ABSTRAK -...
Transcript of ABSTRAK -...
1
STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO
(PLTMH) DI SUNGAI JUJU DESA MUWUN KABUPATEN MURUNG RAYA
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Yusvika Amalia1, Pitojo Tri Juwono2, Prima Hadi Wicaksono2 1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
e-mail: [email protected]
ABSTRAK Desa Muwun merupakan desa yang belum terjangkau PLN, sehingga masyarakat masih
menggunakan solar sebagai bahan bakar untuk genset. Sedangkan di desa tersebut, terdapat potensi debit
dan tinggi jatuh yang bisa dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
PLTMH direncanakan menggunakan bangunan pengatur tinggi muka air (bendung) yang mengarahkan
aliran menuju saluran intake dan dialirkan kembali menuju Sungai Juju. Untuk penentuan debit desain
menggunakan kurva durasi aliran dengan probabilitas 90%. Debit tersebut kemudian digunakan untuk
menentukan desain hidrolika dari saluran penghantar. Selain itu, bendung juga dibutuhkan untuk
meninggikan muka air. Penentuan turbin menggunakan grafik perbandingan tinggi jatuh dan debit.
Sedangkan untuk perhitungan kebutuhan listrik menggunakan proyeksi penduduk metode aritmatik.
Untuk analisis ekonominya, menggunakan parameter BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present
Value), dan IRR (Internal Rate of Return). Hasil perhitungan debit Q90 = 0,636 m3/dt. Bendung
direncanakan dengan lebar 17,5 m dan tinggi 2 m. Dengan tinggi jatuh sebesar 25,41 m, maka PLTMH
Muwun menggunakan Turbin Crossflow. Daya yang dihasilkan dari PLTMH Muwun sebesar 102,15 kW.
Dengan nilai BCR = 1,20; NPV = Rp991.841.425,03; dan IRR = 11,122%, maka PLTMH Muwun
memenuhi syarat kelayakan ekonomi untuk dibangun.
Kata kunci: debit, tinggi jatuh efektif, daya, turbin, PLTMH.
ABSTRACT Muwun is a village that is not reached by PLN, so that people are still using diesel as fuel for
generators. While in the village, there is a high potential for discharge and head that can be utilized as
Micro Hydro Power (MHP). MHP is planned to use the water level control structures (dams) which
directs the flow toward the intake and fed back into the Juju River. For the determination of the design
flow using the flow duration curve with a probability of 90%. The discharge is then used to determine the
design of the hydraulics of the channel conductor. In addition, the dam is also needed to raise the water
level. Determination of the turbine using charts of the comparison of head and discharge. As for the
calculation of the electricity needs using the population projection by arithmetic method. For economic
analysis, using the parameter BCR (Benefit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), and IRR (Internal Rate
of Return). The calculation results of design disharge Q90 = 0,636 m3/sec. Weir planned with a width of
17,5 m and a height of 2 m. With a head of 25,41 m high, then the MHP Muwun using Crossflow turbine.
The power generated from the MHP Muwun amounted to 102,15 kW. With the value of BCR = 1,20; NPV
= Rp991.841.425,03; and IRR = 11,122%, then the MHP Muwun qualify economic viability to be built.
Keyword: discharge, effective head, power, turbine, MHP.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan energi di Indonesia
semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk. Energi
yang saat ini diunggulkan dan
diproduksi dalam skala besar berasal
dari fosil atau tidak terbarukan, seperti
minyak bumi, gas alam, dan batu bara
yang ketersediannya sangat terbatas.
Adapun untuk mengatasi
keterbatasan energi fosil, pemerintah
mendorong upaya kebijakan
diversifikasi energi, yaitu dengan
memaksimalkan Energi Baru
Terbarukan (EBT) sebagai alternatif
yang sangat berlimpah keberadaannya
di Indonesia, namun pemanfaatannya
masih sangat terbatas seperti biomassa,
surya, angin, panas bumi, dan air.
2
Dalam pasal 4 ayat 3 UU No. 20
Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan
juga disebutkan, guna menjamin
ketersediaan energi primer untuk
pembangkit tenaga listrik, diprioritaskan
penggunaan sumber energi setempat
dengan kewajiban mengutamakan
pemanfaatan sumber energi terbarukan.
Demikian juga dalam Peraturan
Pemerintah No. 3 tahun 2005 tentang
Ketenagalistrikan. Dalam pasal 2
Peraturan Pemerintah tersebut
disebutkan:
Ayat 3: Penyediaan tenaga listrik
dilakukan dengan memanfaatkan
seoptimal mungkin sumber energi
yang terdapat di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Ayat 4: Guna menjamin ketersediaan
energi primer untuk penyediaan
tenaga listrik untuk kepentingan
umum, diprioritaskan penggunaan
sumber energi setempat dengan
kewajiban mengutamakan
pemanfaatan sumber energi
terbarukan.
Hal ini juga ditegaskan dalam
Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006
mengenai Kebijakan Energi Nasional
(KEN) yang menargetkan peningkatan
penggunaan energi terbarukan sampai
15% di tahun 2025 dan mengurangi
peran minyak bumi sampai 20%, batu
bara sampai 33%, dan peningkatan EBT
lainnya hingga 5% atau lebih.
Sistem PLTMH secara umum
sama persis dengan PLTA pada
umumnya. Namun, yang membedakan
adalah daerah kerja sistem pembangkit
listrik tersebut. PLTMH dapat
memanfaatkan sumber air yang tidak
terlalu besar
PLTMH dipilih sebagai salah
satu energi alternatif dikarenakan
memiliki beberapa keunggulan
dibanding dengan pembangkit listrik
lainnya, antara lain adalah tenaga
penggeraknya yang tidak akan habis
atau berubah menjadi bentuk lain, biaya
operasional dan pemeliharaannya lebih
murah, dan pengoperasiannya dapat
dihentikan setiap saat tanpa melalui
prosedur yang rumit. Sistem PLTMH
pun sangat sederhana dan memiliki
ketangguhan yang baik. Terlebih lagi
PLTMH sering dipakai sebagai proyek
energi yang mengusung pembangunan
berkelanjutan, termasuk di dalamnya
adalah pembangunan sosial ekonomi.
Dalam hal ini, tahapannya
adalah air sungai diarahkan ke dalam
saluran pembawa kemudian dialirkan
melalui pipa pesat menuju turbin.
Selepas dari turbin, air dikembalikan
lagi ke aliran semula, sehingga hal ini
tidak banyak mempengaruhi ekologi
sekitarnya. Air akan dialirkan ke dalam
turbin melalui sudu-sudu runner yang
akan memutarkan poros turbin. Putaran
inilah yang akan memutar dan
menggerakkan generator untuk
menghasilkan listrik.
Keuntungan dari pengembangan
PLTMH bagi masyarakat pedesaan dan
desa terpencil adalah:
1. Mengurangi ketergantungan pada
penggunaan bahan bakar fosil,
2. Mendorong kegiatan perekonomian
pedesaan serta meningkatkan
kecerdasan penduduk pedesaan yang
pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan penduduk, dan
3. Menyadarkan masyarakat akan
pentingnya menjaga lingkungan
sekitar, terutama air.
Identifikasi Masalah Desa Muwun merupakan desa
yang belum terjangkau PLN, sehingga
masyarakat masih menggunakan
minyak tanah sebagai penerangan.
Sedangkan di desa tersebut, terdapat
potensi debit dan tinggi jatuh yang bisa
dimanfaatkan sebagai PLTMH
Rumusan Masalah Dengan adanya identifikasi
tersebut, maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Berapa besar debit andalan yang
digunakan?
3
2. Berapa dimensi bendung dan
bangunan hantar yang dibutuhkan?
3. Berapa tinggi jatuh efektif yang
digunakan?
4. Jenis turbin apa yang digunakan?
5. Berapa besar daya yang dihasilkan
6. Bagaimana kelayakan ekonominya?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari studi ini adalah
untuk memanfaatkan potensi air yang
ada di Sungai Juju Desa Muwun
Kecamatan Tanah Siang Kabupaten
Murung Raya, agar dapat menghasilkan
energi listrik guna pemenuhan energi
listrik masyarakat Desa Muwun. Selain
itu, juga sebagai sumber energi
alternatif lain yang dapat menggantikan
energi saat ini yang menggunakan
sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Sedangkan manfaat dari
studi ini adalah untuk memberikan
masukan sebagai bahan pertimbangan
untuk dibangunnya PLTMH di Sungai
Juju Desa Muwun.
II. METODOLOGI PERENCANAAN
A. Analisis Hidrologi
1. Debit Banjir Rencana
Penentuan debit banjir rencana
bertujuan untuk mengetahui tinggi
bendung dan dinding penahannya, agar
aliran air banjir tidak masuk ke saluran
intake. Dalam studi ini akan digunakan
metode hidrograf satuan sintetik
Nakayasu, dengan persamaan sebagai
berikut: (Montarcih, 2009:86)
Qp =
Qp = Qmaks, merupakan debit puncak
banjir (m3/dt)
A = luas DAS (sampai ke outlet)
(km2)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh
penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30%
dari debit puncak (jam)
2. Debit Andalan
Debit perkiraan dan probabilitas
digambarkan dalam flow duration curve
yang menggambarkan probabilitas atau
persentase ketersediaan air pada sumbu
ordinat dan besar debit andalan pada
suatu sumbu aksis. Untuk mengetahui
besarnya aliran yang mengalir pada
sungai dalam satu tahun, maka kurva
durasi aliran (FDC) dibuat dengan
mengurutkan data debit rerata 10 harian
dari terbesar hingga terkecil dan setiap
data debit diberikan probabilitas yang
dihitung menggunakan persamaan
Weibull. (Anonim, 2009a:21)
=
Pw = x 100%
= debit rerata dalam 1
periode (m3/detik)
Pw = nilai probabilitas
m = data ke-
n = jumlah data
B. Analisis Hidrolika
1. Bendung. Bendung digunakan untuk
menaikkan dan mengontrol tinggi
muka air sehingga muka air cukup
untuk dialihkan ke dalam intake.
(Anonim, 2009a:21)
2. Bangunan pengambilan (intake).
Konstruksi intake bertujuan untuk
mengambil air dari sungai untuk
dialirkan ke saluran. (Anonim,
2009b:9)
Gambar 1 Bendung dan intake.
Sumber: Jorde (2009:45)
3. Bak pengendap (settling basin). Bak
pengendap bertujuan untuk
4
mengurangi kecepatan aliran dan
mengendapkan sedimen.
Gambar 2 Dimensi bak pengendap.
Sumber: Anonim (2009d:5-14)
4. Saluran pembawa air (headrace).
Saluran pembawa bertujuan untuk
mengalirkan air dari intake/settling
basin ke bak penenang (forebay) dan
untuk mempertahankan kestabilan
debit. (Anonim, 2009b:12)
5. Bak penenang (forebay). Tujuan
bangunan bak penenang (forebay)
adalah sebagai tempat penenangan
air dan pengendapan akhir,
penyaringan terakhir setelah settling
basin, untuk menyaring benda-benda
yang masih terbawa dalam saluran
air. Forebay merupakan tempat
permulaan pipa pesat (penstock pipe)
yang mengendalikan aliran
minimum, sebagai antisipasi aliran
yang cepat pada turbin, tanpa
menurunkan elevasi muka air yang
berlebihan dan menyebabkan arus
balik pada saluran. (Anonim,
2009b:15)
Kapasitas bak penenang dihitung
menggunakan persamaan berikut:
Vsc = Asc x dsc
Vsc = B x L x dsc
dengan:
Vsc = volume bak penenang (m3),
Jika forebay hanya berfungsi
untuk mengontrol debit, maka
kapasitasnya harus didesain
antara 10 – 20 kali dari debit
desain, Vsc = 10 ¬ 20 x Qd;
Jika forebay berfungsi untuk
mengontrol debit dan
sedimen, maka kapasitasnya
harus didesain antara 30 – 60
kali dari debit desain, Vsc =
30 - 60 x Qd
Asc = luas bak penenang (m2)
B = lebar bak penenang (m)
L = panjang bak penenang (m)
dsc = selisih antara tinggi muka air
normal pada debit desain
(NWL) dengan tinggi muka air
kritis pada bak penenang (hc)
Gambar 3 Dimensi bak penenang.
Sumber: Anonim (2009d:5-24)
6. Pipa pesat (penstock). Pipa pesat
adalah sebagai saluran tertutup aliran
air yang menuju turbin yang
ditempatkan di rumah pembangkit.
Diameter pipa pesat dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut:
d = 2,69 x
dengan:
d = diameter pipa pesat (mm)
n = nilai kekasaran Manning (untuk
welded steel n = 0,012; PVC =
0,009)
Q = debit pembangkit (m3/dt)
L = panjang pipa pesat (m)
H = tinggi jatuh total/kotor (m)
Sedangkan untuk menentukan
tebal pipa pesat digunakan
persamaan Cylinder formulae):
t =
P = ρ x g x h
5
dengan:
t = tebal pipa pesat (m)
P = gaya (ton/m2)
r = jari-jari pipa pesat (m)
q = tegangan material pipa pesat
yang digunakan (ton/m2)
ρ = massa jenis air (ton/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2)
H = tinggi jatuh total/kotor (m)
7. Saluran pembuang (tailrace).
Digunakan untuk mengalirkan debit
setelah melalui turbin menuju sungai,
umumnya saluran ini direncanakan
dengan tipe saluran terbuka.
Gambar 4 Dimensi saluran pembuang
(Tailrace) untuk Turbin Crossflow
Sumber: Anonim (2009d:5-24)
8. Kehilangan tinggi tekan aliran.
Menurunnya besaran energi akibat
gesekan maupun kontraksi yang
terjadi selama proses pengaliran
berpengaruh terhadap besarnya tinggi
jatuh PLTMH.
9. Tinggi jatuh efektif. Tinggi jatuh
efektif merupakan selisih antara
elevasi muka air pada bangunan
pengambilan dengan tail water level
dikurangi dengan kehilangan tinggi
tekan. (Ramos, 2000:57)
C. Analisis Elektrikal Mekanikal
1. Turbin. Turbin air berperan untuk
mengubah energi air (energi
potensial, tekanan, dan energi
kinetik) menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran poros. Dalam
studi ini penentuan tipe turbin
didasarkan pada debit desain dan
tinggi jatuh. Penentuan tipe turbin
berdasarkan tinggi jatuh dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Klasifikasi Tinggi Jatuh
Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250
Sumber: Anonim, 2009c:12
Perbandingan karakteristik turbin
dapat dilihat pada grafik di bawah
ini:
Gambar 5 Grafik hubungan head dan
flow.
Sumber: Anonim, 2009c:11
2. Generator. Generator merupakan
suatu alat yang dapat mengubah
energi gerak menjadi energi listrik.
Tabel 2 Efisiensi Generator
Rated Power Best Efficiency
(kW)
10 0,910
50 0,940
100 0,950
250 0,955
500 0,960
1000 0,970
Sumber: Anonim, 2009d:187
3. Perhitungan daya dan energi.
Keuntungan PLTMH ditentukan dari
besar daya dan jumlah energi yang
dibangkitkan per tahun, dapat
dihitung dengan persamaan: (Arismunandar, 1988:19) Daya Teoritis = 9,81 x Q x Heff
Daya Turbin = 9,81 x ηt x Q x Heff
6
Daya Generator = 9,81 x ηg x ηt x Q x Heff
dengan:
P = daya yang dihasilkan (kW)
ηt = efisiensi turbin
ηg = efisiensi generator
ρ = massa jenis air
Q = debit pembangkit (m3/dt)
Heff = tinggi jatuh efektif (m)
4. Produksi energi tahunan. Yaitu
banyaknya energi yang dihasilkan
dalam kurun waktu satu tahun.
E = P x 24 x n
dengan:
E = energi yang dihasilkan (kWH)
P = daya yang dihasilkan (kW)
n = jumlah hari
5. Proyeksi penduduk. Perhitungan
proyeksi penduduk dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan listrik
penduduk hingga 20 tahun
mendatang.
D. Analisis Ekonomi
1. Cost (komponen biaya). Terdiri dari
biaya modal dan biaya tahunan.
Biaya modal merupakan jumlah
semua biaya yang dibutuhkan dari
pra studi sampai proyek selesai
dibangun, yang dibagi menjadi
biaya langsung dan biaya tak
langsung. Sedangkan biaya tahunan
meliputi biaya yang masih
diperlukan sepanjang umur proyek.
2. Benefit (komponen manfaat).
Manfaat PLTMH didasarkan pada
tenaga listrik yang dihasilkan tiap
tahun dan tarif dasar listrik yang
berlaku.
3. BCR (Benefit Cost Ratio). BCR
adalah perbandingan antara nilai
sekarang (present value) dari
manfaat (benefit) dengan nilai
sekarang (present value) dari biaya
(cost). Secara umum rumus untuk
perhitungan BCR ini adalah:
biaya dari PV
manfaat dari PVBCR
dengan:
PV = Present Value (nilai uang
yang dimiliki pada masa
yang akan datang dengan
nilai uang saat ini)
BCR = Benefit Cost Ratio
Sebagai ukuran dari penilaian
suatu kelayakan proyek dengan
metode BCR ini adalah jika BCR >
1, maka proyek dikatakan layak
dikerjakan dan sebaliknya jika nilai
BCR < 1 proyek tersebut secara
ekonomi tidak layak untuk dibangun.
4. NPV (Net Present Value).
Komponen cost dan benefit dihitung
PV-nya berdasarkan discount
rate/Interest rate yang telah
ditentukan. Harga Net Present Value
diperoleh dari pengurangan Present
Value komponen benefit dengan
Present Value komponen cost.
NPV = PV komponen benefit – PV
komponen cost
dengan:
PV = Present Value
NPV = Net Present Value
Suatu proyek dikatakan
ekonomis dan layak dibangun
apabila NPV bernilai + (positif) atau
NPV > 0.
5. IRR (Internal Rate of Return).
Internal Rate of Return merupakan
nilai suku bunga yang diperoleh jika
BCR bernilai sama dengan, atau
nilai suku bunga jika NPV bernilai
sama dengan 0. IRR dihitung atas
dasar penerimaan bersih dan total
nilai untuk keperluan investasi. Nilai
IRR sangat penting diketahui untuk
melihat sejauh mana kemampuan
proyek ini dapat dibiayai dengan
melihat nilai suku bunga pinjaman
yang berlaku perhitungan nilai IRR
ini dapat diperoleh dengan rumus
sebagai berikut:
)'''('NPV'-NPV'
NPV'' IIIIRR (2-96)
di mana:
I’ = suku bunga memberikan
nilai NPV positif
I’’ = suku bunga memberikan
nilai NPV negatif
7
NPV = selisih antara present
value dari manfaat dan
present value dari biaya
NPV’ = NPV positif
NPV’’ = NPV negatif
6. Payback periode. Merupakan jangka
waktu periode yang diperlukan
untuk membayar kembali semua
biaya-biaya yang telah dikeluarkan
dalam investasi suatu proyek.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembangunan PLTMH Muwun
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
listrik masyarakat desa yang berjumlah
490 jiwa dan terbagi dalam 88 KK.
Untuk mendukung perencanaan
PLTMH Muwun, maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
A. Analisis Hidrologi
1. Debit Banjir Rancangan
Hasil rekapitulasi debit banjir
rancangan menggunakan metode
hidrograf sintetis Nakayasu bisa dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Debit Banjir Rancangan Kala Ulang Q Banjir Rancangan
(Tahun) (m3/dt)
Q2th 56,78
Q5th 76,90
Q10th 90,16
Q25th 106,88
Q50th 119,32
Q100th 131,77
Sumber: Hasil Perhitungan
Untuk perencanaan bendung
PLTMH Muwun menggunakan debit
banjir Q50th = 119,32 m3/dt.
2. Debit Andalan
Debit andalan adalah debit yang
masih dimungkinkan untuk keamanan
operasional suatu bangunan air, dalam
hal ini adalah PLTMH. Hasil
rekapitulasi disajikan dalam tabel dan
grafik berikut ini:
Tabel 4 Debit Andalan
Probabilitas
(%)
Debit Sungai
(m3/dt)
26 5,598
51 3,155
75 1,361
80 1,125
90 0,636
97 0,345
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 6 Kurva durasi aliran.
Sumber: Hasil Perhitungan
B. Analisis Hidrolika
1. Bendung
Bendung direncanakan dengan
tinggi 2 m dan lebar sungai rencana 20
m, dengan lebar pintu pembilas 1,5 m,
menggunakan 1 pilar sebesar 1 m.
Tabel 5 Spesifikasi Bendung Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
BENDUNG
Konstruksi Bendung Tetap
Pelimpah Mercu Bulat
Peredam Energi Tipe Bak Tenggelam
Bahan Bangunan Pasangan Beton
Sumber: Hasil Perhitungan
Untuk pemilihan lokasi
bendung, dipertimbangkan kondisi
topografinya. Lokasi dipilih yg
memungkinkan agar ketinggian
bendung tidak terlalu tinggi dan
penempatan lokasi intake yang tepat
serta dengan angkutan sedimen yang
rendah. Berikut adalah skema PLTMH
(tampak atas):
Gambar 7 Tampak atas skema PLTMH.
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 8 Desain bendung.
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 9 Desain peredam energi.
Sumber: Hasil Perhitungan
2. Bangunan Pengambilan (Intake)
Bangunan pengambilan terletak
pada sisi kiri Sungai Juju. Direncanakan
dengan konstruksi bangunan dari
pasangan beton dilengkapi dengan satu
buah pintu baja tipe sluice gate.
Tabel 6 Spesifikasi Intake Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
INTAKE
Konstruksi Pasangan Beton
Dimensi
Lebar 1,5 m
Tinggi ambang 0,5 m
Slope 0,001
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 10 Desain pintu intake.
Sumber: Hasil Perhitungan
3. Bak Pengendap (Settling Basin)
Bak pengendap berfungsi untuk
mengendapkan sedimen yang ikut
masuk bersama aliran air. Bagian ini
juga dilengkapi dengan pelimpah untuk
membuang kelebihan air.
Tabel 7 Spesifikasi Bak Pengendap Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
BAK PENGENDAP
Konstruksi Pasangan Batu
Dimensi
Lebar 2,5 m
Panjang 5 m
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 11 Desain Bak Pengendap
Sumber: Hasil Perhitungan
8
9
4. Saluran Pembawa (Headrace)
Saluran pembawa air untuk
pembangkit listrik skala kecil
kebanyakan memakai saluran terbuka.
Dalam studi ini dipilih penampang
persegi dengan menggunakan pasangan
batu.
Tabel 8 Spesifikasi Saluran Pembawa Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
SALURAN PEMBAWA
Konstruksi Pasangan Batu
Dimensi
Lebar 1,5 m
Panjang 16,78 m
Slope 0,001
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 12 Desain Saluran Pembawa
Air
Sumber: Hasil Perhitungan
5. Bak Penenang (Forebay)
Bak penenang berfungsi untuk
mengontrol sedimen agar tidak masuk
ke pipa penstock dan untuk mengontrol
debit agar stabil.
Tabel 9 Spesifikasi Bak Penenang Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
BAK PENENANG
Konstruksi Pasangan Batu
Dimensi
Lebar 5 m
Panjang 10 m
Qdesain 0,636 m3/dt
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 13 Desain bak penenang.
Sumber: Hasil Perhitungan
6. Desain Pipa Pesat
Pipa pesat (penstock pipe)
adalah pipa yang direncanakan untuk
dapat menahan tekanan tinggi dan
berfungsi untuk mengalikan air dari bak
penenang menuju turbin.
Tabel 10 Spesifikasi Pipa Pesat
Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
PIPA PESAT
Konstruksi PVC
Dimensi
Diameter 0,5 m
Panjang 64,77 m
Tebal 0,1 m
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 14 Desain penstock
Sumber: Hasil Perhitungan
7. Saluran Pembuang (Tailrace)
Saluran pembuang direncanakan
berbentuk persegi dan menggunakan
pasangan batu. Sebelum merencanakan
saluran pembuang, terlebih dahulu harus
menghitung tinggi muka air banjir Q100.
Dari Tabel 3 didapatkan Q100 = 131,77
m3/detik.
Tabel 11 Spesifikasi Saluran Pembuang
Komponen Spesifikasi
BANGUNAN SIPIL
SALURAN PEMBUANG
Konstruksi Pasangan Batu
Dimensi
Lebar 1,2 m
Panjang 6 m
Slope 0,4 m
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 15 Desain saluran pembuang.
Sumber: Hasil Perhitungan
8. Head Loss
Kehilangan tinggi tekan
dipengaruhi oleh besarnya kecepatan
aliran. Sehingga, besarnya head loss
tiap bulan berbeda, dikarenakan jumlah
debit yang masuk tidak sama.
Pada perencanaan PLTMH
Muwun penyebab head loss antara lain
10
intake, pintu, belokan settling basin,
pelebaran settling basin, penyempitan
menuju headrace, belokan headrace,
pelebaran forebay, trashrack, kontraksi,
belokan penstock 1 & 2, serta gesekan
pada penstock.
Berikut adalah rekap total
kehilangan tinggi tekan tiap bulan:
Tabel 12 Rekap Head Loss
Bulan
Head
Loss
(m)
Jan 1.697
Feb 1.697
Mar 1.697
Apr 1.697
May 0.756
Jun 0.934
Jul 1.589
Aug 0.756
Sep 0.580
Oct 1.697
Nov 0.580
Dec 1.697
Sumber: Hasil Perhitungan
9. Tinggi Jatuh Efektif
Tinggi jatuh efektif merupakan
selisih antara elevasi muka air pada
bangunan pengambilan atau waduk
(Elevasi Muka Air Waduk) dan tail
water level dikurangi total kehilangan
tinggi tekan aliran.
Tabel 13 Tinggi Jatuh Efektif Per Bulan
Bulan Heff
(m)
Jan 25,02
Feb 24,98
Mar 24,99
Apr 25,06
May 25,91
Jun 25,74
Jul 25,08
Aug 25,91
Sep 26,09
Oct 24,98
Nov 26,09
Dec 25,03
Sumber: Hasil Perhitungan
C. Analisis Elektrikal Mekanikal
1. Turbin
Dengan tinggi jatuh rata-rata
sebesar 25,41 m dan debit 0,636
m3/detik, dari Gambar 5 maka dipilih
turbin Crossflow.
Tabel 14 Spesifikasi Turbin
Komponen Spesifikasi
ELEKTRIKAL MEKANIKAL
TURBIN
Tipe Crossflow
Head 25,41 m
Debit Andalan 0,636 m3/detik
Daya 102,15 kW
Efisiensi 80%
Sumber: Hasil Perhitungan
2. Generator
Dengan daya yang dihasilkan
PLTMH berkisar 100 kW, maka dari
Tabel 2 didapat efisiensi generator
sebesar 95%.
3. Produksi Energi Tahunan
Rekap dari daya dan energi yang
dihasilkan tiap bulan bisa dilihat pada
Tabel 15.
Tabel 15 Nilai Daya dan Energi
Bulan Daya Energi
(kW) (kWH)
Jan 1.697 88.268,23
Feb 1.697 79.610,49
Mar 1.697 88.173,91
Apr 1.697 85.546,98
May 0.756 60.999,85
Jun 0.934 65.184,27
Jul 1.589 85.604,95
Aug 0.756 60.999,85
Sep 0.58 52.077,15
Oct 1.697 88.129,52
Nov 0.58 52.077,15
Dec 1.697 88.293,51
Sumber: Hasil Perhitungan
4. Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk Desa Muwun
(menurut Tanah Siang dalam Angka
2014) tahun 2013 adalah 490 jiwa yang
terbagi dalam 88 KK. Tahun 2016
adalah tahun pertama beroperasinya
PLTMH Muwun. Berikut adalah
proyeksi penduduk Desa Muwun hingga
tahun 2035.
11
Tabel 16 Proyeksi Pertumbuhan
Penduduk Desa Muwun 20 Tahun
Tahun Jumlah Unit
Penduduk Rumah
2013 490 88
2016 533 107
2021 605 121
2026 690 138
2030 765 153
2035 869 174
Sumber: Hasil Perhitungan
Dengan asumsi kebutuhan tiap
rumah adalah 450 Watt, maka berikut
adalah grafik perbandingan kebutuhan
energi setiap tahun dan energi yang
dihasilkan:
Gambar 16 Kebutuhan Energi Setiap
Tahun dalam 20 Tahun
Sumber: Hasil Perhitungan
D. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan
untuk mengetahui kelayakan suatu
proyek dari segi ekonomi.
1. Cost
a. Biaya Modal
Biaya Langsung
Biaya konstruksi PLTMH
sebagai fungsi cost yang
diperhitungkan adalah pekerjaan
persiapan, biaya konstruksi
bendung, intake, bak pengendap,
saluran pembawa, bak penenang,
pipa pesat, rumah pembangkit,
dan biaya peralatan elektrikal
mekanikal, transmisi dan
distribusinya, serta pemasangan
kabel rumah.
Tabel 17 Total Biaya Langsung
Anggaran Biaya Jumlah
Pekerjaan Persiapan Rp 37.625.000
Bangunan Sipil
Bendung Rp 1.367.895.446
Intake Rp 91.159.299
Bak Pengendap Rp 25.967.720
Bak Penenang Rp 51.744.960
Saluran Pembawa Rp 47.429.724
Pipa Pesat Rp 128.072.000
Rumah Pembangkit Rp 72.468.606
Saluran Pembuang Rp 79.426.917
Peralatan Elektrikal Mekanikal Rp 662.115.000
Transmisi dan Distribusi Rp 462.169.511
Pemasangan Kabel Rumah Rp 94.251.894
T o t a l Rp 3.157.951.077
PPn 10% Rp 315.795.108
Jumlah Total Rp 3.473.746.185
Dibulatkan Rp 3.473.700.000
Sumber: Hasil Perhitungan
Biaya Tak Langsung
Sedangkan biaya tak langsung
dari proyek pembangunan
PLTMH ini terdiri dari:
- Biaya Contingecies (5% dari
biaya langsung)
- Biaya Engineering (5 % dari
biaya langsung), maka:
Tabel 18 Total Biaya Modal
Biaya Langsung Rp 3.473.700.000
Contingecies Rp 173.685.000
Engineering Rp 173.685.000
Total Rp 3.821.070,00
Sumber: Hasil Perhitungan
b. Biaya Tahunan
Dalam studi ini biaya tahunan
berupa biaya O&P (operasi dan
pemeliharaan), untuk PLTMH sebesar
4% dari biaya modal. Biaya O&P = 0,04 x Rp3.821.070.000,00
= Rp152.842.800,00
2. Benefit
Komponen benefit dari studi ini
didasarkan atas harga jual listrik
yang dikeluarkan oleh Peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No. 22 Tahun 2014. Pada
tahun 2014 harga pembelian tenaga
listrik untuk wilayah Kalimantan
ditentukan sebesar Rp1.270 × 1,20 =
12
Rp1.524 pada tahun ke-1 sampai ke-
8, dan untuk tahun ke-9 sampai ke-20
menjadi Rp770 × 1,20 = Rp924.
3. BCR (Benefit Cost Ratio)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah
perbandingan antara nilai sekarang
(present value) dari manfaat (benefit)
dengan nilai sekarang (present value)
dari biaya (cost).
Besarnya benefit-cost ratio
berdasarkan nilai biaya dan manfaat di
atas adalah sebagai berikut:
CB =
PbiayaOalbiaya
manfaat
PVPV
PV
&mod
= 1,20
Karena BCR > 1, maka proyek
dikatakan layak dikerjakan.
4. NPV (Net Present Value)
Besarnya Net Present Value
berdasarkan nilai biaya dan manfaat di
atas adalah sebagai berikut
NPV = PV manfaat – (PV biaya modal
+ PV biaya O&P)
= Rp991.841.425,03
Karena NPV bernilai positif,
maka proyek dikatakan layak
dikerjakan.
5. IRR (Internal Rate of Return)
Internal Rate of Return (Tingkat
Pengembalian Internal) didefinisikan
sebagai tingkat suku bunga yang
membuat manfaat dan biaya
mempunyai nilai yang sama (B – C = 0)
atau tingkat suku bunga yang membuat
B/C = 1. Suatu proyek dikatakan rugi
apabila memiliki nilai IRR lebih kecil
dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Namun akan untung apabila memiliki
nilai IRR yang lebih besar dari tingkat
suku bunga yang berlaku.
Suku bunga yang berlaku saat
ini sebesar 7,75% (berdasarkan BI rate
Januari 2015, Sumber: bi.go.id; diakses
20 Januari 2015).
Tabel 8 Tingkat Suku Bunga IRR Tingkat Suku
Bunga Rasio B/C
7,75% 1,185
11,122% 1,000
Sumber: Hasil Perhitungan
Karena nilai IRR = 11,122% >
dari tingkat suku bunga yang berlaku =
7,75%, maka proyek dikatakan layak
untuk dibangun.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan
perhitungan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam perhitungan debit andalan,
perencanaan PLTMH Muwun
menggunakan debit andalan Q90
sebesar 0,636 m3/dt.
2. Dimensi bendung dan bangunan
hantar yang dibutuhkan untuk
mengalirkan debit rencana adalah
sebagai berikut:
a) Bendung: b = 17,5 m; h = 2 m.
b) Bangunan hantar:
• Bangunan pengambilan:
b = 1,5 m; L = 6 m.
• Bak pengendap:
b = 2,5 m; L = 5,10 m.
• Saluran pembawa air:
b = 1,5 m; L = 16,78 m.
• Bak penenang:
b = 5,0 m; L = 10,0 m.
• Pipa pesat:
d = 0,50 m; L = 64,77 m; t0 =
0,1 m
• Saluran pembuang:
b = 1,2 m; L = 6 m
3. Tinggi jatuh efektif rata-rata yang
digunakan untuk membangkitkan
daya PLTMH adalah 25,41 m.
4. Turbin yang digunakan pada daerah
studi adalah jenis crossflow.
5. Daya listrik rerata yang dihasilkan
pada PLTMH Muwun adalah sebesar
102,15 kW dan dapat memenuhi
kebutuhan Desa Muwun hingga 20
tahun ke depan.
6. Parameter yang digunakan dalam
perhitungan analisa kelayakan
ekonomi pada studi ini adalah BCR,
NPV, IRR, dan Payback Periode.
Besarnya parameter tersebut adalah
sebagai berikut:
- BCR = 1,20; NPV =
Rp991.841.425,03; IRR =
13
11,122%; Payback Periode = 6,50
tahun
Berdasarkan keterangan di atas
dapat disimpulkan bahwa secara
ekonomi PLTMH layak dibangun di
daerah studi.
Daftar Pustaka
1. Anonim. 2009a. Buku 2A Pedoman
Studi Kelayakan Hidrologi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
2. Anonim. 2009b. Buku 2B Pedoman
Studi Kelayakan Sipil. Jakarta:
Direktorat Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
3. Anonim. 2009c. Buku 2C Pedoman
Studi Kelayakan Elektrikal
Mekanikal. Jakarta: Direktorat
Jenderal Listrik dan Pemanfaatan
Energi, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral.
4. Anonim. 2009d. Manuals
Guidelines for Micro-hydropower
Development in Rural
Electrification Volume I. Japan:
Departement of Energy.
5. Arismunandar, A & Kuwahara, S.
1988. Teknik Tenaga Listrik Jilid I.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
6. Jorde, Klaus. 2010. Baik & Buruk
Mini/Mikro Hidro, Jilid I, Cetakan I,
terjemahan Ini Anggraeni. Jakarta:
IMIDAP.
7. Montarcih, Lily. 2009. Hidrologi
Teknik Terapan. Malang: CV.
Asrori.
8. Ramos, Helena. 2000. Guidelines
for Design of Small Hydropower
Plants. Ireland: CEHIDRO.