Acp

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami fraktur sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang, terutama pada pergerakan. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Klavikula merupakan salah satu tulang yang sering mengalami fraktur apabila terjadi cedera pada bahu. Fraktur klavikula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak 1

description

jhbdjk

Transcript of Acp

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami fraktur sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang, terutama pada pergerakan. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan.Klavikula merupakan salah satu tulang yang sering mengalami fraktur apabila terjadi cedera pada bahu. Fraktur klavikula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal klavikula.Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal klavikula. klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah.Prognosis fraktur klavikula bergantung pada berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat, dan usia penderita. Jika penanganan baik, maka komplikasi dapat diminimalisir.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi fraktur klavikula ?2. Apa saja etiologi fraktur klavikula ?3. Apa saja klasifikasi fraktur klavikula ?4. Bagaimana gejala klinis fraktur klavikula ?5. Bagaimana patomekanisme fraktur klavikula ?6. Apa saja pemeriksaan diagnostic fraktur klavikula?7. Bagaimana penatalaksanaan fraktur klavikula ?8. Apa saja komplikasi fraktur klavikula ?

1.3 Tujuan Mengetahui definisi, etiologi, klasifikasi, gambaran klinis, patomekanisme, diagnosis, penatalaksanaan, prognosis, dan komplikasi dari fraktur klavikula.

1.4 Manfaat 1. Manfaat TeoritisLaporan kasus ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan dan pelengkap referensi mengenai fraktur klavikula.2. Manfaat Praktisa. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah dibidang kedokteran.b. Memenuhi salah satu persyaratan mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Klavikula Tulang klavikula adalah tulang yang membentuk bahu dan menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Terletak di atas tulang rusuk pertama. Tulang ini termasuk jenis tulang pipa yang pendek, walaupun bagian lateral tulang ini tampak pipih. Fungsi klavikula adalah sebagai pengganjal untuk menjauhkan anggota gerak atas dari bagian dada supaya lengan dapat bergerak leluasa dan meneruskan goncangan dari anggota gerak atas ke kerangka tubuh (aksial).

Gambar 1. Tulang-tulang Ekstremitas SuperiorBentuknya seperti huruf S terbalik, dengan bagian medial (2/3 bagian) yang melengkung ke depan, dan bagian lateral (1/3 bagian) agak melengkung ke belakang. Pada ujung medial, klavikula bersendi pada manubrium dari sternum (tulang dada) pada sendi sternoclavicularis. Pada bagian ujung lateral bersendi dengan acromion dari skapula (tulang belikat) dengan sendi acromioclavicularis. Bagian-bagian klavikula yaitu ekstremitas akromialis, corpus, dan ekstremitas sternalis. Ujung lateral atau ekstremitas akromialis lebih pipih, sedangkan ujung medial atau ekstremitas sternalis lebih bulat.

Gambar 2. Tulang Klavikula tampak atas (ki, 70%)

Gambar 3. Tulang Klavikula tampak bawah (ki, 70%)

Korpus mempunyai 2 permukaan, yaitu permukaan superior dan permukaan inferior, dan memiliki 2 tepi, yaitu tepi anterior dan tepi posterior. Permukaan superior seluruhnya terletak di bawah kulit dan dapat diraba dari ujung ke ujung karena permukaan superior ini tidak disilang oleh satu otot sekalipun kecuali oleh platisma yang tipis, yang letaknya tepat dibawah kulit. Didekat ujung media, permukaan superior merupakan origo dari kaput klavikula muskulus sternokleidomastoideus.Pada 1/3 medial permukaan inferior, terdapat suatu alur yang dangkal untuk insersio muskulus subklavius. Di dekat ujung lateral permukaan inferior, terdapat suatu rigi yang disebut linea trapezoideum, sedang di dekat ujung medialis pinggir posterior terdapat suatu tonjolan yang disebut tuberkulum konoideum. Rigi dan tuberkulum ini merupakan tempat lekat dari pars trapezoideum yang ceper dan pars konoideum yang membulat dari ligamentum korakoklavikularis. Ujung medialis dari permukaan inferior merupakan suatu tempat yang tidak rata untuk tempat perlekatan ligamentum kostoklavikularis yang mengikat klavikula pada tulang rawan iga pertama.Pada bag medial pinggir anterior dan bersama-sama dengan permukaan superiornya merupakan origo dari muskulus pektoralis mayor. Pada 1/3 bagian lateralnya terdapat bulatan menonjol disebut tuberkulum deltoidieum, yang menjadi tempat perlekatan muskulus deltoideus yang mulai dari sisa ujung medial sampai tuberkulum ini.Bagian medialis pinggir posterior merupakan tempat perlekatan serabut-serabut lateralis muskulussternohyoideum, tepat pada bagianpostoinferior sampai origo muskulus sternokleidomastoideus.Bagian ini berbatasan di sebelah posteriornya dengan pembuluh-pembuluh darah subklavia dan trunkus-trunkus pleksus brakhialis 1/3 lateralis pinggir posterior merupakan insersio muskulus trapezius. Perlekatan muskulus trapezius meluas ke lateral sampai tuberkulum konoideum.

Gambar 4.Origo dan Insertio Otot klavikula, Scapula, dan Humerus

2.2 Fraktur2.2.1 Definisi Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

2.2.2 Etiologi1. Fraktur dapat disebabkan karena peristiwa trauma tunggalAkibat kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan menbengkok, memutar, dan tarikan. Tekanan tersebutkekuatannya melebihi kekuatan tulang. Trauma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung, menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur, yaitu faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma. Faktor intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan, dan densitas tulang. Apabila kedua hal ini terjadi maka akan terjadi fraktur, di mana posisi dari fraktur tersebut dapat mengalami perubahan dari posisi semulanya sehingga bisa menyebabkan gangguan lebih berat ke struktur sekitarnya.2. Tekanan yang berulang-ulangTekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal3. Fraktur patologikPada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor.

2.2.3 Klasifikasi FrakturFraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan hubungan tulang yang fraktur dengan dunia luar, garis patah, jumlah garis patah, arah garis patah, dan dislokasi fragmen.1. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar terbagi atas :a. Tertutup : tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.b. Terbuka : bila terdapat hubungan antara fragmen dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit. Patah tulang terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur yang terjadi.

Tabel 1. Derajat Fraktur TerbukaDerajatLukaFraktur

ILaserasi, < 1 cm kerusakan jaringan tidak berarti, relatif bersihSederhana,dislokasi fragmen minimal

IILaserasi > 1 cm, tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi. Ada kontaminasiDislokasi fragmen jelas

IIILuka lebar, rusak hebat, atau hilangnya jaringan disekitarnya. Kontaminasi Komuinutif,segmentasi, fragmen tulang ada yang hilang

2. Berdasarkan garis patah :a. Komplit : garis patah melalui kedua korteks tulang.b. Inkomplit : bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang Hairline fraktur : patah retak rambut Buckle / torus fraktur : terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya, biasanya pada radius distal anak. Greenstick fraktur mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.3. Berdasarkan jumlah garis patah :a. Simple : satu garis patahb. Segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan. Bila dua garis patah disebut fraktur bifokalc. Multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya, misalnya fraktur femur, kruris, dan fraktur tulang belakangd. Kominutif: lebih dari satu garis fraktur dan saling berhubungan

Gambar 5. Klasifikasi Fraktur

4. Berdasarkan arah garis patah :a. Melintang : trauma angulasi atau langsungb. Oblik : trauma angulasic. Spiral : trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosad. Avulsi : tarikan/traksi otot pada insersinya di tulang, misalnya fraktur patella5. Berdasarkan dislokasi fragmen a. Undisplaced : garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periosteumnya masih utuh.b. Displaced (bergeser), terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut) Dislokasi ad latum (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi).

2.2.4 Gejala Klinis1. Adanya riwayat trauma2. Rasa nyeri dan bengkak di wilayah tulang yang patah3. Deformitas pada daerah yang patah4. Nyeri tekan5. Krepitasi6. Gangguan fungsi musculoskeletal akibat nyeri7. Gangguan neurovascular

3.2.5 Penyembuhan TulangBerbeda dengan jaringan lain, tulang dapat sembuh secara sempurna tanpa disertai pembentukan jaringan parut, di sini berbagai faktor berpengaruh, seperti suplai darah dan posisi dari tulang yang fraktur sendiri. Fase penyembuhan pada tulang meliputi1. Fase Kerusakan jaringan dan HematomaFraktur menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di dalam kanalikuli havers, akibatnya terbentuk hematoma yang mengelilingi kedua sisi fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, kehilangan pasokan darah, mati kembali untuk satu atau dua milimeter.2. Fase Radang dan Proliferasi SelularDalam waktu 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel dibawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel , yang menghuungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan di absorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah itu.3. Fase Pembentukan KalusSel yang berkembang biak memiliki potensi krondogrenik dan osteogenik: bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan, juga kartilago. Populasi sel sekarang juga mencangkup osteoklas (mungkin dihasilkan dari pmbuluh darah baru) yang mulai membersihkan tulang yang mati.Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan endosteal.Sementara tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin berkurang dan pada 4 minggu setelah cedera fraktur menyatu.

Gambar 6. Fase Penyembuhan Tulang

4. Fase KonsolidasiBila aktivitas osteoklasik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar.Sistem itu sekarang cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dekat di belakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang terisia di antara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban yang normal. Woven bone akan berubah menjadi lamellar bone, di mana proses ini berlangsung cukup lama, bisa beberapa bulan hingga terbentuk kesatuan yang kuat. Kalus primer mulai berubah menjadi kalus intermediat.5. Fase RemodellingFraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini di bentuk ulang oleh resorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Lamella yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya tinggi: dinding-dinding yang tidak dibutuhkan dibuang; rongga sumsum di bentuk. Akhirnya terbentuk proses remodeling untuk merapikan penyatuan tulang. Bagian yang berlebihan akan diresorpsi oleh osteoclast, sementara kalus intermediat akan berubah menjadi tulang kompak, lengkap dengan pembentukan sistem havers dan pembentukan ruang sumsum.

2.2.6 Tatalaksna FrakturPrinsip-prinsip tindakan/penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi. 1. ReduksiReduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal. Metode untuk reduksi adalah dengan reduksi tertutup,traksi, danreduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Metode reduksi :a. Reduksi tertutupReduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan). Ektremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan sementara gips, bidai atau alat lain dipasang oleh dokter. Alat imobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ektremitas untuk penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.b. TraksiDapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.c. Reduksi TerbukaAlat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.2. ImobilisasiSetelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Metode untuk mempertahankan imobilisasi adalah dengan alat-alat eksternal (bebat, brace, case, pen dalam plester, fiksator eksterna, traksi, balutan) dan alat-alat internal (nail, lempeng, sekrup, kawat, batang, dll).3. RehabilitasiUntuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang sakit, yaitu dengan peninggian untuk meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan isometrik dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap dapat memperbaiki kemandirian fungsi. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan terapeutik

2.2.7 Komplikasi FrakturKomplikasi patah tulang di bagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini, dan komplikasi lambat. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi lambat terjadi lama setelah patah tulang. 1. Komplikasi segeraa. Lokal : kulit dan otot (vulnus abrasi, laserasi, kontusio, avulsi), vaskular (terputus, kontusio, perdarahan), organ dalam (jantung dan paru-paru pada fr kosta, buli-buli pada fr pelvis)b. Umum : trauma multipel, syok2. Kompliksi dinia. Lokal : nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksib. Umum : ARDS, emboli paru, tetanus3. Komplikasi lamaa. Lokal : pada tulang (malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis, patah tulang rekuren, gangg pertumbuhan), sendi (ankilosis, penyakit degeneratif sendi pascatrauma), distrofi refleks, kerusakan saraf, dan miositis osifikanb. Umum : batu ginjal (akibat imobilisasi lama dan hiperkalsemia)

Gambar 7. Komplikasi Fraktur

2.3 Fraktur Klavikula2.3.1 EpidemiologiSekitar 2% sampai 5% dari semua jenis fraktur merupakan fraktur clavicula. Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeon, frekuensi fraktur clavicula sekitar 1 kasus dari 1000 orang dalam satu tahun. Fraktur clavicula juga merupakan kasus trauma pada kasus obstetrik dengan prevalensi 1 kasus dari 213 kasus kelahiran anak yang hidup. Pada orang dewasa insiden fraktur clavicula sekitar 40 kasus dari 100.000 orang, dengan perbandingan laki-laki perempuan adalah 2 : 1. Fraktur pada midclavicula yang paling sering terjadi yaitu sekitar 85% dari semua fraktur clavicula, sementara fraktur bagian distal sekitar 10% dan bagian proximal sekitar 5%.

2.3.2 EtiologiFraktur klavikula dapat disebabkan trauma, tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses melahirkan, akibat proses patologik (misalnya pada pasien post radioterapi, keganasan dan lain-lain), kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama. Trauma langsung yaitu trauma bahu atau hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras. Trauma tidak langsung yaitu outstreched hand, akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai clavicula.

2.3.3 KlasifikasiLokasi patah tulang pada clavicula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 1967 dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang clavicula menjadi 3 kelompok:1. Kelompok 1 : patah tulang pada 1/3 tengah klavikula (insidensi 75-80%) karena pada daerah ini tulang lemah dan tipis serta umumnya terjadi pada pasien muda.2. Kelompok 2 : patah tulang pada 1/3 distal klavikula (insidensi 15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni (conoid dan trapezoid)0. Tipe 1 : Patah tulang pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclavicular. 0. Tipe 2A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen. 0. Tipe 2B : Terjadi ganguan ligament, salah satu atau kedua-duanya terkoyak0. Tipe 3 : Patah tulang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint. 0. Tipe 4 : Ligament tetap utuh melekat pada periosteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah ke atas. 0. Tipe 5 : Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen. 3. Kelompok 3 : patah tulang pada 1/3 proksimal klavikula (5%), pada kejadian ini biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

Gambar 8. Klasifikasi Fraktur Klavikula2.3.4 PatomekanismeFraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal. Karena posisinya yang teletak dibawah kulit (subcutan) maka tulang ini sangat rawan sekali untuk patah.

Gambar 9. Fraktur Clavicula

2.3.5 Diagnosis2.3.5.1 AnamnesisAnamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera diikuti sampai dengan ketidakmampuan menggunakan tungkai yang mengalami cedera. Nyeri, memar, dan bengkak adalah gejala yang sering dijumpai ,tetapi cedera ini tidak membedakan fraktur dengan cedera jaringan lunak. Deformitas jauh lebih mendukung. Tanyakan juga mengenai gejala cedera yang berkaitan seperti baal atau hilangnya gerakan, kulit yang pucat atau sianosis, darah dalam urine, nyeri perut, hilangnya kesadaran untuk sementara. Tanyakan riwayat fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis, serta penyakit lain.

2.3.5.2 Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik, periksalah bagian yang paling jelas terluka, hal hal yang perlu diperhatikan yaitu apakah ada kerusakan pada arteri atau saraf, dicari cedera yang berhubungan di wilayah tersebut, carilah cedera yang berhubungan didaerah tempat yang jauh. Pada pemeriksaan status lokalis meliputi :1. Inspeksi / LookAmati bahu dan lengkung bahu dari sebelah anterior dan lakukan inspeksi skalpula serta otot yang terkait dengannya dari sebelah posterior. Perhatikan setiap adanya pembengkakan, deformitas, atau atrofi otot, fasikulasi (tremor halus pada otot). Cari pembengkakan kapsula sendi di sebelah anterior atau benjolan dalam bursa subakromial di bawah muskulus deltoideus.Periksa keseluruhan ekstermitas atas untuk menentukan adanya perubahan warna, perubahan kulit, atau posisi yang abnormal.2. PalpasiJika terdapat riwayat nyeri bahu, minta pasien untuk menunjuk bagian yang terasa nyeri. Lokasi nyeri dapat menunjukkan asal nyerinya. Lakukan palpasi pada daerah nyeri.Tentukan lokasi prosesus akromialis dan tekan ke arah medial untuk menentukan menentukan lokasi ujung distal klavikula pada artikulasio akromioklavikularis. Lakukan palpasi kea rah lateral dan bawah dengan langkah pendek ke tuberkulum mayus humeri, dan kemudian tekan ke arah medial untuk menentukan lokasi prosesus korakoideus scapula. Selanjutnya,lakukan palpasi pada daerah yang terasa nyeri dan identifikasi struktur yag terkena.3. Kisaran Gerak dan Manuver (Move)Keenam gerakan pada lengkung bahu adalah fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan rotasi internal serta eksternal. Ketidakmampuan melakukan gerakan-gerakan ini mungkin mencerminkan kelemahan atau perubahan pada jaringan lunak yang terjadi karena bursitis,kapsulitis,ruptura otot rotatoar cuff atau cedera terkilir (sprain), atau tendinitis.

2.3.5.3 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan radiologi dilakukan untuk menentukan jenis dan kedudukan fragmen fraktur. Foto rontgen harus memenuhi beberapa syarat, yaitu letak patah tulang harus diletakan di pertengahan foto dan sinar harus menembus tempat ini secara tegak lurus. Bila sinar menembus secara miring, gambar menjadi samar, kurang jelas, dan berbeda dari kenyataan. Harus selalu dibuat dua lembar foto dengan arah yang saling tegak lurus. Persendian proksimal maupun distal harus tercakup. Bila ada kesangsian atas adanya patah tulang, sebaiknya dibuat foto yang sama dari ekstermitas kontralateral yang sehat untuk perbandingan. Bila tidak diperoleh kepastian tentang adanya kelainan seperti fisura, sebaiknya diulang setelah satu minggu, retak akan menjadi nyata karena hyperemia setempat disekitar tulang yang retak itu akan tampak sebagai dekalsifikasi.

2.3.6 PenatalaksanaanFraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak.Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment. Tujuannya untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka tetap menempel sebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Indikasi dilakukannnya pembedahan yaitu pada fraktur yang terjadi pergeseran, fraktur yang mengalami pergeseran berat sehingga dapat patahan tulang menembus kulit, fraktur dengan shortening 2 cm, fraktur komunitif dengan pergeseran fragmen transversal, terjadi defisit neurovaskular, fraktur dengan fragmen patahan beresiko mengenai mediastinum, politrauma, fraktur terbuka, pasien yang tidak dapat mentolerir pengobatan non operatif, dan bila terjadi floating fracture. Penatalaksanaan fraktur klavikula yaitu :1. Fraktur 1/3 tengahUndisplaced fraktur dan minimal displaced fraktur diterapi dengan menggunakan sling, yang dapat mengurangi nyeri. Displaced fraktur fraktur dengan gangguan kosmetik diterapi dengan menggunakan commersial strap yang berbentuk angka 8 (Verband figure of eight) sekitar sendi bahu untuk menarik bahu sehingga mempertahankan alignment dan fraktur. Strap harus dijaga tidak terlalu ketat karena dapat mengganggu sirkulasi dan persyarafan. Suatu bantal dapat diletakkan di antara scapula untuk menjaga tarikan dan kenyamanan. Jika commersial strap tidak dapat digunakan, balutan dapat dibuat dari tubular stockinet, biasanya digunakan untuk anak yang berusia