Agar Extraction
-
Upload
arida-fauziyah -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Agar Extraction
EKSTRAKSI AGAR
Oleh :
Nama : Arida FauziyahNIM : B1J011173Kelompok : 13Rombongan : IVAsisten : Taufik Faturochman Wahid
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat
menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat pesisir.
Sampai saat ini sebagian besar rumput laut diekspor dalam keadaan kering dan baru
sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai sayuran. Jenis-jenis
rumput laut yang sudah diolah diantaranya Gracilaria sp. dan Gelidium sp. Yang diolah
menjadi agar-agar oleh negara-negara Jepang, Amerika, New Zealand, Australia
maupun Indonesia.
Agar-agar pertama kali diproduksi di Cina sebelum abad ke-17. Dalam skala
industri, pabrik pembuat agar-agar pertama kali didirikan di California, Amerika Serikat,
pada tahun 1919, kemudian disusul oleh Jepang, yang hingga kini dikenal sebagai
produsen agar-agar utama di dunia. Di Indonesia, agar-agar mulai diproduksi pada
tahun 1930. Saat ini ada beberapa industri penghasil agar-agar di Indonesia. Bahan
baku utama yang dipakai adalah rumput laut dari jenis rambukasang (Gracilaria sp),
paris (Hypnea), dan Kades (Gellidium sp). Dari ketiga jenis tersebut, jenis rambukasang
adalah yang terbanyak digunakan karena lebih murah harganya dan menghasilkan
agar-agar tiga kali lipat dari jenis lain. Rata-rata banyaknya (rendemen) agar-agar yang
dihasilkan dari rumput laut kering adalah 25-35 persen.
Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk (amorphous) yang mempunyai
sifat-sifat seperti gelatin dan merupakan hasil ekstraksi dari rumput laut jenis tertentu.
Molekul agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan. Galaktan sendiri merupakan
polimer dari galaktosa. Hampir semua penduduk Indonesia dipastikan mengenal agar-
agar. Terdapat tiga bentuk agar-agar yang dijual di pasaran, yaitu berbentuk batang,
bubuk, dan kertas. Namun, yang paling umum dijumpai adalah yang berbentuk bubuk.
Masyarakat luas lebih mengenal agar-agar sebagai hidangan pencuci mulut
yang lezat dan menarik. Sebab, bentuknya dapat direka-reka sesuai selera dan dipadu
dengan berbagai macam warna, aroma, dan rasa. Sifat yang paling menonjol dari agar-
agar adalah larut di dalam air panas, yang apabila didinginkan sampai suhu tertentu
akan membentuk gel. Di rumah tangga, umumnya digunakan untuk pembuatan
puding, bahan campuran berbagai macam kue, atau dimasak bersama-sama beras
untuk menghasilkan nasi yang lebih pulen dan lengket. Untuk lebih memberikan daya
tarik dan supaya dapat digunakan lebih luas, bubuk agar-agar dibuat berwarna-warni.
Bubuk agar-agar umumnya berwarna hijau, kuning, merah, cokelat, dan putih (Gessner
& Scram, 1972).
B. Tujuan
Tujuan dari acara praktikum ini adalah mengetahui proses ekstraksi kandungan
kimia dari rumput laut yaitu agar-agar.
C. Tinjauan Pustaka
Rumput laut yang dikonsumsi sebagai bahan pangan mempunyai beberapa nilai
gizi tinggi didalamnya. Diantaranya mengandung sejumlah protein, vitamin, dan
beberapa mineral essensial yang dibutuhkan manusia. Rumput laut mempunyai
kandungan protein antara 4% sampai 25% dari berat kering. Kandungan asam amino
dalam protein bervariasi bergantung pada faktor iklim, habitat, umur, bagian thalus,
serta kondisi pertumbuhan seperti cahaya, nutrien, dan salinitas (Indriani et al., 1992).
Jenis-jenis rumput laut yang banyak dimanfaatkan oleh manusia pada
umumnya dari kelas rumput laut merah (Rhodophyceae). Di dalam rumput laut merah
juga mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah agar-agar, karaginan, porpirin,
maupun furcelaran yang penggunaanya sudah semakin berkembang dalam berbagai
iundustri. Disamping ittu di dalam rumput laut merah juga terkandung pigmen fikobilin
yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin. Agar terdiri dari agarosa dan agaropektin.
Dimana agarosa merupakan suatu fraksi dari agar-agar yang merupakan polimer netral
dan sedikit mengandung sulfat. Agarosa dikenal sebagai fraksi pembentuk gel dari
agar-agar, dimana sifat-sifat gel yang dihasilkannya mendekati sifat-sifat gel ideal
untuk keperluan bidang bioteknologi.
Fungsi utama agar-agar dalam berbagai industri adalah sebagai bahan
pemantap (stabilizer), bahan penolong atau pembuat emulsi (emulsifier), bahan
pengental (thickener), bahan pengisi (filler), dan bahan penolong pembuat gel (gelling
agent). Agar-agar dipakai untuk berbagai keperluan, seperti dalam pembuatan roti.
Selain untuk bahan makanan, agar-agar digunakan pula sebagai bahan pencampur
dalam proses pembuatan ice cream, kembang gula, pudding maupun selai (Rasyid,
2004).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain kompor, panci,
pengaduk, nampan, blender, kain saring, dan gelas ukur. Sedangkan bahan utama yang
digunakan dalam proses ekstraksi kandungan rumput laut agar yaitu Gracilaria
verrucosa dan larutan penambah seperti KOH 10%, H2O2 6%, dan air.
B. Metode
Penghitungan rendemen = bobot akhir (g) x 100% produk awal (g)
Rumput laut dikeringkan
Direndam dalam air
Dihancurkan oleh blender
Tuangkan rumput laut ke dalam panci, ditambahkan 500 mL air
Ditambahkan KOH 10% dan soda as dense
Rumput laut disaring
Filtrat dipanaskan kembali dan ditambahkan H2O2 6% serta 500 mL air
Dituangkan ke dalam nampan
Rumput laut dijemur
Dihitung rendemen
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
A.1. Penghitungan Rendemen
Bobot awal = 100 g
Bobot akhir (hasil rendemen)= 1,33 g
Penghitungan rendemen = bobot akhir (g) x 100% produk awal (g)
= 1,33 x 100% = 1,33 % 100
A.2. Gambar Proses
B. Pembahasan
Hasil rendemen agar dari rumput laut Gracilaria verrucosa adalah 1,33 %.
Kusuma et al. (2013) dalam penelitiannya tentang pengaruh NaOH terhadap
kandungan agar pada Gracilaria verrucosa, mendapatkan rata-rata kada air berkisar
antara 6,31-13,89 %. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi NaOh yang dinaikkan.
Pengaruh NaOH terhadap kenaikan rendemen yaitu sebesar R = 96,57% sedangkan
3,43% adalah pengaruh dari faktor lain.
Semakin tingginya rendemen diduga akibat penambahan pemberian
konsentrasi NaOH yang menyebabkan dinding sel rusak dan agar yang terakumulasi
pada dinding sel dapat ditarik keluar dengan mudah saat diekstrkasi menggunakan
asam asetat. Menurut Rasyid (2004), golongan alkali merupakan reduktor yang kuat
Gambar 3.1. Perebusan Gambar 3.2. Pencetakan
dan penghantar panas yang baik. Sinulingga (2006) menambahkan, bahwa rendemen
yang tinggi bisa dipengaruhi oleh faktor tingginya kada air, kadar abu dan kadar dari
selulosa. Sehingga rendemen yang didapat dalam penelitian ini belum tentu
menunjukkan tingginya kadar mutu dari agar.
Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel yang diolah
dari rumput laut atau alga. Di Jepang dikenal dengan nama kanten dan oleh orang
Sunda disebut lengkong. Jenis rumput laut yang biasa diolah untuk keperluan ini
adalah Eucheuma spinosum (Rhodophycophyta). Beberapa jenis rumput laut dari
golongan Phaeophycophyta (Gracilaria dan Gelidium) juga dapat dipakai sebagai
sumber agar-agar. Agar-agar diekspor dari Malaka sejak 1871. Agar-agar adalah
karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel rumput laut. Agar-
agar tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari
monomer galaktosa. Agar-agar dapat dibentuk sebagai bubuk dan diperjualbelikan
(Indriani et al., 1992).
Gel terbentuk karena pada saat dipanaskan di air, molekul agar-agar dan air
bergerak bebas. Ketika didinginkan, molekul-molekul agar-agar mulai saling merapat,
memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengurung molekul-molekul air, sehingga
terbentuk sistem koloid padat-cair. Kisi-kisi ini dimanfaatkan dalam elektroforesis gel
agarosa untuk menghambat pergerakan molekul objek akibat perbedaan tegangan
antara dua kutub. Kepadatan gel agar-agar juga cukup kuat untuk menyangga
tumbuhan kecil sehingga sangat sering dipakai sebagai media dalam kultur jaringan.
Histeresis adalah gejala yang dimiliki oleh agar-agar dan sejumlah bahan gel lainnya,
yang berhubungan dengan suhu transisi fase padat-cair. Agar-agar mulai mencair pada
suhu 85 °C dan mulai memadat pada suhu 32-40 °C. Jadi tidak seperti air yang
memadat dan mencair pada titik suhu yang sama (Indriani et al., 1992).
Menurut Rasyid (2004), fungsi utama agar-agar adalah sebagai bahan
pemantap, penstabil, pengemulsi, pengental, pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-
lain. Agar-agar digunakan pada industri makanan, yaitu untuk meningkatkan viskositas
sup dan saus, serta dalam pembuatan fruit jelly. Di Eropa dan Amerika, agar-agar
digunakan sebagai bahan pengental pada industri es krim, jeli, permen, dan pastry.
Agar-agar juga digunakan dalam pembuatan serbat, es krim, dan keju untuk mengatur
keseimbangan dan memberikan kehalusan. Selain untuk industri makanan, agar-agar
juga digunakan dalam industri farmasi (sebagai bahan baku kapsul pembungkus obat-
obatan dan vitamin, campuran obat pencahar dan pasta gigi), industri kosmetika
(sebagai bahan baku lipstik, sabun, salep, lotion, dan krim), serta industri lainnya.
Menurut Sinulingga (2006), agar dimanfaatkan untuk membantu perkembangan otak
sehingga dapat beregenerasi sehingga potensial otak tetap terjaga.
Penelitian yang dilakukan oleh Meenakshi et al. (2012) menunjukkan bahwa
salah satu rumput laut dari genus Gracilaria, yaitu Gracilaria edulis, berpotensi sebagai
agen antikanker. Agen anti kanker ini dihasilkan berdasarkan aktivitas antitumor pada
senyawa ethanol yang dihasilkan G. Edulis. Keberadaan asam lemak polienoik yang
terkonjugasi dan peran asam lemak tersebut dalam mekanisme pencegahan tumor
meruakan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan spesies di wilayah laut. Selain
itu, rumput laut jenis ini juga berpotensi sebagai antioksidan.
Pembuatan agar-agar menurut Indriani et al. (1992) dimulai dengan proses:
1. Pencucian dan pembersihan. Rumput laut dicuci dengan air tawar sampai bersih.
Kotoran yang menempel seperti pasir, karang, Lumpur dan rumput laut jenis lain
dihilangkan.
2. Perendaman dan pemucatan. Perendaman dilakukan agar rumput laut menjadi
lunak sehingga proses ekstraksi nantinya dapat berjalan dengan baik. Caranya rumput
laut direndam dalam air murini sebanyak 20 kali berat rumput laut selama 3 hari.
Setelah itu pemucatan dilakukan dengan merendam ke dalam larutan kaporit 0,25%
atau larutan kapur tohor 5% sambil diaduk. Setelah 4-6 jam, rumput laut dicuci kembali
selama 3 jam untuk menghilangkan bau kaporit. Rumput laut yang telah bersih dan
pucat dikeringkan selama 2 hari.
3. Pelembutan. Untuk lebih memudahkan ekstraksi, dinding sel perlu dipecah dengan
menambahkan H2SO4. Rumput laut direndam dalam H2SO4 selama 15 menit. Banyaknya
H2SO4 tergantung jenis rumput laut, yaitu untuk Gracilaria 5-10%. Setelah direndam
dalam H2SO4 rumput laut kemudian dicuci dengan cara direndam dalam air bersih
selama 15 menit, kemudian ditiriskan.
4. Pemasakan. Rumput laut dimasak dalam air sebanyak 40 kali berat rumput laut.
Setelah mendidih (90-1000 C), ditambahkan ekstrak jeruk nipis untuk memperoleh pH
6-7. Bila > 7, pH-nya diturunkan dengan penambahan ekstrak jeruk nipis, dan bila < 6,
ditambahkan NaOH. Pemasakan dilakukan kira-kira 45 menit tetapi dapat juga 2-4 jam
tergantung cara pengadukannya.
5. Pengepresan dan pencetakan. Hasil dari pemasakan kemudian disaring dengan kain
belacu dan dipres. Cairan yang keluar ditampung dalam bejana dan dinetralkan dengan
penambahan air soda sehingga pH-nya menjadi 7-7,5. bila pH sudah tercapai, cairan
kemudian dimasak kembali sambil diaduk. Setelah mendidih, hasilnya dituangkan ke
dalam cetakan. Kira-kira 6 jam agar-agar sudah dingin dan membeku.
6. Pendinginan. Cairan yang telah beku didinginkan dalam ruangan pendingin pada
suhu -200C selama 4-5 hari. Pendinginan ini dilakukan agar pemadatan benar-benar
terjadi dengan sempurna.
7. Pengeringan. Agar-agar dikeluarkan dari cetakan. Hasil yang diperoleh adalah agar-
agar batangan. Bila diinginkan agar-agar yang berbentuk lembaran, agar-agar dipotong
setebal 0,5 cm. Sebagai alat pemotong dapat digunakan alat pemotong, dapat
digunakan kawat halus dari baja. Agar-agar batangan atau lembaran kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari.
Larutan KOH yang mengandung kation K+ (Potasium) berfungsi meningkatkan
kekuatan gel agar (Rasyid, 2004). Larutan H2O2 6% digunakan untuk mencerahkan
warna rumput laut yang sedang diekstraksi, sedangkan larutan soda ash dense
berfungsi untuk memecahkan dinding sel, sehingga agar-agar mudah diekstrak serta
menghancurkan dan melarutkan kotoran sehingga rumput laut menjadi lebih bersih.
Rumput laut Gracilaria, merupakan salah satu jenis alga merah yang banyak
mengandung gel, di mana gel ini memiliki kemampuan mengikat air yang cukup tinggi
(Sinulingga, 2006). Gracilaria sp. termasuk dalam divisi Rhodophyta dengan nama
daerah yang bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung
dan dongi-dongi. Masing-masing memiliki sifat morfologi, anatomi, dan nama ilmiah
yang berbeda, yaitu: Gracilaria confervoides, Gracilaria gigas, Gracilaria verucosa,
Gracilaria lichenoides, Gracilaria crasa, Gracilaria blodgettii, Gracilaria arcuata,
Gracilaria taenioides, dan Gracilaria eucheumoides. Rumput laut Gracilaria umumnya
mengandung agar, ager atau disebut juga agar-agar sebagai hasil metabolisme
primernya. Morfologi rumput laut Gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar,
batang dan daun. Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan talus atau
thallus (jamak: thalli) dengan berbagai bentuk percabangannya. Secara alami Gracilaria
hidup dengan melekatkan (sifat benthic) talusnya pada substrat yang berbentuk pasir,
lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada kedalaman sampai
sekitar 10 hingga 15 meter di bawah permukaan air, dengan kandungan garam laut
pada konsentrasi sekitar 12%-13%.
Sifat-sifat oseanografi, seperti sifat kimia-fisika air dan substrat, macamnya
substrat serta dinamika/pergerakan air, merupakan faktor-faktor yang sangat
menentukan pertumbuhan Gracilaria. Perkembangbiakan Gracilaria pada garis
besarnya melalui dua cara, yaitu secara seksual dan aseksual. Secara seksual dengan
cara perkawinan antara gamet-gamet yang dihasilkan dari gametofit yang merupakan
hasil germinasi dari spora. Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara vegetasi
(penyetekan), konyugasi, (peleburan dinding sel sehingga terjadi pencampuran
protoplasma dari dua atau lebih) dan penyebaran spora yang terdapat pada kantung
spora (carpospora, cystocarp) (Afrianto, 1989).
Menurut Sinulingga (2006), klasifikasi dari Gracilaria verrucosa adalah sebagai
berikut :
Divisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Familia : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria verrucosa
Menurut Indriani et al. (1992), standar mutu agar-agar yang diperdagangkan
harus memenuhi standar industri Indonesia yaitu:
1. Kadar air 15-21%.
2. Kadar abu maksimal 4%.
3. Kadar karbohidrat sebagai galakton minimal 30%.
4. Logam berbahaya, arsen negative (tidak ada).
5. Zat warna tambahan yang diinginkan untuk mebuat makanan dan minuman.
6. Viskositas agar-agar pada pH 4,5-9 pada suhu 450C dengan konsentrasi larutan 1%
adalah 2-10 Cps.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa proses
ekstraksi kandungan rumput laut agar pada Gracilaria verrucosa meliputi proses:
1. Pengeringan
2. Perendaman
3. Penghancuran
4. Perendaman dengan pemanasan
5. Penyaringan
6. Penambahan larutan penambah
7. Penjemuran
8. Penghitungan rendemen.
B. Saran
Secara umum praktikum acara ini sudah berjalan cukup baik, namun dapat
ditingkatkan pendampingan pada saat proses pengeringan rumput laut menggunakan
oven laboratorium, mengingat cuaca yang tidak mendukung, sehingga penjemuran di
bawah sinar matahari kurang efektif.
DAFTAR REFERENSI
Afrianto, Eddy, & Evi Liviawati. 1989. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhatara, Jakarta.
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut . Kanisius, Yogyakarta.
Gessner & Scramm. 1972. Salinity Plant. Environmental Factor. Willey Interscience, London.
Indriani, H & Sumiarsih. 1992. Budidaya, Pengelolaan serta Pemasaran Rumput Laut . Penebar Swadaya, Jakarta.
Kusuma, Wakhid Indra., Santosa, Gunawan Widi., & Pramesti, Rini. 2013. Pengaruh Konsentrasi NaOH yang Berbeda Terhadap Mutu Agar Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Journal of Marine Research. 2. 2.
Rasyid, A. 2004. Beberapa Catatan Tentang Agar. Jurnal Oseana. 21. 2
Sinulingga, M., Sri Darmanti. 2006. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir yang Diperlakukan dengan Tepung Rumput Laut Gracilaria verrucosa Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.
Sundaram, Meenakshi., Patra, Satyajit., & Maniarasu, Gunasingham. 2012. Antitumor Activity of Ethanol Extract of Gracilaria edulis (Gmelin) Silva on Ehrlich Ascites Carcinoma-Bearing Mice. Journal of Chinese Integrative Medicine. 10. 4.