ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

62
ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina Akhlak Siswa Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat” Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, aman, nyaman dan kondusif. Selain itu guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan. Dalam rangka meningkatkan pembinaan akhlak terhadap siswanya, guru merupakan faktor yang sangat menentukan baik atau buruknya akhlak peserta didik itu sendiri. Karena seorang guru berkewajiban atas semua perkembangan anak, baik dalam pemikirannya maupun dalam perbuatannya. Namun seorang guru bukanlah faktor utama dalam menentukan keberhasilan dalam membina akhlak siswa, akan tetapi orang tualah yang menjadi faktor utama dan pertama dalam menentukan akhlak siswa, karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah. Pembinaan akhlak yang diberikan oleh guru terhadap anak didiknya berperan positif terhadap perubahan sikap dari anak didiknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa secara matematis pembelajaran dikatakan ideal atau sangat baik jika jumlah skor angket sejumlah 3.440. Akan tetapi dalam penelitian ini di peroleh jumlah skor angket 2.282. yang artinya perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah skor anket ideal diperoleh angka persentase 66,3%. Angka ini menunjukan bahwa peran guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yang ada di SMP Islamiyah kelas VIII cukup berperan. i

Transcript of ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

Page 1: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

ABSTRAK

Maryati

“Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina Akhlak Siswa Studi Kasus di SMP Islamiyah Ciputat”

Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang

dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, aman, nyaman dan kondusif. Selain itu guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan akhlak terhadap siswanya, guru merupakan faktor yang sangat menentukan baik atau buruknya akhlak peserta didik itu sendiri. Karena seorang guru berkewajiban atas semua perkembangan anak, baik dalam pemikirannya maupun dalam perbuatannya. Namun seorang guru bukanlah faktor utama dalam menentukan keberhasilan dalam membina akhlak siswa, akan tetapi orang tualah yang menjadi faktor utama dan pertama dalam menentukan akhlak siswa, karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah.

Pembinaan akhlak yang diberikan oleh guru terhadap anak didiknya berperan positif terhadap perubahan sikap dari anak didiknya. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa secara matematis pembelajaran dikatakan ideal atau sangat baik jika jumlah skor angket sejumlah 3.440. Akan tetapi dalam penelitian ini di peroleh jumlah skor angket 2.282. yang artinya perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah skor anket ideal diperoleh angka persentase 66,3%. Angka ini menunjukan bahwa peran guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yang ada di SMP Islamiyah kelas VIII cukup berperan.

i

Page 2: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika berbicara tentang masalah krisis akhlak di kalangan pelajar,

maka dengan mudah akan terlintas di benak kita berbagai potret buram yang

telah dilakukan oleh mayoritas mereka. Ada beberapa hal yang begitu lekat di

telinga kita, berkaitan dengan kenakalan remaja di kalangan pelajar, di

antaranya adalah rambut yang tidak rapi, seragam yang kotor tidak terawat,

merokok, memakai anting dengan satu telinga, tawuran yang seakan menjadi

menu sehari-hari mereka. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa

terjadi pergeseran nilai-nilai secara drastis. Kalau dulu gambaran orang,

mengenai pelajar salah satu sosok intelek, ramah, sopan dan tanggung jawab

maka sekarang sebaliknya.

Akhlak merupakan alat kontrol psikis dan sosial bagi individu dan

masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dengan kumpulan hewan

yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Muhammad merupakan

sumber akhlak yang hendaknya di teladani oleh orang mukmin, sebagaimana

sabdanya :

Page 3: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

2

حدثنا جدى حدثنا عيل بن محمد بن الفضل بن محمد الشعرانىااسماخبرنى مى حدثنا عبدالعزيز بن محمد عن ابن عجالن عن ابراهيم بن مندر الحز

اهللا ان رسولى اهللا عنهالقعقاع بن حكيم عن ابى صالح عن ابى هريرة رض )حبانرواه ابن ( تمم مكارم االخالقأل بعثت :صل اهللا عليه وسلم قال

“Mengabarkan kepadaku Ismail bin Muhammad bin Al Fadhil bin Muhammad Al Aya’roni, menceritakan kepada kami kakek kami, menceritakan kepada kami Ibrahim bin Mundzir Al Khazmi, bercerita kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Al Qo’qoi bin Hakim dari ibnu Sholih dari Ibnu Hurairoh r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”(HR. Ibnu Hibban)1.

Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan prilaku yang

menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan

kebiasaan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah Saw

menganjurkan kepada umatnya untuk memperhatikan budi pekerti anak

dengan baik, karena akhlak ini merupakan implikasi dan cerminan dari tauhid

kepada Allah Swt.

Menurut Said Agil Husin menghadapi fenomena krisis akhlak, dunia

pendidikan sedang menghadapi ujian berat sekaligus tantangan karena

pendidikan merupakan faktor terpenting dalam menyiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas dan bermoral. Para pemikir pendidik menyerukan

agar kecerdasan akal di ikuti dengan kecerdasan moral.2

Pendidikan adalah sebuah wadah untuk mendidik peserta didik agar

bertumbuh dan berkembang kemampuannya (fitrah) yang dibawa sejak lahir.

Yang dimaksud dengan mendidik ialah seluruh kegiatan, tindakan dan sikap

yang dilakukan oleh pendidik sewaktu mengasuh peserta didik. Pendidik

adalah subjek yang mempunyai peran penting dalam pendidikan. Peserta didik

itu sendiri adalah pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan.

Sedangkan makna fitrah ialah suatu kemampuan dasar yang dimiliki oleh

setiap orang seperti halnya pembawaan.

1 Ibnu Hiban, Al-Mustdrak ‘Ala Al-Shahihain Juz 2, (Bairut: Dar Al-Kutub Al-

Ilmiyah,1990), h. 670 2 H. Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi nilai-nilai Qur’ani, (Ciputat: PT Ciputat

Press, 2005), cet ke-2, h. 7-8

Page 4: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

3

Pendidikan sebagai suatu sistem terdiri atas berbagai komponen yang

masing-masing saling berkaitan dan berhubungan untuk mencapai

keberhasilan pendidikan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan. Dengan

demikian setiap komponen memiliki sifat tergantung sesamanya. Keselarasan

antar komponen ini akan menopang keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan, salah satu di antara komponen tersebut adalah alat pendidikan.

Menurut Jalaludin alat pendidikan adalah segala sesuatu yang bisa menunjang

kelancaran pendidikan dan salah satu dari alat pendidikan tersebut adalah

pendidik.3

Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang

peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan

masalah dunia pendidikan, figur guru mesti di libatkan dalam agenda

pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di

sekolah. Hal itu tidak dapat di sangkal, karena lembaga pendidikan formal

adalah dunia kehidupan guru.

Guru sebagai figur sentral dalam dunia pendidikan, khususnya dalam

proses belajar mengajar. Sehubungan dengan ini, setiap guru sangat di

harapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai

dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.4

Guru memiliki peran ganda, yakni sebagai pengajar sekaligus sebagai

pendidik. Dalam rangka mengembangkan peran gandanya, maka Ahmad

Rohani dan A.Abu Ahmadi mengutip pendapatnya Zakiah Daradjat

disarankan agar guru memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yaitu:

Suka bekerja keras, demokratis, penyayang, menghargai kepribadian peserta didik, sabar, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang bermacam-macam, perawakan menyenangkan dan berkelakuan baik, adil dan tidak memihak, toleransi, mantap dan stabil, ada perhatian terhadap persoalan peserta didik, lincah, mampu memuji,

3 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002), cet. Ke-2, h. 110 4 Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan suatu pendekatan baru, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1996), h.221

Page 5: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

4

perbuatan baik dan menghargai peserta didik, cukup dalam pengajaran, mampu memimpin secara baik.5

Untuk tercapainya tujuan tersebut, maka guru memegang peranan

penting. Oleh sebab itu guru di sekolah tidak hanya sekedar mentransfer

sejumlah ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tetapi lebih dari itu

terutama dalam membina sikap dan keterampilan mereka. Untuk membina

sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi, guru bidang

studi agamalah yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat

menentukan dalam hal pembinaan sikap siswa karena bidang studi agama

banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan

akhlakul karimah.

Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid

namun tugas guru lebih komprehensif dari itu. Selain mengajar dan

membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka

agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang,

mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan

kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat

persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran

agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.

Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik prilaku siswa. Hal ini

disebabkan karena guru merupakan suri tauladan bagi siswanya. Jika seorang

guru agama bertingkah laku dengan baik, maka siswanya akan mencontoh

prilaku tersebut. Akan tetapi sebaliknya, jika guru agama tidak memberikan

contoh yang baik, maka siswanya juga akan meniru kelakuan tersebut. Dalam

hal ini Zuhairini mengutip pendapat dari prof. Athiyah Al Abrossyi yang

menyatakan bahwa :

“Hubungan antara murid dengan guru seperti halnya bayangan dengan tongkatnya. Bayangan tidak akan terlihat lurus apabila tongkat itu berdiri bengkok yang artinya bagaimana murid akan menjadi baik, apabila gurunya berkelakuan tidak baik. Dalam pepatah bahasa

5 Ahmad Rohani dan A.Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,

1996), h.110

Page 6: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

5

Indonesia dikatakan bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari yang artinya murid akan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh gurunya”.6 Pengaruh negatif dari sekitar bisa jadi akan memperburuk pemahaman

siswa tentang akhlak, yang semula sudah di ajarkan dan dapat di pahami oleh

siswa bisa saja rusak atau berubah akibat pergaulan buruk yang di terimanya.

Walaupun orang tuanyalah yang berperan dalam pembinaan akhlak anak-anak

mereka. Akan tetapi keberadaan guru dan peran guru cenderung dapat

memberikan motifasi dalam menananmkan pemahaman akhlak pada diri anak,

sehingga pemahaman tersebut bukan hanya pemahaman saja, tetapi dapat juga

di amalkan. Oleh karena itu, peranan seorang guru, khususnya guru agama

Islam di upayakan untuk dapat membentuk siswa agar memiliki kepribadian

muslim serta berakhlak mulia.

Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis disini

berpendapat bahwa seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi

seorang guru sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswa-siswinya. Oleh

karena itu peranan guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian

muslim yang berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis untuk melihat lebih

dalam apakah guru agama berperan dalam pembinaan akhlak siswa dengan

suatu penelitian yang berjudul “PERANAN GURU SEBAGAI PENDIDIK

DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA” (Studi kasus di SMP Islamiyah

Ciputat-Tanggerang)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka timbul

permasalahan antara lain :

a. Buruknya akhlak siswa di sekolah seperti merokok di kelas

b. Tidak masuk sekolah pada jam pelajaran

6 H. Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fakultas

Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981), h. 35

Page 7: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

6

c. Minimnya kesadaran siswa tentang pentingnya akhlak

d. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai pentingnya akhlak

e. Kurangnya pengawasan dan perhatian dari guru

f. Problema peranan guru Agama Islam dalam membina akhlak siswa

g. Problema peranan orang tua dalam membina akhlak anak di rumah

h. Problema peranan masyarakat dalam membina akhlak anak didik di

lingkungan masyarakat

2. Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya permasalahan mengenai peranan guru sebagai

pendidik, maka penulis hanya akan membatasi permasalahan pada peranan

guru agama Islam sebagai pendidik dan membina akhlak siswa.

3. Perumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, untuk memudahkan pelaksanaan

penelitian maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat

dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana peranan guru Agama Islam

sebagai pendidik dalam membina akhlak siswa SMP Islamiyah Ciputat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui peran guru agama Islam sebagai pendidik dalam

membina akhlak siswa

b. Manfa’atnya bagi instansi sekolah bisa dijadikan motivasi untuk

memperbaiki mutu maupun tekhnis, baik dari segi sarana, maupun

prasarana sekolah, sehingga kualitas kelulusannya bisa berwawasan iptek

dan imtaq.

D. Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman

skripsi yang di susun oleh FITK UIN Jakarta tahun 2007

Page 8: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Guru Sebagai Pendidik

1. Pengertian Guru Sebagai Pendidik Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang

mengajar. Sedangkan dalam bahasa Arab guru diartikan sebagai al-alim

atau al-mu’alim, yang artinya orang yang mengetahui. Selain itu ada pula

ulama yang menggunakan istilah al-mudarris untuk orang-orang yang

mengajar atau orang-orang yang memberikan pelajaran.1

Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di

masjid, surau/musalla, di rumah dan sebagainya.2

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani

dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan

1 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid, (Study

Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. Ke-1, h. 41 2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2000), h. 31

Page 9: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

8

tugasnya sebagai mahluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai

makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.3

Menurut Langeveld seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri,

pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau

kedewasaan seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu

karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang

anak.4

Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan anak didik.5 Yang dimaksud pendidik disini adalah guru

yang mengajar sekaligus mendidik di sekolah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi

bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan.

Disamping itu juga guru berkewajiban dalam pembentukan akhlak agar

sejalan antara IPTEK dan IMTAQ.

Guru sebagai pendidik berkewajiban atas semua perkembangan

anak, baik dalam pemikirannya maupun dalam perbuatannya. Meskipun

demikian bukan berarti guru adalah orang satu-satunya yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan (kedewasaan) anak, tetap saja pendidik

pertama dan utama adalah orang tua di rumah karena anak lebih banyak

menghabiskan waktunya dirumah.

Dari uraian yang telah ada, jelas bahwa pekerjaan guru itu

memang terasa berat, akan tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak hanya

mengajar, melainkan juga mendidik. Maka, untuk melakukan tugas

sebagai guru tidak sembarang orang dapat menjalankannya. Dalam praktek

sehari-hari orang sering mencampur adukkan antara pengertian

3 Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), cet.ke-2,

h.65 4 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan , (Jakarta: CV pedoman ilmu jaya, 1999), cet.ke-1, h.8 5 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam,(Bandung: PT Rosdakarya,

1994), cet. Ke-2, h.74

Page 10: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

9

”mengajar” dengan “mendidik”. Kata tersebut mempunyai hubungan yang

sangat erat, walaupun keduanya sebenarnya mempunyai pengertian yang

berbeda.

Dalam mengajar yang dipentingkan adalah segi ilmiahnya, karena

mengajar mempunyai arti memberikan pengetahuan kepada anak, agar

mereka dapat mengetahui pristiwa-pristiwa, hukum-hukum ataupun proses

dari pada sesuatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan dalam

mendidik yang lebih dipentingkan adalah segi pembentukan kepribadian

anak itu sendiri, karena mendidik mempunyai arti menanamkan tabiat

yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan berkepribadian

luhur.6 Dengan demikian jelas bahwa mengajar dengan mendidik

mempunyai hubungan yang sangat erat.

Selain itu pengajaran menurut Ahmad Tafsir ialah suatu kegiatan

yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan

psikomotorik semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak

pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan objektif, serta

terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya terampil menulis,

membaca, lari cepat, loncat tinggi, berenang, membuat pesawat radio dan

sebagainya.7

Dari uraian di atas jelas bahwa pendidikan dan pengajaran

merupakan dua kubu yang berbeda dari segi tujuan pencapaian hasil

belajar. Pengajaran lebih dititik beratkan pada aspek pengetahuan

sedangkan pendidikan pada aspek pengamalan (sikap) namun keduanya

sama-sama merupakan proses belajar-mengajar.

Dalam hubungan ini Ibnu Muqaffa seperti yang dikutip oleh

Zuhairini menasihatkan bahwa barang siapa ingin menjadi imam yang

tegak jiwanya sebagai imam agama dalam masyarakat, hendaklah ia

memulai lebih dahulu mengajar dirinya dan mengamalkan dalam tingkah

laku, atau pendapat dan pembicaraannya. Mengajar dengan tingkah

6 H. Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama,…, h. 25 7 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1995), Cet.1, h. 7

Page 11: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

10

lakunya adalah lebih berhasil dari pada mengajar dengan lisannya. Guru

dan pendidik bagi dirinya lebih berhak mendapat ketinggian dan

keutamaan dari pada guru dan pendidik-pendidik terhadap orang lain.8

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan yang terbaik

adalah pendidikan yang dimulai dari diri sendiri dan kemudian di ajarkan

kepada orang lain dengan tingkah laku yang sesuai dengan apa yang akan

di ajarkan.

2. Tugas-tugas Guru sebagai Pendidik Mengenai pengertian pendidik, didalamnya telah tersirat pula

mengenai tugas-tugas pendidik, tugas-tugas tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Membimbing peserta didik

Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan,

bakat, minat dan lain sebagainya.

2. Menciptakan situasi untuk pendidikan

Yang dimaksud dengan situasi pendidikan yaitu suatu keadaan dimana

tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan

dengan hasil yang memuaskan.9

Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam

pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan

perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik,

kognitif, maupun potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara

seimbang sampai ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.10

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik, hendaknya mereka tidak melakukan kedisiplinan terhadap anak didiknya seperti mendisiplinkan hewan ternak, akan tetapi mereka haruslah memperlakukan para peserta didiknya sebagai makhluk yang mudah dipengaruhi dan di bentuk karakternya, sehingga nantinya mereka akan dihormati di kalangan

8 Hj. Nuruhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam,…, .h. 76 9 Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam…h.66 10 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,… h. 74

Page 12: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

11

masyarakat. Dari sini akhirnya Islam menganjurkan agar yang menjadi seorang pendidik bukan hanya dari kalangan manusia terpelajar, akan tetapi juga harus orang yang arif dan bijaksana, serta orang saleh yang prilakunya dapat mempengaruhi pikiran kaum muda.11 Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

hendaknya guru itu dapat memperlakukan muridnya layaknya sebagai

sahabat sehingga interaksi diantara keduanya berjalan baik. Karena jika

seorang siswa sudah merasa nyaman dengan keberadaan seorang guru,

maka ia akan dengan mudah menerima semua nasihat yang diberikan oleh

guru.

Dalam konteks masyarakat Islam pendidik haruslah orang yang

dengan sepenuh hati melaksanakan ajaran Islam, secara lahiriah dan

batiniah. Dia pasti orang yang berbudi luhur, orang saleh yang merasa

bertanggung jawab untuk mendidik murid-muridnya menjadi terutama

muslim yang baik, yakni laki-laki dan perempuan yang akan mempelajari

nilai kaidah moral Islam, yang akan berupaya untuk hidup sesuai etika

qur’ani.12

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tugas guru

adalah sebagai pendidik dalam menanamkan berbagai aspek baik itu aspek

kognitif, psikomotorik dan afektif. Tugas guru itu sangat mulia bahkan

mendapat peringkat tertinggi dalam ajaran Islam, akan tetapi tidak

semudah apa yang kita bayangkan untuk mengemban tugas mulia itu,

perlu adanya kesungguhan dengan sepenuh hati dalam melaksanakannya.

3. Persyaratan Guru sebagai Pendidik Menurut Prof. Athiyah Al Abrossyi yang di kutip oleh Nur

Uhbiyati mengemukakan pendapatnya tentang syarat-syarat bagi guru agama, ialah :

1. Guru agama harus zuhud, yakni ikhlas, dan bukan semata-mata bersifat materialis

11 Syed Sajjad husain, syed ali ashraf, Krisis dalam Pendidikan Islam, (Jakarta anggota

IKAPI: Al-Mawardi Prima, 2000), cet.ke-1, h. 142 12 Syed sajjad husain, syed ali ashraf, Krisis dalam Pendidikan Islam,………….h. 146

Page 13: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

12

2. Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapih dan bersih, dalam akhlaknya juga baik

3. Bersifat pemaaf, sabar dan pandai menahan diri 4. Seorang guru harus terlebih dahulu merupakan seorang Bapak

sebelum ia menjadi seorang guru 5. Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak 6. Menguasai bahan pelajaran yang diberikan13

Itulah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru agama, agar

berhasil dalam tugasnya. Yang terpenting di antaranya ialah hendaknya

guru agama dapat menjadi contoh tauladan dalam segala tingkah lakunya,

dan dalam segala keadaannya.

Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak-didik.

Pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran

yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi secara tidak

sengaja, bahkan tidak disadari oleh guru, melalui sikap, gaya, dan macam-

macam penampilan kepribadian guru. Bahkan dapat dikatakan bahwa

kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan

ilmunya. Terutama bagi anak didik yang masih dalam masa pertumbuhan.

4. Posisi Guru sebagai Pendidik menurut Ajaran Islam Dalam pendidikan Islam, pendidik memiliki arti dan peranan yang

sangat penting, hal ini disebabkan ia memiliki tanggung jawab dan

menentukan arah pendidikan. Itulah sebabnya Islam sangat menghargai

dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan dan bertugas

sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan

mereka melebihi dari pada orang Islam lainnya yang tidak berilmu

pengetahuan dan bukan pendidik. Allah berfirman :

) اا:المجادلة ( ذين ءامنوا منكم والذين اوتوا العلم درجاتيرفع اهللا ال

13 Zuhairini, dkk, Methodik Kusus Pendidikan Agama,…. h. 34

Page 14: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

13

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS. Al-Mujadalah:11)14

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat

bagi orang-orang yang mau mengamalkan ilmunya walaupun hanya satu

ayat dan seluruh alam ini akan mendoakan keselamatan baginya.

Menurut Imam Ghazali seperti yang di kutip oleh Hj Nur Uhbiyati,

mengatakan bahwa agar pendidik berhasil melaksanakan tugasnya maka

pendidik harus memiliki adab yang baik. Hal ini disebabkan anak didik itu

akan selalu melihat kepadanya sebagai contoh yang harus selalu

diikutinya15

Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa posisi guru

sebagai pendidik menurut ajaran Islam sangatlah di agungkan bahkan

mendapat posisi yang utama sejalan dengan firman Allah yang di atas

bahwa orang yang mempunyai ilmu akan ditinggikan derajatnya. Bahkan

guru merupakan contoh teladan bagi para siswanya.

B. Pembinaan Akhlak Siswa

1. Pengertian dan tujuan pembinaan akhlak Secara etimologi perkataan ”Akhlak” berasal dari bahasa Arab,

jama’ dari ”Khuluqun” yang menurut lughat diartikan sebagai budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.16 Dalam kamus bahasa

Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. 17

Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya ”Al-Akhlaq”

yang dikutip oleh Hamzah Ya’kub, akhlak adalah suatu ilmu yang

menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan oleh manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus

14 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (CV Penerbit Diponegoro, 2005),

h. 543 15 Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu pendidikan Islam…, h. 84 16 Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV

Diponegoro, 1983), Cet. Ke-2, h. 11 17 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: P.N. Balai Pustaka,

1991), h. 8

Page 15: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

14

ditinjau oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan

untuk melakukan apa yang harus diperbuat.18 Selanjutnya

sebagaimana dikutip oleh Zakiah Daradjat Imam Ghozali menyatakan

bahwa akhlak itu ialah suatu istilah tentang bentuk bathin yang

tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat (bertingkah

laku), bukan karena suatu pemikiran dan bukan karena suatu

pertimbangan.19 Sejalan dengan pengertian akhlak menurut Imam

Ghazali pengertian akhlak dalam Ensiklopedi Islam akhlak juga

diartikan sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang

dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui

proses pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.20

Dalam pengertian sehari-hari, kata-kata akhlak biasa diartikan

dengan perbuatan yang baik. Akhlak disamakan dengan adab, sopan

santun, moral, dan budi pekerti. Tetapi penamaan suatu sebagai akhlak

yang baik dalam Islam, harus mengandung dua unsur. Pertama, pada

perbuatan itu sendiri, yaitu harus adanya aspek memperhalus,

memperindah, memperbagus, atau menampilkan sesuatu dalam bentuk

yang lebih baik dari tindakan asal jadi. Kedua, harus ada aspek

motivasi atau niat yang baik. Maka suatu perbuatan yang tampaknya

baik, seperti menyumbang dalam jumlah besar untuk kepentingan

sosial, tidak dinamakan akhlak yang baik kalau dilakukan dengan

motivasi untuk popularitas pribadi yang bersangkutan. Sebaliknya,

sesuatu perbuatan yang dilakukan dengan niat baik tetapi dengan cara

yang tidak baik, juga tidak dinamakan akhlak yang baik, seperti

memberikan saran kepada orang tua dengan suara keras dan kata-kata

tajam.21

18 Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah,…h. 12 19 Zakiah Daradjat dkk, Methodik Kusus Pengajaran Agama, (Bumi Aksara, 2001), Cet.

Ke-2, h. 68 20 Ensiklopedi Islam, (Jakarta: P.T Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1999), Cet. Ke-6, h. 102 21 Agus Bustanuddin, Al-Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. Ke-1,

h.153-154

Page 16: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

15

Dari uraian di atas dikatakan bahwa akhlak yang baik

mengandung dua unsur yaitu harus ada perbuatannya yang halus dan

harus ada aspek motivasi atau niat yang baik.

Imam Ghazali seperti yang dikutip oleh Mahyuddin, mengatakan ”Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.22 Ibn Maskawih seperti yang dikutip oleh Abuddin Nata,

mengatakan akhlak adalah sikap batin yang mampu mendorong secara

spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik,

sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati

dan sempurna.23

Definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas

memperlihatkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam

dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara

langsung tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu

adakalanya merupakan sifat alami (thabi’i) yang didorong oleh fitrah

manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukakannya

seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu suasana jiwa adakalanya

juga disebabkan oleh adat istiadat seperti yang membiasakan berkata

benar secara terus menerus, maka jadilah suatu bentuk akhlak yang

tertanam dalam jiwa.

Masih berbicara mengenai pengertian akhlak, sebagaimana

yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia, sering pula kata akhlak

diganti dengan kata moral atau etika hal ini dapat ditafsirkan agar lebih

terkesan modern atau mendunia. Menurut penulis hal tersebut sah-sah

22 Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam mulia, 2003), cet.ke-5, h. 4 23 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grapindo

persada, 2001), h. 11

Page 17: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

16

saja dilakukan, asalkan kita dapat memahami betul dan mengetahui

perbedaan kata-kata yang dimaksud.

Adapun pengertian masing-masing mengenai moral dan etika.

Perkataan moral secara etimologi berasal dari bahasa Latin more,

jama’ kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus Besar

Bahasa Indonesia tersebut diatas, moral berarti ajaran tentang baik-

buruk yang diterima umum mengenai perbuatan sikap, kewajiban budi

pekerti, akhlak. Moral adalah istilah yang di figurkan untuk

menentukan batas-batas suatu sifat, perangai, kehendak, pendapat atau

perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik, buruk.

Dimasukannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas

menunjukan salah satu perbedaan moral dengan akhlak, sebab salah

benar dipandang dari sudut hukum yang dalam agama Islam tidak

dapat dipisahkan dengan akhlak, seperti yang telah disinggung diatas.

Dalam Ensiklopedi Pendidikan (1976) Sugarda Poerbakawatja

menyebutkan, sesuai dengan makna aslinya dalam bahasa latin (mos),

adat istiadat menjadi dasar untuk menentukan apakah perbuatan

seseorang baik atau buruk.24

Pengarang Abu A’la Maududi mengemukakan adanya moral

Islam dalam bukunya: Eptical Viewpoint Of Islam dan memberikan

garis tegas antara moral sekuler dan moral Islam. Moral sekuler

bersumber dari pikiran dan prasangka manusia yang beraneka ragam.

Sedangkan moral Islam bersandar pada bimbingan petunjuk.25

Sedangkan “etika” lazim dipergunakan untuk istilah “akhlaq”.

Perkataan ini berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang berarti adat

kebiasaan. Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian dari

padanya. Sebagai cabang dari filsafat, maka etika bertitik tolak dari

akal pikiran tidak dari agama. Disinilah letak perbedaannya dengan

akhlaq dalam pandangan Islam. Dalam pandangan Islam, ilmu akhlaq

24 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-5, h. 353

25 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar),….h. 14

Page 18: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

17

ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana yang baik dan

mana yang buruk berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ajaran

etika Islam sesuai dengan fitrah dan akal pikiran yang lurus.26

Jika Prof. Muhamad Daud Ali mengaitkan kebijakan maupun

kebaikan dengan akhlak, maka Prof. Dr. H. Jalaludin mengaitkan

akhlak dengan kepribadian Muslim. Menurutnya kepribadian dalam

konteks ini dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang

sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik

yang ditampilkan dalam tingkah laku lahiriah maupun batiniah.

Tingkah laku lahiriah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan,

minum, berhadapan dengan teman, orang tua, teman sejawat, sanak

family dan lain-lainnya. Sedangkan sikap batin seperti sabar, tekun,

disiplin, jujur, amanat, ikhlas, toleran, dan berbagai sikap terpuji

lainnya sebagai cermin dari akhlaqul al-karimah. Semua sikap dan sifat

itu timbul dari dorongan batin. Kemudian ciri khas dari tingkah laku

tersebut sudah menjadi jati dirinya, sehingga tidak mungkin dapat

dipengaruhi sikap batin dan tingkah laku orang lain yang bertentangan

dengan apa yang ia miliki.27

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu

usaha atau tindakan yang berproses. Dikarenakan pandidikan

merupakan suatu usaha atau kegiatan yang berproses melalui tahapan-

tahapan, maka tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk

tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian

seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Kalau kita melihat kembali mengenai pengertian pendidikan

akhlak, maka akan terlihat dengan jelas sesuatu yang diharapkan

terwujud setelah seseorang mengalami pendidikan akhlak. Hal ini

dipahami, karena pada usia ini pendidikan sangat berpengaruh dalam

dirinya. Jika pendidikan akhlak sudah ditanamkan pada usia pra-

26 Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), …h. 12-13

27 Jalaludin, Teologi Pendidikan,… h. 194-195

Page 19: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

18

baligh, misalnya ia seorang anak yang penuh sopan santun maka anak

tersebut akan memilih etika yang luhur. Jika sejak masih kecil anak-

anak tumbuh dan berkembang dengan berpijak pada landasan iman

kepada Allah dan terdidik untuk selalu taqwa, ingat, pasrah, meminta

pertolongan dan berserah diri dalam menerima setiap keutamaan dan

kemuliaan, disamping akan terbiasa dengan akhlak yang baik.

Tujuan pendidikan akhlak dalam islam adalah untuk

membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan

dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan

perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur

dan suci.28

Tujuan akhlak adalah hendak menciptakan manusia sebagai

mahluk yang tinggi dan sempurna dan membedakannya dari mahluk-

mahluk lainnya. Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik

bertindak-tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap sesama

makhluk dan terhadap Tuhan. Sedangkan yang hendak dikendalikan

oleh akhlak adalah tindakan lahir.29

Menanggapi uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

tujuan pendidikan akhlak adalah untuk menanamkan rasa taqwa

kepada Allah Swt dan pengembang rasa kemanusiaan kepada sesama

serta membawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat,

moral yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak itu dapat

merasa lega dan tenang dalam pertumbuhan jiwanya tidak goncang.

Karena kegoncangan jiwa dapat menyebabkan mudah terpengaruh oleh

tingkah laku yang kurang baik.

2. Beberapa Teori tentang Pembinaan Akhlak

28 Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj dari

Attarbiyatul Islamiyah oleh Bustami A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), cet 1, h.109

29 Anwar Masy’ari, Akhlak qur’an, (Surabaya: Bina ilmu offset, 1990), cet.ke-1, h. 4

Page 20: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

19

Berbicara menganai pembentukan akhlak, Abudin Nata

mengatakan pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-

sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana

pendidikan, pembinaa yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan

dengan sunguh-sungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan

berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan bukan

terjadi dengan sendirinya.30

Mengenai pembentukan akhlak maka erat hubungannya dengan

kepribadian muslim. Kepribadian muslim dalam konteks ini sebagaimana

yang diterangkan oleh Jalaludin dapat diartikan sebagai identitas yang

dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku secara

lahiriah maupun sikap batinnya.31 Oleh sebab itu sasaran yang dituju dalam

pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak

yang mulia. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasululullah Saw bersabda:

قا ل رسو ل اهللا ص م اآمل : ه قا لرضي اهللا عنابى هريرة عن

)ابي داود رواه (المؤ منين ايما نا احسنهم خلقا Dari Abu hurairah r.a berkata: Rasulullah Saw bersabda Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya. (HR. Abu Daud) 32

Pembinaan akhlak mulia bukanlah hal yang ringan di tengah-

tengah perkembangan masyarakat yang semakin dinamis ini. perubahan

sosial dan cepatnya arus informasi produk ilmu pengetahuan dan teknologi

dan berkembangnya masyarakat industri modern, tidak lain selalu sesuai

dengan nilai qurani. Bahkan tidak jarang mempunyai dampak negatif

terhadap kualitas akhlak manusia.

Krisis akhlak yang semula hanya menerpa sebagian kecil elite

politik, kini telah menjalar kepada masyarakat luas termasuk kalangan

30 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo), cet.ke-1, h. 4 31 Jalaludin, Teologi Pendidikan,………….h. 194 32 Imam Jalaludin Abd. Rahman bin Abu Bakar As-suyuti, Al-Jami As-Shagir, (Beirut:

Dar al-Fikr, t.t), juzI, h. 89

Page 21: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

20

pelajar. Krisis akhlak yang menimpa kalangan pelajar terlihat dari

banyaknya keluhan orang tua, ahli pendidikan, dan orang tua yang

berkecimpung dalam bidang agama dan sosial berkenaan dengan ulah

sebagian siswa yang sukar dikendalikan, nakal, mabuk, keras kepala, sering

membuat ke onaran, tawuran antar pelajar dan bahkan tawuran antara

perguruan tinggi serta prilaku kriminal lainnya.

Dalam pembinaan akhlak juga perlu dilakukan upaya-upaya dari

luar. Salah satu diantaranya adalah melalui proses pendidikan diri sendiri

yang dibebankan pada setiap pribadi muslim.

Upaya-upaya tersebut bahkan sudah dapat dimulai sebelum

terjadinya konsepsi reproduksi, hingga tahap-tahap berikutnya. Beberapa

upaya yang dianjurkan tersebut adalah 33

a. Kiat pendidikan pribadi pra-nikah, yaitu memilih jodoh yang sejalan

dengan tuntutan ajaran agama Islam. Karena keluarga merupakan

lingkungan awal yang dikenal oleh setiap bayi, maka pembentukannya

pun harus memenuhi persyaratan yang sejalan dengan tuntutan ajaran

itu.

b. Kemudian pada tahap selanjutnya, sejalan dengan tahap perkembangan

usianya, pedoman mengenai pendidikan anak juga telah digariskan oleh

filsafat pendidikan Islam. Kalimat tauhid diperdengarkan ketelinga bayi

yang baru lahir (dengan mengumandangkan suara adzan dan iqamat)

yang bertujuan agar fungsi telinga pendengaran yang ia rasakan

pertama kali adalah memperdengarkan kalimat tauhid sebagai awal

kehidupannya di dunia.

c. Selanjutnya usia tujuh tahun anak-anak dibiasakan mengerjakan shalat

dan diperintah itu mulai diintensifkan menjelang usia sepuluh tahun

(hadis). Pendidikan akhlak dalam hal-hal baik dan terpuji sudah mulai

sejak usia dini. Pendidikan pada usia dini akan lebih melekat tertanam

pada diri anak.

33 Jalaludin, Teologi Pendidikan,…..h. 202

Page 22: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

21

Dengan demikian, pembinaan akhlak mulia merupakan keharusan

mutlak, dan tuntunan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini

harus menjadi kepedulian semua pihak. Sebab akhlak mulia menjadi pilar

tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu

bangsa untuk terus hidup dan berkembang ditentukan oleh kualitas

akhlaknya.

Dalam pertumbuhan dan pembinaan moral sebenarnya yang

didahulukan adalah tindak moral sejak kecil anak-anak telah dibina untuk

mengarah kepada moral yang baik. Moral itu bertumbuh melalui

pengalaman langsung dalam lingkungan dimana ia hidup, kemudian

berkembang menjadi kebiasaan yang baik dimengerti ataupun tidak,

kelakuan adalah hasil dari pembinaan yang terjadi secara langsung dan

tidak langsung 34.

Pembinaan akhlak ini harus ditanamkan sejak dini karena jika

seseorang sudah mendapatkan pendidikan akhlak sejak kecil maka akan

terbiasa melakukan hal-hal yang baik sebaliknya jika seseorang tidak

mendapatkan pendidikan akhlak sejak masa kecilnya maka akan sukar

untuk meluruskannya.

Maka pembinaan akhlak yang pertama adalah orang tua. Apa yang

dilakukan orang tua melalui perlakuan dan pelayanannya kepada si anak

telah merupakan pembinaan akhlak terhadap anak itu. Misalnya si ibu atau

si bapak yang terbiasa memperlakukan anak dengan kasar, keras atau acuh

tak acuh, maka pada jiwa si anak akan tumbuhlah rasa tidak senang,

bahkan rasa tidak disayangi, maka yang terjadi sesudah itu adalah sikap

kasar, keras dan acuh tak acuh pula pada si anak terhadap siapa saja dalam

lingkungannya

3. Materi dan Metode Pembinaan Akhlak

34 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang,

1977), cet 4, h. 119

Page 23: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

22

Pembinaan akhlak merupakan penuntun bagi umat manusia untuk

memiliki sikap mental kepribadian sebaik yang ditunjukan oleh al-quran

dan hadis Nabi Muhammad Saw, pembinaan pendidikan dan penanaman

nilai-nilai akhlakul karimah sangat tepat bagi siswa agar didalam

perkembangan mentalnya tidak mengalami hambatan dan penyimpangan

kearah negatif.35

Agar pembinaan akhlak memperoleh hasil yang memuaskan,

diperlukan cara atau metode. Metode yang dapat ditempuh untuk

pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan

berlangung secara kontinyu. Dalam pembinaan akhlak kebiasaaan

mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan

ia dapat menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Islam

mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan, yang

mengubah seluruh sifat-sifat manusia menjadi kebiasaan. Jika manusia

membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat, jika

seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah maka ia harus dibiasakan

dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan

murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.36

Dalam tahap-tahap tertentu pembinaan akhlak khususnya akhlak

lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan

tidak lagi terasa dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan

kata-kata yang bagus misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan

dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata yang bagus misalnya,

pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan atau

mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah

berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai

paksaan.37

Metode lain dalam pembinaan akhlak ini adalah melalui

keteladanan. Pendidikan melalui keteladanan adalah merupakan salah satu

35 Sudarsono, Etika Islam tentang kenakalan remaja, (Jakarta: Bina aksara, 2001), h. 151 36 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo), h. 32 37 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf,….164

Page 24: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

23

teknik pendidikan yang efektif dan sukses. Akhlak yang baik tidak dapat

dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa

untuk menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru

mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan

santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan

yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai

dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara

senantiasa menganggap diri ini sebagai orang yang paling banyak

mempunyai kekurangannya dari pada kelebihannya. Dalam hubungan ini

Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama,

hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada

dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak dapat berbuat

kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan

memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.

Dari penjelasan diatas jelas bahwa pembinaan akhlak bisa dilakukan

dengan berbagai cara, di antaranya dengan adanya pembiasaan yang sudah

dibawa sejak kecil, keteladanan harus di tanamkan pada dirinya, dan selalu

menganggap diri ini masih banyak kekurangannya di banding dengan

kelebihannya. Sehingga dengan mengetahui kekurangannya pasti nantinya

akan terus berusaha menutupi kekurangan yang ada.

5. Macam-macam Akhlak Sebagaimana telah disebutkan bahwa akhlak itu merupakan sikap

spontanitas yang muncul dari jiwa seseorang tanpa dipikirkan terlebih

dahulu dan tanpa adanya dorongan dari pihak lain, mak sikap yang muncul

secara spontanitas itu bisa baik dan juga bisa buruk.

Akhlak mulia amat banyak jumlahnya, namun dapat dilihat dari

segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.

Akhlak mulia ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pertama akhlak

Page 25: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

24

kepada Allah Swt, kedua akhlak kepada diri sendiri, dan ketiga akhlak

kepada sesama manusia.38

a. Akhlak terhadap Allah Swt

Titik tolak akhlak terhadap Allah Swt adalah adanya pengakuan

dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain-Nya. Dia adalah pemilik sifat-

sifat yang mulia dan pemilik nama-nama indah. Ada banyak alasan

mengapa manusia harus berakhlak baik kepada Allah Swt. Alasan

tersebut diantaranya adalah:

1) Karena Allah Swt telah menciptakan manusia dengan segala

keistimewaan dan kesempurnaanya. Sebagai yang diciptakan sudah

sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang

menciptakannya. Untuk itu manusia patut berakhlak kepada Allah

Swt.

2) Karena Allah Swt telah memberikan perlengkapan panca indra hati

nurani dan naluri kepada manusia

3) Karena Allah Swt menyediakan berbagai bahan dan sarana

kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air,

udara, binatang, dan lain sebagainya.39

b. Akhlak yang baik terhadap diri sendiri

Berakhlak baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,

menghormati, menyayangi, dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-

baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah

Allah Swt yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya.

Untuk menjalankan perintah Allah dan bimbingan Nabi

Muhammad Saw maka setiap umat manusia harus berakhlak dan

bersikap sebagai berikut: 1) hindarkan minuman beracun/keras, 2)

hindarkan perbuatan yang tidak baik, 3) memelihara kesucian jiwa, 4)

38 Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta:CV Karya Mulia,

2001), Cet. Ke-1, h. 43 39 Moh.Ardani, Nilai-nilai Akhlak,…h. 43-47

Page 26: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

25

pemaaf dan pemohon maaf, 5) sikap sederhana dan jujur, 6) hindari

perbuatan tercela40

c. Akhlak yang baik terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya

secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain.

Untuk itu ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan

orang lain. Oleh karenanya pula ia perlu menciptakan suasana yang

baik , satu dan lainnya saling berakhlakul karimah, diantaranya

mengiringi jenazah, mengabulkan undangan dan mengunjungi orang

sakit.41

6. Faktor-faktor yang menjadi penunjang dan penghambat

Pembinaan akhlak Faktor penting dalam penentuan baik dan buruk tingkah laku

seseorang yang dapat “mencetak” dan mempengaruhi tingkah laku

manusia dalam pergaulannya yang meliputi:42

a. Manusia, selaku makhluk yang istimewa dengan kelainan-kelainannya

dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, memiliki kelebihan-

kelebihan juga kekurangan-kekurangan tertentu. Disamping itu karena

manusia selaku pelaku akhlak yang memiliki kelebihan akal untuk

berfikir dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya.

b. Inctinct (naluri), naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir, jadi

merupakan suatu pembawaan asli. Pandangan lain tentang “naluri”

ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan

pada tujuan dengan terpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa di

dahului latihan itu.

c. Kebiasaan, adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga

menjadi mudah dikerjakan.

40 Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak,…, h. 49-50 41 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2005), Cet. Ke-7,

h. 208 42 Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan,…….., h. 55-56

Page 27: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

26

d. Keturunan, ada beberapa yang biasa diturunkan, pada garis besarnya

ada dua: 1) sifat jasmaniah, yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat

saraf orang tua dapat diturunkan kepada anak, 2) sifat rohaniah, yakni

lemah atau kuatnya suatu naluri diturunkan pula oleh orang tua yang

kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.

e. Lingkungan, dalam hubungan ini lingkungan dibagi menjadi dua

bagian: 1) lingkungan alam yang bersifat kebendaan, 2) lingkungan

pergaulan yang bersifat rohaniah.

f. Kehendak, salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku

manusia adalah kemauan keras (‘azam). Itulah yang menggerakan

manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.

g. Suara hati (dhamir), fungsi dari suara batin adalah memperingatkan

bahayannya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.

h. Pendidikan yang dimaksud disini ialah segala tuntutan dan pengajaran

yang diterima seorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu

mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika

berpandangan bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan

dalam etika disamping faktor-faktor yang sebelumnya telah

diterangkan.

Pembinaan akhlak seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor,

diantaranya ialah:

a. Faktor Nativisme

Faktor Nativisme yang berpengaruh terhadap pembinaan diri seseorang

adalah faktor pembinaan diri dalam yang bentuknya dapat berupa

kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Faktor Nativisme ini didasari

bahwa pada anak dan orang tua terdapat kesamaan baik fisik ataupun

psikis. Setiap manusia memiliki gen, gen inilah yang terdapat dalam

sel-sel kelamin yang dipindahkan dari orang tua kepada anaknya dan

Page 28: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

27

merupakan sifat-sifat yang diwariskan. Tokoh utama aliran ini adalah

Athur Schopenhawer.43

b. Faktor empirisme

Faktor Empirisme, faktor dari luar yaitu faktor sosial termasuk

pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Faktor ini paling

mempengaruhi terhadap pembentukan akhlak. Ketika manusia lahir dan

lingkungan yang baik, maka pengaruhnya kepada pembentukan

akhlaknya juga dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik,

maka pengaruh akhlaknya juga menjadi tidak baik. Maka disinilah

pendidikan dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk membentuk

dan mengembangkan akhlak manusia. Tokoh utama aliran ini adalah

Jhon locke. 44

c. Faktor Konvergensi

Kemudian faktor konvergensi berpendapat bahwa: pembinaan akhlak di

pengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor dari

luar yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus untuk

melalui interaksi dan lingkungan sekolah.45

Faktor-faktor penyebab dari kemerosotan moral dewasa ini

sesungguhnya banyak sekali antara lain yang terpenting adalah:

1. kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam masyarakat

keyakinan beragama yang didasarkan atas pengertian yang sungguh-

sungguh dan sehat tentang ajaran agama yang di anutnya, kemudian

diiringi dengan pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut merupakan benteng

moral yang paling kokoh. Marilah kita ambil sebagai contoh ajaran

islam dimana yang menjadi ukuran bagi mulai atau hinanya seseorang

adalah hati dan perbuatanya, hati yang taqwa dan perbuatan yang baik

2. keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial,

dan politik

43 Ngalim Purwanto,Ilmu pendidikan teoritis dan praktis, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2000), cet. Ke13, h. 59 44 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,………………………… h. 60 45 Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf, (Jakarta: raja Grapindo Persada, 1996), cet ke1, h. 165

Page 29: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

28

kepincangan atau ketidakstabilan suasana yang melingkungi seseorang

menyebabkan gelisah dan cemas, akibat tidak dapatnya mencapai rasa

aman dan ketentraman dalam hidup. Misalnya apabila keadaan ekonomi

goncang, harga barang-barang naik-turun dalam batas yang tidak dapat

diperkirakan lebih dahulu oleh orang-orang dalam masyarakat, maka

untuk mencari keseimbangan jiwa kembali orang terpaksa berusaha

keras. Jika ia gagal dalam usahanya yang sehat, maka ia akan

menempuh jalan yang tidak sehat. Disinilah terjadinya penyelewengan-

penyelewengan. Pada mulanya karena kebutuhan, tapi bisa tumbuh

menjadi keserakahan

3. pendidikan moral tidak terlaksana menurut mestinya

pembinaan moral seharusnya dilaksanakan sejak si anak kecil, sesuai

dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir belum

mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-

batas dan ketentuan moral yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa

dibiasakan menanamkan sikap-sikap yang dianggap baik buat

penumbuhan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral

itu.

4. Suasana rumah tangga yang kurang baik

Faktor yang terlihat pula dalam masyarakat sekarang, ialah kerukunan

hidup dalam rumah tangga kurang terjamin. Tidak tampak adanya

saling pengertian, saling menerima, saling menghargai, saling mencintai

di antara suami istri. Tidak rukunnya ibu bapak menyebabkan

gelisahnya anak-anak, mereka menjadi takut, cemas dan tidak tahan

berada di tengah-tengah orang tua yang tidak rukun. Maka anak-anak

yang gelisah dan cemas itu mudah terdorong kepada perbuatan-

perbuatan yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya, biasanya

mengganggu ketentraman orang lain.

5. Diperkenalkannya obat-obat dan alat-alat anti hamil

Seperti kita ketahui bahwa usia muda adalah usia yang baru mengalami

dorongan seksual akibat pertumbuhan biologis yang dilaluinya, mereka

Page 30: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

29

belum mempunyai pengalaman dan jika mereka juga belum mendapat

didikan agama yang mendalam dengan mudah mereka dapat dibujuk

oleh orang-orang yang tidak baik yang hanya melampiaskan hawa

nafsunya.

Maka terjadilah umpamanya obat atau alat-alat itu digunakan oleh

anak-anak muda yang tidak terkecuali anak-anak sekolah atau

mahasiswa yang dapat dibujuk oleh orang yang tidak baik itu oleh

kemauan mereka sendiri yang mengikuti arus darah mudanya tanpa

kendali. Orang tidak ada yang tahu karena bekasnya tidak terlihat dari

luar.

6. Banyaknya tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang tidak

mengindahkan dasar-dasar moral

Suatu hal yang belakangan ini kurang manjadi perhatian kita ialah,

tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-

kesenian dan permainan-permainan yang seolah-olah mendorong anak-

anak muda untuk mengikuti arus mudanya. Segi-segi moral dan mental

kurang mendapat perhatian, hasil-hasil seni itu sekedar ungkapan dari

keinginan dan kebutuhan yang sesungguhnya tidak dapat dipenuhi

bagitu saja. Lalu di gambarkan dengan sangat realistis sehingga semua

yang tersimpan di dalam hati anak muda diungkap dan realisasinya

terlihat dalam cerita, lukisan atau permainan tersebut. Inipun

mendorong anak-anak muda ke jurang kemerosotan moral.

7. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu terluang

Suatu faktor yang juga telah ikut memudahkan rusaknya moral anak-

anak muda, ialah kurangnya bimbingan dalam mengisi waktu terluang,

dengan cara yang baik dan sehat. Umur muda adalah umur suka

berkhayal, melamunkan hal yang jauh. Kalau mereka biarkan tanpa

bimbingan dalam mengisi waktunya maka akan banyaklah lamunan dan

kelakuan yang kurang sehat timbul dari mereka

Page 31: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

30

8. Kurangnya markas bimbingan

Kurangnya markas bimbingan dan penyuluhan yang akan menampung

dan menyalurkan anak-anak ke arah mental yang sehat. Dengan

kurangnya atau tidak adanya tempat kembali bagi anak-anak yang

gelisah dan butuh bimbingan itu, maka pergilah mereka berkelompok

dan menggabung kepada anak-anak yang juga gelisah. Dari sini akan

keluarlah model kelakuan yang kurang menyenangkan.46

C. Kerangka Berpikir Guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung

jawab memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi

bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan dan

pembentukan akhlak mulia.

Akhlak adalah suatu kondisi jiwa baik dan buruk, yang seharusnya

dilakukan oleh manusia kepada orang lain dengan menyatakan tujuan yang

harus dituju dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk

melakukan apa yang harus diperbuat. Akhlak merupakan sumber dari segi

perbuatan yang sewajarnya, yakni tidak dibuat-buat dan perbuatan yang

dapat dilihat sebenarnya yang merupakan gambaran dari sifat-sifat yang

tertanam dalam jiwa.

Pembinaan akhlak mulia merupakan keharusan mutlak, dan

tuntunan yang tidak bisa ditawar lagi. Keharusan mutlak ini harus menjadi

kepedulian semua pihak. Sebab akhlak mulia menjadi pilar tumbuh dan

berkembangnya peradaban suatu bangsa. Kemampuan suatu bangsa untuk

terus hidup dan berkembang ditentukan oleh kualitas akhlaknya.

Jika semua guru PAI memberikan contoh yang baik maka

pembinaan akhlak yang diberikan kepada siswa akan berdampak positif

dengan kata lain akhlak siswa akan menjadi lebih baik, karena siswa akan

mencontoh dan mempraktikkan perbuatan yang dilakukan oleh guru

tersebut. Akan tetapi jika guru PAI memberikan contoh yang tidak baik,

46 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia,…..h.13-19

Page 32: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

31

maka pembinaan akhlak yang diberikan kepada siswa berdampak negatif

atau dengan kata lain akhlak siswa kurang baik

Page 33: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Arif Furqon, metodologi penelitian adalah strategi umum yang

dianut dalam mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna

menjawab persoalan yang dihadapi. Ini adalah rencana pemecahan persoalan yang

sedang di selidiki.1

A. Jenis Penelitian Adapun penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu

memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara obyektif sesuai

dengan data yang dikumpulkan

B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islamiyah Ciputat yang beralamatkan

di Jalan Ki Hajar Dewantara No. 23 Ciputat, Jakarta Selatan. Penelitian ini

dilaksanakan selama empat bulan yaitu dari bulan Februari sampai bulan Mei

2010.

1 Arif Furqon, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,

1982), h. 50

Page 34: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

33

C. Variabel Penelitian Salah satu unsur penting dalam suatu penelitian adalah adanya variabel.

Menurut M. Sayuti Ali yang mengutip dari pendapat Rahmat bahwa, variabel

adalah sifat yang telah disusun dan sudah diberi nilai dalam suatu bilangan.2

Atau dengan kata lain variabel adalah sesuatu yang mempunyai nilai dan

menjadi objek penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel X

dan variabel Y. Adapun variabelnya adalah:

X : Peranan Guru Sebagai Pendidik

Y : Membina Akhlak Siswa

Tabel 1

Matrix Variabel

Variabel Dimensi Variabel Indikator Variabel No Item Jml

Guru

sebagai

Pendidik

(Variabel X)

Orang dewasa

yang bertanggung

jawab dalam

memberikan ilmu

pengetahuan kepad

apeserta didik serta

memberikan

bimbingan

terhadap

perkembangan

jasmani dan rohani

peserta didik

dalam rangka

menuju

kedewasaan

• Guru harus mempunyai

tanggung jawab yang

tinggi

• Harus menjadi suri

tauladan yang baik

• Guru harus selalu

mengingatkan siswa

yang mempunyai

kelakuan kurang baik

1, 2, 9

3, 4, 5, 8

6, 7, 10

3

4

3

2 H. M. Sayuti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek),

(Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 35

Page 35: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

34

Akhlak

siswa

(Variabel Y)

Sifat-sifat yang

telah meresap

dalam jiwa anak

yang kesemuanya

telah diwujudkan

dalam tingkah laku

atau perbuatan-

perbuatan secara

spontan tanpa

melalui proses

oemikiran, tidak

dibuat-buat dan

dipertimbagkan

lagi

• Perbuatan yang

dilakukan secara

spontan

• Perbuatan yang

dilakukan bersifat nyata

dalam bertingkah laku

sehari-hari

• Perbuatan yang sudah

menjadi kebiasaan bagi

anak

1

2, 3, 5,

10

4, 6, 7,

8, 9

1

4

5

Jumlah 20

D.Populasi dan Sampel Populasi dan sampel merupakan unsur terpenting dalam suatu penelitian.

Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.3

Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa

berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,

organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 1998), Cet. Ke-11, h.

115

Page 36: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

35

sejumlah elemen.4 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian

adalah siswa kelas VIII SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan tahun

ajaran 2009/2010 yang berjumlah 287 siswa/orang

Jika akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut

penelitian sampel. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau

yang memiliki sifat yang sama dengan populasi.5 Guna untuk

menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolahan data, penulis

menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel

adalah sebanyak 15 % dari populasi yang ada. Suharsimi Arikunto

mengemukakan pendapat bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100 orang,

maka sampel yang diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih”. Namun

dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 15 % yakni

berjumlah 43 orang dengan sistem random atau acak, dengan masing-masing

kelas diambi 6 orang siswa (putra/putri) dari jumlah kelas VIII-1 sampai VIII-

7 SMP Islamiyah Ciputat.

Tabel 2

Jumlah populasi dan sampel

No Kelas Jumlah Siswa (populasi) Sampel

1 VIII 287 43

E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi (Pengamatan)

Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai

pengamatan. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung di

SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan.

4 Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989),

Cet. Ke-1, h. 84 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur…, h. 117

Page 37: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

36

2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua

orang atau lebih secara langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi

data yang dianggap perlu, sehingga lebih meyakinkan data yang di peroleh

dari sumber-sumber lainnya. Dalam pelaksanaan wawancara ini penulis

mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang study pendidikan

agama Islam SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan

3. Angket (Quesioner)

Metode ini di tujukan kepada siswa-siswi yang dijadikan

responden untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan

dengan peranan guru sebagai pendidik dalam membina akhlak siswa di

SMP Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 287 siswa.

Quesioner yang dibuat merupakan quesioner tertutup, disertai dengan

sejumlah jawaban yang sudah disediakan, dan terdiri dari 20 item

pertanyaan dalam dua variabel yaitu tentang peranan guru sebagai

pendidik dalam membina akhlak siswa, yang menggunakan skala likert

dengan empat alternativ jawaban.

F. Teknik pengolahan dan Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai

berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau

quesioner yang berhasil dikumpulkan.

2. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai

berikut: dalam skala ini terdapat empat kategori jawaan yaitu, Selalu

(SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), dan Tidak Pernah (TP). Item-

item diberi skor berdasarkan jawaban yang responden pilih. Setiap

jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang

penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor

pada setiap poin jawaban yakni: untuk jawaban Selalu (SL) mendapat

Page 38: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

37

poin 4, Sering (SR) mendapat poin 3, Kadang-kadang (KD) mendapat

poin 2 dan Tiidak Pernah (TP) mendapat poin 1

3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil

dikumpulkan ke dalam table yang telah disediakan.

b. Analisa Data Setelah pengumpulan data dilakukan, tahap berikutnya data

tersebut dianalisa dengan analisa kuantitatif secara deskriptif analisis yang

sebelumnya telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus

distribusi frekuensi..

Rumus: P = %100xNF

Ket :

P = Persentase

F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases (jumlah responden)

Page 39: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Riil Obyek Penelitian

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya SMP Islamiyah

Ciputat Berdirinya yayasan Islamiyah Ciputat ini bermula adanya

keinginan dan semangat beberapa pemuda yang berada disekitar wilayah

Ciputat. Mereka merasa terpanggil dan ikut bertanggung jawab terhadap

pelestarian dan pengamalan syari’ah Islam. Keinginan dan semangat

mereka ini kemudian disambut gembira oleh para orang tua. Musayawarah

demi musyawarah dilaksanakan akhirnya tercetuslah suatu keinginan dan

semangat bersama untuk mengembangkan dan menegakan syari’ah

Islamiyah melalui bidang pendidikan. Hal ini didasarkan bahwa

pendidikan tingkat menengah saat itu tergolong masih langka. Sehingga

mereka yang berkeinginan melanjutkan studi ketingkat tersebut haruspergi

ke Jakarta. Kondisi ini hanya terbatas bagi mereka yang mempunyai

kemampuan material saja. Sementara bagi mereka yang kurang mamapu

terpaksa harus puas menjadi pengangguran, dan lebih jauh lagi

dikhawatirkan mereka itu akan terpengaruh oleh llingkungan kurang baik

yang kemudian akan terjerumus kearah kejahatan.

Page 40: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

39

Akhirnya pada tanggal 12 Mei 1965 disepakati untuk

mendirikan suatu lembaga pendidikan Islam yang bernama pendidikan

Guru Agama (PGA) Islamiyah. Informasi berdirinya PGA Islamiyah

ini ternyata didengar oleh masyarakat luas, bukan hanya masyarakat

Ciputat akan tetapi sudah sampai ke Kecamatan Sawangan, Kecamatan

Serpong dan masyarakat pinggiran Jakarta. Sehingga untuk tahun

ajaran pertama (1964/1965) sudah mampu mendapatkan siswa du

akelas yakni kelas 1 dan kelas V

Dilihat prospek pengembangan pendidikan cukup baik dan

minat masyarakat cukup banyak. Maka untuk tahun ajaran 1965/1966

LP Ma’arif membuka sekolah baru yakni SKKPNU (sekolah

KEsejahteraan Keluarga Pertama) khusus buat para remaja putrid yang

kemudian pada tahun ajaran 1966/1967 diganti menjadi SMP

Islamiyah.

Situasi dan kondisi jugalah yang membuta Islamiyah harus

bergerak terus serta tidak boleh kalah dan ketinggalan oleh lembaga-

lembaga pendidikan lain di wilayah Ciputat. Kesemuanya itu menuntut

adanya status hukum yang jelas, sehingga pengurus LPI bermaksud

meningkatkan semua lembaga pendidikan dibawah naunagnnya dan

semua kekayaan yang dimilikinya. Keinginan terwujud setelah

pengurus pada tanggal 5 bulan Agustus 1978 bertepatan dengan

tanggal 1 Ramadahan 1398 H menyepakati dibentuknya sebuah

yayasan yakni Yayasan Islamiyah Ciputat, dengan badan pendiri Drs.

H. Zarkasji Nur, H. Abdul Munir, BA, M. Anwar Nur, A. Saiful

Millah, BA, Ny Muniroh Nur, kemudian pada tanggal 11 Agustus

1978 para badan pendiri menghadap Notaris Raden Soerjo

Wongsowidjojo, SH. Dengan demikian resmi menjadi sebuah yayasan

yang berbadan hukum berdasarkan akta No.16 tanggal 11 Agustus

1978 dengan susunan kepengurusan untuk pertama kali

Ketua : Drs.H.Zarkasji Nur

Wakil Ketua : H. Abdul Munir, BA

Page 41: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

40

Sekretaris I : A. Saiful Millah, BA

Sekretaris II : Arifin Bin Ishak, BA

Bendahara I : M. Anwar Nur

Bendahara II : Ny Muniroh Nur

Anggota : Hadjuli

Muhammad Yusuf Taujiri

Ahmad Basyari, BA

Djajadi Adnan, BA

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Islamiyah Ciputat

a. Visi : Terdepan dalam IMTAQ dan IPTEQ

b. Misi :Mewujudkan manusia yang memiliki IPTEQ, mewujudkan

manusia yang beriman dan bertaqwa, mewujudkan manusia

yang bermoral dan berdisiplin tinggi, menjadikan manusia

yang berkompetitif c. TUJUAN :

Yayasan Islamiyah Ciputat yang berazaskan Islam yang berfalasfah

pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasr 1945 mempunayi

maksud dan tujuan :

1. Membina dan mengembangkan pendidikan Islam dalam arti yang

seluas-luasnya

2. Membentuk masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa kepada

Allah, cinta Agama, Bangsa dan Negara

3. Membantu pemerintah dengan melaksanakan usaha yang bersifat

sosial dan kebudayaan

Page 42: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

41

3. Profil SMP Islamiyah Ciputat

IDENTITAS MADRASAH

Nama Sekolah : SMP Islamiyah Ciputat

Alamat Sekolah : Jl. KH. Dewantara no 23

No. Telepon : (021) 7409814

No. Fax : (021) 7445391

Kelurahan : Ciputat

Kecamatan : Ciputat

Kota Madya : Tangerang Selatan

Provinsi : Banten

Kode Pos : 15411

Nama Kepala Sekolah : Mudalih, S.Ag

Status Sekolah : Swasta

Standar Sekolah : Tingkat Akreditasi A

Keadaan Gedung : Permanen

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 202280310013

Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20603526

Tahun Didirikan /Dibangun : 06 Januari 1969

Status Tanah : Miliki Sendiri

4. Data Siswa Tabel 3

DATA SISWA TAHUN AJARAN 2009/2010

No Rombel Jumlah Kelas Jumlah Siswa

1 Kelas VII 5 208

2 Kelas VIII 7 287

3 Kelas IX 7 301

Page 43: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

42

5. Struktur Organisasi SMP Islamiyah Ciputat

6. Personalia A. Guru /Pengajar

Tabel 4 Nama-nama Guru dan Pendidikan Terakhir

No Nama-nama Guru Mata pelajaran Pendidikan

Terakhir

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Mudalih, S.Ag

Sarmuji, S.Pd

Sumarja, S.S

Saan Saputra, S.Pd

Dra. Wiwin Alawiyah

H.M Yatim, Sag

Faiz Fikri Nur, S.Ag

Drs. Junaedi

Ade Laily, S.Ag

Sri Heriawati, S.Pd

IPS TERPADU

IPS TERPADU

BTQ

SENI BUDAYA

PKN

BTQ/PAI

PAI

IPS TERPADU

PKN

IPA TERPADU

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

Siswa

Coordinator MGMP Staf TUGuru Wali Kelas Guru BP/BK

Komite Kaur Tata usaha

WKS Humas WKS Kurikulum WKS Kesiswaan

Kepala Sekolah

Page 44: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

43

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

Drs, M.Amin

Sarmadih, S.Pd

Sohril

Rita Sari

Drs. Nana Supriatna

Wiwi Tarwiyah, SE

Lia Rosmalia, S.Pd

Husen Sakilin, S.Pd

Hasan Basri

Fuad Faisal, S.Ag

Drs. Sayuti.S

Suhendri, S.Pd

Lina Muzaimah, S.Pd

Wirda Widya

Subhan, S.Pd

Nurwahdah, S.Ag

Reni Rosmiati, S.Pd

Umi Solekah, S.Pd

Tutik.W, S.Pd

Andi Supendi

Dedi Wahyudi

Drs. Yakub Sofyan

Euis.N, S.Pd

Rozikin, S.Pd

BTQ/PAI

INDONESIA

PENJASKES

SENI BUDAYA

INDONESIA

IPS TERPADU

INDONESIA

MATEMATIKA

KOMPUTER

MATEMATIKA

IPS TERPADU

MATEMATIKA

IPA TERPADU

IPA TERPADU

INGGRIS

PAI

INGGRIS

PAI

INDONESIA

PENJASKES

PENJASKES

BP

MATEMATIKA

INGGRIS

S1

S1

D2

D2

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

S1

D2

S1

S1

S1

S1

S1

D2

D2

S1

S1

S1

B. Deskripsi Data

Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya salah satu tekhnik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para siswa.

Angket ini disebarkan kepada 43 siswa atau responden dalam bentuk

angket yang dipilih secara acak. Kemudian data yang diperoleh melalui angket

Page 45: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

44

tersebut diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan

prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus: P = %100xNF

Keterangan:

P = Presentasi

F = Frekuensi

N = Banyaknya Responden

Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi yang merupakan

prosentase dari data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel

angka-angka dalam prosentase yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Guru PAI menegur ketika siswanya membuat keributan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 8 18.6 %

B Sering 15 34.9 %

C Kadang-kadang 18 41.9 %

D Tidak Pernah 2 4.6 %

Jumlah 43 100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendapat siswa (18.6 %)

menyatakan guru PAI selalu menegur ketika siswanya membuat keributan.

Kemudian (34.9 %) siswa menyatakan guru PAI sering menegur. Sedangkan

(41.9 %) siswa menyatakan PAI kadang-kadang menegur siswanya ketika

membuat keributan dan (4.6 %) siswa menyatakan bahwa guru PAI tidak

pernah menegur ketika ada siswa yang membuat keributan.

Page 46: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

45

Berdasarkan jawaban responden tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI kadang-kadang menegur siswanya ketika melakukan

keributan.

Tabel 6

Guru PAI menghukum siswa ketika berbuat tidak baik

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 10 23,2 %

B Sering 12 28 %

C Kadang-kadang 20 46.5 %

D Tidak Pernah 1 2.3 %

Jumlah 43 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa (23.2 %) menyatakan guru PAI selalu

menghukum siswanya ketika berbuat tidak baik, (28 %) siswa menyatakan

sering, kemudian (46.5 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (2.3 %)

siswa menyatakan guru PAI tidak pernah menghukum siswanya yanag berbuat

tidak baik.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI kadang-kadang menghukum siswanya yang berbuat tidak

baik.

Tabel 7

Guru PAI berpakaian sopan ketika mengajar di kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 41 95.3 %

B Sering 2 4.7 %

C Kadang-kadang - -

D Tidak Pernah - -

Jumlah 43 100 %

Page 47: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

46

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pendapat siswa (95.3 %)

yang menyatakan bahwa guru PAI berpakaian sopan ketika mengajar.

Kemudian (4.7 %) siswa menyatakan guru PAI sering berpakaian sopan ketika

mengajar. Sedangkan (0 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (0 %)

siswa menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan atas jawaban responden tersebut, penulis dapat

menyimpulkan bahwa guru PAI selalu berpakaian sopan.

Tabel 8

Guru PAI berbicara baik ketika mengajar di kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 32 74.4 %

B Sering 10 23.3 %

C Kadang-kadang 1 2.3 %

D Tidak Pernah - - %

Jumlah 43 100 %

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pendapat siswa (74.4 %)

menyatakan guru PAI berbicara baik ketika mengajar. Kemudian (23.3 %)

siswa menyatakan sering. Sedangkan (2.3 %) siswa menyatakan guru PAI

kadang-kadang berbicara baik dan (0 %) siswa menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan jawaban responden diatas, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa guru PAI selalu berbicara baik ketika melakukan proses

belajar mengajar.

Tabel 9

Guru PAI masuk tepat waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 7 16.3 %

B Sering 5 11.6 %

C Kadang-kadang 26 60.5 %

Page 48: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

47

D Tidak Pernah 5 11.6 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (16.3 %) siswa menyatakan guru PAI

selalu teapat waktu, (11.6%) siswa menyatakan sering, kemudian (60.5 %)

siswa menyatakan kadang-kadang dan (11.6 %) siswa menyatakan guru

bidang study fiqh tidak pernah tepat waktu.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI kadang-kadang tepat waktu dalam melakukan proses belajar

mengajar.

Tabel 10

Guru PAI mengingatkan untuk shalat tepat waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 33 76.7 %

B Sering 5 11.6 %

C Kadang-kadang 2 4.7 %

D Tidak Pernah 3 7 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (76.7 %) siswa menyatakan guru PAI

selalu mengingatkan untuk shalat tepat waktu, (11.6 %) siswa menyatakan

sering, kemudian (4.7 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (7 %) siswa

menyatakan guru PAI tidak pernah mengingatkan untuk shalat tepat waktu.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI selalu mengingatkan siswanya untuk shalat tepat waktu.

Tabel 11

Guru PAI mengingatkan untuk membaca al-Qur’an

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 11 25.6 %

Page 49: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

48

B Sering 13 30.2 %

C Kadang-kadang 17 39.5 %

D Tidak Pernah 2 4.7 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (25.6 %) siswa menyatakan selalu,

(30.2 %) siswa menyatakan sering, kemudian (39.5 %) siswa menyatakan

kadang-kadang dan (4.7 %) siswa menyatakan guru PAI tidak pernah

mengingatkan siswanya untuk membaca al-qur’an.

Berdasarkan jawaban di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa guru

PAI kadang-kadang mengingatkan siswanya untuk membca al-qur’an.

Tabel 12

Guru PAI melakukan shalat tepat waktu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 30 70 %

B Sering 4 9 %

C Kadang-kadang 6 14 %

D Tidak Pernah 3 7 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (70 %) siswa menyatakan guru PAI

selalu shalat tepat waktu, (9 %) siswa menyatakan sering, kemudian (14 %)

siswa menyatakan kadang-kadang dan (7 %) siswa menyatakan guru PAI

tidak pernah shalat tepat waktu.

Berdasarkan jawaban responden tersebut, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI selalu melakukan shalat secara tepat waktu.

Tabel 13

Guru PAI tidak merokok ketika mengajar di kelas

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

Page 50: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

49

A Selalu 9 21 %

B Sering - %

C Kadang-kadang - %

D Tidak Pernah 34 79 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (21 %) siswa menyatakan guru PAI

selalu tidak merokok, (0 %) siswa menyatakan sering, kemudian (0 %) siswa

menyatakan kadang-kadang dan (79 %) siswa menyatakan guru PAI tidak

pernah tidak merokok ketika sedang mengajar.

Berdasarkan jawaban responden di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa guru PAI tidak pernah tidak merokok ketika mengajar. Hal ini dapat

dilihat dari pernyataan responden yang menyatakan 79 % tidak pernah.

Tabel 14

Guru PAI tidak makan sambil berjalan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 5 11.6 %

B Sering - %

C Kadang-kadang 2 4.7 %

D Tidak Pernah 36 83.7 %

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa (11.6 %) siswa

mengatakan bahwa guru PAI tidak makan sambil berjalan. Kemudian (0 %)

siswa menyatakan sering, Sedangkan (4.7 %) siswa menyatakan kadang-

kadang dan (83.7 %) siswa mengatakan tidak pernah.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa guru PAI tidak pernah tidak

makan sambil berjalan.

Page 51: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

50

Tabel 15

Siswa membantah ketika di perintah untuk membantu guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 2 4.7 %

B Sering - -

C Kadang-kadang 24 55.8 %

D Tidak Pernah 17 39.5%

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa (4.7 %) mengatakan

bahwa siswa selalu membantah ketika di perintah untuk membantu guru.

Kemudian (0 %) siswa menyatakan sering. Sedangkan (55.8 %) siswa

menyatakan kadang-kadang dan (39.5 %) siswa mengatakan tidak pernah.

Dari jawaban responden di atas dapat saya simpulkan bahwa siswa

kadang-kadang membantah ketika diperintah untuk membantu gurunya. Hal

ini dapat di buktikan dengan pernyataan siswa yang menjawab sebagian besar

kadang-kadang.

Tabel 16

Siswa segera melakukan apa yang di perintah oleh guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 20 46.5 %

B Sering 6 14 %

C Kadang-kadang 16 37.2 %

D Tidak Pernah 1 2.3 %

Jumlah 43 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa (46.5 %) siswa

menjawab selalu melakukan apa yang diperintah oleh guru, selanjutnya (14

%) siswa menjawab sering, kemudian (37.2 %) siswa menyatakan kadang-

kadang dan (2.3 %) siswa menyatakan tidak pernah.

Page 52: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

51

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa selalu melakukan

apa yang di perintah oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswa

yang menjawab 46.5 % selalu.

Tabel 17

Siswa membantu guru tanpa di perintah lagi oleh guru

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 7 16.3 %

B Sering 2 4.7 %

C Kadang-kadang 24 55.8 %

D Tidak Pernah 10 23.2 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (16.3 %) menyatakan siswa selalu

membantu gurunya tanpa diperintah lagi oleh sang guru, (4.7 %) siswa

menyatakan sering, kemudian (55.8 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan

(23.2 %) siswa menyatakan tidak pernah membantu gurunya tanpa ada

perintah dari sang guru.

Berdasarkan tabel di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa siswa

menyatakan kadang-kadang membantu gurunya tanpa di perintah lagi oleh

sang guru.

Tabel 18

Siswa mengeluarkan kata-kata tidak baik ketika menghadapi masalah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 2 4.7 %

B Sering 8 18.6 %

C Kadang-kadang 19 44.1 %

D Tidak Pernah 14 32.6 %

Jumlah 43 100 %

Page 53: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

52

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa (4.7 %) siswa menyatakan

selalu, selanjutnya (18.6 %) siswa yang menyatakan sering, kemudian (44.1

%) siswa menjawab kadang-kadang dan sebagian kecil ( 32.6 % ) siswa

menjawab tidak pernah.

Dari data responden di atas dapat disimpulkan bahwa siswa

kadang-kadang mengeluarkan kata-kata tidak baik ketika menghadapi

masalah. Hal ini dapat kita ketahui dari jawaban responden yang menjawab

kadang-kadang yaitu (44.1 %).

Tabel 19

Siswa langsung memukul ketika menghadapi masalah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 2 4.7 %

B Sering 4 9.3 %

C Kadang-kadang 12 27.9 %

D Tidak Pernah 25 58.1 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (4.7 %) menyatakan siswa langsung

memukul ketika menghadapi masalah, (9.3 %) siswa menyatakan sering,

kemudian (27.9 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (58.1 %) siswa

menyatakan tidak pernah memukul langsung ketika menghadapi masalah.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa tidak pernah

langsung memukul ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat di lihat dari

pernyataan responden yang menyatakan bahwa (58.1 %) tidak pernah

memukul langsung ketika menghadapi masalah.

Page 54: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

53

Tabel 20

Siswa memberikan sedekah ketika melihat pengemis di jalan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 5 11.6 %

B Sering 5 11.6 %

C Kadang-kadang 32 74.5 %

D Tidak Pernah 1 2.3 %

Jumlah 43 100 %

Dari data di atas menunjukan bahwa (11.6 %) menyatakan siswa selalu

memberikan sedekah ketika melihat pengemis di jalan, (11.6 %) siswa

menyatakan sering, kemudian (74.5 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan

(2.3 %) siswa menyatakan tidak pernah memberikan sedekah ketika melihat

pengemis di jalan.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kadang-kadang

memberi sedekah kepada pengemis. Hal ini dibuktikan dari jawaban

responden yang menyatakan 75.5 % menjawab kadang-kadang memberi

sedekah ketika melihat pengemis di jalan.

Tabel 21

Siswa ikut bekerja sama dengan kegiatan sosial

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 10 23.2 %

B Sering 9 21 %

C Kadang-kadang 21 48.8 %

D Tidak Pernah 3 7 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (23.2 %) menyatakan siswa selalu ikut

bekerja sama apabila ada kegiatan sosial, (21 %) siswa menyatakan sering,

Page 55: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

54

kemudian (48.8 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (7 %) siswa

menyatakan siswa tidak pernah ikut bekerja sama ketika ada kegiatan sosial.

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kadang-

kadang ikut serta dalam kegiatan sosial. Hal ini dibuktikan dari jawaban

responden yang menyatakan 48.8 % menjawab kadang-kadang ikut bekerja

sama ketika ada kegiatan sosial.

Tabel 22

Siswa terbiasa membaca doa ketika mau makan

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 29 67.4 %

B Sering 2 4.7 %

C Kadang-kadang 12 27.9 %

D Tidak Pernah - -

Jumlah 43 100 %

Dari data responden di atas dapat di ketahui bahwa (67.4%) menyatakan

siswa selalu terbiasa membaca doa ketika mau makan, kemudian (4.7 %)

siswa menyatakan sering, (27.9 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan (0

%) siswa menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa siswa terbiasa

membaca doa ketika mau makan. Hal ini dapat di lihat dengan banyaknya

siswa yang menjawab selalu yaitu (67.4 %).

Tabel 23

Siswa terbiasa mengucapkan terima kasih ketika diberi hadiah tanpa

harus di ingatkan lagi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 37 86 %

Page 56: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

55

B Sering 3 7 %

C Kadang-kadang 2 4.7 %

D Tidak Pernah 1 2.3 %

Jumlah 43 100 %

Dari tebel di atas menunjukan bahwa (86 %) menyatakan bahwa siswa

terbiasa mengucapkan terimakasih tanpa harus di ingatkan lagi, (7 %) siswa

menyatakan sering, kemudian (4.7 %) siswa menyatakan kadang-kadang dan

(2.3 %) siswa menyatakan tidak pernah.

Berdasarkan jawaban responden di atas dapat disimpulkan bahwa siswa

selalu mengucapkan terimakasih ketika diberi hadiah tanpa harus di ingatkan

lagi.

Tabel 24

Siswa terbiasa melaksanakan shalat lima waktu tanpa di ingatkan lagi

No Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

A Selalu 7 16.3 %

B Sering 3 7 %

C Kadang-kadang 31 72 %

D Tidak Pernah 2 4.7 %

Jumlah 43 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa (16.3 %) menyatakan bahwa siswa

terbiasa melaksanakan shalat lima waktu tanpa harus di ingatkan lagi, (7 %)

siswa menyatakan sering, kemudian (72 %) siswa menyatakan kadang-

kadang dan (4.7 %) siswa menyatakan tidak pernah terbiasa melaksanakan

shalat lima waktu tanpa di ingatkan lagi.

Berdasarkan jawaban responden di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa siswa kadang-kadang harus di ingatkan ketika shalat lima waktu.

Page 57: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

56

C. Analisis Data Secara matematis pembelajaran dikatakan ideal atau sangat baik jika

jumlah skor angket berjumlah 3.440. Angka ini diperoleh dari 20 pertanyaan x

43 siswa x 4 Skor. Untuk mengetahui peran guru agama Islam dalam

pembinaan akhlak siswa, bias dilihat dari table 26:

Table 26

Hasil Angket

Skor No

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah

1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 2 1 1 1 1 4 4 4 2 61

2 2 4 4 4 2 4 2 2 4 1 2 2 2 4 4 2 2 4 4 3 58

3 1 2 4 4 4 4 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 4 4 4 2 49

4 2 2 4 4 2 3 3 4 1 1 2 2 2 1 2 2 2 4 4 2 49

5 3 2 4 4 2 3 3 3 4 1 1 4 4 3 2 2 3 4 4 2 58

6 4 2 4 4 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 4 4 2 47

7 2 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 1 1 2 1 2 4 2 55

8 3 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 1 1 2 2 2 3 2 4 2 56

9 3 2 4 4 3 4 2 1 1 1 1 4 2 1 1 3 1 4 4 2 48

10 2 2 3 4 2 3 3 4 1 1 1 4 2 3 1 2 2 4 4 4 52

11 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 66

12 2 2 4 4 2 4 1 2 1 1 1 4 1 1 2 2 1 4 4 2 45

13 3 2 4 3 2 4 1 4 1 1 2 4 1 4 1 2 2 4 3 2 50

14 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 4 2 2 2 2 4 4 2 61

15 3 4 4 4 4 3 3 4 1 1 2 4 4 2 1 3 2 4 4 4 61

16 2 3 4 4 4 4 4 4 1 1 4 4 2 3 3 2 4 2 4 2 61

17 3 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 4 1 1 1 2 4 2 1 4 54

18 3 2 4 4 2 4 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 4 4 2 50

19 4 3 4 3 3 4 3 4 1 4 2 3 2 3 2 4 3 3 4 2 61

20 2 1 4 2 2 1 2 4 1 1 2 2 1 2 4 2 2 4 4 2 45

21 3 3 4 4 1 4 2 4 1 2 1 3 4 1 3 2 2 2 4 2 52

22 2 2 4 4 3 4 3 4 1 1 2 4 2 3 1 4 3 4 2 4 57

23 4 2 4 3 2 2 4 3 4 1 1 2 2 1 2 3 4 3 4 2 53

24 3 2 4 4 3 4 3 4 1 1 2 3 1 2 1 2 2 4 4 3 53

25 2 3 4 3 2 1 4 4 1 1 1 4 2 1 3 4 2 2 4 2 50

26 4 2 4 4 1 4 2 3 4 1 1 2 1 2 1 2 4 4 2 4 52

27 3 2 4 3 3 4 3 4 1 1 2 4 4 1 2 2 2 2 4 2 53

Page 58: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

57

28 2 3 4 4 2 1 4 4 1 1 1 2 2 2 1 3 3 4 4 2 50

29 4 2 4 4 2 4 2 4 4 1 2 4 1 1 3 4 2 2 4 2 56

30 2 3 4 3 2 4 2 4 1 1 2 2 2 1 2 2 3 4 4 2 50

31 3 2 4 4 2 4 2 3 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 4 2 48

32 2 4 4 3 2 4 3 4 1 1 1 4 2 2 1 2 2 4 4 2 52

33 3 2 4 4 1 4 2 4 1 2 2 3 4 2 1 3 3 4 4 2 55

34 2 4 4 3 2 4 4 2 4 1 1 4 2 3 2 2 2 2 4 2 54

35 3 2 3 4 1 4 3 4 1 1 2 3 1 2 1 2 2 4 4 1 48

36 2 3 4 4 2 4 2 1 1 1 1 4 3 2 1 2 2 4 4 2 49

37 3 4 4 3 2 4 2 4 1 1 2 4 2 2 2 2 4 2 3 4 55

38 2 3 4 4 2 4 4 4 1 1 2 4 2 2 1 2 2 4 4 2 54

39 3 2 4 3 2 4 3 4 1 1 2 2 4 3 1 2 4 4 4 2 55

40 2 4 4 4 1 2 2 4 1 1 2 4 2 2 1 2 2 4 3 2 49

41 1 3 4 4 2 4 3 4 1 1 2 4 2 2 1 2 4 2 4 4 54

42 2 3 4 4 2 4 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 4 4 2 47

43 2 3 4 4 2 4 2 4 1 1 1 2 2 2 1 2 3 4 4 1 49

Jml 115 117 170 160 100 154 119 119 70 60 73 131 92 84 69 100 112 146 162 101 2282

Dari data diatas, ternyata jumlah skor angket dalam penelitian ini hanya

mencapai angka 2282 dari jumlah ideal yakni 3440. Dari data diatas dapat

diketahui perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah skor

angket ideal diperoleh angka prosentase 66,3%. Yang artinya angka ini

menunjukan bahwa peran guru agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa yang

ada di SMP Islamiyah kelas VIII cukup berperan.

Page 59: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

58

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu yang berjudul peranan

guru Agama Islam sebagai pendidik dalam membina akhlak siswa di SMP

Islamiyah Ciputat, akhirnya penulis mengambil kesimpulan bahwa:

Peran guru pendidikan agama islam dalam membentuk akhlak siswa SMP

Islamiyah Ciputat sebagai berikut. Berdasarkan analisa data yang telah penulis

lakukan, hasil yang di peroleh dari perhitungan angket dengan menggunakan

rumus distribusi frekuensi di peroleh prosentase 66,3 %.

Hasil tersebut menunjukan bahwa guru agama Islam cukup berperan

dalam pembinaan akhlak siswa yang ada disekolah tersebut. Hal ini dapat

dibuktikan ketika dalam proses pembelajaran guru sering menegur siswanya

ketika berbuat keributan dan guru kadang-kadang menghukum siswa yang

melakukan keributan. Selain itu, guru juga memberikan suri tauladan yang baik

terhadap anak didiknya, baik itu dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

B. SARAN

Berdasarkan dengan penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal

yang disarankan penulis dalam rangka pembinaan akhlak siswa, yaitu:

Page 60: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

59

1. Kepala sekolah SMP Islamiyah Ciputat, Bapak Mudalih, S.Ag agar lebih

meningkatkan supervisi terhadap proses kegiatan belajar mengajar di

kelas.

2. Kepada guru PAI untuk lebih meningkatkan kualitas pengajarannya baik

dari segi metode, media, pendekatan, serta model pembelajaran agar

peserta didik dapat memperoleh prestasi yang lebih bagus dari

sebelumnya.

3. Untuk para murid agar lebih giat lagi belajar dan meningkatkan prestasi

belajarnya.

4. Bagi orang tua, hendaknya senantiasa memperhatikan prilaku anaknya dan

selalu memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Karena bagaimanapun

juga orang tua adalah pendidik pertama bagi anaknya.

Page 61: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

60

DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad Daud, pendidikan Agama Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada,

Cet.5, 2002

Ali, M. Sayuti, Metodologi Penelitian Agama: pendekatan Teori dan Praktek,

Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002

Almunawar, Said Agil Husin, Aktualisasi Nilai-nilai Qurani, Ciputat: PT. Ciputat

Press, Cet.2, 2005

Ardani, Mohammad, Nilai-nilai Akhlak: Budi Pekerti dalam Ibadahi, Jakarta:

CV.Karya Mulia, Cet.1, 2001

Assuyuti, Imam Jalaludin Abd.Rahman bin Abu Bakar, Al-Jami As-Shagir,

Beirut: Dar al-fikr,t.t, Juz I

Bustanudin, Agus, Al-Islam, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, Cet.1, 1993

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, Cet.11, 1998

Daradjat, Zakiah, dkk, Methodik Khusus Pengajaran Agama, Jakarta: Bumi

Aksara, Cet.2, 2002

______, Membina Nilai-nilai moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang,Cet 4,

1977

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:

Rineka Cipta, 2000

Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT.Ikhtiar Baru Van Hoeve, Cet.6, 1999

Furqan, Arif, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,

1982

Husain, Syed Sajjad dan Syed Ali Ashraf, Krisis dalam Pendidikan Islam,Jakarta

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, Cet.7, 2005

Ibnu Hiban, Al-Mustadrak ‘Ala Al-Shahihain Bairut: Dar Al-Kutub al-Ilmiyah,

Juz 2,1990

Jalaludin, Teologi Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo persada, Cet.2, 2002

Mahyuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta: Kalam Mulia, Cet.5, 2003

Masy’ari, Anwar, Akhlak Quran, Surabaya: Bina Ilmu Offset, Cet.1, 1990

Page 62: ABSTRAK Maryati “Peran Guru Sebagai Pendidik Dalam Membina ...

61

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996

Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2001

______, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT.Raja Grafindo persada, Cet.5, 2003

______, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid: Study

Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.1

Ngalim Puwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, Cet.13, 2000

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, Cet.2, 1998

Poerwardaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: P.N Balai

Pustaka, 1991

Ruhani, Ahmad dan A.Abu Ahmad, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka

Cipta, 1996

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet.1, 1999

Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Bina Aksara, 2001

Sudjana, Nana, Peneliti dan Penilaian Pendidikan, Bandung: PT. Sinar Baru, Cet.

1, 1989

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT.

Rosdakarya, Cet.2, 1994

______, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

Cet 10, 2008

Ya’kub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Bandung: CV.

Diponegoro, Cet.2, 1983

Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981