Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

29
2013 MAKALAH AGAMA ISLAM BAB V MUNAKAHAT KELOMPOK 5 : XII IPA 6 RADHIKA ANGGARA P (21) RAHMI KAMILIA (22) RIZKY OCTAVIANTO (23) SMA NEGERI 15 SURABAYA

description

Makalah yang membahas secara lengkap tentang pernikahan materi kelas 3 SMA mata pelajaran Agama IslamDari anak anak Libels (SMA Negeri 15 Surabaya, Indonesia) @libels15

Transcript of Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Page 1: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

2013MAKALAH AGAMA ISLAM

BAB V MUNAKAHAT

KELOMPOK 5 : XII IPA 6 RADHIKA ANGGARA P (21) RAHMI KAMILIA (22) RIZKY OCTAVIANTO (23) ROBBI HABIBI MALIK U (24)

SMA NEGERI 15 SURABAYA

Page 2: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang

kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul ”MAKALAH AGAMA ISLAM BAB V MUNAKAHAT”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena

itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan

segenap keluarga besar penulis dan teman-teman penulis yang telah memberikan dukungan,

kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga

semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,

namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surabaya, September 2013

Penyusun

Robbi Habibi M U

Page 3: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

DAFTAR ISI

I. Kata Pengantar..................................................................................................................

II. Pendahuluan......................................................................................................................

III. Pembahasan MunakahatA. Pengertian.........................................................................................................................

B. Muhrim..............................................................................................................................

C. Tujuan Nikah......................................................................................................................

D. Rukun Nikah.......................................................................................................................

E. Syarat Wali dan Dua Saksi..................................................................................................

F. Kewajiban Suami dan Istri..................................................................................................

G. Hikmah Nikah....................................................................................................................

H. Talak..................................................................................................................................

I. Ila’, Li’an, Zihar, Khulu’, dan Fasakh...................................................................................

J. Hadanah............................................................................................................................

K. Iddah..................................................................................................................................

L. Rujuk..................................................................................................................................

M. Perkawinan Menurut UU No. 1 Tahun 1979......................................................................

IV. Uswah Hasanah.................................................................................................................

V. PenutupA. Rangkuman........................................................................................................................

B. Saran-saran........................................................................................................................

C. Sumber-sumber.................................................................................................................

Page 4: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

PENDAHULUAN

Munakahat atau disebut juga dengan nikah merupakan sunh Rasulullah.Menikah bukan berarti sebagai penyalur nafsu kita,menikah bukan berarti menambah beban kita,menikah bukn berarti akhir segalanya. Tetapi menikah merupakan bentuk takwa kita kepada ALLAH,menikah merupakan kecintaan kita terhadap Rasulullah,menikah merupakan kenikmatan kita untuk mentapaki hidup baru. Bahkan ALLAH dalam Firmannya di dalam AL-QUR’AN menyuruh kita untuk menikah jika kita sudah mampu,jikalau kita belum mampu maka kita dianjurkan untuk puasa. Dalam hadist Rasulullah tidak akan menganggap kita umatnya jika kita tidak menjalankan salah satu sunahnya yaitu munakahat.

Pernah ada suatu cerita setan mengganggu sepasang sejoli yang akan melaksanakan munakahat. Dengan berbagai cara setan ingin menghalangi pernikahan mereka. Setan tidak ingin Keimanan mereka bertambah menjadi satu kesatuan. Sesungguhnya ketika kita belum menikah iman kita hanya separo atau setengah. Dan sesudah kita menikah Keimanan kita Bulat dan sudah matang. Kadang kita takut jika kita menjalin rumah tangga ada masalah-masalah yang menyerang rumah tangga kita. KDRT atau Keretakan Dalam Rumah Tangga merupakan ujian kita dalam rumah tangga. Ujian merupakan bumbu-bumbu penguji cinta kita. Jika kita bisa tabah dan sabar maka cinta kita abadi,jika kita tidak dapat menghadapinya maka hanya sengsara saja dalam rumah tangga kita. ALLAH tidak akan memberi ujian kepada kita yang berat , ALLAH akan memberi ujian kepada kita sesuai dengan kemampuan kepada kita. Oleh sebab itu Hadapi derita rumah tangga untuk mencapai kebahagian abadi berbalut cinta.

Jangan takut mengarungi hidup baru. Masukkan Daftar Munakahat dalam cita-cita kita sebagai penyempurna iman kita.

Page 5: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

MUNAKAHAT

A. Pengertian

Nikah atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan, membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan perempuan yang antara keduanya bukan muhrim.

Firman Allah SWT

Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS An Nisa : 3)

Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting dan mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan. Disamping itu, nikah merupakan salah satu asas pokok hidup yang utama dalam pergaulan masyarakat. Tanpa pernikahan tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik, teratur dan bahagia serta akan timbul hal-hal yang tidak didinginkan dalam masyarakat. Misalnya, manusia tidak dapat mengekang hawa nafsunya sehingga timbul pemerkosaan dan bencana di masyarakat.Oleh karena itu, dengan pernikahan akan timbul kasih-mengasihi, sayang-menyayangi antara suami dan istri, saling kenal mengenal, tolong menolong antar keluarga suami dengan keluarga istri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

Sabda rasulullah SAW yang artinya :

“ Wahai para pemuda, jika di antara kamu sudah memiliki kemampuan untuk menikah, hendaklah ia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih memelihara kelamin (kehormatan); dan barangsiapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

B. Muhrim

Muhrim ialah orang yang tidak halal dinikahi. Dalam hal ini ada empat belas orang sebagai berikut.

1. Tujuh orang karena nasab (keturunan), yaitu

a) ibu, nenek, dan seterusnya sampai keatas, bapak kakek dan seterusnya

b) anak, cucu dan seterusnya ke bawah

c) saudara seibu dan sebapak, sebapak dan seibu saja

d) saudara dari bapak

e) saudara dari ibu

f) anak dari saudara laki-laki dan seterusnya

Page 6: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

g) anak dari saudara perempuan dan seterusnya

2. Dua orang dari sebab menyusu, yaitu

a) ibu yang menyusuib) saudara sepersusuan

3. Empat orang dari sebab perkawinan, yaitu

a) ibu dari istri atau bapak dari istri (mertua)

b) anak tiri apabila orang tuanya sudah dicampuri (digauli)

c) istri/suami dari anak (menantu)

d) orang tua tiri

e) mengumpulkan bersama-sama antara dua orang yang bersaudara dalam satu waktu.

Dilihat dari keadaan orang yang akan melangsungkan pernikahan maka hukum nikah itu ada lima, sebagai berikut.

1. Jaiz, artinya diperbolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum pernikahan2. Sunah, yaitu bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk nikah dan mempunyai

bekal hidup untuk membiayai orang yang menjadi tanggungannnya.3. Makruh, yaitu bagi orang yang mempunyai keinginan untuk nikha tapi belum mempunyai

bekal hidup untuk membiayai (nafkah) bagi orang yang menjadi tanggungannya.4. Wajib, yaitu badi ornag yang telah mempunyai bekal hidup untuk memberi nafkah dan

adanya kekhawatiran terjerumus dlam perbuatan maksiat atau zina bila tidak segera menikah.

5. Haram, yaitu bagi orang yang akan melangsungkan pernikahan itu mempunyai niat buruk, seperti niat buruk untuk menyakiti pasangan yang akan dinikahinya.

C. Tujuan Nikah

Tujuan nikah dalam agama Islam disebutkan dalam surat Ar Rum : 21, yaitu untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia, keluarga yang merasakan kebahagian lahir dan bathin, keluarga yang sakinah dan sejahtera. Keluarga bahagia adalah keluarga yang diliputi suasana damai, aman, tenteram, tertib, saling pengertian, tolong-menolong antar anggota keluarga melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.

Firman Allah SWT.

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar Rum : 21)

Jadi, salah satu dari tanda kekuasaan Allah ialah menciptakan istri-istri dengan perkawinan agar merasakan ketentraman hidup dan penuh kasih sayang diantara suami istri. Suami ataupun istri masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk kebahagian rumah tangganya.

Page 7: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Misalnya, suami sebagai kepala rumah tangga bertanggung jawab penuh terhadap anak dan istrinya dengan memberi nafkah, sesuai dengan kemampuannya. Suami memimpin, membimbing serta menjaga atas keselamatan dan kesehatan keluarganya.Istri bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak, istri harus taat dan patuh kepada semua perintah suaminya, selama perintah tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Istri rela menerima pemberian suaminya, hemat tidak boros, serta menjaga kehormatan dirinya. Begitu pula sebagai anak sebagai anggota keluarga, harus taat dan patuh menjalankan agama, berbakti kepada orang tua, berakhlak mulia, rajin beribadah dan belajar sehingga menjadi anak yang shlaeh berguna bagi agama, nusa, bangsa dan negara. Kaum Pria diperintahkan oleh Allah SWT supaya selalu berdoa untuk kebahagian keluarga, istri dan anak yang menyenangkan hati.

Hal tersebut dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 74

Artinya : “Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Furqan : 74)

Rumah merupakan satu-satunya tempat tinggal di sebuah keluarga. Di rumah itu, mereka dapat menikmati bersama pada saat senang, tempat istirahat bersama, tempat tidur, berteduh, makan-minum, tempat meminta pada saat membutuhkan, tempat hiburan pada saat susah, tempat beribadah seluruh anggota keluarga dan sebagainya. Agar tujuan nikah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sakinah itu dapat tercapai maka dalam memilih calon istri yang beragama dan berakhlak mulia, selalu beramal shaleh, taat kepada Allah dan suaminya.

Sabda rasulullah SAW yang artinya : ”Dari Jabir sesungguhnya Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, hartanya, dan kecantikannya maka pilihlah yang beragama.” (HR Muslim dan Turmudzi)

Dalam hadis yang lain disebutkan yang artinya barang siapa menikahi seorang perempuan karena harta dan kecantikannya, niscaya Allah akan melenyapkan harta dan kecantikannya. Dan barang siap yang menikahi karena kebangsawanannya, niscaya Allah tidak kan menambah kecuali kehinaan.

D. Rukun Nikah

Agar pernikahan itu syah dan dapat dilangsungkan dengan baik maka harus memenuhi rukun-rukunnya (unsur-unsur yang harus ada dalam pernikahan). Adapun rukun nikah adalah sebagai berikut.

1. Calon Suami syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon istri tidak terpaksa dan sudah baligh

2. Calon Istri syaratnya antara lain beragama Islam, bukan muhrim, calon suami tidak terpaksa dan sudah baligh

3. Sigad (akad), yaitu ijab qabul. Ijab diucapkan oleh wali mempelai perempuan, seperti “Saya nikahkan engkau dengan anak saya nama fulan binti fulan dengan mas kawin ...” kemudian qabul (jawab) mempelai laki-laki, seperti “Saya terima nikahnya Fulan binti Fulan dengan mas kawin ...” tidak sah nikah kecuali dengan lafal nikah.

Sabda rasulullah SAW yang artinya ; “Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan, sesungguhnya kamu ambil mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu lakukan mereka dengan kalimat Allah.” (HR Muslim)

Page 8: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

1. Mahar (mas kawin) adalah harta yang diserahkan oleh mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan sebagai kecintaan akan hidup bersama dalam kehidupan yang mulia yang menjamin ketenangan dan kebahagian keluarga.

Dasar hukum wajibnya mahar antara lain firman Allah SWT

Artinya : “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.” (QS An Nisa : 4)

2. Dua orang saksi

Sabda Rasulullah SAW عدل شاهدى بوليو إال نكاح (ال د) أحم رواه

Artinya : “Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil.” (HR Ahmad)

3. Wali

Adapun susunan dan urutan menjadi wali adalah

1. bapak kandung2. kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan3. saudara laki-laki sekandung4. saudara laki-lai sebapak5. anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung6. anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak7. paman (saudara laki-laki bapak)8. anak laki-laki paman9. hakim, wali hakim berlaku apabila yang tersebut pada nomor 1 sampai dengan 8

semuanya tidak ada atau sedang berhalangan, tetapi menyerahkan kepada hakim.

E. Syarat Wali dan Dua Saksi

Wali dan saksi bertanggung jawab atas syah nya akad perkawinan dan tidak semua orang dapat menjadi wali dan saksi, akan tetapi hendaklah orang-orang yang mempunyai sifat berikut ini.

1. Islam

Orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali atau saksi.

Firman Allah SWT.

Page 9: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS Al- Maidah : 51)

2. Balig (umur paling sedikit 15 tahun)3. Berakal sehat ( tidak gila)4. Merdeka (bukan hamba sahaya)5. Laki-laki. Perempuan tidak boleh menjadi wali atau saksi6. Adil

F. Kewajiban Suami dan Istri

Setelah terjadi akad nikah maka suami mempunyai kewajiban terhadap istrinya, begitupula sebaliknya istri pun mempunyai kewajiban terhadap suaminya

1) Kewajiban suami terhadap istri sebagai berikut

1. Memberi nafkah, pakaian dan tempat tiggal kepada istri dan anak-anaknya sesuai dengan kemampuannya.

2. Bergaul dengan istrinya secara ma’ruf, yaitu dengan baik, penuh kasih sayang, menghargai, memperhatikan dan sebagainya.

3. Mendidik keluarga terutama pendidikan agama agar istri dan anak-anaknya menjadi orang-orang yang taat dan patuh menjalankan agama Islam, seperti mendirikan shalat, puasa, zakat dan membaca Al Qur’an. Dengan kata lain, menjalankan perintah agama dan meninggalkan larangannya sehingga menjadi orang yang shaleh.

Firman Allah SWT

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim : 6)

4. Memimpin keluarga, istri dan anak-anaknya

Suami bertanggung jawab atas keselamatan, kesejahteraan kebahagiaan keluarga lahir bathin, dunia dan akhirat. Suami adalah sebagai pemimpin dan contoh yang baik bagi keluarganya.

Page 10: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Firman Allah SWT

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS An Nisa : 34)

2) Kewajiban istri terhadap keluarganya sebagai berikut.

1. Patuh kepada suami, selama perintahnya tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam2. Memelihara dan menjaga kehormatannya serta menjaga harta benda suaminya.3. Hemat, cermat dan selalu bersukur kepada Allah SWT atas pemberian suami sehingga

tidak memberatkan suami.4. Mengatru rumah tangga. Hal ini sesuai dengan fungsinya sebagai ibu rumah tangga5. Memelihara dan mendidik anak. Istri fungsinya lebih besar daripada suami dalam mendidik

dan mengasuh anak sebab pada umunya hubungan istri dengan anak lebih dekat, terutama ketika anak masih kecil.

6. Berusaha menasehati suami apabila berbuat tidak baik dan sebaliknya.

G. Hikmah Nikah

Salah satu perintah agama Islam terhadap umat manusia adalah melaksanakan pernikahan, bagi orang yang telah mampu serta telah terpenuhi sarat-sarat dan rukun pernikahan. Pernikahan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam, mengandung beberapa hikmah sebagai berikut.

1. Pernikahan dapat Menentramkan Jiwa.

Dengan pernikahan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan (seksual) dengan baik, aman, tenang, dengan suasana cinta kasih sehingga mendapatkan ketentraman jiwa, ketenangan lahir dan bathin. Kebutuhan seksual apabila tidak dapat terpenuhi dengan semestinya akan menimbulkan gangguan jiwa, seperti tertekan dan gelisah. Jadi, jelaslah bahwa dengan pernikahan akan mendapatkan ketentraman jiwa.

Firman Allah SWT

Page 11: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kamu yang berpikir.”

2. Pernikahan dapat menghindarakan perbuatan maksiat

Laki-laki dan perempuan yang telah melakukan akad pernikahan, kebutuhan biologis atau nafsu seksualnya dapat disalurkan sebagaimana mestinya sebab penyaluran nafsu seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan perbuatan maksiat, yakni perzinahan. Jadi, dengan pernikahan akan terhindar dari perbuatan maksiat.

Hadis Rasulullah SAW yang artinya:

“Hai pemuda-pemuda barang siapa yang mampu diantara kamu serta berkeinginan hendak kawin, hendaklah dia kawin karena sesungguhnya perkawinan itu akan memejamkan mata terhadap orang yang tidak halal dilihatnya dan akan memeliharanya dari godaan syahwat.“

3. Pernikahan Dapat Melestarikan Keturunan

Anak yang lahir diluar pernikahan yang sah maka tidak jelas siapa yang bertanggung jawab, siapa yang mengurusnya dan bagaimana silsilahnya. Jadi, dengan pernikahan akan terbentuk kemashlahatan rumah tangga, keturunanan dan kemashlahatan masyarakat.

Firman Allah SWT

Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?” (QS An Nahl : 72)

H. Talak (Perceraian)

1. Pengertian Talak

Talak menurut bahasa Arab artinya melepaskan ikatan. Adapun yang dimaksud talak disni ialah melepaskan ikatan perkawinan (pernikahan). Apabila dalam pergaulan antara suami istri tidak mencapai tujuan pernikahan, yakni membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami atau istri tidak menjalankan kewajiban atau salah satu

Page 12: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

diantara mereka menyeleweng sehingga tidak ada kecocokan lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jala keluar satu-satunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak merupakan jaan yang disyariatkan, namun menjatuhkan talak tanpa sebab sangat dibenci Allah SWT

Sabda Rasulullah SAW yang artinya :

“Dari Ibnu Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah SAW, Sesuatu yang halal namun amat dibenci Allah ialah talak.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majjah)

Berdasarkan kemashlahatan atau kemudaratannya, hukum talak itu ada empat.

1. Wajib apabila antara suami sitri terjadi perselisihan dan hakim memandang perlu keduanya untuk bercerai atau suami tidak mampu untuk memenuhi hak-haka istri sebagaimana mestinya

2. Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibannya atau istri tidak menjaga kehormatannya.

3. Haram apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam keadaan haid, atau dalam keadaan suci tapi telah dicampurinya atau dengan talak ini mengakibatkan suami jatuh dalam perbuatan haram.

4. Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh syara’ dan memang asal hukum dari talak itu adalah makruh

Lafal Talak

Kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua macam.

1. Sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk memutuskan tali ikatan pernikahan, seperti kata si suami “ Engkau tetalak atau saya ceraikan engkau”, dengan niat atau tidak.

2. Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu (kata-kata yang tidak tegas) sehingga boleh diartikan untuk perceraian atau bukan, seperti “Pulanglah engkau ke rumah orang tuamu” atau “Pergilah engkau dari sini” kalimat sindiran ini tergantung pada niatnya. Apabila tidak ada niat untuk menceraikan maka tidaklah jatuh talak, tapi kalau diniatkan untuk menceraikan maka jatuhlah talak

Bilangan talak

Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan talaknya ialah dan talak satu sampai talak tiga. Apabila suami mentalak istrinya satu atau dua, suami masih boleh rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis iddahnya, dan boleh nikah kembali dengan akad baru apabila iddahnya sudah habis.

Firman Allah SWT

Page 13: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah : 229)

Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami tidak boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila perempuan tersebut telah nikah dengan orang lain, sudah dicampur dan sudah diceraikan oleh suaminya yang kedua dan sudah habis masa iddahnya.

Firman Allah SWT

Artinya : “Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.” (QS Al Baqarah : 230)

Selain macam talak diatas, adalagi talak yang disebut talak tebus. Talak tebus ialah talak atas permintaan istri kepada suaminya agar suaminya menjatuhkan talak kepadanya, kemudian ia memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai dengan permintaan suaminya.

I. Ila’, Li’an, Zihar, Khulu’ dan Fasakh

Ila’

Ila’ adalah sumpah si suami bahwa dia tidak akan mencampuri istrinya dalam masa yang lebih dari empat bulan atau dengan tidak menyebutkan masa. Suami tersebut dinamakan Muli’, yaitu orang yang melakukan ila’. Apabila sebelum empat bulan suami kembali kepada istriny maka suami wajib membayar kafarat (denda) dengan memerdekakan seorang hamba, lantaran ia menyalahi sumpahnya. Akan tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada istrinya, hakim berhak menyuruhnya untuk memilih diantara dua pilihan, yakni membayar kafarat sumpah dan kembali baik kepada istrinya atau mentalak istrinya. Apabila suami tidak mau kedua-duanya maka hakim berhak menceraikan istrinya dengan paksa.Rasulullah SAW, pernah bersumpah menjauhkan diri dari istri-istrinya dan beliau pernah mengharamkan sesuatu lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan beliau membayara kafarat untuk sumpahnya.

Li’an

Li’an alah sumpah seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina. Menurut surat An nur 6-9 bahwa apabila suami yang menuduh istrinya berbuat zina dan tidak ada saksi, maka ia diwajibkan bersumpah empat kali dengan ucapan, “Demi Allah, saya benar

Page 14: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

dalam tuduhan saya” kemudian disumpah yang kelima ia wajib bersumpah “Demi Allah jika saya dusta dalam tuduhan saya, niscaya saya ditimpa laknat dari Allah”.Untuk menghindari dari hukuman, istri juga wajib bersumpah empat kali dengan ucapan “Demi Allah suami saya itu berdusta” dan untuk sumpah yang kelima, ia wajib bersumpah dengan ucapan “Demi Allah kemurkaan Allah akan menimpa saya jika suami saya itu benar”Apabila seseorang menuduh orang berzina, sedangkan saksi yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi dipukul (didera) 80 kali, tetapi kalau yang menuduh itu suaminya, ial lepas dari siksaan atau dera (pukulan 80 kali), yaitu dengan jalan Li’an.Akibat dari li’an suami, timbul beberapa hukum dibawah ini

a. Dia tidak disiksa (dipukuli)

b. Istri wajib disiksa dengan siksaan zina

c. Suami istri bercerai selama-lamanya

d. Kalau ada anak, anak itu tidak dapat diakui oleh suami

Untuk menghindari siksaan zina, istri harus membalas li’an suaminya

Zihar

Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan istrinya dengan ibunya sehingga haram atasnya, seperti kata suami kepada istrinya, “Engkau bagiku seperti punggung ibuku”. Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik kembali dan membayar kifarat sebelum istrinya digauli. Kafarat (denda) zihar ada tiga tingkatan, yaitu.

1. memerdekakan hamba sahaya2. apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa dua bulan berturut-turut.3. apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60 orang miskin.

Masalah zihar diterangkan dalam surat Al Mujadillah ayat 2-4

Artinya: “Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS Al Mujadillah : 2)

Page 15: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya: “Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadillah : 3)

Artinya: “Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (QS Al Mujadillah : 4)

Khulu’

Khulu’ atau talak tebus adalah talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaran dari pihak istri kepada suami (mengembalikan mas kawinnya). Talak tebus ini boleh dilakukan kapan saja baik istri dalam keadaan suci maupun haid sebab talak seperti ini biasanya adalah permintaan dari pihak istri.

Firman Allah SWT

Artinya : “Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah : 229)

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa khulu’ diperboleh dengan sebab-sebab sebagai berikut

Page 16: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

a. Apabila suami istri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, yakni menciptakan pergaulan rumah tangga yang baik

b. Apabila istri sangat benci kepada suami dengan sebab tertentu sehingga dikhawatirkan istri tidak akan mematuhi suaminya.

Fasakh

Fasakh adalah rusaknya ikatan pernikahan antara suami istri karena sebab-sebab tertentu.

1. Sebab-sebab yang merusak akad nikah ialah

1) akad nikah dilaksanakan karena rukun dan syarat pernikahan telah terpenuhi, tetapi di kemudian hari diketahui bahwa istrinya adalah muhrim suaminya

2) salah satu dari suami atau istri keluar dari agama Islam

3) semula suami istri musyrik, tetapi kemudian salah satunya masuk Islam dan yang lainnya tetap musyrik

2. Sebab-sebab yang menghalangi tujuan pernikahan

1) suami dinyatakan hilang

2) suami dipenjara lima tahun atau lebih

3) suami menipu, misalnya suami semula mengaku orang baik-baik ternyata penjahat

4) suami istri mengidap penyakit yang mengganggu hubungan rumah tangga

J. Hadanah

Hadanah artinya ialah mengasuh, memelihara dan mendidik anak yang amsih kecil. Apabila terjadi perceraian antara suami istri dan keduanya mempunyai anak yang belum mumayiz (belum mengerti kemashlahatan dirinya) maka istrilah yang lebih berhak untuk mengasuh dan mendidik anak tersebut sehingga ia mengerti akan kemashlahatan dirinya. Anak tersebut tinggal bersama ibunya, selama ibunya belum menikah lagi dengan orang lain, tetapi belanja tetap wajib ditanggung oleh ayahnya.

Disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW:

Dari Abdullah ibnu Umar, bahwasanya seorang perempuan berkata, “Ya Rasulullah! Sesungguhnya anak saya ini perut saya yang mengandungnya, tetek saya yang menyusuinya, dan pangkuan saya tempat perlindungannya, tetapi bapaknya telah menceraikan saya dan hendak mengambil dia dari saya”

Rasulullah SAW bersabda:

“Engkau lebih berhak kepadanya selama kamu belum nikah” (HR ahmad dan Abu Dawud)

Apabila anak tersebut sudah mengerti maka anak disuruh memilih untuk tinggal bersama bapaknya atau ibunya.Apabila yang mengasuh anak tersebut bukan ibunya atau bapaknya maka supaya diserahkan kepada keluarga yang terdekat. Apabila keluarga yang terdekat tidak ada supaya didahulukan kepada wanita daripada pria.

Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik ialah:

1) berakal sehat

Page 17: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

2) merdeka

3) menjalankan agama Islam dan berakhlak mulia

4) dapat dipercaya dan jujur

5) dapat menjaga kehormatan dan nama baik si anak

6) tetap tinggal di dalam negeri atau kampung anak yang diasuh

K. Iddah

Iddah ialah masa menunggu bagi wanita yang telah dicerai oleh suaminya baik cerai biasa maupun ditinggal mati suaminya untuk tidak menikah dengan orang lain. Diadakan masa idah untuk mengetahui apakah selama idah wanita tersebut hamil atau tidak dan apabila ia hamil maka naka tersebut sebagai anak dari suami yang menceraikan.

Macam iddah sebagai berikut

1. wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya) kalau ia sedang mengandung maka masa iddahnya hingga lahir anak yang dikandungnya.

Firman Allah SWT

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS At Thalaq : 4)

bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia tidak mengandung atau hamil, maka masa iddahnya ialah 4 bulan 10 hari

Firman Allah SWT

Artinya : “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat

Page 18: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat .” (QS Al Baqarah : 234)

2. bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka iddahnya ialah tiga quru’ (tiga kali suci).

Firman Allah SWT

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .” (QS Al Baqarah : 228)

3. wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka iddahnya ialah tiga bulan 4. wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka wanita tersebut tidak ada

iddahnya.

Firman Allah SWT

Page 19: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya.” (QS Al Ahzab : 49)

Hak perempuan dimasa iddah ialah sebagai berikut.

1. perempuan yang dalam masa iddah raj’iyah talak satu dan dua berhak menerima dari bekas suaminya tempat tinggal, pakaina dan segala belanja

2. perempuan yang dalam iddah ba’in (talak tiga) kalau ia mengandung, ia berhak menerima tempat tinggal, nafkah dan pakaian.

Firman Allah SWT

Artinya : “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS At Thalaq : 6)

3. perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak mengandung maka ia hanya berhak menerima tempat itnggal saja.

4. perempuan yang dalam iddah karena ditinggal mati suaminya baik ia mengandung atau tidak, ia tidak mempunyai hak apa-apa sebab ia dan anaknya telah mendapat hak pusaka dari suaminya yang meninggal itu

L. Rujuk

1. Pengertian Rujuk

Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan). Adapun yang dimaksud rujuk disini adalah mengembalikan status hukum perkawinan secara penuh setelah terjadi talak raj’i yang dilakukan oleh mantan suami terhadap mantan istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu.

Firman Allah SWT

Page 20: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Artinya : “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al Baqarah :228)

Hukum Rujuk

a. Wajib khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu jika salah seorang ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya

b. Haram apabila rujuk itu, istri akan lebih menderita

c. Makruh kalau diteruskan bercerai akan lebih baik bagi suami istri

d. Jaiz, hukum asal Rujuk

e. Sunah jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat bagi suami istri

Rukun Rujuk

1. Istri, syaratnya pernah dicampuri, talak raj’i, dan masih dalam masa iddah2. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa3. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil4. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu

1) terang-terangan , misalnya “Saya rujuk kepadamu”

2) perkataan sindiran, misalnya “Saya pegang engkau”

M. Perkawinan Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974

Pada garis besarnya, undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan terdiri atas 14 bab dan terbagi dalam 67 pasal.

1. Pencatatan perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (2) dinyatakan bahwa “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku”.Selanjutnya dalam komplikasi hukum Islam di indonesuia dirinci sebagai berikut

a. agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam, setiap perkawinan harus dicatat

Page 21: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

b. pencatatan perkawian harus dilakukan oleh pegawai pencatat nikah

c. setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah pengawasan pegawai pencatat nikah

d. perkawinan yang dilakukan diluar pegawai pencatat nikah tidak mempunyai kekuatan hukum

2. Sahnya Perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 Ayat (1) ditegaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu. Selanjutnya ditegaskan dalam kompilasi hukum di indnesia sebagai berikut.

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut aturan hukum Islam2. Perkawinan yang menurut Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

3. Tujuan Perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir dan bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ditegaskan dalam kompilasi hukum Islam bahwa perkawinan bertujuan mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah (QS Ar Rum : 21)

4. Batasan-Batasan dalam berpoligami

Pada undang-undang nomor 1 Tahun 1974 pasal 3 ayat (1) dan (2) dinyatakan bahwa “Pada asanya pada suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Begitu pula seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.”Selanjutnya dalam pasal 4 dan 5 ditegaskan bahwa apabila suami akan beristri lebih dari seorang, ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan didaerah tempat tinggalnya. Pengadilan hanya memberi izin untuk berpoligami apabila terdapat hal-hal berikut ini

a. Istri tidak dapat mejalankan kewajibannya sebagai istri

b. Istri mendapat cacat badan ataui penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Dalam mengajukan permohonan, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1. adanya persetujuan dari istri2. adanya kepastian bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak

mereka.

Page 22: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

USWATUN HASANAH

Mengapa Nabi Muhammad SAW Menikahi Sembilan Wanita ?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi sembilan wanita. Ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik dari poligami beliau ini. Pertama, beliau tidak menikahi wanita-wanita yang masih gadis, padahal beliau mampu untuk melakukannya. Gadis yang beliau nikahi hanya satu orang saja (Aisyah). Sebagian istri beliau adalah janda-janda yang telah memiliki anak, seperti Ummu Salamah, Khodijah, yang lain adalah janda seperti Hafshah, Zainab, dll. Tujuan beliau menikahiummahatul mukminin tersebut bukan untuk mencari kepuasan, kalau tujuannya mencari kepuasan pastilah beliau menikahi para gadis.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau menikahi banyak wanita agar sunnah-sunnah yang tidak tampak kecuali di rumah, bisa diriwayatkan secara utuh. Istri-istri beliau berperan dalam meriwayatkan sunnah-sunnah beliau saat di rumah dan para sahabat meriwayatkan sunnah-sunnah beliau ketika di luar rumah. Seandainya beliau hanya beristrikan empat wanita, dua, atau satu saja, maka sunnah-sunnah beliau di rumah hanya disandarkan pada orang yang sangat sedikit, sehingga Allah perintahkan beliau untuk menikahi sembilan perempuan agar riwayat-riwayat tersebut disandarkan kepada orang yang banyak (sehingga menguatkan riwayatk tersebut).

Tujuan lainnya adalah menundukkan hati kabilah-kabilah besar agar mereka memeluk Islam. Seperti pernikahan beliau dengan Zainab binti Huyai bin Akhtab radhiallahu ‘anha, kemudian masuklah segolongan orang Yahudi ke dalam Islam. Demikian juga pernikahan beliau dengan Zainab binti Jahsyradhiallahu ‘anha yang menjadikan kabilah dari Zainab ini masuk Islam. Juga pernikahan beliau dengan anak Abu Bakar dan Umar, yakni Aisyah dan Hafshah radhiallahu ‘anhum, sehingga hubungan beliau semakin dekat dengan dua sahabatnya ini layaknya menteri-menteri beliau.

Jadi Allah memerintahkan beliau menikahi banyak wanita memiliki hikmah dan pelajaran yang banyak, baik hikmah tersebut kita ketahui atau hikmah itu Allah simpan dalam ilmu-Nya saja, dan hal ini termasuk kekhususan bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Page 23: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

Di antara kekhususan lain bagi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bisa jadi beliau melewati dua atau tiga hari dalam keadaan berpuasa. Beliau berbuka ketika maghrib lalu melanjutkan puasanya di esok hari atau bahkan sampai lusa. Pada saat para sahabat mengetahui hal ini, mereka pun merasa khawatir dengan kondisi beliau, beliau menjawab “Aku berbeda dengan kalian. Saat aku tertidur Rabb ku memberiku makan dan minum.” Kekhususan lain bagi beliau adalah ketika beliau wafat di hari Senin, beliau baru dimakamkan di hari Rabu. Jasad beliau sama sekali tidak berubah, berbeda dengan orang lain jika mengalami hal serupa tanpa diberikan formalin dan keadaan kota Madinah yang sangat panas, keadaan fisik beliau tidak berubah sama sekali.

Dengan demikian kita bisa mengetahui keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kekuatan fisik beliau, kekhususan boleh menikahi sembilan wanita, bahkan kekhususan setelah wafatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

PENUTUP

A. RANGKUMAN

Munakahat atau penikahan itu sangat penting untuk dipahami karena di dalam islam itu tertera jelas pada kitab Al-Quran yang diatur sedemikian rupa sehingga jelas sekali aturan dalam pernikahan tersebut. Peraturan-peraturan itu dimaksudkan agar antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dalam melakukan pernikahan dibenarkan dalam islam dan hukum Negara, supaya mendapatkan ridha dari Allah SWT sebagai hamba-hambanya yang bertaqwa

Telah diterangkan dengan jelas diatas apa itu pengertian, tujuan nikah, syarat nikah, dan apa saja hal yang dilarang dan diperbolehkan, semua itu dimaksudkan agar kita mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan oleh Allah SWT agar selamat di dunia, serta di akhirat.

B. SARAN-SARAN

1. Sebagai orang islam yang bertaqwa kepada Allah SWT kita harus mengetahui aturan-aturannya, salah satunya yaitu aturan tentang pernikahan

2. Pernikahan adalah sebuah pilihan hidup, pilihlah dengan baik agar selamat di dunia dan di akhirat

3. Pernikahan dikatakan baik, bukan karena lamanya pernikahan itu terjadi, tapi lebih dari itu bagaimana mereka bertahan untuk menghadapi masalah sehingga bertahan lama.

Page 24: Agama Islam XII IPA Bab 5 Munakahat

C. SUMBER-SUMBER

http://baitijannati.wordpress.com/2009/03/13/hukum-islam-tentang-nikah-siri/

http://hbis.wordpress.com/2007/11/28/munakahatmasalah-pernikahan/

Al-‘Aliyy (Al-Quran dan Terjemahannya)

http://kisahmuslim.com/mengapa-nabi-muhammad-mempunyai-9-istri/