ADE-9 Laporan Kasus (1)
-
Upload
thomas-adi-kh -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of ADE-9 Laporan Kasus (1)
Seorang anak perempuan Kaukasia berusia belasan tahun dirujuk oleh praktisi
keluarganya pada seorang dokter anak umum untuk menjalani evaluasi anemia.
Kajian sejarah medis di masa lalu menunjukkan bahwa ia dan salah satu dari dua
saudara perempuannya masing-masing mengalami anemia yang ditemukan saat
screening rutin pada tahun pertama kehidupan. Kajian berikutnya dari catatan-
catatan lama menegaskan hal ini dan menunjukkan bahwa keduanya telah diberi
obat berisi besi lewat oral. Ketika mereka gagal merespon, mereka dianggap
sebagai tidak memenuhi syarat dan pasien-pasien ini hilang dalam followup.
Tidak satupun dari orang tua mereka yang didiagnosa menderita anemia; namun
demikian nenek dari ibu telah menerima injeksi-injeksi besi intramuscular secara
reguler sepanjang kehidupan dewasanya. Catatan-catatan medis si nenek tidak
didapat.
Atas evaluasi awal anak perempuan usia sebelas tahun ini, kajian sistem-
sistemnya negatif dan pemeriksaan fisiknya normal. Tes-tes laboraturium didapat
(tabel 1). Morfologi sel darah merah (RBC), besi serum, persen kejenuhan besi,
nilai tengah volume corpuscular (MCV), hemoglobin dan hematocrit, lebar
distribusi sel darah merah (RDW), dan electrophoresis hemoglobin normal sesuai
dengan diagnosis anemia defisiensi besi (IDA). Pasien dimulai dengan dosis besi
pengganti lewat oral (6 mg/kg/hari). Tes-tes laboraturium diulang enam puluh hari
setelah memulai meminum besi. Hasil-hasilnya tidak berubah (tabel2).
Pemenuhan minum obat dinilai cukup berdasarkan isi ulang resep obat dengan
besi dan adanya efek-efek samping yang umum dialami dengan terapi besi oral.
Diputuskan untuk selanjutnya mengejar etiology IDA. Karena ketidakmampuan
menyerap besi oral dipercaya sebagai penyebab kegagalan pengobatan besi oral
sangat langka, maka studi-studi laboraturium tambahan dijalankan untuk tidak
memasukkan etiology-etiology lain untuk anemia. Kadar-kadar timah serum,
transferrin, haptoglobin, dan ceruloplasmin semuanya ditemukan dalam batas-btas
normal (tabel 3). Tiga sampel tinja secara berturutan negatif untuk darah yang
hilang. Kadar erythropoietin dan protoporphyrin RBC naik, yang selanjutnya
mendukung diagnosis IDE (tabel 3).
CBC-CBC didapat dari kedua orang tua pasien dan dua saudara perempuannya.
Saudara lelakinya yang berusia lima belas tahun dengan sejarah IDA memiliki
CBC hampir identik dengan saudara perempuannya. Anggota keluarga yang lain
memiliki hasil-hasil normal. Pasien dan saudara perempuanny yang memiliki IDE
kemudian diberi tes penolakan besi oral seperti yang diuraikan oleh Gross. Besi
dengan dosis 2 mg/kg diberikan. Besi serum kedua anak ini lebih rendah
dibanding hasil-hasil besi serum yng ditemukan pada subjek yang kekurangan
besi dengan penyerapan normal (gambar 1). hasil-hasil ini memperlihatkan bahwa
kedua pasien ini memiliki defisiensi penyerapan besi gastrointestinal. Dalam
upaya untuk selanjutnya menentukan gangguan metabolik dan memperbaiki
anemia, besi diberikan secara intravena. Kedua pasien menerima besi IV dalam
jumlah yang dihitung untuk menggantikan total simpanan besi. Kadar ferritin
serum, CBC, dan kejenuhan transferrin persen dijalankan pada dua minggu, dua
bulan, dan empat bulan setelah besi parenteral diberikan (tabel 4). Terjadi
kenaikan pada ferritin serum, sebagian kembali ke nilai-nilai normal untuk
hemoglobin dan hematocrit, dan perbaikan MCV rendah sebagian. Kadar besi
serum dan persen kejenuhan transferrin, bagaimanapun secara konsisten tetap
rendah. Kegagalan anemia pasien diperbaiki seutuhnya mengilustrasikan bahwa
penyerapan besi gastrointestinal yang abnormal hanyalah sebagian dari
metabolisme besi.
RESUME ANAMNESIS
Dari keluarga pasien ada yang mengalami hal serupa dengan pasien, pasien
tersebut berniat mengevaluasi untuk mengetahui perkembangan anemianya.
Pasien mengetahui anemiannya di saat screening tahun pertama kehidupan. Karna
sebelumnya pasien sudah ditangani dengan terapi besi oral namun dianggap gagal
karena ketidak mampuan penyerapan besi dalam bentuk oral. Pasien dan sodara
perempuannya sama- sama memiliki iron defisisensi dan kemudian di berikan tes
penolakan besi oral dengan dosis 2mg/kg. Hasil tes penolakan besi adalah hasil
besi serum pada pasien lebih rendah dibanding hasil besi serum yang di temukan
pada orang yang kekurangan besi dengan penyerapan normal. Namun demikian
nenek dari ibunya pasien sudah menerima injeksi fe intravaskular secara terus
menerus sepanjang masa dewasanya.
RESUME PEMERIKSAAN FISIK
Cerebrospinal : normal
Respirasi : tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : malabsorbsi fe
Integumentum : normal
Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Urogenitalia : masa pubertas yang lain tidak ada keluhan
RESUME PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan di berikan besi oral, menunjukan bahwa hasil yang di peroleh
dari morfologi sel darah merah , besi serum, persen kejenuhan besi, MCV, HB dan
HMT, RDW, semua hasilnya menunjukan diagnosis anemia defisiensi besi
Pada pemeriksaan injeksi fe dengan intravena menunjukan bahwa kadar
feritin serum meningkat ,CBC, MCV rendah/ kecil.
DIAGNOSIS BANDING DAN DIAGNOSIS KERJA
Anemia Defisiensi
Besi
Anemia Akibat
Penyakit Kronik
Thalassemia Anemia
sideroblastik
Derajat anemia Ringan sampai
berat
Ringan Ringan Ringan- berat
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/ N
MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/ N
Besi serum Menurun < 30 Menurun < 50 Meningkat/N Meningkat/N
TIBC Meningkat > 360 Menurun < 300 Menurun/N Menurun/N
Saturasi
Transferin
Menurun < 15% Menurun / N Meningkat > 20% Meningkat >
20%
Besi sumsum
tulang
Negatif Positif Positif kuat Positif dengan
ring sideroblast
Protoporfirin
eritrosit
Meningkat Meningkat N N
Feritin serum Menurun<20μg/dl N 20-200 μg/dl Meningkat>50
μg/dl
Meningkat>50
μg/dl
Elektrofoesis
Hb
N N Hb A2 meningkat N
Diagnosis kerjanya anemia sideroblastik, untuk menyingkirkan diagnosis
anemia lainnya pada anemia defisiensi besi yang dapat disingkirkan adalah jumlah
kadar feritin serumnya menurun sedangkan pada pasien ini faritin serumnya
meningkat. Pada anemia akibat penyakit kronik biasannya jumlah kadar feritin
serumnnya normal. Thalasemia pada pemeriksaan elekrofoesis di temukan hba2
meningkat, sedangkan hasil pemeriksaan lab pada pasien elekrofoesis normal. Jadi
yang mendukung diagnosis kerja anemia sideroblastik ini kadar feritin serum yang
meningkat dan hasil pemeriksaan elekrofoesis yang normal. Ketika lahir dan
dilakukan screening pasien tersebut didiagnosis anemia defisiensi besi padahal
pasien tersebut masih belum mendapat input makanan atau organ pencernaan
masih belum di fungsikan, artinnya dapat kami simpulkan bahwa penyebab ADB
ketika masih bayi kemungkinan besar disebabkan dari gangguan metaboliknnya
atau dengan kata lain gangguan berasal dari proses pembentukan sel eritrosit .