ACARA IV.docx
Transcript of ACARA IV.docx
ACARA IV
MANAJEMEN PERSEDIAAN
A. Tujuan
Tujuan dari acara IV Manajemen Persediaan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu menghitung jumlah persediaan yang optimal dengan
EOQ dan Lot For Lot secara tabel.
2. Mahasiswa mampu menghitung jumlah persediaan dengan EOQ dan Lot
For Lot secara matematik
B. Tinjauan Pustaka
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang
normal atau barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun
persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu
proses produksi. Dapat dikatakan bahwa persediaan itu merupakan aktiva dari
suatu perusahaan, apakah dalam bentuk mentah (bahan baku), atau dalam
bentuk sedang proses, atau dalam bentuk barang jadi. Oleh karena itu, dapat
diambil kesimpulan bahwa ada 3 jenis persediaan yang berlaku umum di
perusahaan yaitu persediaan bahan mentah, persediaan dalam proses, dan
persediaan bahan jadi (Ma’arif dan Tanjung, 2004).
Model matematika telah dikembangkan dalam lingkup manajemen
operasi untuk menentukan optimal tingkat persediaan. Model yang paling
banyak digunakan adalah model EOQ. Model ini dikembangkan oleh
F.W.Haris pada tahun 1913. Model ini juga dikenal sebagai model Wilson
EOQ. Menurut model ini, beberapa biaya (biaya pemesanan) menurun dengan
kepemilikan persediaan, sementara yang lain (memegang biaya) meningkat dan
bahwa kurva biaya total persediaan terkait memiliki titik minimum. Ini adalah
titik di mana biaya total persediaan diminimalkan. Kuantitas pesanan ekonomi
adalah tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya penyimpanan
persediaan dan biaya pemesanan (Lwiki et.al, 2013)
EOQ (Economic Order Quantity) atau dapat disebut juga jumlah
pemesanan yang ekonomis merupakan metode yang spesifik untuk menentukan
persediaan barang. EOQ adalah jumlah yang memberikan keseimbangan
antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan sehingga didapat biaya total
minimum. Total biaya pada EOQ adalah
Tc = PD + STs
+ DTs2
PH
dimana
Ts* = √2 S
DPH
Q* = DTs*
Pada kasus persediaan yang mengijinkan kekurangan bahan. Komponen total
biaya persediaan dipengaruhi pula oleh biaya backorder dan atau biaya lost-
sales (Jaya dkk, 2012).
Masalah persediaan merupakan masalah yang sangat penting bagi
sebuah perusahaan. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan
pada suatu resiko dimana perusahaan mengalami kendala karena tidak dapat
memenuhi keinginan pelanggan yang membutuhkan barang maupun jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Akan tetapi persediaan dapat
menimbulkan banyak biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, biaya
operasional pabrik, biaya gedung, dll). Karena itulah persediaan hanya
diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut lebih
besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkan. Persediaan barang diartikan
sebagai barang yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali atau diolah
lebih lanjut dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan. Perusahaan yang
dapat mengendalikan sistem persediaannya dengan tepat akan memudahkan
perusahaan untuk bertahan dalam kegiatan operasional dan menjaga kelancaran
operasi perusahaan. Untuk itu persediaan barang menjadi hal yang penting,
sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan suatu perusahaan, salah satunya pada
penentuan keuntungan perusahaan (Indroprasto dan Suryani, 2012).
Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam
memenuhi kebutuhan perusahaan, antara lain menghilangkan resiko
keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan
perusahaan, menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik
sehingga harus dikembalikan, menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga
barang atau inflasi, untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara
musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia
dipasaran, mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon
kuantitas, dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya
barang yang diperlukan. Mengendalikan persediaan yang tepat bukan hal yang
mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulanya
dana menganggur yang besar (yang tertanam dalam persediaan), meningkatnya
biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun,
jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan
persediaan karena seringkali bahan tidak dapat didatangkan secara mendadak
dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi,
tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan (Herjanto, 2004).
Metode EOQ dapat dilaksanakan apabila kebutuhan-kebutuhan
permintaan pada masa yang akan datang memiliki jumlah yang konstan dan
relatif memiliki fluktuasi perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah
permintaan dan masa tenggang diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa
jumlah permintaan dan masa tenggang merupakan bilangan yang konstan dan
diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis total biaya (TC). Total biaya
pada satu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan ditambah biaya
penyimpanan selama periode tertentu (Sibarani, 2013).
Keunggulan metode EOQ adalah dapat digunakan untuk mengetahui
berapa banyak persediaan yang harus dipesan, dalam hal ini bahan baku, dan
kapan seharusnya pemesanan dilakukan, dapat mengatasi ketidakpastian
permintaan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock), mudah
diaplikasikan pada proses produksi secara massal, lazim digunakan pada rumah
sakit, yaitu pada persediaan obat. Kelemahan Metode EOQ adalah permintaan
diasumsikan secara konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata
permintaan bervariasi secara substansial. Dalam bagian berikutnya, permintaan
acak akan dipertimbangkan. Biaya diasumsikan menjadi konstan, tetapi dalam
prakteknya seringkali ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar,
kasus ini membutuhkan suatu modifikasi dari model EOQ. Bahan dalam partai
diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam beberapa kasusu akan
ditempatkan dalam persediaan secara continue selama di produksi.
Diasumsikan produk tunggal, tetapi terkadang satuan-satuan beragam dibeli
dari satu pemasok tunggal dan semuanya dikirim pada waktu yang sama. Biaya
persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataannya biaya ini sering
dapat dikurangi (Darmawan dkk, 2015).
C. Soal
1. Sebauah perusahaan permen tiap tahunnya memerlukan bahan baku gula
sebanyak 500.000 ton. Dalam satu tahun, perusahaan tersebut memesan
bahan baku gula sebanyak 10 kali pemesanan. Harga bahan baku setiap
pemesanan Rp 350.000. Perusahaan mengeluarkan biaya Rp 10.000 untuk
menyimpan gula dalam 2 tahun. Berapa bahan baku yang harus dipesan
agar perusahaan mendapat total biaya minimum?
2. Perusahaann Yes-Food merupakan distributor tepung. Perusahaan Yes-food
bermitra dengan perusahaan Big-Food untuk memenuhi permintaan
konsumen yang semakin banyak. Berikut informasi perusahaan : Biaya
pemesanan untuk 3 unit sebesar Rp 72.000. Biaya simpan 12% unit/tahun
dengan harga perunit Rp 70.000. Kebutuhan bersih perusahaanYes-Food
berdasarkan permintaan konsumen
Bulan Ke Banyak unit1 402 353 504 255 756 607 858 509 2510 6011 5512 40
Berdasarkan data tersebut perencanaan kebutuhan material dari Yes-Food
dengan medote
a. L4L
b. EOQ jika pemesanan tetap 75 unit
E.Kesimpulan
Berdasarkan analisis penentuan lokasi perusahaan dapat diambil kesimpulan
antara lain :
1. Jumlah persediaan pada metode Lot For Lot adalah 0.
2. Jumlah persediaan pada metode EOQ adalah 1345.
3. Hasil perbandingan metode Lot For Lot dengan EOQ diperoleh hasil
minimum pada metode Lot For Lot sebesar 6.048.000.
4. Titik minimum terdapat pada Q 4000 dengan TAC 89.214.000 dengan nilai
EOQ 4.241.024.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Gede Agus., Wayan Cipta., dan Ni Yulianthini Yoman. 2015. Penerapan Economic Order Quantity (Eoq) Dalam Pengelolaan Persediaan Bahan Baku Tepung Pada Usaha Pia Ariawan Di Desa Banyuning Tahun 2013. e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen, Vol. 3, No. 2.
Herjanto, Eddy. 2004. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta.
Indroprasto., dan Erma Suryani. 2012. Analisis Pengendalian Persediaan Produk Dengan Metode EOQ Menggunakan Algoritma Genetika untuk Mengefisiensikan Biaya Persediaan. Jurnal Teknik ITS, Vol. 1, ISSN: 2301-9271.
Jaya, Stanley Surya., Tanti Oktavia., dan I gede Widyadana Agus. 2012. Model Persediaan Bahan Baku Multi Item dengan Mempertimbangkan Masa Kadaluwarsa, Unit Diskon dan Permintaan yang Tidak Konstan. Jurnal Tehnik Industri, Vol. 14, No. 2.
Lwiki, timothy., Patrick Ojera Boniface., Nebat Mugenda Galo., dan Virginia Wachira Kirigo 2013. The Impact of Inventory Management Practices on Financial Performance of Sugar Manufacturing Firms in Kenya. International Journal of Business, Humanities and Technology, Vol. 3, No. 5.
Ma’arif, Syamsul., dan Hendri Tanjung. 2004. Manajemen Operasi. Grasindo. Jakarta.
Sari, Feby Kartika., dan Retno Indryani. 2014. Analisa Persediaan Material Pada Proyek Pembangunan Apartemen Depapilio Tamansari. Jurnal Tehnik Pomits, Vol. 1, No. 1.
Sibarani, Elisabeth., Faigizi Bu’lolo Duhu., dan Sebayang Djakaria. 2013. Penggunaan Metode Eoq Dan Epq Dalam Meminimumkan Biaya Persediaan Minyak Sawit Mentah (Cpo). Jurnal Saintia Matematika, Vol. 1, No. 4.