ABSTRAKSIetheses.iainponorogo.ac.id/1460/1/Isna, Abstrak, BAB I-V... · 2016. 10. 20. · 1...
Transcript of ABSTRAKSIetheses.iainponorogo.ac.id/1460/1/Isna, Abstrak, BAB I-V... · 2016. 10. 20. · 1...
1
ABSTRAKSI
Isna, Nikmatul. Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa
Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo. Skripsi, Jurusan
Syari‟ah dan Ekonomi Islam, Program Studi Mu‟amalah, Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Pembimbing Ika Susilowati M. M.
Kata Kunci: Etika Bisnis Islam, Pengukuran atau penakaran, dan Penetapan Harga
Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis. Etika
merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah,
dan lain sebagainya. Etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang dijalankan secara
professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap berkesinambungan secara
terus-menerus dan benar-benar menghasilkan keuntungan, jika dilakukan atas dasar
kepercayaan dan kejujuran. Seperti halnya konsep etika bisnis dalam jual beli di Desa
Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo yang tidak sesuai dengan etika
bisnis Islam. Petani menawarkan gabah kepada tengkulak, dalam jumlah yang sedikit
ataupun banyak yang nantinya akan dijual lagi. Dalam akad jual beli tersebut, pihak
tengkulak tidak melihat seperti apa kualitas gabahnya, langsung saja di berikan harga
yang sama seperti gabah yang kualitasnya baik. Selain itu dalam setiap penimbangan
gabah itu selalu dikurang 0,5 kg atau lebih untuk mengambil keuntungan dan juga
sebagai ganti rugi ketika terjadi kerugian pada waktu pihak tengkulak menjualnya lagi ke
tengkulak yang lebih besar.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis membahas skripsi ini dengan judul
“Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo”, dengan rumusan masalah (1) Bagaimana tinjauan etika
bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo (2) Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan
gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
Menurut jenisnya penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang menggunakan
pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data menggunakan metode wawancara
(interview) dengan informan yakni orang yang terlibat dalam pelaku akad yaitu para
penjual gabah dan tengkulak sebagai pembeli gabah. Setelah data diperoleh kemudian
data tersebut dianalisa dengan metode deduktif.
Dari hasil pembahasan dan analisa dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa
kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo tersebut
bertentangan dengan etika bisnis Islam karena tidak sesuai denga prinsip-prinsip Etika
Bisnis Islam. Pemotongan berat timbangan oleh pihak tengkulak bertentangan dengan
etika bisnis Islam karena dalam melakukan pemotongan berat timbangan dilakukan
secara sepihak.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis.
Etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk,
harus, benar, salah, dan lain sebagainya membenarkan kita untuk
mengaplikasikannya atas apa saja. Di sini etika dapat dimaknai sebagai dasar
moralitas seseorang dan di saat bersamaan juga sebagai filsufnya dalam
berperilaku.
Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran moral yang memuat
keyakinan benar dan tidak sesuatu. Perasaan yang muncul bahwa ia akan salah
bila melakukan sesuatu yang diyakininnya tidak benar berangkat dari norma-
norma, moral dan perasaan self-respect (menghargai diri) bila ia
meninggalkannya. Tindakan yang diambil olehnya harus ia
pertanggungjawabkan pada diri sendiri. Begitu juga dengan sikapnya terhadap
orang lain bila pekerjaan tersebut mengganggu atau sebaliknya mendapatkan
pujian.1
Secara normatif, etika dalam al-Qur‟an belum memperlihatkan sebagai
suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya,
sebagaimana terpahami dari ilmu dan akhlak. Struktur etika dalam al-Qur‟an
1 Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), 6.
3
lebih banyak menjelaskan tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran baik
pada tataran niat atau ide hingga perilaku dan perangai. Hal ini lebih tegas lagi
bila dilihat dari penggambaran sikap dan perilaku Nabi Muhammad SAW
yang disebut dalam al-Qur‟an sebagai pemiliki akhlak yang agung.
Keberadaan nilai-nilai ini bersifat terbuka, menjelajah memasuki semua lini
bidang kehidupan. Etika bisnis dalam al-Qur‟an dari sudut pandang ini, tidak
hanya dapat dilihat dari aspek etika secara parsial, karena bisnis pun dalam
pandangan al-Qur‟an telah menyatu dengan nilai-nilai etika itu sendiri. Al-
Qur‟an secara jelas menggambarkan perilaku-perilaku bisnis yang tidak etis,
yang dapat ditelusuri dari muara kebatilan dalam bisnis.2
Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam kehidupan
ekonomi muslim berarti harus mengubah pola pikir dari sistem ekonomi
kapitalis ke sistem ekonomi syariah termasuk dalam dunia bisnis. Dunia bisnis
tidak bisa dilepaskan dari etika bisnis. Banyak hasil penelitian yang
menunjukkan adanya hubungan yang positif antara etika bisnis dan
kesuksesan suatu perusahaan. Pada akhirnya praktek bisnis yang tidak jujur,
hanya memikirkan keuntungan maksimal dan merugikan pihak lain akan
membawa perusahaan, yang tergolong raksasa sekalipun akan hancur juga.
Pada hakikatnya etika merupakan bagian integral dalam bisnis yang
dijalankan secara professional. Dalam jangka panjang, suatu bisnis akan tetap
berkesinambungan secara terus-menerus dan benar-benar menghasilkan
2 Muhammad, R. Lukman Fauroni, Visi Al Qur‟an Tentang Etika Bisnis, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), 40.
4
keuntungan, jika dilakukan atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Demikian
pula suatu bisnis dalam perusahaan akan berlangsung bila bisnis itu dilakukan
dengan memberi perhatian kepada semua pihak dalam perusahaan. Inilah
sebagian dari tujuan etika binis, yaitu agar semua orang yang terlibat dalam
bisnis mempunyai kesadaran tentang adanya dimensi etis dalam bisnis itu
sendiri, dan agar belajar bagaimana mengadakan pertimbangan yang baik
secara etis maupun ekonomis.
Secara prinsip aktifitas bisnis didalam Islam tidak boleh lepas dari
nilai-nilai spiritual. Sebagaimana aktifitas bisnis tidak dapat terpisahkan dari
nilai-nilai akhlaqi. Sehingga antara agama, etika dan bisnis saling berkaitan
antara satu sama lain. Dalam hal ini bisnis yang menguntungkan adalah bisnis
yang sesuai dengan ajaran Qur‟ani yaitu yang didalamnya terdapat kolaborasi
antara bisnis, etika dan agama.3
Dalam al- Qur‟an memberikan dasar-dasar etika sebagai berikut:
1. Menyeru kepada hidup
2. Mengamalkan kebaikan
3. Menyuruh yang ma‟ruf
4. Mencegah yang munkar
5. Mempergunakan amal dan ilmu.4
Sebagai sumber agama Islam setidaknya dapat menawarkan nilai-nilai
dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam bisnis disesuaikan
3 Muhammad Djakfar, Agama, Etika dan Ekonomi (Malang: UIN Malang Press, 2007),
152. 4 Bambang Eko Sutrisno, Etika Bisnis (Bandung: Mandar Maju, 2007), 5.
5
dengan pekembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan
waktu. Islam seringkali dijadikan sebagi tatanan kehidupan tersebut, termasuk
tatanan kehidupan bisnis.5 Selain itu Islam juga mewajibkan setiap muslim
mempunyai tanggungan unuk bekeja. Bekerja merupakan salah satu sebab
pokok yang memungkinkan manusia mencari nafkah. Allah melapangkan
bumi dan seisinya dengan berbagai rezeki, antara lain dalam firman Allah
SWT Q.S. al-Mulk ayat:15 yang berbunyi:
ي ا ي يا ي اأ ي ا وي ا ي يال ا ي ا يا يأ ي ا ي ال أي
Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.
Namun dalam perkembangannya, etika bisnis Islam tidak sedikit
dipahami sebagai representasi dan peraturan dari aspek hukum. Misalnya
keharaman jual beli gharar, menimbun, mengurangi timbangan dan lain- lain.
Pada tataran ini, etika bisnis Islam, tidak jauh berbeda dengan peraturan
hukum dalam fiqih mu‟amalah. Dengan kondisi demikian maka
pengembangan etika bisnis Islam yang mengedepankan etika sebagai
filosofinya merupakan agenda yang signifikan untuk dikembangkan.6
Jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo dilakukan pada saat musim panen tiba dan gabah petani mengering,
para petani di Desa Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo
5 Muhammad dan Alimin. Etika dan perlindungan konsumen dalam Ekonomi Islam
(yogyakarta: BPFE, 2004), 67. 6 Muhammad dan Lukman Faurozi, Visi Misi al- Qur‟an tentang Etika Bisnis Islam, 3.
6
akan menjual hasil panen mereka. Hal ini dilakukan oleh petani untuk
memenuhi kebutuahan sahari-hari seperti makan, minum dan juga biaya
pendidikan sebagai juga modal untuk menanam padi pada musim selanjutnya.
Akad jual beli yang terjadi seperti jual beli pada umumnya yaitu petani
langsung menawarkan kepada tengkulak, dalam hal ini tengkulak membeli
gabah dalam jumlah yang sedikit ataupun banyak yang nantinya akan dijual
lagi. Dalam akad jual beli gabah tersebut, yaitu pada saat akad, penjual
menyatakan bahwa dia menjual gabahnya sebanyak 1 ton kepada pihak
tengkulak, dan perkilonya dihargai dengan harga semisal Rp. 5.500,- tetapi
gabah tersebut oleh pihak tengkulak tidak dilihat seperti apa kualitas
gabahnya apakah baik ataukah buruk, langsung saja di berikan harga yang
sama seperti gabah yang kualitasnya baik. Sehingga dikemudian hari
mengakibatkan salah satu pihak ada yang dirugikan.
Selain itu dalam setiap penimbangan gabah itu selalu dikurangi 0,5 kg
atau lebih untuk mengambil keuntungan dan juga sebagai ganti rugi ketika
terjadi kerugian pada waktu pihak tengkulak menjualnya lagi ke tengkulak
yang lebih besar. 7
Berdasarkan uraian masalah tersebut maka penulis tertarik untuk
mengangkat masalah ini dalam penulisan skripsi dengan judul: “TINJAUAN
ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP JUAL BELI GABAH DI DESA
7 Lihat transkip wawancara: 14/1-W/16-V/2015.
7
GANDUKEPUH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN
PONOROGO”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas gabah di Desa
Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
2. Bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap penimbangan gabah di
Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap kualitas
gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan etika bisnis Islam terhadap
penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo.
D. Kegunaan Penelitian
Harapan penulis ini dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak
diantara sebagai berikut:
1. Kegunaan Ilmiah (teoritis)
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat umumnya bagi
pengembangan kemajuan khazanah ilmu pengetahuan dan khususnya ilmu
tentang etika bisnis Islam dan sebagai kajian penelitian selanjutnya.
8
2. Kegunaan Terapan (praktis)
Penelitian ini secara praktis berguna untuk memberikan solusi terhadap
masalah- maslah etika bisnis Islam, khususnya bagi masyarakat Desa
Gandukepuh Kecamaan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
E. Telaah Pustaka
Kajian pustaka yang telah dilakukan penulis menghasilkan satu hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan jasa usaha laundry, diantaranya:
Skipsi Fatimatuz Zahro dengan judul “Tinjuan Fiqih Terhadap Praktek
Jual Beli Gabah Yang Ditangguhkan Barangnya Di Desa Kedondong
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”, menjelaskan bahwa akad jual beli
gabah di desa kedondong kecamatan kebonsari kabupaten Madiun merupakan
transaksi jual beli yang belum sah karena tidak terpenuhinya salah satu rukun
jual beli yaitu ijab dan qabul. Dimana salah satu syarat rukun ijab dan qabul
yang tidak terpenuhi yaitu penetapan batas waktu pengambilan. Penetapan
harga yang dilakukan oleh petani dan tengkulak dalam jual beli gabah
bertentangan dengan fiqih. Karena harga diawal akad perjanjian ketika waktu
pengambilan tidak sesuai, sehingga menimbulkan spekulasi harga. Selain itu
wanpestasi yang dilakukan oleh petani dilarang dalam fiqih karena dalam
wanprestasi tersebut terdapat pengingkaran terhadap perjanjian yang telah
dibuat diawal.8
Kemudian dalam skripsi yang ditulis oleh Istiqomah yang berjudul
“Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Bahasa Iklan (Studi Kasus Iklan
8 Fatimatuz Zahro, “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Gabah Yang
Ditangguhkan Di Desa Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun” (Skripsi:STAIN Ponorogo,
2014).
9
Produk Jamu Tolak Angin dan Bintangin)” dalam skripsi ini membahas Sikap
dan perilaku masyarakat terhadap bahasa iklan Tolak Angin positif sedangkan
Bintangin negatif. Tolak Angin Melalui penggunaan bahasa iklan yang
konsisten serta dikemas dengan format iklan dan model iklan yang sedang
diidolakan masyarakat, terbukti ampuh merebut hati masyarakat dalam waktu
yang relatif lama. Sedangkan Keberadaan iklan Bintangin dengan bahasa
iklannya membuat masyarakat semakin ragu untuk mengkonsumsi jamu
tersebut dikarenakan takut dianggap bodoh walaupun sebenarnya juga tidak
pintar. Selain itu membahas tentang Iklan Tolak Angin sudah sesuai dengan
etika bisnis Islam. Sedangkan iklan Bintangin tidak sesuai dengan etika
Bisnis Islam karena bertentangan dengan firman Allah SWT QS. Al Hujurat:
12.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian fatimatuz Zahro
adalah bahwa penelitian ini menggunakan landasan etika bisnis Islam
sedangkan penelitian Fatimtuz Zahro mengunkan landasan hukum Islam,
akan tetapi keduanya sama-sama mengunakan objek yang sama dengan
rumusan masalah yang berbeda. Sedangkan yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian Istiqomah adalah sam-sama menggunakan landasan Etika
bisnis Islam dengan objek dan masalah yang dibahas berbeda.
Dari pengamatan tersebut maka penelitian ini bermaksud membahas
mengnai “Tinjauan Etika Bisnis Islam Terhadap Jual Beli Gabah Di Desa
Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo”.
10
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitin
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, sebuah penelitian
terhadap realita kehidupan sosial masyarakat secara langsung9. Penelitian
dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan
kondisi saat ini dari subjek yang diteliti. Tujuanya adalah melakukan
penyelidikan secara mendalam mengenai subjek tertentu untuk
memberikan gambaran yang lengkap mengenai subjek tertentu10
.
Gambaran yang lengkap ini meliputi gambaran mengenai latar belakang,
sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu,
yang kemudian dari sifat-sifat yang khas itu dijadikan suatu yang umum11
.
Penelitian ini dilakukan dengan mencari data secara langsung dengan
melihat dari dekat objek yang diteliti,yaitu dengan melihat dan mengamati
secara langsung bagaimana transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu
suatu prosedur penelitian yang berusaha mengungkap berbagai keunikan
individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam
kehidupannya sehari-hari secara komperhensif dan rinci.12
Dalam hal ini
peneliti akan mengungkap berbagai kegiatan jual beli gabah yang terjadi di
9Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 52.
10Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010),21. 11
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), 57. 12
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 23.
11
Desa Gandukepuh. Dan selanjutnya akan dideskipsikan tentang ucapan
dan berbagai perilaku yang terjadi di Desa tersebut.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo Dengan pertimbangan lokasi ini sangat mudah
dijangkau oleh penulis sehingga memudahkan penulis untuk melakukan
pengamatan sehingga benar- benar dihasilkan data yang akurat.
4. Subjek Penelitian
Istilah tersebut menunjukkan pada orang atau individu atau
sekelompok yang dijadikan unit satuan (kasus) yang diteliti. 13
Adapun
subjek dalam penelitian ini adalah tengkulak gabah dan para penjual di
Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah yang memberikan informasi langsung kepada
pengumpul data.14
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari
wawancara kepada penjual atau pembeli gabah di Desa Gandukepuh
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
b. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau publikasi
atau laporan penelitian dari dinas atau instansi ataupun sumber data
13
Sanapiah Faisal, Format- format Penelitian Sosial (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994), 109.
14
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), 211.
12
lainnya yang menunjang.15
Data sekunder ini diperoleh dari buku
dokumentasi Desa Gandukepuh.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan
menggunakan beberapa cara, yakni sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Atau dengan kata lain, wawancara
adalah suatu metode pengumpilan data yang berupa pertemuan dua
orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide
dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna
dalam suatu topik tertentu.16
Penulis berkomunikasi langsung dengan
para penjual (petani) dan pembeli (tengkulak) gabah di Desa
Gandukepuh untuk memperoleh informasi, terutama dalam kualitas
dan pemotongan berat timbangan gabah. Model wawancara yaitu
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada para penjual mupun
pembeli gabah.
b. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
15
Deni Hermawan, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 13. 16
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, 212.
13
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan,
kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar
hidup, sketsa dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.17
Contoh dokumen yang penulis dapatkan berupa data mengenai
profil desa yang berupa dokumen dari Balai Desa Gandukepuh.
7. Teknik Pengolahan Data
Adapun tehnik pengolahan data yang digunakan oleh penulis
adalah sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang
terkumpul, terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna,
keselarasan satu dengan yang lainnya, dan beragam masing-masing
dalam kelompok data.18
b. Organizing, menyusun data dan sekaligus mensistematis data-data
yang diperoleh dalam rangka paparan yang sudah direncanakan
sebelumnya sesuai dengan permasalahannya.
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabeta, 2005), 82. 18
Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3IES,
1982), 191.
14
c. Penemuan Hasil
Melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian
data dengan kaidah dan dalil-dalil sehingga diperoleh kesimpulan
sebagai pemecahan dari rumusan yang ada.
8. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam rangka
mempermudah pembahasan skripsi, penulis menggunakan metode
induktif yaitu menyimpulkan berbagai penemuan kedalam kesimpulan
umum. Selain itu juga menggunakan penalaran secara deduktif, yaitu
metode berfikir yang diawali dengan teori-teori, dalil-dalil dan ketentuan
yang bersifat umum. Selanjutnya dikemukakan dengan kenyataan-
kenyataan yang bersifat khusus.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam penelitian ini,
penulis mengelompokkan menjadi V (lima) bab. Adapun sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran umum untuk memberi pola
pemikiran keseluruhan skripsi yang meliputi: latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
15
BAB II : ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
Bab ini merupakan landasan teori hukum Islam yang terkait
dengan etika bisnis dalam Islam, meliputi: pengertian etika
bisnis dan etika bisnis Islam, dasar hukum etika bisnis
Islam, prinsip-prinsip etika bisnis Islam, serta larangan
dalam bisnis Islam, etika bisnis Nabi Muhammad SAW.
BAB III : PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA DESA
GANDUKEPUH KECAMATAN SUKOREJO
KABUPATEN PONOROGO
Bab ini merupakan hasil penelitian tentang praktik jual beli
gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo Isi yang akan ada di bab ini meliputi:
gambaran umum Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo yang terdiri dari sejarah desa, letak
geografis, keadaan penduduk, keadaan pendidikaan,
keadaan sosial agama, dan keadaan perekonomiannya,
Kualitas dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo, praktik
penimbangan dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo,
16
BAB IV : ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK
JUAL BELI GABAH DI DESA GANDUKEPUH
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO
Bab ini merupakan pokok bahasan dari permasalahan
skripsi yang meliputi: Tinjauan etika bisnis Islam terhadap
kualitas gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo, Tinjauan etika bisnis Islam terhadap
penimbangan gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan
Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan kesimpulan dari rumusan permasalahan,
serta saran-saran dari penulis yang ditujukan kepada pihak-
pihak yang terlibat dalam jual beli gabah di Desa
Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo.
17
BAB II
TEORI ETIKA BISNIS ISLAM
A. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan
yang merupakan bagian dari filsafat. Menurut webster dictionary, Etika
ialah ilmu tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisir
tentang tindakan moral yang benar. Perbedaan akhlaq dan etika ialah etika
merupakan cabang dari filsafat yang bertitik tolak dari akal dan pikiran,
sedangkan akhlaq ialah suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan mana
yang baik dan mana yang buruk, berdasarkan ajaran dari Allah SWT dan
Rasulullah SAW.19
Ini berarti secara etimologi, etika identik dengan moral
karena telah umum diketahui bahwa istilah moral berasal dari kata mos
(dalam bentuk tunggal) dan mores (dalam bentuk jamak) dalam bahasa
Latin yang artinya kebiasaan atau cara hidup.20
Moral berasal dari bahasa Inggris yaitu moral, bahasa Latin
mores dan bahasa Belanda moural yang bermakna budi pekerti, kesusilaan
dan adat kebiasaan. Secara terminologi, etika adalah ilmu pengetahuan
tentang moral (kesusilaan). Setiap orang memiliki moralitasnya masing-
masing namun tidak semua orang perlu melakukan pemikiran secara kritis
19
Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta,
2009), 204. 20
Sondang Siagian, Etika Bisnis (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1996), 2.
18
terhadap moralitas yang menjadi kegiatan etika.21
Menurut Istianto Wahyu
dan Ostaria adalah cabang utama filsafat mempelajari nilai dan kualitas.
Etika mencangkup analisis dan penerapan konsep seperti benar-salah atau
baik-buruk, dan tanggung jawab. Etika adalah ilmu berkenaan tentang yang
buruk dan tentang hak kewajiban moral. Menurut Rafik Issa Bekum, Etika
dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan
yang baik dan buruk. Etika adalah ilmu yang bersifat normatif, karena ia
berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan
oleh seorang individu.22
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, etika adalah kemampuan asas
atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. 23
Sedangkan bisnis adalah sebagai organisasi yang menjalankan
aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit. 24
Dalam Islam, istilah yang dekat berhubungan dengan istilah etika di
dalam al-Qur‟an adalah khulu>q. Al-Qur‟an juga mempergunakan sejumlah
istilah lain untuk menggambarkan konsep tentang kebaikan: Khayr
21
Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam Dalam
Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001) 78. 22
Veithzal Rivai, Amiur Nuruddin Dkk, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu
Pada Al Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan dan Ekonomi
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 2- 3. 23
Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics And Finance: Ekonomi dan
Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012),
215. 24
Veithzal Rivai dan Andi, 231.
19
(kebaikan), birr (kebenaran), qist (persamaan), adl (kesetaraan dan
keadilan), haqq (kebenaran dan kebaikan), ma‟ruf (mengetahui dan
menyetujui), dan taqwa (ketakwaan). Adapun yang berhubungan dengan
etika dalam al-Qur‟an yang secara langsung adalah al- khulu>q. Al- khulu>q
dari kata dasar khaluqa-khuluqan, yang berarti tabiat, budi pekerti,
kebiasaan, kesatriaan. Dan di dalam tradisi pemikiran Islam dari kata khulu>q
ini kemudian lebih dikenal dengan akhlak. Menurut Ahmad Amin akhlak
adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menjelaskan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan
yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Atau
merupakan gambaran rasional mengenai hakikat dasar perbuatan dan
keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan klaim bahwa
perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan atau
dilarang.25
Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan norma-
norma agama bagi dunia bisnis, memasang kode etika profesi bisnis,
merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan keterampilan
memenuhi tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman,
dan sebagainya. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen
ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan.
25
Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan, 2004), 38-
40.
20
Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam bentuknya yang
tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang atau jasa) termasuk profitnya,
namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya
karena aturan halal dan haram, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
al- Baqarah (2) ayat 188:
ي مياتأا ي ريق يا يأا لي ال سيب إ ي ي ل يب ا ط ي تدا ي ويتأا يأا ا يب أ ت يت ني
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
Etika Bisnis Islam menurut Muhammad Djakfar adalah norma-norma
etika yang berbasiskan al-Qur‟an dan hadits yang harus dijadikan acuan
oleh siapapun dalam aktivitas bisnis. Dengan kata lain bagaimanapun etika
bisnis yang berbasis kitab suci dan sunah Rasulullah SAW, sebagaimana
halnya etika bisnis modern, tidak cukup dilihat secara partialistik semata,
tetapi perlu dilihat juga dalam fungsinya secara utuh (holistik). Dalam arti
etika bisnis Islam perlu diposisikan sebagai komboditas akademik yang bisa
melahirkan sebuah cabang keilmuan, sekaligus sebagai tuntutan para pelaku
bisnis dalam melakukan aktivitas sehari-hari.26
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etika adalah
suatu hal yang dilakukan secara benar dan baik, tidak melakukan
keburukan, melakukan hak dan kewajiban sesuai dengan moral dan
26
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis Islam (Malang: UII Malang Press, 2008), 84-85.
21
melakukan segala sesuatu dengan penuh tanggung jawab. Sedangkan dalam
Islam etika adalah akhlak seorang muslim dalam melakukan semua kegiatan
termasuk dalam bidang bisnis. Oleh karena itu, jika ingin selamat dunia dan
akhirat, kita harus memakai etika dalam keseluruhan bisnis kita. Etika
merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan
standar benar atau didukung oleh penalaran yang baik.27
B. Dasar Hukum Etika Bisnis Islam
Dasar hukum etika bisnis Islam antara lain adalah:
1. Firman Allah SWT.
a) Surat al-Baqarah ayat 42 :
ي أ ت يت ني يب ا ط ي ت ت ي ويت ي
Artinya: “Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan
yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,
sedang kamu mengetahui.”
b) Surat an-Nisa‟ ayat 29:
أةيع يت ر ي ل يب ا ط ي ويأنيت ني ي يأي ي ا ي يآال يويتأا يأا ا يب ال ي ويت قت يأ ف ي ني ا يا نيب يأح
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”28
27
Rivai, Islamic Bussines, 3-4.
28
Depag RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahannya (Semarang: PT. Karya Toha Putra), 153.
22
c) At-Taubah : 24
لقد نصركم الله في مواطن كثيرة وي وم حن ين إذ أعجبتكم كث رتكم ف لم ت غن عنكم ي و ا عليكم ااأ أحب م وليتم مد رين
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi
congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang
banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan
bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian
kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.”
d) An-Nuur : 37
أج ل ا ت لهيهم تج أة وا يع عن ذكر الله وإا م الصاة وإيت ء الزك ة يخ فون ي وم ت ت قل فيه القلوو واا ص أ
Artinya: “lalaki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat.
Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi guncang.”
e) Ash-Shaff : 10
ي أي ه ال ين منوا أ لكم عل تج أة ت نجيكم من ع او أليم
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih.”29
29
Al-Qur‟an, 61: 10.
23
2. Al-Hadits
a. Hadits tentang larangan menipu
حد ن سفي ن عن العاء ن عبدالرح ن،عن ا يه،عن ا .حد ن م ن ع أ . ف يد فيه .ا ل مرأسول اه صل اه عليه وسلم رج يبيع طع م : ري رة
.ف ق ل أسول اه صل اه عليه وسلم لي من من . ف ذا ومغ و
Artinya: Mewartakan kepada kami Hisyam bin “Ammar, mewartakan kepada kami Sufyan, dari Al- Ala-Bin‟ Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, Dia berkata: Rasulullah Saw.
Lewat pada seseorang yang menjual makanan. Lalu beliau
memasukkan tangannya ke dalam makanan tersebut.
Ternyata makanan tersebut telah dicampur. Maka Rasulullah
SAW. Pun bersabda: Bukan dari golongan kami orang yang
menipu.30
b. Hadits anjuran jujur
حد ن عن سفي ن،عن ا ح زة،عن الحسن، عن ا .حد ن ابيص :حد ن ن اامين مع النب ي ين الت جرالصدو : سعيد،عن النبي صل اه عليه وسلم ا ل
. والصديقين وال هداء
Artinya: Hanad menceritakan kepada kami, Qubaisah menceritakan
kepada kami dari Sufyan dari Abu Hamzah dari Al Hasan
dari Abu Said dari Nabi SAW. bersabda:Pedagang yang
jujur dan dapat dipercaya ia beserta para Nabi , orang-
orang yang jujur dan orang-orang yang mati sahid‟. 31
c. Hadits tentang takaran yang baik
حد ن علي : ن ر ن لحكم،ومح د ن عقي ن ويلد،ا ا ن حد ن عبدالرح حد ن يزيدالنحوي؛أن عكرم حد ه عن ن . ن الحسين ن واادحد ن أ
ل ادم لنبي صل اه عليه وسلم ال دي ن ك نوامن ا بث الن ا :عب ا ا ل .ف حسنواالكي عدذل (وي لل ففين ) ف ن زل اه سبح نه .كيا
Artinya: Mewartakan kepada kami „Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam dan Muhammad bin „Aqil bin Khuwailid, keduanya
30
Abdullah Shonhaji, Terj. Sunan Ibnu Majah vol.III (Semarang: Asy-Syifa‟, 1993), 71. 31
Moh Zuhri , Terj. Sunan At Tirmidzi Vol.I (Semarang: As-Syifa‟, 1992), 561.
24
berkata: mewartakan kepada kami „Aliy bin Husain bin Waqid; merwatakan kepadaku ayahku ;mewartakan
kepadaku Yazid An-Nahwiy, bahwasannya Ikrimah
mewartakan padanya, dari Ibnu Abbas, dia berkata “ tatkala Nabi SAW tiba di Madinah. Saat itu mereka adalah seburuk-
buruk manusia dalam menakar. Kemudian Allah menurunkan
surat Al-Mutaffifi>n. Sesudah itu mereka membaguskan
takaran.32
C. Prinsip- Prinsip Etika Bisnis Islam
Nabi Muhammad SAW adalah seorang pedagang, dan agama Islam
disebarluaskan terutama melalui para pedagang muslim. Dalam al-Qur‟an
terdapat peringatan terhadap penyalahgunaan kekayaan, tetapi tidak dilarang
mencari kekayaan dengan cara halal.
وأح الله الب يع وحرم الر وا Artinya: “Allah telah menghalalkan perdagangan dan melarang riba”. (QS.
Al-Baqarah: 275).
Islam menempatkan aktivitas perdagangan dalam posisi yang amat
strategis di tengah kegiatan manusia mencari rezeki dan
penghidupan. Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada
pelakunya, itu sebabnya misi diutusnya Rasulullah SAW ke dunia adalah
untuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak.
Seorang pengusaha muslim berkewajiban untuk memegang teguh
etika dan moral bisnis Islami yang mencakup Husnul Khuluq. Pada derajat
ini Allah SWT akan melapangkan hatinya, dan akan membukakan pintu
rezeki, dimana pintu rezeki akan terbuka dengan akhlak mulia tersebut,
32
Ibid., 70.
25
akhlak yang baik adalah modal dasar yang akan melahirkan praktik bisnis
yang etis dan moralis.
Salah satu dari akhlak yang baik dalam bisnis Islam adalah
sebagian dari makna kejujuran adalah seorang pengusaha senantiasa terbuka
dan transparan dalam jual belinya. Akhlak yang lain adalah amanah, Islam
menginginkan seorang pebisnis muslim mempunyai hati yang tanggap,
dengan menjaganya dengan memenuhi hak-hak Allah dan manusia, serta
menjaga muamalahnya dari unsur yang melampaui batas atau sia-sia.
Seorang pebisnis Muslim adalah sosok yang dapat dipercaya, sehingga ia
tidak mendholimi kepercayaan yang diberikan kepadanya. Konsekuen
terhadap akad dan perjanjian merupakan kunci sukses yang lain dalam hal
apapun sesungguhnya Allah memerintah kita untuk hal itu.
Prinsip (aksioma) dalam ilmu ekonomi Islam yang perlu diterapkan
dalam bisnis Islam adalah:
1. Kesatuan (tauhid)
Alam semesta, termasuk manusia, adalah milik Allah, yang
memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-makhluk-
Nya. Konsep tauhid berati Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa
menetapkan batas-batas tertentu atau perilaku manusia sebagai khalifah,
26
untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak
individu lainnya.33
Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan
Allah selaku Tuhan semesta alam. Segala sesuatu yang ada dialam ini
bersumber dan berakhir kepada-Nya. Dialah pemilik mutlak dan absolut
atas semua yang diciptakan-Nya. Karena itu, segala aktvitas manusia,
khususnya dalam muamalah dan bisnis, hendaknya mengikuti aturan-
aturan yang ada, jangan sampai menyalahi batasan-batasan yang
diberikan.34
Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai
manusia. Diskriminasi tidak bisa diterapkan atau dituntut hanya
berdasarkan warna kulit, ras, kebangsaan, agama, jenis kelamin, atau
umur. Hak-hak dan kewajiban ekonomi setiap individu disesuaikan
dengan kapabilitas dan kapasitas yang dimiliki dan sinkronisasi pada
setiap peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial. Kapan saja
ada perbedaan-perbedaan seperti ini, maka hak-hak dan kewajiban-
kewajiban mereka harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta
keseimbangan. Islam tidak mengakui adanya kelas-kelas sosiol ekonomis
sebagai sesuatu yang bertentangan dengan prinsip persamaan maupun
dengan prinsip persaudaraan (ukhuwah). Karena mematuhi ajaran-ajaran
33
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 89. 34
Veithzal Rivai dan Antoni Nizar Usman, Islamic Economics And Finance: Ekonomi Dan
Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2012),
229.
27
Islam dalam semua aspeknya, dianggap sebagai sarana untuk
mendapatkan ridho Allah SWT.35
2. Keseimbangan atau kesejajaran (al- ‘adl wa al-ihsan)
Berkaitan dengan konsep kesatuan, dua konsep Islam al-„adl dan
al-ihsan menunjukkan suatu keadaan keseimbangan atau kesejajaran
sosial. Al-Qur‟an menyatakan:
ي ي ل ىيع ي افح ءي ا ل ري ا غيي ني ا ييأاريب ا دلي إح ني يت ءي ي اقر ي يا يت ار ني
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”.
Sebagai cita-cita sosial, prinsip keseimbangan atau kesejajaran
menyediakan penjabaran yang komplit seluruh kebajikan dasar institusi
sosial, hukum, politik dan ekonomi. Pada dataran ekonomi, prinsip
tersebut menentukan konfigurasi aktivitas-aktivitas ditribusi, konsumsi
serta produksi yang terbaik, dengan pemahaman yang jelas bahwa
kebutuhan seluruh anggota masyarakat yang kurang berutung dalam
masyarakat Islam didahulukan atas sumber daya riil masyarakat.36
Dalam presfektif Islam, keberagaman harus diseimbangkan agar
menghasilkan tatana yang baik. Allah SWT berfirman:
35
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 90. 36
Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), 39-40.
28
إن ك يء لقن قدأ Artinya: “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran.”
Keseimbangan juga hurus terwujud dalam kehidupan ekonomi.
Dalam segala jenis bisnis yang dijalaninya, Nabi Muhammad SAW
menjadikan nilai adil sebagai standar utama. Kedudukan dan tanggung
jawab para pelaku bisnis dibangunnya melalui prinsip “akad yang saling
setuju”.37
Implementasi ajaran keseimbangan dan keadilan pada kegiatan
bisnis harus dikaitkan dengan pembagian manfaat kepada semua
komponen dan pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung
sesuai dengan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan terhadap
keberhasilan atau kegagalan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh
pelaku bisnis secara seimbang dan adil atau sepadan. Manfaat yang diraih
harus didistribusikan sesuai dengan peraturan atau kesepakatan yang adil
dan seimbang.
Demikian pula jika terjadi resiko maka hal inipun terdistribusi
sesuai dengan kontribusi beban dan peran yang diberikan oleh pihak-
pihak tertentu yang relevan dengan peran yang diberikan. Dan segala
pengukuran dan penakaran atas segala sesuatu yang diperdagangkan dan
dipertukarkan antara hak dan kewajiban para pelaku yang bertransaksi
dan bersepakat untuk memberikan hak orang lain atau partner kerja, atau
37
Muhammad Hidayat, An Introduction The Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010),
59-40.
29
menerima hak sesuai dengan kewajiban yang diberikan. Hal ini harus
diberikan suatu hak dan kewajiban yang sebanding sesuai dengan
kontribusi yang diberikan dalam membentuk nilai ekonomi dan sosial
yang diberikan dalam ukuran martabat kemanusiaan, maka prinsip
keadilan dan keseimbangan dalam memenuhi kewajiban dalam
memberikan hak pihak partner Islam sangat concern terhadap masalah
ini.
Jika prinsip ini dijalankan dengan benar, maka dalam pergaulan
hubungan ekonomi akan tercipta suatu kondisi hubungan kerjasama yang
saling memberikan manfaat ekonomi yang adil dan sepadan dan ini sesuai
dengan ajaran ekonomi Islam.
Etika bisnis di dalam tuntunan Islam yang menekankan pada
keseimbangan dan keadilan adalah pengelolaan bisnis yang dilakukan oleh
orang Islam yang beriman dan qiyas. Konsep al-Qur‟an mencegah ketidak
adilan dan menganjurkan pengelolaan yang adil dan seimbang sesuai
dengan peran dan kontribusi masing-masing pihak yang berperan baik
langsung maupun tidak langsung dalam ikut serta untuk mencapai tujuan
bisnis dan tujuan bersama dengan para partner kerja dan masyarakat. 38
3. Kehendak bebas (ikhtiyar)
Dalam pandangan Islam manusia terlahir memiliki kehendak bebas
yakni, dengan potensi menentukan diantara pilihan-pilihan yang beragam.
38
Muslich, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: EKONISIA, 2010), 32- 33.
30
Karena kebebasan manusia tidak dibatasi dan bersifat voluntaris, maka dia
juga memiliki kebebasan untuk mengambil pilihan yang salah. Dan untuk
kebaikan manusia sendiri pilihan yang benar.39
Pada tingkat tertentu, manusia diberi kehendak bebas untuk
mengendalikan kehidupannya sendiri manakala Allah SWT
menurunkannya ke bumi. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ia
sepenuhnya dituntut oleh hukum yang diciptakan Allah SWT. Ia diberi
kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih
apapun jalan hidup yang ia inginkan, dan yang paling penting bertindak
berdasarkan aturan apapun yang ia pilih. Tidak seperti halnya ciptaan
Allah SWT yang lain di alam semesta, ia dapat memilih perilaku etis
ataupun tidak etis. 40
Prinsip kebebasan inipun mengalir dalam ekonomi Islam. Prinsip
transaksi ekonomi yang menyatakan asas hukum ekonomi adalah halal,
seolah mempersilahkan para pelakunya melaksanakan kegiatan ekonomi
sesuai yang diinginkan, menumpahkan kreativitas, modifikasi dan
ekspansi seluas dan sebesar-sebesarnya, bahkan transaksi bisnis dapat
dilakukan dengan siapa pun secara agama.41
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis
Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.
39
Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003), 42. 40
Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN),
55- 56. 41
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 60.
31
Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi
seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan
segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-
menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan
dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui
zakat, infak, dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan
kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian
tanpa merusak sistem sosial yang ada.42
4. Tanggung jawab (fardh)
Nabi Muhammad SAW mewariskan pilar tanggung jawab dalam
kerangka etika bisnisnya. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggung
jawaban manusia. Setelah menentukan daya pilih antara baik dan buruk,
manusia harus menjalani konsekuensi logisnya. Allah SWT berfirman :
ك ن ف كسب أ ين
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya.” (QS. al- Muddatstsir: 38)
Karena keuniversalan sifat al-„adl, maka setiap indvidu harus
mempertanggung jawabkan tindakannya. Tidak seorangpun dapat lolos
dari konsekuensi perbuatan jahatnya hanya dengan mencari kambing
hitam. Bukan itu saja, manusia juga dimintai pertanggung jawaban atas
kejahatan yang berlangsung disekitarnya. Karena itu manusia
42
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 96.
32
diperingatkan terlebih dahulu. Pertanggung jawaban sepenuhnya atas
ketiadaan usaha untuk membentuk masa depan yang lebih baik juga
dipikulkan atas pundak manusia.
Wujud dan etika ini adalah terbangunnya transaksi yang fair dan
bertanggung jawab. Nabi Muhammad SAW menunjukan intergritas yang
tinggi dalam memenuhi segenap klausa kontraknya dengan pihak lain. Di
samping itu, beliau kerap mengaitkan suatu proses ekonomi dengan
pengaruhnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Untuk itu beliau
melarang diperjualbelikan produk-produk yang dapat merusak masyarakat
dan lingkungan.43
5. Kebajikan
Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan
sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang
yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apapun.44
Penerapan konsep kebajikan dalam etika bisnis menurut al-
Ghaza>li> terdapat enam bentuk kebajikan:
a) Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus
memberikannya, dengan mengambil keuntungan yang sedikit
mungkin. Jika yang memberi melupakan keuntungannya, maka hal
tersebut akan lebih baik baginya.
43
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 61- 63 44
Muhammad, Etika Bisnis, 57.
33
b) Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik
baginya untuk membayarnya sedikit lebih banyak dari harga yang
sebenarnya.
c) Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus
bertindak secara bijaksana dengan memberi waktu yang lebih kepada
yang meminjam untuk membayar hutangnya dan jika diperlukan
seseorang boleh mengurangi pinjaman untuk meringankan beban sang
peminjam.
d) Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barang-
barang yang sudah dibeli seharusnya diperbolehkan untuk
melakukannya demi kebajikan.
e) Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika
mereka membayar hutangnya tanpa harus diminta. 45
D. Larangan-larangan dalam Bisnis Islam
Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa aktivitas yang dilarang,
antara lain:
1. Larangan Najasah.
Praktik perdagangan dimana seorang berpura-pura sebagai
pembeli yang menawar tinggi harga barang dagangan dengan disertai
45
Rafik Isa Beekum, Etika Bisnis, 43-44.
34
memuji-muji kualitas barang tersebut secara tidak wajar, tujuannya adalah
untuk menaikkan harga barang. 46
2. Larangan khalabah
Khalabah berati menyesatkan, seperti merayu-merayu klien
yang polos dan kurang hati-hati dengan melebih-lebihkan mutu komoditi.
Hal ini dilarang karena tidak etis seseorang menampilkan produknya
dengan cara tertentu, sementara kenyataannya tidak begitu. Oleh sebab
itu, pemasaran manipulatif dan berlebihan, serta tidak sesuai fakta
dagangannya adalah dilarang.
3. Keterbukaan, Transparan, dan Membantu Pemeriksaan
Syariah menaruh keutamaan besar bagi peran informasi dalam
pasar. Seseorang harus memberikan kesempatan luas kepada klien untuk
melihat dan memeriksa komonditas yang akan dibelinya. Informasi yang
tidak akurat atau menipu adalah dilarang dan dinilai sebagai dosa.
Merahasiakan informasi sangat penting untuk kontrak adalah sama
saja dengan pelanggaran atas norma Islam dalam bisnis dan pihak yang
dirugikan atas informasi tersebut di dalam kontrak berhak untuk
membatalkan kontrak. Banyak kebiasaan Nabi Muhammad SAW
menekankan kebutuhan akan informasi dan keterbukaan serta melarang
praktik menghalangi informasi mengenai harga dan mutu komboditas
kepada pembeli dan penjual. Tetap diam dan tidak membolehkan pembeli
46
Jusmaliani Dan Masyhuri Dkk, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
60.
35
mengetahui bila ada cacat padahal diketahui oleh penjual adalah
kebohongan. Maka, sitem etika Islam mengharuskan seluruh informasi
yang terkait dengan penilaian aset harus sama-sama bisa diakses oleh
seluruh investor di dalam pasar. Hal ini konsisten dengan hak-hak para
pihak untuk memiliki informasi yang penting dan bebas dari salah tafsir.47
Kontrak bisnis dan keuangan berkonsekuensi pada hak dan
kewajiban para pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi
kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan
tak hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan
bersama.
4. Memenuhi kesepakatan dan kewajiban
Kontrak bisnis dan keuangan berkonsekuensi pada hak dan
kewajiban para pihak yang menerima tanggung jawab harus memenuhi
kewajiban sebagaimana kesepakatan dalam kontrak. Syariah menekankan
tak hanya pemenuhan kontrak namun juga janji atau kesepakatan bersama.
Salah satu ciri dari kemunafikan, yang dijelaskan dalam syariah adalah
bahwa mereka tak pernah memenuhi janji.
Untuk itu, para ahli masa kini dengan tegas memandang janji yang
mengikat. Dalam keuangan Islam, konsep janji ditarik dalam murabaha
menjadi pemesan pembelian, persewaan, mengurangi musharakah, dan
sebagainya. Di dalam semua kesepakatan ini, jika yang memberi janji tak
47
Rivai, Amiur Nuruddin Dkk, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al
Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan dan Ekonomi, 404- 405.
36
bisa memenuhi janjinya, maka yang menerima janji berhak untuk
medapatkan lagi kerugian aktual yang dialami dikarenakan pelanggaran
janji.48
5. Kerja sama dan Menghilangkan Kesengsaraan
Saling membantu, solidaritas dan menanggung bersama atas
kerugian dan bahaya adalah norma-norma penting lain dari kerangka
ekonomi Islam dibandingkan dengan struktur ekonomi konvensional,
dimana persaingan yang kejam menibulkan banyak praktik tidak etis,
memenuhi membantu sesama disaat membutuhkan dan melarang perilaku
apa pun yang menyebabkan kerugian atau berbahaya bagi orang lain.
49Firman Allah SWT dalam surah al-Maa>idah ayat 2:
وت ع ونوا عل البر والت قوى وا ت ع ونوا عل اإ م والعدوان وات قوالله إن الله ديد العق و
Artinya: “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
48
Ibid., 406. 49
Ibid, 407.
37
6. Pemasaran Bebas dan Penetapan Harga Yang Adil
Islam memberikan kebebasan asasi untuk memasuki jenis usaha atau
transaksi halal apapun. Meskipun demikian, ini tidak berarti bebas tak
terkendali untuk berkontrak.
Perdagangan diizinkan jika dilakukan atas komoditas yang
dibolehkan dan sesuai dengan aturan dan prinsip yang ditetapkan oleh
syariah Islam, sehubung dengan adanya berbagai jenis transaksi seperti
bai‟, ijarah, dan jasa.
Islam memandang pasar bebas dimana harga yang adil ditetapkan
oleh permintaan dan pemasokan. Harga-harga akan diperdagangkan adil
jika memang itu adalah hasil fungsi kekuatan pasar sejati. Tidak boleh ada
campur tangan dalam peran bebas kekuatan permintaan dan pemasokan,
demikian juga mencegah ketidak adilan atas nama pemasok barang, yang
berarti menjual sesuatu dengan harga lebih tinggi dan memberi kesan
kepada klien bahwa ia dipaksa membayar sesuai dengan tingkat harga
pasar.
Harga komoditas apapun ditentukan dengan memperhitungkan input,
dan biaya produksi, gudang, transportasi dan biaya-biaya lainnya, jika ada,
serta marjin laba sang pedagang. Jika seseorang mulai menjual barang
dagangannya di pasar dengan harga kurang dari harga biaya, di luar
kebaikan dan kedermawanannya, ia akan membuat masalah untuk yang
38
lain, dengan mana pemasok atau komoditas dimaksud akan terganggu
nantinya, dan pada akhirnya orang lain akan menderita.50
7. Bebas dari Dharar (kerusakan)
Jika sebuah kontrak antara dua pihak sudah disahkan disertai
mufakat bersama, ternyata merugikan kepentingan pihak ketiga, pihak
ketiga ini boleh menikmati opsi dan hak tertentu. Kasus yang tepat
adalah hak antisipasi dari seseorang mitra dalam kepemilikan bersama.
8. Larangan Terhadap Kecurangan Dalam Takaran dan Timbangan
(ghabn)
Istilah ghabn secara bahasa berarti pengurangan. Dengan kata
lain, ghabn merupakan pengurangan jumlah objek akad sehingga tidak
sesuai denngan hasil kesepakatan. Dalam hukum bisnis syariah, ghabn
hukumnya diharamkan, karena dengan mengurangi objek akad tersebut
berarti akan merugikan pihak lain.
أ ي ا ي ا ز نيب اق طيوي في ف ي وي س
Artinya: Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
Kami tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
sekedar kesanggupannya.(QS.Al-An‟am[6]:15)51
Kecurangan dalam menakar dan timbangan mendapat perhatian
khusus dalam al-Qur‟an, karena praktik, seperti ini telah merampas hak
orang lain. Selain itu, praktik ini juga menimbulkan dampak yang sangat
50
Rivai, Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an dan Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan Dan Ekonomi, 408- 409.
51 Burhanuddin, Hukum Bisnis Syariah (Yogyakarta: UII Press, 2011), 233.
39
buruk dalam dunia perdagangan yaitu timbulnya ketidak percayaan
pembeli terhadap para pedagang yang curang. Oleh karena itu, pedagang
yang curang pada saat menakar dan menimbang mendapat acaman siksa
diakhirat.
Kecurangan merupakan sebab timbulnya ketidak adilan dalam
masyarakat, padahal keadilan diperlukan dalam setiap perbuatan agar
tidak menimbulkan perselisihan. Pemilik timbangan senantiasa dalam
keadaan terancam dengan adzab yang pedih apabila ia bertindak curang
dengan timbangannya itu. Pedagang beras yang mencampur beras mutu
bagus dengan beras mutu rendah, penjual daging yang menimbang daging
dengan campuran tulang yang menurut kebiasaan tidak disertakan dalam
penjualan, pedagang kain yang ketika kulakan membiarkan kain dalam
keadaan kendor tetapi pada saat menjual ia menariknya cukup kuat
sehingga ia memperoleh tambaahan keuntungan dari cara pengukurannya
itu, semua itu termasuk kecurangan yang akan mendatangkan adzab bagi
pelakunya.52
9. Larangan Rekayasa Harga
Rasulullah SAW menyatakan bahwa harga dipasar itu ditentukan oleh
Allah SWT. Ini berarti harga di pasar tidak boleh diintervensikan oleh
siapapun. Harga itu ditentukan berdasarkan mekanisme pasar yang
alamiah. Hal ini dapat dilakukan ketika pasar dalam keadaan normal,
52
Ibid, 411- 416.
40
tetapi apabila tidak dalam keadaan sehat, yakni terjadi kedzaliman seperti
kasus penimbunan, riba, dan penipuan maka pemerintah hendaknya dapat
bertindak untuk menentukan harga apabila terjadi praktik kedzaliman di
pasar. Rekyasa harga dapat terjadi ketika ada seseorang yang menjdi
penghubung (makelar) antara pedagang yang dari pedesaan, kemudian ia
membeli dagangan itu sebelum masuk pasar sehingga para pedagang desa
belum tahu harga di pasar yang sebenarnya. Kemudian, pedagang
penghubung tadi menjualnya dikota dengan mengambil keuntungan besar
yang diperoleh dari pembeli mereka terhadap pedagang pedesaan. Praktik
seperti ini dilarang oleh Rasulullah SAW karena dapat menimbulkan
penyesalan terhadap pedagang pedesaan tersebut.
10. Larangan Menimbun Barang (Ihtikar)
Islam mengajak kepada para pemilik harta untuk mengembangkan
harta mereka dan menginvestasikannya. Sebaliknya melarang mereka
untuk membekukan dan tidak memfungsikannya. Maka tidak boleh bagi
pemilim tanah menelantarkan tanahnya dari pertanian, apabila masyarakat
memerlukan apa yang dikeluarkan oleh bumi berupa tanaman-tanaman
dan buah-buahan. Demikian pula pemilik pabrik dimana manusia
memerlukan prodaknya, karena ini bertentangan dengan prinsip istikhlaf
(amanah peminjaman dari Allah). Demikian juga dengan tidak
diperbolehkan bagi pemilik uang untuk menimbun dan menahannya dari
peredaran, sedangkan umat dalam keadaan membutuhkan untuk
memfungsikan uang itu untuk proyek-proyek yang bermanfaat dan dapat
41
membawa dampak berupa terbukanya lapangan kerja bagi para
pengangguran dan menggairahkan aktivitas perekonomian.53
E. Etika Bisnis Nabi Muhammad S.A.W
Nabi Muhmmad SAW banyak memberikan petunjuk mengenai etika
bisnis, diantaranya ialah: Pertama , bahwa prinsip esensial dalam bisnis
adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat
fundamental dalam kegiatan bisnis. Nabi Muhmmad SAW sangat intens
menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Beliau sendiri selalu bersikap
jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang
busuk disebelah bawah dan barang baru dibagian atas.
Kedua , kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku
bisnis menurut Islam tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-
banyaknya, sebagaimana yang diajarkan bapak ekonomi kapitalis, Adam
Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta‟awun (menolong orang lain)
sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis bukan hanya
mencari keuntungan material semata, tetapi didasari kesadaran memberi
kemudahan bagi orang lain dengan menjual barang. 54
Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad SAW
sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam
melakukan transaksi bisnis. Keempat, ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis
harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis. Kelima, tidak boleh berpura-
53
Ibid., 417-419. 54
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 51.
42
pura menawar harga tinggi agar orang lain membeli dengan harga tersebut.
Keenam, tidak boleh menjelek-jelekan bisnis orang lain agar orang membeli
kepadanya. Ketujuh, tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah menumpuk dan
menyimpan barang dalam masa tertentu dengan tujuan agar harganya suatu
saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh. Kedelapan, takaran,
ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang
benar dan tepat harus benar-benar diutamakan.55
Allah SWT berfirman:
يا ا يأ ي يي(۲) ا ي ي ي ات ا يع ىي ال سيي ت نيي(۱) ي يا طففني(۳) ر ني ي
Artinya:“ Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi,dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi.”56 (QS. Al- Muthaffifin: 1-3)
Kesembilan, bisnis tidak boleh menggangu kegitan ibadah kepada
Allah SWT. Kesepuluh, membayar upah sebelum keringat karyawan kering.
Pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai
dengan kerja yang dilakukan. Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu
keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegititimasi monopoli dan
oligopoli. Contohnya yang sederhana adalah ekploitsi (pengusaha) individu
tertentu atas hak milik sosial; sepeti air, udara, tanah dan kandungan isinya
seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan
secara pribadi tanpa memberi kesempatan kepada orang lain. Hal ini dilarang
dalam Islam.
55
Ibid., 51-53. 56
Al-Qur‟an, 83: 1-2.
43
Kedua belas, tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi mudhrat
yang dapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya
larangan melakukan bisnis senjata disaat terjadi chaos (kekacauan) politik.
Tidak boleh menjual barang halal seperti menjual anggur kepada produsen
minuman keras. Karena ia diduga keras mengolahnya menjadi miras. Semua
bentuk bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak esensi hubungan
sosil yang jutru harus dijaga dan diperhatikan secara cermat.
Ketiga belas, komonditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan
halal, bukan barang yang haram seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi,
dan lain sebagainya. Keempat belas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa
paksaan. Kelima belas, segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya.
Keenam belas, memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum
mampu membayar. Ketujuh belas, bisnis yang dilakanakan bersih dari unsur
riba. 57
Sampai hari ini, perbincangan seputar riba selalu hangat karena
interprestasi terhadapnya selalu bermuatan kontraversial. Ulama telah
berkonsensus bahwa riba itu terlarang (haram). Namun ketika menangani
pesoalan bunga bank dan asuransi yang mempraktikkan bunga, para ulama
tidak bersepakat. Mayoritas ulama tetap menganggapnya sebagai riba,
sedangkan yang lain tidak demikian. Adapun ulama yang membolehkannya
dengan alasan darurat, yaitu kebolehan bunga bank, tidak bersifat mutlak.
57
Hidayat, An Introduction The Sharia Economic, 53-55.
44
Artinya apabila telah ada bank Islami, maka kedudukan bunga bank
konvesional menjadi terlarang.
Etika bisnis memegang peranan penting dalam membentuk pola dan
sistem transaksi bisnis yang pada akhirnya menentukan nasib bisnis yang
dijalankan seseorang. Sisi yang cukup menonjol dalam peletakan etika bisnis
Nabi Muhammad SAW adalah nilai spiritual, humanisme, kejujuran,
keseimbangan, dan semangatnya untuk memuaskan mitra bisnisnya. Nilai-
nilai tersbut telah melandasi tingkah laku dan sangat melekat serta menjadi
ciri kepribadian sebagai manajer profesional. Implementasi bisnis yang
dilakukanya berporos pada nilai-nilai tauhid yang diyakininya.58
58
Ibid., 55.
45
BAB III
PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA GANDUKEPUH
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO
A. Gambaran Umum Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo
1. Sejarah Desa Gandukepuh
Pada zaman dahulu pemerintah batoro katong arah barat daya
Dusun Mirah Desa Nambangrejo. Berdiri sebuah pondok pesantren yang
dipimpin oleh Kyai Ageng Imam Musakaf putra Ki Ageng Mirah
penghulu kadipaten Ponorogo zaman batoro katong.
Pada suatu hari satri Kyai Imam Musakaf menanak nasi selalu
gagal. Setelah mendapat pengamatan yang cermat ternyata diganggu
genderuwo atau jin. Pada suatu hari Kyai Ageng Imam Musakaf tahu
bahwa genderuwo atau jin tersebut mengganggu liwet yang sedang dimasak
oleh santri, pada suatu hari timbulah perang tanding antara genderuwo
dengan Kyai Ageng Imam Musakaf. Genderuwo tersebut kalah dan nangis.
Mulai saat ini ia telah takluk dan tidak mengganggu lagi, sehingga dusun
tersebut dinamakan Dusun Pohgero. Secara kebetulan padi atau beras yang
dimasak oleh Kyai Ageng Imam Musakaf adalah padi gadu, jadi secara luas
nama desa yang terdiri 4 dusun dinamakan Gandukepuh sampai sekarang.59
59
Dokumentasi Balai Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo
Tahun 2015.
46
2. Keadaan Geografis
Desa Gandukepuh terdiri dari empat Dusun, 10 RW dan 29 RT, yaitu:
a. Dusun Tempuran terdiri dari 2 RW dan 5 RT
b. Dusun Sekayu terdiri dari 2 RW dan 7 RT
c. Dusun Sawahan terdiri dari 2 RW dan 5 RT
d. Dusun Ngujung terdiri dari 4 RW dan 12 RT
Desa Gandukepuh terletak disebelah ujung Timur wilayah
Kecamatan Sukorejo yang berjarak 4 km dari ibukota Kecamatan dan
sekitar 3 km dari ibukota Kabupaten Ponorogo. Sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Kalimalang, sebelah timur dengan kelurahan
Pinggirsari, sebelah barat berbatasan dengan Desa Carat dan Desa
Golan, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Nambangrejo.
Menurut topografisnya Desa Gandukepuh merupakan desa yang
wilayahnya berupa dataran dengan luas wilayah keseluruhan 290,000
hektar (2,900 km²).60
3. Keadaan Penduduk
Pencatatan penduduk mengenai kelahiran, kematian dan
perpindahannya telah dilaksanakkan di Desa Gandukepuh secara
teratur. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2015, jumlah Penduduk
Desa Gandukepuh terdiri 4.502 jiwa. Terdiri dari 2.259 laki-laki dan
60
Lihat transkip wawancara nomor: 01/1-W/4-XII/2015.
47
2.243 perempuan. Jumlah penduduk di Desa Gandukepuh dapat
dikatakan relatif banyak jika dibandingkan dengan luas wilayah desa.
Dengan kepadatan penduduk per km² sekitar 1.552 jiwa.
Jumlah keluarga di Desa Gandukepuh sebanyak 1.352 KK. Jika
dibandingkan dengan total penduduknya, kepadatan penduduk
perkeluarga adalah 3,33 artinya rata-rata tiap keluarga terdiri 3,33
anggota keluarga. Berdasarkan pendataan tersebut 268 KK di Desa
Gandukepuh termasuk dalam KK miskin. Prosentasi ini relative
meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya walaupun
sedikit, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan warganya.
Penduduk Desa Gandukpuh sebagian besar 829 jiwa (18,41%)
memiliki pencaharian sebagai petani. Terdiri dari 538 jiwa (11,95%)
berstatus sebagai pemilik sekaligus penggarap, dan 291 jiwa (6,46%)
sebagai buruh tani. Kondisi ini didukung dengan rata-rata kedalaman
sumber air 55 m dari permukaan tanah. Sehingga petani menggarap
sawahnya sepanjang tahun. Pengangguran di Desa Gandukepuh
sebanyak 429 jiwa, tidak termasuk ibu rumah tangga dan anak usia
sekolah. 61
61
Dokumentasi Balai Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo Tahun
2015.
48
4. Keadaan sosial
Jumlah rumah tangga di Desa Gandukepuh 997 unit. Mayorita
penduduk di Desa Gandukepuh telah memiliki rumah yang merupakan
bangunan permanent yaitu 840 unit (85,98%), namun demikian masih
ada 137 unit (14,02%) yang bukan pemanen. Rasio antara bangunan
rumah dengan jumlah keluarga adalah 5:1, yang artinya tiap rumah
rata-rata ditempati oleh 5 orang.
Listrik telah masuk Desa Gandukepuh sejak tahun 1980 dan 93,3%
keluarga di Desa ini telah menggunakan listrik untuk penerangan.62
Dibidang pendidikan, 4% penduduk menyelesaikan pendidikan sampai
dengan tingkat perguruan tinggi, 30% SLTA atau sederajat, 32% SLTP
atau sederajat, dan 18% sekolah dasar. Sementara hanya 8% saja yang
tidak mengenyam pendidikan sekolah. Di Desa Gandukepuh terdapat 3
TK dan 2 SD, untuk menunjang sarana pendidikan formal di Desa ini,
di dukung oleh sarana pendidikan non formal seperti Pondok Pesantren
atau Madrasah Diniyah. Sebagai gambaran lain yang menunjukan
semangat warga untuk memperoleh pendidikan.
Sarana kesehatan yang ada di Desa Gandukepuh adalah polides
dengan pelayaanan kesehatan oleh bidan desa. Disamping itu tim
penggerak PKK Desa Gandukepuh yang diketahui oleh ibu kepala Desa
62
Ibid.
49
Gandukepuh juga memberikan andil yang sangat besar dalam ikut
memelihara kesehatan masyarakat. Dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Memberikan makanan tambahan kepada balita
b) Pemeriksaan ibu hamil
c) Penimbangan bayi atau balita
d) Imunisasi
Kesadaran masyarakat yang cukup tinggi dalam menjaga
kesehatan dan juga ikut memelihara kebersihan serta melestarikan
lingkungan hidup, terbukti dengan tidak menimbun sampah dan tidak
buang hajat di sembarang tempat, walaupun Desa Gandukepuh dilalui
oleh 2 sungai.63
5. Keadaan Ekonomi
Sebagian besar masyarakat Desa Gandukepuh menjadi petani,
maka perekonomian didukung dari sektor pertanian. Disamping itu ada
juga warung, kios maupun pasar krempyeng yang ikut mendukung
perekonomian Desa Gandukepuh dari sektor perdagangan. Home
industri dan pertukangan kayu maupun batu juga ikut mendukung
perekonomian walaupun tersendat-sendat karena kekurangan modal.64
63
Ibid. 64
Lihat transkip wawancara nomor: 02/1-W/11-XII/2015.
50
B. Praktik jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo
1. Kualitas jual beli gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo
Mayoritas dari masyarakat Desa Gandukepuh memeluk agama Islam,
meskipun banyak juga diantara masyarakat yang belum memahami serta
mengamalkan ajaran agamanya, akan tetapi telah sedikit dapat
mempengaruhi kebiasaan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terbukti
dengan adanya kegiatan yasinan serta pengajian rutin yang dilakukan
warga sekitar.
Selain itu masyarakat juga sangat menjaga solidaritas sesama, rasa
gotong-royong yang sangat besar juga dapat terlihat dalam kehidupan
sehari-hari. Tolong menolong yang terjalin antara sesama terwujud ketika
ada warga yang mengalami musibah maka masyarakat yang lain senantiasa
membantu secara suka rela. Hal itupun biasanya terlihat pula dalam
pemenuhan kehidupan sehari-hari, masyarakat saling menolong dengan
berbagai cara.65
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat biasa melakukan
transaksi jual beli, dan salah satu transaksi jual beli yang dilakukan
masyarakat di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten
65
Lihat transkip wawancara nomor: 03/1-W/F-1/6-I/2016.
51
Ponorogo ini adalah jual beli gabah. Masyarakat memilih jual beli gabah
karena mayoritas masyarakat di Desa Gandukepuh adalah menanam padi.
Jenis-jenis padi yang ditanam masyarakat di Desa Gandukepuh
berbeda-beda semua tergantung selera individu, diantara jenis benih padi
yang ditanam masyarakat Desa Gandukepuh adalah: Serang, IR-64,
Situbagendit, dan Sri kuning. Jenis benih yang paling banyak ditanam di
Desa Gandukepuh adalah Serang karena menurut mayarakat jenis benih ini
berkualitas bagus. Kualitas gabah masyarakat di Desa Gandukepuh
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo berbeda-beda, semua hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karena
serangan hamma tikus, wareng, belalang, ulat, dan lain sebagainya. 66
Sebagian besar masyarakat di Desa Gandukepuh menanam padi
sebayak 2 kali dalam 1 tahun. Pada saat panen tiba, para petani mencari
buruh tani untuk memanen padinya. Setelah semua sudah dipanen, mereka
menjual gabahnya kepada pihak tegkulak, ada yang menjual gabahnya
dalam keadaan masih basah (dari sawah langsung) dan ada juga yang
menjual gabahnya dalam keadaan kering (dijemur terlebih dahulu) baru
dijual kepada kepada pihak tengkulak. 67
Harga gabah berbeda-beda tergantung kualitasya dan harga
pasarannya. Gabah yang basah biasannya dihargai dengan harga Rp.
66
Lihat transkip wawancara nomor: 04/1-W/F-1/8-III/2016. 67
Lihat transkip wawancara nomor: 05/3-W/F-1/10-III /2016.
52
3.500,- perkilonya sedangkan gabah yang kering dihargai dengan harga
Rp.4.500,- per kilonya.
Cara tengkulak melihat kualitas gabah di Desa Gandukepuh tidak dilihat
kualitasnya. Pihak tengulak menghargai semua jenis gabah sama dengan
harga rata-rata yaitu Rp.4.500,- perkilonya. Walaupun gabah yang dijual
sebenarnya kualitasnya tidak baik, tetapi pihak tengkulak memberikan
harga yang sama dengan harga yang kualitas gabahnya bagus. Akan tetapi
untuk gabah yang masih basah pihak tengkulak melihat kualitasnya karena
masih akan dijemur sedang untuk gabah yang kering langsung disimpan
tanpa harus dijemur sehingga tidak perlu melihat kualitasnya68
Jika hal tersebut dilakukan terus-menerus maka akan merugikan salah
satu pihak. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Mujiatin, Saya menjual
gabah kering sebanyak 267 kg kepada ibu fatimah, kualitas gabah saya
lumayan baik dan bersih di bandingkan dengan yang lain. Akan tetapi Ibu
Fatimah tidak melihat seperti apa kualias gabah saya, beliau hanya
memberikan harga sesuai harga pasaran Rp.4.500,- perkilonya. Saya
merasa kurang puas karena gabah saya kualitasnnya lumayan bagus tetapi
hanya dihargai seperti itu.69
Selain itu, ibu Karti juga pernah menjual gabahnya kepada Ibu
Fatimah sebanyak 4 karung. Setelah di timbang beratnya adalah 147 kg,
68
Lihat transkip wawancara nomor: 06/4-W/F-1/15-IV/2016. 69
Lihat transkip wawancara nomor: 07/5-W/F-1/14-I/2016.
53
Ibu Fatimah memberikan harga Rp.4.500,- perkilonya, karena menurut
beliau berat gabah tersebut lumayah banyak, sehingga dapat diperkirakan
bahwa gabahnya berkualitas baik. Dari hasil penjualan tersebut adalah berat
gabah 147,5 kg x Rp.4.500,- = Rp.663.750,-. Disisi lain Ibu Karti juga
pernah menjual gabahnya yang masih basah sebanyak 2 karung. Setelah
ditimbang beratnya adalah 85 kg, setelah itu gabah tersebut dikeluarkan
dari karung untuk dijemur serta dilihat kualitasnya oleh Ibu Fatimah,
ternyata kualitasnya kurang baik, gabah tersebut masih kotor tercampur
dengan daun-daun dan batang batang padi. Sehingga gabah tersebut hanya
dihargai dengan Rp.3.200,- perkilonya.70
Cara pihak tengkulak menentukan kualitas gabah hanya dengan cara
melihat beratnya ketika gabah 2 karung dalam 1 timbangan memiliki berat
banyak atau mencapai 1 kwintal berati gabah tersebut kualitasnya bagus
(berisi). Dan apabila gabah tersebut ringan atau tidak mencapai 1 kwital
berati kualitasnya tidak bagus (gabuk). 71
2. Praktik penimbangan dalam jual beli gabah di Desa Gandukepuh
Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo
Masalah penimbangan sering kali menjadi salah satu sumber konflik
dan penipuan. Ketetapan timbangan merupakan cerminan kualitas moral
seseorang pedagang, jika selalu berorientasi pada keuntungan saja, bukan
70
Lihat transkip wawancara nomor: 08/6-W/F-1/16-I/2016. 71
Lihat transkip wawancara nomor: 08/5-W/F-1/20-I/2016.
54
tidak mungkin seorang pedagang berani meninggalkan nilai-nilai
kemanusiaan sehingga disadari atau tidak, ia memanipulasi hak orang lain.
Padahal sebagai seorang muslim seharusnya selalu berbuat adil terhadap
sesama. Oleh karena itu Tuhan memperingatkan langsung kepada para
pedagang agar selalu berbuat adil dalam menetapkan timbangan.
Dalam praktik perdagangan, pedagang bisa saja mengkonstruksi
alat timbangan agar berat timbangan berpihak pada dirinya. Caranya
dengan jalan menempelkan logam pada bagian tertentu yang sulit dideteksi
oleh orang lain. Atau kecurangan tersebut dilakukan dengan
mempermainkan alat timbangan pada saat penimbangan berlangsung.
Untuk mebuktikan berat pada saat penimbangan berlangsung.
Cara menimbang yang lazim dilakukan oleh pihak tengkulak di
Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo adalah
dengan cara penjual meletakkan 1 karung atau 2 karung gabah diatas
timbangan duduk, kemudian pihak tengkulak menimbangnya dan dalam
setiap penimbanganya pihak tengkulak mengurangi timbangannya.
Menurut keterangan Ibu Mesinah selaku penjual gabah, beliau pernah
menjual gabah 2 karung kepada pihak tengkulak, ketika gabah tersebut
ditimbang beratnya adalah 70,½ kg. Kemudian pihak tengkulak
mengatakan dengan jumlah 70 kg bukan 70,½ kg.72
72
Lihat transkip wawancacara nomor: 10/7-W/F-2/19-III/2016.
55
Selajutnya Bapak Geger yang juga pernah menjual gabah kepada
Ibu Fatimah, memberi keterangan bahwa beliau adalah seorang buruh
tani, beliau memanen padi di sawah Bapak Meselan, setelah selesai
panen beliau langsung menjual bawon hasil panen ke pada Ibu
Fatimah, sebelumnya bawon tersebut sudah ditimbang disawah dan
beratnya adalah 35 kg, setelah ditimbang lagi oleh Ibu Fatimah hanya 34,3
kg. Dan kemudin Ibu Fatimah menghitungnya hanya 34 sehingga hasil
penjualan gabah tersebut 34 kg x Rp.3.500,- adalah Rp.11.9000,-.73
Hal tersebut dilakukan semata-semata hanya untuk mencari
keuntungan. Sedangkan menurut Ibu Fatimah selaku pihak tengkulak,
motif dalam memainkan pengurangan timbangan tesebut merupakan cara
untuk mendapatkan keuntungan dan pengganti kerugian apabila suatu saat
terjadi kerugian di pihak tengkulak yang lebih besar. Beliau menyakini
bahwa apa yang ia lakukan itu wajar karena setiap pihak tengkulak wajar
jika mencari keutungan. Beliau melakukan itu semua untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti makan, biaya sekolah anak, dan lain
sebagainya 74
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu Mini selaku penjual, bahwa
dalam hati kecilnya ia tidak sepakat jika berat gabah yang ditimbang
tersebut dikurangi 0,5 kg atau lebih, dengan alasan untuk mengurangi berat
karung tidak diganti. Kalau tujuan pengurangannya adalah untuk
73
Lihat transkip wawancacara nomor: 11/8-W/F-2/22-III/2016. 74
Lihat transkip wawancacara nomor: 12/4-W/F-2/2-III/2016.
56
mengurangi berat karung maka ia menginginkan agar karung tersebut
ditimbang dengan benar bukan dengan perkiraan, bahkan sering terjadi
karung yang dikembalikan kepadanya bukan karung yang sebenarnya,
terkadang karung yang dikembalikan sudah rusak. Akan tetapi ia pribadi
tidak mau mengambil resiko karena hal itu sudah menjadi kebiasaan, dia
tidak ingin hubungan baik yang terjalin selama ini menjadi renggang
hanya gara-gara mempersalahkan karung yang tidak begitu berharga. 75
75
Lihat transkip wawancacara nomor: 13/1-W/F-2/30-III/2016.
57
BAB IV
ANALISA TENTANG ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP
PRAKTIK JUAL BELI GABAH DI DESA GANDUKEPUH
KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PONOROGO
A. Analisa Etika Bisnis Islam Terhadap Kualitas Gabah Di Desa
Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo
6. Ditinjau Dari Prinsip Kesatuan (tauhid)
Landasan tauhid merupakan landasan yang sangat filosofis yang
dijadikan sebagai pondasi utama setiap langkah seorang muslim yang
beriman dalam menjalankan fungsi kehidupannya. Seperti yang
dinyatakan oleh firman Allah di dalam al-Qur‟an pada surat al-An‟am ayat
126 dan 127 yang artinya:
"Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil
pelajaran. Bagi mereka (disediakan) Darussalam (surga) pada sisi
Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh
yang selalu mereka kerjakan.
Sikap dan perilaku atau perbuatan yang lurus yang dinyatakan
dalam surat ini secara logis mencerminkan sikap dan perbutan yang benar,
baik, sesuai dengan perintah-perintah Allah dan sesuai dengan tolak ukur
dan penilaian Allah (bersifat mutlak atau pasti kebenarannya).76
Disini jelas bahwa transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh
tanpa melihat kualitas gabanya tidak sesuai dengan prinsip tauhid karena
76
Muslich, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta:EKONISIA, 2010), 27- 28.
58
pihak tengkulak tidak bersifat sesuai dengan perintah-perintah Allah dan
sesuai dengan tolak ukur dan penilaian Allah, yang mana pihak tengkulak
harus melihat kualitas gabah dalam setiap transaksinya seperti yang
dijelaskan dalam etika bisnis Islam. Agar antara tengkulak dan petani
sama-sama merasa puas dengan transksi tersebut.
7. Ditinjau Dari Prinsip Keseimbangan atau Kesejajaran (al-„adl wa al-ihsan)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan
untuk berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai.
Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak orang lain, hak
lingkungan sosial, hak alam semesta, hak Allah, dan hak Rasul-Nya
berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak
tersebut harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai aturan
syariah).
Dalam perniagan, persyaratan adil yang paling mendasar adalah
dalam menentukan mutu (kualitas) dan ukuran (kuantitas) dalam setiap
takaran atau timbangan.77
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa kualitas gabah
penjual di Desa Gandukepuh yang dijual kepada pihak tengkulak tidak
dilihat kualitasnya oleh pihak tengkulak, semua dihargai dengan harga
yang sama baik itu yang berkualitas baik ataupun tidak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penetapan harga
beli gabah tanpa melihat kualitas gabah terlebih dulu bertentangan dengan
77
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2006), 91-992.
59
prinsip-prinsip etika bisnis Islam tentang keseimbangan atau kesejajaran
(al-„adl wa al-ihsan), karena pihak tengkulak tidak memberikan harga
sesuai dengan kualitas gabah. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan
kerugian pada pihak penjual ketika kualitas gabahnya baik tetapi dibeli
dengan harga biasa serta membuat pihak penjual tidak puas atas harga
gabah tersebut.
8. Ditinjau Dari Prinsip Kehendak Bebas (ikhtiyar)
Manusia sebagai khalifah di muka bumi sampai batas-batas tertentu
mempunyai kehendak bebas untuk mengarahkan kehidupannya kepada
tujuan pencapaiaan kesucian diri. Manusia dianugrahi kehendak bebas
untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan
kehendak bebas ini, dalam bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk
membuat suatu perjanjian, termasuk menepati atau mengingkarinya.78
Kebebasan manusia dalam bereaksi menggunakan potensi sumber
daya dalam pilihannya ada dua konsekuensi yang melekat pada pilihan-
pilihan penggunaan tersebut. Disatu sisi ada niat dan konsekuensi buruk
yang dapat dilakukan dan diraih, tetapi disisi lain ada niat dan konsekuensi
baik dan buruk oleh manusia yang diberi kebebasan untuk memilih, tentu
sudah harus diketahui sebelumnya sebagai suatu resiko dan manfaat yang
bakal diterimanya.
Tetapi harus diingat bahwa dalam memfungsikan potensinya
manusia membutuhkan orang lain dalam melaksanakan kerja sama untuk
78
Muhammad dan Lukman fauroni, Visi Al-Qur‟an Tentag Etika Dan Bisnis (jakarta:
Salemba Diniyah, 2001), 12.
60
menghasilkan prestasi-prestasi atau produktivitas dan hasil budidayanya.
Oleh karena itu dalam berprestasi ini manusia tidaklah sendirian dalam
menggapai prestasi-prestasi tersebut.79
Pemberian harga gabah tanpa melihat kualitasnya seperti yang
telah dijelaskan dalam Bab III tidak sesuai dengan prinsip bebas
berkehendak, karena pihak tengkulak bebas memberikan harga tanpa
melihat kualitas gabahnya, serta tidak memperhatikan pihak penjual
apakah mereka setuju atau tidak jika gabahnya dihargai dengan harga yang
telah ditentukan pihak tengkulak. Seharusnya, meskipun pihak tengkulak
bebas berkehendak ia juga harus mementingkan kepentingan kolektif
sehingga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas transaksi yang
terjadi tersebut.
9. Ditinjau Dari Prinsip Tanggung Jawab
Aksioma tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaran-
ajaran Islam. Terutama jika dikaitkan dengan kebebasan ekonomi,
penerimaan pada prinsip tanggung jawab individu berati setiap orang akan
diadili secara pesonal dihari kiamat kelak. Di dalam bab III jelas bahwa
pihak tengkulak tidak perduli terhadap kerugian yang terjadi pada penjual,
ketika gabah yang dijual kepadannya tidak dilihat kualitasnya terlebih
dahulu, pihak tengkulak hanya memikirkan keuntungannya sendiri.
Bagaimana ia bisa dikatakan tanggugjawab jika hubungan baik dengan
manusia aja tidak bisa ia pertanggung jawabkan, apalagi pertanggung
79
Muslich, Etika Bisnis Islami, 34-35.
61
jawaban dengan Allah. Seharusnya pihak tengkulak ataupun pihak penjual
melakukan transaksi tersebut dengan sebuah kontrak jadi ketika ada pihak
yang dirugikan maka akan ada pihak yang harus bertanggung jawab.
10. Ditinjau dari prinsip Kebajikan
Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan
sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang
yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apapun.80
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa pihak tengkulak
dalam memberikan harga gabah tanpa melihat kualitas gabahnya apakah
baik atau tidak. Misalnya: Ibu Mujiatin, menjual gabah kering sebanyak
267 kg kepada Ibu Fatimah (tengkulak), kualitas gabahnya lumayan baik
dan bersih di bandingkan dengan gabah yang lain. Akan tetapi Ibu Fatimah
tidak melihat seperti apa kualias gabah Ibu Mujiatin, beliau hanya
memberikan harga sesuai harga pasaran Rp.4.500,- perkilonya.81
Ditinjau dari prinsip etika bisnis Islam tentang Kebajikan (ihsan), maka
hal ini tidak sesuai prinsip kebajikan karena dalam prinsip kebajikan
dijelaskan bahwa dalam transaksi apapun kita harus lebih mementingkan
kepentingan orang lain daripada kepentingan sendiri dan tidak boleh
merugikan orang lain pula. Sehingga jelas bahwa hal tersebut tidak sesuai
karena pihak tengkulak tidak perduli dengan para penjual apakah mereka
80
Muhammad Hidayat, An Introduction The Sharia Economic (Jakarta: Zikrul Hakim,
2010), 27. 81
Lihat transkip wawancara: 07/5-W/F-1/14-I/2016.
62
rugi atau tidak, pihak tengkulak hanya mementingkan kepentinganya
sendiri, yang penting ia mendapatkan keuntungan seperti yang mereka
inginkan.
B. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Penimbangan Gabah Dalam Jual
Beli Gabah Di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo Kabupaten
Ponorogo
11. Ditinjau Dari Prinsip Kesatuan (tauhid)
Sumber utama etika bisnis islam adalah kepercayaan penuh dan
murni teradap kesatuan Tuhan. Ini secara khusus menunjukkan dimensi
vertikal Islam yang menghubungkan institusi-institusi sosial yang terbatas
dan tak sempurna dengan Dzat yang sempurna dan tak terbatas. Landasan
tauhid ini bertitik tolak pada keridhaan Allah SWT.
Tauhid dalam bidang ekonomi mengantarkan para pelaku ekonomi
untuk berkeyakinan bahwa harta benda adalah milik Allah SWT. Ini
adalah konsep tauhid yang berati semua aspek dalam hidup dan mati
adalah satu, baik aspek politik, ekonomi, sosial, maupun agama adalah
berasal dari satu sistem nilai yang paling berintregasi yang terkait dan
konsiten. Tauhid adalah sistem yang harus dijalankan dalam mengelola
kehidupan.
Didalam bab III jelas bahwa pemotongan berat tibangan dalam
transaksi jual beli gabah di Desa Gandukepuh tidak sesuai dengan prinsip
Tauhid karena dalam pemotongannya pihak tengkulak tidak meminta
63
kesepakatan pihak penjual dan juga dalam pemotongannya tidak
sewajarnya. Sedangkan manusia hanya mendapatkan amanah. Oleh karena
itu, seluruh aset dan anasir transaksi harus dikelola sesuai dengan
ketentuan pemilik yang hakiki, yaitu Allah SWT. Dan didalam transksi
tersebut pihak tengkulak tidak mengelola sesuai dengan ketentuan Allah
dan Etika bisnis Islam.
12. Ditinjau Dari Prinsip Keseimbangan atau Kesejajaran (al-„adl wa al-
ihsan)
Ajaran Islam memang berorientasi pada terciptanya karakter
manusia yang memiliki sikap dan perilaku yang seimbang dan adil dalam
hubungan antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain
(masyarakat) dan dengan lingkungan.
Pada praktekya jual beli gabah di Desa Gandukepuh setelah
melakukan penimbangan pihak tengkulak memotong berat gabah seperti
yang dijelaskan pada bab III, maka pengurangan berat timbangan yang
dilakukan oleh pihak tengkulak itu tidak sesuai dengan prinsip etika bisnis
keseimbangan atau kesejajaran, karena Implementasi ajaran keseimbangan
dan keadilan pada kegiatan bisnis harus dikaitkan dengan pembagian
manfaat kepada semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung, sesuai dengan peran dan kontribusi yang telah mereka berikan
terhadap keberhasilan atau kegagalan dari kegitan bisnis yang dilakukan
oleh pelaku bisnis secara seimbang dan adil atau sepadan. Manfaat yang
64
diraih harus didistribusikan sesuai dengan peraturan atau kesepakatan yang
adil dan seimbang. 82
Sedangkan dalam pemotongan berat timbangan pihak tengkulak
tidak memperhatikan apakah antara dirinya dengan penjual sama-sama
mendapatkan manfaat yang seimbang atau tidak, pihak tengkulak juga
memotong berat timbangan tanpa meminta kesepakatan dari pihak penjual
sehinga antara kedua belah tidak mendapakan manfaat atau keuntungan
yang seimbang.
13. Ditinjau dari prinsip-prinsip etika bisnis tentang kebebasan
kehendak
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam,
tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif atau orang lain.
Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan bagi seseorang
untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan
pribadinya yang tidak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban
setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.
Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi
pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem
sosial yang ada.
Bahwa pemotongan berat timbangan oleh pedagang (tengkulak)
juga tidak sesuai dengan prinsip kehendak bebas karena meskipun
82
Muslich, Etika Bisnis Islam, 31-32.
65
seseorang bebas berkehendak tetapi tetap tidak boleh merugikan orang
lain. Dan dalam penimbangan berat gabah di atas jelas merugikan penjual
karena tidak akurat dalam memotong berat timbangan yaitu pihak
tengkulak memotong jumlah timbangan tanpa meminta kesepakatan dari
pihak penjual. Selain itu pedagang dalam menimbang gabah tidak sesuai
dengan berat aslinya, mereka secara diam-diam mengurangi berat
timbangan.
14. Ditinjau Dari Prinsip Tanggung Jawab
Manusia memiliki tanggung jawab terhadap Tuhan, diri sendiri,
dan orang lain. Ini berati bahwa manusia (yang bebas) harus sensitif
terhadap lingkungannya. Dia juga harus peka terhadap konsekuensi dari
pelaksanaan hak-haknya sendiri, bahkan jika bahaya mengancam
masyarakat baik karena tindakannya sendiri ataupun tidakan orang lain,
dia harus bertindak secara poitif. 83
Bahwa pemotongan berat timbanga di Desa Gandukepuh seprti
yang dijelaskan dalam bab III tidak sesuai dengan prinsi tanggung jawab,
karena pihak tengkulak tidak bertanggung jawab atas kerugian penjual,
pihak tengkulak hanya mementingkan keuntungannya sendiri ia tidak
merasa bahwa ada orang lain (penjual) ada yang merasa dirugikan seperti
Ibu Mini, beliau tidak mau mengambil resiko karena hal itu sudah
menjadi kebiasaan, dia tidak ingin hubungan baik yang terjalin selama ini
menjadi renggang hanya gara-gara mempersalahkan karung yang tidak
83
Syed Nawab Haider Haqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 48.
66
begitu berharga sehingga ia tidak mau mengatakan kepada Ibu Fatimah
bahwa dirinya merasa dirugikan.
15. Ditinjau dari prinsip Kebajikan
Kebajikan (ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan
sebagai tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang
yang melakukan tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apapun.
Pemotonga berat timbangan seperti yang telah dijelaska dalam Bab
III tidak sesuai dengan prinsip kebajikan, karena pihak tengkulak
memotong gabah tersebut tidak sewajarnya ia memotong lebih dari 0,5
atau lebih dan tanpa meminta kesepakatan penjual sehingga kebajika atau
kebaikan terhadap orang lain tidak ada, akan tetapi malah merugikan
orang lain.
16. Ditinjau dari larangan terhadap kecurangan dalam takaran dan timbangan
Praktik kecurangan dalam mengurangi timbangan dan takaran sangat
diancam Allah sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur‟an surat al-
Muthafiffin. Praktik kecurangan dengan mengurangi timbangan dan
takaran semacam ini hakikatnya suatu tindakan yang telah merampas hak
orang lain dalam bentuk penipuan atas ketidak akuratan timbangan dan
takaran. Oleh karena itu, praktik perdagangan semacam ini sangat dilarang
dalam al-Qur‟an.84
84
Jusmaliani, dkk, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 60.
67
Bahwa pemotongan berat timbangan seperti yang dijelaskan pada
Bab III bahwa pedagang dalam melakukan pemotongan berat timbangan
ini dilakukan secara sepihak yaitu hanya pihak tengkulak, penjual tidak
bisa menawar mengenai pemotongan berat timbangan gabah. Jadi pihak
tengkulak disini adalah seakan-akan raja mereka bebas menentukan
potongan berat timbangan tanpa meminta kesepakatan pihak penjual.
Ditinjau dari larangan terhadap kecurangan dalam takaran dan
timbangan maka hal ini tidak sesuai, karena didalam etika bisnis Islam
mengurangi berat takaran dan timbangan dilarang. Karena dengan
mengurangi timbangan tersebut berati akan merugikan pihak lain.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan bab-bab yang telah dibahas sebelumya dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian harga gabah di Desa Gandukepuh Kecamatan Sukorejo
Kabupaten Ponorogo tanpa melihat kualitasnya bertentanggan dengan
prinsip etika bisnis Islam. Karena ketika gabah tersebut berkualitas baik
dan diberi harga rendah maka pihak penjual akan mengalami kerugian, dan
sebaliknya ketika kualitas gabah tersebut buruk dan diberikan harga sama
dengan yang kualitasnya baik maka pihak tengkulak akan mengalami
kerugian. Hal ini jelas bertentangan dengan etika bisnis Islam karena
merugikan salah satu pihak.
2. Pemotongan berat timbangan oleh pihak tengkulak bertentangan dengan
etika bisnis Islam karena dalam melakukan pemotongan berat timbangan
dilakukan secara sepihak. Dan alasan pihak tengkulak melakukan
pemotongan berat timbangan adalah berat karung (sak) dan untuk mencari
untung banyak. Hal ini jelas tidak sesuai karena beratnya karung (sak) itu
tidak mungkin mencapai 0,5 kg dan mencari keuntungan itu tidak
sewajarnya saja. Dan pihak tengkulak yang menimbang gabah yang tidak
sesuai dengan berat aslinya, hal ini jelas termasuk memakan harta orang
lain dan dalam etika bisnis Islam itu sangat dilarang.
69
B. Saran
1. Bagi para pihak tengkulak harus teliti dalam menimbang sehingga tidak
merugikan orang lain, begitu juga dalam melakukan pemotongan
sebaiknya dilakukan tawar-menawar supaya bisa tercipta keadilan antara
penjual dengan pembeli. Dan jika ingin mendapatkan keuntungan, akan
lebih baik jika melihat kualitas barang dan juga memberikan harga sesuai
dengan harga pasaran. Agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
2. Bagi pihak penjual sebaiknya harus berhati-hati apabila melakukan
transaksi karena pada zaman modern ini bayak pihak-pihak tengkulak
yang curang demi mendapatkan keuntungan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari dan Priansa, Donni Juni.Manajemen Bisnis Syariah.Bandung:
Alfabeta, 2009.
Badroen,Faisal. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang:
PT Karya Toha Putra Semarang.
Djakfar, Muhammad. Etika Bisnis Islam. Malang: UII Malang Press, 2008.
Efendi, Masri Singarimbun dan Sofyan, Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3IES, 1982.
Faisal, Sanapiah. Format- format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo,
1994.
Fatimatuz, Zahro.Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Gabah Yang
Ditangguhkan Di Desa Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.
Skripsi:STAIN Ponorogo, 2014.
Haqvi, Syed Nawab Haider. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Hermawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013.
Hidayat, Muhammad. An Introduction The Sharia Economic. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2010.
Jusmaliani. dkk. Bisnis Berbasis Syariah.Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
71
Muhammad. Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN.
-----------Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan, 2004.
Muhammaddan Alimin. Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi
Islam. Yogyakarta: BPEE-Yogyakarta, 2004.
Muhammad, R. Lukman Fauroni. Visi Al Qur‟an Tentang Etika Bisnis. Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002.
Muslich, Etika Bisnis Islami. Yogyakarta: EKONISIA, 2010.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2012.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.
Siagiaan,Sondang.Etika Bisnis. Jakarta: Pustaka Binamanpressindo, 1996.
Shonhaji, Abdullah .Terj.Sunan Ibnu Majah vol.III. Semarang: Asy-Syifa‟, 1993.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta, 2005.
Sutrisno,Bambang Eko Etika Bisnis. Bandung: Mandar Maju, 2007.
Suwandi, dan Basrowi. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Usman, Suparman.Hukum Islam Asas-Asas Dan Pengantar Studi Hukum Islam
Dalam Tata Hukum Indonesia . Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
72
Rivai, Veithal dan Usman, Antoni Nizar. Islamics And financeEkonomi dan
Keuangan Islam Bukan Alternatif Tetapi Solusi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2012.
---------Islamic Business And Economis Ethic: Mengacu Pada Al Qur‟an Dan
Mengikuti Jejak Rasulullah Saw Dalam Bisnis, Keuangan Dan Ekonomi.
Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Zuhri, Moh.Terj. Sunan At Tirmidzi Vol.I.Semarang: As-Syifa‟, 1992.