acara1

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.

description

dastan

Transcript of acara1

Page 1: acara1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin, dan sinar matahari.

Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media

yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman

seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan

konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat penting

untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi tanaman.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-

sifat fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-

sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik

pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik tanah

yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu

dalam suatu peta tanah.

Page 2: acara1

B. Tujuan

Menyiapkan contoh tanah kering angin/udara dengan diameter 2 mm dan

contoh tanah halus (diameter 0,5 mm), yang digunakan untuk acara penetapan kadar

air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra.

Page 3: acara1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang

berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa

padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu berubah

mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh

suhu udara, angin, dan sinar matahari. Untuk bidang pertanian, tanah merupakan

media tumbuh tanaman. Media yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu

menyediakan kebutuhan tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari

bahan-bahan beracun dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-

sifat fisik tanah sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh

yang ideal bagi tanaman.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-

sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik tanah di

laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik tanah di

lapangan.

Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang dilakukan di laboratorium

dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh tanah relatif lebih banyak.

Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di lapangan bersifat destruktif, karena

dapat merusak permukaan tanah, seperti terjadinya lubang bekas pengambilan contoh

Page 4: acara1

tanah, cenderung menyederhanakan kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah,

dan sebagainya (Suganda et al, 2012).

Sifat-sifat fisik tanah yang dapat ditetapkan di laboratorium mencakup berat

volume (BV), berat jenis partikel (PD = particle density), tekstur tanah, permeabilitas

tanah, stabilitas agregat tanah, distribusi ukuran pori tanah termasuk ruang pori total

(RPT), pori drainase, pori air tersedia, kadar air tanah, kadar air tanah optimum untuk

pengolahan, plastisitas tanah, pengembangan atau pengerutan tanah (COLE =

coefficient of linier extensibility), dan ketahanan geser tanah (Suganda et al, 2012).

Kelemahan penetapan sifat-sifat fisik tanah di laboratorium, antara lain dapat

terjadi penyimpangan data akibat pengambilan contoh tanah yang tidak tepat, metode,

waktu pengambilan maupun jarak tempuh pengiriman contoh tanah ke laboratorium

yang terlalu lama/jauh, sehingga menyebabkan kerusakan contoh tanah. Pengambilan

contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui

sifat-sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun

percobaan atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan

berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan

tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan contoh tanah

komposit tidak terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan dapat

memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan

tertentu yang relatif homogeny (Fathoni et al, 2012).

Page 5: acara1

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Mortir dan penumbuknya

b. Saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm)

c. Tambir untuk peranginan

d. Kantong plastik

e. Spidol untuk menulis tabel

f. Alat tulis

2. Bahan

Contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah

dikeringkan selama kurang lebih satu minggu.

B. Cara Kerja

1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-

hati, kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang

berdiameter 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung

diatas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm,

Page 6: acara1

sedangkan yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus (< 0,5

mm).

2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan dalam kantong plastik dan

diberi label seperlunya.

Page 7: acara1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanah adalah lapisan atas bumi yang merupakan campuran dari pelapukan

batuan dan jasad makhluk hidup yang telah mati dan membusuk, akibat pengaruh

cuaca, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya terurai (terlepas),

dan kemudian membentuk tanah yang subur. Ada dua belas ordo tanah menurut

sistem USDA atau Soil Taxonomy pada tahun 1999, yaitu Entisol, Inceptisol, Alfisol,

Ultisol, Oxisol, Vertisol, Mollisol, Spodosol, Histosol, Andosol, Aridisol, dan

Gleisol. Tanah Andisol mempunyai unsur hara yang cukup tinggi, sehingga tanah

jenis ini baik untuk ditanami. Kebanyakan tanah Andisol memiliki pH antara 5 - 7,

dan memiliki kandungan C-organik berkisar antara 2-5%. Tanah Inceptisol (inceptum

atau permulaan) dapat disebut tanah muda karena pembetukannya agak cepat sebagai

hasil pelapukan bahan induk, kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9 % tapi

biasanya sekitar 5% . Tanah Vertisol, termasuk tanah yang unik diantara tanah

mineral yang berkembang dari batuan kapur. Kandungan liat yang tinggi

menyebabkan tanah ini mampu mengembang dan mengkerut. Kandungan bahan

organik pada tanah Vertisol umumnya antara 1,5 - 4 % dengan pH berkisar 6,0 - 8,2,

dan N-total 0,24 %. Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi

hampir 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas

tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai

Page 8: acara1

peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia.

Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali

terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat

pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara

makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat

masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol

yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Tanah ordo entisol merupakan

golongan tanah yang belum mengalami diferensiasi profil membentuk horizon yang

nyata. Sifat Entisol dipengaruhi langsung oleh sumber bahan induknya sehingga

kesuburannya ditentukan sifat bahan induk asalnya. Selanjutnya Entisol mempunyai

tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang

hingga kasar, kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi, struktur yang

bervariasi, drainase dari jelek sampai baik, pH tanah berkisar dari asam netral sampai

alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung

pada bahan induknya. Sifat fisika tanah ordo Entisol antara lain adalah distribusi

ukuran partikel mempunyai hubungan positif dengan kecepatan air yang mengalir di

atas suatu hamparan dan juga berpengaruh terhadap retensi dan transmisi air.

Semakin kecil ukuran partikel yang bervariasi dari halus sampai kasar. (Adinugraha,

2013).

Proses pembentukan tanah andisol adalah proses pelapukan dan transformasi

(perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-

Page 9: acara1

bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dan

terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa

Andisol. Pelapukan mineral aliminium silikat primer telah berlanjut hanya sampai

pada pembentukan mineral “short range order” seperti alophan, imogolit, dan

ferihidrit. Tingkat pelapukan seperti ini sering dikatakan sebagai tingkat peralihan

antara tanah vulkanik yang belum dilapuk dengan tanah vulkanik yang lebih

melapuk. Walaupun demikian pada keadaan lingkungan tertentu mineral-mineral

“short range order” cukup stabil sehingga tidak atau lambat sekali berubah menjadi

mineral. Tanah ini cocok untuk tanaman kopi, sayuran, kina, padi, pawija, dsb.

Tanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung

mineral smektite dalam jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan hingga berombak.

Bahan induknya terbatas pada tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan

yang sudah mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan aluvial

dan abu vulkanik. Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses utama,

pertama adalah proses terakumulasinya mineral 2:1 (smektite) dan kedua adalah

proses mengembang dan mengerut yang terjadi secara periodik hingga

membentuk slickenside atau relief mikro. Dalam perkembangannya mineral 2:1 yang

sangat dominan dan memegang peran penting pada tanah ini. Komposisi liat dari

vertisol selalu didominasi oleh mineral 2:1, biasanya monmorilonit dan dalam jumlah

sedikit sering dijumpai mineral liat lainnya seperti illith dan kalolinit. Tanah ini

sangat dipengaruhi oleh proses argillipedoturbation yaitu proses pencampuran tanah

Page 10: acara1

lapisan atas dan bawah yang diakaibatkan oleh kondisi basah dan kering yang disertai

pembentukan rekahan-rekahan secara periodic. Proses-proses tersebut menciptakan

struktur tanah dan pola rekahan yang sangat spesifik. Ketika basah tanah menjadi

sangat lekat dan plastis serta kedap air, tetapi ketika kering tanag sangat keras dan

masif atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. Faktor pembentuk

tanah yang dominan untuk vertisol adalah iklim yang relatif agak kering sampai

kering, dengan bulan-bulan kering yang jelas dan atau bahan induk tanah yang relatif

kaya basa, seperti bahan volkan intermedier, batu gamping, napal, batu liat berkapur

atau bahan alluvial. Selain itu topografi berupa dataran antar perbukitan yang

tertutup, dalam arti, tidak terdapat aliran outlet keluar wilayah, dan basa-basa dari

lingkungan sekitar yang lebih tinggi berakumulasi di dataran, menyebabkan

terbentuknya tanah vertisols, landform-nya, dimaksudkan sebagai dataran volkan atau

dataran antar perbukitan. Tanaman yang cocok pada tanah ini yaitu padi, karena

bersifat kedap saat jenuh.

Proses pembentukan tanah ultisol dibagi dalam beberapa tahap, yaitu:

1. Pencucuian yang ekstensif terhadap basa-basa merupakan prasyarat.

Pencucian berjalan sangat lanjut sehingga tanah bereaksi masam, dan kejenuhan basa

rendah sampai di lapisan bawah tanah (1,8 m dari permukaan).

2. Karena suhu yang cukup panas (lebih dari 8˚C) dan pencucian yang kuat

dalam waktu yang cukup lama, akibatnya adalah terjadi pelapukan yang kuat

Page 11: acara1

terhadap mineral mudah lapuk, dan terjadi pembentukan mineral liat sekunder dan

oksida-oksida. Mineral liat yang terbentuk biasanya didominasi oleh kaolinit, dan

gibsit.

3. Lessivage (pencucian liat), menghasilkan horison albik dilapisan atas

(eluviasi), dan horison argilik dilapisan bawah (iluviasi). Sebagian liat di horison

argilik merupakan hasil pembentukan setempat (in situ) dari bahan induk.Di daerah

tropika horison E mempunyai tekstur lebih halus mengandung bahan organik dan besi

lebih tinggi daripada di daerah iklim sedang. Bersamaan dengan proses lessivage

tersebut terjadi pula proses podsolisasi dimana sekuioksida (terutama besi)

dipindahkan dari horison albik ke horison argilik.

4. Biocycling

Meskipun terjadi pencucian intensif tetapi jumlah basa-basa di permukaan

tanah cukup tinggi dan menurun dengan kedalaman. Hal ini disebabkan karena proses

Biocycling basa-basa tersebut oleh vegetasi yang ada di situ.

5. Pembentukan plinthite dan fragipan.

Plinthite dan fragipan bukan sifat yang menentukan tetapi sering ditemukan pada

Ultisol. Biasanya ditemukan pada subsoil di daerah tua. Pada pembentukan plinthite

terlihat sebagai karatan berwarna merah terang. Karatan ini terbentuk karena proses

reduksi dan oksidasi berganti-ganti. Kalau muncul di permukaan menjadi keras

Page 12: acara1

irreversibie dan disebut laterit. Karatan merah yang tidak mengeras kalau kering

berlebihan bukanlah plithit. Sedangkan pada fragipan terjadi pada ultisol yang

berdrainase buruk, seperti halnya plinthite, fragipan menghambat gerakan air dalam

tanah. Proses pembentukan fragipan masih belum jelas.

6. Perubahan horison umbrik menjadi mollik

Ultisol dengan epipedon umbrik (Umbraquult) dapat berubah menjadi epidedon

mollik akibat pengapuran. Walaupun demikian klasifikasi tanah tidak berubah selama

lapisan-lapisan yang lebih dalam mempunyai kejenuhan basa rendah. Control Sectiori

untuk kejenuhan basa ditetapkan pada kedalaman 1,25 m dari permukaan horison

argilik atau 1,80 m dari permukaan tanah (kejenuhan basa kurang dari 35%). Hal ini

disebabkan untuk menunjukan adanya pencucian yang intensif dan agar klasifikasi

tanah tidak berubah akibat pengelolaan tanah.

Salah satu tanaman yang cocok ditanam pada tanah ini yaitu jagung.

Padi, palawija, dan bero adalah tanaman yang cocok ditanam pada tanah entisol.

Proses pembentukannya juga terjadi dalam beberapa tahap, yaitu:

Tahap I

Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan

berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan

menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini

Page 13: acara1

lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahan-perubahan kodisi fisik seperti

pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), kontraksi

(biasanmya akibat pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk es), dan lain

sebagainya, menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan

fisik ini membentuk rekahan-rekahan pada permukaan batuan (Cracking) yang lama

kelamaan menyebabkan permukaan batuan  terpecah-pecah membentuk material

lepas yang lebih kecil dan lebih halus.

Kamudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan

atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan  kimiawi

(Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain

sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan

komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan

lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral-mineral lempung.

Tahap II 

Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang

lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada

batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan

proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam.

Selain itu, pada tahap ini di lapisan permukaan mulai terdapat (Organic Matter) calon

makhluk hidup.

Page 14: acara1

Tahap III

 Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan

perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisan-lapisan batuan yang

ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi

celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.

Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa  tumbuhan yang mati akan

membusuk  membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus

memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya

faktor kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya

proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman.

Akar tanaman menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta

traspirasi (sirkulasi air). Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa

asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau

lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya

keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada

bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah

yang lebih tebal. Dengan  semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi

ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian (leaching) terdadap

lapisan-lapisan yang dilaluinya. Ssehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya

horison-horoison tanah.

Page 15: acara1

      Tahap IV 

Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah

tumbuhan-tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar,

menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam.

Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini

lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti

proses yang dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat

terjadinya peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi.

Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang ter-

infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang

ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga

terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu

membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah ini mengandung komposisi unsur

serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Tanah inseptisol terbentuk dari tanah alluvial, banyak terdapat di lembah-

lembah atau jalur aliran sungai atau daerah pantai, dengan vegetasi daerah sungai dan

pantai, banyak dijumpai di kalimantan, papua, dan maluku, tanah ini usianya masih

muda dan tarmasuk tanah mineral. Tanah yang menyebar mulai di lingkungan iklim

semiarid (agak kering) sampai iklim lembap. Memiliki tingkat pelapukan dan

perkembangan tanah yang tergolong sedang Umumnya tanah ini bekembang dari

Page 16: acara1

formasi geologi tuff volkan, namun ada juga sebagian yang terbentuk dari batuan

sedimen seperti batu pasir (sandstone), batu lanau (siltstone), atau batu liat

(claystone).

Untuk menganalisis sifat kimia maupun kimia tanah, dilakukan pengambil

contoh tanah. Pengambilan contoh tanah ada tiga macam, yaitu:

1. Tanah utuh

Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu

dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi

di lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat

volume (berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2,

pF 2,54, dan pF 4,2 dan permeabilitas.

Gambar contoh tanah utuh

2. Tanah tidak utuh/terganggu

Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed soil

sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan cangkul,

sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh tanah

Page 17: acara1

terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah,

perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain.

Gambar contoh tanah tidak utuh

3. Tanah agregat utuh

Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang

kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis

indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada

kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang

terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam

mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus

hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara

dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh.

Page 18: acara1

Gambar contoh tanah agregat utuh

Prosedur pengambilan contoh tanah utuh antara lain:

1. Diatakan dan dibersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.

2. Digali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung/ring

tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.

3. Diletakan tabung/ring di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan

permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang diletakkan di

atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per empat bagian masuk ke

dalam tanah.

4. Diletakan tabung/ring lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk

ke dalam tanah.

5. Dipisahkan tabung/ring bagian atas dari tabung bagian bawah.

6. Digali tabung/ring menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus

lebih dalam dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.

Page 19: acara1

7. Diiris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar

permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian ditutup tabung

menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan potong

kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tabung ditutup.

8. Dicantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi

informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.

Prosedur dalam pengambilan contoh tanah tidak utuh karena ondisi contoh

tanah terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena sudah terganggu

sejak dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas menggunakan

kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi

tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di

dalam atau di luar kantong plastik. Jika label dimasukkan ke dalam kantong plastik

bersamaan dengan dimasukkannya contoh tanah, maka label dalam ini perlu

dibungkus dengan kantong plastik kecil, agar informasi yang telah tercatat tidak

hilang karena terganggu oleh kelembapan air tanah. Pengangkutan semua contoh

tanah hendaknya berpegang kepada prinsip dasar, bahwa contoh tanah tidak boleh

tercampur satu sama lain dan tidak mengalami perubahan apapun selama dalam

perjalanan.

Pengambilan contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah

dimasukkan ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong

plastik tebal. Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong

plastik harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara

Page 20: acara1

dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh. Untuk analisis IKA

dibutuhkan 2 kg contoh tanah.

Manfaat dari pengambilan contoh tanah adalah agar kita mengetahui cara

pengambilan contoh tanah dengan metode yang disesuaikan dengan sifat-sifat tanah

yang akan kita amati. Pengambilan sampel tanah digunakan untuk suatu metode

analisis tanah. Analisis tanah dilakukan terhadap suatu sampel. Tanah yang diambil di

lapangan dengan metode tertentu sesuai tujuan yang diharapkan. Pengambilan contoh

tanah untuk penetapan sifat-sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-

sifat fisik tanah pada satu titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan

atau penetapan sifat fisik tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan

poligon atau jenis tanah tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan

stabilitas agregat tanah dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak

terganggu (undisturbed soil sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran

sifat-sifat fisik tanah suatu bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.

BAB V

Page 21: acara1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah.

2. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah utuh;

contoh tanah tidak utuh/terganggu; contoh tanah dengan agregat utuh.

3. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah

yang berdiameter 2 mm, seperti : Vertisol, Entisol dan Andisol.

4. Contoh tanah yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus, seperti :

Inceptisol dan Ultisol.

B. Saran

Pada praktikum acara ini sebaiknya praktikan dapat melakukan praktikum

dengan benar dan seksama sehingga dapat mengetahui cara pengambilan contoh

tanah yang sesuai dengan pengaplikasian di lapangan.

Page 22: acara1

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H. A. 2013. Tanah Vertisol:Sebaran, Problematika Dan

Pengelolaannya. Penerbit Kencana: Jakarta.

Agusman., Maas Azwar. 2006. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 6(1).

Brown, G. H., and N. I. Fisher. 1972. Subsampling a mixture of sampled materials.

Technometric 14: 663-668..

Cline, M. D. 1944. Principles of soil sampling. Soil.Sci. 58: 275-288.

Das, A. C. 1950. Two-dimensional systematic sampling and associated stratified and

random sampling. Sankhya 10: 95-108.

Domburg, P., J. J. de Gruijter, and P. van Beek. 1994. A structured approach to

designing soil survey schemes with prediction of sampling error from

variograms. Geoderma 62: 151-164.

Duncan, A. J. 1962. Bulk sampling. Problems and lines of attack. Technometrics 4:

319-343.

Fathoni, Aburizal., Asih Ria. 2012. Studi Perubahan Karakter Fisik, Mekanik, dan

Dinamik Terhadap Siklus Pembasahan Tanah Lereng. 1(1): 2-3.

Page 23: acara1

Anas, I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Bioteknologi

IPB, Bogor.

Husein Suganda., Achmad Rachman., Sutono. 2007. Petunjuk Pengambilan Contoh

Tanah. 3(19): 8-12.

Junaidi., Muyassir., Syafruddin. 2013. Penggunaan Bakteri Pseudomonas

fluorescens dan Pupuk Kandang dalam Bioremediasi Tanah Inceptisol yang

Tercemar Hidrokarbon. 1(1): 1.

Sridevi, Ratih., Dana., Mega I Made. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah

pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol, Inceptisol, dan

Vertisol. 4(2): 215.