ACARA V.docx
Transcript of ACARA V.docx
ACARA V
SPEKTROFOTOMETRI
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum Kimia Analitik acara V Spektrofotometri yaitu:
1. Untuk menentukan panjang gelombang maksimum.
2. Untuk membuat kurva standar dengan panjang gelombang maksimum.
3. Untuk menentukan konsentrasi larutan cuplikan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk analisa spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Sesuai dengan namanya, spektrofotometer adalah alat yang
terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer mengukur intensitas sinar.
Suatu spektrometer tersusun dari sumber spektrum yang kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk sampel serta blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dengan blanko tersebut
(Huda, 2001).
Pada spektrofotometer, awalnya pendeteksi cahaya menerima tegangan
dari berkas cahaya ungu ketika tidak ada molekul penyerap di antara sumber
cahaya dan pendeteksi cahaya . Kemudian larutan diletakkan di antara sumber
cahaya dan pendeteksi cahaya . Cahaya yang melalui molekul penyerap akan
diterima oleh pendeteksi cahaya . Perbedaan tegangan antara sebelum dan
sesudah diletakkan larutan kurkumin inilah yang merupakan nilai absorban (y).
Dengan diperoleh nilai y dari pengukuran ini dan nilai variabel a dan b telah
diketahui, maka akan diperoleh besar kadar suatu zat pada larutan (x) sesuai
persamaan kurva baku y=bx+a. Alat ini hanya disediakan satu tempat kuvet,
sehingga hanya bisa digunakan untuk mengukur satu sampel dalam satu kali
pengukuran. Alat akan dikalibrasi dengan spektrofotometer sehingga hasil yang
diperoleh dari pengukuran alat ukur kadar suatu zat sama dengan hasil yang
diukur spektrofotometer (Harini dkk, 2012).
Metode spektrofotometer adalah metode yang paling tepat untuk
menetapkan konsentrasi zat-zat dalam larutan. Bagian-bagian penting
spektofotometer adalah suatu sumber cahaya, sebuah monokromator yakni
suatu peranti untuk mengecilkan cahaya monokromatik atau lebih tepat pita-
pita sempit energi cahaya dari sumbernya, sel atau kuvet kaca atau silika untuk
pelarut dan larutan dan sebuah peranti untuk menerima atau mengukur berkas
atau berkas-berkas energi cahaya yang melewati pelarut atau larutan. Untuk
membandingkan warna-warna dalam tabung Nessler, alat paling sederhana
terdiri dari suatu rak tabung reaksi. Rak itu terbuat dari kayu, yang dicat hitam
tak mengkilat dan dilengkapi dengan cermin atau reflektor kaca susu yang
dimiringkan, yang diatur sedemikian sehingga memantulkan cahaya ketas lewat
tabung. Larutan dan standar-standar diperbandingkan dengan menaruh mereka
bersebelahan dan mengamatinya vertikal dari atas menembus mereka
(Basset dkk, 1994).
Spektrometer massa adalah alat yang yang mengubah molekul menjadi
ion-ion, kemudian memisah-misahnya menurut rasio massa terhadap muatan
(mass-to-charge ratio), dan menentukan jumlah relatif setiap ion yang ada.
Sejumlah kecil senyawa anu yang spektrumnya akan ditentukan, dimasukkan
dalam celah hampa (high vacuum), untuk diuapkan dan ditembaki dengan
elektron berenergi tinggi. Jika elektron yang ditembakkan mempunyai energi
cukup tinggi maka yang dihasilkan tidak hanya ion-ion induk tetapi juga
bagian-bagian ion (fragment ions) yang dinamakan juga ion anak-anak
(daughter ions). Spektrum massa terdiri dari satu deret sinyal dengan
bermacam-macam intensitas pada rasio yang berbeda-beda. Dlam prakteknya,
hampir semua ion bermuatan tunggal (e=1), sehingga massa-massanya mudah
ditentukan (m) (Hart, 1983).
2. Tinjauan Teori
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui
data kualitatif dan kuantitatif baik yang menggunakan suatu peralatan optik
(instrumen) ataupun dengan cara basah. Alat instrumen biasanya dipergunakan
untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part
per million) atau ppb (part per billion). Salah satu metode sederhana untuk
menentukan zat organik dan anorga-nik secara kualitatif dan kuantitatif dalam
contoh air laut, yaitu dengan metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar
Tampak. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi
oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif. Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat
sebagai gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat
dengan terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium,
sedangkan sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto
listrik.
Tabel 5. 1 Daerah spektrum gelombang elektromagnetik (PECSOK et al 1976; SKOOG & WEST 1971)
Macam sinar Panjang gelombang
SinarX 10 - 100 pkm Ultra-violet jauh 10 - 200 nm Ultra-violet dekat 200- 400 nmSinar Tampak 400 - 750 nm Infra-merah dekat 0,75-2 umInfra-merah tengah 2,5 - 50 um Infra-merah jauh 50 - 1000 um Gelombang mikro 0,1 - 100 cm Gelombang radio 1 - 1000 m
Tabel 5. 2 Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah Cahaya Tampak (SKOOG & WEST 1971)
Warna Warna pelengkap Panjang gelombang
(nm)Ungu hijau kuning 400 - 435Biru kuning 435 - 480biru hijau oranye 480 - 490hijau biru merah 490 - 500Hijau merah lembayung 500 - 560hijau kuning ungu 560 - 580Kuning biru 580 - 595Oranye biru hijau 595 - 610Merah hijau biru 610 - 750
(Triyati, 1985)
Kimia analitik dibagi menjadi dua bidang analisis yaitu analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif berhubungan dengan
identifikasi zat–zat yang ada dalam suatu sampel sehingga kandungannya akan
mudah untuk dikenali. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa
banyak suatu zat terkandung di dalam suatu sampel. Intensitas cahaya warna
yang dihasilkan oleh setiap larutan berwarna setara dengan konsentrasinya.
Kelebihan pengukuran dengan metode pencitraan digital yaitu jumlah bahan
yang digunakan untuk penelitian menjadi lebih sedikit dan lebih hemat. Nilai
absorbansi hasil pengukuran dialurkan terhadap konsentrasi larutan standar
untuk membuat kurva kalibrasi. Absorbansi larutan sampel dialurkan terhadap
kurva kalibrasi tersebut dan ditentukan kadarnya (Rusmawan dkk, 2011).
Absorbsi adalah proses akumulasi adsorbat pada permukaan absorben
yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau interaksi kimia. Pada
adsorbsi kimia melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil penggunaan elektron
secara bersama-sama oleh absorben dan absorbat. Kecepatan absorbsi dari
larutan bergantung pada beberapa faktor diantaranya ukuran dan struktur
molekul absorbat, sifat dasar pelarut, dan sifat menyerap dari absorben
(Fitriah dkk, 2012).
Interaksi radiasi dengan suatu spesi dapat berupa penyerapan (absorbs),
pemendaran (luminesensi), pancaran (emisi) dan penghamburan (scattering),
tergantung pada sifat materi. Pada spektrofotometri UV-Vis, interaksi yang
diamati adalah adanya absorbsi pada panjang gelombang tertentu di daerah UV-
Vis oleh spesi kimia yang dianalisa. Lambert (1760) dan Beer (1852) telah
menunjukkan adanya hubungan berikut:
T = Pt/ P0 =10-abc
dengan:
T = transmittan
Pt = intensitas sinar yang diteruskan
P0 = intensitas awal
a = tetapan absorbtivitas
b = tebal sel
c = konsentrasi
Persamaan tersebut dapat diturunkan menjadi:
Log T = Log (Pt/ P0)
Log (I/ T) = Log (P0/ Pt)
dengan A = Absorbansi
Sehingga diperoleh persamaan:
A = a.b.c
Nilai absorbansi (A) berbanding lurus terhadap konsentrasi analit (c). Besaran a
adalah suatu konstanta, sehingga jika tebal sel (b) dibuat konstan maka nilai
absorbansi (A) hanya bergantung pada c. Jika nilai A dialurkan terhadap
beberapa nilai c maka sesuai persamaan di atas akan diperoleh kurva berbentuk
suatu garis lurus. Kurva ini disebut kurva kalibrasi dan dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi analit yang sama berdasarkan nilai absorban analit
tersebut pada panjang gelombang sinar yang sama (Huda, 2001).
Spektrofotometri pada dasarnya adalah teknik analisis jejak dan
merupakan salah satu alat yang paling kuat di analisis kimia. Metode ini
memiliki keuntungan sehubungan dengan sensitivitas, selektivitas, berbagai
determinasi, kesederhanaan, pH, stabilitas termal, akurasi, presisi, dan
kemudahan pengoperasian. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbansi yaitu
spektrum absorbsi, pengaruh pelarut, pengaruh keasaman, pengaruh waktu,
pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi logam (hukum Beer) yang terkenal
persamaan untuk analisis spektrofotometrik dalam larutan yang sangat encer
berasal dari hukum Beer, pengaruh konsentrasi logam dan lain-lain
(Ahmed dan Roy, 2009).
Penyerapan spektrofotometri dalam banyak cara menawarkan analisis
yang suplemen informasi dapat diperoleh dengan spektroskopi emisi dan
memungkinkan penyelidikan kelas baru seluruh bahan. Spektroskopi serapan
merupakan sarana sampel menyelidiki dengan energi yang diserap dalam
meningkatkan molekul untuk keadaan tereksitasi. Sementara fenomena
penyerapan energi diamati untuk atom dan ion, metode analisis ini adalah lebih
umum diterapkan pada penentuan molekul atau kelompok tertentu atom dalam
molekul. Karena terdiri dari beberapa atom, energi dari molekul adalah jumlah
energi translasi dari seluruh sistem, getaran energi, energi rotasi, dan energi
elektronik komponennya (Timma, 1952).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau
kisi difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah
kecil. Pembuatan kurva baku diperoleh persamaan regresi yaitu y=bx+a,
dengan y = absorban dan x = kadar zat. Nilai b dan a yang diperoleh pada
persamaan kurva baku digunakan untuk menghitung kadar suatu zat dalam
sampel (Harini dkk, 2012).
Sebuah persamaan linear dikembangkan berdasarkan atas hukum Beer.
Karena penggunaan alat optik memiliki pertimbangan yang panjang serta
akurasi yang lebih tinggi maka dapat dicapai dalam uji larutan standar dimana
kuvet ditempatkan di reguler spektrofotometer, dari pada pembaca lempeng.
Hal ini mutlak bahwa air diionisasi akan digunakan sebagai larutan blanko.
Kurva kalibrasi linier tidak dapat diperoleh jika standar larutan nol
(Ernst dan Zor, 2007)
Metode spektrofotometri umumnya membandingkan absorbansi yang
dihasilkan oleh suatu larutan yang diuji dengan absorbansi larutan baku.
Panjang gelombang maksimum ini ditunjukkan pada panjang gelombang yang
memiliki absorbansi maksimal. Karena pada sekitar λmaks tersebut akan
menghasilkan absorbansi terbesar yang menunjukkan serapannya tinggi
(Liyana dan Sugiarso, 2010).
Bila suatu zat disinari dengan radiasi elektromagnet, zat ini menyerap
panjang gelombang tertentu dari radiasi dan membiarkan panjang gelombang
yang lain lewat. Pola panjang gelombang yang diserap suatu zat disebut
spektrum absorbsi. Spektrum absorbsi untuk senyawaan molekul disebut
spektrum pita, bukan spektrum garis, karena biasanya spektrum itu terdiri dari
daerah-daerah resapan yang lebar. Tiap daerah, atau pita, dengan analisis yang
cermat ternyata terdiri dari banyak garis yang berjejalan, begitu rapat dalam
banyak kasus sehingga hanya sebuah spektrometer saja yang daya pisahnya
besar saja yang dapat memisah-misahkan mereka (Keenan, 1986).
Panjang gelombang mengacu ke jarak antara dua gunung (atau lembah/
yang berdampingan dari gelombang itu). Kebalikan panjang gelombang analitis
melibatkan larutan. Tingkat kejadian absorbsi juga akan bergantung pada jarak
yang diarungi radiasi melewati larutan itu. Hubungan antara serapan radiasi dan
panjang jalan melewati medium yang menyerap mula-mula dirumuskan oleh
Bouguer, meskipun kadang-kadang dikaitkan kepada Lambert. Jika suatu
berkas radiasi monokromatik (yakni radiasi dengan panjang gelombang
tunggal) diarahkan menembus medium itu, ternyata bahwa tiap lapisan
menyerap fraksi radiasi yang sama besar, atau tiap lapisan mengurangi daya
radiasi berkas itu dengan fraksi yang sama besar. Andaikan misalnya, bahwa
lapisan pertama menyerap separuh radiasi yang memasuki lapisan itu. Maka
lapisan kedua akan menyerap separuh dari radiasi yang memasuki lapisan itu,
dan daya radiasi yang keluar dari lapisan kedua ini akan menjadi seperempat
dari daya aslinya, dari lapisan ketiga, seperdelapan, dan seterusnya
(Day dan Underwood, 1992).
Metode spektrofotometri dapat digunakan untuk penetapan kadar
campuran dengan spektrum yang tumpang tindih tanpa pemisahan terlebih
dahulu. Karena perangkat lunaknya mudah digunakan untuk instrumentasi
analisis dan mikrokomputer, spektrofotometri banyak digunakan di berbagai
bidang analisis kimia terutama farmasi. Pengukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang didapat. Terdapat korelasi yang positif antara
kadar dan serapan. Artinya, dengan meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi
juga akan meningkat (Karinda dkk, 2013).
Dalam spektrofotometri, cara pembuatan kurva kalibrasi yang pertama
dengan mengeset spektro pada mode quantity dan menetapkan panjang
gelombang. Kemudian melakukan pengukuran serapan (absorbansi) untuk
masing-masing konsentrasi larutan baku dan mencatat setiap harga serapan
untuk tiap larutan. Yang terakhir membuat kurva standar antara konsentrasi
dengan absorbansi (A), serta mentukan persamaan garis dengan metode regresi
linier (Triastuti dkk, 2013).
C. Metodologi
1. Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Spektrofotometer
2) Kuvet
3) Tabung Reaksi
4) Rak Tabung Reaksi
5) Beaker Glass
6) Pipet
7) Labu Ukur 100 ml
8) Labu Ukur 10 ml
b. Bahan:
1) Larutan Kuning (minuman serbuk berwarna kuning)
2) Larutan cuplikan
3) Alkohol
4) Aquades
5) Tisu
2. Cara Kerja
a. Pembuatan Larutan Standar
Minuman serbuk berwarna kuning
Masing-masing ditambah aquades sampai batas tera
0,4 gr 0,8 gr 1,2 gr 1,6 gr 2,0 gr
Digojog
Larutan Standar
b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Larutan Standar 2%
Diukur absorbansinya dengan λ 460, 480, 500, 520, 540, 560, 580, dan 600 nm
Dicatat hasil absorbansinya
Dibuat kurva hubungan antara λ dan absorbansinya
Ditentukan absortivitas molar (ε)
c. Pembuatan Kurva Standar
Larutan standar 0,4%; 0,8%; 1,2%; 1,6%; dan 2,0%
Spektrofotometer diatur jarum penunjuk skala sesuai dengan λ yang diinginkan
Spektrofotometer dinyalakan dan didiamkan 30 menit
Larutan standar dimasukkan ke dalam kuvet
Dicatat absorbansinya
Dicek pada setiap pengamatan dengan menggunakan larutan blanko
Dibuat kurva standar
Diberi tanda pada setiap tabung reaksi
d. Penentuan Konsentrasi Larutan Cuplikan
3 ml larutan cuplikan
Dimasukkan kedalam kuvet (34
tinggi kuvet)
Dimasukkan kuvet kedalam spektrofotometer dan dicatat nilai absorbansinya
Dicek setiap pengamatan dengan menggunakan larutan blanko
Diperkirakan konsentrasi larutan dengan kurva standar
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 5. 3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) Menggunakan Sampel Larutan Kuning dengan Konsentrasi 2%
No Panjang Gelombang (nm)
Absorbansi (Å)
1. 460 0,9142. 480 0,7723. 500 0,6124. 520 0,4615. 540 0,3446. 560 0,3317. 580 0,3218. 600 0,303
Sumber: Laporan Sementara
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan
pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna
pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dengan tabung foton hampa. Metode spektrofotometri
memiliki keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam
jumlah kecil (Harini dkk, 2012). Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan
cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi
yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan
secara kuantitatif (Triyati, 1985).
Pada praktikum Kimia Analitik Acara V Spektrofotometri, kita
menggunakan sampel larutan kuning dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,4%;
0,8%; 1,2%; 1,6%; dan 2,0%. Untuk penentuan panjang gelombang maksimum,
ini kita menggunakan sampel larutan kuning dengan konsentrasi paling tinggi
yaitu 2,0%. Digunakan sampel dengan konsentrasi tertinggi untuk mengetahui
panjang gelombang maksimal (λmaks) karena pada konsentrasi tertinggi tersebut
nilai absorbansinya dapat dibaca oleh spektrofotometer, sehingga sampel
dengan konsentrasi yang lebih rendah dapat terbaca oleh spektrofotometer
dengan jenis sampel yang sama. Dengan menggunakan panjang gelombang dari
absorbansi yang maksimum, maka jika terjadi penyimpangan (deviasi) kecil
panjang gelombang dari cahaya masuk hanya akan menyebabkan kesalahan
yang kecil dalam pengukuran tersebut. Jika panjang gelombang dipilih dari
daerah spektrum di mana ada suatu perubahan yang besar absorbansi dalam
daerah (range) panjang gelombang yang sempit, maka jika terjadi
penyimpangan (deviasi) kecil panjang gelombang dari cahaya masuk akan
menyebabkan kesalahan yang besar dalam pengukuran absorbansi tersebut.
Pengukuran serapan atau absorbansi spektrofotometri biasanya
dilakukan pada suatu panjang gelombang yang sesuai dengan serapan
maksimum karena konsentrasi besar terletak pada titik ini, artinya serapan
larutan encer masih terdeteksi. Dan juga pada sampel konsentrasi tertinggi
maka akan didapatkan nilai absorbansi tertinggi pula. Nilai absorbansi tertinggi
maka akan didapatkan panjang gelombang maksimum (λmaks). Pada panjang
gelombang 460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm, 560 nm, 580 nm, dan
600 nm didapat nilai absorbansi berturut-turut sebesar 0,914 Å; 0,772 Å; 0,612
Å; 0,461 Å; 0,344 Å; 0,331 Å; 0,321 Å; dan 0,303 Å. Berdasarkan data tersebut
dinyatakan bahwa semakin tinggi panjang gelombang maka nilai absorbansi
larutan kuning semakin rendah. Dan juga nilai absorbansi tertinggi yaitu 0,914
Å terletak pada panjang gelombang 460 nm.
460 480 500 520 540 560 580 6000
0.2
0.4
0.6
0.8
1
Kurva Hubungan Antara Absorbansi dengan Panjang Gelombang
absorbansi
Panjang Gelombang (nm)
Abs
orba
nsi (
Å)
Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Nilai Absorbansi (Å) dengan Panjang
Gelombang (λ)
Setelah didapat data nilai absorbansi larutan kuning 2% (0,914 Å;
0,772 Å; 0,612 Å; 0,461 Å; 0,344 Å; 0,331 Å; 0,321 Å; dan 0,303 Å) pada
panjang gelombang yang sudah ditentukan (460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm,
540 nm, 560 nm, 580 nm, dan 600 nm) maka selanjutnya dibuat kurva
hubungan antara nilai absorbansi dengan panjang gelombang berdasarkan data
yang diperoleh. Berdasarkan kurva hubungan antara nilai absorbansi dengan
panjang gelombang menunjukkan bahwa semakin tinggi panjang
gelombangnya maka didapat nilai absorbansi yang semakin rendah dan juga
sangat terlihat nilai absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 460 nm (sama
seperti pada tabel 5. 3). Panjang gelombang maksimum untuk larutan kuning
ditentukan dari nilai absorbansi tertinggi pada kurva tersebut. Berdasarkan
kurva, maka nilai absorbansi tertinggi pada pengukuran dengan panjang
gelombang 460 nm dengan nilai absorbansinya yaitu 0,914 Å. Untuk itu,
panjang gelombang maksimum (λmaks) terletak pada 460 nm.
Berdasarkan teori (Triyati, 1985), range spektrum warna kuning yaitu
terletak pada panjang gelombang warna pelengkap (komplemen) dari warna
kuning yaitu biru dengan panjang gelombang 435-480 nm. Hal ini berarti
bahwa sampel larutan kuning menyerap gelombang elektromagnetik pada
daerah pelengkap (komplemen) warna kuning, yaitu daerah biru. Dapat diduga
bahwa sampel ini akan mempunyai serapan di daerah 435-480 nm
(Huda, 2001).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa warna kuning sampel
mempunyai serapan yang signifikan di daerah biru (435-480 nm) dengan
puncak serapan pada panjang gelombang 460 nm. Sehingga dapat dikatakan
bahwa praktikum Spektrofotometri pada pengamatan panjang gelombang
maksimum telah sesuai dengan teori tersebut karena panjang gelombang
maksimum terletak pada 460 nm. Dan pada panjang gelombang maksimum
terbaca nilai absorbansi tertinggi.
Tabel 5. 4 Pembuatan Kurva Standar Menggunakan Panjang Gelombang (λ) 460 nm
No Konsentrasi Sampel (%)
Absorbansi (Å)
1. 0,4 0,1812. 0,8 0,3783. 1,2 0,5334. 1,6 0,7155. 2,0 0,914
Sumber: Laporan Sementara
Pada pembuatan kurva standar, kita menggunakan panjang gelombang
maksimum (λmaks) yang telah didapat sebelumnya yaitu 460 nm untuk
melakukan pengukuran nilai aborbansi pada masing-masing sampel dengan
konsentrasi yang berbeda (0,4%; 0,8%; 1,2%; 1,6%; dan 2,0%). Karena pada
panjang gelombang tersebut didapat nilai absorbansi tertinggi. Penentuan
panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui ketika absorbsi
mencapai maksimum sehingga meningkatkan proses absorbsi larutan terhadap
sinar.
Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal
karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi
untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar. Disekitar panjang
gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisis tersebut
hukum Lambert-Beer akan terpenuhi. Jika dilakukan pengukuran ulang maka
kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan
kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.
Pemilihan panjang gelombang maksimum sangat menentukan dalam
percobaan karena apabila terjadi penyimpangan yang kecil selama percobaan
akan mengakibatkan kesalahan yang kecil dalam pengukuran. Jika pemilihan
panjang gelombang memiliki spektrum perubahan besar pada nilai absorbansi
saat panjang gelombang sempit, maka apabila terjadi penyimpangan kecil pada
cahaya yang masuk akan mengakibatkan kesalahan besar dalam pengukuran.
Serta apabila percobaan diulangi dengan larutan yang sama dan dengan
konsentrasi yang sama pula maka akan didapatkan hasil yang lebih akurat dan
tingkat kesalahan yang minimal.
Data percobaan dengan penggunaan panjang gelombang maksimum
(λmaks) 460 nm pada masing-masing sampel dengan konsentrasi 0,4%; 0,8%;
1,2%; 1,6%; dan 2,0% didapat nilai absorbansi berturut-turut sebesar 0,181 Å;
0,378 Å; 0,533 Å; 0,715 Å; dan 0,914 Å. Berdasarkan data tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan kuning maka nilai
absorbansinya semakin tinggi pula. Sehingga konsentrasi larutan kuning
berbanding lurus dengan nilai absorbansinya.
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.20
0.10.20.30.40.50.60.70.80.91
f(x) = 0.45075 x + 0.0033000000000003R² = 0.998446190078959
Kurva Hubungan Antara Absorbansi dengan Konsentrasi
AbsorbansiLinear (Absorbansi)
Konsentrasi (%)
Abs
orba
nsi (
Å)
Gambar 5. 2 Grafik Hubungan Antara Nilai Absorbansi (Å) dengan Konsentrasi
(%)
Berdasarkan grafik hubungan antara nilai absorbansi dengan
konsentrasi juga menunjukkan bahwa konsentrasi sampel berbanding lurus
dengan nilai absorbansi. Konsentrasi sampel meningkat maka nilai absorbansi
juga meningkat. Pada grafik juga terlihat hubungan antara konsentrasi sampel
dengan nilai absorbansi membentuk garis lurus linear. Hal tersebut
menunjukkan bahwa linearitas titik-titik yang terbentuk cukup tinggi dan sesuai
dengan persamaan yang diturunkan dari hukum Lambert-Beer bahwa A= a.b.c.
Pada b konstan maka A= k.c dengan k adalah kemiringan garis pada kurva
kalibrasi. Linearitas titik-titik yang cukup tinggi pada kurva kalibrasi
menunjukkan bahwa ketepatan pengukuran alat spektrofotometer yang
digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui konsentrasi suatu sampel.
Jika absorban suatu sampel telah diukur maka konsentrasi sampel tersebut dapat
dihitung berdasarkan pada kurva kalibrasi (Huda, 2001).
Pembuatan kurva baku diperoleh persamaan regresi yaitu y=bx+a,
dengan y = absorbansi dan x = kadar zat. Nilai b dan a yang diperoleh pada
persamaan kurva baku digunakan untuk menghitung kadar suatu zat dalam
sampel (Harini dkk, 2012). Dari data percobaan, maka didapat nilai a sebesar
0,0033 dan nilai b sebesar 0,4507. Sehingga dapat diperoleh persamaan regresi
yaitu y= 0,0033+ 0,4507x. Pada grafik juga terdapat nilai R- square (R2) yaitu
0,998, dari nilai R2 kita dapat mengetahui bahwa terdapat 99,8% data yang
memiliki hubungan linier serta nilai presisi dari percobaan ini sebesar 99,8%.
Korelasi (r) antara konsentrasi sampel dengan nilai absorbansi sebesar 0,999
yang menyatakan bahwa hubungan korelasinya sangat erat. Dapat disimpulkan
bahwa semakin semakin tinggi konsentrasi sampel maka semakin tinggi pula
nilai absorbansinya, hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang
menyatakan bahwa nilai absorbansi (Å) berbanding lurus terhadap konsentrasi
analit (Huda, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil absorbansi larutan berwarna
adalah spektrum absorbsi, pengaruh pelarut, pengaruh keasaman, pengaruh
waktu, pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi logam (hukum Beer) yang terkenal
persamaan untuk analisis spektrofotometrik dalam larutan yang sangat encer
berasal dari hukum Beer dan lain-lain (Ahmed dan Roy, 2009). Berdasarkan
teori (Alfian, 2007), penggunaan asam yang terlalu pekat dapat pula
menyebabkan gangguan dalam analisis dengan spektrofotometer. Di mana
kepekatan terlalu asam akan menyebabkan nilai absorbansi menjadi lebih
rendah dari pada yang semestinya dan akan mengakibatkan konsentrasi sampel
(bahan) yang dianalisis akan berkurang nilai serapannya dari nilai yang
sebenarnya. Keberhasilan praktikum juga akan mempengaruhi absorbansi
termasuk pada bekas jari pada dinding tabung harus dibersihkan dengan tisu
dan hanya memegang bagian ujung atas tabung sebelum pengukuran.
Analisa suatu cuplikan dengan spektrofotometer sinar tampak biasanya
meliputi empat tahap pengerjaan, yaitu : (i) Pembentukan molekul yang dapat
menyerap sinar di daerah sinar tampak (pewarnaan), (ii) Pemilihan panjang
gelombang, (iii) Pembuatan kurva kalibrasi, dan (iv) Pengukuran absorban
cuplikan (Huda, 2001). Pada penentuan konsentrasi larutan cuplikan, didapat
nilai absorbansi sampel cuplikan sebesar 0,445. Persamaan regresi dari kurva
standar yaitu y= 0,0033+ 0,4507x. Nilai y adalah nilai absorbansi dan nilai x
adalah konsentrasi, sehingga dapat diketahui nilai y sebesar 0,445. Dari
persamaan regresi maka dapat dihitung konsentrasi dari larutan cuplikan
tersebut, dengan cara:
y = 0,0033+ 0,4507x
0,445 = 0,0033+ 0,4507x
0,4417 = 0,4507x
x = 0,98
Dari perhitungan persamaan regresi di atas maka dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi larutan cuplikan adalah 0,98%.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Kimia Analitik acara V Spektrofotometri maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Spektrofotometri menurut Harini dkk (2012) adalah metode analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur
larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan tabung foton hampa.
2. Prinsip kerja spektrofotometer menurut Triyati (1985) yaitu berdasarkan
penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau
energi radiasi yang diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap
dalam larutan secara kuantitatif.
3. Pada panjang gelombang 460 nm, 480 nm, 500 nm, 520 nm, 540 nm, 560 nm,
580 nm, dan 600 nm didapat nilai absorbansi larutan kuning konsentrasi 2%
berturut-turut sebesar 0,914 Å; 0,772 Å; 0,612 Å; 0,461 Å; 0,344 Å; 0,331 Å;
0,321 Å; dan 0,303 Å.
4. Nilai absorbansi tertinggi yaitu 0,914 Å terletak pada panjang gelombang 460
nm, sehingga λmaks terletak pada 460 nm.
5. Semakin tinggi panjang gelombang maka nilai absorbansi larutan kuning
semakin rendah.
6. Data percobaan dengan penggunaan λmaks 460 nm pada masing-masing
sampel dengan konsentrasi 0,4%; 0,8%; 1,2%; 1,6%; dan 2,0% didapat nilai
absorbansi berturut-turut sebesar 0,181 Å; 0,378 Å; 0,533 Å; 0,715 Å; dan
0,914 Å.
7. Konsentrasi larutan kuning berbanding lurus dengan nilai absorbansinya (Å)
(Hukum Lambert-Beer), maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan kuning maka nilai absorbansinya semakin tinggi pula.
8. Persamaan regresi yang didapat dari hubungan antara absorbansi (Å) dengan
konsentrasi sampel yaitu y= 0,0033+ 0,4507x.
9. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil absorbansi larutan berwarna adalah
spektrum absorbsi, pengaruh pelarut, pengaruh keasaman, pengaruh waktu,
pengaruh suhu, pengaruh konsentrasi logam (hukum Beer), dll.
10. Dari perhitungan persamaan regresi y= 0,0033+ 0,4507x maka dapat
diketahui bahwa konsentrasi larutan cuplikan adalah 0,98%.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. Jamaluddin dan Uttam Kumer Roy. 2009. A Simple Spectrophotometric Method for the Determination of Iron (II) Aqueous Solutions. Turk J Chem, No: 33(2009), hal: 709-716.
Alfian, Zul. 2007. Pengaruh pH dan Penambahan Asam terhadap Penentuan Kadar Unsur Krom dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Sains Kimia, Vol: 11(1), hal: 37.
Basset, J, R. C. Denny, G. H. Jeffrey, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Day, R. A dan A. L. Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Ernst, Orna and Tsaffrir Zor. 2007. Linearization of the Bradford Protein Assay . Journal of Visualized Experiments, No: 1.
Fitriah, Hayyu, F. Widhi Mahatmanti, dan Sri Wahyuni. 2012. Pengaruh Konsentrasi Pada Pembuatan Terhadap Selektivitas Ion Zn (II) dan Fe (II) Membran Kitosan. Indonesian Journal of Chemical Science, Vol: 1(2), hal: 107-108.
Harini, Bernadeta Wuri, Rini Dwiastuti, dan Lucia Wiwid Wijayanti. 2012. Aplikasi Metode Spektrofotometri Visibel Untuk Mengukur Kadar Curcuminoid Pada Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica). Disampaikan pada Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III tanggal 3 November 2012 di Yogyakarta.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Huda, Nurul. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer UV-Vis, GBC 911A Menggunakan Pewarna Tartrazine Cl 19140. Sigma Epsilon No: 20-21.
Karinda, Monalisa, Fatimawali, dan Gayatri Citraningtyas. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT Vol: 2(01), hal: 86-90.
Keenan, Charles W, Donald C. Kleinfelter, dan Jesse H. Wood. 1986. Ilmu Kimia Untuk Universitas Edisi Keenam Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
Liyana, Desy Eka dan Djarot Sugiarso. 2010. Optimasi pH Buffer dan Konsentrasi Larutan Pereduksi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) dan Timah (II) Klorida (SnCl2) dalam PenentuanKadar Besi Seacara Spektrofotometri UV-Vis. Disampaikan pada Tugas Akhir Semester Genap 2010/2011 KIMIA FMIPA–ITS.
Rusmawan, Chevi Ardiana, Djulia Onggo, dan Irma Mulyani. 2011. Analisis Kolorimetri Kadar Besi(III) dalam Sampel Air Sumur dengan Metoda Pencitraan Digital. Disampaikan pada Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) tanggal 22-23 Juni 2011 di Bandung.
Timma, D. L. 1952. Absorbption Spectrophotometry. The Ohio Journal of Science, Vol: 52(3), hal: 117- 118, May 1952.
Triastuti, Endang, Fatimawali, dan Max Revolta John Runtuwene. 2013. Analisis Boraks pada Tahu yang Diproduksi di Kota Manado. Pharmacon, Jurnal Ilmiah Farmasi–UNSRAT Vol: 2(01), hal: 69-71.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer UltraViolet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam Oseanologi. Oseana, Vol: 10(1), hal: 39 – 47.
LAMPIRAN
Gambar 5.3 Spektrofotometer
Bagian-bagian Spektrofotometer yaitu:
1. Tombol yang digunakan untuk memilih absorbansi,
2. Tombol yang digunakan untuk menentukan mode,
3. Kenop yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang,
4. Kenop yang digunakan untuk menentukan nilai absorbansi menjadi 0,
1 2
6
7
5
4
3
5. Kenop yang digunakan untuk menyalakan dan mematikan spektrofotometer dan
mengatur TO%,
6. Cell holder yaitu tempat untuk memasukkan kuvet,
7. Layar digital yang berfungsi untuk melihat hasil pengukuran.
Cara Penggunaan Spektrofotometer:
1. Menyalakan mesin dengan menekan tombol “power” di bagian belakang
mesin (tombol di sebelah kiri bawah),
2. Tunggu hingga 15-30 menit untuk memanaskan mesin sebelum dilakukan
pengukuran sampel,
3. Menyiapkan sampel larutan yang akan diamati absorbansinya,
4. Siapkan sampel yang akan diukur, pastikan sampel homogen sebelum
memasukkan ke dalam kuvet.
5. Tekan tombol A/T/C, pilih absorbance (A),
6. Ukur absorbansi blanko dengan memasukkan larutan blanko ke dalam kuvet
(volume minimal hingga ¾ dari tinggi kuvet). Bersihkan bagian luar kuvet
yang transparan dari debu dan bekas jari tangan dengan alkohol sehingga
bagian ujung kuvet yang boleh dipegang,
7. Masukkan kuvet ke dalam cell holder pada sample chamber. Kuvet harus
diletakkan hingga sampai dasar cell.
8. Tutup sample chamber
9. Tekan tombol untuk mengatur blanko pada konsentrasi 0
10. Pilih panjang gelombang yang akan digunakan untuk mengukur sampel,
11. Dibaca absorbance-nya dari larutan blanko tersebut,
12. Bersikan kuvet yang telah berisi sampel yang akan diukur absorbansinya
seperti pada larutan blanko dengan alkohol,
13. Masukkan sampel ke dalam kuvet hingga volume minimal ¾ dari tinggi
kuvet. Pastikan bagian luar kuvet besih dari debu dan bekas jari tangan.
14. Masukkan kuvet ke dalam cell holder, tutup sample chamber
15. Baca absorbance-nya
16. Ambil sampel dari kuvet, dan hitung nilai absorbansinya dari absorbance
sampel dikurangi dengan absorbance larutan blanko dan mengulangi langkah
yang sama untuk pengukuran selanjutnya.