ACARA I
-
Upload
agnes-titah -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of ACARA I
ACARA I
SELEKSI PANELIS MENGGUNAKAN UJI SEGITIGA
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara “Seleksi Panelis Menggunakan Uji Segitiga”
adalah :
a. Mahasiswa memahami cara menjadi seorang panelis
b. Mahasiswa mampu melakukan seleksi panelis menggunakan uji segitiga
B. TINJAUAN PUSTAKA
Analisis sensorik memungkinkan untuk mempelajari sifat organoleptik
produk dengan menggunakan manusia sebagai instrument pengukuran.
Pentingnya analisis sensorik besar di banyak domain untuk meningkatkan
kualitas produk selama proses pengembangan, untuk menggambarkan sifat
sensori produk, dan untuk membandingkan produk dengan produk competitor.
Oleh karena itu, analisis sensorik membutuhkan keandalan subyek terlatih
melakukan pengukuran terutama pada saat produk diuji diberbagai sesi yang
disebagian besar kasus. Berbagai metode telah diusulkan sebelumnya untuk
mempelajari kinerja sebuah panel terlatih. Beberapa penulis mengusulkan
metodologi statistika deskriptif (Latreille et al, 2006).
Kualitas produk pangan dinilai oleh indera manusia seperti penciuman,
visi, rasa, sentuhan dan pendengaran. Penampilan, sentuhan dan bau dari
makanan digunakan untuk mengevaluasi apakah makanan tersebut layak
dimakan atau rusak, dan memberikan kesan apa yang diharapkan dari
makanan. Analisis sensoris menggunakan indera manusia dalam evaluasi
kualitas produk. Analisis sensoris dapat dilakukan oleh sebuah panel sensorik
dalam kondisi yang terkendali dimana atribut dievaluasi secara objektif, atau
dapat dipelajari konsumennya (Bach, 2012).
Uji segitiga merupakan tes dengan menggunakan delapan belas panelis
yang dipilih dan diperintahkan untuk mengidentifikasi sampel yang aneh dari
tiga sampel kode yang disajikan. Namun, ketika panelis tidak bisa mendeteksi
sampel khas mereka bisa memilih option berbeda. Semua jawaban yang
ditambahkan, dan sepertiga dari jawaban perbedaan dimasukkan ke jawaban
yang benar. Jawaban yang benar total dibandingkan dengan nilai-nilai dalam
tabel yang berisi jumlah panelis dalam uji segitiga diminta untuk memberikan
jawaban yang benar dan untuk menentukan perbedaan yang signifikan
(Yuwanti et al, 2011).
Penentuan mutu suatu bahan pangan umumnya sangat tergantung pada
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain ialah warna, citarasa,
teksturs dan nilai gizinya. Tetapi selain faktor lain dipertimbangkan, secara
visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat
menentukan. Terkadang panelis tidak dapat membedakan warna dari suatu
bahan pangan namun mudah untuk menetukan teksturnya (Aini, 2010).
Panel adalah instrument analitis dalam analisis sensoris. Nilai dari alat
ini tergantung pada obyektivitas, presisi, dan kemampuan untuk menilai atau
mempertimbangkan anggota panel. Sebelum panelis dapat digunakan,
kemampuan dari panelis untuk membuat penilaian harus ditentukan. Panelis
untuk uji deskriptif perlu dipilih secara hati-hati dan dilatih. Panelis untuk uji
laboratori biasanya ditemukan pada kantor, pabrik, atau staf peneliti. Hasil dari
uji segitiga menunjukan apakah ada atau tidaknya perbedaan yang terdeteksi
antara 2 sampel. Tingkat signifikansi yang tinggi tidak menunjukkan bahwa
perbedaan itu besar tapi menunjukan bahwa adanya probabilitas yang lebih
besar dari perbedaan yang nyata (Poste et al, 1991).
Dalam memodifikasi produk makanan seperti roti maka perlu pengujian
variabel terhadap mutu sensorisnya. Mutu variabel yang diuji adalah rasa,
kerenyahan, aroma/bau dan warna untuk pengujian. Semua perlakuan akan
disajikan kepada panelis dan panelis akan menentukan mana roti yang paling
disukai. Sampel hasil uji sensoris yang mendapatkan nilai tertinggi kemudian
dianalisis mutu fisik dan kimianya (Mamentu, 2012).
Pengujian fisik dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif.
Pengujian fisik secara subyektif dilakukan melalui uji sensori dengan
menggunakan alat indera dari beberapa panelis terlatih maupun semi terlatih.
Dalam penelitian ini dipelajari sifat sensori, mutu kimiawi serta edible portion
beberapa jenis ikan patin yang dibudidayakan di Indonesia. Metode uji
pembedaan menyeluruh menggunakan uji segitiga (Triangle Test) dilakukan
terhadap contoh filet daging dalam kondisi segar untuk mengetahui perbedaan
di antara beberapa contoh secara keseluruhan. Metode uji pembedaan atribut
untuk mengetahui perbedaan di antara contoh filet daging secara spesifik
dilakukan melalui pengamatan terhadap beberapa atribut sensori dalam kondisi
segar dan matang (kukus). Pengamatan spesifik yang dilakukan terhadap
atribut sensori dalam kondisi segara adalah warna, bau, dan tekstur, sedangkan
pengamatan atribut sensori dalam kondisi matang (dikukus 15 menit) warna,
bau, tekstur dan rasa (Suryaningrum et al, 2010).
Uji segitiga dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sensori
di antara dua produk yang telah diberi perlakuan tertentu. Panelis disajikan tiga
buah contoh dan diberitahukan bahwa terdapat satu contoh yang berbeda dari
dua contoh yang lain dan kemudian mereka diminta untuk mengidentifikasikan
contoh mana yang berbeda. Pada kasus ini, tidak dapat dilakukan pengolahan
data menggunakan analisis berurutan (sekuensial), yaitu dengan cara memplot
jawaban kumulatif yang benar dari panelis dalam sebuah grafik, sampai
seluruh panelis selesai melakukan uji (Setyaningsih, 2010).
Uji segitiga merupakan uji yang memungkinkan seseorang untuk
membedakan sampel tanpa harus menentukan karakteristik sensoris yang
berbeda. Penelis yang digunakan ialah panelis yang tidak terlatih karena lebih
baik dalam mendeteksi perbedaan kecil antara sampel daripada peringkat
intensitas peringkat. Sebelum melakukan evaluasi, panelis menerima instruksi
lisan dan tertulis untuk menentukan sampel mana yang aneh dimana terdapat 2
sampel identik dan 1 yang berbeda. Panelis diminta untuk fokus pada rasa
dalam mengevaluasi sampel satu persatu (Radovich, 2004).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Borang penelitian
b. Nampan
c. Tempat sampel (piring lepek)
d. Pisau
e. Tissue
f. Gelas sloki
g. Label
2. Bahan
a. Roti tawar 3 buah (2 macam sampel sama dan 1 berbeda)
b. Air mineral sebagai penetral
3. Cara Kerja
a. Panelis
Ditulis dalam borang penilaian nama, tanggal pengujian dan produk yang diuji
Dibaca instruksi yang ada dalam borang penelitian dengan teliti kemudian diperiksa kelengkapan sampel yang ada di hadapan saudara. Jika belum
lengkap, meminta pada tim menyaji untuk melengkapi
Sampel mulai diuji sesuai instruksi yang ada dalam borang penelitian. Hasil penilaian ditulis pada kolom yang tersedia.
Apabila pengujian telah selesai, diperiksa kembali apakah hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya. Bila sudah lengkap, diserahkan
borang penilaian yang sudah diisi kepada tim penyaji
b. Penyaji
Disiapkan 3 sampel roti tawar dengan 1 sampel berbeda dari sampel yang lainnya
Roti tawar dipotong-potong dengan ukuran yang sama
Masing-masing ditempatkan pada 5 piring penyaji (setiap piring berisi 2 sampel yang sejenis dan 1 sampel yang berbeda)
Diberi kode yang berbeda pada setiap jenisnya
Disiapkan air mineral yang digunakan sebagai penetral (dalam gelas sloki)
Disajikan kepada panelis beserta dengan borang penelitian
Instruksi diberikan tentang pengujian yang dilakukan
Borang ditarik kembali jika panelis telah selesai
Dilakukan tabulasi data
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Tabulasi Data untuk Seleksi Panelis
No NamaTanggapan/ Respon Presentase/
BenarKet.
1 2 3 4 51 Andy I.N. B B B B S 80 L2 Vania S. P. B B B B B 100 L3 Anisha A. T. B S B B B 80 L4 Yaumil R. A. B B S S B 60 L5 R. Gunawan B S B B B 80 L6 Dhita Eka S B B S B 60 L7 Rahayu S. R. B B B B B 100 L8 Monika G. S B B B S 60 L9 Wahyu F. B S B B S 60 L10 Husnawati B S B S S 40 TL11 Hidayah B B B B S 80 L12 Desi Wdi B B B B B 100 L13 DEANDA P. E B S S B B 60 L14 Praditya A. W. B S B S S 40 TL15 Amiza Fitri B S B S B 60 L16 Della N. A. S S B S S 20 TL17 Kristi Y. B B S S S 40 TL18 LULUS N. B S S B S 40 TL19 Sekar P. P. B B B B S 80 L20 Yuli Umi S B B B B 80 L21 Aldila Bunga B B B B B 100 L22 Harwati B B S S B 60 L23 Prakoso Adi S S B B B 60 L24 Sophia I. P. S S B S B 40 TL25 Yolana N. S S B B B 60 L26 Nabil M. B B B S B 80 L27 Annisa F. S B S S B 40 TL28 Ardhyta Elma S B B S B 60 L29 Diah Nur B B B B B 100 L30 Retno M. B B B S B 80 L31 Dika K. A. B S S S B 40 TL32 Isni F. B B B B B 100 L33 Aditya P. Y. S B B S S 40 TL34 M. N. Buwono B B B S S 60 L35 Irma P. E. B S S B S 40 TL36 Hangga Sodiq B S S S S 20 TL37 Istiqomah Nia S B S B S 40 TL38 Ridho Eko S B S B B 60 L39 Aisyah T. R. A. S S B B B 60 L40 Jely P. B B B B B 100 L41 Agnes T. M. B B B S B 80 L42 Dini R. B S S S S 20 TL43 Ashari Putri B B B B B 100 L
44 Rizka Andyva B S S B S 40 TL45 Astri Suryani S B B B S 60 L46 Dina N. B B B B B 100 L47 Novi T, S B B B B 60 L48 Rina C. B B S S S 40 TL49 Nadia W. B S B B B 80 L
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
L : Lulus
TL : Tidak Lulus
Praktikum seleksi panelis kali ini dilakukan dengan menggunakan uji
segitiga atau sering disebut dengan uji triangle (triangle test). Uji segitiga
sendiri bertujuan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang terdapat pada
sampel. Menurut Radovich (2004), uji segitiga merupakan uji yang
memungkinkan seseorang untuk membedakan sampel tanpa harus menentukan
karakteristik mana yang berbeda. Oleh sebab itu, panelis dari uji segitiga hanya
perlu fokus pada rasa dalam mengevaluasi sampel. Akan tetapi pada praktikum
ini uji segitiga tidak hanya untuk mengevaluasi sampel akan tetapi juga untuk
menyeleksi panelis.
Dalam pengujian kali ini, digunakan 3 sampel roti tawar dimana 2
sampel diantaranya berjenis sama dan dilakukan 5 kali percobaan. Penyaji
menyajikan ketiga sampel yang telah dipotong dengan ukurang sama pada
piring lepek dengan kode yang acak yang berbeda. Kode terdiri dari 3 digit
angkat yang berbeda. Panelis diminta untuk menilainya dengan memilih salah
satu dari ketiga sampel yang berbeda. Panelis yang berpartisipasi dalam
pengujian ini berjumlah 49 orang yang terdiri dari mahasiswa Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Berdasarkan tabel 1.1 maka dapat diketahui panelis yang lulus dan
tidak lulus melakukan pengujian. Panelis dinyatakan lolos seleksi bila
persentase benar ≥ 60% dari 5 kali percobaan. Dari 5 kali percobaan, panelis
yang memiliki persentasi benar 100% sebanyak 9 orang, panelis yang memiliki
persentasi benar 80% sebanyak 10 orang, panelis yang memiliki persentasi
60% sebanyak 15 orang, panelis yang memiliki persentase benar 40%
sebanyak 12 orang, sedangkan panelis yang memiliki persentase benar 20%
sebanyak 3 orang. Dari data tersebut diperoleh panelis yang lolos seleksi yakni
yang persentase benarnya ≥ 60% dari 5 kali percobaan berjumlah 34 orang.
Sedangkan yang tidak lolos seleksi yakni yang persentase benar ≥60%
berjumlah 15 orang. Dengan demikian maka diperoleh persentase panelis yang
lolos sebesar 69,38% dan yang tidak lolos seleksi sebesar 30,61%.
Menurut Poste (1991), panelis adalah instrumen analitis dalam analisis
sensoris. Panelis dipilih berdasarkan pada obyektivitas, presisi dan
kemampuannya dalam menilai atau mempertimbangkan suatu produk. Panelis
yang sedikit terlatih dan sangat terlatih akan memberikan hasil yang lebih tepat
dan konsisten daripada panelis dalam jumlah besar dan tidak terlatih.
Sedangkan untuk uji segitiga, panelis yang digunakan ialah panelis yang tidak
terlatih. Hal ini disebabkan karena panelis yang tidak terlatih akan lebih baik
dalam mendeteksi perbedaan kecil antara sampel daripada panelis terlatih yang
handal dalam mendeteksi intensitas peringkat (Radovich, 2004).
Tabel 1.2 Uji Segitiga Dengan Jumlah Panelis 49 Orang
Jumlah Panelis Jumlah Terkecil untuk Beda Nyata Tingkat
5% 1% 0,1%
49 orang 32 34 37
Sumber : Buku Praktikum
Jumlah terkecil untuk beda nyata tingkat dapat dilihat pada tabel uji
segitiga. Pada jumlah panelis sebanyak 49 orang, jumlah terkecil untuk beda
nyata tingkat 5% adalah 32 orang; 1% sebanyak 34 orang; dan 0,1% sebanyak
37 orang. Dalam praktikum ini, praktikan menggunakan beda nyata 5%. Bila
dibandingkan dengan tabel uji segitiga tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah
panelis yang lolos > jumlah terkecil untuk beda nyata tingkat 5%. Semakin
banyak orang yang memberi tanggapan benar, maka perbedaan dari kedua
sampel tersebut akan semakin signifikan atau semakin nyata.
Tingkat signifikansi yang tinggi tidak menunjukkan bahwa perbedaan
itu besar tapi menunjukan bahwa adanya probabilitas yang lebih besar dari
perbedaan yang nyata. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dari uji
segitiga berdasarkan pada jumlah identifikasi benar yang panelis lakukan.
Semakin banyak jumlah panelis yang berhasil mengidentifikasi sampel secara
besar maka uji tersebut dapat dinyatakan berhasil. Faktor lain yang
mempengaruhi yaitu meliputi faktor umur panelis, kondisi kesehatan,
kebiasaan merokok, jenis kelamin serta kepekaan sensitivitas panelis.
Metode uji segitiga sangat berguna dalam bidang Quality Control (QC)
pada perusahaan makanan untuk menentukan jika ada sampel dari bagian
produksi yang berbeda mengandung banyak perbedaan. Selain itu juga dapat
berguna untuk menentukan jika ada terjadi substitusi bahan atau perubahan lain
pada hasil pabrik dalam mendeteksi perbedaan pada produk. Uji segitiga juga
sering digunakan untuk menyeleksi panelis.
E. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
a. Panelis adalah instrumen analitis dalam analisis sensoris.b. Dari 5 kali percobaan, panelis dinyatakan lolos apabila persentase benar ≥
60%.c. Dari 49 orang panelis yang diseleksi maka didapatkan panelis yang lolos
sebanyak 34 orang dengan persentase 69,38% sedangkan panelis yang
tidak lolos seleksi sebanyak 15 orang dengan persentase 30,61%.
d. Uji segitiga adalah uji yang memungkinkan seseorang untuk membedakan
sampel tanpa harus menentukan karakteristik mana yang berbeda.
e. Terdapat beda nyata dari kedua sampel roti tawar tersebut karena panelis
benar lebih besar dari 32 (jumlah terkecil untuk beda nyata 5%)
f. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan uji segitiga adalah jumlah
identifikasi benar yang dilakukan panelis, umur, kondisi kesehatan,
kebiasaan merokok, jenis kelamin, serta kepekaan sensitivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur Dan Purwiyatno. 2010. Sifat Sensori Marshmallow Cream Yang Menggunakan Pati Jagung Putih Termodifikasi Sebagai Pengganti Gelatin. Jurnal Prosiding Seminar Nasional ISBN 978-602-98156-0-3 hal : 168-174.
Bach, Vibe. 2012. Sensori Quality And Chemical Composition Of Culinary Preparations Of Root Crops. Denmark. Department Of Food Science Page : 12.
Setyaningsih, Dwi, Anton dan Maya. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor. IPB Press.
Latreille, Julie; Mauger, Emmanuelle; Ambroisine, Laurence; Tenenhaus, Michel; Navarro, Se´Verine; And Guinot, Christiane. 2006. Measurement Of The Reliability Of Sensory Panel Performances. Food Quality And Preference 17 (2006) 369–375, Page 369.
Mamentu, Et All. 2012. Analisis Mutu Sensoris, Fisik Dan Kimia Biskuit Balita Yang Dibuat Dari Campuran Tepung MOCAF (Modified Casavva Flour) Dan Wortel (Daucus Carota). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Pangan UNSRAT.
Poste, Linda M. Deborah A. Mackie, Gail Butler, Elizabeth Larmond. 1991. Laboratory Methods For Sensory Analysis Of Foods. Canada. Canada Communication Group-Publishing Centre.
Radovich, Theodore, Et All. 2004. Triangle Test Indicate That Irrigation Timing Affects Fresh Cabbage Sensory Quality. Journal Food Quality And Preference Vol 15 : 471-478
Suryaningrum, Theresia Dwi; Muljanah, Ijah; Dan Tahapari, Evi. 2010. Profil Sensori Dan Nilai Gizi Beberapa Jenis Ikan Patin Dan Hibrid Nasutus. Jurnal Pascapanen Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan Vol. 5 No. 2, Hal. 154-155.
Yuwanti S.; Raharjo, S.; And Supriyadi. 2011. Inhibition Of Riboflavin Photosensitized Off Flavor In Milk Products With O/W Microemulsion Containing Astaxanthin And Α-Tocopherol. International Food Research Journal 18(4): 1375-1379 (2011), Page 1378.
LAMPIRAN
% Panelis yang lolos seleksi = jumlah panelis yang lolos
jumlah total panelisx100 %
= 3449
x 100 %
= 69,38%
% Panelis yang tidak lolos seleksi = jumlah panelis yang tidak lolos
jumlahtotal panelisx100 %
= 1549
x 100 %
= 30,61%