Aerodinamika 2 BAB 2
-
Upload
ariefhadiyanto -
Category
Documents
-
view
126 -
download
5
description
Transcript of Aerodinamika 2 BAB 2
BAB II
GAYA AERODINAMIKA, MOMEN AERODINAMIKA DAN TITIK PUSAT TEKANAN
1. Pengantar. Aliran udara yang melalui benda padat yang mempunyai
kecepatan tertentu maka akan mempunyai tekanan yang tertentu pula. Dalam bab ini
akan dibahas mengenai parameter-parameter yang mempengaruhi besarnya gaya-
gaya aerodinamika serta cara-cara untuk menghitung gaya-gaya tersebut. Setiap
permukaan benda yang mempunyai tekanan yang berbeda-beda tersebut dapat diwakili
dengan satu gaya di suatu tempat yang disebut titik pusat tekanan, dalam bab ini juga
akan dibahas mengenai penentuan dari titik pusat tekanan tersebut.
2. Gaya dan momen Aerodinamika. Dalam banyak kasus gaya dan momen
aerodinamika ditinjau berdasarkan dua sumber, yaitu distribusi tekanan atas
permukaan benda dan distribusi tegangan geser atas permukaan benda. Walaupun
bentuk benda rumit dan kompleks gaya dan momen aerodinamika seluruhnya akibat
dari kedua sumber tersebut. Tekanan, p dan tegangan geser, mempunyai dimensi
gaya per satuan luas [N/m2]. Pada gambar 2.1, tekanan beraksi tegak lurus
permukaan benda dan tegangan geser bereaksi sejajar dengan permukaan benda
dimana titik tersebut berada. Tegangan geser terjadi karena gaya gesekan antara
benda dengan udara.
Gambar 2.1 : Tekanan dan tegangan geser pada permukaan
Jumlahan (resultante) pengaruh distribusi tekanan dan tegangan geser pada seluruh
permukaan benda menghasilkan gaya aerodinamika, R dan momen aerodinamika, M
pada benda, seperti terlihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 : Jumlahan (resultante) gaya dan momen aerodinamika pada benda
Hasil jumlahan gaya aerodinamika, R dapat dibagi ke dalam 2 komponen seperti terlihat
pada gambar 2.3. Dari gambar 2.3 V adalah relatif wind, yang didefinisikan sebagai
kecepatan aliran udara jauh di atas benda yang disebut freestream (daerah tak
terganggu). Dari gambar 2.3 didefinisikan :
L Lift Komponen dari R yang tegak lurus V.
D Drag Komponen dari R yang sejajar V.
Chord, c adalah garis lurus yang ditarik dari leading edge (LE) sampai trealing edge
(TE). Kadang R juga dibagi kedalam komponen yang tegak lurus dan sejajar dengan
chord, seperti terlihat pada gambar 2.3, dengan definisi
N Gaya normal Komponen dari R yang tegak lurus c.
A Gaya aksial Komponen dari R yang sejajar c.
Gambar 2.3 : Komponen-komponen resultan gaya aerodinamika
8
Sudut serang, yang didefinisikan sebagai sudut antara c dengan V. Selain itu juga
merupakan sudut antara L dan N dan juga antara D dan A. Hubungan secara geometri
antara 2 komponen dari gambar 2.3 adalah sebagai berikut :
L = N cos - A sin (2.1)
D = N sin + A cos (2.2)
3. Bila ditentukan secara lebih terperinci jumlah total distribusi tekanan dan
tegangan geser akan memperoleh gaya aerodinamika dan momen aerodinamika.
Ditentukan sketsa benda 2 dimensi seperti pada gambar 2.4. Chord line digambarkan
secara horisontal dan relatif wind bergeser terhadap horisontal oleh sudut serang .
Gambar 2.4 : Sketsa untuk integrasi distribusi tekanan dan tegangan geser atas benda 2 dimensi
Pada sistem koordinat xy adalah sejajar dan tegak lurus terhadap chord. Jarak dari
LE yang diukur sepanjang permukaan benda pada sembarang titik A pada permukaan
atas, su, sama jarak untuk sembarang titik B dipermukaan bawah, sl. Tekanan dan
tegangan geser pada permukaan atas dinyatakan dengan pu dan u sehingga pu dan u
merupakan fungsi dari su. Demikian juga sama pada permukaan bawah terdapat p l
dan l yang merupakan fungsi dari sl. Pada titik yang ditentukan tekanan tegak lurus
pada permukaan benda dan berada pada sudut relatif terhadap tegak lurus
permukaan. Tegangan geser adalah sejajar dengan permukaan dan berada pada
9
sudut relatif terhadap horisontal. Dalam gambar 2.4 arah positif ketika diukur
searah jarum jam dari garis vertikal pada arah tekanan p dan dari garis horisontal untuk
arah . Pada gambar 2.4 semua digambarkan dalam arah positif.
4. Ditentukan bentuk 3 dimensi dalam gambar 2.5 sebagai luas permukaan elemen
dS pada airfoil, dimana dS = (ds) x (1), seperti ditunjukan pada bagian berarsir gambar
2.5. Kita akan memperhatikan pada total gaya normal N’ dan total gaya aksial A’ yang
mana tekanan dan tegangan geser pada luas elemen dS. Hal penting pada N’ dan A’
adalah menyatakan gaya per satuan span. Perhitungan pada gambar 2.4 dan 2.5
terlihat bahwa bagian gaya normal dan gaya aksial bereaksi pada permukaan ds di
bagian atas permukaan benda adalah
Pada permukaan bawah benda diperoleh :
Gambar 2.5 : Gaya aerodinamika pada setiap elemen permukaan benda
10
ds
(2.3)
(2.4)
(2.5)
(2.6)
Persamaan (2.3) sampai (2.6) arah positif N’ dan A’ adalah seperti ditunjukkan pada
gambar 2.3. Dalam persamaan ini harga positif bila searah jarum jam untuk .
Gambar 2.4 dekat leading edge benda dimana kemirinngan (slope) pada permukaan
atas benda adalah positif, miring ke atas dan memberikan pengaruh positif untuk N’.
Untuk kemiringan ke atas dan akan berlawanan dengan arah jarum jam sehingga
negatif. Dalam gambar 2.5, sin akan negatif membuat tegangan geser membentuk
nilai positif. Selanjutnya persamaan (2.3) sampai (2.6) dihitung untuk semua
permukaan dari LE sampai TE baik di bagian atas atau di bagian bawah permukaan
airfoil dengan menggunakan peraturan-peraturan yang telah disepakati. Sehingga
total gaya normal dan total gaya aksial persatuan span yang diperoleh dari integrasi
persamaan (2.3) hingga (2.6) dari LE sampai TE adalah :
(2.7)
(2.8)
Total gaya angkat (lift) dan gaya hambat (drag) per satuan span dapat diperoleh
dengan memasukkan persamaan (2.7) dan (2.8) ke dalam persamaan (2.1) dan (2.2).
Persamaan (2.1) dan (2.2) berisi gaya pada sembarang bentuk benda dan untuk gaya
per satuan span. Momen aerodinamika yang bekerja pada benda bebas di suatu titik
tertentu yang akan diberikan momen. Biasanya momen aerodinamika diberikan pada
LE. Dengan bertambahnya sudut serang, (pitch up) momen cenderung positif
(besar) dan momen cenderung negatif (kecil) dengan berkurangnya sudut serang, .
Dasar ini yang digambarkan pada gambar 2.6. Kembali pada gambar 2.4 dan 2.5
momen per satuan span pada LE untuk tekanan p dan tegangan geser pada luas
bagian ds dipermukaan atas adalah :
(2.9)
(2.10)
11
Gambar 2.6 : Persetujuan tanda untuk momen aerodinamika
Persamaan (2.9) dan (2.10) dengan dasar yang sama untuk yang digunakan
sebelumnya dan bahwa y akan positif di atas chod dan negatif di bawah chord.
Integrasi (2.9) dan (2.10) dari LE sampai TE diperoleh momen di LE per satuan span.
(2.11)
Pada persamaan (2.7), (2.8) dan (2.11) dengan , x dan y diketahui dari fungsi s untuk
bentuk benda yang diberikan. Jika pu, pl, u dan l diketahui sebagai fungsi dari s,
integral persamaan ini dapat dihitung. Persamaan (2.7), (2.8) dan (2.11) memberikan
prinsip dasar yang disebut “hasil lift, drag dan momen aerodinamika pada benda dari
distribusi tekanan dan tegangan geser yang terdapat pada benda”
5. Tujuan utama teori aerodinamika adalah menghitung p(s) dan (s) untuk bentuk
benda yang diberikan dan kondisi freestream, selanjutnya akan mudah untuk
menentukan gaya dan momen aerodinamika dengan menggunakan persamaan (2.7),
(2.8) dan (2.11). Gaya aerodinamika selanjutnya akan dibahas mengenai koefisien
gaya dan momen aerodinamika, untuk menentukan koefisien gaya dan momen
aerodinamika adalah sebagai berikut : tentukan kerapatan udara dan kecepatan aliran
udara di freestream, dan V kemudian tentukan juga harga dimensional yang disebut
tekanan dinamik di freestream sebagai :
Tekanan dinamik :
12
( - )
( + )
Tekanan dinamik mempunyai satuan tekanan yaitu N/m2 atau lbs/ft2. Ditentukan S
adalah referensi luas dan l adalah referensi panjang. Koefisien gaya dan momen
aerodinamika didefinisikan :
Koefisien lift :
Koefisien drag :
Koefisien gaya normal :
Koefisien gaya aksial :
Koefisien momen :
Koefisien-koefisien diatas referensi luas, S dan referensi panjang l ditentukan oleh
bentuk geometri benda yang yang ditentukan. Perubahan bentuk S dan l akan
mengakibatkan hasil yang berbeda pula. Sebagai contoh untuk bentuk sayap pesawat
terbang S adalah luas planform (sayap) dan l adalah rata-rata chord, seperti
digambarkan dalam gambar 2.7a. Untuk benda bentuk bola S adalah luas bagian
keliling lingkaran dan l adalah diameter bola, seperti pada gambar 2.7b.
6. Simbol dalam huruf besar rumus-rumus diatas seperti CL, CD, CM, CA dan CN
menyatakan koefisien gaya dan momen aerodinamika untuk benda-benda 3 dimensi
seperti pesawat terbang atau sayap pesawat terbang. Untuk benda-benda 2 dimensi
seperti airfoil koefisien aerodinamika diberikan dalam huruf kecil sebagai berikut :
di mana referensi luas S = c(1) = c
Dua tambahan harga tak berdimensi yang sering digunakan dalam aerodinamika
adalah sebagai berikut :
13
Koefisien tekanan :
q
ppcp
Koefisien gaya gesekan :
Di mana p adalah tekanan statis di freestream.
Gambar 2.7 : Referensi luas dan panjang untuk sayap dan bola
Untuk lebih umum persamaan (2.7), (2.8) dan (2.11) dibentuk dalam koefisien tak
berdimensi. Seperti ditunjukan pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 : Geometri dalam perhitungan nondimensional
dx = ds cos (2.12)
dy = - (ds sin ) (2.13)
14
ds l
c
y
dy
dx
x
ds
S = c (1) (2.14)
Substitusikan persamaan (2.12), (2.13) ke dalam persamaan (2.7), (2.8) dan (2.11) dan
dibagi dengan qs dan selanjutnya dibagi dengan S (dalam bentuk persamaan (2.14))
maka akan diperoleh bentuk integral sebagai berikut :
(2.15)
(2.16)
(2.17)
Koefisien lift dan drag dapat diperoleh dari persamaan (2.1) dan (2.2) dalam bentuk
koefisien :
(2.18)
(2.19)
Bentuk integral dari cl dan cd diperoleh dengan substitusi persamaan (2.15) dan (2.16)
ke dalam persamaan (2.18) dan (2.19). Dari persamaan (2.15) sampai (2.19) bahwa
koefisien gaya dan momen aerodinamika dapat diperoleh dengan mengintegralkan
koefisien tekanan dan koefisien gaya gesekan pada seluruh benda. Hal ini bisa
digunakan secara teori atau pengujian aerodinamika. Walaupun penurunan
menggunakan benda 2 dimensi dalam hal ini akan sama untuk benda 3 dimensi hanya
lebih rumit.
8. Titik Pusat Tekanan. Dari persamaan (2.7) dan (2.8) terlihat bahwa gaya
aksial dan gaya normal mewakili distribusi tekanan dan tegangan geser dari benda.
Pembagian beban yang diberikan momen pada LE ditunjukan pada persamaan (2.11).
15
Jika gaya aerodinamika pada benda dalam bentuk gaya tunggal R atau komponen
seperti N dan A dimana letak pada benda hasil ini harus ditempatkan? Letak atau
posisi hasil gaya aerodinamika akan ditempatkan pada suatu titik di benda yang mana
menghasilkan pengaruh yang sama dari semua beban distribusi. Sebagai contoh
beban terdistribusi pada benda 2 dimensi berbentuk airfoil menghasilkan momen pada
Leading Egde (LE) yang diberikan pada persamaan (2.11), karena itu, N’ dan A’ harus
ditempatkan pada airfoil sehingga memberikan hasil yang sama untuk momen di LE.
Jika A’ ditempatkan pada garis chord seperti gambar 2.9 maka N’ harus diletakkan
sepanjang xcp dibelakang LE, sehingga
'NxM cp'LE atau
'N
Mx
'LE
cp (2.20)
Pada gambar 2.9 arah dari momen, M’LE seperti pada arah anak panah digambarkan
dalam arah positif (pitch up). Hasil gambar 2.9 terlihat bahwa positif N’ membuat
negatif (pitch down) untuk momen di LE. Pada gambar 2.9 momen sebenarnya di LE
adalah negatif dan arahnya berlawanan dengan anak panah dalam gambar. Pada
gambar 2.9 dan persamaan (2.20), xcp dinyatakan sebagai titik pusat tekanan. Letak
titik pusat tekanan berada di mana jumlah beban distribusi berpengaruh sama pada
benda. Jika momen yang diberikan pada titik pusat tekanan maka hasil integrasi
beban terdistribusi seluruh benda akan sama dengan nol. Definisi lain dari titik pusat
tekanan adalah titik pada benda di mana momen aerodinamikanya sama dengan nol.
Untuk sudut serang yang kecil sehingga bisa diasumsikan mendekati nol maka sin
0 dan cos 1, sehingga persamaan (2.20) menjadi :
'L
Mx
'LE
cp (2.21)
Perhitungan dengan persamaan (2.20) dan (2.21) jika N’ dan L’ berkurang maka xcp
meningkat. Jika gaya mendekati nol maka titik pusat tekanan bergerak ke titik tak
berhingga dari LE. Untuk masalah ini titik pusat tekanan tidak selalu memakai
pengertian dalam aerodinamika. Hal ini bukan menjadi masalah. Untuk menyatakan
sistem gaya dan momen karena beban terdistribusi pada benda hasil gaya dapat
16
ditempatkan disembarang tempat pada benda sepanjang harga momen yang diberikan
pada titik tersebut sama dengan nol untuk semua beban terdistribusi.
Gambar 2.9 : Titik pusat tekanan airfoil
Sebagai contoh pada gambar 2.10 terdapat 3 cara yang sama dalam menggunakan
sistem gaya dan momen di airfoil. Pada gambar paling kiri momen yang diletakkan
pada LE dengan hasil momen sebesar M’LE, pada gambar tengah hasil momen
diletakkan pada ¼ chord dengan hasil momen sebesar M’c/4 dan pada gambar paling
kanan momen yang diletakan pada titik dimana momen yang terjadi sama dengan nol
pada titik tersebut. Dengan memasukkan persamaan (2.19) hubungan hasil dari gaya
dan momen adalah :
'LxM'L4
cM cp
'4/c
'LE (2.22)
l
cmcp
ccp
c
c
c
xL
Mcx
4/,
'4/
4
1
'4
Gambar 2.10 : Beberapa system gaya dan momen pada airfoil
9. Contoh soal. Aliran udara kecepatan rendah dan kompresibel berdasarkan
data hasil percobaan yang diperoleh dari NACA 4412 airfoil pada sudut serang 4o
17
koefisien lift, cl = 0,85 dan koefisien momen pada ¼ chord, cm,c/4 = -0,09. Hitung letak
titik pusat takanan ?
Jawab
Dik : Ditanya :
cl = 0,85 ?cpx
cm,c/4 = -0,09
= 4o
Dari persamaan (2.22) diperoleh
l
cmcp
ccp
c
c
c
xL
Mcx
4/,
'4/
4
1
'4
Sehingga diperoleh :
10. Untuk beberapa gas pada keadaan standart hubungan antara tekanan,
kerapatan dan temperatur diberikan dalam persamaan gas ideal yaitu
p = . R . T
di mana p adalah tekanan udara lokal (N/m2 ; lbs/ft2)
R adalah ketetapan gas ideal. Untuk udara kondisi standart Satuan
Internasional R = 287 J/(kg.K) dan Satuan Teknik Inggris R = 1716
ft.lb/(slug. R).
adalah kerapatan udara (kg/m3 ; slug/ft3)
T adalah Temperatur (R = Rankine ; K = Kelvin). Untuk temperatur
Rankine : 0oF = 460 R sehingga bila 50 oF maka temperatur Rankine
18
adalah 460 + 50 = 510. Untuk temperatur Kelvin : 0oC = 273 K
sehingga bila 27oC maka temperatur Kelvin adalah 273 + 27 = 300.
11. Latihan Soal
a. Dimulai dari persamaan (2.7), (2.8) dan (2.11) turunkan persamaan (2.15),
(2/16) dan (2.17) ?
b. Ditentukan plat datar tipis dengan lebar tak terbatas dengan chord c pada
sudut serang pada aliran supersonic. Tekanan pada permukaan atas dan
permukaan bawah berbeda tetapi konstan atas masing-masing permukaan yaitu
pu(s) = c1 dan pl(s) = c2 di mana c1 dan c2 konstanta dan c2 > c1. Dengan
mengabaikan tegangan geser hitung posisi titik pusat tekanan ?
c. Ditentukan plat datar tipis dengan lebar tak terbatas dengan chord 1 m
pada sudut serang 10o pada aliran supersonic. Distribusi tekanan pada
permukaan atas dan permukaan bawah bergantung pada jarak terhadap leading
edge yaitu : pu = 4 x 104 (x – 1)2 + 5,4 x 104 N/m2 dan pl = 2 x 104 (x – 1)2 + 1,73
x 104 N/m2. Distribusi tegangan geser dipermukaan atas dan bawah juga
bergantung pada jarak dari leading edge yaitu : u = 288.x -0,2 N/m2 dan l = 731.x -0,2 N/m2. Hitung gaya normal dan gaya aksial, gaya angkat dan gaya hambat,
momen di leading edge dan momen di ¼ chord semua dalam per satuan span.
Juga hitung titik pusat tekanan ?
d. Pada suatu titik di sayap pesawat Boeing 727-400 diketahui tekanannya
adalah 1,9 x 104 N/m2 dan temperatur adalah 203 K. Hitung kerapatan udara
pada titik tersebut ?
e. Pada suatu titik di seksi uji terowongan supersonik tekanannya adalah
1058 lb/ft2 dan kerapatannya adalah 1,23 x 10 -3 slug/ft3, Hitung temperatur
pada titik tersebut ?
19
f. Ditentukan airfoil pada sudut serang 12o. Koefisien gaya normal dan gaya
aksial adalah 1,2 dan 0,03. Hitung koefisien gaya angkat dan koefisien gaya
hambat ?
g. Ditentukan airfoil NACA 2412 , berdasarkan tabel koefisien gaya angkat,
gaya hambat dan mamen pada ¼ chord airfoil yang merupakan fungsi dari sudut
serang
(degree) cl cd Cm,c/4
- 2.0 0.05 0.0060 - 0.042
0 0.25 0.0060 - 0.040
2.0 0.44 0.0060 - 0.038
4.0 0.64 0.0070 - 0.036
6.0 0.85 0.0075 - 0.036
8.0 1.08 0.0092 - 0.036
10.0 1.26 0.0115 - 0.034
12.0 1.43 0.0150 - 0.030
14.0 1.56 0.0186 - 0.025
Dari tabel di atas gambarkan hubungan perubahan xcp/c sebagai fungsi dari
sudut serang ?
20