membuat abstraksi

penyederhanaan sebagai usaha membuat rangkuman inti dan untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Secara umum, teknik penulisan studi ini

bersandar pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” yang diterbitkan oleh

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dibagi ke dalam lima bab. Berikut adalah sistematika

penulisan dalam penelitian ini:

Bab I, penulis memaparkan mengenai pernyataan masalah yakni berisi

substansi permasalahan yang dikaji dalam penelitian, dalam hal ini ialah agenda

konsolidasi demokrasi di Afghanistan, upaya Mohammad Ashraf Ghani dalam

membangun good governance. Kemudian dipaparkan pula pertanyaan penelitian,

manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika

penulisan yang berkaitan dengan topik penelitian.

Bab II, penulis mengeksplorasi kerangka teori yang digunakan sebagai

rancangan konseptual guna menjawab pertanyaan penelitian ini. Teori yang

digunakan adalah teori konsolidasi demokrasi dan good governance.

Bab III, penulis memfokuskan pembahasan pada gambaran umum

mengenai perkembangan demokrasi di Afghanistan, dalam hal ini perjalanan

demokrasi, dimulai dari lahirnya demokrasi di Afghanistan pasca rezim Taliban,

serta proses transisi demokrasi di Afghanistan yang ditandai dengan pemilihan

umum.

Page 29: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

16

Bab IV, penulis melakukan analisa untuk mengetahui kebijakan-kebijakan

yang telah dibuat oleh Mohammad Ashraf Ghani yang mengarah pada penguatan

demokrasi, serta menjelaskan secara rinci mengenai dampak kebijakan tersebut

dalam membangun good governance di Afghanistan.

BAB V, penulis menjabarkan temuan-temuan yang diperoleh dalam

penelitian untuk dijadikan kesimpulan dan saran untuk penelitian lebih lanjut.

Page 30: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

17

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Pada bab ini, penulis akan mengambil dua teori sebagai rancangan

konseptual guna menjawab pertanyaan penelitian dalam studi ini, yakni: Pertama,

penulis menggunakan teori konsolidasi demokrasi sebagai tahapan akhir dalam

proses demokratisasi sebuah negara. Teori ini digunakan sebagai landasan untuk

menelaah bagaimana kriteria sebuah negara dikatakan berhasil dalam mencapai

tahapan konsolidasi demokrasi dalam proses demokratisasi suatu negara.

Kedua, penelitian ini juga akan memakai teori good governance untuk

melihat seberapa jauh komitmen Mohammad Ashraf Ghani dalam membangun

good governance di Afghanistan. Dalam hal ini, agenda politik dan kebijakan-

kebijakan Mohammad Ashraf Ghani, terhitung sejak tahun 2014 (saat ia terpilih)

hingga saat ini dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dan

politik di Afghanistan.

1. Konsolidasi Demokrasi

Menurut Guillermo O‟ Donnel dan Phillipe C. Schmitter, konsolidasi

demokrasi dapat diartikan sebagai (proses) penggabungan beberapa elemen

demokrasi untuk bersama-sama secara padu memfasilitasi demokratisasi politik.

Unsur yang terlibat dalam konsolidasi demokrasi adalah lembaga atau institusi

Page 31: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

18

politik, baik partai politik, elite, kelompok-kelompok kepentingan maupun

masyarakat politik.27

Sedangkan menurut Larry Diamond28

konsolidasi demokrasi adalah:

“Proses dengan apa demokrasi mendapatkan legitimasi yang luas dan kuat

dari warga negara, sehingga sangat kecil kemungkinannya ia akan ambruk.

Proses itu melibatkan perubahan perilaku dan institusi yang menormalkan

politik yang demokratis dan mengurangi tingkat ketidakpastiannya.

Normalisasi tersebut menuntut perluasan akses yang dimiliki oleh warga

negara, tumbuhnya budaya dan kewarganegaraan yang demokratis,

pelebaran ruang rekruitmen dan pelatihan kepemimpinan, dan fungsi-fungsi

lain yang dimainkan oleh civil society.”

Alasan mengapa konsolidasi demokrasi perlu dilakukan adalah untuk

membangun rezim demokratis yang kuat dan melembaga setelah runtuhnya rezim

otoriter. Setelah rezim otoriter berakhir, situasi politik tidak menentu (chaos),

fragmentasi sipil, militer frustasi dan merasa terpojokan atas perannya mendukung

rezim masa lalu dan norma, aturan dan prosedur (rule of the game) baru yang

mewakili sistem demokrasi belum terbentuk. Itulah sebabnya konflik-konflik

menjadi terbuka dan sulit dikendalikan mengingat penguasa baru belum punya

pijakan politik yang bisa absah diterima semua kelompok politik guna

menyelesaikan konflik-konflik politik yang muncul.29

Untuk itu, menurut Larry Diamond, paling tidak harus dipenuhi tiga syarat

utama untuk menuju konsolidasi demokrasi, yakni dilihat pada elit, organisasi dan

masyarakatnya. Sebagian besar elit atau tokoh dalam penggalangan opini publik,

27

Guillermo O‟Donnel, Philippe C. Schmitter dan Laurence Whitehead, Transisi Menuju

Demokrasi: Tinjauan Berbagai Perspektif, h. 5. 28

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 84-85. Dapat dilihat

pula dalam Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 221-222. 29

Kris Nugroho, “Konsolidasi Demokrasi”, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,

Vol. XIV No. 2 (April 2001: 25-34), h. 28.

Page 32: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

19

budaya, bisnis, organisasi sosial, pemerintahan dan politisi harus percaya bahwa

demokrasi adalah format politik terbaik bagi pemerintahan. Keyakinan mereka

terhadap demokrasi harus ditunjukkan dengan beberapa aksi nyata, seperti

publikasi tulisan dan aksi simbolik lainnya di ruang publik. Militer harus

ditempatkan sebagai entitas yang netral dalam artian berdiri di semua golongan

dan tidak memihak.30

Berdasarkan pernyataan di atas, esensi dari konsolidasi demokrasi adalah

legitimasi. Dalam hal ini, semakin tinggi keyakinan semua pihak bahwa

demokrasi adalah satu-satunya jembatan untuk menggapai kesejahteraan di

Afghanistan, semakin terkonsolidasi demokrasi suatu negara. Sebaliknya,

demokrasi berada dalam ancaman ketika semakin banyak aktor yang luntur

kepercayaannya terhadap demokrasi dan kemudian memiliki skenario lain yang

berlawanan dengan arus demokratisasi.

Hal serupa disampaikan oleh Juan J. Linz, menurutnya demokrasi menjadi

“the only game in town” (satu-satunya aturan yang berlaku). Keyakinan akan

demokrasi tersebut bahkan tetap terpelihara dalam situasi politik dan ekonomi

yang sangat buruk sekalipun, sehingga mayoritas rakyat tetap meyakini perubahan

politik harus tetap dilakukan berdasarkan parameter-parameter yang terdapat

dalam prosedur demokratis. Jadi, konsolidasi demokrasi membutuhkan lebih dari

sekedar pemilu.31

Sementara itu, Juan Linz menyebutkan ada lima kondisi yang saling

berkaitan dan saling menguatkan satu sama lain yang diperlukan agar demokrasi

30

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 87. 31

Juan J. Linz, Defining Crafting Democratic Transition, Constitutions, and Consolidation,

(Bandung: Mizan, 2001), h. 27.

Page 33: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

20

terkonsolidasi, yakni: (1) Kondisi yang memungkinkan pengembangan

masyarakat sipil yang bebas; (2) Adanya masyarakat politik yang otonom; (3)

Kepatuhan dari seluruh pelaku politik utama, terutama dari para pejabat

pemerintahan pada rule of law; (4) Harus terdapat birokrasi negara yang dapat

dipergunakan oleh pemerintahan demokratis baru (usable bureaucracy); (5)

Keharusan akan adanya masyarakat ekonomi yang terlembagakan.32

Kemudian masih dalam agenda konsolidasi demokrasi, Larry Diamond

mengajukan beberapa hal agar konsolidasi demokrasi dapat tercapai33

, yaitu:

1. Memperluas akses warga negara terhadap sistem peradilan dan

membangun suatu rule of law yang sesungguhnya;

2. Mengendalikan perkembangbiakan korupsi politik yang dapat

meningkatkan sinisme dan pengasingan dari proses politik;

3. Penguatan pembuatan hukum dan kekuasaan investigatif badan legistalif

sehingga menjadi badan yang profesional dan independen;

4. Desentralisasi kewenangan negara dan penguatan pemerintahan daerah,

sehingga demokrasi dapat lebih responsif dan bermakna bagi seluruh

warga negara di seluruh wilayah suatu negara;

5. Menciptakan partai-partai politik yang mampu memobilisasi dan

merepresentasikan kepentingan yang berkembang di masyarakat, bukan

hanya kepentingan personal para pemimpin dan lingkungan para politisi

belaka;

32

Juan J. Linz, Defining Crafting Democratic Transition, Constitutions, and Consolidation,

h. 28-34. 33

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 113-138.

Page 34: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

21

6. Membangun kekuatan masyarakat sipil dan media yang independen yang

dapat memelihara modal sosial, partisipasi warga, membatasi tetapi

memperkuat kewenangan konstitusional dari negara;

7. Memperkenalkan, baik di dalam maupun di luar sistem persekolahan.

Program pendidikan warga baru yang dapat menumbuhkan kemampuan

untuk berpartisipasi dan meningkatkan toleransi, nalar, moderasi dan

kompromi, yang merupakan tanda dari kewargaan yang demokratis.

2. Good Governance

Secara konseptual, good dalam Bahasa Indonesia adalah “baik” dan

“governance” adalah “pemerintahan”. Menurut LAN (Lembaga Administrasi

Negara), good governance mengandung dua pengertian, yakni34

:

a. Nilai-nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan

nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat yang dalam

pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan

dan keadilan sosial.

b. Aspek-aspek fungsional dan pemerintahan yang efektif dan efisien

dalam pelaksanaan tugasnya mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli dalam memahami arti good

governance, salah satunya menurut Robert Charlick. Ia mendefinisikan good

governance sebagai pengelolaan segala macam urusan publik secara efektif

melalui pembuatan peraturan dan/atau kebijakan yang baik demi untuk

34

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan, Akuntabilitas Dan Good Goverenance, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

dan Badan Penagwas Keuangan dan Pembangunan, 2000), h.5.

Page 35: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

22

mempromosikan nilai-nilai kemasyarakatan.35

Sedangkan good governance

menurut Mardiasmo adalah suatu konsep pendekatan yang berorientasi kepada

pembangunan sektor publik oleh pemerintahan yang baik.36

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo, good governance dianggap sebagai suatu

bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai adminstrasi

pembangunan, yakni menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi Agent

of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara

berkembang. Dikatakan Agent of change karena perubahan yang dikehendakinya,

menjadi planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of

Development. Agent of Development diartikan sebagai pendorong proses

pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, dan peran

perencanaan dalam anggaran.37

Selanjutnya, Bank Dunia mengartikan good governance sebagai pelayanan

publik yang efisien, sistem peradilan yang dapat diandalkan, pemerintahan yang

bertanggung jawab pada publiknya, pengelolaan kebijakan sosial ekonomi yang

masuk akal, pengambilan keputusan yang demokratis, transparansi pemerintahan

dan pertanggungjawaban finansial yang memadai, penciptaan lingkungan yang

bersahabat dengan pasar bagi pembangunan, langkah untuk memerangi korupsi,

35

Pandji Santosa, Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance, (Bandung:

Refika Aditama, 2008), h. 130. 36

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2002), h. 18. 37

Bintoro Tjokroamijojo, Good Governance: Paradigma Baru Manajemen Pembangunan,

(Jakarta: UI Press, 2000), h. 1.

Page 36: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

23

penghargaan terhadap aturan hukum, penghargaan terhadap HAM, kebebasan pers

dan ekspresi.38

Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa good governance adalah suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam

penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan kekuasaan demi pembangunan

masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan

peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat,

pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan kebijakan.

Sadu Wasistiono mengemukakan bahwa tuntutan akan good governance

timbul karena adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara dari nilai

demokratis sehingga mendorong kesadaran warga negara untuk menciptakan

sistem atau paradigma baru untuk mengawasi jalannya pemerintahan agar tidak

melenceng dari tujuan semula.39

Dalam hal ini, penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung

jawab baru tercapai bila dalam penerapan otoritas politik, ekonomi dan

administrasi ketiga unsur tersebut memiliki jaringan dan interaksi yang setara dan

sinerjik. Interaksi dan kemitraan seperti itu biasanya baru dapat berkembang subur

bila ada kepercayaan (trust), transparansi, partisipasi, serta tata aturan yang jelas

dan pasti.40

Tentu saja good governance di Afghanistan akan berkembang sehat di

bawah kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas.

38

Suto Eko, Mengkaji Ulang Good Governance, (Yogyakarta: IRE, 2008), h. 13. 39

Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, (Bandung:

Fokus Media, 2003), h. 23. 40

Sulastomo T.A. Legowo, Memadukan Langkah Membangun Indonesia Masa Depan,

(Jakarta: Gerakan Jalan Lurus, 2008), h. 111.

Page 37: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

24

Maka dari itu, membangun good governance adalah mengubah cara kerja

state, membuat pemerintah accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar

negara cakap untuk ikut berperan membuat sistem baru yang bermanfaat secara

umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang dapat

diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah karakteristik dan cara kerja

institusi negara dan pemerintah. Dalam hal ini, untuk mengakomodasi keragaman,

good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat wilayah politik.41

Oleh

karena itu, membangun good governance di Afghanistan adalah proyek sosial

yang besar dan agar menjadi realistis, usaha tersebut harus dilakukan secara

bertahap.

Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-

prinsip di dalamnya, dan bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak

ukur kinerja suatu pemerintahan dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang

baik. United Nations Development Programme pada paper pertamanya

mengidentifikasi karakteristik sistem kepemerintahan yang baik (the

characteristics of good system of governance) yaitu:42

“Legitimacy, freedom of association and participation and freedom of the

media, fair and established legal frameworks that are enforced impartially,

bureaucratic accountability and transparency, freely available and valid

information, effective and efficient public sector management, and

cooperation between governments civil society organizations”.

41

Loina Lalolo, Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan

Partisipasi, (Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2003), h. 6. 42

Joko Widodo, Good Governance: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era

Desentralisasi dan Otonomi Daerah, (Surabaya: Insan Cendekia, 2007), h. 24-25.

Page 38: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

25

Namun, dalam perkembangan berikutnya, United Nations Development

Programme (UNDP) sebagaimana yang dikutip oleh Lembaga Administrasi

Negara mengajukan karakteristik good governance, sebagai berikut:43

1. Participation. Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan

keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi

legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun

atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara

konstruktif.

2. Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang

bulu, terutama hukum untuk Hak Asasi Manusia.

3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat

diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami

dan dapat dimonitor.

4. Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba

untuk melayani setiap “stakeholders”.

5. Consensus Orientation. Good governance menjadi perantara kepentingan

yang berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan

yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-

prosedur.

43

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara dan Badan

Pengawas Keuangan dan pembangunan, 2000), h. 7.

Page 39: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

26

6. Equity. Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan,

mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan

mereka.

7. Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik

mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan

menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

8. Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor

swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung-jawab kepada publik

dan lembaga-lembaga “stakeholders”. Akuntabilitas ini tergantung pada

organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut

untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategic version. Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif

good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan

sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Berdasarkan beberapa karakteristik good governance menurut UNDP yang

dikemukakan di atas, Mardiasmo mengemukakan bahwa terdapat tiga pilar yang

saling berkaitan untuk mewujudkan good governance, yaitu partisipasi,

transparansi, dan akuntabilitas, serta terdapat satu elemen lagi yang dapat

mewujudkan good governance yaitu value for money (ekonomi, efisiensi, dan

efektifitas).44

44

Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, h. 18.

Page 40: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

27

BAB III

PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI AFGHANISTAN

A. Profil Negara Afghanistan

Afghanistan merupakan sebuah negara yang terletak di kawasan Asia

Selatan. Negara ini berbatasan dengan Turkmenistan, Uzbekistan, dan Tajikistan

di sebelah utara, dengan Pakistan di sebelah timur dan selatan, serta dengan Iran

di sebelah barat. Ibukota negara ini ialah Kabul. Afghanistan memiliki nama

nasional Daulah Islamiyah, atau Emirat Islam Afghanistan, dan mendapat

kemerdekaannya dari Inggris pada 19 Agustus 1949.45

Luas wilayah Afghanistan

yaitu 652.864 km2 (251.827 sq miles)46

dengan populasi sebanyak 32.564.342

juta jiwa47

pada bulan Juli 2015.

Gambar III.1. Peta Negara Afghanistan

Sumber: www.worldatlas.com

45

Verinder Grover, “Afghanistan: An Introduction,” dalam Verinder Grover (ed).,

Government and Politics of Asian Countries 1: Afghanistan, (New Delhi: Deep&Deep Publication

PVT.LTD, 2002), h. 1. 46

BBC.com, “Afghanistan Country Profile”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.com/news/world-south-asia-12011352 pada 2 Februari 2017. 47

Maps of World, “Afghanistan Map”, artikel ini diakses dari

http://www.mapsofworld.com/afghanistan/ pada 2 Februari 2017.

Page 41: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

28

Afghanistan memiliki 34 provinsi, namun tabel di bawah hanya menujukkan

29 provinsi dengan tidak mencantumkan 5 provinsi lainnya, yaitu Daykundi;

Khost; Nuristan; Panjhsir dan Sar-e Pul. Kemudian provinsi Kabul menempati

jumlah populasi terbanyak yakni sebanyak 1.373.572 jiwa. Namun, hal itu tidak

sebanding dengan luas wilayahnya yang hanya 4,585 km2. Hal tersebut

menunjukkan bahwa Kabul merupakan kota atau wilayah terpadat di Afghanistan.

Sedangkan provinsi Helmand dengan ibukota Lashgar Gah merupakan yang

terluas, dengan jumlah penduduk sebanyak 517.645 jiwa.

Tabel III.1. Daftar Provinsi di Afghanistan

Provinsi Ibu Kota Luas Populasi

Badakhshan Feyzabad 47,403 497,758

Badghis Qal‟eh-ye Now 21,858 233,613

Baghlan Baghlan 17,109 533,782

Balkh Mazar-e Sharif 12,593 580,146

Bamian Bamian 17,414 268,517

Farah Farah 47,788 234,621

Faryab Meymaneh 22,279 582,705

Ghazni Ghazni 23,378 646,623

Ghowr Chaghcharan 38,666 337,492

Helmand Lashgar Gah 61,829 517,645

Herat Heart 61,315 769,111

Jowzjan Sheberghan 25,553 588,609

Kabul Kabul 4,585 1,373,572

Kandahar Kandahar 47,676 567,204

Kapisa Mahmud-e-Eraqi 1,871 250,553

Konar Asadabad 10,479 250,122

Konduz Konduz 7,827 555,437

Page 42: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

29

Laghman Mehtar Lam 7,210 310,650

Lowgar Baraki Barak 4,652 216,241

Nangarhar Jalalabad 7,616 745,986

Nimruz Zaranj 41,356 103,634

Oruzgan Tarin Kowt 29,295 444,168

Paktia Gardez 9,581 482,158

Paktika Orgun 19,336 245,229

Parvan Charikar 9,399 504,750

Samangan Aybak 15,465 261,693

Takhar Taloqan 12,376 519,752

Vardak Kowt-e-Ashrow 9,023 285,557

Zabol Qalat 17,293 179,362

Sumber: Central Statistics Office Website, Maps of World

Kelompok-kelompok suku utama di Afghanistan adalah Pashtun48

(35-

40%), Tajik (25-30%), Uzbek (10%), Hazara (10-15%), Turkman (5%) dan lain-

lain (2%). Bahasa yang paling banyak digunakan adalah Afghan Persian atau

Dari, yaitu 50% dan merupakan bahasa resmi Afghanistan. Selain itu, bahasa Dari

juga digunakan sebagai bahasa penghubung antar-suku di Afghanistan.

Selanjutnya, terdapat bahasa Pashto yang merupakan bahasa resmi kedua dengan

presentasi sebesar 30%.49

Agama mayoritas di Afghanistan adalah Islam, yang

terdiri dari 84% Islam Sunni dan 15% Islam Syi‟ah.50

48

Pashtun adalah kelompok etnis dominan di Afghanistan. Mereka merupakan penganut

muslim Sunni dan menyebut diri mereka Afghan (suku bangsa dari Afghanistan). Dilihat dari

About Afghanistan, “A General Summary The Pashtun People”, artikel ini diakses dari

http://www.about-afghanistan.com/pashtun-people.html pada 31 Januari 2016. 49

Central Intelligence Agency Government, “World Factbook”, artikel ini diakses dari

https://www.cia.gov/library//publications/the-world-factbook/geos/af.html pada 2 februari 2017. 50

Verinder Grover, “Afghanistan: An Introduction”, h. 2.

Page 43: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

30

Bentuk Negara Afghanistan adalah republik dengan menganut sistem

hukum campuran antara hukum sipil, adat dan hukum. Jenis pemerintahan di

Afghanistan adalah unitary presidential republic yang dipimpin oleh presiden,

wakil presiden dan perdana menteri. Sedangkan sumber lain menyebutkan jenis

pemerintahan Afghanistan adalah Islamic Republic.51

Badan Eksekutif dalam sistem pemerintahan Afghanistan yang terdiri dari

chief of state, head of government dan cabinet. Badan Legislatif di Afghanistan

menganut sistem dua kamar atau bicameral National Assembly yang terdiri dari

Meshrano Jirga atau House of Elders dan diisi oleh 102 kursi. Selanjutnya Wolesi

Jirga atau House of People yang diisi dengan tidak lebih dari 250 kursi.52

Partai-partai yang ada di Afghanistan dipengaruhi oleh etnis yang membuat

etnis merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi aliansi politik. Presentasi

partai politik dan posisi untuk duduk dalam pemerintahan berdasarkan kelompok

etnis, yaitu Pashtun sebanyak 39%; Hazara 24%; Tajik 21%; Uzbek 6%; lain-lain

10% (termasuk Aimak, Arab, Baloch, Nuristan, Turkmen).53

Masyarakat Afghanistan hidup dengan berpedoman pada prinsip-prinsip

ajaran agama Islam yang disesuaikan dengan norma-norma suku Pashtun dan adat

istiadat lokal lainnya. Meski demikian, terdapat perbedaan pandangan terhadap

implementasi syari‟ah Islam di antara mereka. Ada yang liberal, konservatif,

maupun ortodoks.54

Namun, secara keseluruhan kehidupan sosial budaya

51

Afghan Web, “Politics Government”, artikel ini diakses dari http://www.afghan-

web.com/politics/government.html pada 31 Januari 2016. 52

Afghan Web, “Politics Government”. 53

Afghan Web, “Politics Government”. 54

Z.A. Maulani, Perang Afghanistan: Perang Menegakkan Hegemoni Amerika di Asia

Tengah, (Jakarta: Dalancang Seta, 2002), h. 4-5.

Page 44: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

31

masyarakat Afghanistan sangat kental dengan unsur agama Islam. Hal ini

dikarenakan hampir seluruh masyarakat Afghanistan, terutama etnis Pashtun,

merupakan muslim taat bahkan cenderung fanatik.

Hampir sepanjang sejarah Afghanistan, terutama dalam kurun waktu 20-30

tahun terkhir, kehidupan masyarakat Afghanistan diwarnai dengan kegiatan

pengungsian ke negara-negara tetangga terdekatnya, terutama Pakistan dan Iran.

Pada masa perang internal misalnya, yaitu sekitar tahun 1992 hingga 1994, jumlah

pengungsi Afghanistan di Pakistan adalah sekitar 3.2 juta penduduk dan di Iran

sebanyak 2.9 juta penduduk. Para pengungsi Afghanistan telah mengalami

gangguan-gangguan yang radikal dalam kebudayaan, organisasi sosial, serta

kehidupan perekonomian mereka, terutama sejak mereka diharuskan mengungsi

akibat perang yang berkepanjangan.55

Peperangan yang berlangsung selama bertahun-tahun dan ketidakstabilan

politik saat itu telah meninggalkan Negara Afghanistan dalam reruntuhan dan

bergantung pada bantuan asing.56

Pada tahun 2011, Afghanistan mempunyai

utang sebesar $2.300.000.000 dimana utang tersebut antara lain berasal dari Rusia

$987.000.000, Bank Pembangunan Asia $596.000.000, Bank Dunia

$435.000.000, Dana Moneter Internasional $114.000.000, Jerman $18.000.000,

55

Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di

Afghanistan”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 24. 56

Uni Assigment Centre, “Afghanistan Transition Towards A Market Driven Economy

Economics Essay”, artikel ini diakses dari https://www.uniassignment.com/essay-

samples/economics/afghanistans-transition-towards-a-market-driven-economy-economics-

essay.php pada 1 Februari 2017.

Page 45: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

32

Saudi Development Fund $47.000.000, Bank Pembangunan Islam $11.000.000,

Bulgaria $51.000.000, Iran $10.000.000, dan Opec $1.800.000.57

Sementara dalam kehidupan politik, sebelumnya pergolakan selalu terjadi di

Afghanistan. Kudeta pemerintahan telah terjadi sejak sejarah politik kontemporer

Afghanistan dimulai pada tahun 1919, hingga Afghanistan mengalami invasi

eksternal oleh Uni Soviet. Pada tahun 1979 pun perebutan kekuasaan politik terus

berlangsung. Pada Desember 1979, pasukan Uni Soviet menginvasi Afghanistan

berkaitan dengan perjanjian persahabatan 1978. Dewan Revolusi kemudian

memilih Sayid Mohammad Najibullah sebagai Presiden Afghanistan pada

September 1987.58

Setelah melakukan perundingan pada November 1991 dengan gerakan

oposisi Afghanistan (Mujahidin), pemerintah Uni Soviet setuju untuk mentransfer

dukungannya dari rezim Najibullah ke rezim Islamic Interim Government atau

Pemerintahan Islam Interim. Ketika pasukan Mujahidin mulai menguasai Kabul,

Presiden Najibullah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden pada 16

April 1992.59

Setelah kepergian Presiden Najibullah, power di Afghanistan dipegang dan

dikuasai penuh oleh dewan pemimpin yang beranggotakan 10 orang, dipimpin

oleh Burhanuddin Rabbani yang dinobatkan menjadi presiden Interim

Afghanistan pada 28 Juni 1992. Pada Desember 1992, pertemuan dewan yang

57

Index Mundi, “Afghanistan Private Debt”, artikel ini diakses dari

http://www.indexmundi.com/facts/afghanistan/private-debt pada 1 Februari 2017. 58

Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di

Afghanistan”, h. 28. 59

Ibid.

Page 46: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

33

terdiri dari 1.335 delegasi nasional mengikuti konvensi dan memilih kembali

Burhanuddin Rabbani sebagai Presiden Afghanistan.60

Mandat Presiden Rabbani seharusnya berakhir pada Juni 1994, namun ia

tetap memegang jabatannya, sehingga kembali terpilih menjadi Presiden

Afghanistan secara resmi pada 30 Januari 1995. Setahun berikutnya, Taliban telah

berhasil mengendalikan dua pertiga Afghanistan, termasuk Kabul. Sejak saat itu,

Afghanistan terpecah antara wilayah selatan yang dikuasai oleh kelompok

fundamentalis Taliban dan wilayah utara yang dikuasai oleh faksi liberal.61

B. Lahirnya Demokrasi Pasca Jatuhnya Rezim Taliban

Sejak dahulu, masyarakat Afghanistan dikenal sangat gigih dan bersemangat

dalam membela Islam. Mereka melawan musuh-musuh Islam dan berhasil

melumpuhkannya, termasuk Uni Soviet.62

Perlawanan ini pada akhirnya

melahirkan sejumlah kelompok dan organisasi Islam yang seringkali justru saling

bertikai demi untuk merebut kekuasaan. Di antara organisasi dan kelompok paling

masyhur yang terlahir kala itu adalah Jami’iyyah Islamiyyah (Jemaat Islamiyah),

Partai Islam (al-Hizb al-Islami), kelompok Mujahidin dan kelompok Taliban.

Konflik sektarian yang melanda Afghanistan tidak lepas dari realitas

masyarakat Afghanistan yang beragam dan keinginan yang sangat tinggi dari para

kelompok islamis dalam memimpin Afghanistan. Terbukti, lengsernya suatu

rezim menandai kelahiran sebuah rezim baru. Hal ini semakin terasa ketika

60

Ibid., h. 29. 61

Ibid. 62

Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini, terj. Zainal Arifin, (Jakarta: Zaman, 2014), h.

773.

Page 47: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

34

kelompok Taliban mampu menapaki kekuasaan Afghanistan setelah memporak-

porandakan pemerintahan fragmentatif Burhanuddin Rabbani, salah seorang

pemimpin Jami‟at Islam, salah satu faksi Mujahidin Afghan.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan, kelompok ekstrimis ini langsung

mengubah hukum-hukum yang ada dan membuat hukum-hukum yang baru

dengan menggunakan syari‟at Islam sebagai landasan utamanya. Di bawah

pemerintahan tangan besi Taliban, kehidupan sehari-hari menjadi mimpi buruk

bagi masyarakat Afghanistan. Diberlakukannya hukum rajam bagi para pezina,

hukum cambuk bagi para pemabuk, hukum potong tangan bagi para pencuri dan

hukuman mati bagi orang-orang dianggap kafir.

Taliban juga melarang keras adanya musik, bioskop dan seluruh tempat dan

kegiatan yang berhubungan dengan Barat. Kaum pria diwajibkan memelihara

jenggot dan sepatu berwarna putih63

serta mengumpulkan mereka pada siang hari

untuk melaksanakan ibadah. Sementara kaum perempuan diwajibkan memakai

pakaian burqa dan dilarang bepergian seorang diri.64

Rezim Taliban sangat

merepresi dan melarang perempuan berkiprah di ranah domestik. Perempuan yang

dulunya bisa bekerja, bersekolah dan menentukan pilihan hidupnya saat itu tidak

dirasakan lagi oleh mereka.

Ketidakadilan terhadap perempuan di bawah beragam versi

fundamentalisme Islam, baik itu para penguasa Afghanistan sebelumnya,

63

Warna putih adalah warna resmi pemerintahan Taliban, ia dianggap suci karena bendera

Taliban berwarna putih polos. Taliban melarang keras kaum perempuan mengenakan sepatu putih,

sebab putih dianggap adalah warna milik kaum laki-laki. Dilihat dari Anton Kurnia, Dari Penjara

Taliban Menuju Iman, (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 59. 64

Haideh Moghissi, Feminisme dan Fundamentalisme Islam, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h.

3.

Page 48: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

35

Mujahidin ataupun Taliban, adalah satu hal yang tragis. Hal itu terjadi semenjak

pecahnya perang sipil di Afghanistan. Perempuan secara resmi menjadi urusan

nomor dua di bawah kekuasaan Mujahidin, dan ditambah kekuasaan Taliban,

kondisi tersebut menjadi semakin buruk.65

Melihat fenomena di atas, memberikan

kita pemahaman bahwa Taliban hanyalah sebuah contoh paling akhir dari versi

pemerintahan otoriter di Afghanistan.

Hingga tahun 1998, Taliban memang telah berhasil menguasai Afghanistan.

Namun, keberhasilan ini justru menambah kompleks suasana. Konflik bersenjata

terus bergulir. Munculnya Aliansi Utara (Northern Alliance)66

pada tahun 1998

yang dipelopori oleh Ahmad Shah Massoud dan pengikutnya menandai babak

baru terhadap konflik di Afghanistan. Keinginan yang tinggi dari Massoud untuk

melengserkan rezim Taliban terlihat lewat aksi-aksi gerilyanya dalam melawan

kelompok Taliban di pegunungan Hindu Kush, Afghanistan Utara.

Tahun 1998 juga ditandai dengan menegangnya hubungan antara Iran dan

Afghanistan. Pasukan Taliban membunuh puluhan diplomat di gedung kesultanan

Iran tidak lama setelah melakukan serangan ke kota Mazar.67

Insiden tersebut

langsung mengundang kemarahan Iran yang sempat mengancam akan menginvasi

Afghanistan. Terbukti, selama Afghanistan di bawah kendali Taliban, hanya ada 3

65

Ibid., h. 4. 66

Aliansi Utara diusir oleh Taliban pada tahun 1996, dan dibentuk kembali sebagai suatu

kelompok gerakan bawah tanah. Kelompok ini menguasai beberapa provinsi di bagian uatara

Afghanistan pada tahun 1996 hingga 2001. Setelah peristiwa 11 September, angkatan bersenjata

Amerika Serikat bersekutu dengan Aliansi Utara, yang memungkinkan dilakukannya pengepungan

kembali kota Kabul. Dilihat dari Buku Omar Nasiri, Inside The Jihad: Teroris atau Tentara

Tuhan?, (Jakarta: Zahira, 2007), h. 559. 67

CNN, “Taliban Threatens Retaliation If Iran Strikes”, artikel ini diakses dari

http://edition.cnn.com/WORLD/meast/9809/15/iran.afghan.tensions.02/index.html pada 2 Februari

2017.

Page 49: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

36

negara di dunia yang mengakui kedaulatan pemerintahan Taliban, yakni: Pakistan,

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.68

Namun, pasca rezim Taliban berhasil dijatuhkan69

dan kemudian terpilihnya

Hamid Karzai sebagai Presiden Afghanistan pada tahun 2004 dan 2009 melalui

pemilihan umum, telah mengantarkan Afghanistan menuju transisi demokrasi.

Kemudian pada September 2014, pelantikan Presiden baru Afghanistan menandai

lembaran baru pemerintahan. Mohammad Ashraf Ghani secara resmi terpilih

menjadi Presiden Afghanistan menggantikan Hamid Karzai melalui pemilihan

umum langsung. Hal ini sekaligus menjadi momentum masyarakat Afghanistan

menuntaskan transisi menuju demokrasi.70

Keberhasilan Afghanistan dalam melahirkan sebuah pemerintahan

demokratis terlihat dari keikutsertaan masyarakat Afghanistan dalam

menyelenggarakan pemilihan umum itu sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh

teror kelompok Taliban yang mengancam akan mensabotase proses pemilihan

umum presiden 2014. Ancaman ini rupanya tidak mempengaruhi mindset

masyarakat Afghanistan, mereka ingin dilibatkan dalam menentukan masa depan

negara. Mereka yakin bahwa demokrasi merupakan satu-satunya jalan keluar

68

Muslimedia News, “Taliban Lahir dari Perang Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://www.muslimedianews.com/2016/04/taliban-lahir-dari-perang-afghanistan.html pada 2

Februari 2017. 69

Rezim Taliban dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan dibantu oleh pasukan Aliansi Utara

melalui penyerangan darat dari tiga arah (masing-masing menuju Kabul, Qandahar dan Jalalabad).

Gempuran ini memang telah melumpuhkan Taliban pada Desember 2001. Kurang dari seminggu

setelah Kabul Jatuh, meski Taliban tidak pernah memberi konfirmasi tentang kemundurannya,

Amerika mengumumkan jatuhnya Taliban dan menyerahkan kekuasaan pada Hamid Karzai,

seorang yang loyal kepada Amerika Serikat. Dilihat dari Buku Iwan Hadibroto, Perang

Afghanistan: Di Balik Perseteruan Amerika Serikat vs. Taliban, (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama), h. 121. 70

Iran Indonesian Radio, “Membangun Demokrasi di Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://indonesian.irb.ir/ranah/telisik/item/78993-Membangun_Demokrasi_di_Afghanistan pada 2

Februari 2017.

Page 50: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

37

untuk menjauhkan Afghanistan dari konflik yang berkepanjangan, dan partisipasi

politik merupakan solusi untuk kehidupan berpolitik di Afghanistan, bukan

kekerasan ataupun terorisme.

C. Proses Transisi Demokrasi

Proses transisi demokrasi di Afghanistan berlangsung melalui tiga tahapan

penting: Pertama, ditandai dengan terbentuknya pemerintahan transisional

Afghanistan sebagai awal dibukanya keran demokrasi di Afghanistan, terpilihnya

Hamid Karzai sebagai Kepala Pemerintahan Transisi dan sebagai momentum

jatuhnya rezim Taliban. Kedua, Pemilihan Umum 2004 yang merupakan

pemilihan umum pertama yang melibatkan masyarakat Afghanistan. Kemudian

yang ketiga adalah Pemilihan Umum 2009 yang berhasil mengantarkan Hamid

Karzai terpilih kembali menjadi Presiden Afghanistan.

C.1. Terbentuknya Pemerintahan Transisional Afghanistan

Demokratisasi di Afghanistan dapat dikatakan dimulai pada saat rezim

Taliban berhasil dijatuhkan, yaitu pada November 2001. Sebulan setelah peristiwa

tersebut, para pemimpin Afghanistan, baik tokoh masyarakat maupun pemuka

agama, bertemu dengan perwakilan PBB di Bonn, Jerman, untuk menyusun

pedoman pembentukan pemerintahan baru Afghanistan.71

Para tokoh mewakili

empat faksi dari Afghanistan, yaitu Aliansi Utara, kelompok utara yang mewakili

mantan Raja Afghanistan Mohammad Zahir Shah, kelompok Peshawar yang

71

Larry P. Goodson, “Afghanistan in 2003: The Taliban Resurface and A New Constitution

is Born”, Asian Survey, Vol. XLIV No. 1 (Januari 2004: 14-22), h. 14.

Page 51: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

38

mewakili para pengungsi Afghanistan di Pakistan dan kelompok Siprus yang

mewakili sekelompok masyarakat Afghanistan yang berada di pengasingan.72

Persetujuan pertemuan yang dilakukan pada 5 Desember 2001 ini

menghasilkan „Agreement on Provinsional Arrangement in Afghanistan Pending

the Re-establishment to Permanent Government Institution’ yang dikenal sebagai

Bonn Agreement, dengan pemilihan Hamid Karzai sebagai Ketua Pemerintahan

Transisi (interim). Dalam kesepakatannya, pelaksanaan Bonn Agreement

berlangsung selama dua sampai tiga tahun, yang akan diakhiri dengen

pemerintahan resmi dan sah Afghanistan yang dipilih melalui pemilihan umum

demokratis.73

Hamid Karzai terpilih karena dianggap memiliki keahlian politik yang

modern serta mengenal budaya tradisionalnya dengan baik. Selain itu, ia juga

memiliki dukungan kuat dari negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat dan

ditambah dengan dukungan dari spektrum faksi lokal di Afghanistan yang cukup

luas, menjadi nilai tambah bagi Hamid Karzai dalam memenangkan pemilihan

Ketua Pemeritahan Transisi (interim). Dukungan dari spektrum faksi lokal

merupakan faktor terpenting karena identitas etnis dan kesukuannya yang sangat

mendominasi politik Afghanistan. Bahkan, pendukung Taliban, yang sebagian

besar suku Pasthun lebih dapat menerima Hamid Karzai sebagai pemimpin

dibandingkan para pemimpin Aliansi Utara yang berasal dari suku Tajik dan

Uzbek.74

72

Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di

Afghanistan”, h. 58. 73

Ibid., h. 60. 74

Ibid., h. 61.

Page 52: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

39

Penandatanganan Bonn Agreement terbukti mendapat reaksi positif di

Afghanistan saat itu. Karena pertama, bagi sebagian masyarakat Afghanistan

skema transisi rezim yang direncanakan merupakan kesempatan yang baik untuk

memulai kehidupan di negara yang sedang berada dalam proses statebuilding.

Kedua, Boon Agreement menghasilkan struktur pemerintahan yang lebih solid

melalui tiga tahap. Otoritas interim yang ditunjuk di Bonn akan digantikan

otoritas transisional yang dipilih Loya Jirga75

darurat. Berikutnya, otoritas

transisional akan memerintah negara sampai pemilihan umum demokratis

berlangsung.76

Selanjutnya adalah karena telah ditetapkannya sebuah konstitusi baru.

Pemerintahan Hamid Karzai berhasil merumuskan sebuah draf konstitusi baru

melalui komisi konstitusi pada November 2003.77

Konstitusi tersebut berisikan

pasal-pasal yang menyangkut nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia dan

prinsip kesetaraan bagi perempuan Afghanistan. Konstitusi ini pun menjanjikan

modernitas dalam kehidupan masyarakat Afghanistan pasca pemerintahan

Taliban, yang menggabungkan nilai demokrasi dengan nilai-nilai Islam. Selain

itu, melalui konstitusi baru, diproklamasikan Negara Afghanistan sebagai

Republik Islam Afghanistan.

75

Loya jirga adalah lembaga musyawarah tradisional beranggotakan wakil semua etnis dan

kelompok masyarakat dan dibentuk pada akhir 2003. Dilihat dari artikel Erwin Salim,

“Afghanistan: Gembong Perang di Kursi Parlemen”, artikel ini diakses dari

http://arsip.gatra.com/2005-10-16/majalah/artikel.php?pil=23&id=89053 pada 11 Februari 2017. 76

Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di

Afghanistan”, h. 62. 77

Larry P. Goodson, “Afghanistan in 2003: The Taliban Resurface and A New Constitution

is Born”, h. 20.

Page 53: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

40

Pencapaian Afghanistan melalui instansi pemerintahan baru, meskipun baru

berbentuk interim (sementara), dan pembuatan konstitusi baru merupakan indikasi

yang baik bahwa terdapat perubahan yang lebih baik dalam kehidupan tatanegara

di Afghanistan. Selanjutnya tiga tahun setelah dibentuknya pemerintahan

transisional di Afghanistan, sesuai kesepakatan sebelumnya, yakni pada tahun

2004 diselenggarakan pemilihan umum secara demokratis sebagai wujud

terciptanya demokrasi di Afghanistan.

C.2. Pemilihan Umum 2004

Tahun 2004 menjadi momentum terpenting dalam sejarah perpolitikan di

Afghanistan karena untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilihan umum yang

melibatkan masyarakat Afghanistan dalam proses pemilihan presiden.78

Selama

ini Afghanistan dikenal sebagai negara yang berada pada situasi yang kompleks

ketika tahap pergantian kekuasaan berlangsung. Karena selama kurang lebih 60

tahun, negara tersebut mengalami beberapa kali peperangan dengan tujuan saling

merebut kekuasaan.79

Hamid Karzai yang telah terpilih sejak 2001 menjadi Ketua Pemerintahan

Transisi (interim) sekaligus menjadi presiden sementara Afghanistan, tidak

menghentikan langkahnya untuk maju sebagai kandidat Presiden Afghanistan

selanjutnya. Pemerintah Amerika Serikat adalah pihak yang paling mendukung

proses ini dan terus memotivasi Hamid Karzai untuk melanjutkan upayanya

78

Liputan 6, “Afghanistan Bersiap Menggelar Pilpres Pertama”, artikel ini diakses dari

http://m.liputan6.com/global/read/84167/afghanistan-bersiap-menggelar-pilpres-pertama pada 10

Oktober 2016. 79

Umiyati Haris, “Penyelesaian Konflik Afghanistan-Pakistan: Sebuah Pendekatan

Rekonsiliasi”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016),

h.1

Page 54: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

41

merealisasikan rencana tersebut. Hamid Karzai percaya penyelenggaraan

pemilihan presiden secara demokratis akan memberikan legitimasi yang lebih

besar bagi pemerintah Afghanistan, tidak hanya di dalam negeri melainkan juga

secara internasional.

Beberapa permasalahan dalam persiapan penyelenggaraan pemilu seringkali

ditemukan di beberapa negara, terlebih jika hal ini menjadi pertama kalinya bagi

sebuah negara yang baru menerapkan demokrasi. Hal ini juga terjadi di

Afghanistan, jumlah masyarakat yang mendaftar untuk memilih pada awal 2004

sangat rendah, di samping itu terdapat ancaman dari kelompok-kelompok

ekstrimis seperti Taliban dan al-Qaeda terhadap presiden Hamid Karzai.

Permasalahan ini mengakibatkan diundurnya pelaksanaan pemilihan umum yang

seharusnya diselenggarakan pada Juni 2004 menjadi September 2004.80

Untuk menghindari peristiwa yang akan menghambat proses pemilihan

umum, Amerika Serikat yang sejak awal bertanggung jawab terhadap jalannya

demokrasi di Afghanistan, mengupayakan agar hal yang tidak diinginkan terjadi

kembali. Maka dari itu, Amerika Serikat memimpin koalisinya dalam melatih

pasukan kepolisian Afghanistan, memperkuat tentara, serta terus meningkatkan

kewaspadaan keamanan untuk memperlancar pemilihan umum. Sayangnya,

pemilihan umum dianggap tidak dapat dilaksanakan segera. Oleh karena itu,

pemilihan presiden yang dianggap lebih sederhana penyelenggaraannya lebih dulu

diselenggarakan pada 9 Oktober 2004.81

80

Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di

Afghanistan”, h. 78. 81

Ibid.

Page 55: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

42

Satu hari menjelang pemilihan umum pertama di Afghanistan, 8 Oktober

2004, banyak pihak meragukan kelancaran dari seluruh prosesnya. Padahal,

keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum demokratis bagi suatu negara di

era transisi menuju demokrasi merupakan salah satu indikator paling penting

untuk mengukur tercapai atau tidaknya demokrasi. Keraguan ini disebabkan

karena mendekati hari pemilihan umum, kelompok Taliban masih mengancam

akan melakukan pemboman di Afghanistan. Selain itu, banyak di antara para

pemilih yang buta huruf dan sama sekali belum pernah mengikuti proses

pemilihan umum sebelumnya juga menjadi faktor penghambat lainnya.82

Banyak dari para ahli dengan mudah dapat memprediksikan bahwa kandidat

presiden yang akan memenangkan pemilihan umum adalah presiden transisional

Afghanistan Hamid Karzai, padahal para pemilih diberikan pilihan 18 orang

kandidat presiden dengan masa jabatan lima tahun. Para kandidat utama antara

lain: Hamid Karzai, Younus Qonuni, Massouda Jalal, Mohammad Mohaqeq,

Abdul Rasyid Dostum, Abdul latif Pedram dan Ahmad Shah Adzmadzai. Apabila

tidak ada seorang pun di antara kandidat memenangkan pemilihan umum secara

mayoritas, maka pemilihan tahap kedua dilakukan pada November 2004 untuk

menentukan pemenangnya.

Pada akhirnya Hamid Karzai memenangkan pemilihan umum 9 Oktober

2004.83

Hasil Survey Asia Foundation mencatat sekitar delapan juta masyarakat

Afghanistan berpartisipasi dalam pemilu, dengan 42 persen di antara para pemilih

82

Ibid., h. 79. 83

BBC News, “Karzai Declared Afghan President”, artikel ini diakses dari

http://news.bbc.co.uk/2/hi/3977677.stm pada 9 Februari 2017.

Page 56: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

43

adalah kaum perempuan.84

Pada 31 Oktober 2004, hasil dari pemilihan presiden

sudah dapat diketahui. Hamid Karzai berhasil memenangkan pemilihan tersebut,

dengan mendapatkan 55.37% suara. Selanjutnya Younus Qonuni memperoleh

peringkat kedua dengan perolehan suara sebesar 16.28%85

Tabel III.2. Hasil Perolehan Suara Piplres 2009

Hamid Karzai 4,443,029 55.37%

Younus Qonuni 1,306,503 16.28%

Mohammad Mohaqeq 935,325 11.66%

Abdul Rasyid Dostum 804,861 10.03%

Abdul latif Pedram 110,160 1.37%

Massouda Jalal 191,415 1.14%

Ahmad Shah Adzmadzai 60,199 0.75%

Sumber: http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2004.htm

Sebelumnya sempat diperkirakan akan terjadi kekacauan selama pemilihan

umum berlangsung, akan tetapi pelaksanaan pemilu berlangsung mulus di luar

perkiraan banyak orang. Ketika beberapa kandidat dari oposisi sempat

mempermasalahkan mengenai kecurangan pemungutan suara, namun kemudian

pada akhirnya kontroversi tersebut berangsung-angsur hilang. Kelegaan berlanjut

84

The Asia Foundation, Voter Education Planning Survey: Afghanistan 2004 National

Elections, (Afghanistan: U.S Agency for International Development), h. 20. 85

Global Security, “Afghanistan: President Election”, artikel ini diakses dari

http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2004.htm pada 9 Februari 2017.

Page 57: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

44

ketika Hamid Karzai dilantik sebagai Presiden Afghanistan pada 7 Desember

2004.86

C.3. Pemilihan Umum 2009

Tidak sedikit pakar yang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan

berlangsung lama di Afghanistan, dengan asumsi bahwa masyarakat Afghanistan

masih belum siap. Namun, kenyataannya pemilihan umum 2009 kembali

diselenggarakan dan masyarakat Afghanistan masih menyambutnya sebagai

bentuk kepedulian mereka dalam membangun Negara Afghanistan yang lebih

maju dan progresif. Dalam hal ini, mereka percaya bahwa cara terbaik untuk

melakukannya adalah dengan melalui demokrasi.

Terdapat beberapa nama yang menjadi calon kandidat resmi Presiden

Afghanistan selanjutnya adalah Hamid Karzai, Abdullah Abdullah, Ramazan

Bashardost, Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai dan 28 kandidat lainnya. Hamid

Karzai yang terpilih sebagai Presiden Afghanistan sejak 2004, menurut beberapa

pihak masih memiliki peluang yang cukup besar dalam pemilu Presiden

Afghanistan akan datang, bahkan Hamid Karzai diprediksikan akan

memenangkan pemilihan presiden tahun 2009 mengalahkan beberapa kandidat

lainnya. Sedangkan sebagian dari masyarakat Afghanistan beranggapan bahwa

Hamid Karzai tidak layak untuk dipilih lagi sebagai presiden, oleh karena itu

mereka tidak akan memberikan suaranya kepada Hamid Karzai.87

86

BBC News, “Karzai Declared Afghan President”. 87

Breaking World News, “Karzai Masih Punya Peluang dalam Pemilu Presiden

Afghanistan”, artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/karzai-masih-punya-peluang-dalam-

pemilu-presiden-afghanistan/a-4442191 pada 11 Februari 2017.

Page 58: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

45

Abdullah Abdullah yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri

merupakan saingan terkuat dari Hamid Karzai, diikuti oleh Ramadan Bashardost

yang saat itu menjabat sebagai anggota parlemen Afghanistan dan sekaligus

mantan menteri perencanan, kemudian selanjutnya adalah Mohammad Ashraf

Ghani yang merupakan Menteri Keuangan Afghanistan dan dulunya pernah

menjadi staf Bank Dunia. Mereka secara serentak mengutarakan akan membentuk

pemerintahan yang baik dan bersih jika terpilih menjadi presiden selanjutnya.88

Hal ini dikarenakan selama Hamid Karzai menjabat sebagai Presiden

Afghanistan, banyak dari masyarakat Afghanistan yang mengkritik korupsi yang

merajalela. Mereka menganggap bahwa Hamid Karzai yang paling bertanggung

jawab atas meluasnya korupsi. Selain itu, tingkat kriminalitas dan pengangguran

juga semakin tinggi. Banyak pula dari beberapa pihak yang meragukan pemilu

tahun 2009 ini akan berlangsung dengan adil dan transparan.89

Berdasarkan konstitusi di Afghanistan tahun 2004, pemilihan umum harus

sudah diselenggarakan 60 hari sebelum masa akhir jabatan presiden Hamid Karzai

pada bulan Juli 2009. The Independent Election Commission (IEC) awalnya

merekomendasikan bahwa pemilihan umum presiden diadakan pada saat yang

sama dengan pemungutan suara parlemen tahun 2010 guna untuk menghemat

biaya. Namun, beberapa pihak tidak bisa menyetujui saran tersebut. Kekhawatiran

tentang aksesibilitas ke daerah pegunungan di musim semi 2009 membuat

88

Kompas, “Dari Yang Nyentrik Hingga Yang Dicap Antek”, artikel ini diakses dari

http://nasional.kompas.com/read/2009/08/18/0700573/dari.yang.nyentrik.hingga.yang.dicap.antek

pada 11 Februari 2017. 89

Breaking World News, “Karzai Masih Punya Peluang dalam Pemilu Presiden

Afghanistan”.

Page 59: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

46

pemimpin dari IEC mengumumkan pemilihan umum akan ditunda sampai dengan

bulan Agustus 2009.90

Sekitar 17 juta masyarakat Afghanistan berhak memberikan suaranya untuk

menentukan presiden baru dan parlemen regional yang diselenggarakan pada 20

Agustus 2009. Namun, tingkat partisipasi masyarakat Afghanistan saat itu

menurun jika dibandingkan dengan pemilihan umum 2004. Hal ini dipicu oleh

aksi teror kelompok Taliban yang diduga telah menurunkan minat pemilih di

Afghanistan. Terdapat 315 TPS yang terpaksa harus ditutup karena alasan

keamanan. Meskipun begitu, lebih dari 6500 TPS di Afghanistan dibuka kembali

pada keesokan harinya.91

Sejumlah pengamat menilai bahwa pada pemilu pertama di Afghanistan

lima tahun lalu, antrian-antrian pemilu jauh lebih panjang. Namun kini pun tidak

sedikit penduduk Afghanistan, khususnya penduduk Kabul yang berani

menentang intimidasi kelompok Taliban. Pakar politik Haroun Mir justru menilai,

masalahnya tidak terletak pada teror Taliban, melainkan pada tidak dipenuhinya

janji-janji Presiden Hamid Karzai yang diutarakan pada tahun 2004 yang pada

akhirnya menghilangkan kepercayaan masyarakat Afghanistan pada demokrasi.92

Hamid Karzai dinyatakan sebagai Presiden Afghanistan setelah melewati

berbagai persoalan mengenai isu kecurangannya dalam pemilihan umum presiden

90

Breaking World News, “Dunia Sambut Pemilu di Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://www.dw.com/id/dunia-sambut-pemilu-di-afghanistan/a-4589128 pada 11 Februari 2017. 91

Breaking World News, “Afghanistan Telah Memilih”, artikel ini diakses dari

http://www.dw.com/id/afghanistan-telah-memilih/a-4587954 pada 11 Februari 2017. 92

Breaking World News, “Afghanistan Telah Memilih”.

Page 60: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

47

saat itu.93

Pengumuman ini dikeluarkan sehari setelah satu-satunya penantang

Karzai, yakni Abdullah Abdullah menarik diri dari pemilihan. Sebelumnya,

Abdullah Abdullah menuntut agar segera dilaksanakan pemilihan umum putaran

kedua karena dinilai terjadi kecurangan dalam pelaksanaannya. Hamid Karzai

resmi sebagai pemenang dengan memperoleh suara sebanyak 55% dan kemudian

disusul oleh Abdullah Abdullah sebanyak 28%.94

93

Hidayatullah, “Karzai Terpilih Lagi Menjadi Presiden Afghanistan”, artikel ini diakses

dari https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2009/11/03/42721/karzai-terpilih-lagi-

menjadi-presiden-afghanistan.html pada 11 Februari 2017. 94

Breaking World News, “Jelang Pemilu Penentuan, Abdullah Keluarkan Tuntutan”,

artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/jelang-pemilu-penentuan-abdullah-keluarkan-

tuntutan/a-4835904 pada 11 Februari 2017.

Page 61: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

48

BAB IV

MOHAMMAD ASHRAF GHANI DAN AGENDA KONSOLIDASI

DEMOKRASI

A. Pembentukan Pemerintahan Persatuan Nasional pada Pemilu 2014

Setelah menyelenggarakan 2 kali pemilihan umum secara berkala, yaitu

pada 2004 dan 2009, Afghanistan kemudian melaksanakan pemilihan umum

ketiga pada 2014. Pemilihan ini diharapkan akan mengantarkan Afghanistan

menuju proses demokratisasi selanjutnya, yakni konsolidasi demokrasi.

Konsolidasi demokrasi bertujuan untuk membangun rezim demokratis yang kuat

dan melembaga setelah runtuhnya rezim otoriter.

Pemilihan Umum 2014 sebagai pemilu ke tiga setelah jatuhnya rezim

Taliban memang menjadi harapan terbesar bagi masyarakat Afghanistan untuk

menyeleksi pemimpin yang memang benar-benar berkualitas dengan melibatkan

seluruh kepentingan masyarakat, sehingga wajar apabila semua pihak menaruh

harapan bahwa pemilu 2014 ini akan jauh lebih mapan dan lebih baik

dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Terbukti, tingkat partisipasi pemilih

Afghanistan cukup menggembirakan. Masyarakat terlihat mulai merespons positif

akan perlunya berdemokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.95

Lebih dari 60% dari sekitar 13.5 juta penduduk Afghanistan yang memiliki

hak pilih menggunakan hak politik mereka dalam pemilu 5 April 2014. Menurut

Sekretaris Pemilu, Zia-ur-Rahman, partisipasi pemilih tersebut melampaui

95

Metro Tv News, “Pemilu Afghanistan Banjir Pujian”, artikel ini diakses dari

http://m.metrotvnews.com/read/2014/04/06/227179/pemilu-afghanistan-banjir-pujian pada 28

Februari 2017.

Page 62: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

49

harapan. Delapan calon presiden yang bertarung untuk menggantikan Hamid

Karzai pun tampak arif, tidak mengumbar pernyataan yang bisa memanas-manasi

situasi politik keamanan.96

Adapun ke-8 di antaranya adalah Abdullah Abdullah,

Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai, Zalami Rassould, Abdul Rasoul Sayyaf,

Qutbuddin Hilal, Hidayat Amin Arsala, Mohammad Daoud Sultanzai dan Gul

Agha Sherzai.97

Namun, jika dilihat dari sepak terjang dan kredibilitas calon, hanya ada dua

tokoh yang paling berpengaruh di Afghanistan dan menonjol secara internasional.

Kedua calon terkuat kandidat adalah mantan Menteri Luar Negeri, Abdullah

Abdullah dan mantan Ahli Ekonomi World Bank sekaligus mantan Menteri

Keuangan, Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai. Sosok Abdullah Abdullah

dipandang sebagai calon yang relatif liberal dan sangat menjunjung tinggi hak-hak

perempuan, sedangkan Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai dikenal sebagai

sosok yang tidak sabar, berapi-api tetapi juga menjadi sangat detail.

Hasil sementara pemilihan Presiden Afghanistan pada 5 April 2014

menunjukkan suara Abdullah Abdullah mengungguli Mohammad Ashraf Ghani

dengan memperoleh suara sebesar 45%, sementara Mohammad Ashraf Ghani dari

Partai Independen memperoleh 31.56% suara. Kemudian Zalmai Rassoul berada

pada peringkat ketiga dengan memperoleh 11.37%, disusul oleh Abdul Rasul

Sayyaf dengan 7.04%, Qutbuddin Hilal yaitu 2.75%, Gul Agha Sherzai dengan

96

Suara Merdeka, “Menyemaikan Damai di Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/04/14/258670/Menyemaikan-Damai-

di-Afghanistan pada 28 Februari 2017. 97

Berita Daerah, “Para Calon Presiden Afghanistan Ikut Debat Pemilu Presiden”, artikel ini

diakses dari http://beritadaerah.co.id/2014/02/06/para-calon-presiden-afghanistan-ikuti-debat-

pemilu-presiden/ pada 18 Februari 2017.

Page 63: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

50

1.57%, Mohammad Daoud Sultanzan dengan 0,46% dan Hidayat Amin Arsala

dengan 0.23%.

Tabel IV.1. Hasil Perolehan Suara Pemilu 2014 Putaran Pertama

Calon Kandidat Partai Suara Persen (%)

Abdullah Abdullah Independen 2.084.547 45%

Mohammad Ashraf Ghani Koalisi Afghanistan 2.972.141 31.56%

Zalmai Rassoul Independen 750.997 11.37%

Abdul Rasul Sayyaf Dakwah Islam 465.207 7.04%

Qutbuddin Hilal Independen 181.827 2.75%

Gul Agha Sherzai Independen 103.636 1.57%

Mohammad Daoud

Sultanzan

Independen 30.685 0.46%

Hidayat Amin Arsala Independen 15.506 0.23%

Sumber: http://www.fpri.org/2014/06/afghan-presidential-election-second-round-opinion-

survey-findings/

Hasil perolehan suara pemilu presiden 2014 pada putaran pertama di atas

menunjukkan bahwa partai politik di Afghanistan tidak memiliki pengaruh yang

kuat dalam memenangkan kontestasi politik di Afghanistan dewasa ini. Terlihat

dari mayoritas calon kandidat yang berasal dari non-partai (independen) justru

memperoleh dukungan yang besar dari masyarakat Afghanistan.

Kurangnya persaingan di antara partai politik di setiap penyelenggaraan

pemilu di Afghanistan mengindikasikan bahwa partai politik tidak mempunyai

daya tarik bagi masyarakat Afghanistan. Dalam hal ini, akses perorangan untuk

Page 64: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

51

dapat dipilih sebagai presiden tanpa melalui jalur partai politik merupakan titik

balik dari keadaan selama ini di mana masyarakat hanya dinilai memilih partai

bukan individu beserta program-program yang ditawarkan.

Perubahan ini disebabkan oleh cara pandang mereka melihat partai politik

yang mana selalu identik dengan pemerintahan komunis di masa lalu. Selain itu,

terdapat kekhawatiran bagi masyarakat Afghanistan bahwa partai politik

merupakan organisasi yang memiliki kemungkinan untuk memecah belah suatu

etnis.98

Akan tetapi, saat ini perkembangan partai politik mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, meskipun kenyataannya partai

politik di Afghanistan belum mampu berjalan sebagaimana mestinya.

Hal ini selaras dengan yang diutarakan oleh Mohammad Salim, yakni:99

“Yet little research to date has focused on how Afghan parties generally are

evolving, but Afghanistan still needs political movements tied to ideas and

governing principles rather than ethnicity or individuals. To be sure,

Afghans should choose how to organize, who to lead parties, what reviews

their platform should be, and so forth.”

Artinya, tidak sedikit penelitian yang mengungkapkan bahwa partai politik

di Afghanistan mengalami kemajuan, namun Afghanistan masih membutuhkan

aksi politik yang mampu mengesampingkan antara kepentingan politik dan etnis.

Seperti yang juga dibenarkan oleh Hamidullah Husaini, bahwa masyarakat

Afghanistan pada umumnya masih dibatasi oleh permasalahan etnisitas. Hal ini

dikarenakan Afghanistan merupakan negara tradisional, yang mana agama

memiliki peranan penting.100

98

Sarah Chayes, The Punishment of Virtue: Inside Afghanistan After the Taliban, (New

York: Penguin Books, 2006), h. 168-170. 99

Hasil Wawancara dengan Mohammad Salim pada 13 Maret 2017. 100

Hasil Wawancara dengan S. Hamidullah Husaini pada 20 Februari 2017.

Page 65: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

52

Larry Diamond berpandangan bahwa salah satu indikator utama menuju

demokrasi terkonsolidasi diperlukan kelembagaan partai politik sebagai esensi

demokrasi.101

Pandangan ini sejalan dengan Richard S. Katz yang berpendapat

tentang posisi partai politik sebagai institusi paling esensial dan inti dari

pemerintahan demokrasi.102

Kualitas demokrasi sesungguhnya bergantung pada

kualitas partai, keberlangsungan fungsi-fungsi partai akan menentukan wajah

demokrasi. Buruk wajah partai, buruk pula kualitas demokrasi, sebaliknya baik

wajah partai baik pula kinerja demokrasi.

Selain itu, menurut Saiful Mujani, agar demokrasi terkonsolidasikan, warga

negara diharapkan menjadi seorang yang setia, yakni yang tertarik pada politik

dan percaya pada institusi politik. Kepercayaan masyarakat yang lemah terhadap

partai politik akan menyebabkan demokrasi juga melemah, dari sini partai politik

harus memainkan peranan-peranan dan fungsi-fungsinya yang strategis.103

Sementara itu, pandangan yang berbeda disampaikan Frans Beker dan Rene

Cuperus, menurutnya meluasnya konsolidasi demokrasi tidak senantiasa berjalan

secara linier dengan menguatnya peran partai politik sebagai lembaga intermediasi

kepentingan antara rakyat dan pemerintah. Karena melihat realita yang ada di

sejumlah negara, partai politik bahkan mulai digantikan perannya oleh organisasi-

101

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 221-222. 102

Richard S. Katz, Democracy and Elections, (New York: Oxford University Press, 1997),

h. 144. 103

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 323.

Page 66: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

53

organisasi mediasi yang menjadikan dirinya sebagai perantara opini antara

masyarakat dan negara.104

Selanjutnya pemilihan umum presiden putaran kedua diselenggarakan pada

14 Juni 2014. Para pemilih akan menentukan Presiden Afghanistan antara

Abdullah Abdullah dan Mohammad Ashraf Ghani. Ketua Komisi Independen

Pemilu Afghanistan (KIP), Muhammad Yusuf Nuristani mengkonfirmasikan telah

melakukan sosialisasi pemilu di berbagai wilayah, khususnya di kawasan terpencil

Afghanistan. Mengingat banyak pihak telah memprediksikan tingkat partisipasi

masyarakat Afghanistan akan menurun pada pemilu putaran kedua, dikarenakan

pelaksanaan pilpres pada putaran kedua akan bersamaan dengan pemilu anggota

dewan provinsi yang diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah suara.105

Selain itu, terdapat masalah lain yang juga menjadi bahan pertimbangan

sejumlah kelompok politik pada pelaksanaan pilpres putaran kedua, yaitu masalah

keamanan, sikap Taliban dan kemampuan pemerintah Kabul dalam menggelar

pemilu. Hamid Karzai, di akhir masa jabatannya saat itu berencana akan

menunjukkan rapor kerja yang baik dalam menyukseskan pelaksanaan pilpres

tanpa campur tangan pihak asing. Atas dasar hal itu, Hamid Karzai mendorong

para kandidat pilpres pada putaran pertama untuk menentukan wakil mereka dari

berbagai kelompok, partai dan etnis, serta membantu meningkatkan antusasis

masyarakat Afghanistan dalam berpartisipasi pada pemilu.

Meskipun dibayang-bayangi oleh teror kelompok Taliban yang mengancam

akan mensabotase proses pemilihan umum presiden 2014, pemilihan umum tetap

104

Akbar Tandjung, The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik

Era Transisi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 2-3. 105

Iran Indonesian Radio, “Afghanistan Menjelang Piplres”.

Page 67: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

54

diselenggarakan. Ancaman ini rupanya tidak mempengaruhi mindset masyarakat

Afghanistan. Mereka ingin dilibatkan dalam menentukan masa depan Negara

Afghanistan. Mereka yakin bahwa demokrasi merupakan satu-satunya jalan

keluar untuk menjauhkan Afghanistan dari konflik yang berkepanjangan, dan

partisipasi politik merupakan solusi untuk kehidupan berpolitik di Afghanistan,

bukan kekerasan ataupun terorisme.

Situasi tersebut menunjukkan keyakinan masyarakat Afghanistan terhadap

penyelenggaraan demokrasi di negara mereka. Dalam konteks inilah konsolidasi

demokrasi mampu terlaksana, mengingat esensi dari konsolidasi demokrasi adalah

legitimasi; pertumbuhan keyakinan di antara para elit dan warga negara dari partai

politik, kepentingan, etnisitas dan ideologi, bahwa demokrasi adalah bentuk

pemerintahan terbaik dan bahwa aturan-aturan yang disediakan di dalamnya

merupakan satu-satunya alat untuk memperoleh kekuasaan.106

Hal serupa disampaikan oleh Juan J. Linz, menurutnya demokrasi menjadi

“the only game in town” (satu-satunya aturan yang berlaku). Keyakinan akan

demokrasi tersebut bahkan tetap terpelihara dalam situasi politik dan ekonomi

yang sangat buruk sekalipun.107

Semakin tinggi keyakinan semua pihak bahwa

demokrasi adalah satu-satunya jembatan untuk menggapai kesejahteraan, semakin

terkonsolidasi demokrasi suatu negara. Sebaliknya, demokrasi berada dalam

ancaman ketika semakin banyak aktor yang luntur kepercayaannya terhadap

demokrasi dan kemudian memiliki skenario lain yang berlawanan dengan arus

demokratisasi.

106

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 23. 107

Juan J. Linz, Defining Crafting Democratic Transition, Constitutions, and

Consolidation, h. 27.

Page 68: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

55

Menurut Hamidullah Husaini, pemuda yang berpendidikan di Afghanistan

memiliki pandangan yang hampir sama mengenai demokrasi. Ia menilai bahwa

setiap negara yang beragam seperti Afghanistan tidak memiliki pilihan lain selain

demokrasi, dan demokrasi yang dimaksudkan di sini adalah demokrasi yang ikut

serta dalam setiap penyelenggaran pemilihan umum, persamaan derajat khususnya

bagi kaum minoritas. Menurutnya, semuanya tergantung pada perspektif masing

masing, apabila demokrasi mampu bekerja dengan baik, masyarakat tentu akan

memilihnya.108

Dalam hal ini, terdapat tiga asumsi yang dijadikan dasar pegangan

keyakinan sehingga demokrasi memiliki citra yang positif. Pertama, demokrasi

tidak saja merupakan bentuk terbaik pemerintahan, tetapi juga merupakan suatu

doktrin politik yang akan memberikan manfaat bagi kebanyakan negara. Kedua,

demokrasi sebagai sistem politik dan pemerintahan, dianggap mempunyai akar

kesejarahan yang amat panjang, sehingga telah teruji sebagai suatu sistem yang

stabil dan baik dalam suatu negara. Ketiga, demokrasi dipandang sebagai suatu

sistem yang paling alami dan manusiawi, sehingga semua rakyat di negara

manapun akan memilih demokrasi, bila mereka diberi kebebasan untuk

menentukan pilihannya.109

Hasil pemilihan umum presiden 2014 pada putaran kedua telah menggeser

perolehan suara yang diperoleh Abdullah Abdullah pada pemilu putaran pertama.

Komisi Independen Pemilu (KIP) mengumumkan bahwa Mohammad Ashraf

Ghani terpilih sebagai pemenang pemilu Presiden Afghanistan dengan berhasil

108

Hasil Wawancara dengan S. Hamidullah Husaini. 109

H.A. Chozin Chumaidy, Etika Politik dan Esensi Demokrasi: Jejak Pemikiran

Demokratisasi Politik Indonesia, (Jakarta: Pustaka Indonesia Satu, 2006), h. 10-11.

Page 69: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

56

meraih 55.27 % suara. Namun, Komisi Independen Pemilu (KIP) tidak

mengumumkan perolehan suara yang diperoleh oleh Abdullah Abdullah. Hal ini

sengaja dilakukan oleh pihak Komisi Independen Pemilu (KIP) untuk

menghindari kebencian di antara pendukung Abdullah.110

Tentu hal tersebut menimbulkan tanda tanya bagi pihak pendukung

Abdullah Abdullah. Tidak adanya transparansi dalam pemberitahuan hasil

perolehan suara oleh Komisi Independen Pemilu (KIP) menjadi perdebatan yang

panjang. Perselisihan mengenai pemilu yang bertujuan mengganti presiden Hamid

Karzai telah membuat situasi politik Afghanistan menjadi tidak stabil. Baik

Mohammad Ashraf Ghani maupun Abdullah Abdullah mengklaim menang dalam

pemilihan umum presiden 2014.

Pemberitahuan hasil pemilu merupakan mandat dari komisi pemilu, yang

mana Komisi Independen Pemilu (KIP) idealnya menyebutkan hasil akhir dari

penyelenggaraan pemilu, yakni pemenang pemilu, perolehan suara yang diperoleh

setiap kandidat, serta partai yang unggul, sesuai dengan waktu yang telah

disepakati. Hal ini akan membantu untuk meningkatkan kepercayaan terhadap

proses pemilu, menghindari persoalan yang akan memunculkan kecurigaan bahwa

hasil pemilu dimanipulasi, serta sebagai jaminan terhadap integritas dan

transparansi dari lembaga penyelenggaraan pemilu di Afghanistan, yakni Komisi

Independen Pemilu (KIP).

Dalam suatu negara demokrasi, peranan lembaga penyelenggara pemilu

merupakan salah satu persyaratan penting untuk mencapai pemilu yang

110

Viva, “KPU Umumkan Mohammad Ashraf Ghani Pemenang Pilpres”, artikel ini diakses

dari http://www.viva.co.id/prancis2016/read/542425-kpu-afghanistan-umumkan-ashraf-ghani-

pemenang-pilpres pada 3 Maret 2017.

Page 70: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

57

demokratis.111

Maka dari itu, efektif atau tidaknya fungsi-fungsi kelembagaan

negara, salah satunya lembaga penyelenggara pemilu, sangat menentukan kualitas

sistem mekanisme demokrasi yang dikembangkan oleh suatu negara. Seluruhnya

sangat bergantung pada kemampuan Independen Pemilu (KIP) untuk dapat

beroperasi secara transparan, sehingga mampu meningkatkan kepercayaan

masyarakat terhadap badan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pemilu.

Dalam hal ini, jika ada kesan bahwa badan tersebut tidak kompeten, tidak

netral secara politik, tidak memiliki sumber daya yang cukup, korup, tidak mampu

melawan aktor-aktor kuat yang berusaha untuk menggagalkan pemilu, atau tidak

dapat menjalankan pemilu dengan cara yang menjamin bahwa pemilu tersebut

bebas dan adil, maka hal ini akan secara signifikan melemahkan kepercayaan

publik terhadap demokrasi.112

Namun, persoalan mengenai hasil pemilu 2014 tidak berlangsung lama.

Kesepakatan pembagian kekuasaan atau pembentukan Persatuan Nasional (Unity

Goverment) dipandang sebagai jalan terbaik bagi penyelesaiaan sengketa pemilu

di Afghanistan. Hal ini merupakan usulan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk

menghindari kembalinya perpecahan etnis di Afghanistan, seperti perang saudara

pada tahun 1990-an.113

111

Lusy Liani, “Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu”, Jurnal Cita

Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Vol. 4 No. 1 (2016: 51-72), h. 52. 112

Veri Junaidi, Pelibatan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pemilu,

(Jakarta: Perludem, 2013), h. 3. 113

Pertentangan terhadap hasil akhir pemilu dapat memecah masyarakat Afghanistan

karena banyak pendukung Mohammad Ashraf Ghani merupakan etnis Pashtun yang berada di

wilayah selatan dan timur, sementara pendukung Abdullah adalah etnis Tajikistan dan sejumlah

etnis lainnya tinggal di wilayah Afghanistan Utara. Dilihat dari New York Times, “Afghan

Presidential Rivals Finally Agree On Power-Sharing Deal”, artikel ini diakses dari

https://www.nytimes.com/2014/09/21/world/asia/afghan-presidential-election.html?_r=0 pada 3

Maret 2017.

Page 71: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

58

Masyarakat Afghanistan tentu saja berharap pengumuman hasil pemilu oleh

Komisi Independen Pemilu (KIP) akan menghasilkan seorang kandidat sebagai

presiden baru Negara Afghanistan. Namun, setelah dicapainya kesepakatan politik

di antara dua kandidat, Komisi Independen Pemilu (KIP) Afghanistan akhirnya

menetapkan Mohammad Ashraf Ghani sebagai presiden terpilih, Abdullah

Abdullah juga sebagai Ketua Dewan Eksekutif yang setara dengan Perdana

Menteri, Abdul Rashid Dostum sebagai Wakil Presiden Pertama, serta Sarwar

Danish sebagi Wakil Presiden Kedua.

Meskipun demikian, sejumlah partai politik dan media di Afghanistan

menganggap bahwa kesepakatan di antara dua calon presiden sebagai hasil pemilu

dan merupakan pergantian kekuasaan secara demokratis. Karena pada tahap

pertama pemilu Presiden Afghanistan, terdapat delapan kandidat yang bersaing,

yang mana Abdullah Abdullah dengan mengantongi 50 persen suara bersama

Mohammad Ashraf Ghani melangkah ke babak kedua pemilu.114

Selama proses pemilihan umum tersebut, telah mengarahkan pesta

demokrasi Afghanistan dari nuansa sukuisme menuju nasionalisme. Dampak dari

terobosan itu, sekitar 70 persen dari pemilik hak suara antusias mendatangi

tempat-tempat pemungutan suara meskipun menerima ancaman dari Taliban.115

Dalam hal ini, mereka memiliki pemahaman yang sama guna untuk membangun

demokrasi yang lebih stabil di Afghanistan.

Pengumuman hasil pilpres Afghanistan menunjukkan bahwa partai-partai

politik dan masyarakat adat di Negara Afghanistan sudah sampai pada kesimpulan

114

Iran Indonesian Radio, “Jalan Terjal Afghanistan Menuju Demokrasi”. 115

BBC News, “Afghan Presidential Contenders Sign Unity Deal”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.com/news/world-asia-29299088 pada 3 Maret 2017.

Page 72: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

59

bahwa kepentingan nasional tidak boleh dikorbankan untuk hal-hal yang berbau

kesukuan. Oleh sebab itu, pelaksanaan penuh kesepakatan politik Mohammad

Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah dapat menjadi pengalaman berharga bagi

masyarakat multi-etnis Afghanistan agar dapat membangun kerjasama yang baik

demi kepentingan nasional mereka. Hal ini merupakan sebuah pencapaian bagi

Afghanistan setelah 17 tahun berdemokrasi.

Di sisi lain, menurut Patrice Lumumba, Afghanistan masih harus belajar

dari negara-negara dengan sistem demokrasi yang sudah mapan, seperti misalnya

Amerika Serikat. Ia masih harus belajar bagaimana menjaga keamanan di negara

sendiri dengan mengurusi masalah Taliban, terlepas ia sudah menuntaskan transisi

menuju demokrasi dengan melakukan 3 kali pemilu.116

Juan J. Linz dan Alfred Stepan mengatakan bahwa demokratisasi yang baru

seumur jagung ketika dikelola dengan baik pasti akan berujung pada konsolidasi

demokrasi. Tetapi ketika prosesnya tidak berjalan dengan baik, yang terjadi

adalah rekonsolidasi otoritarianisme. Konsolidasi demokrasi ditandai dengan

kacakapan aktor memikul mandat, kepatuhan pemimpin aktor terhadap konsensus

politik, kontrol kekuasaan berjalan, hukum ditegakkan, praktik korupsi ditekan

dan sejumlah kriteria positif lainnya.117

Pada tahap konsolidasi demokrasi, rakyat berdaulat dan aktor menjadi lebih

bersih. Dengan sendirinya politik akan perlahan bersih dari praktik-praktik busuk.

Larry Diamond dalam Developing Democracy Toward Consolidation,

menjelaskan bahwa konsolidasi demokrasi itu adalah persoalan bagaimana

116

Hasil Wawancara dengan Patrice Lumumba pada 2 Maret 2017. 117

Juan J. Linz, Defining Crafting Democratic Transition, Constitutions, and

Consolidation, h. 18.

Page 73: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

60

merawat stabilitas dan persistensi demokrasi.118

Hal ini tentu akan tercapai apabila

pemimpin mampu mendesain sebuah struktur politik yang dibangun untuk

menyejahterakan rakyat dan bebas kepentingan. Seperti yang mencoba diterapkan

oleh Mohammad Ashraf Ghani di Afghanistan, melalui kebijakan-kebijakannya.

B. Kebijakan Pemerintahan Mohammad Ashraf Ghani

Mohammad Ashraf Ghani sejak tahun 2014 terpilih sebagai Presiden

Afghanistan, bersama dengan Abdullah Abdullah yang juga ditetapkan sebagai

Ketua Dewan Eksekutif, menjalankan sebuah pemerintahan yang dikenal dengan

istilah Persatuan Nasional. Pemerintahan Persatuan Nasional (National Unity

Government) yang diketuai oleh Ashraf Ghani telah bertekad untuk membangun

pemerintahan demokratis, bersih, dan memberikan jaminan perubahan sosial bagi

masyarakat Afghanistan. Ashraf Ghani dipercaya mampu mewujudkan banyak

perubahan di Afghanistan melalui kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan,

terhitung sejak tahun 2014, saat dia mulai menjabat sampai dengan tahun 2016.

B.1 Kebijakan Memberantas Korupsi

Pada saat Mohammad Ashraf Ghani terpilih sebagai presiden, Afghanistan

belum sepenuhnya terbebas dari krisis ekonomi. Korupsi yang semakin merajalela

menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintahan Ashraf

Ghani. Sebelumnya pada saat Hamid Karzai menjabat, Afghanistan telah

menduduki peringkat kedua dari bawah dalam daftar negara paling korup di

118

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 124.

Page 74: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

61

dunia. Pemeringkatan tersebut berdasarkan hasil survei dengan para pengusaha

dan pakar sebagai respondennya.119

Hal tersebut tidak lantas menurunkan motivasi Hamid Karzai dalam

menyelesaikan permasalahan korupsi di Afghanistan. Selain lima lembaga

penegak hukum adat, Hamid Karzai juga mendirikan lima lembaga anti-korupsi

untuk mengatasi permasalahan korupsi yang sudah terlanjut menjalar di berbagai

instutusi pemerintahan. Namun, hal ini tidak berhasil bertahan lama karena

kurangnya kemauan dari stakeholder untuk membantu hal tersebut terwujud,

ditambah dengan struktur kelembagaan yang belum kokoh membuat lembaga

yang telah dibangun tersebut tidak mampu berfungsi sedemikian rupa.

Ketidakmampuan Hamid Karzai untuk memerangi korupsi, nepotisme dan

penyuapan selama dia menjabat, ditakutkan berimbas pada meningkatnya

dukungan terhadap gerakan Taliban di Afghanistan. Tentu hal itu, tidak terjadi

apabila pemerintahan Ashraf Ghani mampu mengatasi permasalahan-

permasalahan tersebut secara tegas. Robin Hodess, Direktur Kebijakan dan

Penelitian Transparency International, mengatakan bahwa salah satu persyaratan

penting bagi sebuah negara untuk memperbaiki indeks persepsi korupsi adalah

keyakinan para penduduk bahwa mereka memiliki pemerintah yang benar-benar

bekerja untuk melayani mereka.120

Sejak terpilihnya Ashraf Ghani sebagai presiden, Masyarakat Afghanistan

memiliki harapan yang besar terhadap komitmen Ashraf Ghani dalam

119

The American Prospect, “Hamid Karzai and The Afghan Disaster”, artikel ini diakses

dari http://prospect.org/article/qa-hamid-karzai-and-%E2%80%9Cafghan-disaster%E2%80%9D

pada 13 Maret 2017. 120

Inter Press Service, “Corruption: Few See a Clean Way Out”, artikel ini diakses dari

http://www.ipsnews.net/2004/12/corruption-few-see-a-clean-way-out/ pada 13 Maret 2017.

Page 75: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

62

memberantas korupsi. Hal ini selaras dengan pengakuan dari Ashraf Ghani ketika

diwawancari di salah satu media di Afghanistan, yakni:121

“I fought corruption when i was minister for three years. I left government

because i felt that my agenda of anti-corruption would not have elite

consensus. As president, i will have that consensus. People have voted for

me on anti-corruption agenda and i promise them a clean government. We

will harness Afghan money. Private sector money has not been harnessed

due to corruption and lack of security. Afghan bussinessmen have been

kidnapped in a very organized manner and they are spending million of

dollars on their personal security. We are going to establish a single office

where all public land is concentrated in that office. A law will be made

where all the land is distributed in a legal manner to create jobs. I

personally see to it.”

Tidak butuh waktu banyak bagi Mohammad Ashraf Ghani untuk

merealisasikan hal tersebut agar segera terwujud. Ia yang tergabung dalam

Pemerintahan Persatuan Nasional (National Unity Government), bersama dengan

Abdullah Abdullah, telah membuat beberapa kemajuan dalam hal penanganan dan

pencegahan korupsi. Hal ini dapat dilihat dari: Pertama, adanya komitmen

transparan (Transparency commitments) Mohammad Ashraf Ghani dalam sebuah

pertemuan London Conference yang diadakan pada 3-4 Desember 2014. Dalam

konferensi tersebut, Ashraf Ghani memperkenalkan reform paper yang berjudul

“Mewujudkan Kemandirian- Komitmen Reformasi dan Kemitraan

Pembaruan”.122

Substansi dari reform paper yang telah diketik sebanyak 19 halaman,

menjelaskan tekad dan keinginan Mohammad Ashraf Ghani beserta Abdullah

Abdullah untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi di Afghanistan, dengan

121

The Diplomat, “Interview: Ashraf Ghani”, artikel ini diakses dari

http://thediplomat.com/2014/10/interview-ashraf-ghani/ pada 3 April 2017. 122

Christine Roehrs, “Return of The Goodwill? London Conference As Symbol for A New

Start”, artikel ini diakses dari https://www.afghanistan-analysts.org/return-of-the-good-will-

london-conference-as-symbol-for-a-new-start/ pada 20 Maret 2017.

Page 76: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

63

pemberantasan korupsi sebagai fokus utama. Sekitar 10 halaman dipaparkan

mengenai rincian apa saja yang akan dilakukan dalam mereformasi ekonomi di

Afghanistan, seperti membentuk lembaga anti-korupsi yang independen dan

membangun reformasi Badan Pemeriksa Keuangan. Konferensi ini dihadiri oleh

perwakilan dari 50 negara dan 24 organisasi internasional.123

Selanjutnya, Kedua, pembentukan pengawasan eksternal melalui Komisi

Pengadaan Nasional (National Procurement Commission) dan Otoritas Pengadaan

Nasional (National Procurement Authority). Mohammad Ashraf Ghani

membentuk Otoritas Pengadaan Nasional (National Procurement Authority) dan

Komisi Pengadaan Nasional (National Procurement Commission) sebagai bagian

dari agenda reformasi di Afghanistan dalam rangka memberikan pelayanan yang

lebih baik melalui sistem pengadaan yang efektif, efisien dan transparan.

Otoritas Pengadaan Nasional (National Procurement Authority) bertugas

untuk meninjau ulang kebijakan atau kesepakatan yang telah dibuat oleh

pemerintah dalam hal pelayanan publik, serta mengawasi jalannya kebijakan

tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperkuat pengadaan publik dengan

memasukkan kerangka prosedur kebijakan yang taat hukum. Mengingat, pada

sektor pelayanan publik, selama ini pemerintah Afghanistan dianggap lemah dan

tidak transparan.

Selain itu, guna untuk mempermudah koordinasi langsung oleh presiden,

maka Ketua Komisi Pengadaan Nasional (National Procurement Commission)

adalah Presiden Afghanistan, yakni Mohammad Ashraf Ghani. Selanjutnya

123

Tolo News, “Afghanistan President Ghani Attends London Anti-Corruption Summit”,

artikel ini diakses dari http://www.tolonews.com/afghanistan/president-ghani-attends-london-anti-

corruption-summit pada 20 Maret 2017.

Page 77: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

64

Dewan Eksekutif, Wakil Presiden Kedua, Menteri Keuangan, Menteri Ekonomi,

Menteri Keadilan dan Penasehat Senior Presiden untuk urusan Infrastruktur

adalah para anggotanya. Selama komisi ini dibentuk, telah dilakukan pemeriksaan

terhadap 2000 contracts, yang mana masing-masing bernilai hampir $3 milyar

dan menyimpan $240 juta penyalahgunaan keuangan.124

Selanjutnya, ketiga, pembentukan High Council Governance, Rule of Law

and Anti-Corruption (HCAC). Seperti yang sudah penulis paparkan di atas,

London Conference pada tahun 2014 menjadi salah satu momentum Ashraf Ghani

bertekad untuk mengatasi permasalahan korupsi di Afghanistan dengan

membangun lembaga anti-korupsi yang independen. Hal tersebut kemudian

disambut baik oleh masyarakat Afghanistan. Terbukti, menurut survei yang telah

dilakukan terhadap beberapa kelompok masyarakat, 84% masyarakat Afghanistan

merasa yakin dan percaya kepada Ashraf Ghani bahwa National Unity

Government (NUG) akan menyelesaikan permasalahan korupsi di Afghanistan

saat itu.125

Namun, sejak Desember 2014 sampai dengan Februari 2016, NUG tidak

juga mengambil langkah-langkah praktis untuk membangun institusi independen

yang bergerak dalam pemberantasan korupsi. Terlebih lagi, fokus terhadap

kebijakan tersebut selama kurang lebih satu setengah tahun mengalami penundaan

dan tanpa kejelasan oleh pemerintah. Terlihat dari Survei Asia Foundation pada

124

NPA, “The Introduction of The National Procurement Authority”, artikel ini diakses dari

http://www.ppu.gov.af/Beta/English/AboutUs.aspx pada 20 Maret 2017. 125

Sayed Ikram, Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The Institutional Puzzle,

(Kabul: Integrity Watch Afghanistan, 2016), h. 28.

Page 78: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

65

tahun 2015, yang mana 89% masyarakat sepakat bahwa korupsi merupakan

permasalahan utama di Afghanistan.126

Hal tersebut kemudian membuat Mohammad Ashraf Ghani tidak hanya

berdiam diri. Pada awal Maret 2016, sebuah komisi anti-korupsi yang diberi nama

High Council Governance, Rule of Law and Anti-Corruption (HCAC) berhasil

diresmikan. Tujuan dari dibentuknya institusi ini yaitu untuk memperbaiki dan

meningkatkan sistem peradilan berdasarkan aturan hukum, menjunjung tinggi

Hak Asasi Manusia (HAM), menjamin tegaknya keadilan dan mengatasi

permasalahan korupsi di Afghanistan.

Diagram IV.1. Tugas dan Wewenang High Council Governance, Rule of Law

and Anti-Corruption (HCAC)

Sumber: http://aop.gov.af/english/

Menurut Keputusan Presiden No. 168 pada 3 Maret 2016, HCAC dipimpin

oleh presiden dan memiliki 12 pejabat pemerintahan sebagai anggotanya, yakni

126

Ibid., h. 29.

The High Council Governance, Rule of Law and Anti-Corruption

Coordination, Public Outreach, Prevention

NDS, Police, SAO

Detection

IARCS, HOO

Prevention

MCTF

Major Crimes Task Force

AGO

Investigation, Prosecution

Anti-Corruption Courts

Sentencing

Secretariat

M & E

Page 79: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

66

terdiri dari Chief Executive Officer (Ketua Dewan Eksekutif), Wakil Presiden

Kedua, Minister of Justice (Menteri Kehakiman), Attourney General (Jaksa

Agung), Director Generals of The Supreme Audit Office (Badan Pemeriksa

Keuangan), High Office of Oversight and Anti-Corruption127

(Kantor Tinggi

Pengawasan dan Anti-Korupsi), Independent Administrative Reform and Civil

Services Commission (Pembaruan Administrasi Independen dan Komisi

Pelayanan Sipil), serta National Directorate of Security (Badan Keamanan

Nasional).

Beberapa di antaranya memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing, di

bawah otoritas High Council Governance, Rule of Law and Anti-Corruption

(HCAC). HCAC sendiri mempunyai perannya dalam melakukan koordinasi

dengan beberapa instansi, mengadaan penyuluhan publik dan melakukan

pencegahan terhadap tindak pidana korupsi. Sedangkan National Directorate of

Security (Badan Keamanan Nasional), polisi dan Supreme Audit Office (Badan

Pemeriksa Keuangan) memiliki wewenang dalam penyelidikan terhadap kasus

korupsi.128

Kemudian Independent Administrative Reform and Civil Services

Commission (Pembaruan Administrasi Independen dan Komisi Pelayanan Sipil)

bersama dengan High Office of Oversight and Anti-Corruption (HOO)

127

Hamid Karzai pada bulan Juli 2008 mengeluarkan Keputusan mendirikan High Office of

Oversight and Anti-Corruption (HOO), sesuai dengan ketentuan Pasal (7) ayat (3), Pasal (75) dan

Pasal (142) untuk mengawasi dan mengkoordinasi pelaksanaan korupsi. HOO selama ini dianggap

tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Akhirnya, setelah dua minggu National Unity

Governement (NUG) menjabat menggantikan Hamid Karzai, NUG dengan cepat menghapus dan

mengurangi kekuasaan yang diberi mandat untuk memerangi korupsi, salah satunya adalah HOO.

Dilihat dari buku Sayed Ikram, Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The Institutional

Puzzle, h. 26. 128

Sayed Ikram, Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The Institutional Puzzle, h.

31.

Page 80: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

67

mempunyai tugas dalam hal penanggulangan atau penyelesaian kasus korupsi

untuk diserahkan ke lembaga peradilan. Lembaga peradilan terdiri atas Major

Crimes Task Force, Attorney General‟s Office (kantor Jaksa Agung) dan Anti-

Corruption Courts (Pengadilan Anti-Korupsi).129

Keempat, yaitu dibentuknya Anti-Corruption Criminal Justice Center

(ACJC). Lembaga peradilan anti-korupsi ini bertujuan untuk melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi di

Afghanistan. Anti-Corruption Criminal Justice Center (ACJC) yang telah resmi

dibuka pada 5 Mei 2016, terdiri dari polisi, jaksa dan hakim dari Kementerian

Dalam Negeri, Kejaksaan Agung dan Pengadilan. Dalam hal penanganan, polisi

akan mendeteksi pelaku, jaksa akan menuntut pelaku dan hakim akan menetapkan

vonis pada pelaku. Seluruhnya berada di bawah satu kepemimpinan yang

transparan.130

Diagram IV.2. Proses Penanganan Kasus Anti-Corruption Criminal Justice Center

Sumber: http://www.gmic.gov.af/english/index.php

Pada dasarnya, Anti-Corruption Criminal Justice Center (ACJC) merupakan

lembaga independen. Akan tetapi, dari perspektif kebijakan, lembaga ini bekerja

129

Ibid. 130

Government Media and Information Center, “Establishment of Anti-Corruption Justice

Center Critical to Fighting Corruption in Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://www.gmic.gov.af/english/analysis/406--establishment-of-anti-corruption-criminal-justice-

center-critical-to-fighting-corruption-in-afghanistan pada 20 Maret 2017.

Detection

Police

Prosecution

Prosecutors

Conviction

Judges

Page 81: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

68

di bawah kewenangan HCAC. Adapun dengan kehadiran Anti-Corruption

Criminal Justice Center (ACJC), diharapkan mampu menghilangkan kesenjangan

antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat mendukung pemerintah, dan

sebagai imbalannya pemerintah akan memberikan layanan yang diinginkan oleh

masyarakat. Pendapatan juga diharapkan akan meningkat dan masyarakat tidak

perlu lagi untuk membayar suap kepada pejabat pemerintah untuk mengurangi

pajak mereka atau dibebaskan dari pajak.

Melihat kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan di atas, menunjukkan

betapa besar komitmen Mohammad Ashraf Ghani sebagai Presiden Afghanistan

dalam memerangi korupsi yang sudah mengakar. Hal ini juga dapat disaksikan

dengan beberapa kebijakan lain yang juga tidak kalah penting, seperti telah

diberlakukan reshuffling staff dan pemecatan pemerintah tidak kompeten,

membuka kembali kasus Kabul Bank, sampai dengan melakukan kunjungan tidak

terduga ke kantor-kantor pemerintahan di Afghanistan.131

Menurut Hamidillah Husaini, meskipun telah dibuat upaya yang mampu

mencegah dan menghilangkan korupsi di Afghanistan, cara tersebut masih jauh

dari selesai. Masih banyak yang harus dilakukan oleh Pemerintah Persatuan

Nasional terhadap kejahatan korupsi di Afghanistan, seperti salah satunya

partisipasi dari berbagai kalangan masyarakat untuk bersama-sama berkomitmen

131

Administrative Office of The President Islamic Republic of Afghanistan, “National High

Council for Rule of Law and Anti-Corruption Holds Its First Meeting”, artikel ini diakses dari

http://aop.gov.af/english/2920/National+High+Council+for+Rule+of+Law+and+Anti-

Corruption+Holds+Its+First+Meeting pada 21 Maret 2017.

Page 82: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

69

dalam pencegahan kasus korupsi. Sebab, pencegahan adalah upaya penyelesaian

paling sulit yang dialami Afghanistan saat ini.132

Banyak pengamat sosial berpendapat bahwa faktor yang secara dominan

mempengaruhi perilaku korupsi dalam masyarakat adalah kebudayaan yang hidup

dalam masyarakat itu sendiri. Gunnar Myrdal misalnya, menyatakan bahwa

korupsi banyak terjadi di daerah Asia Selatan dibandingkan di negara Barat

disebabkan oleh faktor kebudayaan, yakni keadaan di mana orang enggan

menyebut keberadaan korupsi, tetapi ia menerimanya sebagai sesuatu yang

lumrah.133

Hal ini menurut Patrice Lumumba sudah berlangsung sejak lama di

Afghanistan, yang mana uang tersebut berasal dari dana bantuan negara-negara

asing seperti Amerika. Petinggi-petinggi Afghanistan belum mampu saat itu

mengelola keuangan dengan baik, sehingga wajar apabila mereka menganggap

bahwa bantuan tersebut dijadikan kepemilikan pribadi setelah mengalami

peperangan yang panjang.134

Seperti yang sudah dibenarkan oleh Hamidullah Husaini, sebagai bentuk

kesalahan pemahaman dalam memahami tindakan korupsi dan menambahkan

bahwa faktor etnis menjadi penghalang kebijakan anti-korupsi menjadi tidak

menyeluruh, menurutnya:135

“Unfortunately, corruption is very pervasive, it rooted everywhere. Fighting

against it is not easy and there is no trust. For example, if Mr. Ghani’s

intention is good but the people he brought to office from his ethnicity the

132

Hasil Wawancara dengan Hamidullah Husaini. 133

Edy Herry Pryhantoro, Korupsi Dalam Perspektif Teori Sosial Kontemporer, (Jakarta:

Agra Vidya, 2016), h. 19. 134

Hasil Wawancara dengan Patrice Lumumba. 135

Hasil Wawancara dengan Hamidullah Husaini.

Page 83: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

70

people from other ethnicites don’t trust them, it is very complicated. They

think while president cut supply of fund for them it enjoys it for the people

around himself”.

Namun, meskipun demikian, pemerintah Afghanistan telah menunjukkan

hasil yang cukup menggembirakan. Menurut Ahmad Nadeem Kakar, terlepas

Mohammad Ashraf Ghani tidak mampu mewujudkan janjinya dalam

memberantas korupsi sampai kepada akar-akarnya, setidaknya dia telah

melakukan penanganan yang serius dalam menjalankan misinya tersebut. Tentu

ini adalah sebuah pencapaian bagi Afghanistan, sebab sebelumnya Hamid Karzai

telah gagal dalam menangani persoalan ini.136

Jika percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan, hal itu akan lebih

baik karena segera mewujudkan kesejahteraan dan negara hukum demokratis bagi

Negara Afghanistan, mengingat korupsi dan demokrasi memiliki relasi yang erat.

Hal ini juga dibenarkan oleh Larry Diamond, ia menyatakan bahwa korupsi

merupakan ancaman bagi demokrasi dan konsolidasi demokrasi di suatu negara.

Ia mengajukan beberapa hal agar konsolidasi demokrasi dapat tercapai, salah

satunya adalah menghentikan perkembangbiakan korupsi.137

B.2 Kebijakan dalam Penegakan Hak-Hak Perempuan

Penderitaan panjang bagi perempuan Afghanistan berakhir ketika rezim

Taliban jatuh pada tahun 2001. Sejak saat itu, kiprah perempuan di ranah

produktif mulai menunjukkan eksistensinya. Mereka sudah makin terlihat

keterlibatannya di berbagai bidang, seperti turut mengambil keputusan di bidang

politik, mendapatkan kesempatan berdagang dalam bidang ekonomi,

136

Hasil Wawancara dengan Mohammad Salim. 137

Larry Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation, h. 113-138.

Page 84: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

71

mendapatkan pendidikan yang layak, bahkan bisa turut andil memberikan

pendidikan, serta menerima kesempatan yang sama di bidang kesehatan.

Hal ini semakin nampak ketika banyak perempuan di Afghanistan sudah

mulai menduduki jabatan penting di pemerintahan, seperti Ministry of Women’s

Affairs, Ministry of Higher Education, Ministry of Counter-Narcotics dan

Ministry of Labor, Social Affairs, Martyrs and Disabled, serta Afghanistan’s

Independent Commission on Human Rights. Selain itu, Kementerian Luar Negeri

Afghanistan telah menunjuk tiga Duta Besar perempuan ke Norwegia, Swiss dan

Indonesia, sementara seorang wanita baru-baru ini mengisi posisi Wakil Menteri

Luar Negeri untuk Urusan Ekonomi.138

Namun, di tengah perkembangan yang terjadi di Afghanistan, masih

ditemukan ketidakadilan dan tindakan diskriminatif yang melibatkan perempuan,

seperti misalnya yang terjadi di daerah pinggiran, di Provinsi Balkh, Afghanistan

Utara. Menurut pengakuan salah satu perempuan di sana, diskriminasi terhadap

perempuan terjadi dalam bentuk perkawinan anak di bawah umur, kawin paksa,

perkosaan dan poligami, serta masih banyak perempuan Afghanistan menjadi

objek kekerasan dan pelecahan seksual.139

Selain itu, perempuan di Afghanistan dianggap sebagai beban keluarga.

Mereka tidak diberikan uang yang cukup, sehingga pernikahan menjadi satu-

satunya solusi bagi mereka. Tidak heran apabila perempuan di Afghanistan

138

The Diplomat, “Institutionalizing Womens Rights For Afghanistan Future”, artikel ini

diakses dari http://thediplomat.com/2016/03/institutionalizing-womens-rights-for-afghanistans-

future/ pada 22 Maret 2017. 139

Mohammad Ismail, “Perempuan Afghanistan Hadapi Diskriminasi dan Kemiskinan”,

artikel ini diakses dari http://www.antaranews.com/berita/430052/perempuan-afghanistan-hadapi-

diskriminasi-dan-kemiskinan pada 22 Maret 2017.

Page 85: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

72

hampir sebagian besar menikah di usia yang sangat muda. Menurut sebagian

masyarakat Afghanistan, hal yang terpenting dalam pernikahan adalah jumlah

uang yang diterima, bukan perihal usia. Maka dari itu, perempuan dianggap tidak

lebih dari kepemilikan pribadi oleh laki-laki. Mereka dapat membeli atau

menjualnya, bahkan menjaga atau membuangnya sekalipun adalah urusan pihak

laki-laki sebagai pemimpin keluarga.140

Hal ini menjadi dampak terhadap kurangnya perlindungan hukum bagi

perempuan di Afghanistan. Mereka yang berasal dari daerah pinggiran

Afghanistan belum mengetahui Hak Asasi Manusia secara umum. Padahal,

penyadaran terhadap hak-hak akan mendorong mereka untuk memperjuangkan

statusnya di dalam kelompok masyarakat. Maka dari itu, perlunya pemberdayaan

perempuan dilakukan dengan membekali mereka akan pentingnya pemahaman

terhadap Hak Asasi Manusia.

Menyangkut hal tersebut, Mohammad Asharaf Ghani beranggapan bahwa

kekerasan dan diskriminasi terhadap kaum perempuan adalah bagian dari rasa

malu pemimpin saat ini. Afghanistan telah mewarisi situasi yang sangat

memalukan dan tercela. Mohammad Ashraf Ghani dalam pidatonya

tmenyebutkan untuk melarang bagian tertentu dari konstitusi, yang mana berisi

akan memenjarakan perempuan apabila meninggalkan rumah tanpa izin dari pihak

laki-laki.141

140

Dilawal Sherzai, “Discrimination Against Women in Afghan Society”, artikel ini

diakses dari http://outlookafghanistan.net/topics.php?post_id=3629 pada 22 Maret 2017. 141

GirlTalkHq, “Afghanistan President Ashraf Ghani Elevating Championing Status

Women”, artikel ini diakses dari http://girltalkhq.com/afghanistan-president-ashraf-ghani-

elevating-championing-status-women/ pada 22 Maret 2017.

Page 86: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

73

Ketidaksetaraan dan kekerasan terhadap gender di Afghanistan sebelumnya

telah mendorong para perempuan Afghanistan untuk membangun kelompok yang

dapat membantu sesama perempuan di Afghanistan. Di era pemerintahan Hamid

Karzai, sebuah organisasi yang bergerak khusus untuk emansipasi perempuan

dibentuk, The Afghan Women’s Mission telah resmi bekerja sama dengan The

Revolutionary Association of the Woman of Afghanistan (RAWA). Selanjutnya,

Women’s Development Centers didirikan pada tahun 2002 oleh Ministry of

Women’s Affairs, yang menjadi tempat perkumpulan bagi perempuan Afghanistan

untuk berdiskusi, melakukan bantuan sosial dan meningkatkan mutu pendidikan

di Afghanistan.142

Sedangkan Mohammad Ashraf Ghani beserta Abdullah Abdullah, yang

tergabung dalam National Unity Government (NUG), telah melakukan upaya

serius untuk meningkatkan partisipasi perempuan di pemerintahan. Presiden

Ashraf Ghani telah menunjuk tiga Duta Besar perempuan untuk Afghanistan dan

memilih empat perempuan untuk menduduki jabatan menteri di kabinetnya.

Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Afghanistan, presiden

memperkenalkan seorang wanita yang menjadi calon Mahkamah Agung.

Meskipun gagal memperoleh jabatan tersebut karena tidak mendapatkan cukup

suara untuk diratifikasi oleh Parlemen Afghanistan, tetapi sudah ada upaya untuk

memperkenalkan seorang perempuan sebagai pengganti Mahkamah Agung.143

142

Catarina Mega Amelia, “Upaya United Nation dalam Penyetaraan Gender di

Afghanistan”, ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Vol. 4 No. 1, (2016: 89-102), h. 90. 143

Ariana News, “Ashraf Ghani Warns to Fight Violence, Discrimination Against

Women”, artikel ini diakses dari http://ariananews.af/ghani-warns-to-fight-violence-

discrimination-against-women/ pada 22 Maret 2017.

Page 87: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

74

Menurut Mawaya dan Kabeer, hal tersebut merupakan sebuah

pemberdayaan gender (gender empowerment). Menurutnya, sangat penting untuk

menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perempuan untuk menggunakan

kemampuannya dalam mengenali masalah-masalah sosial, termasuk juga

kemampuan untuk mengambil tindakan dan pilihan strategis bagi kehidupan

mereka. Ini juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berpatisipasi

dalam ranah publik melalui kemampuannya mengakses sumber daya (resources)

ekonomi dan kekuasaan, menjadi bagian dari pengambil keputusan (agency).144

Seperti halnya kondisi yang sudah dibentuk oleh Mohammad Ashraf Ghani

dalam menambah peran perempuan merupakan sebuah kemajuan bagi perempuan

di Afghanistan. Mereka yang sejak dulu bermimpi untuk bekerja menjadi menteri

atau hakim, akhirnya punya kesempatan untuk mewujudkannya. Namun, bagi

perempuan yang tinggal di luar Provinsi Kabul, mereka tentu harus menempuh

pendidikan dan dianggap terpelajar untuk mampu merealisasikannya. Namun, saat

ini berbagai sekolah dan universitas di Afghanistan telah membuka pendaftaran

untuk perempuan. Terbukti, lebih dari 8 juta siswa dan siswi terdaftar di sekolah,

termasuk lebih dari 2,5 juta adalah perempuan.145

Di balik peningkatan terhadap kesetaraan perempuan di Afghanistan,

Ahmad Nadeem Kakar memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat

persoalan human rights atau women rights di Afghanistan. Menurutnya:146

144

Alfirdaus, “Bukan Untuk Angka, Apalagi Pemberdayaan: Kebijakan Setengah Hati

Kuota Perempuan”, Jurnal Konstitusi, Vol. 5 No.5 (2008: 145-159), h. 148. 145

World Education News and Reviews, “Education in Afghanistan”, artikel ini diakses

dari http://wenr.wes.org/2016/09/education-afghanistanhttp://wenr.wes.org/2016/09/education-

afghanistan pada 22 Maret 2017. 146

Hasil Wawancara dengan Ahmad Nadeem Kakar pada 13 Maret 2017.

Page 88: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

75

“The idea of human rights in current Afghanistan is suffering from one

problem which also cause human right to stagnate. It was associated with

the foreigner ideology. It means many ordinary people in Afghanistan think

ideas like human rights, women rights, and democracy are mottos to firstly

break down our traditional values, perspectives, and even faith. Like i heard

about some colleagues who teach the value of women rights in public and

academics but they put many restrictions on their own wives.”

Hal ini diyakini Ahmad Nadeem Kakar sebagai permasalahan utama yang

membuat kesetaraan perempuan di Afghanistan tidak menyuluruh, yakni karena

lazimnya, masyarakat Afghanistan masih berpandangan bahwa gagasan mengenai

human rights atau women rights merupakan slogan untuk menghancurkan nilai-

nilai tradisional dan kepercayaan yang sudah melekat sejak dahulu di

Afghanistan. Seperti ia melihat sebuah contoh terdekat, di mana mereka yang

paling massive mengkampanyekan hak-hak perempuan justru ialah mereka yang

mengekang istri-istri dan keluarganya sendiri.

Ahmad Nadeem Kakar menambahkan bahwa persoalan ini semestinya

diselesaikan dengan metode yang yang tidak terburu-buru. Sebab menurutnya,

human rights maupun women rights activist di Afghanistan telah melakukan

prosedur yang keliru, yang mana mereka memberitahukan kepada orang-orang di

lingkungan sekitar untuk segera berjuang melawan tindakan diskriminatif

terhadap perempuan, tanpa memahami bahwa betapa hal tersebut juga berguna

bagi kebaikan mereka. Ahmad Nadeem Kakar mengatakan, “Remember, humanity

is not simple and neutral as the machine and vehicle.”147

Melihat dari persoalan tersebut, Mohammad Ashraf Ghani tidak berdiam

diri. Ia berupaya untuk mengubah mindset masyarakat Afghanistan, karena

147

Hasil Wawancara dengan Ahmad Nadeem Kakar.

Page 89: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

76

menurutnya sikap tradisional masyarakat yang akan menghambat kemajuan dan

kesetaraan perempuan di Afghanistan. Tidak seperti kebanyakan pemerintah pada

umumnya, Mohammad Ashraf Ghani bersama National Unity Government

(NUG) tidak hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi juga berfungsi

sebagai agen perubahan sosial dengan terus melakukan langkah-langkah persuasif

dalam meluruskan pandangan masyarakat Afghanistan.

Adapun di tingkat lokal, National Unity Government bekerja sama dengan

beberapa pemuka agama dan masyarakat sipil di beberapa wilayah. Tokoh atau

pemuka agama memberikan pemahaman mengenai perlunya sikap menghargai

dan melindungi perempuan dengan ikut bergabung di komunitas Program

Solidaritas Nasional.148

Hal ini dilakukan guna untuk melakukan pendekatan

sosial dan agama kepada masyarakat di wilayah terpencil Afghanistan. Melalui

Program Solidaritas Nasional, lebih dari 22.000 perempuan Afghanistan secara

aktif melakukan berbagai kegiatan bermanfaat tanpa adanya diskriminasi gender.

Dalam hal ini, demokrasi mengedepankan prinsip-prinsip keterbukaan,

persamaan, kesetaraan dan keadilan bagi semua warga negara, baik laki-laki

maupun perempuan untuk berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan

berbangsa dan bernegara. Mewujudkan kesetaraan perempuan adalah salah satu

upaya mewujudkan demokratisasi, karena dengan kesetaraan gender akan

148

Program Solidaritas Nasional (NSP) didirikan pada pertengahan tahun 2003. Tujuannya

adalah untuk memberdayakan masyarakat Afghanistan untuk mengurangi kemiskinan melalui

pembentukan dan penguatan jaringan lembaga nasional. NSP dibentuk dalam membuat

masyarakat Afghanistan bekerjasama untuk membangun fasilitas umum secara kolektif, membantu

untuk memecahkan masalah dan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, kesetaraan dan keadilan.

Dilihat dari Afghanistan Reconstruction Trust Fund, “Active Portofolio Investment Projects”,

artikel ini diakses dari http://www.artf.af/portfolio/active-portfolio-investment-projects/rural-

development/national-solidarity-program-iii pada 22 Maret 2017.

Page 90: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

77

membuka peluang dan kesempatan bagi seluruh masyarakat dari segala lapisan

untuk ikut serta dalam proses demokratisasi itu sendiri.

Proses demokratisasi telah membuat pemerintah Afghanistan memberikan

aksesibilitas terhadap kaum perempuan yang selama ini dianggap inferior dan

tidak mampu memangku jabatan penting di pemerintahan. Perempuan

Afghanistan sangat antusias dalam partisipasi politik, dibuktikan dengan

banyaknya keikutsertaaan perempuan Afghanistan dalam pesta demokrasi

(pemilu), seperti, pemungutan suara dan ikut andil dalam komunitas sosial,

bahkan ambil bagian dalam kursi-kursi pemerintahan.

B.3 Kebijakan Melawan Kelompok Islam Radikal (Taliban)

Penanganan terhadap kelompok Islam Radikal di Afghanistan mulai

diterapkan sejak pemerintahan Hamid Karzai. Telah banyak upaya yang dilakukan

guna untuk mencapai perdamaian dan stabilitas Negara Afghanistan saat itu,

seperti halnya membentuk Dewan Tertinggi Keamanan di Afghanistan. Hamid

Karzai pun menunjuk Burhanuddin Rabbani149

sebagai Ketua Dewan Tertinggi

Keamanan sebagai bentuk usahanya dalam melanjutkan dialog negosisasi dengan

kelompok Taliban.

Selain itu, pada tahun 2010, Hamid Karzai telah menandatangani kerjasama

keamanan dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Pasukan Bantuan

Keamanan Internasional NATO (ISAF) mempunyai 130.000 tentara yang

149

Setelah Soviet angkat kaki dari Afghanistan, Burhanuddin Rabbani sempat menduduki

jabatan sebagai Presiden Afghanistan tahun 1992 hingga 1996. Rabbani tewas ketika seorang

pelaku bom bunuh diri meledakkan bom yang dia simpan di dalam turban pada tahun 2011. Dilihat

dari BBC News, “Afghan Peace Council Head Rabbani Killed in Attack”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.com/news/world-south-asia-14985779 pada 23 Maret 2017.

Page 91: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

78

ditempatkan di Afghanistan, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Hamid

Karzai beranggapan bahwa keputusannya untuk menyerahkan kekuasaan militer

Afghanistan ke tangan NATO akan memberikan rasa aman bagi masyarakat

Afghanistan.150

Namun, kenyataannya hal tersebut tidak terealisasikan. Justru

NATO dianggap gagal dalam menciptakan stabilitas di Afghanistan.

Hal ini dikarenakan, seluruh pelaksanaan NATO menyebabkan penderitaan

besar bagi masyarakat Afghanistan. Menurut Hamid Karzai, prioritasnya adalah

untuk menciptakan rasa aman di negaranya, dan jika berbagi kekuasaan dengan

Taliban adalah solusinya, maka hal tersebut akan dilakukan. Sebelum Hamid

Karzai turun dari jabatan presiden, pemerintah Afghanistan saat itu sempat terlibat

aktif dalam pembicaraan dengan kelompok militan Taliban. Hamid Karzai

membantah bahwa membawa Taliban ke pemerintahan akan menyebabkan

langkah mundur bagi demokrasi di Afghanistan.151

Sedangkan Amerika Serikat saat itu bersikeras untuk melanjutkan kerjasama

keamanan di Afghanistan, sebelum penarikan mundur oleh pasukan Amerika

Serikat pada tahun 2014. Sebelumnya, Amerika Serikat menuntut perjanjian

bilateral yang mengatur pengerahan pasukannya setelah 2014. Tetapi hal tersebut

tidak ditanggapi oleh Hamid Karzai dan menolak untuk menandatangani naskah

perjanjian itu. Ia menerangkan bahwa perjanjian tersebut seharusnya ditandatangai

oleh presiden baru akan datang, yang akan dipilih melalui pemilihan umum

kembali pada April tahun 2014.

150

BBC Indonesia, “Karzai dan NATO Sepakati Strategi”, artikel ini diakses dari

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2010/11/101120_natolisabon.shtml pada 23 Maret 2017. 151

BBC Indonesia, “NATO Dianggap Gagal oleh Presiden Karzai”.

Page 92: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

79

Kemudian setelah Mohammad Ashraf Ghani terpilih dan menduduki jabatan

presiden, upaya pertama yang dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan oleh

Hamid Karzai sebelumnya, yaitu bernegosiasi. Mohammad Ashraf Ghani

mengundang gerilyawan Taliban untuk berpartisipasi dalam proses rekonsiliasi

yang dipimpin oleh pemerintah Afghanistan. Menurutnya, permasalahan ini harus

diselesaikan oleh masyarakat Afghanistan sendiri, ia meminta seluruh mitra

internasional untuk mendukung proses tersebut. Ashraf Ghani percaya bahwa

masyarakat Afghanistan memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk mengatasi

masalah mereka.152

Setelah Mohammad Ashraf Ghani beberapa kali mencoba untuk berunding

secara damai dengan kelompok Taliban, hal itu tetap tidak diperdulikan oleh

kelompok tersebut. Menurutnya, kelompok Taliban akan mendukung negosiasi

tersebut jika pemerintah Afghanistan mampu mengakhiri apa yang disebutnya

“pendudukan asing pimpinan Amerika” dan menghasilkan hukum Islam di

Afghanistan. Namun, apabila hal tersebut tidak direalisasikan, maka kelompok

Taliban akan tetap melakukan aksinya.

Menurut Patrice Lumumba, kelompok Taliban merupakan organisasi yang

kuat sehingga sulit untuk dihilangkan. Upaya yang telah dilakukan oleh

Mohammad Ashraf Ghani dan dibantu oleh Amerika hanya mengatasi luarnya

saja, yaitu dengan cara-cara kekerasan, sedangkan pemikiran dari kelompok ini

yang semestinya harus dihentikan.153

152

Kunto Wibisono, “Presiden Afghanistan Undang Taliban Berdialog”, artikel ini diakses

dari http://www.antaranews.com/berita/461798/presiden-afghanistan-undang-taliban-berdialog

pada 23 Maret 2017. 153

Hasil Wawancara dengan Patrice Lumumba.

Page 93: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

80

Sebelumnya, kelompok Taliban mengakui keterlibatan dirinya terhadap

tewasnya ratusan pasukan keamanan Afghanistan dan atas kematian Ketua Dewan

Tertinggi Keamanan, serta mengecam seluruh masyarakat Afghanistan yang

mendukung tegaknya demokrasi di negara tersebut. Hal ini dilakukannya guna

untuk melahirkan kembali sebuah sistem pemerintahan yang berbasis Islam,

seperti yang sudah diterapkan tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 di

Afghanistan.

Bruce B Lawrence mengatakan bahwa mayoritas dari kelompok radikal

memang mengusung ideologi Islamis yang dikampanyekan kepada seluruh

anggota masyarakat untuk menggantikan sistem demokrasi yang dianggap berasal

dari Barat. Bagi mereka, sistem demokrasi jelas tidak mewakili Islam, sebab

agama tidak pernah mengenal istilah demokrasi. Demokrasi dalam pandangan

mereka adalah hasil ciptaan akal budi manusia yang diperlakukan lebih istimewa

ketimbang agama. Inilah yang oleh kalangan radikal digambarkan sebagai

“pemberontakan atas kekuasaan Tuhan” (the revolt against God’s sovereignty).154

Demokrasi semacam ini, di mata Judith Miller, tampaknya merupakan tren

umum di hampir semua kalangan Islam politik di dunia muslim.155

Hal ini

digambarkan oleh Daniel E. Price karena mayoritas kelompok Islam politik di

negara-negara mulim mengklaim bahwa keberadaan negara adalah tidak lebih dari

sarana untuk menerapkan syariat Islam. Karena itu, walaupun suatu negara

154

Bruce B. Lawrence, Defenders of God: The Fundamentalist: Revolt Against the Modern

Age, (San Francisco: Harper & Row, 1989), h. 15. Lihat juga Ahmad S. Mousalli, Radical Islamic

Fundamentalism: The Ideological and Political Discource of Sayyid Qutb, (Beirut: American

University of Berut, 1992), h. 118. 155

Edward W. Said, Covering Islam: How the Media and The Experts Determine How We

See The Rest of The World, (New York: Vintage Books, 1997), h. 39.

Page 94: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

81

diperintah oleh rezim otoriter, asalkan mempunyai kebijakan penerapan syariat

Islam, akan tetap didukung dan dipertahankan.156

Demokrasi idealnya menjadi ruang terbuka bagi berkembangnya sikap

toleran dan penghormatan terhadap hak-hak individu dan kelompok bagi

tumbuhnya gagasan baru. Akan tetapi, di saat yang bersamaan, demokrasi justru

memberi ruang lebar bagi berkembangnya gerakan-gerakan radikal yang secara

terang-terangan mengusung agenda anti-demokrasi.

Pada tingkat tertentu, kehadiran kelompok radikal yang kritis terhadap

penggunaan kebebasan perlu untuk menjadi kontrol dari praktek demokrasi.

Namun, apabila kontrol yang berlebihan dari kelompok ini, seperti melakukan

kekerasan kepada pihak yang dianggap berseberangan, pada akhirnya dapat

melemahkan bahkan merusak demokrasi itu sendiri.

Hal ini tidak akan terjadi apabila pemerintah mampu menyelesaikan

persoalan tersebut dengan segera. Melihat banyaknya korban yang terus

berjatuhan di Afghanistan, Mohammad Ashraf Ghani kemudian mengambil

langkah tegas dalam mengatasi permasalahan tersebut. Ia menyetujui untuk

memperpanjang kontrak kerjasama dengan Amerika Serikat dan NATO, ia

sepakat agar pasukan asing tetap berada di negaranya, guna untuk menjaga

stabilitas dan keamanan di Afghanistan.157

Ashraf Ghani mengizinkan lebih dari 10.000 prajurit yang dikepalai oleh

Pasukan Koalisi Amerika Serikat untuk tinggal dan melatih tentara dan polisi di

156

Daniel E. Price, Islamic Political Culture, Democracy, and Human Rights: A

Comparative Study, (London: Greenwood Publishing Group, 1999), h. 5. 157

Voa News, “Afghanistan Signs Security Pacts with Us, NATO”, artikel ini diakses dari

http://www.voanews.com/a/us-welcomes-signing-of-bilateral-security-agreement-with-

afghanistan/2467098.html pada 4 April 2017.

Page 95: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

82

Afghanistan.158

Keputusan ini diambil oleh presiden mengingat sebagian besar

masyarakat Afghanistan khawatir terhadap hengkangnya pasukan NATO pada

2014. Mereka khawatir keamanan kembali runyam setelah pasukan asing

meninggalkan Afghanistan.

Melihat keputusan yang diambil oleh presiden, Hamid Karzai menegaskan

kepada Ashraf Ghani bahwa kelompok Taliban tidak akan mampu dikalahkan

dengan kekuatan militer. Ia menilai misi pasukan NATO belum mampu

memecahkan masalah utama di Afghanistan, yakni keamanan. Selain itu,

keberadaan NATO menyebabkan masyarakat sipil menjadi korban. Seperti

insiden yang terjadi di wilayah Logar, yang tanpa sengaja menewaskan tiga warga

sipil.159

Saat itu, mereka sedang berdebat mengenai sengketa tanah, lalu pasukan

NATO mengira bahwa mereka adalah anggota Taliban yang sedang

mempersiapkan sebuah serangan.

Thomas Ruttig, salah satu Direktur Afghan Anayst Network memiliki

pandangan yang serupa dengan Hamid Karzai. Menurutnya, situasi keamanan

seluruhnya bergantung pada kelompok Taliban, perang di Afghanistan belum juga

berakhir sebab NATO tidak mampu melumpuhkan Taliban.160

Komandan

Amerika Serikat di Afghanistan, Jenderal David H. Petraeus juga mengakui

bahwa Taliban adalah kelompok yang paling kompeten dan taktis yang pernah

158

International Business Times, “Afghanistan to Allow 10.000 US Troops Remain After

2014 Under New Security Agreement, Officials Yes”, artikel ini diakses dari

http://www.ibtimes.com/afghanistan-allow-10000-us-troops-remain-after-2014-under-new-

security-agreement-officials-1696349 pada 4 April 2017. 159

Deb Riechman, “NATO Apologizes for Civilian Deaths in Afghanistan”, artikel ini

diakses dari http://www.csmonitor.com/World/Latest-News-Wires/2012/0608/NATO-apologizes-

for-civilian-deaths-in-Afghan-airstrike pada 4 April 2017. 160

Ferry Kisihandi, “Misi Pasukan Asing Selesai”, artikel ini diakses dari

http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-koran/14/12/29/nhc3k76-misi-pasukan-

asing-selesai pada 23 Maret 2017.

Page 96: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

83

dihadapi oleh NATO. Banyak hal yang dimiliki oleh Taliban dan membuatnya

lebih terlatih dan berpengalaman dibandingkan polisi dan tentara Afghanistan

sekalipun.161

Namun, hal itu tidak menghentikan langkah Mohammad Ashraf Ghani

untuk mengurangi ruang gerak Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani lebih

memilih mengajak Pakistan untuk memerangi kelompok Taliban daripada

membawa kelompok militan tersebut ke meja perundingan. Sebelumnya,

Afghanistan menuding Pakistan mensponsori pemberontakan Taliban, isu ini

timbul karena pemerintah Pakistan mengakui bahwa kelompok Taliban

bersembunyi di dalam wilayah Pakistan selama bertahun-tahun.

Menanggapi hal tersebut, menurut Ashraf Ghani, pemerintah Pakistan

seharusnya menindak mereka sebagai bentuk tanggung jawab bersama.

Pemerintah Afghanistan sudah kewalahan setelah banyak mengelurakan modal

politik guna membujuk Pakistan untuk mendesak Taliban ke meja perundingan.

Seperti yang diutarakannya ketika berpidato dalam sidang gabungan Majelis

Nasional Afghanistan, yaitu:162

“Saya ingin menjelaskan bahwa kita tidak lagi berharap Pakistan mengajak

Taliban ke meja perundingan, yang kita harapkan adalah Pakistan mau

melancarkan operasi militer terhadap kubu-kubu pertahanan Taliban di

wilayah mereka. Jika tidak mampu mengatasinya, Pakistan sebaiknya

menyerahkan mereka ke wilayah hukum kita. Saya ingin mengatakan bahwa

pengampunan bagi mereka telah usai, selama ini kami memberikan pintu

terbuka untuk berunding, namun pintu itu tidak akan selamanya terbuka.”

161

North Atlantic Treaty Organization, “ISAF Commander General David Petraeus

Interviewed on Afghanistan”, artikel ini diakses dari

http://www.nato.int/cps/en/natolive/opinions_65854.htm pada 23 Maret 2017. 162

Suara Merdeka, “Afghanistan Ajak Pakistan Perangi Taliban”, artikel ini diakses dari

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/afghanistan-ajak-pakistan-perangi-taliban/ pada 23 Maret

2017.

Page 97: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

84

Berdasarkan pernyataan Ashraf Ghani, Ahmad Nadeem Kakar mengatakan

bahwa tindakan ambisius seperti ini hanya dimiliki oleh Mohammad Ashraf

Ghani, sehingga menjadi ciri khas sosok dirinya. Hal ini yang membuat ia berbeda

dengan presiden sebelumnya. Seperti yang ia utarakan ketika diwawancara,

yakni:163

“At first, Ashraf Ghani thought that negotiations with the Taliban are the

only way to “end the bloodshed” and bring peace to the country. Then he

realized that it was an useless way. He assumed that no more peace talks

with Taliban, but it is time to wipe all of the Taliban people. As we can see

that is one major difference between Hamid Karzai and Ashraf Ghani.”

Sejak saat itu, Mohammad Ashraf Ghani berjanji untuk melakukan aksi

militer yang tegas terhadap kelompok Taliban dan berkomitmen menegakkan

hukuman kepada mereka, termasuk eksekusi terhadap para terpidana kelompok

Taliban. Tekad Ashraf Ghani tersebut kemudian terealisasikan ketika insiden

sebuah truk besar diledakkan oleh beberapa kelompok Taliban, yang

mengakibatkan tewasnya 64 pasukan keamanan dan masyarakat sipil.164

Ashraf

Ghani segera mengambil langkah untuk mengeksekusi mati 6 militan Taliban,

termasuk mereka yang terlibat dalam pembunuhan mantan presiden, Burhanuddin

Rabbani di tahun 2011 dan pembunuhan wakil kepala Intelijen Mohammad

Laghmani di tahun 2009.

Mengamati kebijakan yang telah diterapkan oleh Ashraf Ghani tersebut,

wakil direktur Amnesty International untuk Asia Selatan beranggapan bahwa

rencana pemerintah Afghanistan untuk mengeksekusi orang-orang yang dihukum

163

Hasil Wawancara dengan Ahmad Nadeem Kakar. 164

Aljazeera and Agencies, “Taliban Truck Bomb Hits Northgate Hotel in Kabul”, artikel

ini diakses dari http://www.aljazeera.com/news/2016/08/taliban-truck-bomb-hits-foreign-

guesthouse-kabul-160801000720311.html pada 7 April 2017.

Page 98: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

85

karena kejahatan teror, tidak akan memberi keadilan yang layak bagi korban, atau

memberikan Afghanistan keamanan sesuai yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan

kelompok militan Taliban lainnya akan memberikan perlawanan secara terus-

menerus yang pada akhirnya membahayakan masyarakat sipil di Afghanistan.165

Melihat massive-nya gerakan radikalisme berjuang untuk menjalankan

misinya tersebut, banyak para ahli yang memandang perlunya merumuskan

sebuah kebijakan yang dapat mengatasi gerakan radikal di satu sisi, tetapi tidak

menutup demokrasi itu sendiri di sisi lain. Seperti yang dikemukakan oleh

Lawrence C. Reardon, yakni sikap demokrasi terhadap kelompok radikal ibarat

buah simalakama; maju kena, mundur pun kena.166

Menindak kelompok tersebut

jelas akan melemahkan kualitas demokrasi, tetapi apabila hal tersebut tidak segera

direalisasikan, maka akan merusak demokrasi dari dalam, bahkan membunuhnya.

Namun demikian, negara tidak memiliki kapasitas untuk merantai kelompok

tersebut agar sesuai pada koridornya. Jika negara bertindak represif, maka dapat

dipastikan pergerakan arah demokrasi akan berjalan ke arah negatif. Dalam

konteks ini, negara baru diperbolehkan melakukan intervensi ketika efek yang

ditimbulkan oleh kelompok tersebut membahayakan keamanan negara, misalnya

terjadi kekerasan yang melibatkan kelompok radikal.167

165

The Guardian, “Afghanistan Executes Six Taliban Prisoners”, artikel ini diakses dari

https://www.theguardian.com/world/2016/may/08/afghanistan-executes-six-taliban-prisoners-

ashraf-ghani pada 4 April 2017. 166

Lawrence C. Reardon, “Interpreting Political Islam‟s Challenge to Southeast Asia:

International Terrorism, Nationalism and Rational Choice”. Dilihat dalam William Crotty (ed.),

Democratic Development and Political Terrorism: The Global Perspective, (Florida:

Northeastern, University Press, 2005), h. 215-216. 167

Ibid., h. 217.

Page 99: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

86

Dalam hal ini, upaya yang dilakukan oleh Mohammad Ashraf Ghani dalam

memberantas Taliban di Afghanistan dengan cara menggunakan kekuatan militer

ataupun mengeksekusi 6 militan Taliban karena kejahatan teror,

merepresentasikan cara-cara otoritarianisme yang masih kental. Cara-cara seperti

ini rawan dengan unsur-unsur kepentingan yang tidak mencerminkan kepentingan

publik. Selain itu, upaya tersebut hanya akan semakin menjauhkan negara dari

prinsip-prinsip demokrasi yang menjanjikan kemerdekaan.

Meskipun demikan, Mohammad Ashraf Ghani sebelumnya telah melakukan

upaya yang soft dalam menyelesaikan permasalahan radikalisme di Afghanistan,

seperti misalnya bernegosiasi dengan para militan Taliban dan pemerintah

Pakistan. Hal tersebut tentu menggambarkan nilai-nilai demokrasi yang

sebelumnya berhasil dibangun. Namun, upaya tersebut dianggap berlarut-larut dan

tidak membuahkan hasil. Pada tahap ini, Afghanistan membutuhkan peraturan

yang spesifik diarahkan untuk melindungi dan mempertahankan demokrasi di

Afghanistan secara konstitusi dalam menanggulangi gerakan radikalisme di

Afghanistan.

C. Implementasi Kebijakan Ashraf Ghani dalam Membangun Good

Governance

Melihat uraian masalah dan langkah yang telah dibuat oleh Mohammad

Ashraf Ghani melalui kebijakan-kebijakannya, penulis selanjutnya akan

menganalisa dampak kebijakan-kebijakan tersebut dalam membangun tata

pemerintahan yang baik (good governance) di Afghanistan. Hal ini juga

Page 100: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

87

merupakan tekad yang pernah diutarakan oleh Mohammad Ashraf Ghani sendiri

saat beliau dilantik sebagai presiden pada 2014.

Sadu Wasistiono mengemukakan bahwa tuntutan akan good governance

timbul karena adanya penyimpangan dalam penyelenggaraan negara dari nilai

demokratis sehingga mendorong kesadaran warga negara untuk menciptakan

sistem atau paradigma baru untuk mengawasi jalannya pemerintahan agar tidak

melenceng dari tujuan semula.168

Seperti halnya di Afghanistan, penyelenggaraan pemerintahan yang tidak

dikelola dengan baik di era pemerintahan Hamid Karzai mengakibatkan

timbulnya berbagai masalah seperti korupsi, penegakan hukum yang sulit

berjalan, diskrimanasi perempuan, serta situasi keamanaan yang tidak kondusif.

Berbagai persoalan tersebut yang kemudian mendorong kesadaran masyarakat

untuk melakukan transformasi terhadap negara, hal ini pertama kali ditunjukkan

dengan cara memilih pemimpin yang memiliki visi yang sama.

Dalam hal ini, good governance akan berkembang sehat di bawah

kepemimpinan yang berwibawa dan memiliki visi yang jelas. Mohammad Ashraf

Ghani dengan slogan reformasinya secara impulsif mendapat pengakuan dan

kepercayaan dari masyarakat Afghanistan untuk mampu merealisasikan hal

tersebut terwujud. Menurut Susan Rose-Ackerman, trust sangat esensial untuk

berfungsi dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan demokratis, karena

168

Sadu Wasistiono, Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, h. 23.

Page 101: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

88

sulit bagi pemilih untuk terus menerus mengontrol atau mengawasi para wakil

yang dipilihnya menjadikan kepercayaan tersebut harus exist.169

Mohammad Ashraf Ghani menunjukkan hasil yang positif melalui

penerapan kebijakan anti-korupsi yang diimplementasikan melalui beberapa

upaya, seperti; aksi vokalnya dalam reform paper pada konferensi London,

pembentukan dewan pengawas eksternal yaitu Komisi Pengadaan Nasional

(National Procurement Commission) dan Otoritas Pengadaan Nasional (National

Procurement Authority), membangun lembaga anti-korupsi yakni High Council

Governance, Rule of Law and Anti-Corruption (HCAC), serta membentuk

lembaga peradilan anti-korupsi yaitu Anti-Corruption Criminal Justice Center

(ACJC).

Namun, di balik pencapaiannya tersebut, tidak semua bisa dikatakan

berhasil. Menurut Srirak Plipat, Regional Director for Asia Pacific, Afghanistan

masih membutuhkan institusi anti-korupsi yang kuat, independen dan bebas dari

pengaruh politik dalam mencegah dan menghilangkan korupsi di Afghanistan.170

Hal ini juga sejalan dengan laporan data survei pada 2016 dari Transparansi

Internasional171

yang menunjukkan bahwa tingkat korupsi di Afghanistan masih

berada pada peringkat 169 dari 176 negara, meskipun setiap tahunnya

Afghanistan mengalami peningkatan yang relatif membaik.

169

Susan Rose-Ackerman, Korupsi dan Peremintahan: Sebab, Akibat, dan Reformasi, terj.

Toenggoel P. Siagian, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2006), h. 27. 170

Tranparency International, “What Needs to Change in Afghanistan”, artikel ini diakses

dari http://www.transparency.org/news/feature/corruption_in_afghanistan_what_needs_to_change

pada 4 April 2017. 171

Transparency International, “Corruption Perceptions Index”, artikel ini diakses dari

http://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_2016 pada 4 April 2017.

Page 102: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

89

Terdapat banyak faktor yang menghambat kebijakan anti-korupsi tidak

terealisasi sesuai target yang diinginkan. Jeremy Pope, salah seorang pendiri

Transparansi Internasional menyebutkan tidak adanya koordinasi dalam

pemberantasan korupsi sebagai faktor yang menyebabkan kegagalan tersebut.

Faktor lainnya, menurut dia, adalah karena tujuan pemberantasan korupsi yang

tidak spesifik dan dapat dicapai yang memungkinkan diperolehnya hasil dengan

cepat atau „quick wins‟ untuk memperoleh dukungan kuat publik.

Sementara Huberts, berpendapat tidak ada atau kurang efektifnya kontrol

institusional internal, supervisi dan lemahnya kepemimpinan sebagai penyebab

kegagalan tersebut. Hal ini juga menjadi kendala Mohammad Ashraf Ghani

beserta National Unity Government (NUG) dalam menstabilkan perekonomian di

Afghanistan guna untuk membangun sebuah pemerintahan yang baik. Seperti

yang diutarakan oleh Penasehat Senior Ashraf Ghani, Sardar Mohammad

Roshan172

yakni: “However, the agenda of anti-corruption strategy suffers from

five major shortcomings; a lack of consistency, false assumptions, a weak

intitutional model, a lack of consultation with critical actors, and

incomprehensiveness.”

Dalam hal ini, strategi yang telah dibentuk oleh Mohammad Ashraf Ghani

bersama National Unity Government (NUG) untuk berperang melawan korupsi

memiliki beberapa kelemahan dalam pengimplementasiannya. Di antaranya:

pertama, lemahnya komitmen, konsistensi dan transparansi penegakan hukum.

Sebagi bukti, National Unity Government (NUG) berjanji akan memberikan

172

Wawancara dengan Sardar Mohammad Roshan, Senior Advisor Mohammad Ashraf

Ghani. Dilihat dari Sayed Ikram, Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The Institutional

Puzzle, h. 29.

Page 103: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

90

hukuman yang setimpal kepada pejabat-pejabat yang terkait dengan kasus korupsi

Bank Kabul. Namun, setelah kasus tersebut dibawa ke Kantor Kejaksaan,

penanganan terhadap kasus tersebut berhenti sampai di situ. Tidak terdengar kabar

mengenai bagaimana tindak penyelesaian selanjutnya.

Kedua, pemahaman yang keliru terhadap lembaga anti-korupsi yang

independen. Seperti misalnya Pemerintah Afghanistan berkomitmen untuk

membangun sebuah lembaga yang independen, yaitu Komisi Pengadaan Nasional

(National Procurement Commission) dan Otoritas Pengadaan Nasional (National

Procurement Authority), High Council Governance, Rule of Law and Anti-

Corruption (HCAC), serta Anti-Corruption Criminal Justice Center (ACJC).

Namun, dalam hal kebijakan, keseluruhannya masih berada di bawah kewenangan

presiden, Chief Executive Officer, wakil presiden, dan pejabat tinggi lainnya di

Afghanistan.

Ketiga, yaitu institusi yang masih lemah dan tidak pasti (tegas). Pemerintah

Afghanistan idealnya membangun sebuah intitusi anti-korupsi yang didesain

untuk meningkatkan efek jera terhadap pelaku-pelakunya. Kemudahan dalam

pendeteksian dan pembuktian tindak pidana korupsi tidak cukup apabila sanksi

pidana terhadap tindakan tersebut ringan atau tidak menjerakan. Dalam hal ini,

hukuman mati terhadap koruptor diperlukan di suatu negara dalam keadaan

darurat korupsi di mana korupsi telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan

berbangsa dan bernegara.173

173

Roby Arya Brata, Analisis Masalah Good Governance dan Pemerintahan Strategis, h.

43-44.

Page 104: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

91

Keempat, kinerja institusi yang masih sulit dipahami. Lembaga seperti High

Council Governance, Rule of Law and Anti-Corruption (HCAC) seharusnya

dibangun dengan metode yang lebih sederhana tetapi sesuai prosedur, sehingga

kinerja sebuah institusi dengan mudah mencapai visi misi yang diinginkan. Hal ini

juga dibenarkan oleh Transparansi Internasional174

, yakni:

“Accountability of the HCAC is even more probelamtic. According to the

decree, the HCAC shall report to the cabinet and the people each year. The

HCAC is the presided over by the President and half of its members are also

members of the cabinet; it seems that HCAC are accountable only to

themselves. This may meet the requirements of internal accountability but it

is not external eccountability mechanism by any standard.”

Di sisi lain, hal tersebut menjadi bukti kerja keras dan tekad Mohammad

Ashraf Ghani beserta National Unity Government dalam menurunkan angka

pertumbuhan korupsi di Afghanistan selama 3 tahun. Tidak bisa dipungkiri bahwa

pemberantasan korupsi memerlukan waktu yang relatif lama untuk benar-benar

mewujudkan clean government di Afghanistan.

Menurut Philipus M. Hardjon, pemerintahan yang bersih bukanlah suatu

konsep, oleh karena itu tidak ada ukuran normatif suatu pemerintahan yang

bersih. Namun, pemerintahan yang bersih umumnya berlangsung di negara yang

masyarakatnya menghormati hukum, pemerintahan yang seperti ini juga disebut

sebagai kepemerintahan yang baik (good governance).175

Maka dari itu, membangun good governance adalah mengubah cara kerja

state, membuat pemerintah accountable, dan membangun pelaku-pelaku di luar

negara cakap untuk ikut berperan membuat sistem baru yang bermanfaat secara

174

Sayed Ikram, Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The Institutional Puzzle, h.

32. 175

Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung: Mandar

Maju, 2007), h. 10.

Page 105: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

92

umum. Dalam konteks ini, tidak ada satu tujuan pembangunan yang dapat

diwujudkan dengan baik hanya dengan mengubah karakteristik dan cara kerja

institusi negara dan pemerintah. Dalam hal ini, untuk mengakomodasi keragaman,

good governance juga harus menjangkau berbagai tingkat wilayah politik.176

Untuk itu, tidak hanya dalam penanganan korupsi, Mohammad Ashraf

Ghani berupaya untuk membangun sebuah pemerintahan yang baik dengan

melibatkan seluruh partispasi masyarakat Afghanistan, khususnya kaum

perempuan. Melalui kebijakan-kebijakan seperti peningkatan partisipasi

perempuan di pemerintahan dan mengajak perempuan Afghanistan untuk

bergabung dalam komunitas Solidaritas Nasional, Mohammad Ashraf Ghani

terbilang cukup berhasil.

Hal ini jelas menambah kualitas perempuan di Afghanistan, yang dulunya

hanya berada di lingkungan rumah. Dengan kebijakan tersebut, berbagai sekolah

dan universitas di Afghanistan telah membuka pendaftaran untuk perempuan.

Terbukti, lebih dari 8 juta siswa dan siswi terdaftar di sekolah, termasuk lebih dari

2,5 juta adalah perempuan. Terlebih, berbagai universitas pun dibangun dengan

perempuan Afghanistan sebagai agent of change.

Pencapaian ini merupakan bukti bahwa Afghanistan sedang berbenah untuk

menciptakan pemerintahan yang baik dengan ikut melibatkan seluruh elemen

masyarakat. United Nations Development Programme (UNDP)177

telah mencatat

sembilan karakteristik good governance, dan dalam hal ini, terdapat tiga kriteria

176

Loina Lalolo, Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan

Partisipasi, h. 6. 177

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, h. 7.

Page 106: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

93

atau tolak ukur yang sudah sejauh ini dimiliki Afghanistan dalam mencapai tata

pemerintahan yang baik (good governance), yaitu participation, equity dan

strategic version.

Dikatakan strategic version karena Mohammad Ashraf Ghani mempunyai

komitmen dan tekad ke depan dalam mewujudkan good governance di

Afghanistan. Namun dalam hal keamanan, Aimal Faizi, seorang jurnalis di

Afghanistan memiliki pandangan yang berbeda, menurutnya Afghanistan

kehilangan keseimbangannya ketika Presiden Ashraf Ghani terus melanjutkan

strateginya dalam hal memberantas kelompok Islam radikal Taliban.178

Ia

meyakini, selain melakukan pembalasan kekerasan terhadap kelompok Taliban,

pasti ada cara yang lebih efektif yang seharusnya dilakukan oleh tokoh

pembangunan seperti Ashraf Ghani.

Di sisi lain, menanggapi kebijakan yang dilakukan oleh Ashraf Ghani

tersebut, Ahmad Nadeem Kakar179

justru memuji ketegasan yang dimiliki oleh

Ashraf Ghani. Menurutnya, “President Ghani is a fim, strong-minded, and

empowering leader”. Hal ini juga disepakati oleh Mohammad Salim180

yang

menyatakan bahwa Hamid Karzai tidak lebih baik dari Presiden Ashraf Ghani

dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.

Jika dibandingkan dengan pemimpin sebelumnya seperti Hamid Karzai,

Mohammad Ashraf Ghani memang terbilang unggul. Hal ini terlihat dari

tingginya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dibandingkan di era

178

Aimal Faizi, “Ashraf Ghani Strategy Fail”, artikel ini diakses dari

http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2016/05/ashraf-ghani-war-strategy-fail-

160503071038798.html pada 5 April 2017. 179

Hasil Wawancara dengan Ahmad Nadeem Kakar. 180

Hasil Wawancara dengan Mohammad Salim.

Page 107: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

94

kepemimpinan Hamid Karzai.181

Dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat,

pemimpin idealnya harus accountable, yaitu dapat dikur kinerjanya. Melihat

beberapa upaya yang mencoba diterapkan oleh Ashraf Ghani dalam membangun

tata pemerintahan yang baik di Afghanistan, ia patut untuk dipuji. Ini karena visi

dan misi yang telah ia bangun mampu ia realisasikan, terhitung sejak ia terpilih

sebagai presiden.

Seperti apa yang Ashraf Ghani ungkapkan di depan masyarakat

Afghanistan182

, “The two million people who voted for my agenda, they did not

vote for my person”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Afghanistan

memilihnya bukan karena dirinya, melainkan karena agenda yang telah

dijanjikan. Tentu sejak awal masyarakat sudah meyakini sosok Ashraf Ghani akan

menciptakan struktur pemerintahan yang baik di Afghanistan.

181

Hasil Wawancara dengan Ahmad Nadeem Kakar dan Mohammad Salim. 182

The Diplomat, “Interview: Ashraf Ghani”.

Page 108: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

95

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekalipun telah dilaksanakan 3 kali pemilu demokratis secara berkala di

Afghanistan, yaitu pada 2004, 2009 dan 2014, hal tersebut bukan jaminan

konsolidasi demokrasi mampu tercapai. Sebab untuk mewujudkan hal itu, tidak

hanya dinilai pada proses jalannya pemilu, terdapat kriteria lain yang harus

dimiliki suatu negara sehingga demokrasi mampu dikatakan stabil. Seperti apa

yang diungkapkan oleh Larry Diamond bahwa terdapat 7 indikator menuju

demokrasi terkonsolidasi.

Apabila dilihat dari unsur partai politik, hal tersebut belum terwujud.

Kondisi partai politik di Afghanistan telah kehilangan daya tariknya. Masyarakat

Afghanistan memandang partai politik selalu identik dengan pemerintahan

komunis di masa lalu dan terdapat kekhawatiran bagi mereka bahwa partai politik

merupakan organisasi yang memiliki kemungkinan memecah belah suatu etnis.

Meskipun saat ini perkembangan partai politik di Afghanistan mengalami

peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Afghanistan masih

membutuhkan aksi politik yang mampu mengesampingkan antara kepentingan

politik dan etnis.

Namun di sisi lain, demokrasi di Afghanistan memiliki citra yang positif.

Hal ini terlihat dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat Afghanistan untuk

menyelenggarakan pemilihan umum, meskipun dibayang-bayangi oleh teror

kelompok Taliban yang akan mengancam kebebasan mereka. Situasi tersebut

Page 109: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

96

menunjukkan keyakinan masyarakat Afghanistan terhadap penyelenggaraan

demokrasi di negara mereka. Dalam konteks ini demokrasi mampu terlaksana,

mengingat esensi dari konsolidasi demokrasi adalah legitimasi.

Terpilihnya Mohammad Ashraf Ghani pada September 2014 diharapkan

mampu menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance) bagi

Afghanistan. Harapan dan keinginan mewujudkan tata pemerintahan yang baik

(good governance) adalah tekad yang pernah diucapkan oleh Mohammad Ashraf

Ghani saat beliau dilantik sebagai presiden. Harapannya ini kemudian

dimplementasikan ke dalam kebijakan-kebijakannya selama menjabat.

Dalam hal penanganan korupsi, Mohammad Ashraf Ghani menunjukkan

hasil yang positif melalui penerapan kebijakan anti-korupsi yang

diimplementasikan melalui beberapa upaya, seperti; aksi vokalnya dalam reform

paper pada konferensi London, pembentukan dewan pengawas eksternal yaitu

Komisi Pengadaan Nasional (National Procurement Commission) dan Otoritas

Pengadaan Nasional (National Procurement Authority), membangun lembaga

anti-korupsi yakni High Council Governance, Rule of Law and Anti-Corruption

(HCAC), serta membentuk lembaga peradilan anti-korupsi yaitu Anti-Corruption

Criminal Justice Center (ACJC).

Namun, upaya Ashraf Ghani tersebut strategi memiliki beberapa kelemahan

dalam pengimplementasiannya. Di antaranya: lemahnya komitmen, konsistensi

dan transparansi penegakan hukum, pemahaman yang keliru terhadap lembaga

anti-korupsi yang independen, institusi yang masih lemah, serta kinerja institusi

yang masih sulit dipahami. Di sisi lain, hal tersebut menjadi bukti kerja keras dan

Page 110: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

97

tekad Mohammad Ashraf Ghani beserta National Unity Government dalam

menurunkan angka pertumbuhan korupsi di Afghanistan.

Sedangkan menyangkut persamaan hak-hak perempuan, Mohammad Ashraf

Ghani berupaya untuk membangun sebuah pemerintahan yang baik dengan

melibatkan seluruh partispasi masyarakat Afghanistan, khususnya kaum

perempuan. Melalui kebijakan-kebijakan seperti peningkatan partisipasi

perempuan di pemerintahan dan mengajak perempuan Afghanistan untuk

bergabung dalam komunitas Solidaritas Nasional, Mohammad Ashraf Ghani

terbilang cukup berhasil.

Selanjutnya dalam hal keamanan, Mohammad Ashraf Ghani dinilai gagal

dalam menyempurnakan sendi-sendi demokrasi. Upaya yang dilakukan oleh

Mohammad Ashraf Ghani dalam memberantas Taliban di Afghanistan dengan

cara menggunakan kekuatan militer ataupun mengeksekusi 6 militan Taliban

karena kejahatan teror, merepresentasikan cara-cara otoritarianisme yang masih

kental. Kendati demikian, Mohammad Ashraf Ghani sebelumnya telah melakukan

upaya yang persuasif dalam menyelesaikan permasalahan radikalisme di

Afghanistan.

Meskipun dalam pengimplementasiannya Mohammad Ashraf Ghani tidak

mampu menjangkau secara keseluruhan, harus diakui bahwa setiap kebijakan

yang diterapkan pasti memiliki kelemahan, dan setidaknya Ashraf Ghani sudah

memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang ia telah janjikan. Dalam hal ini,

Afghanistan masih patut belajar untuk membangun dan mendesain struktur

institusi yang lebih efektif, transparan, responsiveness dan accountable,

Page 111: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

98

meningkatkan rasa aman dan partisipasi masyarakat, serta membangun kerangka

hukum yang adil dan tanpa pandang bulu guna untuk menciptakan tata

pemerintahan yang baik (good governance).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran bagi peneliti

lainnya yang tertarik dengan materi demokrasi, agar mengangkat tema kajian

demokrasi di Afghanistan, sebab penulis memahami keterbatasan pada tema

tersebut. Selanjutnya bagi yang telah meneliti tema yang sama dengan penulis,

disarankan untuk menambah Islamic Republic of Afghanistan Constitution sebagai

salah satu referensi agar mempunyai dasar hukum yang jelas sehingga mudah

dalam proses menganalisa.

Page 112: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

99

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Azra, Azyumardi. 2005. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat

Madani. Jakarta: Prenada Media.

Brata, Arya Roby. 2016. Analisis Masalah Good Governance dan Pemerintahan

Strategis. Jakarta: Pustaka Kemang.

Chayes, Sarah. 2006. The Punishment of Virtue: Inside Afghanistan After the

Taliban. New York: Penguin Books.

Chumaidy, A. Chozin. 2006. Etika Politik dan Esensi Demokrasi: Jejak

Pemikiran Demokratisasi Politik Indonesia. Jakarta: Pustaka Indonesia

Satu.

Crotty, William. 2005. Democratic Development and Political Terrorism: The

Global Perspective. Florida: Northeastern. University Press.

Diamond, Larry. 2003. Developing Democracy: Toward Consolidation.

Yogyakarta: IRE Press. Terj. Tim IRE.

Eko, Suto. 2008. Mengkaji Ulang Good Governance. Yogyakarta: IRE.

Grover, Verinder. 2002. Government and Politics of Asian Countries 1:

Afghanistan. New Delhi: Deep&Deep Publication PVT.LTD.

Hadibroto, Iwan. 2007. Perang Afghanistan: di Balik Perseteruan Amerika

Serikat vs. Taliban. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Huntington, Samuel P. 2001. Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti. Terj. Pustaka Utama.

Ibrahim, Qasim A., dan Muhammad A. Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam:

Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini. terj.

Zainal Arifin. Jakarta: Zaman.

Ikram, Sayed. 2016. Fighting Corruption in Afghanistan: Solving The

Institutional Puzzle. Kabul: Integrity Watch Afghanistan.

Junaidi, Veri. 2013. Pelibatan dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan

Pemilu. Jakarta: Perludem.

Katz, Richard S. Democracy and Elections. 1997. New York: Oxford University

Press.

Page 113: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

100

Kurnia, Anton. 2007. Dari Penjara Taliban Menuju Iman. Jakarta: PT Mizan

Pustaka.

Lalolo, Loina. 2003. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi

dan Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Lawrence, Bruce B. 1989. Defenders of God: The Fundamentalist: Revolt Against

the Modern Age. San Francisco: Harper & Row.

Legowo, Sulastomo T.A. 2008. Memadukan Langkah Membangun Indonesia

Masa Depan. Jakarta: Gerakan Jalan Lurus.

Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan, 2000. Akuntabilitas dan Good Goverenance.

Jakarta: Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan

dan Pembangunan.

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2000. Pedoman Penyusunan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jakarta: Lembaga

Administrasi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan pembangunan.

Linz, Juan J. 2001. Defining Crafting Democratic Transition, Constitutions, and

Consolidation. Bandung: Mizan.

Maulani, Z.A. 2002. Perang Afghanistan: Perang Menegakkan Hegemoni

Amerika di Asia Tengah. Jakarta: Dalancang Seta.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Marsh, David. dan Gerry Stoker. 2002. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik.

Bandung: Nusamedia.

Mousalli, Ahmad S. 1992. Radical Islamic Fundamentalism: The Ideological and

Political Discource of Sayyid Qutb. Beirut: American University of Berut.

Nasiri, Omar. 2007. Inside The Jihad: Teroris atau Tentara Tuhan?. Jakarta:

Zahira.

O‟Donnel, Guillermo, Philippe C. Schmitter, dan Laurence Whitehead. 1993.

Transisi Menuju Demokrasi: Tinjauan Berbagai Perspektif. Jakarta: LP3ES.

Price, Daniel E. 1999. Islamic Political Culture, Democracy, and Human Rights:

A Comparative Study. London: Greenwood Publishing Group.

Rose-Ackerman, Susan. 2006. Korupsi dan Peremintahan: Sebab, Akibat, dan

Reformasi, terj. Toenggoel P. Siagian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Page 114: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

101

Said, Edward W. 1997. Covering Islam: How the Media and The Experts

Determine How We See The Rest of The World. New York: Vintage Books.

Santosa, Pandji. 2008. Administrasi Publik: Teori dan Aplikasi Good Governance.

Bandung: Refika Aditama.

Sirry, Mun‟im A. 2002. Dilema Islam Dilema Demokrasi: Pengalaman Baru

Muslim Dalam Transisi Indonesia. Bekasi: Gugus Press.

Strauss, Anselm. dan Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif

(Tata Langkah dan Teknik-Teknik Teoritisi Data). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. cet.1.

Tandjung, Akbar. 2007. The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah

Turbulensi Politik Era Transisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

The Asia Foundation. 2004. Voter Education Planning Survey: Afghanistan 2004

National Elections. Afghanistan: U.S Agency for International

Development.

Tjokroamijojo, Bintoro. 2000. Good Governance: Paradigma Baru Manajemen

Pembangunan. Jakarta: UI Press.

Wasistiono, Sadu. 2003. Kapita Selekta Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Bandung: Fokus Media.

Widodo, Joko. 2007. Good Governance: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi

pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya: Insan Cendekia.

B. Jurnal

Alfirdaus. “Bukan Untuk Angka, Apalagi Pemberdayaan: Kebijakan Setengah

Hati Kuota Perempuan”. Jurnal Konstitusi. Vol. 5 No.5. 2008: 145-159.

Amelia, Catarina Mega. “Upaya United Nation dalam Penyetaraan Gender di

Afghanistan.” Ejournal Ilmu Hubungan Internasional. Vol. 4 No. 1. 2016:

89-102.

Liani, Lusy. “Desain Hubungan Kelembagaan Penyelenggara Pemilu”, Jurnal

Cita Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.” Vol. 4 No. 1.

2016: 51-72.

Nubatonis, Sondil E, dkk. “Implementasi Prinsip-Prinsip Good Governance dalam

Meningkatkan Kinerja Organisasi Pelayanan Publik.” Jurnal Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik. Vol. 3 No. 1. 2014: 16-20.

Page 115: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

102

Nugroho, Kris. “Konsolidasi Demokrasi.” Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan

Politik. Vol. XIV No. 2. April 2001: 25-34.

Trijono, Lambang. “Pembangunan Perdamaian Pasca-Konflik di Indonesia:

Kaitan Perdamaian, Pembangunan dan Demokrasi dalam Pengembangan

Kelembagaan Pasca-Konflik.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 13,

No. 1. Juli 2009: 48-70.

C. Skripsi

Arifin, Zaenal. 2008. “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses

Demokrasi di Afghanistan.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Efendi, Ikhwan. 2013. “Proses Demokrasi di Myanmar: Analisa terhadap

Dinamika Politik Myanmar Tahun 2011-2012.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Haris, Umiyati. 2016. “Penyelesaian Konflik Afghanistan-Pakistan: Sebuah

Pendekatan Rekonsiliasi.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin.

D. Internet

About Afghanistan. “A General Summary The Pashtun People” [website resmi];

tersedia di http://www.about-afghanistan.com/pashtun-people.html; internet;

diunduh pada 31 Januari 2016.

Administrative Office of The President Islamic Republic of Afghanistan.

“National High Council for Rule of Law and Anti-Corruption Holds Its First

Meeting” [website resmi]; tersedia di

http://aop.gov.af/english/2920/National+High+Council+for+Rule+of+Law+

and+Anti-Corruption+Holds+Its+First+Meeting; internet; diunduh pada 21

Maret 2017.

Afghanistan Reconstruction Trust Fund. “Active Portofolio Investment Projects”

[website resmi]; tersedia di http://www.artf.af/portfolio/active-portfolio-

investment-projects/rural-development/national-solidarity-program-iii;

internet; diunduh pada 22 Maret 2017.

Afghan Web. “Politics Government” [wesbite resmi]; tersedia di

http://www.afghan-web.com/politics/government.html; internet; diunduh

pada 31 Januari 2016.

Aljazeera and Agencies. “Taliban Truck Bomb Hits Northgate Hotel in Kabul”

[berita online]; tersedia di http://www.aljazeera.com/news/2016/08/taliban-

Page 116: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

103

truck-bomb-hits-foreign-guesthouse-kabul-160801000720311.html;

internet; diunduh pada 7 April 2017.

Ariana News. “Ashraf Ghani Warns to Fight Violence, Discrimination Against

Women” [berita online]; tersedia di http://ariananews.af/ghani-warns-to-

fight-violence-discrimination-against-women/; internet; diunduh pada 22

Maret 2017.

BBC News. “Afghanistan Country Profile” [berita online]; tersedia di

http://www.bbc.com/news/world-south-asia-12011352; internet; diunduh

pada 2 Februari 2017.

___________. “Afghan Peace Council Head Rabbani Killed in Attack” [berita

online]; tersedia di http://www.bbc.com/news/world-south-asia-14985779;

internet; diunduh pada 23 Maret 2017.

___________. “Afghan Presidential Contenders Sign Unity Deal” [berita online];

tersedia di http://www.bbc.com/news/world-asia-29299088; internet;

diunduh pada 3 Maret 2017.

___________. “Karzai Declared Afghan President” [berita online]; tersedia di

http://news.bbc.co.uk/2/hi/3977677.stm; internet; diunduh pada 9 Februari

2017.

BBC Indonesia. “Karzai dan NATO Sepakati Strategi” [berita online]; tersedia di

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2010/11/101120_natolisabon.shtml;

internet; diunduh pada 23 Maret 2017.

BBC Indonesia. “NATO Dianggap Gagal oleh Presiden Karzai” [berita online];

tersedia di

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2013/10/131008_afghanistan_nato;

internet; diunduh pada 17 November 2016.

BBC Indonesia. “Parlemen Afghanistan Dibuka” [berita online]; tersedia di

http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/12/051219_afghanparlia

ment.shtml; internet; diunduh pada 15 November 2016.

Berita Daerah. “Para Calon Presiden Afghanistan Ikut Debat Pemilu Presiden”

[berita online]; tersedia di http://beritadaerah.co.id/2014/02/06/para-calon-

presiden-afghanistan-ikuti-debat-pemilu-presiden/; internet; diunduh pada

18 Februari 2017.

Breaking World News. “Afghanistan Telah Memilih” [berita online]; tersedia di

http://www.dw.com/id/afghanistan-telah-memilih/a-4587954; internet;

diunduh pada 11 Februari 2017.

Page 117: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

104

______________. “Dunia Sambut Pemilu di Afghanistan” [berita online]; tersedia

di http://www.dw.com/id/dunia-sambut-pemilu-di-afghanistan/a-4589128;

internet; diunduh pada 11 Februari 2017.

______________. “Jelang Pemilu Penentuan, Abdullah Keluarkan Tuntutan”

[berita online]; tersedia di http://www.dw.com/id/jelang-pemilu-penentuan-

abdullah-keluarkan-tuntutan/a-4835904; internet; diunduh pada 11 Februari

2017.

______________. “Karzai Masih Punya Peluang dalam Pemilu Presiden

Afghanistan” [berita online]; tersedia di http://www.dw.com/id/karzai-

masih-punya-peluang-dalam-pemilu-presiden-afghanistan/a-4442191;

internet; diunduh pada 11 Februari 2017.

Central Intelligence Agency Government. “World Factbook” [website resmi];

tersedia di https://www.cia.gov/library//publications/the-world-

factbook/geos/af.html; internet; diunduh pada 2 februari 2017.

CNN Indonesia. “Presiden Baru Afghanistan Dilantik” [berita online]; tersedia di

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20140929202153-120-

4681/presiden-baru-afghanistan-dilantik/; internet; diunduh pada 19 Januari

2017.

CNN. “Taliban Threatens Retaliation If Iran Strikes” [berita online]; tersedia di

http://edition.cnn.com/WORLD/meast/9809/15/iran.afghan.tensions.02/inde

x.html; internet; diunduh pada 2 Februari 2017.

Faizi, Aimal. “Ashraf Ghani Strategy Fail” [berita online]; tersedia di

http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2016/05/ashraf-ghani-war-

strategy-fail-160503071038798.html; internet; diunduh pada 5 April 2017.

GirlTalkHq. “Afghanistan President Ashraf Ghani Elevating Championing Status

Women” [berita online]; tersedia di http://girltalkhq.com/afghanistan-

president-ashraf-ghani-elevating-championing-status-women/; internet;

diunduh pada 22 Maret 2017.

Global Security. “Afghanistan: President Election” [website resmi]; tersedia di

http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2004.htm;

internet; diunduh pada 9 Februari 2017.

Government Media and Information Center. “Establishment of Anti-Corruption

Justice Center Critical to Fighting Corruption in Afghanistan” [website

resmi]; tersedia di http://www.gmic.gov.af/english/analysis/406--

establishment-of-anti-corruption-criminal-justice-center-critical-to-fighting-

corruption-in-afghanistan; diunduh pada 20 Maret 2017.

Page 118: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

105

Hidayatullah. “Karzai Terpilih Lagi Menjadi Presiden Afghanistan” [berita

online]; tersedia di

https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2009/11/03/42721/k

arzai-terpilih-lagi-menjadi-presiden-afghanistan.html; diunduh pada 11

Februari 2017.

Index Mundi. “Afghanistan Private Debt” [berita online] Artikel ini diakses dari

http://www.indexmundi.com/facts/afghanistan/private-debt; internet;

diunduh pada 1 Febuari 2017.

International Business Times. “Afghanistan to Allow 10.000 US Troops Remain

After 2014 Under New Security Agreement, Officials Yes” [berita online];

tersedia di http://www.ibtimes.com/afghanistan-allow-10000-us-troops-

remain-after-2014-under-new-security-agreement-officials-1696349;

internet; diunduh pada 4 April 2017.

Inter Press Service. “Corruption: Few See a Clean Way Out” [berita online];

tersedia di http://www.ipsnews.net/2004/12/corruption-few-see-a-clean-

way-out/; internet; diunduh pada 13 Maret 2017.

Iran Indonesian Radio. “Membangun Demokrasi di Afghanistan” [berita online];

tersedia di http://indonesian.irib.ir/ranah/telisik/item/78993-

Membangun_Demokrasi_di_Afghanistan; internet; diunduh pada tanggal 16

November 2016.

Ismail, Mohammad. “Perempuan Afghanistan Hadapi Diskriminasi dan

Kemiskinan” [berita online]; tersedia di

http://www.antaranews.com/berita/430052/perempuan-afghanistan-hadapi-

diskriminasi-dan-kemiskinan; internet; diunduh pada 22 Maret 2017.

Kisihandi, Ferry. “Misi Pasukan Asing Selesai” [berita online]; tersedia di

http://www.republika.co.id/berita/koran/internasional-

koran/14/12/29/nhc3k76-misi-pasukan-asing-selesai; internet; diunduh pada

23 Maret 2017.

Kompas. “Dari Yang Nyentrik Hingga Yang Dicap Antek” [berita online];

tersedia di

http://nasional.kompas.com/read/2009/08/18/0700573/dari.yang.nyentrik.hi

ngga.yang.dicap.antek; internet; diunduh pada 11 Februari 2017.

______. “Hamid Karzai: NATO Gagal Di Afghanistan” [berita online]; tersedia di

http://tekno.kompas.com/read/2013/10/08/1816472/Hamid.Karzai.NATO.G

agal.di.Afganistan; internet; diunduh pada 17 November 2016.

Liputan 6. “Afghanistan Bersiap Menggelar Pilpres Pertama” [berita online];

tersedia di http://m.liputan6.com/global/read/84167/afghanistan-bersiap-

menggelar-pilpres-pertama; internet; diunduh pada 10 Oktober 2016.

Page 119: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

106

Metro Tv News. “Pemilu Afghanistan Banjir Pujian” [berita online]; tersedia di

http://m.metrotvnews.com/read/2014/04/06/227179/pemilu-afghanistan-

banjir-pujian; internet; diunduh pada 28 Februari 2017.

Maps of World. “Afghanistan Map” [berita online]; tersedia di

http://www.mapsofworld.com/afghanistan/; internet; diunduh pada 2

Februari 2017.

Muslimedia News. “Taliban Lahir dari Perang Afghanistan” [berita online];

tersedia di http://www.muslimedianews.com/2016/04/taliban-lahir-dari-

perang-afghanistan.html; internet; diunduh pada 2 Februari 2017.

North Atlantic Treaty Organization. “ISAF Commander General David Petraeus

Interviewed on Afghanistan” [website resmi]; tersedia di

http://www.nato.int/cps/en/natolive/opinions_65854.htm; internet; diunduh

pada 23 Maret 2017.

NPA. “The Introduction of The National Procurement Authority” [website resmi];

tersedia di http://www.ppu.gov.af/Beta/English/AboutUs.aspx; internet;

diunduh pada 20 Maret 2017.

Riechman, Deb. “NATO Apologizes for Civilian deaths in Afghanistan” [berita

online]; tersedia di http://www.csmonitor.com/World/Latest-News-

Wires/2012/0608/NATO-apologizes-for-civilian-deaths-in-Afghan-airstrike;

internet; diunduh pada 4 April 2017.

Roehrs, Christine. “Return of The Goodwill? London Conference As Symbol for

A New Start” [berita online]; tersedia di https://www.afghanistan-

analysts.org/reurn-of-the-good-will-london-conference-as-symbol-for-a-

new-start/; internet; diunduh pada 20 Maret 2017.

Rosenberg, Matthew. “Corruption Remains Intractable in Afghanistan Under

Karzai Government” [berita online]; tersedia di

http://www.nytimes.com/2012/03/08/world/asia/corruption-remains-

intractable-in-afghanistan-under-karzai-government.html; internet; diunduh

pada 17 November 2016.

Salim, Erwin. “Afghanistan: Gembong Perang di Kursi Parlemen” [berita online];

tersedia di http://arsip.gatra.com/2005-10-

16/majalah/artikel.php?pil=23&id=89053; internet; diunduh pada 11

Februari 2017.

Sherzai, Dilawal. “Discrimination Against Women in Afghan Society” [berita

online]; tersedia di http://outlookafghanistan.net/topics.php?post_id=3629;

internet; diunduh pada 22 Maret 2017.

Page 120: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

107

Suara Merdeka, “Afghanistan Ajak Pakistan Perangi Taliban” [berita online];

tersedia di http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/afghanistan-ajak-

pakistan-perangi-taliban/; internet; diunduh pada 23 Maret 2017.

___________, “Menyemaikan Damai di Afghanistan” [berita online]Artikel ini

diakses dari

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/04/14/258670/

Menyemaikan-Damai-di-Afghanistan; internet; diunduh pada 28 Februari

2017.

The American Prospect. “Hamid Karzai and The Afghan Disaster” [berita online];

tersedia di http://prospect.org/article/qa-hamid-karzai-and-

%E2%80%9Cafghan-disaster%E2%80%9D; internet; diunduh pada 13

Maret 2017.

The Diplomat. “Institutionalizing Womens Rights For Afghanistan Future” [berita

online]; tersedia di http://thediplomat.com/2016/03/institutionalizing-

womens-rights-for-afghanistans-future/; internet; diunduh pada 22 Maret

2017.

___________. “Interview: Ashraf Ghani” [berita online]; tersedia di

http://thediplomat.com/2014/10/interview-ashraf-ghani/; internet; diunduh

pada 3 April 2017.

The Guardian. “Afghanistan Executes Six Taliban Prisoners” [berita online];

tersedia di https://www.theguardian.com/world/2016/may/08/afghanistan-

executes-six-taliban-prisoners-ashraf-ghani; internet; diunduh pada 4 April

2017.

____________. “Afghan president Mohammad Ashraf Ghani inaugurated after

bitter campaign” [berita online]; tersedia di

https://www.theguardian.com/world/2014/sep/29/afghan-president-ashraf-

ghani-inaugurated; internet; diunduh pada 27 Oktober 2016.

Tolo News. “Afghanistan President Ghani Attends London Anti-Corruption

Summit” [berita online]; tersedia di

http://www.tolonews.com/afghanistan/president-ghani-attends-london-anti-

corruption-summit; internet; diunduh pada 20 Maret 2017.

Tranparency International. “What Needs to Change in Afghanistan” [website

resmi]; tersedia di

http://www.transparency.org/news/feature/corruption_in_afghanistan_what_

needs_to_change; internet; diunduh pada 4 April 2017.

____________. “Corruption Perceptions Index” [website resmi]; tersedia di

http://www.transparency.org/news/feature/corruption_perceptions_index_20

16; internet; diunduh pada 4 April 2017.

Page 121: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

108

Uni Assigment Centre. “Afghanistan Transition Towards A Market Driven

Economy Economics Essay” [website resmi]; tersedia di

https://www.uniassignment.com/essay-samples/economics/afghanistans-

transition-towards-a-market-driven-economy-economics-essay.php;

internet; diunduh pada 1 Februari 2017.

Viva. “KPU Umumkan Mohammad Ashraf Ghani Pemenang Pilpres” [berita

online]; tersedia di http://www.viva.co.id/prancis2016/read/542425-kpu-

afghanistan-umumkan-ashraf-ghani-pemenang-pilpres; internet; diunduh

pada 3 Maret 2017.

Voa News. “Afghanistan Signs Security Pacts with Us, NATO” [berita online];

tersedia di http://www.voanews.com/a/us-welcomes-signing-of-bilateral-

security-agreement-with-afghanistan/2467098.html; internet; diunduh pada

4 April 2017.

Wibisono, Kunto. “Presiden Afghanistan Undang Taliban Berdialog” [berita

online]; tersedia di http://www.antaranews.com/berita/461798/presiden-

afghanistan-undang-taliban-berdialog; internet; diunduh pada 23 Maret

2017.

World Education News. “Education in Afghanistan” [berita online]; tersedia di

http://wenr.wes.org/2016/09/education-

afghanistanhttp://wenr.wes.org/2016/09/education-afghanistan; internet;

diunduh pada 22 Maret 2017.

Page 122: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

109

Lampiran 1

TRANSKIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Prof. Mohammad

Salim, serta Ahmad Nadeem Kakar selaku Office Administrator Legal Education

Support Program Afghanistan dan merupakan mahasiswa S3 Hukum di

Universitas Washington, Amerika Serikat. Adapun wawancara ini dilakukan

secara langsung pada tanggal 13 Maret 2017, Pukul 07.15 WIB.

Yasmin : Nice to meet you Mr. Nadeem and Prof. Salim. Let me

introduce my self. My name is Adilah Yasmin Hatta. I am from

State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. I am

currently writing my bachelor thesis about “Consolidation

Democracy Agenda in Afghanistan”. I would like to say thank

you very much for this opportinity. It‟s an honour for me, sir.

Mr. Nadeem : Nice to meet you, Yasmin. I‟m happy to help you on that up to

my level of understanding. I‟m sure Prof. Salim at this moment

would like to help you for your research.

Prof. Salim : Yes, it‟s true. Nice to meet you, Mrs. Yasmin. I would be

happy to answer any questions you have. How could i help you?

Yasmin : Thank you very much, sir. I‟m wondering to know more about

democracy in Afghanistan on your and Mr. Nadeem‟s

perspectives as an Afghanistan citizens. How would you

describe it, sir?

Page 123: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

110

Mr. Nadeem : That‟s good, but if it‟s possible, you could devide your

questions to us. I mean like your main questions would be

answered by Prof. Salim, and i would respond it some of them

to shorten time.

Yasmin : Good advice, Mr. Nadeem. Could we start it?

Mr. Nadeem : Sure.

Yasmin : First question to Prof. Salim, what do think about democracy in

your country nowadays and how would you describe it,

professor?

Prof. Salim : Ok. Bismillahirrohmanirrohim. Democracy in Afghanistan is

very young. If we are talking about “young” thing, so there are

still many problems and challenges. A lot‟s happened over the

years in Afghanistan and we have still got more work to do as

young democracy country. But however, as the economy of the

country worsen, as the people become more fearful and

frustrated, the voters may become more committed to change for

the better, and a more equitable system just might become a

reality.

Yasmin : How about the political parties in Afghanistan? How the

progress is going?

Prof. Salim : Well. Yet little research to date has focused on how Afghan

parties generally are evolving, but Afghanistan still needs

political movements tied to ideas and governing principles

Page 124: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

111

rather than ethnicity or individuals. To be sure, Afghans should

choose how to organize, who to lead parties, what reviews their

platforms should be, and so forth.

Yasmin : Next question to Mr. Sadeem. How would you describe the

human right situation now, and what has changed for women?

Mr. Nadeem : The idea of human rights in current Afghanistan is suffering

from one problem which also cause human right to stagnate. It

was associated with the foreigner ideology. It means many

ordinary people in Afghanistan think ideas like human rights,

women rights, and democracy are mottos to firstly break down

our traditional values, perspectives, and even faith. Like i heard

about some colleagues who teach the value of women rights in

public and academics but they put many restrictions on their

own wives.

Yasmin : I see. So it means they do not apply that inside their house,

regarding their families. So, what tactics are used by human

rights activist to bring about this change?

Mr. Nadeem : Yes. It‟s true. Unfortunately, many human rights activists in

Afghanistan were doing a wrong method. Like they told people

to fight against their background without understanding how

human rights improves their lives. They wanted to change

Afghanistan over night in terms of modern value. One of them

defended her position saying that they cannot wait to modernize

Page 125: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

112

the country. Remember, humanity is not simple and neutral as

the machine and vehicle.

Yasmin : I discern that, sir. Next question to Prof. Salim and Mr.

Nadeem, what do you think President Ashraf Ghani as a leader?

What are some of the major differences between president

Ghani and president Karzai?

Prof. Salim : For me, they both are personally good as a leader. But, I‟d

prefer Ashraf Ghani rather than Karzai. As we already know,

Ashraf Ghani was a former World Bank economist, and there is

no doubt Mr. Ghani is well-qualified for the job of reviving the

economy. Although Mr. Ghani has said he will not tolerate

corruption, any success will depend on whether or not he can

deliver serious reform. His predecessor Hamid Karzai largely

failed here. Another reason, that he also understands the Afghan

military.

Mr. Nadeem : If we compare President Ghani with President Karzai, there is

a huge difference. Karzai's style of leadership was more

traditional while Ashraf Ghani wants to promote modernism.

Then, President Ghani is a fim, strong-minded, and empowering

leader. Everybody working in the governments were now

thinking: 'If the president suddenly comes and I'm not doing my

work, what will happen? or if i suddenly come late?‟ all people

know that his passion for punctuality is renowned. Ghani is said

Page 126: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

113

by aides to have canceled meetings if a minister is five minutes

late.

Yasmin : So, President Ghani is much better than president Karzai?

Mr. Nadeem : Let me say “yes”. I like him. He‟s good.

Prof. Salim : In that case, “yes”.

Yasmin : This is the last question, what solutions did he offer to solve

the Taliban conflict in Afghanistan?

Mr. Nadeem : At first, Ashraf Ghani thought that negotiations with

the Taliban are the only way to “end the bloodshed” and bring

peace to the country. Then he realized that it was an useless

way. He assumed that no more peace talks with Taliban, but it is

time to wipe all of the Taliban people. As we can see that is one

major difference between Hamid Karzai and Ashraf Ghani.

Yasmin : Prof. Salim and Mr. Nadeem, thank you very much once again.

Prof. Salim and Mr. Nadeem : You are welcome, Yasmin.

Page 127: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

114

Lampiran 2

TRANSKIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat

Afghanistan asli, S. Hamidullah Husaini yang bekerja di Kementerian Luar

Negeri Kabul, Afghanistan. Adapun wawancara ini dilakukan melalui Email

([email protected]) pada tanggal 18 Februari 2017, Pukul 10.15 WIB.

Kemudian dilanjutkan pada tanggal 20 Februari 2017, Pukul 22.10 WIB melalui

aplikasi Whatsapp.

Yasmin : (Via Email) Dear Mr. Husaini,

My name is Adilah Yasmin Hatta, and i am a student of Political

Science from State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

in Indonesia. I am currently writing about bachelor thesis on

“Consolidation Democracy Agenda in Afghanistan”. I‟d like to

invite you to be interviewed because i knew from your nephew,

Mr. Mohammad ([email protected]) that you are the

citizens of Afghanistan as well. I sincerely hope that you will

participate in this important effort. I will send you just 7 short

questions to hear your opinion. Thank you very much for your

consideration, Please feel free to contact me.

Sincerely.

Husaini : Dear Ms. Hatta,

Page 128: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

115

I received your email, i appreciate your interest for writing about

my country. As you know the previous days were holiday here in

Afghanistan. I will write my response to your questions as soon as

possible. Do you have any viber account? It will be easier for

communication.

Regards,

S. Hamidullah Husaini

Regional Cooperation Directorate

Ministry of Foreign Affairs,

Kabul, Afghanistan

Cell: +93783411004

Email: [email protected].

Yasmin : Dear Mr. Husaini,

I received your email yesterday and i would like to sincerely

thank you for your appreciation. I am really grateful for your

encouragement, guidance and support. Please feel free to contact

me on whatsapp +6287802026847.

I look forward to hearing more from you.

Kind regards.

Husaini : (via whatsapp) Hi. This is Husaini. How are you?

Yasmin : Hi. I am good thank you. And you? Nice to meet you.

Husaini : Thanks. I m fine. Me too. How is going life?

Yasmin : Everything is going smooth. I am still doing my thesis and thanks

Page 129: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

116

for trying to help me. Do you live in Kabul?

Husaini : Yes. Good job. I m figuring out how i could help you.

Yasmin : If possible, i would like to ask you some questions. I hope i am

not bothering you.

Husaini : Ok. Can we talk after 4 hours? Now i m at work.

Yasmin : Sure. Let me know if you finish your work.

Husaini : Ok sure.

Husaini : Hi. What time there?

Yasmin : It is almost 10 pm. How about there?

Husaini : It is late. It is 7.10 pm. So you are working on your thesis.

Yasmin : Oh i see. Yes i am.

Husaini : How did you select such a subject?

Yasmin : I chose the topic.

Husaini : Nice. I appreciate it. We are geographically very far.

Yasmin : Yes, and i never expected that Afghanistan which is fulled of

conflict could be as democracy country. It makes me wonder how

it could be happen. Could you explain to me why?

Husaini : Good idea. We experienced different regims, from monarchy to

communists regim. Then after 9/11, it coms with US invasion of

Afghanistan but still we have problems. There should be parties

in the country, while we have no party as in other countries. They

are mostly on lines of ethnicity. But we are a traditional country.

Page 130: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

117

Most people not live in cities. The religion plays a very important

role. We don‟t have middle class.

Yasmin : And how would you describe democracy in your country?

Husaini : Yeah. There is a kind of democracy. We have elected

government, we have parlement, we have free media and civil

society but still for example still there are problems. As i

mentioned while the litercy is low, people cannot choose right

candidates for parlement, also they decide based on ethnicity,

language and other factors. But we have achievements, we have

elections in recent years for the first time after 2000. Mps were

chosen and women participation improved. There powerful

elements against democracy.

Yasmin : Then how would you describe the human rights situation now as a

democracy country?

Husaini : Yeah. The last presidential election near became a crisis very

serious one. Though improvements but still as the interepretation

of Islam is very narrow and the religion play important role, the

HR situation is so so. We have a HR commusion durected by an

femal activist. It has branches all over the country, but still the

warlords are powerful. The mellitas are strong includin Taliban.

There are a collecton of elements against HR. But the activists

and organizations struggling.

Yasmin : So if you had to choose between the Taliban regime and

Page 131: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

118

democracy, which one would you choose and why?

Husaini : Surely democracy, but it depends on people perception. If it

works properly people also will choose it.

Yasmin : Why you say that?

Husaini : Because an educated man i think in a diverse country like

Afghanistan we have no option except democracy. It is in

democracy that every one would participate in shaping the

country and will have a say in decision making by election,

specially minorities.

Yasmin : Next question, what do you think of President Ghani as a leader?

What are some of the major differences between President Ghani

and president Karzai?

Husaini : Mr. Ghani + Dr. Abdullah. You know we have an unity

government. They have their problems, but in total, the new

government is trying to fight corruption. One that was the legacy

of Karzai and work on major regional projects to Afghanistan

becoms a regional transit hub, but we have the territorial dispute

with Pakistan, we still have insurgency.

Yasmin : Yes as you said, Ashraf Ghani government has started new effort

to fight corruption since 2014, what is your statement? And how

much the influence that you have seen so far?

Husaini : Unfortunately corruption is very pervasive, it rooted everywhere.

Page 132: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

119

Fighting against it is not easy and there is no trust. For example, if

Mr. Ghani‟s intention is good but the people he brought to office

from his ethnicity the people from other ethnicites don‟t trust

them, it is very complicated. They think while president cut

supply of fund for them it enjoys it for the people around himself.

The most important case was a private bank notorios case.

Though he promised about it but he didn‟t.

Yasmin : But how much the influence that you have seen? Or probably you

haven‟t seen the significant influence yet?

Husaini : Lets give you a very recent example. Today we heard that

President Ghani agreed that the governor of Balkh provience

continous on his post. While during campaign, this person was in

his rival camp. He is Tajik, and Ghani promised dismiss him and

avoided he continue his work, but in a political game for forcing

his rival, Abdullah, Mr. Ghani absorb this governor.

Yasmin : How could this happen?

Husaini : While he is in this province after 2001. So long and very

notorous. Dealing and solving the issues here are traditional.

Yasmin : Oh i see. Next question and it could be such a personal question.

On the whole, how satisfied or dissatisfied are you with the way

democracy works in your country? And how satisfied are you

with the Ashraf Ghani government?

Husaini : I think we are practicing democracy. It is not ideal but we have to

Page 133: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

120

it. There are many young who struggling and fighting for it,

especially in media. Women and human rights activists. Even the

radical groups looks like compromise to the right people but what

happened in last presidential election stained democracy. The two

formed sides of unity government promised to reform the election

law to issue electronic id, but as there is ethnicity issue, still not

happened. They also promised to change the government from

presidential system to parliamentarism, but not happened. These

issue make people not trust in democratic mechanism. As we see,

the element of religion in these countries are essential. Yes, we

have such an institution to against corruption. It is a government

institution but as i said the culture of nepotism and warloads and

issue of ethnicity make it very difficult. The other factor is

problem with justice section. It is corrupt and in absence of a

clean and powerful justice system. It is difficult fighting

corruption.

Yasmin : Thank you very much Mr. Husaini for your informations about

your country. This will help me to finish my thesis. I truly

appreciate it.

Husaini : If it is possible to not use my real name. If you want i could give

your question also for one of my friend to answer them.

Yasmin : Sure. Thank you very much for your kindness.

Husaini : You are welcome.

Page 134: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

121

Lampiran 3

TRANSKIP WAWANCARA

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan Patrice Lumumba

yang merupakan Dosen Hubungan Internasional di Universitas Hasanuddin

Makassar. Beliau memiliki keahlian di bidang Hubungan Internasional, Diplomasi

dan Negosiasi Internasional, serta Kajian Amerika. Adapun wawancara ini

dilakukan secara langsung di Ruangan Departemen Hubungan Internasional

Universitas Hasanuddin pada tanggal 2 Maret 2017, Pukul 10.00 WITA.

Yasmin : Demokratisasi di Afghanistan dapat dikatakan dimulai

pada saat rezim Taliban berhasil dijatuhkan yakni pada

November 2001. Tidak sedikit pakar yang berpendapat

bahwa demokrasi tersebut tidak akan berlangsung lama.

Dengan asumsi bahwa masyarakat Afghanistan masih

belum siap. Namun, kenyataannya pemilihan umum terus

diselenggarakan, dimulai pada 2004, 2009 dan terakhir

2014. Masyarakat Afghanistan masih menyambutnya

sebagai bentuk kepedulian mereka dalam membangun

demokrasi Afghanistan lebih stabil. Dalam hal ini, mereka

percaya bahwa cara terbaik untuk melakukannya adalah

dengan melalui demokrasi. Pertanyaan saya, dalam

pandangan bapak bagaimana bapak melihat fenomena

demokrasi di Afghanistan? Dan apakah pemilih di

Page 135: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

122

Afghanistan sudah cukup matang untuk memilih

pemimpin yang tepat?

Pak Patrice : Baik, jika kamu mengatakan bahwa banyak pengamat

yang meyakini hal tersebut, menurut saya sebagai seorang

akademisi, pernyataan itu tentu harus berdasarkan teoritis.

Karena kita dituntut demikian. Teoritisnya, apa itu

demokrasi? Sebab dalam konteks fenomena

perkembangan, untuk dikatakan murni demokrasi, terdapat

beberapa kriteria yang harus dimiliki sebuah negara

sehingga dikatakan demokratis. Kalau hanya dengan

pemilihan umum saja seperti yang kamu sampaikan tadi,

tentu hal itu masih diragukan. Memang benar, bahwa

pemilihan umum menjadi indikator negara mampu

dikatakan demokratis. Namun, di sisi lain masih banyak

faktor-faktor pendukung lainnya yang mesti harus

dimiliki. Karena apabila meminjam pengertian demokrasi

versi Amerika, yang paling pokok adalah the will of the

people is supreme. Pertanyaannya adalah apakah hal

tersebut ada di negara Afghanistan? Kembali lagi apakah

Ashraf Ghani memang benar-benar seorang pemimpin

yang lahir dari bawah dan dipilih berdasarkan keinginan

masyarakat Afghanistan sendiri, ataukah ia dropped from

America (Boneka Amerika)? Sepenglihatan saya

Page 136: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

123

mengenai fenomena tersebut, masyarakat Afghanistan

sepertinya belum memahami betul makna dari demokrasi,

meskipun realitanya mereka sudah memillih dan ikut

berpatisipasi. Apa yang diinginan oleh mereka adalah

perubahan ke arah yang lebih baik. Apabila demokrasi

tersebut mampu mengantarkan Afghanistan menuju

pemerintahan yang baik, mereka menerimanya.

Yasmin : Artinya untuk konteks Afghanistan, hal ini masih jauh

dari stabil?

Pak Patrice : Iya benar. Afghanistan masih harus belajar dari negara-

negara dengan sistem demokrasi yang sudah mapan,

seperti misalnya Amerika Serikat. Ia masih harus belajar

bagaimana menjaga keamanan di negara sendiri dengan

mengurusi masalah Taliban, terlepas ia sudah

menuntaskan transisi menuju demokrasi dengan

melakukan 3 kali pemilu.

Yasmin : Baik pak. Apakah dari yang bapak amati, upaya yang

dilakukan Ashraf Ghani kurang efektif dalam

memberantas kelompok Islam radikal seperti Taliban?

Pak Patrice : Bukan saya mengatakan tidak efektif, tetapi memang

saya melihat kelompok Taliban ini merupakan organisasi

yang kuat sehingga sulit untuk dihilangkan. Upaya yang

Page 137: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

124

dilakukan oleh Mohammad Ashraf Ghani dan dibantu oleh

Amerika hanya mengatasi luarnya saja, yaitu dengan cara-

cara kekerasan, sedangkan pemikiran dari kelompok ini

yang sebenarnya harus dihentikan penyebarannya.

Yasmin : Bagaimana dengan pemberantasan korupsi di

Afghanistan?

Pak Patrice : Saya jelaskan dulu. Korupsi di Afghanistan sudah

berlangsung sejak beberapa tahun lamanya, yang mana

uang tersebut berasal dari dana bantuan negara-negara

asing seperti Amerika. Petinggi-petinggi Afghanistan

belum mampu saat itu mengelola keuangan dengan baik,

sehingga wajar apabila mereka menganggap bahwa

bantuan tersebut dijadikan kepemilikan pribadi setelah

mengalami peperangan yang panjang. Saya katakan

korupsi di Afghanistan juga masih sulit untuk diselesaikan

oleh Ashraf Ghani. Sebab ya itu tadi.

Yasmin : Seperti apa yang tadi bapak sampaikan, Amerika Serikat

memiliki kemitraan dengan Afghanistan. Sebab, Amerika

mendorong sistem demokrasi di Afghanistan, ia juga

melakukan bantuan-bantuan yang ditujukan unntuk

menjaga stabilitas dan keamanan di Afghanistan.

Pertanyaan saya, apakah kemitraan Amerika Serikat

Page 138: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

125

dengan Afghanistan akan terus berlanjut di masa

mendatang?

Pak Patrice : Hal ini tergantung apakah Afghanistan masih

membutuhkan bantuan dengan Amerika Serikat. Tetapi

dari yang saya lihat, perhatian Amerika masih tetap ada di

Afghanistan.

Yasmin : Baik pak, terima kasih banyak atas partisipasinya.

Pak Patrice : Iya. Salam.

Page 139: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

126

Lampiran 4

Page 140: AGENDA KONSOLIDASI DEMOKRASI: UPAYA MOHAMMAD …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40934/1/ADILLAH... · dengan judul: “Agenda Konsolidasi Demokrasi: Upaya Mohammad

127

Lampiran 5