acara7 tan3

31
ACARA 7 INFILTRASI I. TUJUAN Mahasiswa mampu menghitung laju infiltrasi II. ALAT DAN BAHAN 1. Ring Infiltrometer, 2. Palu dari kayu, 3. Meteran, 4. Ember dan gelas ukur dari plastik 1 L, 5. Alat tulis (bolpoin dan kertas), 6. Alat hitung (kalkulator) III. DASAR TEORI Air menguap secara konstan dari permukaan bumi, dan presipitasi mengembalikannya ke bumi dalam bentuk hujan, salju, dsb. Sebagian besar presipitasi meresap ke dalam tanah membentuk cadangan airtanah, yang dikenal sebagai proses infiltrasi. Proses ini ialah meresapnya air ke dalam tanah menuju water table. Selanjutnya, kapasitas infiltrasi adalah laju maksimum yang terjadi pada suatu kondisi tertentu. Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah.

Transcript of acara7 tan3

Page 1: acara7 tan3

ACARA 7

INFILTRASI

I. TUJUAN

Mahasiswa mampu menghitung laju infiltrasi

II. ALAT DAN BAHAN

1. Ring Infiltrometer,

2. Palu dari kayu,

3. Meteran,

4. Ember dan gelas ukur dari plastik 1 L,

5. Alat tulis (bolpoin dan kertas),

6. Alat hitung (kalkulator)

III.DASAR TEORI

Air menguap secara konstan dari permukaan bumi, dan presipitasi

mengembalikannya ke bumi dalam bentuk hujan, salju, dsb. Sebagian besar

presipitasi meresap ke dalam tanah membentuk cadangan airtanah, yang dikenal

sebagai proses infiltrasi. Proses ini ialah meresapnya air ke dalam tanah menuju water

table. Selanjutnya, kapasitas infiltrasi adalah laju maksimum yang terjadi pada suatu

kondisi tertentu. Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)

masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke

tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam

tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan

air ke arah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut

mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal

sebagai proses perkolasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi

Page 2: acara7 tan3

kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah. Apabila intensitas hujan lebih

kecil daripada kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah hujan.

Air hujan yang mengalir masuk ke dalam tanah, dalam batas tertentu, bersifat

mengendalikan ketersediaan air untuk berlangsungnya proses evapotranspirasi.

Pasokan air hujan ke dalam tanah ini sangat berarti bagi kebanyakan tanaman di

tempat berlangsungnya infiltrasi dan daerah sekelilingnya. Air infiltrasi yang tidak

kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah

untuk seterusnya mengalir ke sungai di sekitarnya. Meningkatkan kecepatan dan luas

wilayah infiltrasi dapat memperbesar debit aliran selama musim kemarau (baseflow)

yang sangat penting untuk memasok kebutuhan air pada musim kemarau, untuk

pengenceran kadar pencemaran air sungai, dsb. Ketika air hujan jatuh di atas

permukaa tanah, tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah, sebagian atau

seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui pori-pori

permukaan tanah. Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi

oleh besarnya diameter pori-pori tanah. Air juga menglami penyebaran ke arah lateral

akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah tanah dengan pori-pori yang lebih

semlit dan tanah lebih kering.

Ada tiga proses mekanisme infiltrasi yang tidak saling mempengaruhi, yaitu:

Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah.

Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.

Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping, dan atas).

Meskipun tidak salaing mempengaruhi secara langsung ketiga proses tersebut di atas

saling terkait. Proses infiltrasi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain tekstur dan

struktur tanah, persediaan air awal (kelembaban awal), kegiatan biologi dan unsur

organik, jenis dan kedalaman seresah, dan tumbuhan bawah atau tajuk penutup tanah

lainnya. Secara teoritis, bila kapasitas infiltrasi tanah diketahui, volume air larian dari

suatu curah hujan dapat dihitung dengan cara mengurangi besarnya curah hujan

dengan air infiltrasi ditambah genangan air oleh cekungan permukaan tanah (surface

detention) dan air intersepsi. Laju infiltrasi ditentukan oleh:

Page 3: acara7 tan3

Jumlah air yang tersedia di permukaan tanah.

Sifat permukaan tanah.

Kemampuan tanah untuk mengosongkan air di atas permukaan tanah.

Dari ketiga unsur tersebut ketersediaan air (kelembaban tanah) adalah tang terpenting

karena ia akan menentukan besarnya tekanan potensial pada permukaan tanah.

Pada acara ini, model infiltrasi yang akan dipergunakan adalah metode

Horton, yang mempunyai formula sebagai berikut:

Dimana:

f = laju infiltrasi (cm/menit)

f0 = laju infiltrasi awal (cm/menit)

fc = laju infiltrasi konstan (cm/menit)

k = konstanta

t = waktu (menit)

e = bilangan natural = 2,78

Cara kerja:

1. fc atau laju konstan dapat diestimilasi dari pengukuran/ penggambaran dimana

data infiltrasi sudah konstan.

2. Mencari harga konstanta (k) dengan menggunakan rumus:

Contoh dari soal:

k1 – 2 = 1 ln (f1-fc) (t2-t1) (f2-fc)

f = fc + (f0 – fc) . e-kt

k1,(n+1) = 1 ln (f1-fc) (t(n+1)-t1) (f(n+1)-fc)

Page 4: acara7 tan3

k1 – 3 = 1 ln (f1-fc) (t3-t1) (f3-fc)

dimana:

t1 = waktu pengukuran f yang pertama (5 menit)

t2 = waktu pengukuran f yang kedua (10 menit)

f1 = laju infiltrasi pada t1

f2 = laju infiltrasi pada t2

3. Menghitung nilai f0

Sehingga:

f01 = fc + (f1-fc) e-k1t1

f02 = fc + (f2-fc) e-k2t2

4. Selanjutnya, setelah semua nilai f0 dan k dihitung, maka menentukan nilai f

duga (ft) dengan persamaan Horton pada masing-masing waktu interval.

5. mencari model terbaik dengan formula (f ukur – f duga)2 pada jumlah nilai

yang terkecil setelah semua nilai pada interval tersebut ditemukan.

6. Menggunakan nilai f0 dan k pada menit terkecil untuk mendapatkan hasil

model Horton terbaik.

7. membandingkan nilai f ukur dan f duga, kemudian membuat grafik pada

masing-masing interval waktu yang telah ditentukan.

IV. CARA KERJA

f0n = fc + (fn-fc) e-kntn

f t = fc + (f0 – fc) . e-kt

Page 5: acara7 tan3

1. Menyiapkan alat –alat yaitu Ring Infiltrometer, Palu dari kayu,

Meteran, Ember dan gelas ukur dari plastik 1 L, sebelum memulai praktikum.

2. Memilih lokasi pelaksanaan praktikum, dengan lokasi yang dipilih

adalah tanah yang bervegetasi, tanah yang berumput dan tanah yang tak

bervegetasi.

3. Menanamkan Ring Infiltrometer pada tanah bervegetasi dengan cara

memukul ring infiltrometer dengan menggunakan palu dari kayu sampai ring

infiltrometer tertaman dalam tanah.

4. Mengisi air ke dalam ring infitrometer dengan ketinggian yang sama

antara ring besar dengan ring kecil.

5. Mengukur penurunan air pada ring yang kecil setiap 5 menit dan

menjaga ring besar agar volumenya tetap konstan dengan selalu mengisinya

jika terjadi penurunan.

6. Melakukan hal yang sama sampai diperoleh penurunan yang konstan

pada ring kecilnya.

7. Menghitung laju infiltrasi

Page 6: acara7 tan3

V. PERHITUNGAN

1. Tanah Bervegetasi

Tabel pengukuran f di lapangan

No t Penurunan Air (f) f ukur  (menit) (cm) (cm/menit)1 5 4,5 0,92 10 3,7 0,743 15 2,9 0,584 20 2,8 0,565 25 2,1 0,426 30 2,7 0,547 35 1,8 0,368 40 1,5 0,39 45 1,8 0,3610 50 1,8 0,3611 55 1,8 0,36

a. Mencari Harga K

Rumus yang di gunakan adalah:

n = 1

K1 (1+1) = 1 ln (f1-fc) (t2-t1) (f2-fc)

K 12 = 1 ln ( 0.9-0.36 ) (10-5) (0.74-0.36)

= 1 ln 0.545 0.38

= 1 ln 1.425

= 0.07

k1,(n+1) = 1 ln (f1-fc) (t(n+1)-t1) (f(n+1)-fc)

Page 7: acara7 tan3

b. Menghitung nilai fo

f0n = fc + (fn-fc) e-kntn

n = 1

f01 = fc + (f1-fc) e-k1t1

= 0.36 + ( 0.9-0.36 ) 2.78-0.0703.5

= 1.091cm/menit

c. Mencari nilai f duga (ft), contoh yang diambil pada t (5

dan 10 menit)

f t = fc + (f0n – fc) . e-kt

t = 5 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .5

= 0.36 + 0.731 x 0.698 = 0.87 cm/menit

t = 10 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .10

= 0.36 + 0.731 x 0.487 = 0.716 cm/menit

t = 15 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .15

= 0.607 cm/menit

t = 20 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .20

Page 8: acara7 tan3

= 0.533cm/menit

t = 25 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .25

= 0.48 cm/menit

t = 30 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .30

= 0.4446 cm/menit

t = 35 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .35

= 0.4191 cm/menit

t = 40 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .40

= 0.401cm/menit

= 0.401cm/menit

t = 45 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .45

= 0.389cm/menit

t = 50 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .50

= 0.38cm/menit

Page 9: acara7 tan3

t = 55 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.36+ (1.091 – 0.36) . 2.78-0.0703 .55

= 0.374cm/menit

d. Menghitung f dengan Metode Horton

Diketahui : k = 0,044

t = 25 menit

f 0 = 0,5446 cm/menit

fc = 0,36 cm/menit

f = fc + (f0 – fc) . e –kt

= 0,36 + (0,5446 – 0,36) . 2,78 -0.044x25

= 0,36 + 0.1846 x 2,78 -1.1

= 0,36 + (0.1846 x 0,32)

= 0,419 cm/menit

Page 10: acara7 tan3

Not

(menit) ff

(ukur) Kf₀

(cm/menit)f duga (ft) cm/menit

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 551 5 4,5 0,9 0,0703 1,091 O,87 0,716 0,607 0,533 0,48 0,4446 0,4191 0,401 0,389 0,38 0,3742 10 3,7 0,74 0,6898 1,3124 0,962 0,74 0,6 0,512 0,456 0,4206 0,398 0,38 0,3753 0,3697 0,3663 15 2,9 0,58 0,066 0,965 0,805 0,6681 0,58 0,517 0,472 0,4399 0,417 0,401 0,389 0,381 0,3754 20 2,8 0,56 0,035 0,775 0,809 0,957 0,604 0,604 0,531 0,503 0,479 0,4598 0,44 0,4298 0,4185 25 2,1 0,42 0,044 0,5446 0,507 0.4777 0,435 0,435 0,419 0,4079 0,398 0,391 0,38 0,3795 0,3766 30 2,7 0,54 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞7 35 1,8 0,36 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞8 40 1,5 0,3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞9 45 1,8 0,36 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞10 50 1,8 0,36 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞11 55 1,8 0,36 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

TABEL TANAH BERVEGETASI

Page 11: acara7 tan3

2. Tanah Non Vegetasi

Tabel pengukuran f di lapangan

No. Waktu (menit) f (cm) f ukur (cm/menit)

1 5 6.5 1.3

2 10 5 1

3 15 4.5 0.9

4 20 3 0.6

5 25 4 0.8

6 30 3 0.6

7 35 3 0.6

8 40 3 0.6

a. Mencari Harga K

Rumus yang di gunakan adalah:

n = 1

K1 (1+1) = 1 ln (f1-fc) (t2-t1) (f2-fc)

K 12 = 1 ln ( 3.7-3.1 ) (10-5) (3.4-3.1)

= 1 ln 0.6 5 0.3

= 1 ln 2 5

= 0.139

k1,(n+1) = 1 ln (f1-fc) (t(n+1)-t1) (f(n+1)-fc)

Page 12: acara7 tan3

b. Menghitung nilai fo

f0n = fc + (fn-fc) e-kntn

n = 1

f01 = fc + (f1-fc) e-k1t1

= 3.1 + ( 3.7-3.1 ) 2.78-0.139.5

= 3.1 + 1.22

= 4.321 cm/menit

c. Mencari nilai f duga (ft), contoh yang diambil pada t (5

dan 10 menit)

f t = fc + (f0n – fc) . e-kt

t = 5 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 .5

= 3.1+ 1.221 x 0.49 = 3.69 cm/menit

t = 10 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 .10

= 3.1+ 1.221 x 0.24 = 3.393cm/menit

t = 15 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 .15

= 3.1+ 1.221 x 0.1186 = 3.2448 cm/menit

t = 20 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 .20

= 3.171cm/menit

t = 25 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 2.5

Page 13: acara7 tan3

= 3.13496cm/menit

t = 30 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 3.1 + (4.321 – 3.1) . 2.78-0.139 .30

= 3.1172cm/menit

d. Menghitung f dengan Metode Horton

Diketahui : k = 0,1099

t = 10 menit

f 0 = 4.01 cm/menit

fc = 3.1cm/menit

f = fc + (f0 – fc) . e –kt

= 3.1+ (4.01 – 3.1) . 2,78 -0.1099-10

= 3.1+ 0.91 x 2,78 -1.099

= 3.1+ (0.91 x0.325)

= 3.396 cm/menit

Page 14: acara7 tan3

TABEL TANAH Non VEGETASI

No t (menit) f f (ukur) K f₀ (cm/menit)f duga (ft) cm/menit

5 10 15 20 25 301 5 18.5 3.7 0.139 4.321 3.69 3.393 3.245 3.171 3.135 3.1172 10 17 3.4 0.1099 4.01 3.618 3.396 3.269 3.216 3.169 3.1443 15 16.5 3.3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞4 20 15.5 3.1 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞5 25 15.5 3.1 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞6 30 15.5 3.1 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Page 15: acara7 tan3

3. Tanah Berumput

Tabel Pengukuran f di Lapangan

No tPenurunan Air

(f) f ukur  (menit) (cm) (cm/menit)1 5 1,7 0,342 10 1,2 0,243 15 0,7 0,144 20 0,7 0,145 25 0,7 0,14

a. Mencari Harga K

Rumus yang di gunakan adalah:

n = 1

K1 (1+1) = 1 ln (f1-fc) (t2-t1) (f2-fc)

K 12 = 1 ln ( 0.34-0.14 ) (10-5) (0.24-0.14)

= 1 ln 0.2 5 0.1

= 1 ln 2 5

= 0.139

b. Menghitung nilai fo

f0n = fc + (fn-fc) e-kntn

n = 1

f01 = fc + (f1-fc) e-k1t1

= 0.14 + ( 0.34 ) 2.78-0.139..5

= 0.14+0.408

= 0.548 cm/menit

k1,(n+1) = 1 ln (f1-fc) (t(n+1)-t1) (f(n+1)-fc)

Page 16: acara7 tan3

c. Mencari nilai f duga (ft), contoh yang diambil pada t (5

dan 10 menit)

f t = fc + (f0n – fc) . e-kt

t = 5 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.14 + (0.548 – 0.14) . 2.78-0.139 .5

= 0.336 cm/menit

t = 10 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.14 + (0.548 – 0.14) . 2.78-0.139 .10

= 0.239 cm/menit

t = 15 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1= 0.14 + (0.548 – 0.14) . 2.78-0.139 .15

= 0.1884 cm/menit

t = 20 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.14 + (0.548 – 0.14) . 2.78-0.139 .20

= 0.164 cm/menit

t = 25 menit

f t1 = fc + (f01 – fc) . e-kt

ft1 = 0.14 + (0.548 – 0.14) . 2.78-0.139 .25

= 0.1517 cm/menit

Page 17: acara7 tan3

d. Menghitung f dengan Metode Horton

Diketahui : k = 0,139

t = 5 menit

f 0 = 0.548 cm/menit

fc = 0.14 cm/menit

f = fc + (f0 – fc) . e –kt

= 0.14+ (0.548 – 0.14) . 2,78 -0,139x5

= 0.14+ 0.408 x 2,78 -0.695

= 0.14+ (0.408x 0.49)

= 0.336 cm/menit

Tabel Hasil Perhitungan Infiltrasi Tanah Tak Bervegetasi

Not

(menit)f

f (ukur)

K f₀ (cm/menit)

f duga (ft) cm/menit5 10 15 20 25

1 5 1.7 0.34 0.139 0.548 0.336 0.239 0.1884 0.164 0.15172 10 1.2 0.24 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞3 15 0.7 0.14 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞4 20 0.7 0.14 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞5 25 0.7 0.14 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Page 18: acara7 tan3

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini praktikan meneliti tentang besarnya infiltrasi dengan daerah

penelitiannya adalah kampus UPN “veteran” Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 8 Mei

2010 dengan meneliti tiga kondisi tanah yang berbeda, yaitu tanah bervegetasi, non vegetasi

dan berumput. Pada setiap kondisi tanah ini memiliki perbedaan dalam proses infiltrasi. Alat

yang digunakan dalam praktikum ini adalah infiltrometer atau ring infiltrometer.

Pada ring infiltrometer terdiri dari dua ring yang masing-masing ring memiliki diameter

berbeda, ring ini kemudian diisi air sampai penuh dan amati ring yang didalam atau ring

dengan diameter yang lebih kecil berapa banyak penurunan air yang terjadi, dan tetap

menjaga ring luar agar air tetap terisi penuh atau konstan, hal ini dimaksudkan agar menjaga

tanah dibagian luar agar tetap jenuh seperti pada keadaan aslinya. Pengamatan penurunan air

dilakukan tiap 5 menit sekali dan diukur sampai penurunan menjadi konstan.

Laju infiltrasi pada setiap kondisi tanah memiliki perbedaan masing-masing, pada tanah

kondisi non vegetasi penurunan air yang terjadi sangat cepat karena dilakukan pada tanah

pasir yang memiliki porositas yang tinggi. Hal ini berbeda dengan tanah dalam kondisi

berumput yang laju infiltrasinya cenderung lambat karena terdapat akar-akar rumput yang

mengikat tanah sehingga membuat air masuk ke dalam tanah menjadi agak lambat.

Pada praktikum kali ini didapatkan hasil perhitungan tiap kondisi tanah. Kondisi tanah

bervegetasi pada saat t = 5 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,9 cm/menit, t = 10 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 0,74 cm/menit, t = 15 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,58

cm/menit, t = 20 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,56 cm/menit, t = 25 laju infiltrasinya (fukur)

sebesar 0,42 cm/menit, t = 30 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,54 cm/menit, t = 35 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit, t = 40 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,30

cm/menit, t = 45 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit, t = 50 laju infiltrasinya (fukur)

sebesar 0,36 cm/menit, t = 55 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit. fc (laju infiltrasi

konstan) adalah 0,36 cm/menit. Kondisi tanah non vegetasi pada saat t = 5 laju infiltrasinya

(fukur) sebesar 3,7 cm/menit, t = 10 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,4 cm/menit, t = 15 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 3,3 cm/menit, t = 20 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,1 cm/menit, t

= 25 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,1 cm/menit, t = 30 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,1

cm/menit. fc (laju infiltrasi konstan) adalah 3,1 cm/menit. Kondisi tanah berumput pada saat t

= 5 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,34 cm/menit, t = 10 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,24

cm/menit, t = 15 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,14 cm/menit, t = 20 laju infiltrasinya (fukur)

Page 19: acara7 tan3

sebesar 0,14 cm/menit, t = 25 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,14 cm/menit. fc (laju infiltrasi

konstan) adalah 0,14 cm/menit.

Page 20: acara7 tan3

VII. KESIMPULAN

1. Infiltrasi merupakan proses masuknya air permukaan dan atau air hujan ke dalam

tanah. Gerakan secara vertikal air dari permukaan ke bawah permukaan. Dalam

proses infiltrasi ini selalu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti gaya gravitasi,

porositas tanah/batuan, permeabilitas tanah/batuan dan vegetasi.

2. Pengukuran infiltrasi mengunakan alat ring infiltrometer

3. Laju infiltrasi tertinggi pada tanah non vegetasi karena tanah pada pada kondisi ini

memiliki porositas yang tinggi sehingga penyerapan terjadi secara cepat. Dan yang

paling lambat adalah pada tanah berumpu, karena terdapat banyak akar serabut yang

mempengaruhi proses infiltrasi.

4. Dari pengukuran di lapangan diperoleh hasil :

Kondisi tanah bervegetasi pada saat t = 5 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,9 cm/menit,

t = 10 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,74 cm/menit, t = 15 laju infiltrasinya (fukur)

sebesar 0,58 cm/menit, t = 20 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,56 cm/menit, t = 25

laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,42 cm/menit, t = 30 laju infiltrasinya (fukur) sebesar

0,54 cm/menit, t = 35 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit, t = 40 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 0,30 cm/menit, t = 45 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36

cm/menit, t = 50 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit, t = 55 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 0,36 cm/menit. fc (laju infiltrasi konstan) adalah 0,36

cm/menit. Kondisi tanah non vegetasi pada saat t = 5 laju infiltrasinya (fukur) sebesar

3,7 cm/menit, t = 10 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,4 cm/menit, t = 15 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 3,3 cm/menit, t = 20 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,1

cm/menit, t = 25 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 3,1 cm/menit, t = 30 laju infiltrasinya

(fukur) sebesar 3,1 cm/menit.

fc (laju infiltrasi konstan) adalah 3,1 cm/menit. Kondisi tanah berumput pada saat t =

5 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,34 cm/menit, t = 10 laju infiltrasinya (fukur) sebesar

0,24 cm/menit, t = 15 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,14 cm/menit, t = 20 laju

infiltrasinya (fukur) sebesar 0,14 cm/menit, t = 25 laju infiltrasinya (fukur) sebesar 0,14

cm/menit. fc (laju infiltrasi konstan) adalah 0,14 cm/menit.

Page 21: acara7 tan3

DAFTAR PUSTAKA

Petunjuk praktikum. Hidrologi Lingkungan. Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran”. Yogyakarta 2009

Sutarno. 1998. Klimatologi Dasar. UPN “veteran” Yogyakarta.

Page 22: acara7 tan3

L A P O R A N P R A K T I K U M

HIDROLOGI LINGKUNGAN

ACARA VII

INFILTRASI

Disusun oleh :

Nama : Theofilus W. Adven

NIM : 114080194

Hari/Plug /Jam : Kamis / E2/ 14.30 WIB

Asisten : 1. Budi Prasetya

2. Radiksa

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2010

Page 23: acara7 tan3

LAMPIRAN

Page 24: acara7 tan3

ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PENGAMBILAN DATALAJU INFILTRASI

a. Ring Infiltrometer

b. ember

c. gelas ukur