Agama-HIV

24
Kelompok III

description

HIV

Transcript of Agama-HIV

Presentation Title Here

Kelompok III

PengantarKasus-kasus HIV/ AIDS (Human Immuno deficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome) telah menjadi epidemik di tengah masyarakat saat ini.Kondisi seperti ini tidak bisa didiamkan terus-menerus. Kondisi ini adalah tantangan bagi kita semua untuk mengambil sikap secara bijaksana dan konkret membongkar pemahaman yang keliru mengenai HIV/ AIDS.

Sejarah Sebenarnya kasus HIV/ AIDS pertama kali secara resmi ditemukan tahun 1981 di Amerika Serikat tetapi para ahli meyakini bahwa pada saat itu banyak manusia di seluruh dunia yang sudah terinfeksi HIV. Diperkirakan pada tahun 1980 ada sekitar 100.000 orang di seluruh dunia terinfeksi HIV. Sebagian besar orang yang tertular virus itu tidak menyadari bahwa mereka sedang tertular. Sekarang, lebih dari 30 juta orang, termasuk 1 juta anak, hidup dengan HIV.

Cara Penularan Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama merupakan cara penularan HIV/ AIDS yang cukup tinggi. Menurut Koordinator Program Kesehatan Warga dan Puskesmas Jatinegara, Jakarta Timur, Toga D. Sianturi, di antara 27.000 pengguna jarum suntik, prevalensi mereka yang terinfeksi HIV mencapai 25-50%.

Cara PenularanCara penularan HIV melalui tiga media: Melalui kontak darah (pemakaian jarum suntik yang tidak steril dan secara bergantian, transfusi darah dan kontak langsung dengan darah orang yang mengidap virus HIV) ; Melalui cairan kelamin (air mani, cairan vagina dan hubungan seksual) ;Melalui keturunan (dari ibu ke anak). Virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian menyebabkan AIDS. Virus ini menyerang salah satu jenis sel darah putih yang bertugas untuk mengobati dan menangkal infeksi. Sel darah putih ini termasuk limfosit yang disebut T-4 sel atau CD-4. Virus ini juga mempunyai kemampuan untuk menyamarkan genetiknya menjadi genetik sel yang ditumpanginya.

KasusKasus-kasus HIV/ AIDS semakin meningkat. Bulan Desember 2003 ada 4.091 kasus dengan perincian 2720 kasus HIV dan 1.371 kasus AIDS.Selang selama 6 bulan kemudian terjadi peningkatan yang cukup mencolok yakni 4.389 kasus, terdiri dari 2.864 kasus HIV dan 1.525 kasus AIDS. Kasus

Provinsi yang paling banyak ditemui kasus HIV/ AIDS antara lain DKI Jakarta dengan jumlah kasus 1.219, Papua dengan 1.036 kasus, Jawa Timur 495 kasus, Bali 352 kasus, Riau 291 kasus, dan Jawa Barat 248 kasus. ProvinsiKasus

Sementara itu kasus HIV/ AIDS jika dilihat dari kelompok umur, memperlihatkan gambaran yang mengkhawatirkan. Dari 4.389 kasus, 1.392 atau 31,7% adalah kelompok usia 15-29 tahun yang terdiri dari kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 176 kasus dan kelompok usia 20-29 tahun sebanyak 1.225 kasus (Kompas, 10/9/2004).Umur

Apa Masalah pokoknya???

PertamaKita perlu menempatkan mereka yang terkena HIV/ AIDS sebagai pribadi yang utuh dengan segala dimensinya, yang sungguh mengharapkan bantuan. Saudara kita yang terkena HIV/ AIDS sadar atau tidak mengalami proses dehumanisasi karena kesalahpahaman, stigmatisasi dan diskriminasi. Mereka sebenarnya adalah korban, entah karena kesalahan mereka sendiri atau bukan, tetapi pada saat ini yang mereka butuhkan bukan khotbah tetapi pertolongan untuk mengembalikan. [hal.2 dalam Evangelum Vitae (Injil Kehidupan) seri Dokumen Gerejawi No. 41 oleh Paus Yohanes Paulus II, Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Jakarta tahun 1996.Keluhurannya sebagai manusia. Bukan saatnya untuk saling menyalahkan, tetapi bersama-sama mencari cara-cara yang bijaksana untuk bertindak.

KeduaSadar atau tidak mereka menjadi objek dari segala macam bentuk penyalahgunaan obat-obatan tanpa kebebasan mengatakan tidak. Seakan-akan ada suatu sistem dan struktur yang menempatkan manusia sebagai objek dan bukan subjek yang bertanggungawab atas hidup dan segala keputusan yang diambilnya. Sistem seperti itu mesti mendapatkan perhatian dalam penanganan masalah ini secara tuntas agar jangan semakin banyak generasi muda kita yang hilang.

Landasan Ajaran GerejaPada saat ini disadari bahwa secara luar biasa ancaman-ancaman semakin bertambah dan semakin gawat bagi kehidupan manusia dan bangsa-bangsa, terutama bila kehidupan itu lemah dan tanpa perlindungan. Mereka yang terinfeksi HIV, penderita AIDS dan pecandu narkoba adalah orang-orang yang berada pada posisi paling lemah, tanpa perlindungan bahkan dikucilkan. Pada saat yang sama HIV/ AIDS adalah ancaman serius bagi kehidupan yang manusiawi. Pada posisi seperti itu semua pihak terpanggil untuk membela keluhuran martabat pribadi manusia sebab manusia adalah 'aktor' dalam membangun 'budaya kehidupan'.

Landasan Ajaran GerejaIstilah 'budaya kehidupan' dimunculkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam berbagai kesempatan, berkaitan dengan ancaman yang begitu serius terhadap keluhuran martabat manusia. Dalam ensiklik (ajaran resmi gereja), Paus menegaskan :Manusia dipanggil kepada kepatuhan hidup, yang jauh melampaui dimensi-dimensi hidupnya di dunia, sebab terdiri dari partisipasi dalam kehidupan Allah sendiri. Keluhuran panggilan adi-kodrati ini mewahyukan keagungan dan nilai tak terhingga hidup manusiawi bahkan pada tahap yang sementara ini.

Oleh karena itu Paus mendesak untuk bersama-sama dapat menyajikan kepada dunia kita ini tanda-tanda baru pengharapan, dan berusaha menjamin, supaya keadilan dan solidaritas makin berkembang, dan supaya kebudayaan baru hidup manusiawi akan dimantapkan, demi pembanguan peradaban dan cinta kasih yang sejati.

Landasan Ajaran GerejaAda semacam perang antara 'budaya kehidupan' dan 'budaya kematian'. Akar terdalam dari peperangan ini adalah surutnya kesadaran akan Allah dan akan manusia, ciri iklim sosial dan budaya yang didominasi oleh sekularisme.

Mereka yang membiarkan diri dipengaruhi oleh iklim itu akan mudah terjebak dalam lingkaran setan yang menyedihkan : bila kesadaran akan Allah hilang, ada kecenderungan pula untuk kehilangan kesadaran akan manusia, martabat dan hidupnya. Sebaliknya pelanggaran sistematis hukum moral, khususnya dalam perkara serius, sikap hormatnya terhadap hidup manusiawi serta martabatnya, menghasilkan semacam proses makin gelapnya kemampuan mengenai kehadiran Allah Penyelamat yang hidup.

Landasan Ajaran GerejaKalau kesadaran akan Allah disingkirkan maka segala sesuatu menjadi tak bermakna. Alam yang semula adalah 'mater' ( ibu, ibu pertiwi) sebagai sumber dan pemangku kehidupan, kini diturunkan menjadi 'materia', dan masih direduksi lagi dalam aneka manipulasi. Hubungan antar manusia sangat dimiskinkan karena sangat materialistis. Keberadaan manusia diukur berdasarkan 'apa yang mereka miliki, perbuat dan hasilkan'. Demikian juga peranan suara hati sebagai intisari keberadaan manusia menjadi tak bermakna. Padahal di lubuk hati nuraninya' manusia menemukan hukum, yang tidak diterimanya dari diri sendiri, melainkan harus ditaatinya. Suara hati itu selalu menyerukan kepadanya untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik, dan untuk menghindari yang jahat.

Keprihatinan GerejaPertama, nilai-nilai kebenaran agama tidak mewujud dan menjadi bagian dari identitas kehidupan. Artinya, agama-agama sedang mengalami krisis identitas yang mendalam. Ada kecenderungan penghayatan agama berhenti pada simbol-simbol keagamaan. Akibatnya, agama menjadi suatu kategori sosial-budaya (bahkan politik) yang kosong. Agama-agama tidak lagi hidup!

Keprihatinan GerejaKedua, konsekuensi langsung dari krisis identitas tersebut ialah kekosongan hati nurani. Hati nurani tidak dipahami sebagai inti manusia yang paling dalam, tempat Allah menuliskan hukum-hukum-Nya, dan sumber dari cinta dan perbuatan-perbuatan baik

Keprihatinan GerejaKetiga, tempat pendidikan hati nurani pertama-tama dan utama adalah keluarga. Di dalam keluargalah, setiap orang mengalami pola asuh dan pengalaman eksistensial sebagai manusia. Namun pada saat yang sama sendi-sendi kehidupan keluarga mengalami kekosongan dahsyat.Kesibukan orangtua dalam memenuhi kebutuhan hidup serta membanjirnya arus globalisasi telah membuat keluarga kehilangan 'hak'nya untuk mendidik hati nurani setiap anggotanya.

Apa yang bisa kita buat???

Pemahaman DasarPerlu disadari bahwa setiap orang adalah bermartabat karena diciptakan dan dikehendaki untuk selamat oleh Allah. Karena itu bersama dengan siapapun juga manusia membangun kehidupan yang manusiawi demi bonum commune (kesejahteraan umum). Manusia mendapat tantangan yang serius untuk membangun budaya kehidupan, bukan budaya kematian. Aktor utama dalam pembangunan budaya kehidupan adalah manusia yang berkepribadian sehat.

Pemahaman DasarDalam konteks itu, perlu kita pahami betul bahwa orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) adalah manusia biasa, seperti kita. Perbedaannya: sistem kekebalan tubuh mereka telah terkontaminasi dengan virus penyebab AIDS dan kebebasan mereka telah dirampas oleh narkoba. Hak asasi mereka juga sama dengan kita tak berbeda sedikitpun! Oleh karena itu sikap diskriminatif adalah sikap yang berlawanan dengan dirinya sendiri; apalagi mengenakan stigmatisasi pada mereka dan mengkaitkannya dengan mitos kutukan. Orang-orang seperti ini kita pandang sebagai sesama yang amat membutuhkan pertolongan dan pendampingan intensif.

Upaya Gereja KatolikGereja berpihak kepada para korban penyalahgunaan narkoba dan penderita AIDS. Keberpihakan itu diwujudkan dalam berbagai bidang usaha untuk menggapai permasalahan HIV/ AIDS dan narkoba secara serius. Bidang yang diusahakan untuk menangani kasus-kasus HIV/ AIDS dan narkoba meliputi pencegahan, perawatan, pendampingan psikologis sosial dan spiritual. Selain itu, diupayakan pula membangun jaringan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk terlibat dalam berbagai penanganan konkret seperti advokasi dan pemahaman secara komprehensif.

Thank you...