ABSES PAYUDARA

46
ABSES PAYUDARA I. Definisi Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista. Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang

Transcript of ABSES PAYUDARA

Page 1: ABSES PAYUDARA

ABSES PAYUDARA I. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika

bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan

hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih

yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut

dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga

tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada

akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan

mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah

didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,

tergantung pada lokasi abses.

Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya

disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan

gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung

memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.

Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan

membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul

abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan

kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan

menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam

biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar.

Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.

(WHO, hal 20)

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit

normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk

ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal

menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan

kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak

Page 2: ABSES PAYUDARA

menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.

Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga

terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara

sehingga  pengeluaran susu terhambat akibat  penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang

tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali

sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak

sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.

II.  Etiologi

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit

normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk

ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal

menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan

kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak

menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai

berikut :

1.     Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril

2.     Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

3.     Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan

gangguan, kadang bias menyebabkan abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

1.     Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.

2.     Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.

3.     Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.

III.  PATOFISIOLOGI

Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga

terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara

Page 3: ABSES PAYUDARA

sehingga  pengeluaran susu terhambat akibat  penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang

tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.

IV.  GAMBARAN KLINIS

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ

atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :

Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah

mengkilap, panas jika disentuh, membengkak dan

adanya nyeri tekan). 

Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat

dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu

benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat

benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya

menipis.

Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil,

malaise

Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu,

bisa mengandung nanah)

Gatal- gatal

Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi

yang sama dengan payudara yang terkena.

Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:

 Nyeri payudara yang berkembang selama

periode laktasi

Fisura putting susu

Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras

Warna kemerahan pada seluruh payudara

atau lokal

Limfadenopati aksilaris yang nyeri

Page 4: ABSES PAYUDARA

Pembengkakan yang disertai teraba cairan

dibawah kulit

Suhu badan meningkat dan menggigil

Payudara membesar, keras da akhirnya pecah

dengan borok serta keluarnya cairan nanah

bercampur air susu serta darah.

(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 317)

V.  PEMERIKSAAN

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel

darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen,

USG atau CT scan.

VI.  PENANGANAN

a.     Teknik menyusui yang benar.

b.    Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

c.    Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

d.     Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

e.     Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.

f.       Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

g.     Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

VII.  TERAPI

a.  Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan

dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke

pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.

b.    Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan

c.    Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah

d.   Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam

e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,

biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam  selama 10 hari

f.   Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.

Page 5: ABSES PAYUDARA

g.   Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.

h.  Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk

mencegah pembengkakan payudara.

i.    Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.

VIII.  PENCEGAHAN

Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan

dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda

dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan

cepat.

 Terapi bedah

Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan

penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui

aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara.  Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses

payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus  dengan bimbingan ultrasuara dapat

bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat

dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasiennn yang menjalani  rawat

jalan.

Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya

dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak

mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari

pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif

dalam jaringan terinfeksi

Dukungan untuk menyusui 

Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat

melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya

yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat

penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi

seperti ini.

Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus

dilakukan sebagai berikut:

1.  Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan

Page 6: ABSES PAYUDARA

2.   Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat

3.  Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam,

bayi harus diberi makanan lain.

4.   Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang

sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.

5.   Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah

pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar

yang sehat.

6.   Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang

terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada

puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan

memungkinkan menyusui kembali lebih dini.

7.  Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang

terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap

dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang

baik.

8.  Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan

mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.

9.  Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting untuk

memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.

10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif

untuk merangsang peningkatan produksi.

11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat

menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara

produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.

Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :

a.  Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife.

b.  Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan

dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .

c.  Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh

terlalu sempit dan menekan payudara.

d.   Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila

puting bernanah  atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat

Page 7: ABSES PAYUDARA

e.   Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada

payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada

dokter atau bidan.

f.  Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.

g.   Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi

payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara

memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI

h.   Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah

kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan

cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran

hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara

menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil

setelah ASI dihangatkan.

i.   Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan

kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara  mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air

sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting susu

sakit dan infeksi pada payudara.

j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui,

puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.

k.  Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.

Page 8: ABSES PAYUDARA

abses payudara PEMBAHASAN

A.     Pengertian Abses Payudara

Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara

kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri.

B.      Gejala Abses Payudara

1.Adanya benjolan lunak yang terasa sangat sakit  ,

2. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.

3. Ibu mungkin panas atau tidak

4. Nyeri pada payudara, kemerahan, pembengkakan dan sensasi rasa panas pada area  yang

terkena

5. Demam dan kedinginan

6. Rasa sakit secara keseluruhan

7. Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak

C.      Penyebab Abses Payudara

Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal

(staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh

Page 9: ABSES PAYUDARA

melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang

terinfeksi akan terisi dengan nanah.

Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara.

Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami

subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).

D.     Pencegahan Abses Payudara

• Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit atau tidak

mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan.

Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan dengan arah jempol

diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik horizontal. Kemudian, gerakan ini di

ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa

kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu.

Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat

kehamilan.

• Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.

•  Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D

•   Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara

E.      Penanganan Abses Payudara

1.    Teknik menyusui yang benar.

2.    Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.

3.    Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.

4.    Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.

5.    Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap

dikeluarkan.

6.    Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.

7.    Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

Page 10: ABSES PAYUDARA

LANDASAN TEORI

A.    DEFINISI

Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah,

biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri

menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga

yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah

putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan

infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah

Page 11: ABSES PAYUDARA

menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih

inilah yang mengisi rongga tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya

akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling

abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan

mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih

lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa

menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,

tergantung pada lokasi abses.

B.      ETIOLOGI

Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang

banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus

aureus).

Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke

dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit

(biasanya pada puting susu).

Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan

paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.

Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada

beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara

berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air

susu yang terletak di bawah puting susu.

Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan

penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati.

Page 12: ABSES PAYUDARA

Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih

mudah mengalami infeksi.

Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui

beberapa cara :

      Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum

tidak steril.

       Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang

lain.

       Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh

manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa

menyebabkan terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

       Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat

terjadinya infeksi.

       Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang

kurang.

      Terdapat gangguan system kekebalan.

Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat

adanya infeksi payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama

menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara.

Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis

dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi

Page 13: ABSES PAYUDARA

melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting.

Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam

saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya

pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar

putting, bisa juga diseluruh payudara.

C.    GEJALA

Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya

terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang

sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :

       Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika

disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).

       Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah

kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan

pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena

kulit diatasnya menipis.

      Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.

       Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa

mengandung nanah)

      Gatal-gatal

       Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena.

D.    PATOFISIOLOGI

Page 14: ABSES PAYUDARA

Luka atau lesi pada putting terjadi à peradangan à

masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) à pengeluaran

susu terhambat à produksi susu normal à penyumbatan

duktus à terbentuk abses.

Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,

sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika

tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau

biopsy payudara.

Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah

menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk

menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan

pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.

Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses

pecah dengan sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang

abses menghilang secara perlahan karena tubuh

menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa

infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan

yang keras.

Page 15: ABSES PAYUDARA

E.     PENANGANAN

Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :

       Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan,

suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi.

Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke

pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.

      Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian

antibiotic biasanya sia-sia. Antibiotic bisa diberikan setelah

suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah

kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan

infeksi ke bagian tubuh lainnya.

       Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila

diperlukan.

      Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 –

20 menit, 4 kali/hari.

       Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu

pada payudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan

payudara.

       Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri

(misalnya acetaminophen atau ibuprofen) karena kedua obat

tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.

Page 16: ABSES PAYUDARA
Page 17: ABSES PAYUDARA

BAB III

K A S U S

Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta

kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada bahaya mengancam sang ibu.

Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang diderita Ny.Maria

Phasa hingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap kali

ia melihat bayinya.setiap kali ia menyusui banyinya ia merasa

kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari

1984 ini sebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan

dia memeriksakan sakitnya ke RS setempat,dan dokter

mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan

untuk segera diinsisi ..

Page 18: ABSES PAYUDARA

BAB IV

TINJAUAN KASUS

I.                   PENGKAJIAN Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB.

I.      DATA SUBYEKTIF

Biodata

Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. R

Umur : 26 th Umur : 31 thn

Agama : Katolik Agama : katolik

Pendidikan : SMA Pendidikan :

SMA

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa :

Indonesia

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan :

Wiraswasta

Kawin : kawin Kawin : kawin

Page 19: ABSES PAYUDARA

Umur kawin : 21 thun Umur kawin : 26 thun

Lama kawin : 5 tahun Lama kawin : 5 tahun

Alamat : Jakarta Barat Alamat : Jakarta

Barat

  Keluhan Utama

Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan

membengkak sehingga tidak bisa menyusui bayinya.

  Riwayat Menstruasi

a.       Menarche Umur : 14 Tahun

b.      Siklus : 28 hari

c.       Lamanya : 7 Hari

d.      Banyaknya :

-          Hari ke 1 – 2 = 3 Kotek penuh per hari

-          Hari ke 4 – 7 = 2 kotek penuh per hari

e.       Konsistensi :

-          Hari ke 1 – 2 = kental ada gumpalan

-          Hari ke 4 – 7 = encer dan tidak ada gumpalan

f.        Warna :

-          Hari ke 1 – 2 = Merah Tua

-          Hari ke 3 – 6 = merah segar

g.      Bau : khas, tidak berbau busuk

Page 20: ABSES PAYUDARA

Dysmenorhoe : Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi,

rasa nyeri pada perut yang masih normal tidak sampai

menyebabkan pingsan

i.         Flour Albus : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak

bau

j.         HPHT : 15-3-2010

k.      HPL : 22-12-2010

l.         UK : 9 bulan

  Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

4 RIWAYAT PERSALINAN, NIFAS SEKARANG

Sumi ke

Hamil ke

Persalinan NifasUmur anak 

sekarang

L / P

UKH / M

Tempat persalin

an

Penolong

penyulit

Lama nifas

Kelainan

KBMenyus

ui

1 1 L 9 bln H BPS Bidan - 7 hariAbses 

mamaetidak Tidak 7 hari

  Riwayat persalinan saat ini

Persalinan berlangsung normal tanpa indikasi ditolong oleh

bidan rinda. Bayi lahir tanggal 13 Desember 2010, jam 13.00

WIB. Jenis kelamin laki-laki. BB 3000 gram PB 48 cm, AS 6-8,

tidak ada kelainan konginental, anus ada.

  Riwayat imunisasi

          Imunisasi : imunisasi TT sebelum menikah 1 kali dan TT

kedua setelah kehamilan 2 minggu

         Obat-obatan : Fe, Kalk. Vitamin

         He

Page 21: ABSES PAYUDARA

  Kebutuhan nutrisi ibu hamil, seperti :

Dianjurkan minum susu hamil

Banyak makan buah-buahan

   Perlunya ANC atau pemeriksaan kehamilan yang rutin, untuk

mengetahui kesehatan ibu dan janin

          Kegunaan pemberian imunisasi TT yaitu mencegah terjadinya

infeksi tetanus

         Personal hygiene

  Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan yang lalu

1. Apakah pernah menderita penyakit menular?

  Tidak ada penyakit menular

seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.

2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?

  Tidak ada penyakit menurun ( Herediter )

seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi

3. Apakah pernah menderita penyakit menahun?

  Tidak ada penyakit menahun (kronis)

seperti TBC, Asma.

4. Apakah pernah menderita infeksi virus?

  Tidajk pernah menderita infeksi virus lain

Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )

5. Apakah klien pernah mempunyai alergi terhadap

makanan/minuman,obat-obatan?

Page 22: ABSES PAYUDARA

  Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.

6. Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi:

IYA/TIDAK?

  Tidak pernah kecelakaan atau operasi

 Riwayat kesehatan suami atau keluarga

1. Apakah pernah menderita penyakit menurun?

  Tidak ada penyakiit herediter atau keturunan.

Contoh : DM (Diabetes mellitus), Hipertensi.

2. Apakah pernah menderita penyakit menular?

  Tidak ada penyakit menular

Contoh : Hepatitis, AIDS, Tipoid

3.Apakah pernah menderita infeksi virus?

   Tidak ada virus lain Torch ( Toksoplasmosi Rubela

Citomegalovirus )

4. Apakah pernah menderita penyakit menahun?

  Tidak ada penyakit Menahun

Contoh : Asma, TBC

5.Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi:

IYA/TIDAK?

  Tidak pernah kecelakaan atau operasi

  Keadaan Psiko-Sosial-Budaya

 Psiko

Page 23: ABSES PAYUDARA

  Klien mengatakan ini kehamilan pertama,kehamilan diharapkan

tetapi klien merasa sedih karena tidak bisa menyusui bayinya.

 Sosial

   Hubungan klien dengan suami, keluarga, masyarakat dan

lingkungan sekitar baik. Klien tinggal bersama suami. Dalam

mengambil keputuisan saling memberi masukan secara

bijaksana

 Budaya

   Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan

yang berbau amis.

  Pola kegiatan sehari-hari

 Pola Nutrisi

a.       Selama hamil

Makan : 3 x 1 hari dengan menu nasi, sayur-sayuran,

lauk pauk,tahu,tempe,daging/ikan dan buah.

Porsi : 1 ½ piring

Minum : Air putih : 6 gelas / hari

Teh hangat : 1 gelas / hari (pagi hari)

b.      Selama nifas

Makan : 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk

(tahu dan tempe) dan buah.

Porsi : 1 piring

Minum : Air putih : 7 Gelas / hari

Susu : 2 gelas / hari (untuk ibu hamil)

Page 24: ABSES PAYUDARA

 Pola eliminasi

a.       Selama hamil

BAB : 1 kali / hari rutin

BAK : 5 Kali / hari

b.      Selama nifas

BAB : 1 Kali / hari

BAK : 9 Kali / hari

 Pola aktivitas

a.       Selama hamil

Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri

  Nyapu

  Ngepel

  Mencuci piring

  Mencuci baju

b.      Selama nifas

Klien melakukan kegiatan hanya memasak

 Pola istirahat

a.       Selama hamil

Siang : Tidur siang 2 jam,mulai 11.30-13.30 WIB

Malam : Tidur malam 8 jam,mulai 21.00-05.00 WIB

b.      Selama nifas

Siang : Tidur siang 3 jam,mulai 11.00 - 14.00 WIB

Page 25: ABSES PAYUDARA

Malam : Tidur malam 10 jam , mulai 20.00 – 06.00 WIB

 Pola Personal Hygene

a.       Selama Hamil

Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali /

2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 2 x /hari.

b.      Selama nifas

Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1

kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 3

x/hari.

 Pola Seksualitas

a.       Selama hamil

Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan

hal-hal yang dapat membahayakan kandungannya seperti

kecacatan.

b.      Selama nifas

Belum pernah melakukan hubungan seksual.

  Ketergantungan

 Selama hamil

Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan

tertentu, tidak minum jamu-jamuan

II.      DATA OBYEKTIF

Kedaan umum : lemas

Kesadaran : Composmentis/sadar

Postur tubuh : normal

Page 26: ABSES PAYUDARA

Cara berjalan : tegak

Tinggi Badan : 157 cm

Berat badan sekarang : 49 Kg

Lila : 24 cm

  TTV (Tanda Tanda Vital)

Suhu : 38º C

Nadi : 70-80 x per menit normalnya

Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

Respirasi : 20 x per menit

  Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tekstur rambut, warna hitam dan tidak

bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi, tidak

ada benjolan.

Muka : Tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada

chloasma gravidarum.

Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,

palpebra tidak oedema, sclera putih keabu-abuan.

Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada

pernafasan cuping hidung.

Mulut dan gigi : Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada

ingus, tidak ada caries, gusi tidak ada ginggivitas, tidak ada

stomatitis.

Telinga : Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada

serumen.

Page 27: ABSES PAYUDARA

Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena

juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.

Payudara : Tidak Simetris terjadi pembengkakan,

payudara berwarna merah, terdapat pus.

Aksila : terdapat benjolan.

Abdomen : tidak ada bekas luka SC

Genetalia : Genetalia bersih, lochea berwarna merah

Anus : Bersih, tidak ada luka dan tidak ada

hemoroid.

Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada

penyakit kulit, kuku bersih

Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada

penyakit kulit, kuku bersih

  Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak

ada bendungan vena jugularis.

Payudara : payudara membengkak,terjadi nyeri tekan

Abdoment : TFU : 2-3 jari dibawah pusat

  Auskultasi

Dada : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur,

jelas

Perut : tidak dilakukan

Kesimpulan :

Page 28: ABSES PAYUDARA

Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 dengan abses mamae

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH

DATA DASAR DIAGNOSA / MASALAH

DS : Klien mengatakan bahwa setelah bayi lahir tidak bisa 

menyusui bayinya dikarenakan payudaranya sakit dan 

membengkak.

DO :

Keadaan umum : lemahKesadaran : composmentis

 TTV (Tanda Tanda Vital)

Suhu  : 38º C

Nadi : 70-80 x per menit

Tekanan darah : 110 / 70 mmHg

Respirasi : 20 x per menit

  Abdoment :       TFU: 2-3 jari dibawah pusat

tidak simetris,terjadi pembengkakan payudara sebelah,terdapat 

pus,terdapat nyeri tekan. 

Diagnosa P 1001, Postpartum hari ke 7dengan abses 

mamae.

 

Page 29: ABSES PAYUDARA

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL

Kebutuhan ASI bayi terpenuhi. Bengkak dan sakit pada mamae ibu berkurang

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN

PENANGANAN SEGERA KONSULTASI DAN KOLABORASI

Berkolaborasi dengan dokter anak dan dokter SpOG

Page 30: ABSES PAYUDARA

VI. VII INTERVENSI, IMLPEMENTASI, EVALUASI

Dx/Mx/Keb. Tujuan / kriteria keberhasilan INTERVENSI

Dx:P 1001, 

Postpartum hari ke 7 dengan abses mamae

Tujuan :Setelah dilakukan asuhan 

Kriteria :pembengkakan dan sakit pada payudara dapat teratasi.

TTV : TD : 110/70-120/80 mmHg

N : 60-100 x /menit S: 38°C

RR: 16-20 x /menit 

1. BHSPRasional :

Terjalin hubungan terapeutik antara petugas dengan klien

2Jelaskan keadaan ibu sekarang

Rasional :

Dengan mengetahui keadaanya saat ini 

kx akan mengurangi kecemasan ibu dan

ibu tau penyebab penyakitnya

3 Yakinkan   suami   atau   kelurga   untuk 

selalu memperhatikan ibu

Rasional:

Dengan   memberikan   perhatian   lebih pada ibu maka kejiwaan ibu akan lebih tenang

4 Kompres   air   hangat   payudara   selama 

15-20 menit, 4x sehari

Rasional:

Untuk mengurangi nyeri

Page 31: ABSES PAYUDARA

5

6.

7.

8

9

Berikan obat pereda nyeri 

Rasional:

Untuk mengurangi nyeri

Berikan  paracetamol  500  mg tiap  4 

jam sekli

Rasional :

Untuk menurunkan suhu tubuh

Lakukan insisi payudara pada px.

Rasional :

Untuk   mengeluarkan   pus,mengurangi 

nyeri,   dan   mempercepat 

penyembuhan

Kolaborasi   dengan   tim   gizi   dalam 

pemberian diit

Rasional :

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

Kolaborasi dengan tim medis

Rasional :

Untuk menentukan terapi berikutnya

Page 32: ABSES PAYUDARA

IMPLEMENTASI

Tanggal : 20-12-2010 / Pkl. 10.00 WIB

Dx/Mx/Keb. ImplementasiDx:

P1001  post partum hari ke 7 dengan Abses mamae

1. Melakukan komunikasi terapiutik kepada ibu dengan bahasa yangSopan agar ibu mau mengatakan semua keluhan yang ibu rasakan

2. Menjelaskan keadaan ibu sekarang bahwa keadaanya harus segara diobati dan memerlukan perawatan

3. Meyakinkan   suami   atau   keluarga   untuk   selalu   memperhatikan 

keluarga.

45..

Mengompres payudara selama 15 – 20 menit, 4x sehariMemberikan obat anti nyeri pada px

6.7.

8.

9.

Memberikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekaliMelakukan tindakan insisi pada payudara px

Melakukan kolaborasi dengan tim gizi Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi 

berikutnya

Page 33: ABSES PAYUDARA

VII EVALUASITanggal : 21-12-2010 / Pkl. 15.00 WIB

Diagnosa/Mslh/Kebt. EvaluasiDx:

P1001, post partum hari ke 7 dengan abses mamae 

S : Klien mengatakan payudaranya sakit dan membengkan

O : k/u : cukup

ibu  bisa diajak komunikasi dengan baik

A : P1001, post partum hari ke 7 dengan abses mammae

P : - Beri dukungan emosi ibu

- Yakinkan suami dan keluarga untuk selalu memperhatikan ibu

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

                               Evaluasi

Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB

Dx :P1001, post partum hari 

ke 8 dengan abses mamae.

S : Klien mengatakan payudaranya masih sakit dan bengkak

O : k/u cukupibu bisa diajak komunikasi dengan baik

A : P1001, post partum hari ke 10 dengan abses mammae

P : Beri dukungan pada ibuYakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu 

memperhatikan ibuKolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

 

Page 34: ABSES PAYUDARA

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi

akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam

jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel

mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan

dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang

merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,

bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan

bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang

mengisi rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui

beberapa cara :

  Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum

tidak steril.

  Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.

   Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh

manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa

menyebabkan terbentuknya abses.

Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan

oleh abses payudara diantaranya :

       Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika

disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).

      Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah

kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses

Page 35: ABSES PAYUDARA

akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih

karena kulit diatasnya menipis.

       Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil,

malaise.

       Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa

mengandung nanah)

      Gatal-gatal

       Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang

sama dengan payudara yang terkena.

Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :

      Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan,

suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan

insisi.

       Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga

pemberian antibiotic biasanya sia-sia.

      Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila

diperlukan.

       Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama

15 – 20 menit, 4 kali/hari.

       Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu

pada payudara.

      Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

B.     Saran dan Kritik

Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha

semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih

banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah ini, untuk

itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca selalu

Page 36: ABSES PAYUDARA

penulis harapkan demi penyusunan makalah-makalah

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anemous www.google.com abses payudara

2. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2008

Page 37: ABSES PAYUDARA

Pukul 16.00 WIB

3. Soedigmarto, M.Prof.1979. Perawatan Ibu.Surabaya

4. Pardoko R.H.dr.MPH. 1978. Perawatan Anak di Pusat

Kesehatan. Surabaya

5. Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA SELEKTA

KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.