ABSTRACT -...
Transcript of ABSTRACT -...
Analysis Of Financial Performance Towards Value Of Company
(CSR and GCG as Variable Moderation)
Marlina Novita Sari
Mahasiswi Jurusan Manajemen Universitas Gundarma
Dr. M. Abdul Mukhyi, SE., MM
Sariyati, SE., MM
Dosen Pembimbing Universitas Gunadarma
ABSTRACT
This research has purpose to test the financial performance towards value
of company with using Corporate Social Responsibility (CSR) and Good
Corporate Governance (GCG) as variable moderation. The sample used in this
research, are property and real estate companies that had been listed on BEI since
2007 – 2011. financial performance measured by Return On Asset (ROA), Return
On Equity (ROE), and Earning Per Share (EPS), value of the company measured
by Tobin’s Q, CSR measured by using CSR index and GCG mechanism which is
managerial performance measurement. Tools analysis which had been used to this
research is simple linear regression analysis techniques and using software
applications moment of structural analysis software (AMOS) version 18.
The results indicate that 1) ROA and ROE doesn’t significantly direct
affect to Value of the company 2) CSR as variable moderation can not
significantly substantiate the connection between ROA and ROE to Value of the
company. CSR had been refused by EPS, then CSR as variable moderation can
not substantiate EPS to Value of the company, however Ha EPS had been refused
by Value of the company, then EPS significantly have the direct affect to Value of
the company. 3) GCG as variable moderation cannot significantly substantiate the
connection between ROA and ROE to Value of the company. GCG had been
refused by EPS, then as variable moderation GCG can not substantiate EPS to
Value of the company. but Ha EPS had been refused by Value of the company,
accordingly to the result above EPS is significantly have the direct affect to Value
of the company.
Keywords : Financial performance, Value of the company, Corporate Social
Responsibility, Good Corporate Governance
Pendahuluan
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan atau konsep
yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai
bentuk tanggungjawab mereka terhadap social dan lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggungjawab itu bermacam-macam,
mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak
mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut
berada. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi
perusahaan yang mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan pemegang
sahamnya. CSR timbul sejak era dimana kesadaran akan berkelanjutan perusahaan
jangka panjang adalah lebih penting daripada sekedar profitabilitas.
Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)
didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian
sumber daya perusahaan.
CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan sangat
tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama
pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran
pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang
menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi
pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi.
Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan
pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah
dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi
hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan
yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator
penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah
bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan
masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintah memfasilitasi,
mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang mau terlibat
dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara
pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang
lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak
terhadap yang lain.
Pengertian Good Corporate Governance. Kata governance berasal dari
bahasa Perancis gubernance yang berarti pengendalian (Sutojo dan Aldridge,
2008). Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan
atau jenis organisasi yang lain, menjadi coporate governance. Dalam Bahasa
Indonesia corporate governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata
pemerintahan perusahaan (Sutojo dan Aldridge, 2008).
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001)
pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-
117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan pemegang saham lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan etika.
Tujuan diterapkan Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pemegang saham. Secara teoritis, pelaksanaan Good
Corporate Governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan
meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan diri sendiri dan umumnya Good Corporate Governance dapat
meningkatkan kepercayaan penaman modal (Tjager et al., 2005).
Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan
beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001):
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada pemegang saham.
2) Mempermudah diperbolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan nilai perusahaan.
3) Mengembalikan kepercayaan calon penanam modal untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan nilai pemegang saham dan dividen.
Selanjutnya gagasan utama Good Coorporate Governance (GCG) atau tata
kelola perusahaan yang baik adalah mewujudkan tanggung jawab sosial (CSR).
Hal ini sejalan dengan kesimpulan yang terangkum dalam Konferensi CSR yang
diselenggarakan oleh Indonesia Business Links (IBL) pada 7-8 September 2006 di
Jakarta yaitu “Responsible business is good business”. Menteri Koordinator
Perekonomian, Dr Boediono (Republika, 2006) saat membuka konferensi ini
mengatakan, “CSR merupakan elemen prinsip dalam tata laksana kemasyarakatan
yang baik. Bukan hanya bertujuan memberi nilai tambah bagi para pemegang
saham. Pada intinya, pelaku CSR sebaiknya tidak memisahkan aktifitas CSR
dengan Good Corporate Governance. Karena keduanya merupakan satu kesatuan,
dan bukan merupakan penyatuan dari beberapa bagian yang terpisahkan”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab sosial
(CSR) mempunyai keterkaitan erat dengan Good Coorporate Governance. Seperti
dua sisi mata uang, keduanya memiliki kedudukan yang kuat dalam dunia bisnis
namun berhubungan satu sama lain. Tanggung jawab sosial berorientasi kepada
para pemegang saham hal ini sejalan dengan salah satu prinsip dari empat prinsip
utama Good Coorporate Governance yaitu tanggung jawab. Karena itu, prinsip
pertanggung jawaban di sini lebih mencerminkan stakeholders driven concept.
Pengamat properti menilai, investasi properti di negara kita memang
semakin menarik. Panangian Simanungkalit, pengamat properti sekaligus pemilik
Panangian School of Property, bahkan menilai, investasi properti di Indonesia
merupakan satu-satunya paling menguntungkan di dunia. Ada tiga alasan
mengapa prospek bisnis properti Indonesia jadi yang terbaik di dunia. Pertama,
masih ada 14 juta dari 61 juta keluarga di Indonesia yang belum memiliki rumah.
Kedua, pemerintah semakin kesulitan menyediakan rumah bagi keluarga kelas
menengah ke bawah. Tengok saja, permintaan rumah mencapai 900.000 unit per
tahun, sementara pasokan hunian hanya 80.000 unit dalam setahun. Ketiga, semua
segmen pasar properti di Tanah Air terbuka luas sebagai investasi, termasuk pasar
kelas paling bawah. Sedangkan di luar negeri, bisnis properti untuk pasar kelas
menengah ke bawah tertutup untuk pengembang dan investor.
(http://properti.kompas.com/read/2012/01/20/1454153/Tiga.Alasan.Properti.Indon
esia.Terbaik.di.Dunia).
Konsultan properti internasional asal Jones Lang LaSalle-Procon
memprediksi pasar properti Indonesia khususnya di Jakarta tahun ini akan terus
tumbuh positif. Keyakinan ini di tengah kekhawatiran berlanjutnya krisis ekonomi
yang terjadi di Eropa dan Amerika. Properti di Jakarta ditopang oleh
perekonomian dalam negeri yang cukup kuat, tingkat suku bunga yang rendah
serta sentimen investor yang terus membaik. Country Head Jones Lang LaSalle-
Procon Todd Lauchlan mengatakan, pertumbuhan permintaan yang terjadi di
semua sektor properti sepanjang 2011 diproyeksikan akan terus berlanjut hingga
tahun ini.
Hal ini diperkuat oleh tren penyerapan pasar, baik penjualan maupun
sewa, dalam beberapa bulan terakhir yang kenaikannya bervariasi. “Oleh sebab
itu, harga jual dan sewa properti komersial dan residensial di Jakarta pun
diperkirakan akan terus meningkat di tahun ini,” kata Lauchlan dalam keterangan
tertulisnya,(http://properti.kompas.com/read/2012/01/20/1454153/Tiga.Alasan.Pr
operti.Indonesia.Terbaik.di.Dunia).
Dengan pengungkapan CSR dan GCG terhadap nilai perusahan maka
diharapkan perusahaan-perusahaan properti dan real estate yang ada di Indonesia
dapat lebih bertanggung jawab secara sosial dan berorientasi terhadap pemegang
saham. Menggunakan ROA, ROE, EPS diharapkan pemilik dan investor dapat
mengetahui kinerja keuangan dan perkembangan perusahaan tersebut.
Maka penelitian ini memiliki urgensi dalam pengungkapan CSR, GCG
terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan. Jenis perusahaan yang di ambil
adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2011, karena pada tahun 2012 prospek
properti berkembang baik dan menjadi sebuah investasi yang menguntungkan.
Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan. Peneliti juga menggunakan pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG)
sebagai variabel pemoderasi. Kinerja keuangan akan diproksikan menggunakan
Return On Equty (ROE), Return On Equty (ROE) dan Earning Per Share (EPS)
sedangkan nilai perusahaan akan diproksikan menggunakan Tobin’s Q. Indikator
pengungkapan CSR yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
instrumen yang digunakan oleh Siregar (2008) yang terdiri atas 78 item
pengungkapan. Sedangkan GCG akan diproksikan menggunakan kepemilikan
manajerial.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
termuat di dalam laporan keuangan perusahaan properti dan real estate yang telah
di audit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011 yang diperoleh
website BEI yaitu www.idx.co.id, ICMD (Indonesian Capital Market Directory),
FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia, www.investopedia.com
dan studi pustaka dari buku-buku literatur dan jurnal yang berkaitan dalam
menunjang penelitian ini
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi,
yaitu mempelajari catatan-catatan perusahaan yang diperlukan yang terdapat
didalam annual report perusahaan yang menjadi sampel penelitian seperti
informasi pengungkapan CSR, ROA, ROE, EPS, kepemilikan manajerial, dan
data lain yang diperlukan. Pengukuran kinerja CSR adalah melalui laporan
kegiatannya, yakni dengan metode content analysis yang merupakan suatu cara
pemberian skor pada pengukuran pengungkapan sosial laporan tahunan yang
dilakukan dengan pengamatan mengenai ada tidaknya suatu item informasi yang
ditentukan dalam laporan tahunan, apabila item informasi tidak ada dalam laporan
keuangan maka diberi skor 0, dan jika item informasi yang ditentukan ada dalam
laporan tahunan maka diberi skor 1.
Variabel Penelitian
Variabel yang akan diteliti ada 3 (tiga) bagian, yaitu :
Kinerja keuangan diukur menggunakan :
Return On Asset (ROA)
Return On Equity (ROE)
Earning Per Share (EPS)
Nilai perusahaan diukur menggunakan :
Tobins’Q
Variabel moderasi diukur menggunakan :
Corporate Social Responsibility (CSR)
Good Corporate Governance (GCG)
Pembahasan
1) Pengembangan diagram jalur
Penjelasan Gambar :
a. Terdapat tiga variabel exogen yaitu ROA, ROE, EPS serta satu
variabel endogen yaitu nilai perusahaan dan dua variabel
pemodersai CSR dan GCG.
b. Antara variabel exogen dikovariankan dengan saling
menghubungkan ketiga variabel ini dengan dua anak panah
(hubungan kovarian atau korelasi)
c. Garis dengan satu anak panah menunjukan hubungan kausalitas
(regresi) dari satu konstruk ke konstruk yang lain
d. Semua variabel endogen diberi error atau nilai residual regression
dengan symbol e
2) Menilai Goodness of Fit dari model analisis jalur
Hasil pengujian goodness of fit
goodness of fit Cut-off Value Nilai pada model
penelitian Keterangan
Chisquare Semakin kecil,
semakin baik
0,098 Baik
Probabilitas ≥0,05 0,754 Baik
CMIN/DF ≤2,00 0,98 Baik
RMSEA ≤0.08 0,000 Baik
TLI ≥0,90 1,043 Baik
NFI ≥ 0,90 0,995 Baik
PNFI ≥ 0,90 0.067 Baik
Pada tabel dapat terlihat bahwa Uji terhadap model menunjukkan
model ini fit terhadap data yang digunakan dalam penelitian seperti terlihat
dari tingkat probability sebesar 0,754 yang sesuai syarat (> 0,05). Tingkat
signifikansi terhadap Chi-Square model sebesar 21.785 ; nilai CMIN/DF,
RMSEA, TLI, NFI dan PNFI berada dalam rentang nilai yang diharapkan.
3) Secara parsial
Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung Analisis Jalur Regression Weights Standardized regression Weights
Estim
ate
S.E C.R P label Estimate
CSR < --- ROA .012 0.14 .885 .376 par_4 CSR < --- ROA .109
CSR < --- ROE -.006 .014 -.447 .655 par_6 CSR < --- ROE -.065
CSR < --- EPS .008 .007 1.106 .269 par_7 CSR < --- EPS .114
GCG < ---
ROA
-.036 .162 -.225 .822 par_8 GCG < --- ROA -.028
GCG < --- ROE .035 .162 .218 .828 par_9 GCG < --- ROE .032
GCG < --- EPS .020 .088 .231 .817 par_10 GCG < --- EPS .024
NilaiPerusahaan < --- ROA .046 .399 .115 .909 par_5 NilaiPerusahaan < --- ROA .012
NilaiPerusahaan < --- EPS 1.461 .217 6.748 *** par_11 NilaiPerusahaan < --- EPS .590
NilaiPerusahaan < --- CSR -.092 2.248 -.041 .967 par_12 NilaiPerusahaan < --- CSR -.003
NilaiPerusahaan < --- GCG -.085 .190 -.450 .653 par_13 NilaiPerusahaan < --- GCG -.029
NilaiPerusahaan < --- ROE -.246 .399 -.616 .538 par_14 NilaiPerusahaan < --- ROE -.076
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan nilai output P dari tabel diatas, terjadi hubungan langsung antara EPS
dan nilai perusahaan karena nilai P yang sangat kecil dibawah 0,05 (dilambangkan
dengan ***). Jadi dapat disimpulkan bahwa EPS berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan dengan koefisien standardized 0.590 (kenaikan EPS
meningkatkan nilai perusahaan sebesar Rp.590). Dapat kita lihat bahwa tidak
terjadi hubungan langsung dari setiap variabel, karena nilai P berada diatas 0,05
yaitu 0.376, 0.655, 0.269, 0.822, 0.828, 0.817, 0.909, 0.967, 0.653, 0.538.
Hipotesis pertama : Kinerja keuangan ROA berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan, besarnya probabilitas pengaruh ROA terhadap nilai
perusahaan sebesar 0.909 yang nilainya lebih besar dari 0,05. Ho yang diajukan
ditolak dapat disimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh langsung secara
signifikan terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan ROE berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai perusahaan, besarnya probabilitas pengaruh ROE
terhadap nilai perusahaan sebesar 0.538 yang nilainya lebih besar dari 0,05, Ho
yang diajukan ditolak, dapat disimpulkan bahwa ROE tidak berpengaruh
langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan sebagai proksi dari nilai
perusahaan. Kinerja keuangan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap
TobinsQ, besarnya probabilitas pengaruh EPS terhadap TobinQ sebesar *** yang
nilainya lebih kecil dari 0,05. Ha yang diajukan ditolak, dapat disimpulkan bahwa
EPS berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. lihat pada
tabel 4.7 pada kolom Estimate yaitu sebesar 0.590 (kenaikan EPS meningkatkan
nilai perusahaan sebesar Rp.590).
Hipotesis kedua : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
akan dapat mempengaruhi hubungan ROA terhadap nilai perusahaan, besarnya
probabilitas pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROA sebesar 0,376 dan
probabilitas ROA terhadap TobinsQ sebesar 0,909, kedua nilai probabilitas
tersebut lebih besar dari 0,05. Ho yang diajukan ditolak, dapat disimpulkan bahwa
CSR sebagai variabel moderasi tidak dapat memperkuat hubungan ROA
secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility (CSR) akan dapat memperkuat hubungan ROE terhadap nilai
perusahaan, besarnya probabilitas pengaruh pengungkapan CSR terhadap ROE
sebesar 0.655 dan probabilitas ROE terhadap nilai perusahaan sebesar 0.538,
kedua nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Ho yang diajukan ditolak, dapat
disimpulkan bahwa CSR sebagai variabel moderasi tidak dapat memperkuat
hubungan ROE secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) akan dapat memperkuat hubungan EPS
terhadap nilai perusahaan, besarnya probabilitas pengaruh pengungkapan CSR
terhadap EPS sebesar 0.269, yang nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 dan
probabilitas EPS terhadap nilai perusahaan sebesar *** nilainya lebih kecil dari
0,05. Dari tabel 4.7 estimasi EPS terhadap nilai perusahaan sebesar 0.590
(kenaikan EPS meningkatkan nilai perusahaan sebesar Rp.590). Dapat
disimpulkan bahwa Ho CSR terhadap EPS ditolak maka CSR sebagai variabel
moderasi tidak dapat memperkuat EPS terhadap nilai perusahaan
melainkan Ha EPS terhadap nilai perusahaan ditolak maka EPS
berpengaruh langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Hipotesis ketiga : Good Corporate Governance (GCG) akan memperkuat
hubungan ROA terhadap nilai perusahaan, probabilitas pengaruh pengungkapan
GCG terhadap ROA sebesar 0.822 dan probabilitas ROA terhadap nilai
perusahaan sebesar 0.115 yang nilai probabilitas keduanya lebih besar dari 0,05.
GCG sebagai variabel moderasi tidak dapat memperkuat hubungan ROA
secara signifikan terhadap nilai perusahaan perusahaan. Good Corporate
Governance (GCG) akan memperkuat hubungan ROE terhadap nilai perusahaan
besarnya probabilitas pengaruh pengungkapan GCG terhadap ROE sebesar 0.828
dan probabilitas ROE terhadap nilai perusahaan sebesar 0.538, nilai probabilitas
keduanya lebih dari 0,05, Ho yang diajukan ditolak, dapat disimpulkan bahwa
GCG sebagai variabel moderasi tidak dapat memperkuat hubungan ROE
secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Good Corporate Governance
(GCG) akan memperkuat hubungan EPS terhadap nilai perusahaan, besarnya
probabilitas pengaruh pengungkapan GCG terhadap EPS sebesar 0.817 dan
probabilitas EPS terhadap nilai perusahaan sebesar *** nilainya lebih kecil dari
0,05. Dari tabel 4.7 estimasi EPS terhadap nilai perusahaan sebesar 0.590
(kenaikan EPS meningkatkan nilai perusahaan sebesar Rp.590). Dapat
disimpulkan bahwa Ho GCG terhadap EPS ditolak maka GCG sebagai
variabel moderasi tidak dapat memperkuat EPS terhadap nilai perusahaan
melainkan Ha EPS terhadap nilai perusahaan ditolak maka EPS
berpengaruh langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa ROA dan ROE tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan dan EPS berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan. Semakin besar jumlah pembagian keuntungan per
lembar saham kepada pemegang saham maka semakin baik nilai perusahaan. Hal
ini mendorong menjadi sinyal positif bagi investor dalam melakukan investasi
untuk memperoleh return tertentu. Tingkat return yang diperoleh menggambarkan
seberapa baik nilai perusahaan di mata investor. Apabila perusahaan berhasil
membukukan tingkat keuntungan yang besar, maka hal ini akan memotivasi para
investor untuk menanamkan modalnya pada saham, sehingga harga saham dan
permintaan akan saham pun akan meningkat. ROA dan ROE bukan lah penentu
utama dari nilai perusahaan. Karena masi ada penentu utama lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa variabel CSR didalama perusahaan property
dan real estate akan tidak dapat memperkuat hubungan antara nilai perusahaan
sebagai proksi nilai perusahaan pada suatu kondisi tertentu. Desakan lingkungan
perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan
nilai perusahaan. Strategi perusahaan seperti CSR dapat dilakukan untuk
memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Perusahaan
dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan
kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan CSR.
Dengan adanya pengungkapan item CSR dalam laporan keuangan diharapkan
akan menjadi nilai plus yang akan menambah kepercayaan para investor, bahwa
perusahaan tersebut akan terus berkembang dan berkelanjutan (sustainable).
Namun dalam penelitian ini didapat bahwa pengungkapan CSR menjadi tidak
sesuai dengan yang diharapkan malah cenderung tidak tepat sasaran. Mengejar
tujuan sosial dan image bagus bagi perusahaan mengakibatkan ketidak jelasan
pencapaian tujuan utama perusahaan yakni produktifitas secara ekonomi
(ekonomic productivity). Berbagai pelaksanaan program CSR merupakan beban
biaya yang harus ditanggung perusahaan dan alokasi sumber daya perusahaan
yang tidak memberikan kontribusi yang sebanding dengan alokasi sumber daya
untuk aktivitas lain yang bisa memberikan kontribusi terhadap maksimalisai laba
perusahaan, maka dalam hal ini manajer perusahaan telah melakukan tindakan
yang bertentangan dengan kepentingan para pemegang saham.
Dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan belum mampu
memperkuat antara variabel kinerja keuangan terhadap variabel nilai perusahaan.
Struktur kepemilikan belum mampu mempengaruhi jalannya perusahaan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Hal ini belum didukung oleh kontrol dari kinerja
menejerial yang mereka miliki. Pemisahan antar kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan, para manajer memiliki peluang untuk hanya memperhatikan
kepentingan sendiri dan memperkaya diri sendiri serta mengabaikan
maksimalisasi laba bagi pemegang saham. Oleh karena itu para manajer sudah
merasa nyaman bekerja di kantor pusat, memperoleh kompensasi yang melimpah
atau memperoleh paket pensiun yang menggiurkan sementara pada saat yang
sama ,mereka tidak memikul resiko yang proporsional dengan apa yang mereka
terima maka hal tersebut menjadi pendorong bagi munculnya kepentingan para
manajer yang berbeda dengan kepentingan pemilik perusahaan yang
mengakibatkan laba yang diperolah perusahaan tidak maksimal.
Diharapkan semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada
perusahaan, maka manajemen lebih giat bekerja efektif untuk kepentingan
pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri. Penerapan
good corporate governance diyakini mampu menciptakan kondisi yang kondusif
dan landasan yang kokoh untuk menjalankan operasional perusahaan yang baik,
efisien dan menguntungkan agar kepemilikan manajerial dapat memperkuat
kinerja perusahaan yang akan menambah nilai perusahaan.
Dari ketiga hipotesis yang ada variabel kinerja keuangan ROA dan ROE
tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. ROA
dan ROE bukan indikator penentu utama dari nilai perusahaan. dalam penelitian
ini EPS atau pembagian laba perlembar saham yang dibagikan kepada pemegang
saham menjadi faktor pendorong investor melihat bahwa perusahaan tersebut
menguntungkan, karena mereka berharap bahwa investasi mereka di perusahaan
property dan real estate dapat memberi keuntungan yang baik bagi mereka.
CSR dan GCG sebagai variabel moderasi belum dapat memperkuat kinerja
kuangan terhadap nilai perusahaan. implementasi program CSR oleh perusahaan
pada hakikatnya bersifat orientasi dari dalam keluar. Hal tersebut berarti sebelum
melaksanakan aktivitas CSR yang bersifat discretionary/voluntary, perusahaan
terlebih dahulu harus membenahi kepatuhan perusahaan terhadap hukum.
Perusahaan pun harus menjalankan bisnisnya dengan baik sehingga dapat
menjamin tercapainya maksimalisasi laba. Semua hal tersebut tidak akan
terlaksana dengan baik bila perusahaan tidak menetapkan corporate governance
(GCG) yang baik.
Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG,
sehingga perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan
pelaksanaan CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam pedoman umum good corporate
governance Indonesia khususnya prinsip responsibilitasi, dimana dalam pedoman
tersebut dinyatakan, “Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.
Saran
Bagi perusahaan property dan real estate, diharapkan dapat meningkatkan
efesiensi kinerja manajerial dalam perusahaan. Kepemilikan saham yang besar
oleh manajerial diharapkan akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
ROA dan ROE. Dengan efesiensi dalam pengelolaan asset, pengelolaan nilai
equity yang terus meningkat mempengaruhi investor dalam menanamkan
modalnya. Laporan keuangan yang dilengkapi dengan informasi Corporate Social
Responsibility (CSR) yang baik menambah nilai tambah suatu perusahaan.
Manfaat informasi CSR bagi perusahaan adalah mempertahankan dan
mendongkrak reputasi dan image perusahaan, keleluasaan untuk menjalankan
roda bisnisnya di kawasan tersebut, langkah preventif untuk menjalin hubungan
dengan yang baik dengan stakeholders, memupuk loyalitas konsumen dan
menembus pangsa pasar baru, penghematan biaya perusahaan dengan mendaur
ulang limbah, menambah kepercayaan stakeholders kepada perusahaan,
membantu pemerintah meringankan beban sebagai penggerak kesejahteraan
lingkungan dan masyarakat, menimbulkan kebanggan tersendiri bagi karyawan
yang bekerja dalam perusahaan mereka sehingga meningkatkan motivasi kerja,
mendapatkan penghargaan atas CSR menambah nilai bagi perusahaan. pelaksaaan
Dalam penelitian ini CSR pada perusahaan property dan real estate dianggap
tidak tepat sasaran, diharapkan item CSR dapat diutamakan bagi karyawan dan
lingkungan dalam perusahaan itu sendiri tanpa mengabaikan faktor lingkungan
luar dari perusahaan. Akan tidak efektif bila CSR dilaksanakan hanya untuk
memenuhi peraturan pemerintah saja dan hanya untuk menambah kesan baik bagi
perusahaan tanpa disertai timbal balik kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
itu sendiri.
Bagi investor, selain kinerja kuangan ROA dan ROE dapat menilai nilai
perusahaan baik dengan melihat laporan EPS. Kinerja keuangan yang baik
terhadap nilai perusahaan dapat kita amati dari beberapa indikator nilai
perusahaan. Kinerja manajerial dalam suatu perusahaan harus berjalan secara
efektif dan akan menambah kepercayaan bagi investor. Dengan adanya informasi
CSR investor dapat melihat reputasi perusahaan property dan real estate terhadap
lingkungan dalam perusahaan dan lingkungan luar perusahaan. Semakin baik
CSR dalam perusahaan maka kepercayaan investor akan bertambah, karena bila
perusahan itu sendiri baik bagi lingkungan dalam perusahaan maka otomatis
perusahaan tersebut peduli bagi lingkungan sekitarnya.
Bagi pemerintah, dalam hal ini Menteri Perumahan harus dapat
bekerjasama dengan DPR, Bank dan perusahaan property dan real estate dalam
mewujutkan UU perumahan dan pemukiman, memberikan bungan kredit yang
baik dan membangun hunian yang baik dan nyaman agar permintaan perumahan
yang terus meningkat dapat dipenuhi. Pemerintah dapat memberi penghargaan
bagi perusahaan yang telah berpartisipasi dalam menjalakan CSR. Pemerintah
dapat membuat keterkaitan tata kelola perusahaan dan membuat kebijakan yang
berkaitan dengan penerapan tata pengelolaan perusahaan yang baik dalam rangka
menumbuhkan kepercayaan masyarakat bisnis terhadap integritas informasi
laporan keuangan pada perusahaan property dan real estate.
Daftar Pustaka
Carningsih. 2009. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan antara
Kinerja Keuangan dengan Nilai Perusahaan (Studi kasus pada
Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Universitas Gunadarma, Depok.
Daniri, Mas Achmad, 2008, “Jadikan GCG Bermakna”, Bisnis Indonesia, 21
Desember 2008.
Darmawati dkk. (2005). “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja
Perusahaan”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 6, Hal. 65-81.
http://properti.kompas.com/read/2012/01/20/1454153/Tiga.Alasan.Properti.Indon
esia.Terbaik.di.Dunia
IICG, 22 Februari 2010, “ Corporate Governance”, http://www.iicg.org.diakses
22 Februari 2010.
Martono dan Agus Harjito. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.
Martono dan D. Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Cetakan ke-6.
Yogyakarta : Ekonisia.
Menteri BUMN, Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-BUMN/2002.
Tentang keberhasilan usaha dan akuntabilitas BUMN.
Kotler, Philip, Lee dan Nancy.2005.Corporate social Responsibilty: Doing The
Most Good for Your Company and your Cause. John Wiley & Sons.
Riki Rahardian. 2010. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai perusahaan
dengan Corporate Social Responsiblty dan Good Corporate Governance
sebagai Variabel Moderasi. Universitas Yogyakarta, Yogyakarta.
Robin, P.stephen dan Counter, serta Mary. 2003. Manajement. Edisi ke-7. Upper
Saddle River. New Jersey: Prentice Hall.
Santoso, Singgih. 2006. Menggunakan SPSS untuk Statistik Multivariat. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.
Sekaran, Uma, 2006, “ Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi 4”, Salemba
Empat, Jakarta.
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal
www.idx.co.id
www.investopedia.com
www.iicg.org