absorbsi dan ekskresi.doc

8
Laporan Akhir Praktikum Farmakologi Percobaan 3 ABSORBSI DAN EKSKRESI Disusun Oleh: 1. Mareta Rusadi PO.71.39.0.13.056 2. M.Ghazali A PO.71.39.0.13.058 3. Novia Resti PO.71.39.0.13.062 4. Nurul Hidayah A PO.71.39.0.13.064 Reguler II B Politeknik Kesehatan Palembang Jurusan Farmasi Tahun Akademik 2014-2015

Transcript of absorbsi dan ekskresi.doc

Laporan Akhir Praktikum Farmakologi

Percobaan 3

ABSORBSI DAN EKSKRESI

Disusun Oleh:

1.Mareta Rusadi

PO.71.39.0.13.056

2.M.Ghazali A PO.71.39.0.13.058

3.Novia Resti

PO.71.39.0.13.062

4.Nurul Hidayah A

PO.71.39.0.13.064Reguler II B

Politeknik Kesehatan Palembang

Jurusan Farmasi

Tahun Akademik 2014-2015

Laporan Praktek Farmakologi

Percobaan 3ABSORBSI DAN EKSKRESIHari,tanggal percobaan: Senin,30 Maret 2015

Nama

: Mareta Rusadi

PO.71.39.0.13.056

M.Ghazali A

PO.71.39.0.13.058

Novia Resti PO.71.39.0.13.062

Nurul Hidayah A

PO.71.39.0.13.064

Grup

: Genap

Kelas

: Reguler II B

PENDAHULUANKetika pasien mendapat obat. Maka nasib obat dalam tubuh menjadi penting hingga akhirnya memberi/tidak member efek. Obat yang diberikan per oral akan mengalami fase I yaitu, biofarmasi sebelum diabsorbsi oleh tubuh, didistribusi dan diekskresi (fase ke 2) dan seterusnya akan memasuki fase ke 3 yaitu berinteraksi dengan reseptor untuk kemudian memberikan efek yang diinginkan.

Dalam fase kedua, sebagian obat mengalami biotransformasi dan sebagian lain tidak mengalami dan diekskresi secara utuh. Alat ekskresi yang umum dilakukan oleh tubuh adalah ginjal yaitu melalui urine sehingga mudah dideteksi apakah sudah diekskresi apa belum. Sedangkan keberadaan obat di dalam saliva dapat menjadi ukuran apakah obat yang dimakan sudah didistribusikan ke seluruh tubuh.

TEORI

Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari konsentrasi tinggi dari saluran gastrointestinal ke dalam cairan tubuh melalui absorpsipasif, absoprsi aktif, rinositosis atau pinositosis. Absorbs aktif umumnya terjadi melalui difusif pergerakan dari konsentrasi tinggi ke rendah. Absorpsi aktif membutuhkan carier atau pembawa untuk bergerak melawan konsentrasi. Pinositosis berarti membawa obat menembus membrane dengan proses menelan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, nyeri, stress, kelaparan, makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat vasokonstriktor, atau penyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stress, dan makanan yang padat, pedas, dan berlemak dapat memperlambat masa pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi ke saluran gastrointestinal. Factor-faktor lain yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Setiap rute pemberian obat memiliki pengaruh yang berbeda pada absorpsi obat, tergantung pada struktur fisik jaringan. Kulit relative tidak dapat ditembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Membran mukosa dan saluran nafas mempercepat absorpsi akibat vaskularitas yang tinggi pada mukosa dan permukaan kapiler alveolar. Karena obat yang diberikan per oral harus melewati system pencernaan untuk diabsorpsi, kecepatan absorpsi secara keseluruhan melambat. Melewati intravena lebih mempercepat absorpsi.

Ekskresi

Rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paaru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas yang tidak berkaitan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilepaskan bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin. pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai 8. Urin yang asam meningkatkan ekskresi obat-obat yang bersifat basa. Juice cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin, sehingga terbentuk urin yang asam. TUJUAN PERCOBAAN

Memahami nasib obat setelah masuk ke dalam tubuh, menetapkan biovailabilitas obat secara semi kuantitatif dan menetapkan waktu yang dibutuhkan untuk ekskresi obat.

BAHAN DAN ALAT

BAHAN

a) KI 0,3 gram dalam kapsul (tablet kalium Iodida)

b) Larutan KI 1%

c) Larutan NaNO2 10%

d) Larutan H2SO4 25%

e) Larutan Amilum 1%

Alat-alat yang digunakan :

a) Tabung reaksi dan rak tabung

b) Pipet tetes dan pipet ukur

c) Beker gelas dan Erlenmeyer

d) Lampu spiritus

e) Drupel platProsedur Percobaan :

1. Persiapan probandus: probandus yang dipilih tidak memiliki riwayat penyakit hati,ginjal,lambung, dan alergi terhadap obat yang digunakan

2. Persiapan bahan :

a. KI 0,3 gram dalam kapsul (tablet Kalium Iodida)

b. Larutan KI 1%

c. Larutan NaNO2 10%

d. Larutan H2SO4 25%

e. Larutan Amilum 1%

3. Alat-alat yang digunakan :

a. Tabung reaksi dan rak tabung

b. Pipet tetes dan pipet ukur

c. Beker gelas dan Erlenmeyer

d. Lampu spiritus

e. Drupel plat

Jalannya Percobaan :

1. Sesaat sebelum minum obat (KI), probandus mengosongkan kandung kemih ditampung didalam beker gelas dan mengumpulkan salivanya, urin sebanyak 5ml dan saliva 2ml sebagai control.2. Sesudah itu probandus minum obat (KI 0,3gr) dengan air putih 200ml. pada setiap interval waktu tertentu yaitu setiap 15 menit. Probandus dieresis dan urinenya di tamping dan setiap 5 menit menampung salivanya

3. Urine dan saliva control maupun sampel yang didapat dari probandus ditetapkan kadar iodiumnya secara kalorimetri semi kuantitatif (diamati intensitas warna yang terjadi)

4. Reaksi-reaksi yang dilakukan :

a. KI 1% 1ml + amilum 1% 1ml

amati perubahan warna

b. KI 1% 1ml + NaNO2 10% (2-3tetes) + H2SO4 dilutus + 1 tetes amilum

Amati perubahan warna yang terjadi

c. Urine 1ml + NaNO2 10% (2-3tetes) + H2SO4 dilutus + 1 tetes amilum

Amati perubahan warna yang terjadi

5. Hasil pengamatan dinyatakan dengan tanda :

a. Negative (-) apabila tidak timbul warna birub. Positif 1 (+) apabila intensitas warna biru lemah

c. Positif 2 (++) apabila intensitas warna biru lebih kuat

d. Positif 3 (+++) apabila intensitas warna biru kuate. Positif 4 (++++) apabila intensitas warna biru sangat kuat

6. Data-data yang didapat baik dari urine maupun saliva di tabulasi, dibuat kurva hubngan antara waktu dan kadar obat

7. Buat kesimpulan percobaan di dalam jurnal praktikumHASIL PENGAMATAN

NOSALIVAURINE

WAKTUHASILWAKTUHASIL

113.30_13.25_

213.35_13.40_

313.40_13.55_

413.45_14.10_

513.50_14.25_

613.55_14.40_

714.00_14.55_

814.05_15.10_

914.10_15.25_

1014.15_15.40_

1114.20_

1214.25_

1314.30_

1414.35_

1514.40_

1614.45_

1714.50_

1814.55_

1915.00_

2015.05_

2115.10_

2215.15_

2315.20_

2415.25_

2515.30_

KESIMPULAN

Dalam hal ini, masing-masing kelompok terdapat masing-masing satu probandus. Probandus diuji apakah terdapat alergi atau tidak. Lalu, diberi obat KI pada masing-masing probandus. Pada praktek ini, terlihat reaksi absorbsi dan ekskresi pada probandus kelompok satu. Probandus kelompok satu memiiki berat badan yang lebih rendah dari kelompok yang lain. Setelah beberapa menit dites urine dan saliva nya. Kelompok satu memiliki perubahan warna menjadi biru. Kelompok lain ekskresi berefek lebih lama karena memiliki berat badan yang lebih berat. Pada hal tersebut lah absorbsi dan ekskresi lebih cepat terjadi pada orang yang memiliki lebih ringan berat badannya.