Agama Harta

20
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHYIM 1.PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Al-Qur’an menyebut kata al-mal (harta) tidak kurang dari 86 kali. Penyebutan berulang-ulang terhadap sesuatu di dalam al-Qur’an menunjukkan adanya perhatian khusus dan penting terhadap sesuatu itu. Harta merupakan bagian penting dari kehidupan yang tidak dipisahkan dan selalu diupayakan oleh manusia dalam kehidupannya terutama di dalam Islam. Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki, dan memanfaatkan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. Harta diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya, baik bersifat materi maupun non materi. Manusia berusaha sesuai dengan naluri dan kecenderungan untuk mendapatkan harta. Al-Qur’an memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta, manusia diharapkan memiliki sikap derma yang memperkokoh sifat kemanusiannya. Jika sikap derma ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia, baik di sisi Tuhan maupun terhadap sesama manusia. Selain itu kriteria harta menurut para ahli fiqih terdiri atas: pertama, memiliki unsure nilai ekonomis. Kedua, unsur manfaat atau jasa diperoleh dari suatu barang. Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/adat) yang berlaku di masyarakat. As-Syuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang

description

Agama Harta

Transcript of Agama Harta

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHYIM1. PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANGAl-Quran menyebut kata al-mal (harta) tidak kurang dari 86 kali. Penyebutan berulang-ulang terhadap sesuatu di dalam al-Quran menunjukkan adanya perhatian khusus dan penting terhadap sesuatu itu. Harta merupakan bagian penting dari kehidupan yang tidak dipisahkan dan selalu diupayakan oleh manusia dalam kehidupannya terutama di dalam Islam. Islam memandang keinginan manusia untuk memperoleh, memiliki, dan memanfaatkan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan urgen. Harta diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan manusia untuk memenuhi hajat hidupnya, baik bersifat materi maupun non materi. Manusia berusaha sesuai dengan naluri dan kecenderungan untuk mendapatkan harta.Al-Quran memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Khaliq-Nya, bukan tujuan utama yang dicari dalam kehidupan. Dengan keberadaan harta, manusia diharapkan memiliki sikap derma yang memperkokoh sifat kemanusiannya. Jika sikap derma ini berkembang, maka akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia, baik di sisi Tuhan maupun terhadap sesama manusia.Selain itu kriteria harta menurut para ahli fiqih terdiri atas:pertama,memiliki unsure nilai ekonomis.Kedua,unsur manfaat atau jasa diperoleh dari suatu barang. Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkanurf (kebiasaan/adat)yang berlaku di masyarakat. As-Syuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi baik yang merusak maupun melenyapkannya.Dengan demikian tempat bergantungnya statusal-Malterletak pada nilai ekonomis suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya nilai ekonomis dalam harta tergantung pada besar kecilnya manfaat suatu barang. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.Oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahasan seberapa besar kedudukan harta dalam islam secara ekonomi.

1.2. RUMUSAN MASALAH1.2.1. KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM1.2.2. METODE MENDAPATKAN DAN MEMBELANJAKAN HARTA YANG ISLAMI1.2.3. PENJELASAN TENTANG KEPEMILIKAN HARTA1.2.4. BAHAYA HARTA MENURUT ISLAM

1.3. TUJUAN1.3.1. UNTUK MENEGTAHUI KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAM1.3.2. UNTUK MENGETAHUI PENGERTIAN HARTA DALAM AL-QURAN DAN ASUNNAH1.3.3. UNTUK MENEGTAHUI METODE MENDAPATKAN DAN MEMBELANJAKAN HARTA YANG ISLAMI1.3.4. UNTUK MENGETAHUI SECARA JELAS TENTANG KEPEMILKKAN HARTA1.3.5. UNTUK MENEGTAHUI BAHAYA HARTA DALAM ISLAM

1.4. MANFAAT1.4.1. AGAR MANUSIA LEBIH MENGHARGAI HARTA PEMBERIAN ALLAH SWT1.4.2. AGAR MANUSIA BISA MENGGUNAKAN DAN MEMBELANJAKAN HARTA PEMBERIAN ALLAH SWT SESUAI KAIDAH ISLAM1.4.3. AGAR MANUSIA TIDAK SALAH JALAN DALAM MENCARI HARTA

PEMBAHASANA KEDUDUKAN HARTA DALAM ISLAMSecara etimologial malberasal dari katamalayang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal di artikan segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam bentuk manfaat.Harta merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan. Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan harta. Dalam al-Quran, kata al-mal (harta) disebutkan dalam 90 ayat lebih. Sedangkan dalam hadis rasulullah kata harta banyak sekali disebutkan tidak terhitung jumlahnya.Kata harta dalam istilah ahli fikih berarti segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya.Dan juga ada beberapa pengertian harta adalah sebagai berikut:1. Harta adalah segala yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dapat dimanfaatkan.2.Harta adalah segala sesuatu yang memiliki nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya.

a.SECARA BAHASADalam bahasa arab harta disebuldiambil dari kata, yang berarti condong, cenderung dan miring. Dikatakan condong, cenderung dan miring karena secara tabiat, manusia cenderung ingin memiliki dan menguasai harta. Dalam definisi ini Sesuatu yang tidak dikuasai oleh manusia tidak bisa dinamakan harta seperti burung diudara, pohon dihutan, dan barang tambang yang masih ada dibumi. DalamMukhtar al-Qamusdan kamusal-Muhith, kataal-maalberarti apa saja yang dimiliki. DalamMujam al-Wasith,maalitu ialah segala sesuatu yang dimiliki seseorang atau kelompok, seperti perhiasan, barang dagangan, bangunan, uang, dan hewan.

b.SECARA ISTILAHPENDAPAT ULAMA HANAFIYAH Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dapat dimanfaatkan.Sesuatu yang layak dimiliki menurut syarat serta dapat dimanfaatkan, disimpan/dikuasai dan bersifat konkret. Yang dimaksud dengan layak dimiliki menurut syarat ialah sesuai dengan syariat atau ketentuan. Misalnya seorang muslim tidak layak memiki babi karena babi itu haram. Yang dimaksud dengan dapat dimanfaatkan ialah bahwa harta itu mempunyai kegunaan dan mempunyai nilai, misalnya sebutir beras itu tidak bisa dimanfaatkan karena tidak memiliki nilai dan tidak ada kegunaannya.HARTA TERBAGI DUA:1. Harta berbentuk benda, yaitu segala sesuatu yang berbentuk materi yang dapat dirasakan oleh indera, seperti mobil dan lain-lain.2. Harta berbentuk manfaat, yaitu faedah yang diperoleh dari suatu benda. Misalnya memanfaatkan mobil, menempati rumah dan lainnya.

KEDUDUKAN HARTA: HARTA SEBAGAI PERHIASAN HIDUPQs. Al-Kahfi 46 Harta dan anak-anak itu merupakan perhiasan dunia

HARTA SEBAGAI KEBUTUHAN DASARQs. Al-Imran 14 Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

HARTA SEBAGAI FITNAHQs. At-Taghabun 15 Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar.

KECELAKAAN BAGI PENGHAMBA HARTA ( )Celakalah orang yang menjadi hamba dinar (uang) orang yang menjadi hamba dirham, orang yang menjadi hamba pakaian, jika diberi ia bangga dan bila tidak diberi ia marah, mudah-mudahan dia celaka dan merasa sakit, jika dia kena suatu musibah dia tidak akan memperoleh jalan keluar.

PENGHAMBA HARTA ADALAH TERKUTUK Terkutuklah orang yang menjadi hamba dinar dan terkutuk pula orang yang menjadi hamba dirham (Hr Tirmidzi)

SEGALA SESUATU YANG ADA DIBUMI ADALAH MUTLAQ MILIK ALLAH Kepunyaan Allah lah apa-apa yang ada dilangit dan dibumi

Dengan demikian dapatlah dipahami sebagai bentuk konsekuensi logis dari keterangan diatas bahwa :Manusia bukan pemilik mutlak, tetapi dibatasi oleh hak-hak Allah sehingga wajib baginya untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya.Cara-cara yang digunakan dalam pengambilan kegunaan terhadap suatu harta adalah harus mengarah kepada kemakmuran bersama, pelaksanaanya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil-wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat pemiliknya memperoleh imbalan yang wajar. Selain penggunaan harta untuk kepentingan umum harus diperhatikan kepentingan pribadi pun harus diperhatikan pula. Maka berlaku ketentuan sebagai berikut :Masyarakat tidak boleh mengganggu dan melanggar kepeentigan pribadi selama tidak merugikan orang lain dan masyarakat. Bagi pemilik harta boleh mengalihkan status kepemilikannya kepada orang lain dengan cara menjual, menghibahkannya.

FUNGSI HARTA DALAM ISLAM1. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas2. Untuk meningkatkan keimanan (ketakwaan) kepada Allah, sebab sebuah kefakiran cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran3. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya4. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.5. Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu6. Untuk menumbuhkan silaturahmi

METODE MENDAPATKAN DAN MEMBELANJAKAN HARTA YANG ISLAMIOrang islam diwajibkan berusaha (bekerja) mencari nafkah, firman Allah SWT. Dalam mencari harta dengan berusaha (bekerja), haruslah dengan cara baik dan halal. Dalam mencari, dilarang dengan cara-cara yang dapat :1. Melupakan mati2. Melupakan Dzikrillah3. Melupakan sholat dan Zakat4. Memusatkan kekayaan hanya pada kelompok orang kaya saja5. Dalam mencarinya dilarang menempuh usaha yang haram, seperti :Riba,Judi,Curang,Mencuri,Jahat, Bathil, dan Dosa,Suap menyuap (al-Ruswah)

Cara mendapatkan harta dapat disebutkan yang terpenting:1. Menguasai benda-benda mubah yang belum menjadi milik seorang pun.2. Perjanjian-perjanjian hak milik seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat.3. Warisan sesuai dengan aturan Islam.4. Syufah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada orang lain tanpa izin para anggota persekutuan yang lain.5. Iqtha, pemberian dari pemerintah.6. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi amil, nafkah istri, anak, dan orang tua.

Dalam membelanjakan harta, dilarang:1. Diserahkan ke Sufaha2. Tabdzir (boros)3. Israf (berlebih lebihan)4. Bermewah-mewah5. Kikir atau boros

Untuk itulah pada satu takaran tertentu harta dikenai wajib zakat. Zakat merupakan implementasi pemenuhan hak masyarakat dan upaya memberdayakan harta pada fungsi ekonomisnya. Ringkasnya, aturan dalam memperoleh harta dan membelanjakan harta, didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:Prinsip Sirkulasi dan perputaran Artinya harta memiliki fungsi ekonomis yang harus senantiasa diberdayakan agar aktifitas ekonomi berjalan sehat. Maka harta harus berputar dan bergerak di kalangan masyarakat baik dalam bentuk konsumsi atau investasi.sarana yang diterapkan oleh syariat untuk merealisasikan prinsip ini adalah dengan larangan menumpuk harta, monopoli terutama pada kebutuhan pokok, larangan riba, berjudi, menipu.Prinsip jauhi konflik Artinya harta jangan sampai menjadi konflik antar sesama manusia. Untuk itu diperintahkan aturan dokumentasi, pencatatan/akuntansi, al-isyhad/saksi, jaminan (rahn/gadai).Prinsip Keadilan Prinsip keadilan dimaksudkan untuk meminimalisasi kesenjangan sosial yang ada akibat perbedaan kepemilikan harta secara individu. Terdapat dua metode untuk merealisasikan keadilan dalam harta yaitu perintah untuk zakat infak shadaqah, dan larangan terhadap penghamburan (Israf/mubazir)

PENJELASAN TENTANG KEPEMILIKAN HARTAIslam mencakup sekumpulan prinsip dan doktrin yang memedomani dan mengatur hubungan seorang muslim dengan Tuhan dan masyarakat. Dalam hal ini, Islam bukan hanya layanan Tuhan seperti halnya agama Yahudi dan Nasrani, tetapi juga menyatukan aturan perilaku yang mengatur dan mengorganisir umat manusia baik dalam kehidupan spiritual maupun material.Harta yang baik ada macam, yaitu: Diperoleh dengan cara yang sah dan benar Dipergunakan dengan dan untuk hal yang baik-baik di jalan Allah

Allah adalah pemilik mutlak segala sesuatu yang ada di dunia ini, sedangkan manusia adalah wakil (khalifah) Allah yang diberi kekuasaan untuk mengelolanya. Sudah seharusnya sebagai pihak yang diberi amanah (titipan), pengelolaan harta titipan tersebut disesuaikan dengan keinginan pemilik mutlak atas harta kekayaan yaitu Allah swt. Untuk itu, Allah telah menetapkan ketentuan syariah sebagai pedoman bagi manusia dalam memperoleh dan membelanjakan atau menggunakan harta kekayaan tersebut, dan di hari akhirat nanti manusia akan diminta pertanggungjawabannya.Menurut Islam, kepemilikan harta kekayaan manusia terbatas pada kepemilikan kemanfaatannya selama masih hidup di dunia, dan bukan kepemilikan secara mutlak. Saat dia meninggal kepemilikan tersebut berakhir dan harus didistribusikan kepada ahli warisnya, sesuai ketentuan syariah.Dari beberapa keterangan nash-nash shara' dapat dijelaskan bahwa kepemilikan terklasifikasi menjadi tiga jenis, yaitu:I. Kepemilikan pribadi (al-milkiyat al-fardiyah/private property)Kepemilikan pribadi adalah hukum shara' yang berlaku bagi zat ataupun kegunaan tertentu, yang memungkinkan pemiliknya untuk memanfaatkan barang tersebut, serta memperoleh kompensasinya--baik karena diambil kegunaannya oleh orang lain seperti disewa ataupun karena dikonsumsi--dari barang tersebut. Adanya wewenang kepada manusia untuk membelanjakan, menafkahkan dan melakukan berbagai bentuk transaksi atas harta yang dimiliki, seperti jual-beli, gadai, sewa menyewa, hibah, wasiat, dll adalah meriupakan bukti pengakuan Islam terhadap adanya hak kepemilikan individual. Karena kepemilikan merupakan izin al-shari' untuk memanfaatkan suatu benda, maka kepemilikan atas suatu benda tidak semata berasal dari benda itu sendiri ataupun karena karakter dasarnya, semisal bermanfaat atau tidak. Akan tetapi ia berasal dari adanya izin yang diberikan oleh al-shari' serta berasal dari sebab yang diperbolehkan al-shari' untuk memilikinya (seperti kepemilikan atas rumah, tanah, ayam dsb bukan minuman keras, babi, ganja dsb), sehingga melahirkan akibatnya, yaitu adanya kepemilikan atas benda tersebut.

II. Kepemilikan Umum (al-milkiyyat al-'ammah/ public property)Kepemilikan Umum adalah izin al-shari' kepada suatu komunitas untuk bersama-sama memanfaatkan benda, Sedangkan benda-benda yang tergolong kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan oleh al-shari' sebagai benda-benda yang dimiliki komunitas secara bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang saja. Karena milik umum, maka setiap individu dapat memanfaatkannya namun dilarang memilikinya. Fasilitas dan sarana umum tergolong ke dalam jenis kepemilikan umum karena menjadi kebutuhan pokok masyarakat dan jika tidak terpenuhi dapat menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Jenis harta ini dijelaskan dalam hadith nabi yang berkaitan dengan sarana umum: "Manusia berserikat (bersama-sama memiliki) dalam tiga hal: air, padang rumput dan api" (HR Ahmad dan Abu Dawud) dan dalam hadith lain terdapat tambahan: "...dan harganya haram" (HR Ibn Majah dari Ibn Abbas).Air yang dimaksudkan dalam hadith di atas adalah air yang masih belum diambil, baik yang keluar dari mata air, sumur, maupun yang mengalir di sungai atau danau bukan air yang dimiliki oleh perorangan di rimahnya. Oleh karena itu pembahasan para fuqaha mengenai air sebagai kepemilikan umum difokuskan pada air-air yang belum diambil tersebut. Adapun al-kala' adalah padang rumput, baik rumput basah atau hijau (al-khala) maupun rumput kering (al-hashish) yang tumbuh di tanah, gunung atau aliran sungai yang tidak ada pemiliknya. Sedangkan yang dimaksud al-nar adalah bahan bakar dan segala sesuatu yang terkait dengannya, termasuk didalamnya adalah kayu bakar. Bentuk kepemilikan umum, tidak hanya terbatas pada tiga macam benda tersebut saja melainkan juga mencakup segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat dan jika tidak terpenuhi, dapat menyebabkan perpecahan dan persengketaan. Hal ini disebabkan karena adanya indikasi al-shari' yang terkait dengan masalah ini memandang bahwa benda-benda tersebut dikategorikan sebagai kepemilikan umum karena sifat tertentu yang terdapat didalamnya sehingga dikategorikan sebagai kepemilikan umum.III. Kepemilikan Negara (milkiyyat al-dawlah/ state private)Kepemilikan Negara adalah harta yang merupakan hak bagi seluruh kaum muslimin/rakyat dan pengelolaannya menjadi wewenang khalifah/negara, dimana khalifah/negara berhak memberikan atau mengkhususkannya kepada sebagian kaum muslim/rakyat sesuai dengan ijtihadnya. Makna pengelolaan oleh khalifah ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki khalifah untuk mengelolanya. Kepemilikan negara ini meliputi semua jenis harta benda yang tidak dapat digolongkan ke dalam jenis harta milik umum (al-milkiyyat al-'ammah/public property) namun terkadang bisa tergolong dalam jenis harta kepemilikan individu (al-milkiyyat al-fardiyyah).Beberapa harta yang dapat dikategorikan ke dalam jenis kepemilikan negara menurut al-shari' dan khalifah/negara berhak mengelolanya dengan pandangan ijtihadnya adalah:a. Harta ghanimah, anfal (harta yang diperoleh dari rampasan perang dengan orang kafir), fay' (harta yang diperoleh dari musuh tanpa peperangan) dan khumusb. Harta yang berasal dari kharaj (hak kaum muslim atas tanah yang diperoleh dari orang kafir, baik melalui peperangan atau tidak)c. Harta yang berasal dari jizyah (hak yang diberikan Allah kepada kaum muslim dari orang kafir sebagai tunduknya mereka kepada Islam)d. Harta yang berasal dari daribah (pajak)e. Harta yang berasal dari ushur (pajak penjualan yang diambil pemerintah dari pedagang yang melewati batas wilayahnya dengan pungutan yang diklasifikasikan berdasarkan agamanya)f. Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris (amwal al-fadla)g. Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang murtadh. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara, harta yang didapat tidak sejalan dengan shara'i. Harta lain milik negara, semisal: padang pasir, gunung, pantai, laut dan tanah mati yang tidak ada pemiliknya.

Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Quran menggunakan istilah al-milku dan al-kasbu (QS 111:2) untuk menunjukkan kepemilikan individu ini. Dengan pengakuan hak milik perseorangan ini, Islam juga menjamin keselamatan harta dan perlindungan harta secara hukum. Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syrkah) dan kepemilikan negara. Kepemilikan bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar manusia yang bermanfaat bagi kedua belah pihak dan atas kerelaan bersama. Kepemilikan Negara diakui pada asset-asset penting (terutama Sumber Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya dapat mempengaruhi kehidupan bangsa secara keseluruhan.

BAHAYA HARTA MENURUT ISLAMTergantung sifat dan perbuatan kita terhadapnya, antara lain:1. Lebih banyak harta, lebih keras hisabnya2. Timbulnya penyakit cinta dunia dan melalaikan akheratSabda Nabi SAW, Kemanisan dunia adalah kepahitan akherat. Dan pahitnya dunia adalah manisnya akherat. (Thabrani, Baihaqi, Hakim) Sabda Nabi SAW lainnya, Cinta dunia adalah induk segala kesalahan. (Baihaqi) Pada hakikatnya semua harta yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Q.S Al Baqarah 284 )Orang orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Katakanlah: Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu).Orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar). dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.( Q.S Al Baqarah : 120 )Konsekwensi logis dari ayat ( Q.S Al Baqarah : 120 ) adalah: Manusia bukanlah pemilik mutlak tapi dibatasi oleh hak hak Allah, maka wajib baginya untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah lainnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum dengan syarat pemiliknya memperoleh imbalan yang wajar. Cara cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama. Pelaksanaannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil wakilnya.

KESIMPULAN!!!Harta dapat diartikan apa saja yang dimiliki manusia. Secara kedudukan harta memiliki enam pokok diantaranya : pemiliki mutlak dari seluruh kekayaan adalah Allah SWT, status harta yang ada pada manusia, naluri manusia senang terhadap harta, pemilikan harta dapatdilakukan melalui usaha atau mata pencarian yang halal dan sesuai dengan aturan-Nya, dilarang mencari harta dengan berusaha atau bekerja yang melupakan mati, dilarang menempuh usaha yang haram. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa harta meliputi segala sesuatu yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi), seperti uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikan-lautan, dan pakaian termasuk dalam katagorial amwal.Islam sebagai agama yang benar dan sempurna memandang harta tidak lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia. Oleh karena itu, di dalam Islam terdapat etika di dalam memperoleh harta dengan bekerja. Dalam artian, terdapat keseimbangan usaha manusia dalam mendapatkan materi agar sesuai dengan harapan yang dicita-citakan sebagaikhalifahdi bumi.keseimbangan tersebut baik terhadap Tuhan,.

DAFTAR PUSTAKA!!! Munir, Abdul, Harta Dalam Perspektif Al Quran, Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 At-Thariqi, Abdullah Abdul Husain,Ekonomi Islam, Prinsip Dasar dan Tujuan,Magistra Insani Press, 2004 Fadhil, M. Mustaqim. 2013.Buku Ajar Pokok-pokok Materi Al-Islam 2. Surabaya: UMSurabaya Press Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 73-76. Asyraf Muhammad Dawwabah,Meneladani Keunggulan Bisnis Rasulullah, (Terj. Imam GM), (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006), hlm. 1-4. Muhammad Syafii Antonio,Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm.9-10 Akhsien, Iggi H.,Investasi Syariah di Pasar Modal : Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000),hlm. 21. Sri Nurhayati dan Wasilah,Akuntansi Syariah di Indonesia, Ed. II, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 67.

DASA PEMIKIRAN:ADITYA WICAKSANA1207220047