ACARA II Densitas

24
ACARA II DENSITAS DAN BOBOT JENIS A. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum dari Acara II “Densitas dan Bobot Jenis” adalah 1. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan. 2. Menentukan bulk density dan bobot jenis biji-bijian dan tepung-tepungan. 3. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot jenis bahan pangan. B. Tinjauan Pustaka Laporan penelitian ini mendeskripsikan karakteristik fisika-kimia dari tepung dan pati pisang kapas yang meliputi kapasitas penyerapan air dan minyak, waktu basah, dan densitas kamba untuk karakteristik fisiknya. Parameter yang diamati untuk karakteristik fisik dari tepung dan pati pisang kapas meliputi kapasitas penyerapan air dan minyak, densitas kamba, dan waktu basah, sedangkan untuk karakter kimianya adalah kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat. Densitas kamba adalah massa par- tikel yang menempati suatu unit volume tertentu. (Rohmah, 2012).

description

laporan

Transcript of ACARA II Densitas

Page 1: ACARA II Densitas

ACARA II

DENSITAS DAN BOBOT JENIS

A. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dari Acara II “Densitas dan Bobot Jenis” adalah

1. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan.

2. Menentukan bulk density dan bobot jenis biji-bijian dan tepung-tepungan.

3. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot

jenis bahan pangan.

B. Tinjauan Pustaka

Laporan penelitian ini mendeskripsikan karakteristik fisika-kimia

dari tepung dan pati pisang kapas yang meliputi kapasitas penyerapan air dan

minyak, waktu basah, dan densitas kamba untuk karakteristik fisiknya.

Parameter yang diamati untuk karakteristik fisik dari tepung dan pati pisang

kapas meliputi kapasitas penyerapan air dan minyak, densitas kamba, dan

waktu basah, sedangkan untuk karakter kimianya adalah kadar air, kadar

abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar karbohidrat. Densitas kamba

adalah massa par-tikel yang menempati suatu unit volume tertentu.

(Rohmah, 2012).

Densitas air adalah sekitar 1000 kg/m3. Berat jenis suatu zat adalah

perbandingan rapat zat itu dengan rapat sesuatu zat baku. Zat baku ini untuk

cairan biasanya adalah air pada suhu 40 C dan untuk gas biasanya adalah udara.

Karena berat jenis adalah perbandingan yang tidak berdimensi, maka dalam

sistem satuan manapun nilainya adalah sama (Bueche, 1989).

Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan antara

berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan dinyatakan

dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Menurut Wirakartakusumah, dkk,

(1992), densitas kamba dari berbagai makanan bubuk umumnya berkisar

antara 0,30-0,80 g/ml. Untuk makanan yang berbentuk bubuk seperti bubur

bayi, dengan berat partikel yang sama jika menempati ruang dengan

volume yang lebih sedikit berarti derajat kambanya rendah. Sehingga nilai

Page 2: ACARA II Densitas

densitasnya menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan partikel yang

menempati ruang dengan volume lebih banyak. Densitas kamba yang kecil

akan membutuhkan volume yang lebih besar untuk sejumlah kecil bahan

sehingga hal ini dapat diartikan bahwa semakin kecil nilai densitas kamba

akan semakin sedikit pula kandungan gizi yang akan diterima (Pramesta,

2012).

Bulk density ditentukan dengan menggunakan metode dijelaskan oleh

Narayana dan Narasinga (1984). Sepuluh gram masing-masing sampel

ditimbang (W1) menjadi 25 ml lulus mengukur silinder. Sampel itu lembut

disadap untuk menghilangkan spasi antara sampel tepung dan ditimbang

kembali (W2).

Bulk density (g/ml) =

W1= berat sampel sebelum menekan

W2 = berat sampel setelah menekan

Bulk density menurun secara bertahap dengan fermentasi periode. Bulk density

adalah refleksi dari beban sampel tepung dapat membawa, jika dibiarkan

beristirahat langsung satu sama lain. Kepadatan produk olahan mendikte

karakteristik wadah atau paket density produk mempengaruhi jumlah dan

kekuatan bahan kemasan, tekstur atau mulut merasa (Adebowale, 2011).

Kerapatan (density) ρ suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat

tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume. Sifat ini ditentukan

dengan cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam

suatu bagian tertentu terhadap volume bagian tersebut. Bagian ini tidak boleh

terlalu kecil juga tidak boleh terlalu besar sehingga kerapatan subbagian

didalamnya tidak terlalu bervariasi. Oleh sebab itulah, bagian atau daerah

yang kerapatannya hendak diukur tidak boleh terlalu besar (Olson, 1993).

Bulk density produk pasir tergantung baik pada bahan baku properti

(kepadatan, komposisi ukuran partikel), konsentrasi partikel dalam

membentuk

Page 3: ACARA II Densitas

butiran (granula porositas), dan distribusi ukuran partikel yang diperoleh di

mana

volume ruang intraparticle. Obraniak (2002) disajikan perubahan dalam bulk

density bahan butiran yang dihasilkan dari bentonit pengecoran mengacu pada

Proses dan peralatan parameter dan waktu pembasahan. Dia memperoleh

hubungan linear bulk density berubah dengan waktu granulasi. Yu et al.

(1995) mempelajari pengaruh kadar air pada batubara aglomerasi dan bulk

density. Mereka mengamati bahwa kepadatan gumpalan meningkat dengan

peningkatan kadar air sampai maksimum tertentu, dan berikutnya mulai jatuh

ke bawah, sementara bulk density tidur menurun dengan meningkatkan kadar

air beberapa minimum dan kemudian mulai tumbuh (Gluba, 2004).

Definisi densitas suatu zat adalah nisbah massa m zat itu terhadap volume

V. Densitas suatu padatan hanya berubah sedikit dengan perubahan-

perubahan dalam suhu dan tekanan. Sedangkan densitas suatu gas adalah

sangat kuat terhadap suhu dan tekanan. Densitas air pada 4oC adalah 1,000

g/cm3 (Cromer,1994).

C. Metodologi

1. Alat

a. Timbangan analitik

b. Gelas ukur 1000 ml

c. Gelaz ukur 100 ml

d. Hidrometer

e. Kuboid besar

f. Kuboid kecil

g. Beaker glass 250 ml

h. Petridish

i. Termometer

j. Jangka sorong

k. Pengaduk

2. Bahan

Page 4: ACARA II Densitas

a. Susu (susu UHT, susu pasteurisasi, sari kedelai dan kacang hijau).

b. Tepung- tepungan (tepung terigu, tepung maizena, tepung beras, dan

tepung panir).

c. Buah-buahan (tomat matang, tomat setengah matang, tomat matang,

pisang mentah, pisang setengah matang dan pisang matang)

d. Aquadest

3. Cara Kerja

a. Menentukan densitas dan bobot jenis bahan pangan berbentuk cairan

dengan sampel susu berbagai konsentrasi

b. Menentukan bulk density dan BJ biji – bijian dan tepung – tepungan

susu UHT, susu pasteurisasi, sari kedelai, kacang hijau

Dimasukkan dalam gelas ukur

Ditera dengan hidrometer

Ditentukan densitas dan BJ-nya

Page 5: ACARA II Densitas

c. Mengetahui pengaruh tingkat kematangan terhadap densitas dan bobot

jenis bahan pangan

Page 6: ACARA II Densitas

D. Hasil dan Pembahasan

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Densitas dan Bobot Jenis Bahan Pangan Berbentuk Cairan

Kel. BahanDensitas (

) kg/m3

Suhu (0C)

Bobot Jenis (BJ)

9 dan 10 Susu UHT 1030 330C 1,03611 dan 12 Susu Pasteurisasi 1020 290C 1,02513 dan 14 Sari kedelai 1020 340C 1,02515 dan 16 Sari Kacang Hijau 1060 320C 1,065

Sumber: Laporan Sementara

Kerapatan (density) ρ suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat

tersebut dan dinyatakan dalam massa per satuan volume. Densitas adalah

pengukuran massa setiap satuan volume benda. Sifat ini ditentukan dengan

cara menghitung nisbah (ratio) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian

tertentu terhadap volume bagian tersebut. Bagian ini tidak boleh terlalu kecil

juga tidak boleh terlalu besar sehingga kerapatan subbagian didalamnya tidak

terlalu bervariasi. Oleh sebab itulah, bagian atau daerah yang kerapatannya

hendak diukur tidak boleh terlalu besar (Olson, 1993).

Bobot jenis merupakan massa bahan dibagi massa air yang isinya setara

dengan isi bahan. Densitas dan bobot jenis bahan-bahan pertanian sangat

penting untuk menentukan luas gudang untuk menampung volume tertentu,

masalah transportasi, dan untuk menilai tungkat kemasakan buah. Serta untuk

menguji apakah bahan masih murni dan tidak bercampur dengan bahan lain

yang hampir serupa yang dapat menyebabkan mutu bahan menjadi berkurang.

Sedangkan bulk densiti adalah densitas dari keseluruhan bahan pangan yang

terdapat dalam wadah. Besarnya bulk density berkaitan erat dengan proses-

proses pencampuran,, pemindahan, pengangkutan bahan, dan penyimpanan

(Handajani, 2003).

Massa jenis zat cair dapat diukur langsung dengan menggunakan alat

yang namanya hidrometer. Cara mengetahui massa jenis zat cair adalah

dengan memasukkan hidrometer ke dalam zat cair tersebut. Hasil pengukuran

dapat diperoleh dengan acuan semakin dalam hidrometer tercelup,

menyatakan massa jenis zat cair yang diukur semakin kecil. 

Page 7: ACARA II Densitas

Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis

(atau kepadatan relatif) dari cairan; yaitu, rasio densitas cairan kepadatan air.

Cara penggunaan hidrometer yaitu cairan yang akan diuji dituangkan ke

dalam wadah tinggi, seringkali sebuah silinder lulus, dan hidrometer yang

lembut diturunkan ke dalam cairan sampai mengapung bebas. Titik di mana

permukaan cairan menyentuh batang hidrometer yang dicatat. Hidrometer

biasanya mengandung skala di dalam batang, sehingga berat jenis dapat

dibaca langsung. Berbagai skala ada, dan digunakan tergantung pada

konteksnya. Hidrometer digunakan untuk mengukur densitas atau bobot jenis

sampel berwujud liquid. Biasanya hidrometer terbuat dari kaca dan terdiri

dari sebuah batang silinder dan bulatan yang berisi air raksa (Anonim3, 2008).

Saat tergantung di liquid, hidrometer akan tenggelam dalam suatu kedalaman

dimana berat liquid yang dipindahkan sebanding dengan berat hidrometer.

Dalam liquid yang densitasnya rendah, hidrometer akan tenggelam pada suatu

kedalaman yang lebih besar daripada dalam liquid yang berdensitas tinggi

(Triebold dan Leonard, 1963).

Gambar 2.1 Hidrometer

Berdasarkan tabel 2.1 diperoleh susu UHT dengan densitas 1030

kg/m3 dan suhu 330C bobot jenisnya 1,036. Susu pasteurisasi dengan densitas

1020 kg/m3 dan suhu 290C bobot jenisnya 1,025. Sari kedelai dengan densitas

1020 kg/m3 dan suhu 340C bobot jenisnya 1,025. Sari kacang hijau dengan

densitas 1060 kg/m3 dan suhu 32 0C bobot jenisnya 1,065. Densitas

berbanding lurus dengan bobot jenis. Semakin tinggi densitas, maka bobot

jenisnya juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil pengamtan diperoleh urutan

Page 8: ACARA II Densitas

densitas dan bobot jenis dari yang terkecil hingga terbesar adalah susu

pasteurisasi, sari kedelai, susu UHT, dan sari kacang hijau.

Bobot jenis menurut Utami (2013) adalah 1,0275. Hasil praktikum

yang hampir sesuai dengan teori ini adalah susu pasteurisasi dan sari kedelai.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai bobot jenis antara hasil

praktikum dengan teori Utami adalah ketidaktelitian praktikan dalam

membaca hidrometer dan hidrometer yang tidak bisa bekerja dengan baik

karena dalam praktikum menggunakan gelas ukur 100 ml sehingga

hidrometer tidak dapat tercelup semua dalam bahan.

Menurut Nadia (2011) berat jenis dipengaruhi oleh total solid dan

merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian susu.

Pengukuran berat jenis merupakan salah satu alternatif untuk mengetahui

adanya pemalsuan susu yang mengakibatkan penurunan kualitas susu.

Pemalsuan susu yang dicampur dengan air akan berpengaruh terhadap

besarnya berat jenis yang akan berdampak pada peningkatan volume susu.

Sukarini (2006) berpendapat bahwa berat jenis air susu juga sangat

dipengaruhi oleh berat jenis dari komponen penyusun susu seperti protein,

laktosa, dan mineral. Komposisi susu seperti lemak, protein, laktosa, dan

mineral dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan yang

diberikan pada kambing. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2004) jenis

pakan dapat mempengaruhi komposisi susu. Pendapat ini diperkuat oleh

Sukarini (2006) komposisi susu kambing bervariasi, dipengaruhi oleh bangsa

(jenis), produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas makanannya.

Berat jenis dipengaruhi oleh volume susu. Menurut Utami (2012) semakin

tinggi volume susu maka berat jenis susu akan semakin turun. Produksi susu

dipengaruhi oleh pakan sesuai dengan pendapat Suhardi (2013) pemberian

makanan yang tidak cukup akan menurunkan produksi susu. Pemberian

pakan yang cukup akan meningkatkan konsumsi pakan akan diikuti dengan

kenaikan berat jenis susu.

Viskositas dan berat jenis merupakan sifat fisik susu yang dipengaruhi

oleh komposisi susu, nilai protein dan lemak susu. Viskositas susu akan

Page 9: ACARA II Densitas

meningkat diikuti meningkatnya berat jenis susu. Semakin kental susu maka

semakin banyak jumlah padatan didalam susu yang akan meningkatkan berat

jenis susu. Oleh karena itu, menurut Fitriyanto (2013) viskositas dan berat

jenis selalu berbanding positif.

Densitas dipengaruhi oleh besarnya massa dan volume bahan. Dalam

penentuan densitas ada juga faktor lain yang mempengaruhi diantaranya

bentuk bahan, ukuran, sifat-sifat, permukaan dan pengukuran. Sedangkan,

faktor-faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :

a. Temperatur,

Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat

menguap sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya, demikian pula

halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa

membeku sehingga sulit untuk menghitung berat jenisnya. Oleh karena itu,

digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 250C

(suhu kamar).

b. Massa zat

Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya

juga menjadi lebih besar.

c. Volume zat

Jika volume zat besar maka berat jenisnya akan berpengaruh tergantung

pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, berat

molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi berat

jenisnya.

d. Viskositas atau kekentalan suatu zat

Semakin besar nilai viskositas suatu cairan maka semakin besar pula

kekentalan cairan tersebut.

Dalam proses pangan, densitas dan bulk density merupakan salah satu

karakteristik fisik biji-bijian yang sering digunakan untuk merencanakan suatu

gudang penyimpanan, volume alat pengolahan, sarana transportasi, dan

sebagainya (Syarief dan Anies, 1988). Selain itu, data densitas juga dapat

dapat digunakan untuk mendeteksi adanya pemalsuan (misal pada susu)

Page 10: ACARA II Densitas

(Triebold dan Leonard, 1963). Data densitas dapat pula digunakan saat

pemilihan bahan (misalnya dalam pembuatan pasta tomat).

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Densitas dan Bobot Jenis Tepung-tepungan dan Kacang-kacangan

Kel Bahan Jenis Wadah

Berat (g) Ukuran Wadah (dm) Volu-me

Wadah (L)

Bulk Density (g/L)

Sam-pel+ Wa-dah

Sam-pel

Wa-dah p/d L T

9 & 13

Tepung Terigu

Kuboid Panjang 61,894 47,989 13,9

05 65 49 37,5 0.119 403,268

Kuboid Persegi 30,525 22,382 8,14

3 38 38 42 0,060 373,033

Petridish 106,204 53,033 53,2

07 87 - 19 0,112 437,508

10 & 14

Tepung Beras

Kuboid Panjang 69,370 55,555 13,8

15 83,7 36,8 42 0,0535 468,897

Kuboid Persegi 32,953 25,086 7,86

7 36,2 36,2 40,9 0,129 430,658

Petridish 106,757 53,623 53,7

37 88,45 - 20 0,123 431,081

12 &16

Tepung Maizen

a

Kuboid Panjang 74,293 - 13,6

96 63,5 37,7 55,9 0,175 346,268

Kuboid Persegi 35,496 27,398 8,09

8 38,1 38,1 50,9 0,073 375,315

Petridish 101,907 59,661 42,2

46 96,1 - 29,2 0,211 282,753

12 & 16

Tepung Panir

Kuboid Panjang 62,542 48,524 14,0

18 82,05 36,05 40 0,11832

410,10818

Kuboid Persegi 28,110 20,32 7,79

0 36,1 36,1 39,1 0,051 398,43137

Petridish 73,167 28,277 44,890 89,9 - 13,05 0,082

7341,9226

1Sumber: Laporan Sementara

Bulk density atau densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan

dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong di antara

butiran bahan (Syarief dan Anies, 1988). Pada praktikum kali ini,

penentuan bulk density bahan pangan yang digunakan adalah tepung

terigu, tepung beras, tepung maizena, dan tepung panir. Jenis wadah yang

digunakan ada 3 yaitu kuboid panjang, kuboid persegi, dan petridish.

Cara menentukan bulk density dan bobot jenis bahan bentuk padat

adalah dengan menentukan berat wadah dan volume terlebih dahulu.

Page 11: ACARA II Densitas

Kemudian diisi sampel sampai penuh dan ditimbang wadah+sampel.

Setelah itu baru ditentukan bulk density dan BJ-nya.

Berdasarkan tabel 2.2 besarnya bulk density pada kuboid panjang

secara berurutan dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah tepung

maizena 346,268 gr/L, tepung terigu 403,268 gr/L, tepung panir 410,10818

gr/L, dan tepung beras 468,897. Besarnya bulk density pada kuboid

persegi secara berurutan dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah

tepung terigu 373,033 gr/L, tepung maizena 375,315 gr/L, tepung panir

398,43137 gr/L, dan tepung beras 430,658 gr/L. Besarnya bulk density

pada petridish secara berurutan dari yang terkecil sampai yang terbesar

adalah tepung maizena 282,753 gr/L, tepung panir 341,92261 gr/L, tepung

beras 431,081 gr/L, dan tepung terigu 437,508 gr/L.

Menurut lalel (2009) densitas kamba tepung lebih kecil dari densitas

kamba beras. Hal ini berarti keterpdatan rongga antar butiran tepung

masih lebih besar dari butiran beras sehingga jumlah padatan yang mengisi

ruang per volume menjadi lebih kecil. Sehingga pada praktikum ini semua

sampel menggunakan produk tepung-tepungan dan didapat hasil bulk

density tertinggi adalah tepung terigu dan terendah adalah tepung maizena.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tepung terigu merupakan bahan yang

mempunyai keterpadatan lebih baik dari sampel yang lain. Faktor-faktor

yang mempengaruhi pengukuran volume wadah adalah keakuratan alat

pengukuran (penggaris, jangka sorong, dan lain-lain), keakuratan praktikan

membaca skala yang tertera, dan keakuratan perhitungan volume. Menurut

lalel (2009) densitas kamba tepung ini memiliki arti penting untuk aspek

penangan. Semakin besar densitas kamba tepung akan semakin

memperkecil volume yang dibutuhkan untuk wadah (packaging) dan

tempat penyimpanan (storage).

Faktor yang mempengaruhi bulk density dan berat jenis tepung-

tepungan adalah massa bahan dan volume wadah. Dari hasil percobaan,

bulk density tiap tepung berbeda-beda karena ukuran dari butiran tiap

tepung juga berbeda, sehingga menghasilkan bulk density yang berbeda

Page 12: ACARA II Densitas

pula. Besar kecilnya nilai berat jenis dipengaruhi oleh massa bahan dan

volume wadah yang ditempati oleh bahan. Semakin besar massa suatu

bahan, maka nilai massa jenis juga akan besar. Karena massa jenis

berbanding lurus dengan massa bahan dan berbanding terbalik dengan

volume.

Pengukuran bulk density dan berat jenis pada bahan pangan tepung-

tepungan berguna dalam mensortir biji-bijian sesuai dengan kualitasnya,

menentukan umur simpannya, dan agar saat sampai di pasaran tetap

dengan komposisi yang telah dikemas di pabrik. Bermanfaat juga dalam

untuk merencanakan luas gudang penyimpanan, volume alat pengolahan

atau sarana transportasi dan mengkonversikan harga.

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Pengaruh Tingkat Kematangan terhadap Densitas dan Bobot Jenis

Kel Jenis BahanMassa

(gr)Volume

(L)Air

(gr/L)

BJ BahanSuhu (oC)

9 & 13 Tomat mentah 21,426 20 x 10-3 35 994,02 1071,3 1,078Tomat setengah matang

52,868 50 x 10-3 35 994,02 1057,36 1,064

Tomat matang 68,576 70 x 10-3 35 994,02 979,686 0,98610 &14

Pisang mentah 34,249 30 x 10-3 35 994,02 1141,63 1,148Pisang setengah matang

32,392 40 x 10-3 35 994,02 809,8 0,814

Pisang matang 34,268 35 x 10-3 35 994,02 979,085 0,984

11 & 15

Tomat mentah 18,038 20 x 10-3 35 994,02 901,8 0,907Tomat setengah matang

48,194 50 x 10-3 35 994,02 963,88 0,969

Tomat matang 77,185 25 x 10-3 35 994,02 3087,4 3,105

12 &16

Pisang mentah 29,340 30 x 10-3 35 994,02 978 0,984Pisang setengah matang

34,483 40 x 10-3 35 994,02 862,075 0,867

Pisang matang 35,565 40 x 10-3 35 994,02 1185,5 1,193Sumber: Laporan Sementara

Berdasarkan tabel 2.3 BJ tomat pada kelompok 9&13 dari yang

terbesar sampai terkecil secara berurutan adalah tomat mentah 1,078 gr/L,

tomat setengah matang 1,064 gr/L, dan tomat matang 0,986 gr/L. BJ tomat

pada kelompok 11&15 dari yang terbesar sampai terkecil secara berurutan

adalah tomat matang 3,105 gr/L, tomat setengah matang 0,969 gr/L, dan

tomat mentah 0,907 gr/L. BJ pisang pada kelompok 10&14 dari yang

Page 13: ACARA II Densitas

terbesar sampai terkecil secara berurutan adalah pisang mentah 1,148 gr/L,

pisang matang 0,984 gr/L, dan pisang setengah matang 0,814 gr/L. BJ

pisang pada kelompok 12&16 dari yang terbesar sampai terkecil secara

berurutan adalah pisang matang 1,193 gr/L, pisang mentah 0,984 gr/L, dan

pisang setengah matang 0,867 gr/L.

Menurut Novita (2012) total padatan terlarut pada bahan juga

dipengaruhi oleh tingkat kematangan dalam penelitian total padatan

terlarut tertinggi diperoleh pada tingkat kematngan > 70% kulit merah

dengan nilai 35,24% yang berbeda nyata dengan tingkat kematangan

lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin masak tomat maka semakin

tinggi nilai total padatan terlarutnya. Hal ini diduga karena selama proses

pematangan kandungan gula di dalam tomat terus meningkat yang

disebabkan karena terjadinya degradasi pati (karbohidrat) menjadi gula

sederhana (glukosa dan fruktosa) sehingga kandungan gulanya meningkat.

Dengan demikian semakin masak buah, berat jenisnya semakin meningkat.

Dalam industri pangan kematngan buah digunakan untuk menentukan alat

penyimpanan, dan untuk keuntungan karena buah yang matang bobot jenis

lebih tinggi dari buah yang mentah.

Bulk density atau densitas kamba merupakan perbandingan

antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan

dinyatakan dalam satuan g/ml (Agustina, 2008). Jadi, faktor yang

mempengaruhi densitas dan berat jenis berdasarkan kematangan bahan

adalah volume dan massanya. Jika dilihat dari volumenya, semakin

matang buah tersebut, maka semakin ringan atau sedikit volume yang

terkandung dalam buah tersebut. Sedangkan massanya berbanding lurus

dengan berat jenis. Semakin matang suatu bahan, massa dari bahan

tersebut akan semakin besar. Semakin besar massa suatu bahan, semakin

besar pula nilai berat jenis dari bahan tersebut.

Kematangan buah selain terlihat dari warnanya, juga dapat

ditentukan dari densitasnya. Cara tradisional untuk memisahkan buah

berdasarkan densitasnya adalah dengan memasukkan buah tersebut ke

Page 14: ACARA II Densitas

dalam bak berisi air. Buah yang matang akan terapung, sedangkan yang

mentah akan tenggelam (Anonim5, 2008). Oleh karena itu, seharusnya

semakin matang buah, semakin kecil densitasnya. Kematangan buah dan

densitas seharusnya menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik.

Menurut Syarief dan Anies (1988), pada buah-buahan klimakterik seperti

pisang dan tomat, proses respirasi saat pematangan buah menunjukkan

peningkatan produksi CO2 mendadak saat puncak klimakterik. Penelitian

yang dilakukan pada pisang, menunjukkan bahwa semakin matang buah

tersebut, semakin besar difusi airnya. Banyaknya difusi air berkaitan

dengan besarnya produksi CO2. Jika produksi CO2 membesar, maka

ruangan bebas (free space) yang terbentuk makin banyak. Banyaknya free

space inilah yang kemudian menyebabkan berkurangnya densitas buah

yang matang.

Penghitungan densitas dan berat jenis pada bahan pangan

berdasarkan tingkat kematangannya bermanfaat dalam pengemasan

berdasarkan tingkat kematangannya, karena apabila tidak dikemas

berdasarkan tingkat kematangannya maka bahan yang setengah matang

akan mengalami proses pematangan yang cepat. Berguna juga dalam

menentukan umur simpan bahan pangan tersebut dan agar sampai ke

tangan konsumen dengan kualitas yang sama saat dipanen. Kemudian juga

bermanfaat dalam memudahkan sistem distribusi bahan pangan.

Page 15: ACARA II Densitas

E. Kesimpulan

Dari hasil praktikum acara II, “Densitas dan Bobot Jenis” dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.

2. Bulk density atau densitas kamba adalah perbandingan bobot bahan

dengan volume yang ditempatinya, termasuk ruang kosong di antara

butiran bahan.

3. Faktor yg mempengaruhi bulk density dan berat jenis tepung-tepungan

adalah massa bahan dan volume wadah.

4. Semakin besar massa suatu bahan, maka nilai massa jenis juga akan

besar. Karena massa jenis berbanding lurus dengan massa bahan dan

berbanding terbalik dengan volume.

5. Faktor yg mempengaruhi densitas dan berat jenis berdasarkan

kematangan bahan adalah volume dan massanya.

6. Semakin matang bahan, maka volumenya semakin sedikit dan massanya

semakin besar.

Page 16: ACARA II Densitas

DAFTAR PUSTAKA

Adebbowale, 2011. Effect of Fermentation Period on the Chemical Composition and Functional Properties of Pigeon Pea (Cajanus cajan) Seed Flour. International Food Research Journal 18(4): 1329-1333 (2011).

Bueche, Frederick J. 1989. Teori dan Soal-soal Fisika Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Cromer, Alan H. 1994. Fisika untuk Ilmu-ilmu Hayati Edisi Kedua. UGM Press. Yogyakarta.

Gluba, Tadeuzt, Andrzej O., Estera G. 2004. The Effect of Granulation Conditions on Bulk Density of a Product. Physicochemical Problems of Mineral Processing, 38 (2004) 177-186. Fizykochemiczne Problemy Mineralurgii, 38 (2004) 177-186.

Olson, Reuben M. 1990. Dasar-Dasar Mekanika Fluida Teknik Edisi Kelima. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pramesta, Ladas Dianti,, Dian Rahmawanti., Kawiji., Baskara Katri Anandito. 2012. Karakterisasi Bubur Bayi Instan Berbahan Dasar Tepung Millet (Panicum sp) dan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) Dengan Flavor Alami Pisang Ambon (Musa paradisiacal var. sapientum L. Jurnal Teknosains Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012).

Rohmah, Miftakhur. 2012. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Dan Pati Pisang Kapas (Musa comiculata). Jurnal Teknologi Pertanian 8(1): 20-24.