adat di kalimantan barat.docx

8
Tari Jepin Lembut: Tari Tradisional Kalimantan Barat Tari Jepin Lembut Sambas Tari Jepin Lembut adalah tari tradisional Melayu yang berasal dan berkembang di Kalimantan Barat. Tari ini ditampilkan oleh dua orang laki-laki penari dengan iringan musik perkusi dan lantunan syair-syair Islami. Alat musik yang digunakan adalah gambus, gendang, dan ketipung, yang dimainkan dengan irama padang pasir. Syair-syair Islami yang dilantunkan berisi puji-pujian kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan kewajiban atau larangan menurut ajaran Islam. rumah panjang | photo : wikipedia Penjelasan Rumah Panjang rumah adat yang berasal dari suku Dayak Kalimantan Barat. Rumah Panjang merupakan ciri khas dari masyarakat Dayak KalBar. Rumah adat ini menggambarkan keadaan sosial kehidupan dan juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak. Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit. Rumah panjang asal Kalimantan barat ini biasa disebut juga dengan rumah Betang.

Transcript of adat di kalimantan barat.docx

Tari Jepin Lembut: Tari Tradisional Kalimantan Barat

Tari Jepin Lembut SambasTari Jepin Lembut adalah tari tradisional Melayu yang berasal dan berkembang di Kalimantan Barat. Tari ini ditampilkan oleh dua orang laki-laki penari dengan iringan musik perkusi dan lantunan syair-syair Islami. Alat musik yang digunakan adalah gambus, gendang, dan ketipung, yang dimainkan dengan irama padang pasir. Syair-syair Islami yang dilantunkan berisi puji-pujian kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, dan kewajiban atau larangan menurut ajaran Islam.

rumah panjang | photo : wikipedia

Penjelasan Rumah Panjang rumah adat yang berasal dari suku Dayak Kalimantan Barat. Rumah Panjang merupakan ciri khas dari masyarakat DayakKalBar.Rumah adat ini menggambarkan keadaan sosial kehidupan dan juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak.Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit. Rumah panjang asal Kalimantan barat ini biasa disebut juga dengan rumah Betang.

Ciri Khas

Rumah Panjang terbuat darikayu dengan ketinggian 5 sampai 8meter.Tinggi rumah tergantung dari tinggi tiang yang menopang rumah tersebut.Panjangnya sekitar 180 meter dan lebar 6 meter dan terdapat sekitar 50 ruangan didalamnya.Ruangan-ruangan ini umumnya dihuni oleh banyak keluarga yang di dalamnya juga termasuk keluarga inti.Untuk masuk ke rumah panjang, keluarga mengunnakantangkaatau anak tangga.Rumah panjang di Kalimantan Barat mempunyai bentuk yang sempit tetapi dengan ukuran panjang yang ekstrem.Rumah ini hanya terdiri dari satu kamar.

Upacara Adat Tepung Tawar Melayu SambasTepung Tawar

Adat dan upacara adat yang disebut Tepung Tawar merupakan salah satu bentuk adat dari sekian banyak bentuk adat berserta upacaranya, yang sejak ratusan tahun silam telah di kenal dan diapresiasi cukup baik oleh masyarakat Melayu Sambas. Tepung Tawar mulai dikenal masyarakat Malayu Sambas, belum di dapatkan data yang jelas. Namun bila disimak dari pelaksanaan upacaranya, acara tepung tawar ini mulai sejalan dangan mulai pesatnya ajaran agama Islam yang di sebarkan ke daerah ini oleh para mubaliq, baik yang datang dari Arab, Sumatera, Malaysia, Thailand (patani), dan pulau-pulau lainnya.Upacara adapt Tepung Tawar terdapat juga pada masyarakat didaera Melayu Pontianak, Mempawah, Ngabang, Ketapang, Sintang, Sanggau dan Kapuas Hulu. Fungsi dan tujuan Tepung Tawar senantiasa menunjukkan persamaan, apabila terdapat perbedaan, kemungkinan dalam sebutan atau dialok bahasa setempat.Kata Tepung Tawar kalau ditinjau dari bahasa Indonesia terdiri dari kata Tepung dan kata Tawar yang bermakna tepung yang rasanya tawar dan tidak asin. Memang salah satu perlengkapan Tepung Tawar terdiri dari tepung beras tersebut. Tetapi didalam bahasa Melayu Sambas kata tawar mendekati kata jampi atau mantra bukan lawan kata asin air tawar bermakna air yang telah di jampi atau dibacakan doa oleh tetua-tetua kampong.

A. Tepung Tawar

Acara dan upacara Tepung Tawar olah masyarakat Melayu Sambas dilakukan dlam berbagai kegiatan. Pada umumnya meliputi siklus daur) kehidupan manusia,artinya Tepung tawar dilakukan pada saat pelaksanaan perkawinan, saat si Ibu melahirkan anak pertamanya. Dan pada saat sebuah keluarga mendapat musibah meninggal dunia. Pada masa-masa tertentu. Yaitu terjadinya kejadian atau pristiwa sangat penting dalam masyarakat Melayu Sambas juga dilakukan acara Tepung Tawar. Contoh beberapa kejadian atau pristiwa penting secara singkat diuraikan sebagai berikut.

1. Pada pelaksanaan perkawinan, Tepung Tawar dilakukan terhadap kedua pengantin, yang dilakukan pada hari ketiga setelah hari pesta kawin. Setelah Tepung Tawar dilaksanakan, dilanjutkan dengan acara adat mandi bululus dan acara balik tikar

2. Calon ibu yang kehamilan pertamanya memasuki usia tujuh bulan dan usia sembilan bulan, melakukan Tepung Tawar tujuh bulan. Tepung Tawar sembilan bulan (disebut jugaTepung Tawaratau Belenggang) ketika sang bayi berusia 40 hari dilakukan pada acara Tepung Tawar bayi dan kedua suami-istri.

3. Bila ada keluarga yang menempati rumah baru (pindah rumah maka di lakukan pula acara Tepung Tawar)

4. Tepung Tawar dilaksanakan juga bila ada anak laki-laki yang akan dikhitan.

Mandau, Senjata Tradisional Orang Dayak di Kalimantan

Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan daerah asal orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.

PAKAIAN ADAT KALIMANTAN BARAT

Suku Dayak di Kalimantan Barat ini mulai mengenal pakaian yang disebutking baba(king = cawat; baba = laki-laki) untuk laki-laki, danking bibingeuntuk perempuan (bibinge = wanita). Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro.Masyarakat Dayak pun mengenal teknik menenun untuk membuat busana. Bahkan hingga kini masyarakat Dayak dikenal sebagai penenun yang terampil. Dulu, yang ditenun adalah serat benang yang dihasilkan dari kulit pohon tengang. Warna dasar serat yang kuat yang dihasilkan adalah warna coklat muda. Untuk memperoleh warna hitam atau merah hati, warna yang dominan pada tenunan tradisional Dayak, serat tengang itu dicelup dengan getah pohon yang dilarutkan dalam air. Tenunan yang beredar sekarang dengan warna-warna kuning, merah muda, putih, dsb, dibuat dari benang kapas yang diperoleh dari luar daerah. Kini telah sangat jarang dijumpai tenunan yang dibuat dari serat tengang sehingga busana adat masyarakat Taman pun menggunakan tenunan benang kapas.

Sampek Alat Musik Tradisional SukuDayak

Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak atau masyarakat Kayaan menyebutnya sape kayaan, alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu ( kayu arrow, kayu kapur, kayu ulin) yang dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti.Mendengarkan bunyi sape yang mendayu dayu, seolah memiliki roh/kekuatan. Di Pampang banyak warga yang amat mahir memainkan sape. Bunyi sape biasa digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, atau memberikan semangat bagi para pasukan perang.Ketika acara pesta rakyat atau gawai padai (ritual syukuran atas hasil panen padi) pada suku ini, sape kerap dimainkan. Para pengunjung disuguhkan dengan tarian yang lemah gemulai. Aksessoris bulu-bulu burung enggang dan ruai di kepala dan tangan serta manik-manik indah besar dan kecil pada pakaian adat dan kalung di leher yang diiringi dengan musik sape.

BIDAI: Kerajinan Asal Bengkayang

Bengkayang - Mata Kalbar.Kerajinan tangan satu ini bukanlah hal yang asing lagi bagi kita yaitu BIDAI.Bidai adalah kerajinan tangan yang terbuat dari kulit kayu yang disebut kayu Tuhup ( Bahasa Dayak Bekati Bengkayang) dan Rotan. Bidai adalah kerajinan tangan anak dayak yang turun temurun di budidayakan oleh masyarakat Bengkayang khususnya di Desa Bengkawan, Dusun Sungai Biang, Kampung Kerumpi, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, membuat bidai adalah aktivitas sampingan mereka sehari-hari.Kayu Tuhup adalah sebuah kayu yang memiliki getah. Mengolah kayu Tuhup menjadi Bidai bukan hal gampang akan tetapi memakan waktu sekitar 1 minggu itu tergantung dengan model dan motif yang beri agar bentuk bidai nantinya akan menarik hati konsumen. Kayu Tuhup bisa ditemukan dihutan rawa yang ada di Indonesia tidak hanya di kal-bar. Kayu Tuhup memiliki ketinggian sekitar 5 m 6 m keatas tergantung dengan kondisi kesuburan tanahnya. Akan tetapi banyak masyarakat dayak yang tidak tahu cara membuat bidai padahal kerajinan tangan ini sudah ada sejak nenek moyang.Membuat bidai tidak hanya kalangan orang tua saja yang bisa akan tetapi dikalang anak muda sekalipun tahu kata Heridermawan, SMKN 1 Bengkayang.Dia banyak menceritakan bagaimana cara pembuatan bidai tersebut. Mencari kayu Tuhup dihutan membutuhkan waktu selama satu hari, setelah mendapatkan kayu tersebut maka kayu itu akan dipukul (tokok) agar kulit kayu tersebut bisa lepas dari batangnya, memukul kulit kayu tersebut tidak boleh sampai hancur.Hasil dari olahan kayu Tuhup ini tidak jarang masyarakat Kerumbi menjualnya di Negara jiran (Malaysia) karena di dalam negeri jarang ada yang mau membelinya.Tuhup tidak hanya dijual setelah menjadi sebuah Bidai akan tetapi bisa juga hanya menjual kulit kayu tersebut yang sudah di pukul dan di jemur hingga kering.Harga kulit kayu Tuhup perkilo seharga Rp 15.000, jika bidainya mulai dari harga Rp 200.000-Rp 300.000 keatas tergantung ukuran, model dan motif bidai tersebut semakin bagus/Indah bentuknya maka semakin tinggi pula harga belinya.Jurnalis warga bertanya kepada warga mengapa lebih memilih eksporkan ke Malaysia ? Jawabannya karena mata uang malaysia lebih besar dibandingkan mata uang Indonesia, selain itu di Malaysia juga harga belinya sangat tinggi. ungkap Heri.