ABSES PAYUDARA
-
Upload
mpietz-cupietdz-iskandar -
Category
Documents
-
view
270 -
download
51
Transcript of ABSES PAYUDARA
ABSES PAYUDARA I. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika
bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan
hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada
akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah
didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya
disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan
gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung
memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista.
Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul
abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan
kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan
menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam
biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar.
Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma.
(WHO, hal 20)
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk
ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali
sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak
sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
II. Etiologi
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit
normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk
ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal
menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan
kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai
berikut :
1. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bias menyebabkan abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi.
2. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang.
3. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
III. PATOFISIOLOGI
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga
terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang
tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
IV. GAMBARAN KLINIS
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah
mengkilap, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat
dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu
benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya
menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil,
malaise
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu,
bisa mengandung nanah)
Gatal- gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sama dengan payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
Nyeri payudara yang berkembang selama
periode laktasi
Fisura putting susu
Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
Warna kemerahan pada seluruh payudara
atau lokal
Limfadenopati aksilaris yang nyeri
Pembengkakan yang disertai teraba cairan
dibawah kulit
Suhu badan meningkat dan menggigil
Payudara membesar, keras da akhirnya pecah
dengan borok serta keluarnya cairan nanah
bercampur air susu serta darah.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 317)
V. PEMERIKSAAN
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel
darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen,
USG atau CT scan.
VI. PENANGANAN
a. Teknik menyusui yang benar.
b. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
c. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
d. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
f. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
g. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
VII. TERAPI
a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan
c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah
d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam
e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk
mencegah pembengkakan payudara.
i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
VIII. PENCEGAHAN
Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan
dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda
dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan
cepat.
Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan
penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui
aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses
payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat
bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat
dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasiennn yang menjalani rawat
jalan.
Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya
dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak
mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari
pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif
dalam jaringan terinfeksi
Dukungan untuk menyusui
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat
melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya
yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat
penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi
seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus
dilakukan sebagai berikut:
1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan
2. Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat
3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam,
bayi harus diberi makanan lain.
4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang
sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah
pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar
yang sehat.
6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang
terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada
puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan
memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang
terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang
baik.
8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan
mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.
9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting untuk
memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali.
10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif
untuk merangsang peningkatan produksi.
11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat
menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara
produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.
Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :
a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife.
b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan
dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara .
c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh
terlalu sempit dan menekan payudara.
d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila
puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat
e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada
payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada
dokter atau bidan.
f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri.
g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi
payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara
memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI
h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah
kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan
cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran
hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara
menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil
setelah ASI dihangatkan.
i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan
kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air
sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting susu
sakit dan infeksi pada payudara.
j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui,
puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D.
k. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.
abses payudara PEMBAHASAN
A. Pengertian Abses Payudara
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara
kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri.
B. Gejala Abses Payudara
1.Adanya benjolan lunak yang terasa sangat sakit ,
2. Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3. Ibu mungkin panas atau tidak
4. Nyeri pada payudara, kemerahan, pembengkakan dan sensasi rasa panas pada area yang
terkena
5. Demam dan kedinginan
6. Rasa sakit secara keseluruhan
7. Bengkak dengan getah bening dibawah ketiak
C. Penyebab Abses Payudara
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal
(staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh
melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang
terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara.
Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami
subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
D. Pencegahan Abses Payudara
• Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit atau tidak
mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan.
Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan dengan arah jempol
diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik horizontal. Kemudian, gerakan ini di
ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa
kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu.
Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat
kehamilan.
• Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.
• Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D
• Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara
E. Penanganan Abses Payudara
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah,
biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri
menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga
yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah
putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan
infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah
menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih
inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya
akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling
abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih
lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa
menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung pada lokasi abses.
B. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus
aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
(biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan
paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada
beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara
berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air
susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan
penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati.
Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih
mudah mengalami infeksi.
Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui
beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum
tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang
lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh
manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa
menyebabkan terbentuknya abses.
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat
terjadinya infeksi.
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang
kurang.
Terdapat gangguan system kekebalan.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat
adanya infeksi payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama
menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara.
Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi
melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting.
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam
saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya
pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar
putting, bisa juga diseluruh payudara.
C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya
terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang
sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika
disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah
kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena
kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa
mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi à peradangan à
masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) à pengeluaran
susu terhambat à produksi susu normal à penyumbatan
duktus à terbentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika
tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau
biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah
menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk
menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses
pecah dengan sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang
abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa
infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan
yang keras.
E. PENANGANAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan,
suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi.
Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke
pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian
antibiotic biasanya sia-sia. Antibiotic bisa diberikan setelah
suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila
diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 –
20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu
pada payudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan
payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri
(misalnya acetaminophen atau ibuprofen) karena kedua obat
tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.
BAB III
K A S U S
Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta
kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada bahaya mengancam sang ibu.
Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang diderita Ny.Maria
Phasa hingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap kali
ia melihat bayinya.setiap kali ia menyusui banyinya ia merasa
kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari
1984 ini sebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan
dia memeriksakan sakitnya ke RS setempat,dan dokter
mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan
untuk segera diinsisi ..
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB.
I. DATA SUBYEKTIF
Biodata
Nama istri : Ny. M Nama suami : Tn. R
Umur : 26 th Umur : 31 thn
Agama : Katolik Agama : katolik
Pendidikan : SMA Pendidikan :
SMA
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa :
Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan :
Wiraswasta
Kawin : kawin Kawin : kawin
Umur kawin : 21 thun Umur kawin : 26 thun
Lama kawin : 5 tahun Lama kawin : 5 tahun
Alamat : Jakarta Barat Alamat : Jakarta
Barat
Keluhan Utama
Klien mengatakan payudaranya terasa sakit dan
membengkak sehingga tidak bisa menyusui bayinya.
Riwayat Menstruasi
a. Menarche Umur : 14 Tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 7 Hari
d. Banyaknya :
- Hari ke 1 – 2 = 3 Kotek penuh per hari
- Hari ke 4 – 7 = 2 kotek penuh per hari
e. Konsistensi :
- Hari ke 1 – 2 = kental ada gumpalan
- Hari ke 4 – 7 = encer dan tidak ada gumpalan
f. Warna :
- Hari ke 1 – 2 = Merah Tua
- Hari ke 3 – 6 = merah segar
g. Bau : khas, tidak berbau busuk
Dysmenorhoe : Ada biasanya pada hari pertama tidak selalu terjadi,
rasa nyeri pada perut yang masih normal tidak sampai
menyebabkan pingsan
i. Flour Albus : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak
bau
j. HPHT : 15-3-2010
k. HPL : 22-12-2010
l. UK : 9 bulan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
4 RIWAYAT PERSALINAN, NIFAS SEKARANG
Sumi ke
Hamil ke
Persalinan NifasUmur anak
sekarang
L / P
UKH / M
Tempat persalin
an
Penolong
penyulit
Lama nifas
Kelainan
KBMenyus
ui
1 1 L 9 bln H BPS Bidan - 7 hariAbses
mamaetidak Tidak 7 hari
Riwayat persalinan saat ini
Persalinan berlangsung normal tanpa indikasi ditolong oleh
bidan rinda. Bayi lahir tanggal 13 Desember 2010, jam 13.00
WIB. Jenis kelamin laki-laki. BB 3000 gram PB 48 cm, AS 6-8,
tidak ada kelainan konginental, anus ada.
Riwayat imunisasi
Imunisasi : imunisasi TT sebelum menikah 1 kali dan TT
kedua setelah kehamilan 2 minggu
Obat-obatan : Fe, Kalk. Vitamin
He
Kebutuhan nutrisi ibu hamil, seperti :
Dianjurkan minum susu hamil
Banyak makan buah-buahan
Perlunya ANC atau pemeriksaan kehamilan yang rutin, untuk
mengetahui kesehatan ibu dan janin
Kegunaan pemberian imunisasi TT yaitu mencegah terjadinya
infeksi tetanus
Personal hygiene
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
1. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Tidak ada penyakit menular
seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid.
2. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Tidak ada penyakit menurun ( Herediter )
seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi
3. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Tidak ada penyakit menahun (kronis)
seperti TBC, Asma.
4. Apakah pernah menderita infeksi virus?
Tidajk pernah menderita infeksi virus lain
Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
5. Apakah klien pernah mempunyai alergi terhadap
makanan/minuman,obat-obatan?
Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
6. Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi:
IYA/TIDAK?
Tidak pernah kecelakaan atau operasi
Riwayat kesehatan suami atau keluarga
1. Apakah pernah menderita penyakit menurun?
Tidak ada penyakiit herediter atau keturunan.
Contoh : DM (Diabetes mellitus), Hipertensi.
2. Apakah pernah menderita penyakit menular?
Tidak ada penyakit menular
Contoh : Hepatitis, AIDS, Tipoid
3.Apakah pernah menderita infeksi virus?
Tidak ada virus lain Torch ( Toksoplasmosi Rubela
Citomegalovirus )
4. Apakah pernah menderita penyakit menahun?
Tidak ada penyakit Menahun
Contoh : Asma, TBC
5.Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi:
IYA/TIDAK?
Tidak pernah kecelakaan atau operasi
Keadaan Psiko-Sosial-Budaya
Psiko
Klien mengatakan ini kehamilan pertama,kehamilan diharapkan
tetapi klien merasa sedih karena tidak bisa menyusui bayinya.
Sosial
Hubungan klien dengan suami, keluarga, masyarakat dan
lingkungan sekitar baik. Klien tinggal bersama suami. Dalam
mengambil keputuisan saling memberi masukan secara
bijaksana
Budaya
Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan
yang berbau amis.
Pola kegiatan sehari-hari
Pola Nutrisi
a. Selama hamil
Makan : 3 x 1 hari dengan menu nasi, sayur-sayuran,
lauk pauk,tahu,tempe,daging/ikan dan buah.
Porsi : 1 ½ piring
Minum : Air putih : 6 gelas / hari
Teh hangat : 1 gelas / hari (pagi hari)
b. Selama nifas
Makan : 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk
(tahu dan tempe) dan buah.
Porsi : 1 piring
Minum : Air putih : 7 Gelas / hari
Susu : 2 gelas / hari (untuk ibu hamil)
Pola eliminasi
a. Selama hamil
BAB : 1 kali / hari rutin
BAK : 5 Kali / hari
b. Selama nifas
BAB : 1 Kali / hari
BAK : 9 Kali / hari
Pola aktivitas
a. Selama hamil
Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri
Nyapu
Ngepel
Mencuci piring
Mencuci baju
b. Selama nifas
Klien melakukan kegiatan hanya memasak
Pola istirahat
a. Selama hamil
Siang : Tidur siang 2 jam,mulai 11.30-13.30 WIB
Malam : Tidur malam 8 jam,mulai 21.00-05.00 WIB
b. Selama nifas
Siang : Tidur siang 3 jam,mulai 11.00 - 14.00 WIB
Malam : Tidur malam 10 jam , mulai 20.00 – 06.00 WIB
Pola Personal Hygene
a. Selama Hamil
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali /
2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 2 x /hari.
b. Selama nifas
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1
kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 3
x/hari.
Pola Seksualitas
a. Selama hamil
Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan
hal-hal yang dapat membahayakan kandungannya seperti
kecacatan.
b. Selama nifas
Belum pernah melakukan hubungan seksual.
Ketergantungan
Selama hamil
Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan
tertentu, tidak minum jamu-jamuan
II. DATA OBYEKTIF
Kedaan umum : lemas
Kesadaran : Composmentis/sadar
Postur tubuh : normal
Cara berjalan : tegak
Tinggi Badan : 157 cm
Berat badan sekarang : 49 Kg
Lila : 24 cm
TTV (Tanda Tanda Vital)
Suhu : 38º C
Nadi : 70-80 x per menit normalnya
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Respirasi : 20 x per menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tekstur rambut, warna hitam dan tidak
bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi, tidak
ada benjolan.
Muka : Tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada
chloasma gravidarum.
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda,
palpebra tidak oedema, sclera putih keabu-abuan.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
Mulut dan gigi : Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada
ingus, tidak ada caries, gusi tidak ada ginggivitas, tidak ada
stomatitis.
Telinga : Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada
serumen.
Leher : Tidak ada bekas operasi, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.
Payudara : Tidak Simetris terjadi pembengkakan,
payudara berwarna merah, terdapat pus.
Aksila : terdapat benjolan.
Abdomen : tidak ada bekas luka SC
Genetalia : Genetalia bersih, lochea berwarna merah
Anus : Bersih, tidak ada luka dan tidak ada
hemoroid.
Ekstrimitas atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada
penyakit kulit, kuku bersih
Ekstrimitas bawah : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada
penyakit kulit, kuku bersih
Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
ada bendungan vena jugularis.
Payudara : payudara membengkak,terjadi nyeri tekan
Abdoment : TFU : 2-3 jari dibawah pusat
Auskultasi
Dada : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur,
jelas
Perut : tidak dilakukan
Kesimpulan :
Ny . M, K/U lemah, P1001, Post partum hari ke 7 dengan abses mamae
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
DATA DASAR DIAGNOSA / MASALAH
DS : Klien mengatakan bahwa setelah bayi lahir tidak bisa
menyusui bayinya dikarenakan payudaranya sakit dan
membengkak.
DO :
Keadaan umum : lemahKesadaran : composmentis
TTV (Tanda Tanda Vital)
Suhu : 38º C
Nadi : 70-80 x per menit
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Respirasi : 20 x per menit
Abdoment : TFU: 2-3 jari dibawah pusat
tidak simetris,terjadi pembengkakan payudara sebelah,terdapat
pus,terdapat nyeri tekan.
Diagnosa P 1001, Postpartum hari ke 7dengan abses
mamae.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Kebutuhan ASI bayi terpenuhi. Bengkak dan sakit pada mamae ibu berkurang
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN
PENANGANAN SEGERA KONSULTASI DAN KOLABORASI
Berkolaborasi dengan dokter anak dan dokter SpOG
VI. VII INTERVENSI, IMLPEMENTASI, EVALUASI
Dx/Mx/Keb. Tujuan / kriteria keberhasilan INTERVENSI
Dx:P 1001,
Postpartum hari ke 7 dengan abses mamae
Tujuan :Setelah dilakukan asuhan
Kriteria :pembengkakan dan sakit pada payudara dapat teratasi.
TTV : TD : 110/70-120/80 mmHg
N : 60-100 x /menit S: 38°C
RR: 16-20 x /menit
1. BHSPRasional :
Terjalin hubungan terapeutik antara petugas dengan klien
2Jelaskan keadaan ibu sekarang
Rasional :
Dengan mengetahui keadaanya saat ini
kx akan mengurangi kecemasan ibu dan
ibu tau penyebab penyakitnya
3 Yakinkan suami atau kelurga untuk
selalu memperhatikan ibu
Rasional:
Dengan memberikan perhatian lebih pada ibu maka kejiwaan ibu akan lebih tenang
4 Kompres air hangat payudara selama
15-20 menit, 4x sehari
Rasional:
Untuk mengurangi nyeri
5
6.
7.
8
9
Berikan obat pereda nyeri
Rasional:
Untuk mengurangi nyeri
Berikan paracetamol 500 mg tiap 4
jam sekli
Rasional :
Untuk menurunkan suhu tubuh
Lakukan insisi payudara pada px.
Rasional :
Untuk mengeluarkan pus,mengurangi
nyeri, dan mempercepat
penyembuhan
Kolaborasi dengan tim gizi dalam
pemberian diit
Rasional :
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan tim medis
Rasional :
Untuk menentukan terapi berikutnya
IMPLEMENTASI
Tanggal : 20-12-2010 / Pkl. 10.00 WIB
Dx/Mx/Keb. ImplementasiDx:
P1001 post partum hari ke 7 dengan Abses mamae
1. Melakukan komunikasi terapiutik kepada ibu dengan bahasa yangSopan agar ibu mau mengatakan semua keluhan yang ibu rasakan
2. Menjelaskan keadaan ibu sekarang bahwa keadaanya harus segara diobati dan memerlukan perawatan
3. Meyakinkan suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan
keluarga.
45..
Mengompres payudara selama 15 – 20 menit, 4x sehariMemberikan obat anti nyeri pada px
6.7.
8.
9.
Memberikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekaliMelakukan tindakan insisi pada payudara px
Melakukan kolaborasi dengan tim gizi Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
berikutnya
VII EVALUASITanggal : 21-12-2010 / Pkl. 15.00 WIB
Diagnosa/Mslh/Kebt. EvaluasiDx:
P1001, post partum hari ke 7 dengan abses mamae
S : Klien mengatakan payudaranya sakit dan membengkan
O : k/u : cukup
ibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A : P1001, post partum hari ke 7 dengan abses mammae
P : - Beri dukungan emosi ibu
- Yakinkan suami dan keluarga untuk selalu memperhatikan ibu
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Evaluasi
Tgl 22-12-2010, jam 08.00 WIB
Dx :P1001, post partum hari
ke 8 dengan abses mamae.
S : Klien mengatakan payudaranya masih sakit dan bengkak
O : k/u cukupibu bisa diajak komunikasi dengan baik
A : P1001, post partum hari ke 10 dengan abses mammae
P : Beri dukungan pada ibuYakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu
memperhatikan ibuKolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi
akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam
jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang
merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang
mengisi rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui
beberapa cara :
Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum
tidak steril.
Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh
manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa
menyebabkan terbentuknya abses.
Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan
oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika
disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah
kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses
akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih
karena kulit diatasnya menipis.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil,
malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa
mengandung nanah)
Gatal-gatal
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena.
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan,
suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan
insisi.
Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga
pemberian antibiotic biasanya sia-sia.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila
diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15 – 20 menit, 4 kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu
pada payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
B. Saran dan Kritik
Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha
semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah ini, untuk
itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca selalu
penulis harapkan demi penyusunan makalah-makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anemous www.google.com abses payudara
2. Diakses pada Tanggal 28 Desember 2008
Pukul 16.00 WIB
3. Soedigmarto, M.Prof.1979. Perawatan Ibu.Surabaya
4. Pardoko R.H.dr.MPH. 1978. Perawatan Anak di Pusat
Kesehatan. Surabaya
5. Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.