ABSTRAK PEMBERIAN RECOMBINANT RAT PLATELET DERIVED … · 2017. 8. 15. · tumor excision). One way...
Transcript of ABSTRAK PEMBERIAN RECOMBINANT RAT PLATELET DERIVED … · 2017. 8. 15. · tumor excision). One way...
vii
ABSTRAK
PEMBERIAN RECOMBINANT RAT PLATELET DERIVED GROWTH
FACTOR BB MENSTIMULASI PEMBENTUKAN BRIDGING CALLUS
PADA FRESH FROZEN ALLOGRAFT PASCA PEMBEDAHAN
REKONSTRUKSI DEFEK TULANG LUAS FEMUR TIKUS WISTAR
MELALUI PENINGKATAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL
GROWTH FACTOR, BONE MORPHOGENETIC PROTEIN 2 DAN
OSTEOCALCIN
Defek tulang yang luas dapat disebabkan karena trauma dan non trauma
(pasca eksisi tumor). Salah satu tatalaksana pada defek tulang luas adalah
pembedahan rekonstruksi dengan menggunakan allografts. Komplikasi yang sering
terjadi pada penggunaan allograft ini adalah terjadinya nonunion, fraktur pada
graft-nya, dan infeksi. Penyebab utama terjadinya komplikasi di atas adalah karena
vaskularisasi dari graft bed yang tidak baik. Untuk mengatasi komplikasi tersebut,
dikembangkan metode bone tissue engineering yang menggunakan faktor
pertumbuhan sebagai stimulator vaskularisasi (angiogenic growth factors). Growth
factor yang sangat penting dalam penyembuhan tulang adalah Platelet Derived
Growth Factor BB.
Rancangan penelitian ini adalah Post Test Only Control Group Design
dengan sampel penelitian adalah tikus Wistar berjumlah 32 dan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan dengan pemberian rrPDGF BB konsentrasi 40
µg/ml dan kelompok kontrol tanpa pemberian rrPDGF BB. Setelah 4 minggu
diperiksa ekspresi VEGF, BMP 2 dan Osteocalcin pada allograft menggunakan
tehnik imunohistokimia. Untuk bridging callus diperiksa histopatologinya dengan
metode pengecatan hematoxylin eosin.
Pemberian PDGF BB pada fresh frozen allograft pasca pembedahan
rekonstruksi defek tulang luas femur tikus mengekspresikan VEGF, BMP 2 dan
Osteocalcin lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol yang
secara statistik berbeda bermakna (p=0,000) dengan p<0,05. Penelitian ini juga
menunjukkan terbentuknya bridging callus pada fresh frozen allograft yang
berbeda bermakna secara statistik (p=0,003) dengan p<0,05.
Dapat disimpulkan bahwa pemberian Recombinant rat PDGF BB secara
signifikan menstimulasi pembentukan tulang baru melalui peningkatan ekspresi
VEGF, BMP 2 dan osteocalcin.
Kata kunci: PDGF BB, VEGF, BMP 2, Osteocalcin, Allograft, Bridging Callus
viii
ABSTRACT
THE ADMINISTRATION OF RECOMBINANT RAT PLATELET
DERIVED GROWTH FACTOR BB STIMULATE THE FORMATION OF
BRIDGING CALLUS ON FRESH FROZEN ALLOGRAFT AFTER
RECONSTRUCTIVE SURGERY OF LARGE FEMORAL BONE DEFECT
ON WISTAR RAT THROUGH THE INCREASED EXPRESSION OF
VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR, BONE
MORPHOGENETIC PROTEIN 2 AND OSTEOCALCIN.
Large bone defects could be due to traumatic and non-traumatic causes (post
tumor excision). One way to manage such cases is with reconstructive surgery by
using allografts. Complications that often accompanied the use of allografts are
nonunion, graft fracture and infection. These are most often due to poor
vascularization of the graft bed. To overcome this, bone tissue engineering method
has been developed that uses growth factor as an angiogenic stimulator (angiogenic
growth factor). The most important growth factor that is responsible for bone
healing is the platelet derived growth factor BB (PDGF BB).
This study employed a Post Test Only Control Group Design using 32
Wistar rats divided into 2 groups: a treatment group receiving 40 ng/ml recombinant
rat PDGF BB (rrPDGF BB) and a control group without administration of rrPDGF
BB. Four weeks after treatment, vascular endothelial growth factor (VEGF), bone
morphogenetic protein-2 (BMP 2) and osteocalcin expressions were identified and
quantified using immunohistochemistry. The presence of bridging callus was
assessed histopathologically using hematoxylin eosin (HE) staining.
The administration of rrPDGF BB on fresh frozen allograft post
reconstructive surgery of large bone defects on Wistar rats showed a statistically
significant higher expression of VEGF, BMP 2 and osteocalcin as compared to the
control group (p=0.000). The presence of bridging callus on the fresh frozen
allograft was also showed to be statistically significant (p=0.003).
It can be concluded that the application of recombinant rat PDGF BB
significantly enhances the formation of new bone through increased expression of
VEGF, BMP 2 and osteocalcin.
Keyword: PDGF BB, VEGF, BMP 2, Osteocalcin, Allograft, Bridging Callus
ix
RINGKASAN
PEMBERIAN RECOMBINANT RAT PLATELET DERIVED GROWTH
FACTOR BB MENSTIMULASI PEMBENTUKAN BRIDGING CALLUS
PADA FRESH FROZEN ALLOGRAFT PASCA PEMBEDAHAN
REKONSTRUKSI DEFEK TULANG LUAS FEMUR TIKUS WISTAR
MELALUI PENINGKATAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL
GROWTH FACTOR, BONE MORPHOGENETIC PROTEIN 2 DAN
OSTEOCALCIN
Defek tulang yang luas dapat disebabkan karena trauma dan non trauma
(pasca eksisi tumor). Salah satu tatalaksana pada defek tulang luas adalah
pembedahan rekonstruksi dengan bone grafting menggunakan intercalary
allografts. Fresh frozen allograft adalah jenis allograft yang sering digunakan
untuk pembedahan rekonstruksi defek tulang luas karena masih memiliki kekuatan
biomekanik yang mendekati tulang normal, imunogenisitas yang rendah dan
ukurannya dapat disesuaikan dengan defek yang diperlukan (Shukla et al., 2003).
Komplikasi penggunaan allograft untuk rekonstruksi defek tulang luas
adalah nonunion, fraktur pada graft dan infeksi (Ogura et al., 2015). Penyebab
utama terjadinya komplikasi di atas adalah karena vaskularisasi dari graft bed yang
tidak baik. Untuk mengatasi komplikasi tersebut, dikembangkan metode bone
tissue engineering yang menggunakan faktor pertumbuhan sebagai stimulator
vaskularisasi (angiogenic growth factors) (Ami R Amini et al., 2012). Growth
factors yang sering dipakai sebagai stimulator inkorporasi allograft yaitu VEGF,
Fibroblast Growth Factor (FGF-2) dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF)
(Frohlich et al., 2008).
PDGF adalah salah satu faktor pertumbuhan yang saat ini masih belum
banyak diteliti dalam perannya terhadap inkorporasi allograft khususnya fresh
frozen allograft. Platelet Derived Growth Factor BB (PDGF BB) bersifat
kemotaktik dan mitogenik untuk osteoblas sehingga dapat berfungsi sebagai faktor
yang dapat meningkatkan penyembuhan fraktur dengan cara menarik sel
osteoprogenitor ke lokasi fraktur dan meningkatkan jumlah mitogenesis, serta
bersifat proangiogenic dan melakukan up-regulating VEGF untuk menstimulasi
angiogenesis (Hollinger et al., 2008). Penelitian menggunakan recombinant human
platelet derived growth factor (rhPDGF) untuk regenerasi defek periodontal dengan
dengan allograft tulang memberikan hasil regenerasi yang sangat baik (Nevins et
al., 2003). Sampai saat ini masih belum diketahui apakah pemberian PDGF pada
fresh frozen allograft yang ditanamkan pada defek tulang luas femur tikus dapat
meningkatkan penyembuhan tulang dari allograft yang ditandai dengan ekspresi
VEGF, BMP 2 dan osteocalcin yang lebih tinggi
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperkuat teori penyembuhan tulang
pada allograft setelah pemberian rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek
tulang luas melalui peran VEGF, BMP 2, dan osteocalcin.
x
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan post test only control group
design. Sampel penelitian ini adalah tikus Wistar jantan berusia 12 minggu yang
dilakukan pembedahan rekonstruksi defek tulang luas (1 cm), menggunakan fresh
frozen allograft yang fiksasi dengan Kirschner Wire 1,2 mm. Masing-masing
kelompok, baik kelompok perlakuan yang mendapatkan rrPDGF BB dengan dosis
100 µL dengan kosentrasi 40 ng/ml, maupun kelompok kontrol adalah berjumlah
16 tikus, sehingga total didapatkan 32 sampel. Adapun kriteria inklusi adalah tikus
jantan, usia 12 minggu, berat 200-250 gram, sehat, dan ditandai gerakan aktif.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah tikus sakit (gerakan tidak aktif) atau tidak mau
makan saat penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan median ekspresi VEGF pada allograft pada
kelompok perlakuan dengan pemberian rrPDGF BB adalah sebesar 9,00 dengan
interquartile range 0,38, sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebesar 5,00
dengan interquartile range 2,75 yang secara statistik berbeda bermakna dengan
nilai p = 0,00 (p < 0,05). Pada kelompok perlakuan dengan pemberian rrPDGF BB
dan kontrol menunjukkan ekspresi BMP 2, tetapi pada kelompok perlakuan
ditemukan ekspresi BMP 2 dengan intensitas tinggi (56,2%), sedang (37,5%) dan
ringan (6,3%), sedangkan pada kelompok kontrol hanya ditemukan ekspresi BMP
2 dengan intensitas ringan (31,3%) dan sedang (68,7%). Hail ini secara statistik
berbeda bermakna dengan p = 0,001 (p<0,05). Median ekspresi osteocalcin pada
kelompok perlakuan dengan pemberian rrPDGF BB adalah sebesar 28,00 dengan
interquartile range 8,75, sedangkan pada kelompok kontrol adalah sebesar 15,00
dengan interquartile range 2,00 yang secara statistik berbeda bermakna dengan
nilai p = 0,000 (p < 0,05). Jumlah sampel yang menunjukkan pembentukan bridging
callus pada allograft kelompok perlakuan sebanyak 43,8%, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak ditemukan bridging callus yang secara statistik berbeda
bermakna dengan nilai p = 0,003 (p<0,005).
rrPDGF BB secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan
ekspresi osteocalcin, tetapi melalui peningkatan ekspresi VEGF dan BMP 2 yang
merangsang pembentukan sel osteoblas dari sel mesenkim. Osteocalcin yang
terbentuk menyebabkan terjadinya mineralisasi sampai pada bagian tengah tulang
femur sehingga terbentuk bridging callus sampai kebagian tengah tulang femur
yang berbeda bermakna dengan kontrol.
Kebaharuan dari penelitian ini adalah recombinant Rat PDGF BB yang
diberikan pada fresh frozen allograft menghasilkan pembentukan bridging callus
dari bagian proksimal, tengah dan distal allograft pasca pembedahan rekonstruksi
defek tulang luas femur tikus.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian recombinant rat
PDGF BB secara signifikan dapat meningkatkan pembentukan tulang baru dan
mineralisasi tulang sehingga menginisiasi proses union pada defek tulang luas
femur tikus melalui peningkatan ekspresi VEGF, BMP 2 dan osteocalcin.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i
PERSYARATAN GELAR ..................................................................................... ii
PERSETUJUAN PROMOTOR DAN KOPROMOTOR ...................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
RINGKASAN ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 6
1.3.2 Tujuan khusus ........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Akademik/Ilmiah ..................................................................... 7
1.4.2 Manfaat praktis....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 9
2.1 Anatomi Dan Histologi Dari Tulang ............................................................. 9
xii
2.1.1 Osteoklas .............................................................................................. 13
2.1.2 Osteoblas .............................................................................................. 15
2.1.3 Osteosit ................................................................................................. 17
2.1.4 Matriks ekstraseluler tulang ................................................................. 20
2.2 Proses Penyembuhan Tulang ...................................................................... 21
2.2.1 Osifikasi intramembran ........................................................................ 21
2.2.2 Osifikasi endokondral .......................................................................... 24
2.2.3 Penyembuhan tulang pada allograft .................................................... 29
2.3. Pembedahan Rekonstruksi Defek Tulang Luas Dengan Fresh Frozen
Allograft ............................................................................................................ 31
2.3.1 Pembedahan rekonstruksi defek tulang luas ........................................ 35
2.3.2 Allograft ............................................................................................... 37
2.4 Platelet Derived Growth Factor (PDGF) ................................................... 42
2.4.1 Peran PDGF pada remodeling vaskular ............................................... 46
2.4.2 Peran PDGF pada Proses Penyembuhan Tulang ................................. 47
2.5 Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) ........................................... 51
2.5.1 Pengaruh VEGF pada sel tulang .......................................................... 52
2.5.2 Pengaruh VEGF pada osteoblas ........................................................... 53
2.5.3 Pengaruh VEGF pada osteoklas ........................................................... 53
2.5.4 Pengaruh VEGF pada osifikasi endokondral ....................................... 55
2.5.5 Pengaruh VEGF pada osifikasi intramembran ..................................... 56
2.6 Bone Morphogenetic Protein-2 ................................................................... 57
2.6.1 Bone morphogenetic protein dan penyembuhan tulang ....................... 60
2.6.2 Bone morphogenetic protein dan allograft .......................................... 61
2.7 Biologi Molekuler Proses Osteogenesis ..................................................... 66
xiii
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 69
3.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 69
3.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 76
3.3 Hipotesis ...................................................................................................... 77
BAB IV METODE PENELITIAN ...................................................................... 78
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 78
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 79
4.3 Penentuan Sumber Data .............................................................................. 79
4.3.1 Populasi ................................................................................................ 79
4.3.2 Sampel penelitian dan cara pengambilan sampel................................. 79
4.3.3 Kriteria eksklusi dan drop-out ............................................................. 79
4.3.4 Besar Sampel ........................................................................................ 79
4.3.5 Teknik penentuan sampel ..................................................................... 80
4.4 Variabel Penelitian ...................................................................................... 80
4.4.1 Klasifikasi variabel............................................................................... 80
4.4.2 Definisi Operasional Variabel .............................................................. 81
4.5 Alat dan Bahan ............................................................................................ 82
4.5.1 Alat ....................................................................................................... 82
4.5.2 Bahan ................................................................................................... 83
4.6 Prosedur Penelitian...................................................................................... 83
4.7 Alur Penelitian ............................................................................................ 85
4.8 Analisis Data Penelitian .............................................................................. 86
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................ 87
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian ................................................................... 87
5.2 Pengaruh Pemberian rrPDGF BB Terhadap Ekspresi VEGF ..................... 87
5.3 Pengaruh Pemberian rrPDGF BB Terhadap Ekspresi BMP 2 .................... 88
xiv
5.4 Pengaruh Pemberian rrPDGF BB Terhadap Ekspresi Osteocalcin ............ 90
5.5 Pengaruh Pemberian rrPDGF BB Terhadap Pembentukan Bridging Callus
........................................................................................................................... 91
5.6 Pengaruh Pemberian rrPDGF BB Dengan Ekspresi VEGF, BMP 2,
Osteocalcin dan Bridging Callus ...................................................................... 93
BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................... 95
6.1 Pengaruh rrPDGF BB Terhadap Ekspresi VEGF ....................................... 95
6.2 Pengaruh rrPDGF BB Terhadap BMP 2 ..................................................... 99
6.3 Pengaruh rrPDGF BB Terhadap Ekspresi Osteocalcin ............................ 100
6.4 Pengaruh rrPDGF BB Terhadap Bridging Callus ..................................... 103
6.5 Pengaruh rrPDGF BB Terhadap Pembentukan Bridging Callus Melalui
Ekspresi VEGF, BMP 2 dan Osteocalcin. ...................................................... 105
6.6 Novelty....................................................................................................... 106
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 107
7.1 Simpulan ................................................................................................... 107
7.2 Saran .......................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRAN ........................................................................................................ 117
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Hasil uji komparabilitas data ekspresi VEGF pada kelompok perlakuan
dan kontrol dengan uji Mann-Whitney U .............................................................. 88
Tabel 5.2 Hasil uji komparabilitas ekspresi BMP 2 pada kelompok perlakuan dan
kontrol ................................................................................................................... 89
Tabel 5.3 Hasil uji komparabilitas ekspresi osteocalcin pada kelompok perlakuan
dan kontrol ............................................................................................................ 91
Tabel 5.4 Hasil uji komparabilitas pembentukan bridging callus pada kelompok
perlakuan dan kontrol. ........................................................................................... 92
Tabel 5.5 Path analysis pemberian PDGF terhadap bridging callus ................... 94
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur osteon. ................................................................................. 12
Gambar 2.2 Diagram ilustrasi skematik transisi osteoblas menjadi osteosit ........ 18
Gambar 2.3 Peran PDGF pada Proses Pembentukan Tulang ............................... 49
Gambar 2.4 Proses penyembuhan tulang melibatkan PDGF ................................ 49
Gambar 2.5 Skema efek VEGF pada angiogenesis dan osteogenesis .................. 54
Gambar 2.6 Aktivitas osteogenik BMP ................................................................ 59
Gambar 2.7 Struktur kimia osteocalsin ................................................................. 62
Gambar 2.8 Sekresi dan post-translasional modifikasi osteocalcin ...................... 64
Gambar 2.9 Growth Factor Signaling Pathways yang memediasi proliferasi sel –
sel stromal multipotensial ..................................................................................... 66
Gambar 2.10 Target molekuler potensial pada prekursor sel osteogenik dan
osteoklas yang diinduksi oleh inhibisi proteosome ............................................... 67
Gambar 2.11 Regulasi diferensiasi osteoblas dan kondrosit oleh Runx-2 ............ 68
Bagan 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian ............................................................... 75
Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 76
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian ............................................................ 78
Gambar 4.2 Alur Penelitian.................................................................................. 85
Bagan 5.1 Path Analysis dengan fitting target model. .......................................... 93
Bagan 6.1 Hubungan kerangka teori dengan Path analysis ................................ 106
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BMP-2 : Bone Morphogenetic Protein-2
BMP-4 : Bone Morphogenetic Protein-4
BMP-7 : Bone Morphogenetic Protein-7
Cbfal : Core binding factor α 1
CCL2 : C-C chemokine 2
COX-2 : Cyclooxygenase-2
DBM : Demineralized Bone Matrix
DBMIM : Demineralized Bone Matrix Intramembranous
EC : Endotelial cells
ECM : Extracellular Matrix
FDA : Food and Drug Association
FGF-2 : Fibroblast Growth Factor-2
FGFs : Fibroblast Growth Factors
FLK-1 : Fetal Liver Kinase-1
GAGs : Glycosaminoglycans
GF : Growth Factor
Gla : Gamma Linolenic acid
HA : Hyaluronic Acid
HIF : Hypoxia Inducible Factor
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IGF : Insulin-like Growth Factor
IL-1 : Interleukin-1
xviii
KDR : Kinase insert Domain Receptor
M-CSF : Macrophage- Colony Stimulating Factor
MMP-9 : Matrix Metallopeptidase-9
mRNA : messenger Ribonucleic Acid
MSC : Mesenchymal Stem Cells
NO : Nitric Oxide
OCP : Osteoclast Precursor
OP-1 : Osteogenetic Protein-1
OPG : Osteoprotregin
OPN : Osteopontin
OSCAR : Osteoclast-associated receptor
PDGF : Platelet-derived Growth Factor
PDGF-AA : Platelet-derived Growth Factor-AA
PDGF-AB : Platelet-derived Growth Factor-AB
PDGF-BB : Platelet-derived Growth Factor-BB
PDGF-CC : Platelet-derived Growth Factor-CC
PDGF-DD : Platelet-derived Growth Factor-DD
PDGFR : Platelet-derived Growth Factor Receptor
PDLLA : Poly-D, L-Lactide
PRGF : Plasma-rich Growth Factor
PRP : Platelet-rich Plasma
PTH : Parathyroid Hormone
RA : Rheumathoid Arthritis
xix
RANKL : Receptor Activatorof Nuclear Factor k-B Ligand
rhBMP-7 : Recombinant Human Bone Morphogenetic Protein-7
rhPDGF : Recombinant Human Platelet-derived Growth Factor
rrPDGF-BB : Recombinant Rat Platelet-derived Growth Factor-BB
Runx-2 : Runt-related transcription factor 2
SOS : Son of Sevenless
TCP : Tricalcium Phosphate
TGF - β : Transforming Growth Factor β
TNF : Tumor Necrosis Factor
TREM-2 : Trigerring Receptor Expressed in Myeloid Cells-2
VEGF : Vascular Endothelial Growth Factor
VEGF-A : Vascular Endothelial Growth Factor-A
VEGF-B : Vascular Endothelial Growth Factor-B
VEGF-C : Vascular Endothelial Growth Factor-C
VEGF-D : Vascular Endothelial Growth Factor-D
VEGFR : Vascular Endhotelial Growth Factor Receptor
VEGFR-1 : Vascular Endothelial Growth Factor Receptor-1
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik ..................................................... 117
Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian ...................................... 119
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Histopatologi dan Imunohistokimia ................ 123
Lampiran 4. Pemeriksaan VEGF ........................................................................ 128
Lampiran 5. Pemeriksaan BMP-2 ....................................................................... 130
Lampiran 6. Pemeriksaan Osteocalcin ................................................................ 132
Lampiran 7. Pemeriksaan Bridging Callus ......................................................... 134
Lampiran 8. Data Analisis SPSS ......................................................................... 135
Lampiran 9. Foto Dokumentasi Penelitian.......................................................... 153
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Defek tulang luas dapat disebabkan karena trauma dan non trauma (pasca eksisi
tumor). Salah satu tatalaksana pada defek tulang luas adalah pembedahan
rekonstruksi. Pada tindakan pembedahan rekonstruksi memerlukan prosedur bone
grafting untuk mengisi defek tulang. Sumber tulang dapat berasal dari autograft,
allograft, xenograft dan allograft prosthesis composite (APC). Allograft saat ini
menjadi pilihan karena memiliki kekuatan biomekanik yang lebih baik dan tidak
terjadi morbiditas pada lokasi donor dibandingkan dengan autograft. Komplikasi
penggunaan allograft untuk rekonstruksi defek tulang luas adalah nonunion, fraktur
pada graft dan infeksi. Untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi tersebut
diatas, maka saat ini dikembangkan bone tissue engineering dengan menggunakan
allograft dan growth factor yang dapat menstimulasi pembentukan bridging callus
melalui mekanisme VEGF, BMP 2 dan osteocalcin.
Allograft termasuk graft yang paling sering digunakan sebagai alternatif
pengganti autograft. Allograft memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
autograft, yaitu mengurangi morbiditas lokasi donor dan perdarahan serta
ketersediaan tulang yang lebih banyak. Fresh frozen allograft adalah jenis allograft
yang sering digunakan untuk pembedahan rekonstruksi defek tulang luas karena
memiliki kekuatan biomekanik mendekati tulang normal, imunogenitas rendah dan
ukurannya dapat disesuaikan dengan defek yang diperlukan (Shukla et al., 2003).
2
Fresh frozen allograft juga memiliki kemampuan osteoinduktif dimana
mengandung Bone Morphogenetic Proteins (BMPs). Selain itu fresh frozen
allograft juga mengandung VEGF pada matriks yang tidak terkalsifikasi, meskipun
dalam jumlah yang tidak banyak (Rodella et al., 2010). Fresh frozen Allograft yang
digunakan sebagai salah satu metode rekonstruksi defek luas tulang, biasanya
disebut intercalary allografts. Komplikasi yang sering terjadi pada penggunaan
fresh frozen allograft ini adalah peningkatan risiko terjadinya nonunion (12-57%),
fraktur (17-30%) dan infeksi (10-15%) (Ogura et al., 2015). Pada studi lain,
dilaporkan insiden terjadinya infeksi juga dilaporkan bervariasi dari 6% - 13%
(Delloye et al., 2007). Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa insiden nonunion
sebesar 11% pada penggunaan massive fresh frozen allograft (Vander Griend,
1994). Penyebab utama dari terjadinya nonunion adalah karena vaskularisasi dari
graft bed yang kurang baik (Shukla et al., 2003). Hal ini yang mendorong peneliti
untuk terus mengembangkan metode yang optimal dalam mengatasi risiko-risiko
tersebut diatas salah satunya adalah dengan bone tissue engineering.
Dalam perkembangannya, prosedur bone tissue engineering menggunakan
faktor pertumbuhan sebagai bahan yang berfungsi sebagai stimulator vaskularisasi
(angiogenic growth factors) (Amini et al., 2012). Growth factors yang sering
dipakai sebagai stimulator inkorporasi allograft yaitu VEGF, Fibroblast Growth
Factor (FGF-2) dan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) (Frohlich et al.,
2008).
Platelet Derived Growth Factor adalah salah satu faktor pertumbuhan yang
saat ini masih belum banyak diteliti dalam perannya terhadap inkorporasi allograft
3
khususnya fresh frozen allograft. Beberapa penelitian menggunakan recombinant
human platelet derived growth factor (rhPDGF) pada kasus regenerasi defek
periodontal dimana dikombinasi dengan allograft tulang dan memberikan hasil
regenerasi yang sangat baik (Nevins et al., 2003).
Platelet Derived Growth Factor adalah suatu kelompok protein yang terdiri
dari PDGF-AA, PDGF-AB, PDGF-BB, PDGF-CC, PDGF-DD yang diproduksi
oleh platelet saat terjadi fraktur. Platelet Derived Growth Factor BB bersifat
kemotaktik dan mitogenik untuk osteoblas sehingga dapat berfungsi sebagai faktor
yang dapat meningkatkan penyembuhan fraktur dengan cara menarik sel
osteoprogenitor ke lokasi fraktur dan meningkatkan jumlah mitogenesis. Selain itu,
PDGF-BB bersifat proangiogenik, yang melakukan up-regulating VEGF untuk
menstimulasi pertumbuhan pembuluh darah kapiler baru. Platelet Derived Growth
Factor juga meningkatkan ekspresi VEGF yang merupakan molekul kunci dalam
proses regenerasi tulang. Administrasi lokal dari PDGF meningkatkan
penyembuhan tulang pada kelinci yang dilakukan osteotomy. Pemberian
recombinant human platelet derived growth factor (rhPDGF-BB) juga dapat
meningkatkan densitas tulang dan kekuatan biomekanik pada tulang tikus yang
osteoporosis (Hollinger et al., 2008). Pada studi serial kasus, pemberian rhPDGF-
BB dengan dikombinasikan beta TCP memberikan hasil yang secara signifikan
mengecilnya defek pada infrabony gigi (Thakare et al., 2013). Penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui peran PDGF sebagai terapi potensial dalam
pembentukan tulang dan penyembuhan fraktur memberikan hasil yang positif
(Graham et al., 2009). Pemberian PDGF lokal pada biodegradable poly-D, L-
4
Lactide (PDLLA)-coated implants secara signifikan meningkatkan kecepatan
pertumbuhan tulang tibia tikus (Bordei, 2011). Penelitian lain yang dilakukan pada
manusia, dimana dilakukan ankle arthrodesis, dan dikombinasikan dengan
pemberian rrPDGF-BB/ beta-tricalcium phosphate (beta-TCP) memberikan hasil
keluhan nyeri yang lebih kecil (Hollinger et al., 2008).
Vascular Endothelial Growth Factor adalah mitogen khusus untuk sel endotel
vaskular. Pertama kali diidentifikasi sebagai faktor pertumbuhan endotel dari sel-
sel folikel hipofisis sapi oleh Ferrara dan Davis Symth (Yang et al., 2012). VEGF
juga berfungsi untuk mempromosikan kemotaksis mesenchymal stem cell (MSC).
Periosteum, otot, jaringan adiposa, dan sumsum tulang merupakan sumber yang
kaya MSC yang mampu berdeferensiasi menjadi osteoblas, dan juga menyediakan
sel progenitor endotel yang mendukung postnatal vasculogenesis. Vaskulogenesis
dan angiogenesis dipicu oleh peningkatan kadar VEGF lokal dan sistemik, sehingga
memungkinkan mobilisasi substrat osteogenik, stem cell pericyte, dan MSC yang
mampu berdiferensiasi menjadi tambahan osteoblas. Proses ini memberi umpan
balik positif antara osteoblas dan sel endotel (Beamer et al., 2010).
BMP merupakan sitokin multifungsi yang mempengaruhi diferensiasi
berbagai tipe sel. Hampir semua efek BMP 2 tergantung pada waktu dan
konsentrasi (Steinert et al., 2008). BMP 2 memiliki sifat kemotaktik terhadap
monosit manusia dan menstimulasi ekspresi sitokin angiogenesis TGF-β1. Monosit
dalam sirkulasi meninggalkan aliran darah dan memasuki jaringan, dimana akan
terjadi diferensiasi menjadi makrofag, yang dapat mensekresikan sitokin yang
mempromosikan respon angiogenik (Raida et al., 2005). Osteocalcin berperan serta
5
dalam mineralisasi tulang, berfungsi sebagai kemoantraktan dari monosit, sel
mesenkim, dan sel resorpsi seperti osteoklas (Patti et al., 2013).
PDGF meningkatkan konsentrasi VEGF dengan cara merangsang sel
pericytes menghasilkan VEGF. Penigkatan VEGF ini akan mempercepat proses
pembentukan pembuluh darah baru atau angiogenesis pada daerah cedera dengan
menstimulasi proliferasi sel endotel pembuluh darah (Hollinger et al., 2008). PDGF
ini juga merangsang proliferasi sel mesenkim menjadi osteoblas yang berperan
dalam proses pembentukan tulang baru. Sel osteoblas matur yang terbentuk akan
mengeluarkan BMP 2 dan selanjutnya merangsang diferensiasi sel mesenkim
menjadi sel osteoblas (Scarfì, 2016). Osteoblas yang terbentuk akan memproduksi
osteocalcin yang berperan dalam mineralisasi tulang dan sebagai kemoantraktan
monosit, sel mesenkim serta osteoklas. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya
osteocalcin pada tulang dengan aktifitas mineralisasi yang tinggi (Patti et al., 2013).
Hasil akhir dari adanya peningkatan pembentukan pembuluh darah baru dan
peningkatan pembentukan sel osteoblas dewasa akibat stimulasi PDGF BB adalah
terbentuknya kalus pada bagian tulang yang mengalami defek.
Sampai saat ini masih belum diketahui apakah pemberian PDGF pada fresh
frozen allograft yang ditanamkan pada defek tulang luas femur tikus dapat
meningkatkan penyembuhan tulang dari allograft yang ditandai dengan
terbentuknya bridging callus melalui ekspresi VEGF, BMP 2 dan osteocalcin yang
lebih tinggi.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, untuk membuktikan
adanya ekspresi VEGF, BMP-2 dan osteocalcin yang lebih tinggi pada fresh frozen
allograft, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekspresi VEGF pada fresh frozen allograft yang diberikan rrPDGF
BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa pemberian rrPDGF
BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas femur tikus?
2. Apakah ekspresi BMP-2 pada fresh frozen allograft yang diberikan rrPDGF
BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa pemberian rrPDGF BB
pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas femur tikus?
3. Apakah ekspresi osteocalcin pada fresh frozen allograft yang diberikan
rrPDGF BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa pemberian
rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas femur tikus?
4. Apakah terdapat perbedaan pembentukan bridging callus pada fresh frozen
allograft yang diberikan rrPDGF BB dibandingkan tanpa pemberian
rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas femur tikus
wistar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memperkuat teori penyembuhan tulang pada allograft setelah pemberian
rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas melalui peran VEGF,
BMP 2, dan osteocalcin.
7
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk membuktikan ekspresi VEGF pada fresh frozen allograft yang
diberikan rrPDGF BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa
pemberian rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas
femur tikus.
2. Untuk membuktikan ekspresi BMP 2 pada fresh frozen allograft yang
diberikan rrPDGF BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa
pemberian rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas
femur tikus.
3. Untuk membuktikan ekspresi osteocalcin pada fresh frozen allograft yang
diberikan rrPDGF BB lebih tinggi daripada fresh frozen allograft tanpa
pemberian rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas
femur tikus.
4. Untuk membuktikan terdapat perbedaan pembentukan bridging callus pada
fresh frozen allograft yang diberikan rrPDGF BB dibandingkan tanpa
pemberian rrPDGF BB pasca pembedahan rekonstruksi defek tulang luas
femur tikus wistar
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademik/Ilmiah
Apabila penelitian ini terbukti, diharapkan hasilnya dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang teori rrPDGF BB dalam penyembuhan tulang pada fresh
8
frozen allograft melalui peran VEGF, BMP 2 dan osteocalcin setelah pembedahan
rekonstruksi defek tulang luas.
1.4.2 Manfaat praktis
Apabila penelitian ini terbukti dapat dipergunakan sebagai data penelitian
lebih lanjut untuk penelitian klinis tentang rrPDGF BB dalam penyembuhan tulang
pada fresh frozen allograft sehingga komplikasi yang sering terjadi pada
pembedahan rekonstruksi defek luas dengan fresh frozen allograft yaitu terjadinya
nonunion dan fraktur dapat dicegah.