ACFTA

21
PENDAHULUAN Beberapa tahun ini perdagangan bebas sudah mulai mulai gencar dilakukan oleh negara-negara berkembang. Salah satunya Indonesia yang berada di kawasan Asia Tenggara. Asia Tenggara merupakan kawasan regional yang mempunyai organisasi atau perhimpunan yang bernama ASEAN. Dalam urusan perdagangan bebas, ASEAN telah bekerja sama dengan banyak negara berkembang maupun negara maju. Salah satu kerjasama tersebut ialah ACFTA singkatan dari Asean – China Free Trade Area, yaitu suatu perjanjian kawasan perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan China. Setelah pembentukannya ini ACFTA menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA (Perdagangan Bebas Amerika Utara). Bagi Indonesia sendiri perjanjian ini sebagai pemicu agar para pengusaha lokal khususnya UMKM bisa lebih produktif dalam mengembangkan usahanya. Agar produk yang di hasilkan bisa lebih dikenal masyarakat dunia khususnya di Cina. Dukungan penuh dari 2

Transcript of ACFTA

Page 1: ACFTA

PENDAHULUAN

Beberapa tahun ini perdagangan bebas sudah mulai mulai gencar

dilakukan oleh negara-negara berkembang. Salah satunya Indonesia yang

berada di kawasan Asia Tenggara. Asia Tenggara merupakan kawasan regional

yang mempunyai organisasi atau perhimpunan yang bernama ASEAN. Dalam

urusan perdagangan bebas, ASEAN telah bekerja sama dengan banyak negara

berkembang maupun negara maju. Salah satu kerjasama tersebut ialah ACFTA

singkatan dari Asean – China Free Trade Area, yaitu suatu perjanjian kawasan

perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan China. Setelah

pembentukannya ini ACFTA menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar

sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran

volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA

(Perdagangan Bebas Amerika Utara).

Bagi Indonesia sendiri perjanjian ini sebagai pemicu agar para pengusaha

lokal khususnya UMKM bisa lebih produktif dalam mengembangkan

usahanya. Agar produk yang di hasilkan bisa lebih dikenal masyarakat dunia

khususnya di Cina. Dukungan penuh dari pemerintah juga sangat di harapkan

agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera.

2

Page 2: ACFTA

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang

ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-

anggota ASEAN dan Cina. Kerangka kerjasama kesepakatan ini

ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan ditujukan

bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya 1

Januari 2010. Setelah pembentukannya ini ia menjadi kawasan perdagangan

bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar

dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa

dan NAFTA.

Usulan pembentukan kawasan ini dicetuskan Cina pada bulan

November 2000. Pada saat itu Cina memprediksi akan menggeser Amerika

Serikat pada posisi mitra dagang utama ketiga ASEAN, setelah Jepang dan

Uni Eropa. Pada rentang waktu antara 2003 dan 2008, volume

perdagangannya dengan ASEAN tumbuh dari US$59.6 milyar menjadi

US$192.5 milyar. Cina juga diprediksi menjadi negara eksporter dunia

terbesar pada tahun 2010.

Kerjasama ACFTA ini sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang

ingin dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-

negara yang terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu

tujuan yaitu memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang

dapat menguntungkan tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya.

Dalam kesepakatan tersebut juga akan merealisasikan liberalisasi jasa dan

investasi dan juga investasi yang telah disepekati setelah tarif barang

dilakukan, menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan

mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi

3

Page 3: ACFTA

antara Negara-negara anggota. Dari beberapa tujuan ini ASEAN memiliki

harapan beberapa harapan yang dapat dicapai dengan jalan melaksanakan

ACFTA. salah satu tujuan tersebut adalah memperbaiki keadaan

perekonomian di Negara-negara ASEAN yang menurun drastis akibat krisis

khususnya bagi Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja.

Negara peserta ACFTA :

1. Brunei Darussalam

2. Myanmar

3. Kamboja

4. Indonesia

5. Laos

6. Malaysia

7. Filipina

8. Singapura

9. Thailand

10. Vietnam

11. Republik Rakyat Cina

B. Proses Terbentuknya ACFTA

Kesepakatan pembentukan perdagangan bebsa ACFTA diawali oleh kese[aktan para

peserta ASEAN-China Summit di Brunei Darussalam pada November 2001. Hal terdebit

diikuti demgam penandatanganan naskah kerangka KErjasama ekonomi( The

Framework Agreement on A Comprehensive Economic Cooperation ) oleh para peserta

ASEAN-China Summit di Pnom Penh pada November 2002, dimana naskah ini menjadi

landasan bagi pembentukan ACFTA dalam 10 tahun dengan uatu fleksibilitas diberikan

kepada negara tertentu seperti Kamboja, Las, Myanmar dan Vietnam.

4

Page 4: ACFTA

Pada bulan November 2004, peserta ASEAN-China Summit menandatangani Naskah

Perjanjian Perdagangan Barang (The Framework Agreement on Trade in Goods )

yang berlaku pada 1 Juli 2005. Berdasarkan perjanjian ini segara ASEAN 5

(Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia) dan China sepakat untuk

menghilangkan 90% komoditas pada tahun 2010. Untuk negara ASEAN lainnya

pemberlakuan kesepakatan dapat ditunda hingga 2015.

Perjanjian ACFTA ini telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan

KEPPRES No.48 tahun 2004 dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 januari

2010. Namun yang jadi kendala utama pelaksanaan berlakunya perjanjian

ACFTA di Indonesia, bahwa ternyata banyak pihak yang meminta agar

waktu berlakunya perjanjian ini agar direnegoisasi kembali oleh pemerintah,

yang menurut prediksi para pelaku bisnis dan pemerhati ekonomi Indonesia

akan dapat merontokkan ketahanan ekonomi nasional dari serbuan produk

China yang masuk ke Indonesia. Adapun yang perlu diperhatikan

selanjutnya oleh pemerintah Indonesia dalam merenegosi-asikan kembali

ACFTA dalam lingkup pos-pos tertentu yang dianggap belum siap

menghadapi pelaksanaan ACFTA di Indonesia, maka pemerintah dalam

pengertian paham monisme yang dianut pada UU No. 24 tahun 2004,

khususnya Pasal 4 ayat (2) dapat mengarahkan kepada kesamaan kedudukan

dan saling menguntungkan antarnegara peserta. Namun kendalanya adalah

UU ini hanya berlaku di Indonesia, maka tugas pemerintah yang paling berat

adalah meyakinkan negara sesama anggota ASEAN agar mendukung

rencana yang diusung pemerintah Indonesia mengenai ketidak siapan

beberapa post yang belum siap sepenuhnya menghadapi akibat dari

pelaksanaan perdagangan bebas ACFTA di Indonesia.

5

Page 5: ACFTA

C. Langkah RI dan China dalam menyukseskan ACFTA

Pemerintah Indonesia dan China siap menjalin kerjasama terkait ASEAN-

China Free Trade Agreement. Ada lima kesepakatan, di antaranya China

mengizinkan pembukaan cabang Bank Mandiri dan pinjaman kepada LPEI,

serta membuka fasilitas kredit ekspor untuk pembangunan infrastruktur di

Indonesia. Dalam Pertemuan Komisi Bersama (Joint Commission

Meeting/JCM) ke-10 di Yogyakarta, Sabtu 3 April 2010, Indonesia diwakili

oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Sedangkan China diwakili

Menteri Perdagangan Chen Deming.  JCM merupakan forum untuk

membahas isu perdagangan investasi, kerjasama keuangan dan

pembangunan.

JCM ke-10 hari ini dilaksanakan dalam suasana persahabatan dan

kerjasama sehingga menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan

kedua belah pihak. Beberapa hasil kesepakatan tersebut antara lain:

1. Pihak China sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi beberapa

buah-buahan tropis (pisang, nenas, rambutan) dan sarang burung

walet Indonesia untuk dapat memasuki pasar China.

2 Kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Resolusi

Perdagangan (Working Group on Trade Resolution/WGTR), yang

bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan yang lancar di antara

kedua negara; juga memfasilitasi pembukaan Cabang Bank

Mandiri di RRT demi memperkuat hubungan transaksi langsung

perbankan.

3. Atas permintaan Indonesia, dalam JCM ini delegasi RRT

menyetujui pembukaan cabang Bank Mandiri di RRT , sehingga

6

Page 6: ACFTA

akan memperkuat hubungan langsung transaksi perbankan kedua

Negara.

4. Kerjasama antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)

dan China Exim Bank dimana kedua pihak menandatangani

perjanjian pinjaman sebesar US$ 100 juta dari CEB kepada LPEI.

LPEI juga saat ini dalam tahap finalisasi MoU dan Industrial &

Commercial Bank of China (ICBC) untuk penyediaan kredit

sebanyak US$ 250 juta kepada LPEI. Pinjaman tersebut akan

digunakan oleh LPEI sebagai fasilitas kredit untuk mendukung

perusahaan-perusahaan di kedua negara terkait dengan proyek-

proyek perdagangan dan investasi dalam berbagai sektor-sektor

prioritas yang disetujui oleh kedua belah pihak termasuk

perdagangan dan investasi barang modal, proyek-proyek sektor

infrastruktur, energi dan konstruksi

5. Kedua pihak setuju untuk memaksimalkan penggunaan Pinjaman

Kredit Ekspor Preferensial (Preferential Export Buyers Credit)

sebesar US$ 1,8 miliar dan Pinjaman Konsesi Pemerintah

(Government Concessional Loan) sebesar 1,8 miliar RMB untuk

dapat dipergunakan oleh Indonesia dalam mengembangkan

berbagai proyek infrastruktur. Adapun proyek-proyek yang telah

diselesaikan adalah proyek Jembatan Suramadu dan pembangkit

Listrik Tenaga Batu Bara Labuhan Angin. Sementara

pembangunan Waduk Jati Gede masih dalam proses. Terdapat pula

6 proyek baru yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu:

pembangkit Listrik Tenaga Uap Parit Baru (Kalimantan Barat) dan

pengadaan material untuk jalur sepanjang 1.000 km and 200 unit

turn out yang masih dalam proses pengadaan; serta konstruksi

Jalan Tol antara Medan dan Kuala Namu (Sumatera Utara);

7

Page 7: ACFTA

Jembatan Tayan (Kalimantan Barat); Pengembangan Jalan Tol

Tahap I: Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat); dan Jembatan

Kendari (Sulawesi Tenggara).

6. Kedua belah pihak telah menyelesaikan Perjanjian Perluasan dan

Pendalaman Kerjasama Bilateral Ekonomi dan Perdagangan

(Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic

Cooperation) yang akan ditandatangani pada saat kunjungan

Perdana Menteri Wen Jiabao ke Indonesia pada akhir bulan ini.

7. Membahas Agreed Minutes of the Meeting for Further

Strengthening Economic and Trade Cooperation) yang antara lain

berisi:

a. Deklarasi Bersama antara Indonesia dan RRT mengenai

Kemitraan Strategis yang telah ditandatangani oleh kedua

Pimpinan Negara pada bulan April 2005 menjadi dasar

untuk lebih memperkuat kerjasama perdagangan dan ekonomi

antara kedua Negara.

b. Berdasarkan Deklarasi ini, kedua belah pihak akan

mengembangkan perspektif strategis dalam mengatasi

kepentingan jangka panjang dan membawa hubungan ke

tingkat yang baru untuk kepentingan kedua banga dan

negara.

c. Untuk mencapai tujuan tersebut, Perjanjian Perdagangan Bebas

ASEAN-China (ACFTA) tetap menjadi dasar strategis dimana

masing-masing pihak harus penuh mengimplementasikan

perjanjian tersebut secara menyeluruh dan saling

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

8

Page 8: ACFTA

d. Kedua pihak akan menetapkan pertumbuhan perdagangan

bilateral yang tinggi dan berkelanjutan, dimana jika terdapat

ketidakseimbangan perdagangan, pihak yang mengalami

surplus perdagangan berkewajiban untuk mengambil tindakan-

tindakan termasuk mendorong impor lebih lanjut dan

memberikan dukungan yang diperlukan.

e. Agreed minutes ini merupakan upaya untuk menindaklanjuti

concern beberapa industri di Indonesia terkait dengan dampak

dari Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Kedua pihak

percaya bahwa komitmen bersama antara kedua pemerintah,

disertai dengan komitmen-komitmen dari kedua komunitas

bisnis, akan dapat mengatasi kekhawatiran tersebut.

D. Pengaruh ACFTA bagi Indonesia

Penerapan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China tak selalu berdampak

negatif. Indonesia dan China sama-sama memperoleh keuntungan dari kesepakatan

tersebut. Sejak ACFTA diterapkan, jumlah perusahaan China yang menanamkan investasi

diIndonesia juga bertambah. Hingga akhir 2010 terdapat lebih dari seribu perusahaan China

yang tercatat di Indonesia, dengan investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar  AS atau

naik 31,7 persen dari tahun sebelumnya. Agar keuntungan yang diperoleh

maksimal,Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi,

terutamamenyangkut daya saing industri nasional. Melihat kondisi yang ada,

Indonesia perlu segera mempertajam orientasi kebijakan pembangunan

industri, agar lebih searah dengan tantangan persaingan ke depan. Tanpa

daya saing, potensi pasar Indonesia yang kini menduduki ranking 15 dunia

hanya akan dinikmati produk asing. Dengan jumlah penduduk yang besar

9

Page 9: ACFTA

dan terus bertambah, Indonesia sangat membutuhkan keberadaan industri

yang kuat, berdaya saing di pasar dalam negeri maupun global. Industri

adalah kunci bagi peningkatan kualitas hidup bangsa, sekaligus kunci bagi

ketahanan perekonomian nasional. Perlu kebijakan yang didukung seluruh

pemangku kepentingan, untuk menempatkan pasar dalam negeri sebagai

basis pengembangan industri dalam negeri. Oleh sebab itu dalam

menghadapi diberlakukannya sistem Perdagangan Bebas/Liberalisasi Pasar

Global (tidak hanya ACFTA), pemerintah diharapkan melihat masalah yang

dihadapi industri nasional dalam sudut pandang yang lebih luas. Jangan

hanya sekadar dengan langkah defensif/protektif, namun kita harus berpikir

bahwa pertahanan paling baik adalah dengan kebijakan ofensif.

Banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian ACFTA ini

membawa pemerintah melakukan strategi demi menyelamatkan industri-

industri dalam negeri salah satunya dengan melakukan peningakatan daya

saing, memproteksi produk dalam negeri sehingga produk–produk impor

tidak menguasai pasar dalam negeri sehingga mampu tercipta peluang yang

lebih besar untuk produk–produk dalam negeri menguasai pasar sendiri serta

mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatakan stabilitas ekonomi

indonesia.

Selain itu walaupun ACFTA banyak membawa pengaruh negatif

terhadap industri-industri dalam negeri akan tetapi Indonesia masih bisa

mendapatkan peluang yaitu dengan meningkatkan ekspor produk-produk

unggulan dalam negeri, Indonesia harus jeli melihat peluang yanga ada agar

dapat mengambil keuntungan yang mampu menopang perekonomian

indoensia. Sementara itu, tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam

bidang perdagangan luar negeri adalah bagaimana meningkatkan daya saing

terhadap ekonomi negara-negara kawasan yang makin meningkat

pertumbuhan dan produktifitasnya. Dalam hal ini, sinkronisasi kebijakan

10

Page 10: ACFTA

pusat dan daerah perlu ditingkatkan. Ini dilakukan agar bisa terwujud

percepatan pembangunan infrastruktur dan jaminan pasokan energi seperti

listrik. Yang juga tak kalah penting, seharusnya ekonomi biaya tinggi harus

bisa dihilangkan, jika industri kita diharapkan bisa bersaing di tingkat global.

E. Antisipasi Dampak ACFTA

Pelaksanaan ACFTA mendapat tanggapan yang serius dari Kementerian Tenaga

Kerjadan Transmigrasi RI. Menakertrans meminta kesungguhan dari seluruh

jajarankementerian untuk melakukan koordinasi antar unit dalam mengantisipasi isu

ACFTA. Menakertrans menjelaskan berdasarkan pemantauan sementara,

KementerianNakertrans menyimpulkan bahwa pelaksanaan ACFTA sejak awal tahun

inimemperoleh tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan. Sebagian pengusahadan

serikat pekerja mengkhawatirkan akan terjadinya dampak sistemik karenaketidakmampuan

industri dalam negeri untuk bersaing dengan produk China akandiikuti oleh pemutusan

hubungan kerja atau rasionalisasi karyawan. Sebagian lagi merasa justru ini menjadi

tantangan untuk meningkatkan kualitas dan kinerjaperusahaan agar bisa bersaing dengan

produk luar.

Oleh karena itu, Kementerian Nakertrans berinisiatif untuk melakukan koordinasi

lebihintensif dengan Kementerian Perindustriuan dan Kementerian Perdagangan untuk

terusmemantau agar ekses pelaksanaan ACFTA bisa diantisipasi sehingga tidak

berpotensinegatif. Bahkan dalam Rapat Pimpinan Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI,Menakertrans A. Muhaimin Iskandar membentuk Satuan Tugas

PemantauanPelaksanaan ACFTA yang bertugas untuk memantau semua kawasan

industri,membuat analisa dan prediksi serta menyiapkan rencana aksi antisipasi.“Satgas

ini akan memberikan masukan kepada Menakertrans apa langkah-langkahmendesak dan

strategis yang harus dilakukan kementerian jika dipandang mulaimuncul adanya ekses

negatif tersebut,” kata Menakertrans

11

Page 11: ACFTA

Satgas telah dibentuk dengan nama SATGAS ANTISIPASI DAMPAK ACFTA

TERHADAP SEKTOR KETENAGAKERJAAN dan terdiri dari:

1. Bidang Antisipasi Aksi dan Kebijakan

2. Bidang Kajian

3. Pusat Krisis

Tugas Satgas yaitu:

1. Memantau dan mensosialisasikan perkembangan dampak ACFTA

2. Melakukan kajian dan analisis dampak ACFTA

3. Mengevaluasi dan merumuskan kebijakan dalam mengantisipasi

pemberlakuan ACFTA

4. Melakukan tindakan segera dampak ACFTA

5. Merekomendasikan kepada pimpinan terhadap kebijakan-kebijakan yang

segeradiambil

F. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Melalui

Kerjasama ACFTA

Indonesia sangat terkena dampak dari adanya perjanjian ACFTA ini,

maka dari itu pemerintah perlu mengambil langkah tegas untuk

memperbaiki dan melindungi industri-industri domestik dari serbuan

barang-barang China yang sudah menguasai pasar domestik Indonesia.

Pemerintah perlu menyusun strategi dan mengambil kebijakan yang tepat

salah satunya dengan melakukan renegosiasi dengan China, penguatan dan

pengamanan pasar domestik, meningkatakan daya saing. selain itu

kebijakan pembangunan industri dan perdagangan pemerintah Indonesia

bertekad untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka

mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dengan meningkatkan

12

Page 12: ACFTA

produktivitas nasional secara terus menerus melalui penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia.

13

Page 13: ACFTA

G. Saran

1. Pemerintah seharusnya meningkatkan sumber daya manusia Indonesia

dengan memberikan pelatihan kepada para pekerja atau melakukan

sosialisasi mengenai ACFTA kepada para pelaku usaha agar mereka

dapat meningkatkan kreatifitas dan daya saing

2. Pemerintah seharusnya memberikan intensif atau pinjaman modal dengan

suku bunga yang rendah kepada para usaha kecil dan menengah

3. Pemerintah lebih menggalakkan aksi “100% CINTA INDONESIA ” agar

para konsumen lebih memilih dan menggunak produk dalam negeri

14

Page 14: ACFTA

Kesimpulan

Dengan jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah, Indonesia sangat

membutuhkan keberadaan industri yang kuat, berdaya saing di pasar dalam

negeri maupun global. Industri adalah kunci bagi peningkatan kualitas hidup

bangsa, sekaligus kunci bagi ketahanan perekonomian nasional.

Mengembangkan industri bukanlah sekedar membangun pabrik, tapi

membangun sebuah sistem yang terintegrasi. Penciptaan iklim yang kondusif

bagi pengembangan sektor industri manufaktur, perlu lebih mendapat perhatian

sesuai dengan tuntutan persaingan ke depan.  Untuk itu butuh komitmen seluruh

Komponen Bangsa guna Menyelamatkan Industri dalam negeri kita. Dari sisi

Mikro Perusahaan, setidaknya ada tiga aspek yang harus mendapat perhatian,

yaitu : Technology Innovation, Entrepreneurship dan Technology Management.

Penguatan ketiga aspek itu adalah mutlak, terutama guna mengembangkan daya

saing dalam arus globalisasi yang makin kuat. 

15