Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang)...

4
PRAKTIK YANG BAIK MAKASSAR – Di Maraja Ballroom Hotel Sahid, USAID PRIORITAS menggelar pameran pendidikan tingkat provinsi (provincial showcase). Pameran yang diadakan pada 25 Juni 2014 ini diikuti SD/MI dan SMP/MTS dari enam kota/kabupaten, yaitu Wajo, Maros, Bantaeng, Jeneponto, Pinrang, dan Makassar. Empat sekolah mitra atau binaan UNM dan UIN juga hadir dalam pameran ini. Pameran ini merupakan ajang berbagi pengalaman antara para pendidik dan pejabat pemerintah tentang cara meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan ini dihadiri oleh bupati, kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, dewan pendidikan, dan DPRD dari 10 kabupaten/kota. Dalam sambutannya, gubernur Sulsel yang diwakili oleh kepala Bappeda Provinsi Yacksan Hamzah, berharap program-program USAID PRIORITAS yang baik ini bisa diadopsi dan didiseminasi oleh pemerintah kabupaten. Gubernur berharap agar mutu pendidikan di Sulsel kian meningkat dengan program pendidikan yang ditawarkan USAID PRIORITAS. Stuart Weston, direktur USAID PRIORITAS, menyatakan kegembiraannya atas ajakan gubernur dan mengemukakan bahwa beberapa pemerintah daerah seperti Wajo, Maros, Bantaeng, dan pemerintah-pemerintah daerah eks DBE telah mengadopsi dan mendisseminasi program-program USAID PRIORITAS dengan dana dari APBD atau dana BOS. Atraksi Siswa Acara ini juga menampilkan berbagai atraksi siswa yang memperlihatkan dampak dari model pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh USAID PRIORITAS. Siswa mampu lebih mengaktualisasi diri karena pembelajaran yang dilakukan lebih berorientasi siswa. Atraksi siswa SD/MI dari Wajo memperlihatkan kemampuan siswa menjawab tantangan lingkungannya yang sering banjir dengan membuat alat pendeteksi banjir sejak dini. Sementara siswa SD/MI dari Bantaeng memperlihatkan kemampuan dalam menjelaskan proses pembiasan cahaya. Dalam talk show yang dipandu oleh Pettapuang, Prof. Dr. Qadir Gassing menyatakan komitmennya untuk terus menyosialisasikan kepada dosen model pembelajaran yang lebih berorientasi ke siswa. Dia juga menyoroti pentingnya peningkatan sertifikasi guru. Para peserta pameran berkeliling untuk mengamati stan-stan dan mengamati hasil-hasil karya siswa. MTs Binamu yang mewakili Jeneponto memamerkan peta pembelajaran yang terskema dengan baik, mulai dari RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), lembar kerja siswa, dan feedback dari siswa terhadap pembelajaran guru. Karya siswa yang menarik lainnya adalah karya keterampilan SD 166 Mattiro Bulu Pinrang. Para siswa di sekolah itu mampu membuat tas dari cup plastik Teh Gelas yang dilapisi dengan pita-pita sehingga tampak elegan. “Harganya bisa mencapai Rp 250.000,” kata guru penjaga stan tersebut. Di stan lain banyak kreasi siswa yang memperlihatkan keaktifan siswa dalam menghasilkan produk pembelajaran. Mereka tidak lagi mengalami proses mengajar yang monoton, yaitu guru menjadi satu-satunya narasumber. Dalam pembelajaran aktif, siswa diharapkan menjadi aktor yang mampu untuk mengamati, menalar, menganalisis, dan menemukan pemecahan masalah. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 07/ JUNI - AGUSTUS 2014 Pameran Pendidikan untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] 2 4 8 1 Buku Penghubung Orang Tua dan Sekolah Pacu Minat Baca Siswa Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang) SENGKANG - - SMPN 1 Sengkang memiliki program pengembangan minat baca. Kami mengadakan sudut baca di setiap kelas sebagai perpustakaan mini. Buku- bukunya adalah hasil donasi siswa untuk kelasnya lalu mereka kelola sendiri sebagai sumber belajar. Yang kedua, taman baca, bukunya juga dari siswa dan dikelola siswa tapi letaknya di depan kelas. Siswa-siswa sendiri yang mencatat siapa yang pinjam dan buku apa yang dipinjam oleh teman- temannya. Mereka memiliki sekretaris kelas.Yang ketiga, taman sekolah. Taman ini yang mengelola perpustakaan dan bukunya juga dari perpustakaan.Yang keempat, bedah buku. Kegiatan ini dikelola oleh siswa. Setiap kelas mengirimkan utusan dalam lomba bedah buku ini.Yang ikut lomba, menulis resensi dan mengungkapkan secara lisan isi resensi. Namun untuk semakin memotivasi siswa agar rajin membaca, kami selaku kepala sekolah SMPN 1 Sengkang juga membuat sebuah kreasi inovatif yang kami sebut Buku Penghubung. Buku ini bertujuan melibatkan orang tua secara aktif membiasakan anak-anaknya membaca. Buku Penghubung ini berfungsi memantau dan menilai kegiatan membaca siswa. Dikatakan Buku Penghubung karena melibatkan komunikasi antara orang tua, guru, dan pustakawan sekolah. Buku itu menunjukkan aktifitas dan hasil siswa membaca buku yang meliputi: kapan siswa membaca, judul buku yang dibaca, dan rangkuman singkat tentang isi buku dalam formulasi kalimat atau bahasa siswa sendiri. Peran orang tua, guru dan pustakawan sekolah menilai kemajuan keaktifan membaca siswa menjadi sangat penting. Karena itu, dalam buku itu mereka harus membubuhkan tandatangan pada kolom yang disediakan setelah mereka mencermati hasil bacaan anak atau siswanya. Jika siswa membaca di sudut baca atau taman baca, siswa mendapat tanda tangan dari guru mata pelajaran atau wali kelas. Jika membaca di perpustakaan dan taman perpustakaan, pustakawan yang memberi tanda tangan. Terakhir, jika siswa membaca di rumah, orang tua atau wali yang memberikan tanda tangan. Program pengembangan minat baca siswa yang dikontrol lewat Buku Penghubung itu nampak sudah memberikan dampak positif. Partisipasi orang tua memotivasi anaknya membaca semakin meningkat, karena orang tua juga memahami kalau aktifitas membaca dan hasil resume bacaan anak-anaknya sangat dihargai guru dan mendapatkan nilai sebagai hasil ulangan harian. Jika ulangan harian per semester dilaksanakan sebanyak empat kali, misalnya, maka salah satu nilai ulangan harian siswa diambil dari nilai keaktifan membacanya yang terukur pada tabel-tabel yang ada di dalam Buku Penghubung tersebut. Walaupun program budaya baca di sekolah kami belum berjalan terlalu lama, namun sudah mulai membuahkan hasil. Dimana-mana siswa lebih sering membaca buku. Mereka semakin antusias mengelola dan menggunakan sudut baca, taman baca, dan majalah dinding. Hal yang juga sangat menggembirakan bagi kami adalah siswa pengunjung perpustakaan semakin meningkat. Pada awalnya mungkin siswa melakukan agak terpaksa karena memang program awal pembiasaan membaca adalah intervensi kepala sekolah melalui guru mata pelajaran. Keyakinan kami siswa akan semakin terbiasa menggunakan waktunya untuk membaca dan pada akhirnya siswa akan menjadikan sebagai kebutuhan. Untuk menumbuhkan inovasi, dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk bisa menghasilkan karya dari pembelajaran yang diikutinya. Mereka menggunakan kertas post it, plano, kardus, plastik dan berbagai bahan dari lingkungan sekitarnya. Bahan- bahan tersebut kadang digunting-gunting untuk menghasilkan berbagai karya sesuai dengan kompentensi dasar yang ingin dicapai. Untuk memotivasi siswa menjaga kebersihan, guru-guru sekolah mitra USAID PRIORITAS SDN Inrello 234 Wajo Sulawesi Selatan, pada pelajaran SBK (Seni Budaya dan Ketrampilan), mengarahkan siswa secara berkelompok membuat tempat sampah sendiri. Tempat sampah itu dibuat dari kardus. Cara pembuatannya adalah sebagai berikut: dua kardus mi, gelas aqua atau kardus lain digabung jadi satu, yang satu dimasukkan secara terbalik menghadap yang lain. Setelah rekat dan kuat, bagian sisi atas digunting sedemikian rupa untuk bukaan buang sampah. Agar lebih kuat, tempat sampah yang sudah jadi dilapisi dengan kertas minyak atau kertas penghias lain yang kuat. Biasanya anak-anak menuliskan nama-nama kelompok pembuat tempat sampah di atas kertas pelapis tersebut. Tempat sampah tersebut diletakkan di bawah meja pada masing-masing kelompok pembelajaran yang membuatnya. Jikalau satu kelas terdapat enam kelompok, maka satu kelas menghasilkan enam tempat sampah yang diletakkan masing-masing dibawah meja kelompok. Siswa dari MTs Assadiyah Putri Wajo memperagakan cara membuat peta dari bubur koran dan memperlihatkan kualitas mereka mengerti peta Talk show program USAID PRIORITAS menghadirkan Rektor UIN Alauddin, PR II UNM, Bupati Bantaeng, Sekda Maros dan Kepala Dinas Pendidikan Wajo yang dipandu oleh Pettapuang. Buku penghubung membuat siswa menjadi selalu ingat untuk rajin membaca dimanapun ia berada. Kotak Sampah Sederhana Kelompok Belajar Siswa

Transcript of Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang)...

Page 1: Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang) …prioritaspendidikan.org/file/newsletter_7_sulsel.pdf · Hamzah, berharap program-program ... setiap kelas sebagai perpustakaan

PRAKTIK YANG BAIK

MAKASSAR – Di Maraja Ballroom Hotel Sahid, USAID PRIORITAS menggelar pameran pendidikan tingkat provinsi (provincial showcase). Pameran yang diadakan pada 25 Juni 2014 ini diikuti SD/MI dan SMP/MTS dari enam kota/kabupaten, yaitu Wajo, Maros, Bantaeng, Jeneponto, Pinrang, dan Makassar. Empat sekolah mitra atau binaan UNM dan UIN juga hadir dalam pameran ini.

Pameran ini merupakan ajang berbagi pengalaman antara para pendidik dan pejabat pemerintah tentang cara meningkatkan mutu pendidikan. Kegiatan ini dihadiri oleh bupati, kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, dewan pendidikan, dan DPRD dari 10 kabupaten/kota.

Dalam sambutannya, gubernur Sulsel yang diwakili oleh kepala Bappeda Provinsi Yacksan Hamzah, berharap program-program USAID PRIORITAS yang baik ini bisa diadopsi dan didiseminasi oleh pemerintah kabupaten. Gubernur

berharap agar mutu pendidikan di Sulsel kian meningkat dengan program pendidikan yang ditawarkan USAID PRIORITAS.

Stuart Weston, direktur USAID

PRIORITAS, menyatakan kegembiraannya atas ajakan gubernur dan mengemukakan bahwa beberapa pemerintah daerah seperti Wajo, Maros, Bantaeng, dan pemerintah-pemerintah daerah eks DBE telah mengadopsi dan mendisseminasi

program-program USAID PRIORITAS dengan dana dari APBD atau dana BOS.

Atraksi SiswaAcara ini juga

menampilkan berbagai atraksi siswa yang memperlihatkan dampak dari model pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh USAID PRIORITAS. Siswa mampu lebih mengaktualisasi diri karena pembelajaran yang dilakukan lebih

berorientasi siswa. Atraksi siswa SD/MI dari Wajo memperlihatkan kemampuan siswa menjawab tantangan lingkungannya yang sering banjir dengan membuat alat pendeteksi banjir sejak dini. Sementara

siswa SD/MI dari Bantaeng memperlihatkan kemampuan dalam menjelaskan proses pembiasan cahaya.

Dalam talk show yang dipandu oleh Pettapuang, Prof. Dr. Qadir Gassing menyatakan komitmennya untuk terus menyosialisasikan kepada dosen model pembelajaran yang lebih berorientasi ke siswa. Dia juga menyoroti pentingnya peningkatan sertifikasi guru.

Para peserta pameran berkeliling untuk mengamati stan-stan dan mengamati hasil-hasil karya siswa. MTs Binamu yang

mewakili Jeneponto memamerkan peta pembelajaran yang terskema dengan baik, mulai dari RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), lembar kerja siswa, dan feedback dari siswa terhadap pembelajaran guru. Karya siswa yang menarik lainnya adalah karya keterampilan SD 166 Mattiro Bulu Pinrang. Para siswa di sekolah itu mampu membuat tas dari cup plastik Teh Gelas yang dilapisi dengan pita-pita sehingga tampak elegan. “Harganya bisa mencapai Rp 250.000,” kata guru penjaga stan tersebut.

Di stan lain banyak kreasi siswa yang memperlihatkan keaktifan siswa dalam menghasilkan produk pembelajaran. Mereka tidak lagi mengalami proses mengajar yang monoton, yaitu guru menjadi satu-satunya narasumber. Dalam pembelajaran aktif, siswa diharapkan menjadi aktor yang mampu untuk mengamati, menalar, menganalisis, dan menemukan pemecahan masalah.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 07/ JUNI - AGUSTUS 2014

Pameran Pendidikan untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

2 4

8

1

Buku Penghubung Orang Tua dan Sekolah Pacu Minat Baca SiswaAco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang)

SENGKANG -- SMPN 1 Sengkang memiliki program pengembangan minat baca. Kami mengadakan sudut baca di setiap kelas

sebagai perpustakaan mini. Buku-bukunya adalah hasil donasi siswa untuk kelasnya lalu mereka kelola sendiri sebagai sumber belajar.

Yang kedua, taman baca, bukunya juga dari siswa dan dikelola siswa tapi letaknya di depan kelas. Siswa-siswa sendiri yang mencatat siapa yang pinjam dan buku apa yang dipinjam oleh teman-temannya. Mereka memiliki sekretaris kelas. Yang ketiga, taman sekolah. Taman ini yang mengelola perpustakaan dan bukunya juga dari perpustakaan. Yang keempat, bedah buku. Kegiatan ini dikelola oleh siswa. Setiap kelas mengirimkan utusan dalam lomba bedah buku ini. Yang ikut lomba, menulis resensi dan mengungkapkan secara lisan isi resensi.

Namun untuk semakin memotivasi siswa agar rajin membaca, kami selaku kepala sekolah SMPN 1 Sengkang juga membuat sebuah kreasi inovatif yang kami sebut Buku Penghubung. Buku ini bertujuan melibatkan orang tua secara aktif membiasakan anak-anaknya membaca. Buku Penghubung ini berfungsi memantau dan menilai kegiatan membaca siswa. Dikatakan Buku Penghubung karena melibatkan komunikasi antara orang tua, guru, dan

pustakawan sekolah. Buku itu menunjukkan aktifitas dan hasil siswa membaca buku yang meliputi: kapan siswa membaca, judul buku yang dibaca, dan rangkuman singkat tentang isi buku dalam formulasi kalimat atau bahasa siswa sendiri.

Peran orang tua, guru dan pustakawan sekolah menilai kemajuan keaktifan membaca siswa menjadi sangat penting. Karena itu, dalam buku itu mereka harus membubuhkan tandatangan pada kolom yang disediakan setelah mereka mencermati hasil bacaan anak atau siswanya. Jika siswa membaca di sudut baca atau taman baca, siswa mendapat tanda tangan dari guru mata pelajaran atau wali kelas. Jika membaca di perpustakaan dan taman perpustakaan, pustakawan yang memberi tanda tangan. Terakhir, jika siswa membaca di rumah, orang tua atau wali yang memberikan tanda tangan.

Program pengembangan minat baca siswa yang dikontrol lewat Buku Penghubung itu nampak sudah memberikan dampak positif. Partisipasi orang tua memotivasi anaknya membaca semakin meningkat, karena orang tua juga memahami kalau aktifitas membaca dan hasil resume bacaan anak-anaknya sangat dihargai guru dan mendapatkan nilai sebagai hasil ulangan harian. Jika ulangan harian per semester dilaksanakan

sebanyak empat kali, misalnya, maka salah satu nilai ulangan harian siswa diambil dari nilai keaktifan membacanya yang terukur pada tabel-tabel yang ada di dalam Buku Penghubung tersebut.

Walaupun program budaya baca di sekolah kami belum berjalan terlalu lama, namun sudah mulai membuahkan hasil. Dimana-mana siswa lebih sering membaca buku. Mereka semakin antusias mengelola dan menggunakan sudut baca, taman baca, dan majalah dinding. Hal yang juga sangat menggembirakan bagi kami adalah siswa pengunjung perpustakaan semakin meningkat.

Pada awalnya mungkin siswa

melakukan agak terpaksa karena memang program awal pembiasaan membaca adalah intervensi kepala sekolah melalui guru mata pelajaran. Keyakinan kami siswa akan semakin terbiasa menggunakan waktunya untuk membaca dan pada akhirnya siswa akan menjadikan sebagai kebutuhan.

Untuk menumbuhkan inovasi, dalam pembelajaran siswa diarahkan untuk bisa menghasilkan karya dari pembelajaran yang diikutinya. Mereka menggunakan kertas post it, plano, kardus, plastik dan berbagai bahan dari lingkungan sekitarnya. Bahan-bahan tersebut kadang digunting-gunting untuk menghasilkan berbagai karya sesuai dengan kompentensi

dasar yang ingin dicapai. Untuk memotivasi siswa menjaga

kebersihan, guru-guru sekolah mitra USAID PRIORITAS SDN Inrello 234 Wajo Sulawesi Selatan, pada pelajaran SBK (Seni Budaya dan Ketrampilan), mengarahkan siswa secara berkelompok

membuat tempat sampah sendiri. Tempat sampah itu dibuat dari

kardus. Cara

pembuatannya adalah sebagai

berikut: dua kardus mi, gelas aqua atau kardus lain digabung jadi satu, yang satu dimasukkan secara terbalik menghadap yang lain. Setelah rekat dan kuat, bagian sisi atas digunting sedemikian rupa untuk bukaan buang sampah. Agar lebih kuat, tempat sampah yang sudah jadi dilapisi dengan kertas minyak atau kertas penghias lain yang kuat.

Biasanya anak-anak menuliskan nama-nama kelompok pembuat tempat sampah di atas kertas pelapis tersebut. Tempat sampah tersebut diletakkan di bawah meja pada masing-masing kelompok pembelajaran yang membuatnya. Jikalau satu kelas terdapat enam kelompok, maka satu kelas menghasilkan enam tempat sampah yang diletakkan masing-masing dibawah meja kelompok.

Siswa dari MTs Assadiyah Putri Wajo memperagakan cara membuat peta dari bubur koran dan memperlihatkan kualitas mereka mengerti peta

Talk show program USAID PRIORITAS menghadirkan Rektor UIN Alauddin, PR II UNM, Bupati Bantaeng, Sekda Maros dan Kepala

Dinas Pendidikan Wajo yang dipandu oleh Pettapuang.

Buku penghubung membuat siswa menjadi selalu ingat untuk rajin membaca dimanapun ia berada.

Kotak Sampah Sederhana Kelompok Belajar Siswa

Page 2: Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang) …prioritaspendidikan.org/file/newsletter_7_sulsel.pdf · Hamzah, berharap program-program ... setiap kelas sebagai perpustakaan

BERITA BERITA

Mengarusutamakan Gender di Sekolah

Prof. Dr. Arismunandar memberi sambutan dan membuka acara pelatihan (22/4)

MAKASSAR - Pemkot Makassar merupakan mitra USAID PRIORITAS daerah eks DBE. Pada tanggal 8 Mei 2014 terjadi pergantian pemerintahan. Pasangan Danny Pomanto dan Syamsu Rizal

menggantikan pasangan Ilham Arief Sirajuddin dan Supomo Guntun Pergantian ini otomatis membuat USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan harus memperbarui k e r j a s a m a d e n g a n pemerintahan yang baru.

Tim USAID PRIORITAS yang terdiri atas Provincial Coordinator Jamaruddin. Government Management Specialist Ridwan M. Tikola, d i s t r i c t c o o r d i n a t o r M a k a s s a r H a l w i y a h , menemui beliau pada tanggal 19 Juni 2014bersama kepala Dinas Pendidikan Makassar.

Setelah menunggu beberapa lama karena banyaknya agenda yang dimiliki oleh Bapak Walikota, tim akhirnya bisa bertemu di ruang wali kota.

Wali kota menyambut hangat dan sangat antusias mendengarkan penjelasan tentang program USAID PRIORITAS. Sebagai orang baru, dia membutuhkan banyak gambaran tentang USAID PRIORITAS. “Saya ini sebelum jadi walikota adalah dosen. Jadi, saya tahu betapa pentingnya hari ini kita meningkatkan mutu pendidikan sejak dini,” tegasnya.

Sebagai bentuk komitmen kerja samanya, dia langsung menginstruksi kepala dinas pendidikan untuk segera menyelesaikan semua detail yang dibutuhkan untuk membuat KAK baru. Wali kota juga meminta kepala dinas pendidikan untuk menghitung dana alokasi diseminasi program USAID PRIORITAS.

“Kami akan mendukung penuh program USAID PRIORITAS di Makassar ini. Jangan sungkan-sungkan untuk selalu mampir ke sini, kapan pun kalau ada waktu,” katanya mengakhiri pertemuan.

2

MAKASSAR - Kesadaran gender mulai diintegrasikan dalam kompetensi dasar di sekolah menengah. Ini tampak ketika 78 guru SMP/MTs, kepala sekolah, pengawas sekolah, kepala UPTD dari berbagai daerah yaitu Pangkep, Sidrap, Makassar dan Soppeng, serta staf LPMP Makassar mendapatkan pelatihan gender sebagai salah satu sesi pelatihan modul II USAID PRIORITAS di Hotel Santika (31/8). Kegiatan ini dilakukan agar pengarusutamaan gender menjadi bagian integral dalam sekolah.

Para peserta pada awalnya diminta menyanyi lagu anak-anak, yaitu Naik Delman dan Bangun Pagi. Fasilitator nasional Jasri Djangi dan Hasna Abu Bakar bertanya kepada para peserta, adakah nilai bias gender dalam lagu-lagu itu. “Dalam lagu tersebut, perempuan digambarkan secara stereotip berkutat pada aktivitas di dalam rumah dan laki-laki bekerja di luar,” kata Djasri menanggapi berbagai pendapat para peserta.

“Gender adalah sifat peran, posisi, serta status laki-laki dan perempuan yang dibentuk atau dikonstruksi oleh masyarakat. Gender adalah jenis kelamin sosial, sedangkan alat-alat biologis yang

melekat sejak lahir bisa menunjukkan jenis kelamin biologis, perempuan dan laki-laki,” jelas Jasri.

Dalam materi-materi buku ajar masih banyak terdapat bias gender. Perempuan digambarkan selalu bekerja di sektor domestik dan laki-laki di sektor publik. “Seperti dalam kalimat yang sering kita temui pada pelajaran kelas awal 'Ibu Budi bekerja di dapur dan ayah Budi membaca koran',” ujarnya.

Setelah para peserta mendapatkan pemahaman tentang gender lewat diskusi dan tayangan video, mereka diajak mengidentifikasi bias gender yang terjadi dalam pembelajaran, kegiatan sekolah, dan fasilitas sekolah di sekolah masing-masing. Masing-masing kelompok peserta kemudian mempresentasikan hasil identifikasi dan rencana mengatasi masalah tersebut di sekolah masing-masing.

“Pada waktu pembelajaran, bias gender sering terjadi. Misalnya, ketua kelas atau dalam diskusi kelompok yang dipilih cenderung laki-laki tanpa pertimbangan kualitas,” kata Muh, Dahlan, salah satu fasilitator pelatihan.

“Bias gender juga terjadi pada kegiatan-kegiatan sekolah. Misalnya, pada

waktu upacara, seringkali yang dijadikan pemimpin upacara adalah laki laki. Waktu upacara pun, pada waktu acara pengerekan bendera, laki-laki sering diletakkan di tengah dengan dua perempuan yang mengiringi,” jelasnya.

“Kalau fasilitas, toilet seharusnya dibedakan antara anak laki-laki dan perempuan dan modelnya lebih baik berbeda, tidak boleh sama karena laki-laki bisa dengan cara berdiri kalau pipis,” lanjutnya.

Sebagai langkah tindak lanjut pelatihan ini, para peserta lain akan berusaha mengarusutamakan gender di sekolah masing-masing berdasar hasil idenfitikasi bias gender di sekolah masing-masing.

Pelatihan ini dilaksanakan sampai 4 September 2014. Para peserta juga akan mempraktikkan hasil pelatihannya pada kegiatan praktik sekolah SMPN 36 Makassar dan MTs Negeri Biringkanaya. Mereka akan dinilai apakah sudah mengintegrasikan kesadaran gender dalam proses pembelajaran yang mereka lakukan.

3

MAKASSAR – Rasio jumlah guru dengan siswa di Indonesia, secara keseluruhan, cukup ideal. Satu guru menghadapi rata-rata 22 anak. Hal ini berbeda dengan beberapa negara lain seperti Laos, Myanmar, dan Vietnam. Guru rata-rata harus menghadapi 30 sampai 40 anak. Indonesia bahkan dianggap mengalami kelebihan guru. Sayangnya, persebarannya tidak merata.

“Jumlah guru di Indonesia naik terus, sedangkan peningkatan jumlah siswa sebenarnya relatif tidak sebesar jumlah guru sehingga terjadi kelebihan guru,” kata Mark Heyward, Advisor Government Management USAID PRIORITAS, di hadapan para peserta provincial policy, planning, and coordination

workshop (26/6/2014). ”Namun, kita menghadapi masalah penataan dan pemerataannya. Banyak sekolah yang kekurangan guru di satu pihak dan di lain pihak kelebihan guru,” ujarnya. Para peserta yang hadir adalah kepala-kepala dinas pendidikan, kepala Kemenag, serta kepala BKD dari daerah Maros, Wajo, Bantaeng, Pinrang, Sidrap, Enrekang, Jeneponto, Soppeng.

Indonesia sebenarnya memiliki perangkat yang sudah cukup baik untuk menata guru dengan adanya Peraturan Bersama Lima Menteri Tahun 2011. Peraturan tersebut akan memberikan sanksi kepada daerah yang tidak menata gurunya dengan baik berdasar jumlah anak, jumlah rombongan belajar, dan

jumlah jam mengajar gurunya. Menurut kepala Dinas Pendidikan

Bantaeng, jarak domisili guru dengan sekolah yang jauh seringkali membuat guru malas dipindah atau mau dipindah tapi datangnya menjadi terlambat. “Sehingga, kalau terjadi mutasi ke daerah terpencil, aspek humanis sering menjadi tantangan,” lanjutnya.

Namun, menurut Hamzah, Konsultan USAID PRIORITAS, tantangan-tantangan tersebut tidak semestinya menghalangi daerah untuk menata guru dengan tegas. Menurut dia, daerah perlu membuat perda yang bisa menjadi back up kebijakan penataan dan pemerataan guru. Dia menjelaskan, tanpa perda, kebijakan yang dilakukan bersifat subjektif dan tidak ada langkah yang jelas dan ukuran-ukuran keberhasilan implementasinya.

“Demi meningkatkan kualitas pembelajaran anak, kabupaten harus berusaha keras membuat perda ini. Kalau perlu, bisa belajar ke Kabupaten Gorontalo yang telah berhasil membuat perda terkait penataan dan pemerataan guru ini,” ujarnya. Usulan tersebut disambut baik oleh kepala BKD Maros dan kepala Dinas Pendidikan Bantaeng.

Sementara itu, Kepala Kemenag Jeneponto Irfan Daming menekankan pentingnya komitmen. Menurut dia, tantangan terbesar berasal dari faktor-faktor di luar itu. Misalnya, ada pesanan dari DPRD atau pejabat tertentu yang ingin tidak ada mutasi karena ada ikatan dengan orang yang akan dimutasi. Tanpa komitmen yang kuat, program penataan guru akan goyah disebabkan intervensi semacam itu.

Tantangan Penataan dan Pemerataan Guru

Dalam pembagian kelompok, siswa putra dan putri memiliki akses yang sama dalam pembelajaran. Keduanya berhak menjadi ketua kelompok jika kualitasnya memenuhi syarat.

Kepala Dinas Pendidikan Wajo Drs Jasman Juanda Msi, Sekretaris Dinas Pendidikan Maros Drs. H. Andi Ma’mun dan Kepala Dinas, Pemuda dan Olahraga Bantaeng Prof Dr Syamsu

Alam masing-masing membeberkan langkah-langkah PPG di daerahnya.

USAID PRIORITAS Perpanjang Kerjasama dengan Pemkot Makassar

Tim USAID PRIORITAS yang dipimpin oleh Koordinator Provinsi Jamaruddin melakukan audiensi dengan Walikota Makassar yang baru, Danny Pomanto

Page 3: Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang) …prioritaspendidikan.org/file/newsletter_7_sulsel.pdf · Hamzah, berharap program-program ... setiap kelas sebagai perpustakaan

PAREPARE - USAID PRIORITAS Parepare memulai pendampingan terhadap 24 sekolah mitra yang kepala sekolah, guru, komite dan pengawasnya sebelumnya sudah dilatih, baik pelatihan pembelajaran aktif maupun manajemen berbasis sekolah.

Pelatihan pembelajaran aktif dan manajemen berbasis sekolah telah dilaksanakan sebelumnya pada Maret 2014. Setelah program pelatihan, sekolah juga mendapatkan 20 kali program pendampingan dari fasilitator daerah USAID PRIORITAS Parepare. Pendampingan bertujuan memastikan materi-materi yang telah didapatkan oleh peserta di pelatihan diterapkan di sekolah. Pendampingan juga dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah di sekolah dan memecahkan masalah tersebut bersama-sama. Namun, yang paling penting adalah memastikan adanya perubahan nyata dalam pembelajaran dan manajemen sekolah di sekolah. “Dengan adanya pendampingan ini, sekolah dibantu untuk memastikan pembelajarannya menjadi berbasis PAKEM atau

kontekstual, dan manajemen berbasis sekolah yang lebih transparan dan melibatkan peran serta masyarakat terlaksana dengan baik,” ujar Fadiah, Whole School Development Specialist USAID PRIORITAS.

Sebagai langkah awal untuk

pendampingan ini, 30 fasilitator daerah USAID PRIORITAS, baik fasilitator untuk tingkat SD maupun SMP berkumpul di SMPN 4 Parepare guna membahas jadwal dan teknis pendampingan (7/8/14).

Pendampingan manajemen berbasis sekolah dilakukan untuk memastikan bahwa sekolah memiliki tim pengembang

sekolah, dokumen rencana kegiatan tahunan/rencana kegiatan dan anggaran sekolah, serta praktik transparansi dan akuntabilitas dijalankan oleh sekolah. Tujuan lainnya, mengaktifkan peran serta masyarakat yang ditandai dengan upaya komite mendorong masyarakat untuk

ikut mendukung pembelajaran dan pengelolaan sekolah.

Sementara pendampingan pada praktik pembelajaran bertujuan untuk memastikan bahwa perangkat pembelajaran (silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, media, lembar kerja siswa, penilaian) serta jurnal reflektif guru dan siswa juga benar-benar dibuat dan dijalankan di sekolah. Karena itu, selain fasilitator mendampingi dalam pembuatan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), mereka akan meninjau, memonitor, dan mengevaluasi langsung proses proses pelaksanaan pembelajaran di kelas-kelas di sekolah mitra.

Komitmen kepala sekolah dalam mendukung implementasi pelatihan sangat menentukan. “Jika komitmen kepala sekolah sangat baik, bisa dipastikan bahwa kualitas pembelajaran sekolah dan manajemennya akan semakin baik,” kata Fadiah.

BERITA BERITA

USAID PRIORITAS Lakukan Pendampingan di Parepare

4 5

Pelatihan Pendidikan Setara Digelar USAID PRIORITAS

MAKASSAR – Enam puluh sembilan fasilitator daerah USAID PRIORITAS untuk tingkat SD/MI dari Sidrap, Makassar, Pangkep, dan Soppeng ikut serta pada ToT Tingkat Provinsi USAID PRIORITAS Modul Kedua pada 26-31 Agustus 2014 di Hotel M Regency, Makassar. Masing-masing kabupaten mengirim 15 fasilitator yang akan kembali memfasilitasi pelatihan di sekolah-sekolah daerahnya masing-masing. Sementara 9 orang lainnya merupakan kepala unit pelaksana tugas daerah dari Kemenag atau diknas masing-masing daerah. Acara tersebut dibuka pada 25 Agustus 2014.

Dalam pembukaannya, Jamaruddin, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan, mengatakan pelatihan ini dihelat agar fasilitator daerah terdorong untuk menyebarkan praktik-praktik baik dalam pembelajaran ke guru-guru di ke

empat daerah yang pernah menjadi mitra program Decentralized Basic Project. “Peningkatan mutu pendidikan akan tampak nyata kalau kita tidak kendur dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran dan terus menyebarkan praktik baik ini,” pesannya.

Menurut Jamaruddin, modul kedua USAID PRIORITAS ini tidak lagi hanya berisi tentang strategi mengajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, tetapi juga sudah mendalami lebih jauh kurikulum 2013. Lebih jauh, terangnya, modul juga membahas tentang cara melayani perbedaan individu dalam pembelajaran.

Menurut dia, sesuai dengan konvensi hak anak yang telah ditandatangani oleh semua negara dunia, siswa memiliki hak belajar dan memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa memandang perbedaan

fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan kondisi lainnya. “Karena itu, dengan modul ini, kita diharapkan memiliki pemahaman yang baik tentang keberagaman kondisi peserta didik agar dapat memberikan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan keunikan peserta didik,” ujar Jamaruddin.

Salah satu strategi yang dilatihkan adalah kiat menghadapi siswa yang lambat belajar. “Untuk itu, kita dilatih agar mampu memodifikasi subjek yang dipelajari siswa,” ujar Alimuddin Assegaf, pengawas sekaligus salah seorang fasilitator pelatihan dari Maros. Menurut Alimuddin, bentuk modifikasi tersebut bisa lewat merinci kegiatan atau tugas dalam langkah-langkah kecil yang cocok bagi siswa tersebut. Namun, kata dia, proses kegiatan itu harus juga dikawal dengan strategi khusus, misalnya dengan menggunakan alat peraga visual yang tepat atau mengubah pengelolaan kelas sehingga siswa yang lambat belajar bisa terlibat aktif.

Menurut Alimuddin, berbagai skenario pembelajaran yang inovatif mesti diterapkan agar siswa yang berbeda-beda kemampuannya bisa mencerap pengetahuan yang diajarkan gurunya.

Modul II juga bertujuan untuk me-mainstream-kan pemahaman gender sejak dini kepada anak-anak. “Kita dilatih di sini untuk mengidentifikasi berbagai bias gender yang terjadi dan ditumbuhkembangkan sejak dini di sekolah awal,” ujar Abrar, fasilitator USAID PRIORITAS dari Pinrang. Diharapkan dengan pemahaman ini, menurut Abrar, para fasilitator nanti bisa mengajarkan kepada guru-guru di daerah tentang kiat meminimalkan bias gender di sekolah tingkat dasar.

MAKASSAR – Setelah menerima pelatihan, para guru sekolah-sekolah mitra LPTK mendapatkan pendampingan dari dosen LPTK mitra yang menjadi fasilitator. Pendampingan ini dilakukan untuk memperkuat kualitas pembelajaran dan manajemen sekolah.

Sebelumnya, para dosen pendamping dari LPTK UNM dan UIN yang jadi fasilitator USAID PRIORITAS tidak terlalu sering berkunjung ke sekolah. Alhasil, mereka kurang mengetahui masalah-masalah riil dunia pendidikan di tingkat dasar. Mereka kebanyakan mengajar mahasiswa calon guru.

“Saya bersyukur telah ikut menjadi salah satu tim fasilitator USAID PRIORITAS,” kata Widya Karmila yang ditemui di ruang mengajarnya. Bagi fasilitator USAID PRIORITAS sekaligus dosen Universitas Negeri Makassar jurusan pendidikan guru sekolah dasar ini, ada beberapa manfaat pendampingan.

Pertama, pendampingan membuatnya mengerti tantangan riil di sekolah. “Tiap sekolah memiliki tantangan masing-

masing dan sering luput dari perhatian waktu pelatihan,” ujarnya. Menurut pendamping tiga sekolah dasar mitra LPTK di Makassar, yaitu SDN Gunungsari

I, SD Kompleks IKIP dan SD Kompleks IKIP itu, banyak tantangan yang tak akan diketahui kalau tidak terjun langsung ke sekolah. Ia mencontohkan kesulitan mengatur tata ruang kelas yang muridnya

lebih dari 40 anak. “Sekolah favorit seringkali kelebihan siswa sehingga kadang kelas tidak sanggup menampung anak-anak,'' ujarnya. Menurut dia, tantangan semacam itu perlu didiskusikan juga dalam pelatihan, bagaimana menjadikan kelas tetap efektif dengan anak didik yang banyak.

Kedua, pendampingan mendekatkan lembaga perguruan tinggi dengan sekolah. “Dulu saya pergi ke sekolah hanya untuk mendampingi mahasiswa melakukan praktik pengalaman lapangan,” terangnya. Kini dia langsung terjun sendiri mendampingi guru-guru. Hal tersebut semakin mendekatkan universitas pendidik guru kepada guru-guru itu sendiri. “Guru merasa mendapatkan keuntungan dari kerja sama ini, demikian juga kami,” jelasnya.

Ketiga, pendampingan juga merupakan pengabdian kepada masyarakat dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Kita sebagai orang universitas memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.” tuturnya.

Pendampingan Dekatkan LPTK dengan Sekolah

1

Ibu Rasdiana, salah satu guru praktik mengajar mengenai sifat cahaya di SDN Mamajang IV Makassar. Semua siswa aktif mengikuti pembelajaran dalam kelompok.

Berita Foto: USAID PRIORITAS ikut serta dalam Ekspo Madrasah Kemenag RI yang diadakan di halaman parkir Hotel Grand Clarion Makassar (25-28/8). (1) Ratusan pengunjung dari berbagai provinsi mendatangi stan USAID PRIORITAS dan sangat tertarik menjadi mitra program USAID PRIORITAS; (2) Wakil Menteri Agama Prof Dr Nasaruddin Umar juga berkunjung ke stan dan mengambil fact sheet dan newsletters USAID PRIORITAS; (3) Wartawan lokal mendokumentasikan dan mewancarai penjaga stan USAID PRIORITAS; (4) Pengunjung membubuhkan tanda tangan kunjungan ke stan.

Fasilitator daerah Parepare bersama-sama membahas jadwal dan teknis pendampingan

2

3

4

Bu Widya terjun langsung mendampingi siswa SD Kompleks IKIP selenggarakan pameran

hasil karya siswa antar kelas

Page 4: Aco Karumpa, SPd (Kepala Sekolah SMPN I Sengkang) …prioritaspendidikan.org/file/newsletter_7_sulsel.pdf · Hamzah, berharap program-program ... setiap kelas sebagai perpustakaan

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

BONE - Ingin membuat aset sekolah terjaga dan siswa nyaman dan betah tinggal di sekolah, Kamise, Kepala SMP Negeri 4 Barebbo Kabupaten Bone, secara berkesinambungan melaksanakan program lomba kebersihan kelas. Tujuan utama program tersebut antara lain: meningkatkan kesadaran siswa untuk berprilaku hidup sehat, menumbuhkan sikap peduli siswa merawat sekolah berikut perabotnya, dan menjaga keseluruhan asset sekolah.

Lingkungan dan perabot sekolah yang bersih sangat mendukung keberhasilan suasana pembelajaran. Ruang kelas, meja, bangku, taman, toilet, kantin, laboratorium, perpustakaan, halaman dan taman sekolah yang tertata rapi dan bersih diyakini Kamise memberikan semangat bagi guru dan siswa untuk beraktifitas. Terlebih lagi, menurut pelatih MBS USAID PRIORITAS itu, lingkungan sekolah sedapat mungkin menjadi sumber belajar bagi siswa. “Saya kemudian membangun sistem dan metode agar siswa terbiasa hidup bersih, disiplin dan tertib. Apabila mereka terbiasa dengan sikap demikian, dengan sendirinya asset sekolah ini terjaga dan terawat,”ujarnya.

Lomba kebersihan kelas di sekolah mitra program itu berlangsung sejak 2012 dan dilaksanakan secara partisipatif. Rancangan lomba kebersihan kelas dimulai dari kesepahaman semua pihak dalam hal kepanitiaan atau tim penilai, instrumen penilaian, format buku penilaian, waktu penilaian, penentuan juara, dan pemberian hadiah.

Berdasarkan kesepakatan bersama, lomba ini melibatkan siswa, pegawai, pembina kesiswaan, dan segenap guru. Aspek yang dinilai meliputi (1) kebersihan lingkungan kelas terdiri dari

kerindangan dan keindahan halaman, taman di sekitarnya. Siswa memiliki area wajib bersih selain ruang kelasnya sendiri. Ada yang meliputi toilet, kantin, laboratorium, perpustakaan, dan taman. (2) penataan perabot perlengkapan kelas meliputi: tata letak meja dan kursi, taplak dan pas bunga, tata letak pajangan karya siswa hasil pembelajaran aktif, roster, jadwal tugas kebersihan, papan absen, denah kelas, struktur organisasi, jam dinding, kalender, gambar pahlawan, (3) tingkat kehadiran siswa (4) kedisiplinan, (5) dan ketertiban. Semua aspek tersebut dimasukkan dinilai. Tim penilai memiliki buku penilaian yang kolomnya terdiri dari tanggal/hari penilaian, kelas yang dinilai, aspek yang dinilai, jumlah nilai dan keterangan.

Tim penilai kebersihan kelas terdiri dari enam orang pegawai urusan bidang dan bukan guru. Guru wali kelas tidak masuk dalam tim penilai agar hasil penilaian selalu adil dan objektif. Tim penilai ini bekerja berdasarkan Surat Keputusan Kepala Sekolah. Mereka melakukan penilaiaian setiap hari selama waktu belajar di sekolah. Hasil penilaian dilaporkan setiap hari pada waktu apel pagi di hadapan semua warga sekolah. Nilai tersebut direkap secara keseluruhan enam bulan sekali dan nilai finalnya diumumkan pada waktu penerimaan rapor.

Kelas yang nilai final rekapnya paling baik, masing-masing siswanya diberikan hadiah. “Hadiah tidak banyak, setiap satu orang dapat tiga buku dan alat tulis dan diambilkan dari dana BOS,” ujar pak Kamise.

Untuk mendukung keberhasilan program tersebut, kepala sekolah juga menggariskan tiga nilai yang harus dijunjung tinggi oleh warga sekolah yaitu komitmen, kebersamaan dan ketauladanan. “Saya sendiri sering bersama-sama anak-anak membersihkan halaman dan ruangan lainnya. Saya memungut sampah dan menyapu juga,”ujarnya.

Dengan kebijakan tersebut, sekolah menjadi asri, terawat dan bersih. Anak-anak menjadi terbiasa membersihkan sekolah tanpa instruksi. Dari yang terbiasa membuang sampah sembarangan, kini terbiasa memungut sampah dan membersihkan yang kotor. “Karena semua fasilitas selalu dirawat anak-anak, sekolah menjadi nyaman dan kaya sumber belajar,” tegas kepala sekolah.

“Cara yang saya tempuh ini sebenarnya merupakan bagian manajemen asset atau sarana prasarana yang masuk dalam 7 pilar manajemen berbasis sekolah. Dengan cara ini asset sekolah dijaga secara partisipatif, tidak

harus menyewa tenaga kebersihan,” tambahnya. Berkat manajemen aset dengan menggerakkan siswa

tersebut, di tahun 2013 yang lalu, sekolah ini mendapatkan juara dua lomba sekolah sehat seKabupaten Bone, mendapat sertifikat dan hadiah sebuah televisi dari Pemda Bone.

Jadikan Sekolah Kaya Sumber Belajar

PiINRANG - Sulawesi Selatan - SDN 166 Mattiro Bulu, Pinrang, pada Agustus 2014 berhasil meraih Juara I Lomba Budaya Mutu Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tingkat Sekolah Dasar se-Provinsi Sulawesi Selatan. “Prestasi ini diperoleh setelah melewati seleksi yang sangat ketat, bersaing dengan sekolah-sekolah terbaik yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Pak Abrar, Kepala SDN 166 Mattiro Bulu Pinrang.

Kunci keberhasilannya menurut Abrar, ada dua. Pertama, disiplin dan rajin untuk mendokumentasikan semua kegiatan sekolah. Kedua menerapkan pengetahuan dan pengalaman hasil pelatihan program USAID PRIORITAS secara konsisten dan sungguh-sungguh. “Faktor paling utama bisa menang kompetisi ini adalah menjalankan hasil pelatihan USAID PRIORITAS dengan konsisten baik pelatihan pembelajaran maupun manajemen berbasis sekolah,” kata Pak Abrar. Berikut adalah praktik-praktik yang dilaksanakan sekolah sehingga berhasil meraih juara 1 MBS.

Pertama, bermusyawarah mufakat memilih ketua dan

pengurus komite sekolah dari tokoh-tokoh yang dekat dengan masyarakat yakni kepala desa sebagai ketua. Sementara wakil komite dan enam anggota lainnya berasal dari kepala dusun serta tokoh masyarakat yang dekat dan berpengaruh.

Kedua, merumuskan program-program strategis yang bertujuan untuk lebih meningkatkan kedekatan antar sekolah, orang tua siswa dan komite. Kepala sekolah juga aktif mengelola pertemuan formal maupun informal agar silaturahmi dan kebersamaan memikirkan pengembangan

sekolah terus terjaga. Program yang rutin dilaksanakan untuk mendekatkan sekolah dengan masyarakat antara lain pengajian rutin dan yasinan di sekolah setiap hari Jumat bersama komite, orang tua siswa, dan warga masyarakat. “Saya biasa menekankan bahwa menyumbang terhadap anak yang mencari ilmu itu sangat besar pahalanya, sama dengan menyumbang masjid dan tempat ibadah lainnya,” terang Pak Abrar. “Program pendidikan gratis tidak berarti semua masalah sekolah adalah tanggung jawab pemerintah,“ tambahnya.

Ketiga, pertemuan formal dengan komite dan orang tua untuk menyusun

rencana kegiatan dan anggaran pengembangan sekolah. Hal itu bertujuan agar mereka memahami kondisi riil permasalahan sekolah, anggaran yang dibutuhkan, dan keputusan yang diambil secara bersama untuk implementasi program sekolah.

Keempat, pelibatan komite dan orang tua siswa dalam sejumlah kegiatan operasional pengembangan sekolah meliputi: (1) Pemantauan sekolah dan pembelajaran di kelas. Dengan mengamati proses pembelajaran komite sekolah menjadi paham kebutuhan pembelajaran PAKEM seperti media, bahan pajangan, ATK dan sebagainya; (2) Keterlibatan secara sukarela mengumpulkan dana. Komite sekolah merancang proposal dan menyerahkan ke tokoh masyarakat, orang tua dan perusahaan. Komite juga berperan aktif menyampaikan kebutuhan sekolah kepada perusahaan-perusahaan; (3) Mengelola dana-dana yang terkumpul secara terbuka dan akuntabel melalui papan donatur sekolah yang ditulis oleh komite dan orang tua siswa.

Kelima, rapat pertanggungjawaban dan evaluasi tahunan dan per semeseter. Laporan pelakasanaan, hasil, dan anggaran pelaksanaan program sekolah disampaikan pihak sekolah dan komite. Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif di mana komite sekolah sendiri yang langsung menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa dan warga masyarakat. Mereka mempertanggungjawabkan pengelolaan anggaran, pemasukan dan pengeluarannya.

Menurut Pak Abrar, dampak setelah mengimplementasikan pelatihan MBS dan Pembelajaran USAID PRIORITAS, kedekatan sekolah dengan masyarakat semakin baik. Orang tua dan masyarakat menjadi lebih peduli. Mereka banyak membantu untuk meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah seperti membuat taman baca, menambah sarana komputer, peralatan UKS dari puskesmas, tempat sampah, alat-alat olahraga dan kesenian, sumbangan pot-pot dan bunga-bunga untuk taman sekolah, kegiatan-kegiatan keagamaan, dan lain-lain. Prestasi siswa juga semakin meningkat. Siswa sekolah ini ada yang mewakili Kabupaten Pinrang dalam olimpiade Matematika 2013, dan mewakili Kabupaten Pinrang dalam lomba-lomba pentas Pendidikan Agama Islam, Pandai Bercerita dan lain-lain.

Raih Juara Satu Karena Konsisten Terapkan Pelatihan MBS

2

76

Kamise, SPd Kepala Sekolah SMPN 4 Barebbo Bone dan fasilitator daerah USAID PRIORITAS untuk Bone

Manajemen asset dengan melibatkan semua siswa sekolah untuk merawat seluruh lingkungan dan perabot sekolah menjadikan SMPN 4 Barebbo Bone sekolah yang

asri, nyaman dan kaya akan sumber belajar

Camat Mattiro Bulu, Candera Yasin, mewakili Kepala Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan menyerahkan piala juara budaya mutu

MBS kepada ketua komite SDN 166 Mattiro Bulu, Bapak Puang Baharuddin Passi pada tanggal 17 Agustus 2014 di Lapangan

Mattiro Bulu, Pinrang.

Orang tua siswa dan komite seringkali menyumbangkan dana untuk sekolah. Mereka menulis sendiri jumlah dana yang disumbangkan di

papan donasi sekolah.