Aat LogamTailing

12
1 PREDIKSI PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DAN PENGUJIAN PELINDIAN SERTA KETERSEDIAAN (BIOAVAILABILITY) BEBERAPA LOGAM BERAT (Pb, Cu, Zn, Fe, Ni, Co, Cr, Mn, As) DALAM TAILING PENGOLAHAN EMAS. Retno Damayanti, Selinawati T. Darmutji Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp.: 022-630483, Fax.: 022-6003373 SARI Limbah padat terutama yang mengandung mineral sulfidis merupakan masalah lingkungan yang banyak dijumpai pada industri pertambangan karena berkaitan erat dengan pembentukan air asam tambang. Industri pertambangan emas di P. Wetar menampung limbah padatnya di suatu kolam penampungan yang memiliki luasan cukup besar. Pada penelitian ini akan dilakukan uji statik pembentukan air asam tambang dan uji ekstraksi untuk melihat pelindian dan ketersediaan logam dari limbah pengolahan bijih emas yang sudah dibuang di kolam penampungan limbah. Contoh tailing diambil dari berbagai lokasi di daerah penimbunan limbah padat. Selanjutnya pada contoh-contoh tersebut dilakukan pengujian standar untuk pembentukan air asam tambang antara lain penentuan net acid production potential (NAPP), net acid generation (NAG) dan juga kandungan sulfur. Untuk penelitian pelindihan dan ketersediaan logam, dilakukan uji ekstraksi dengan menggunakan larutan amonium asetat pada pH 5.5 dan campuran larutan EDTA 0.02 N dan amonium asetat 0.01 N. Hasil pengujian menunjukkan bahwa limbah padat yang terdapat dalam kolam penimbunan limbah sebagian dikatagorikan sebagai material pembentuk asam, material pembentuk asam kapasitas tinggi dan material yang berpotensi membentuk asam. Pb sebagai bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan bijih emas merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan terlindi hampir di semua lapisan tailing.

description

Aat LogamTailing

Transcript of Aat LogamTailing

Page 1: Aat LogamTailing

1

PREDIKSI PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DAN PENGUJIAN PELINDIAN SERTA KETERSEDIAAN (BIOAVAILABILITY) BEBERAPA LOGAM BERAT (Pb, Cu, Zn, Fe, Ni, Co, Cr, Mn, As) DALAM TAILING PENGOLAHAN EMAS. Retno Damayanti, Selinawati T. Darmutji Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Jl. Jend. Sudirman No. 623 Bandung 40211 Telp.: 022-630483, Fax.: 022-6003373 SARI Limbah padat terutama yang mengandung mineral sulfidis merupakan masalah lingkungan yang banyak dijumpai pada industri pertambangan karena berkaitan erat dengan pembentukan air asam tambang. Industri pertambangan emas di P. Wetar menampung limbah padatnya di suatu kolam penampungan yang memiliki luasan cukup besar. Pada penelitian ini akan dilakukan uji statik pembentukan air asam tambang dan uji ekstraksi untuk melihat pelindian dan ketersediaan logam dari limbah pengolahan bijih emas yang sudah dibuang di kolam penampungan limbah. Contoh tailing diambil dari berbagai lokasi di daerah penimbunan limbah padat. Selanjutnya pada contoh-contoh tersebut dilakukan pengujian standar untuk pembentukan air asam tambang antara lain penentuan net acid production potential (NAPP), net acid generation (NAG) dan juga kandungan sulfur. Untuk penelitian pelindihan dan ketersediaan logam, dilakukan uji ekstraksi dengan menggunakan larutan amonium asetat pada pH 5.5 dan campuran larutan EDTA 0.02 N dan amonium asetat 0.01 N. Hasil pengujian menunjukkan bahwa limbah padat yang terdapat dalam kolam penimbunan limbah sebagian dikatagorikan sebagai material pembentuk asam, material pembentuk asam kapasitas tinggi dan material yang berpotensi membentuk asam. Pb sebagai bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan bijih emas merupakan logam berat yang paling banyak ditemukan terlindi hampir di semua lapisan tailing.

Page 2: Aat LogamTailing

2

PENDAHULUAN Peningkatan kegiatan di bidang penambangan dan pengolahan mineral umumnya akan menimbulkan dampak negatif (disamping dampak positifnya) yang berupa peningkatan jumlah limbahnya. Limbah tambang ini dapat terjadi secara alami bila terbentuk sebagai akibat adanya sulfur di dalam batuan asalnya ataupun sebagai akibat pengaruh aktivitas manusia dari kegiatan proses pengolahan batuan tersebut. Limbah tambang yang berasal dari batuan yang mengandung mineral sulfidis biasanya akan bersifat asam dan dikenal sebagai air asam tambang. Sumber utama limbah asam ini terutama dari kegiatan konstruksi, pertambangan dan aktivitas-aktivitas lain terhadap batuan yang mengandung sulfida. Limbah asam ini terjadi terutama bila sulfur yang terikat dalam batuan tersebut membentuk H2SO4. Dengan demikian pH limbah akan menjadi sangat asam (rendah). Kondisi pH yang rendah dapat melarutkan logam-logam berat yang kemungkinan terkandung dalam batuan yang terdapat di sekitar lokasi limbah tersebut dibuang. Asam yang terbentuk ini akan sangat berpengaruh pada rencana revegetasi dan tahap akhir rehabilitasi kolam-kolam pengendapan dan daerah tambang itu sendiri. Pada kegiatan pertambangan pada umumnya, pengelolaan pembuangan limbah padatnya memerlukan suatu metode sistem pembuangan tertentu dan lokasi khusus. Dengan demikian akan diperoleh suatu pilihan tepat yang dapat diterapkan sesuai dengan kepentingan lingkungan. Lokasi pembuangan limbah tersebut (tailing pond) mempunyai berbagai pilihan praktis diantaranya: 1. Suatu lembah yang lebar dan dalam, lembah yang dangkal atau bahkan suatu dataran

yang kondisinya lebih rata. 2. Suatu lokasi yang mempunyai dampak lingkungan minimum terhadap daerah

pertemuan aliran sungai, air permukaan dan air tanah Berbeda dengan limbah padat yang berasal dari batu buang (batuan penutup tambang), limbah padat dari suatu proses pengolahan bijih umumnya dibuang dalam bentuk lumpur yaitu dengan cara dipompakan atau dialirkan secara gravitasi melalui pipa pembuangan ke kolam pembuangan. Permasalahan yang timbul kemudian adalah tentang bagaimana mengelola kolam pembuangan limbah apabila kegiatan pertambangan tersebut berakhir. Hal ini disebabkan oleh adanya kesulitan dalam memperkirakan kondisi kolam pembuangan itu sendiri. Keberadaan logam-logam berat dalam kolam pembuangan limbah merupakan masalah serius yang perlu dipikirkan karena logam-logam berat dalam konsentrasi yang cukup tinggi sangat berbahaya bagi kehidupan di sekitar lokasi kolam. Di samping itu tingkat ketidakpastian tentang penampakan kondisi kolam pembuangan seperti adanya interaksi yang cukup rumit antara berbagai variabel (mineralogi bijih, proses metalurgi yang digunakan, sifat-sifat limbahnya, sifat kimia efluen serta pengolahannya, iklim, kondisi geologi dan bawah permukaan, air tanah, rembesan dan faktor manusia) ikut menentukan dalam pengelolaan limbah padat pada kolam tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut pemantauan terhadap transpor logam-logam berat dari lokasi pembuangan limbah terutama tentang kemungkinan pembentukan air asam tambang. ketersediaan logam-logamnya

Page 3: Aat LogamTailing

3

seperti Pb, Cu, Zn, Fe, Ni, Co, Cr, Mn dan As serta kemungkinan terjadinya proses pelindian dari dalam tailing menjadi fokus penelitian ini. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan terhadap contoh padatan dari tailing pengolahan bijih emas. Metode penelitian yang dilakukan adalah: A. Analisis kandungan logam berat dalam batuan dengan alat AAS. B. Uji pelindian terhadap contoh padatan tailing dengan larutan NH4OAc pada pH 5.5 dan

waktu pengocokan 2 jam dan selanjutnya dilakukan analisis kandungan logam berat dalam ekstrak dengan alat AAS.

C. Uji ketersediaan logam-logam (metals bioavailability) terhadap contoh padatan tailing

dengan larutan campuran EDTA 0.02N dan NH4OAc 1N dengan waktu pengocokan 2 jam. Selanjutnya dilakukan analisis kandungan logam berat dalam ekstrak dengan alat AAS.

D. Uji statis untuk prediksi air asam tambang terhadap contoh padatan tailing yang

meliputi penentuan kandungan sulfur, MAP, NP, NAPP dan NAG Bahan Contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh tanah dari kolam pembuangan limbah pengolahan (tailing pond) yang berasal dari kegiatan PT. Prima Lirang Mining di Pulau Wetar. Contoh tersebut diambil dari berbagai lokasi (A, B, C, D, E, F, O dan P) dalam kolam tersebut dari berbagai kedalaman yaitu 0 – 20 cm, 20 – 50 cm, 50 – 100 cm dan 100 – 150 cm (Gambar 1). Contoh tersebut dikeringkan dan digerus kemudian diayak dengan ukuran - 200 mesh untuk analisis logam-logam beratnya. Percobaan pelindian logam-logam berat dilakukan terhadap contoh asal sebelum penggerusan.

Peralatan dan Reagen Penelitian Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari: • Labu erlemeyer 250 ml • Gelas piala • Corong gelas • Labu ukur 100 ml • Mesin pengocok • AAS Reagen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: • NH4OAc 0.5 N pH 5.5 • Campuran NH4OAc 1 N dan EDTA 0.02 N • HNO3 0.02 M

Page 4: Aat LogamTailing
Page 5: Aat LogamTailing

5

Gambar 1. Lokasi pengambilan contoh limbah padat di tailing dam

Page 6: Aat LogamTailing

6

PROSEDUR PENELITIAN Analisis Mineral Contoh Seperti pada analisis komposisi kimianya, untuk penentuan komposisi mineral padatan dengan cara XRD maka padatan asal kolam pembuangan limbah pengolahan, juga digerus hingga – 200 mesh. Analisis tersebut dilakukan hanya pada beberapa contoh tertentu yaitu contoh dari lokasi A pada kedalaman 0 – 20 cm, lokasi B pada kedalaman 20 – 50 cm, lokasi C pada kedalaman 50 – 100 cm dan lokasi D pada kedalaman 100 – 150 cm. Analisis dengan XRF yang dikerjakan hanya pada sebagian contoh mengingat analisis ini hanya dipakai sebagai pembanding terhadap analisis secara kimia. Analisis Kimia Contoh Contoh-contoh padatan asal kolam pembuangan limbah pengolahan emas di Pulau Wetar diteliti kandungan logam beratnya. Contoh padatan tersebut terlebih dulu digerus hingga – 200 mesh. Analisis logam-logam beratnya dilakukan dengan menggunakan peralatan AAS. Analisis Kimia Ekstrak Padatan • Contoh padatan asal sebanyak 5 gr diekstrak dengan 100 ml larutan NH4OAc 0.5N

pada pH 5.5 selama 2 jam kemudian diambil filtratnya. Selanjutnya filtrat ditentukan pH dan dianalisis kandungan logam beratnya dengan AAS

• Sejumlah 10 gr contoh padatan asal diekstrak dengan 100 ml larutan campuran EDTA 0.02 N dan NH4OAc 1N dengan waktu pengocokan 1 jam. Selanjutnya filtrat ditentukan pH dan dianalisis kandungan logam beratnya dengan AAS

Hasil analisis yang diperoleh setelah proses pelindian, pengujian bioavailability dan percobaan ekstraksi sekuensial dibandingkan dengan hasil analisis kandungan logam berat pada contoh sebelum proses ekstraksi. HASIL ANALISIS PERCOBAAN: Hasil analisis komposisi mineral padatan dengan XRD menunjukkan:

Tabel 1. Komposisi Mineral pada Contoh Padatan Tailing Pengolahan Emas

Komposisi Rumus Padatan Tailing

Mineral Kimia A B C D Barit x x x x Kuarsa x x x x Kalsit x x x x

Page 7: Aat LogamTailing

7

Hasil analisis kimia contoh padatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Hasil Pengamatan Pembentukan Air Asam Tambang

NO. CODE Stot,% APP ANC NAPP pH 1:2 N AG

pH 4.5 pH 7 1. A 0 -20 cm 2.33 71.36 20 51.36 7.35 2. A 20-50cm 1.88 57.58 64 -6.43 7.6 3. A 50-100 cm 1.15 35.22 17 18.22 8.09 4. A 100-150 cm 1.21 37.06 95 -57.94 7.97 5. B 0 -20 cm 2.03 62.17 23 39.17 7.1 6. B 20-50cm 1.87 57.27 17 40.27 7.37 7. B 50-100 cm 1.28 39.20 35 4.20 7.61 8. B 100-150 cm 1.94 59.41 30 29.41 7.58 9. C 0 -20 cm 1.44 44.10 88 -43.90 7.58 10. C 20-50cm 1.84 56.35 74 -17.65 7.72 11. C 50-100 cm 2.6 79.63 82 -2.38 7.72 12. C 100-150 cm 2.27 69.52 69 0.52 7.83 13. D 0 -20 cm 8.28 253.58 0 253.58 2.1 68 119.2 14. D 20-50cm 6.28 192.33 0 192.33 2.06 41.6 46.83 15. D 50-100 cm 3.23 98.92 0 98.92 4.35 21.1 23.71 16. D 100-150 cm 1.82 55.74 61 -5.26 7.71 17. E 0 -20 cm 2.3 70.44 0 70.44 4.05 2.09 22.99 18. E 20-50cm 2.16 66.15 64 2.15 7.43 19. E 50-100 cm 1.73 52.98 63 -10.02 7.7 20. E 100-150 cm 1.51 46.24 57 -10.76 8 21. F 0 -20 cm 1.88 57.58 67 -9.43 7.85 22. F 20-50cm 2.03 62.17 39 23.17 7.61 23. F 50-100 cm 2.36 72.28 64 8.27 7.77 24. F 100-150 cm 1.54 47.16 24 23.16 8.09 25. O 0 -20 cm 0.07 2.14 12 -9.86 6.77 26. O 20-50cm 0.02 0.61 10 -9.39 6.21 27. O 50-100 cm 0.02 0.61 18 -17.39 6.36 28. O 100-150 cm 0.03 0.92 10 -9.08 7.03 29. P 0 -20 cm 2.25 68.91 71 -2.09 7.35 30. P 20-50cm 1.5 45.94 40 5.94 7.37 31. P 50-100 cm 2.36 72.28 0 72.28 5.93 32. P 100-150 cm 1.56 47.78 71 -23.23 7.95

Page 8: Aat LogamTailing

8

Tabel 3. Konsentrasi Logam-Logam Dalam Tailing Pada Berbagai Kedalaman

Location Ba Fe Pb As Cu Zn Mn Co Cr Cd Ni % ppm

A 1 31.31 7.78 0.39 1152 157 149 93 30 18 14 8 A2 41.55 7.12 0.78 801 145 124 70 47 14 12 8 A3 33.77 2.9 0.93 1031 174 146 26 9 12 14 8 A4 45.88 3.84 0.81 1379 217 188 52 34 10 17 8 B1 29.06 8.08 0.01 863 181 132 74 34 12 12 8 B2 33.54 8.26 0.78 1287 196 163 78 34 10 12 8 B3 33.56 5.8 0.32 1041 134 116 81 26 18 4 8 B4 39.24 5.18 0.98 771 143 121 56 30 4 6 8 C1 27.48 5.84 0.03 1579 174 198 189 34 18 6 8 C2 28.98 6.94 0.40 1683 149 137 117 34 12 4 8 C3 23.37 8.7 0.41 350 191 154 100 34 4 6 8 C4 33.75 7.34 0.20 595 213 192 93 34 4 4 8 D1 34.22 6.04 0.05 510 102 23 15 56 4 2 8 D2 24.42 6.68 0.06 384 128 52 22 51 18 2 8 D3 39.80 6.15 0.01 370 251 230 63 56 18 6 8 D4 38.78 5.18 0.16 478 226 179 106 34 10 4 8 E1 26.08 7.56 0.53 709 166 96 41 34 8 4 8 E2 33.50 7.07 0.39 569 153 125 89 39 4 2 8 E3 37.89 7.34 0.30 660 206 163 78 34 16 2 8 E4 39.52 5.14 0.25 675 213 163 80 8 10 2 8 F1 27.89 7.38 0.03 1959 187 151 126 30 18 2 8 F2 26.96 9.58 0.45 1976 177 154 89 32 18 2 8 F3 30.56 8.26 0.30 1090 157 124 59 34 16 2 32 F4 29.70 6.11 0.38 575 187 200 96 30 18 4 8 P1 21.27 7.64 0.18 1452 153 134 126 30 6 6 8 P2 37.56 6.06 0.43 80 123 114 78 32 16 7 8 P3 39.24 6.5 0.82 80 132 97 22 34 4 7 8 P4 38.89 5.36 0.88 421 166 151 87 26 4 6 8 O1 0.44 5.14 0.01 17 68 141 1007 43 57 6 48 O2 0.22 5.01 0.01 34 60 127 952 39 57 8 44 O3 0.41 2.11 0.01 20 66 171 932 47 57 17 48 O4 0.51 4.92 0.01 80 60 104 833 39 57 12 32

Catatan: * : %-berat 1,2,3,4 : pengambilan contoh pada kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 50 cm, 50 – 100 cm

dan 100 – 150 cm A,B,C,D,E,F,O,P : Lokasi pengambilan contoh di tailing dam

Page 9: Aat LogamTailing

9

Tabel 4. Hasil Analisis Pelindian Logam Dengan Larutan NH4OAc 0.5 N Ph 5.5 Contoh

Tailing Pada Berbagai Kedalaman

Location Pb Fe As Cu Zn Mn Co % ppm

A1 0.33 0.02 3 7 2 - A2 0.29 - 2 7 4 2 A3 0.59 0.10 2 9 4 - A4 0.19 0.17 5 10 10 2 B1 0.21 0.04 2 6 3 B2 0.54 - 2 6 3 B3 0.29 0.16 2 7 3 B4 0.42 - 4 9 6 C1 0.052 1.4 2 15 9 2 C2 0.10 - 2 9 5 4 C3 0.069 0.02 2 6 16 4 D1 0.1 344 0.02 7 10 3 14 D2 0.22 8 - 2 12 14 14 D3 0.21 8 0.06 2 10 13 14 D4 0.18 - 0.03 2 9 7 3 E1 0.28 0.03 3 16 5 2 E2 0.096 0.01 2 11 4 - E3 0.29 - 4 7 13 2 E4 0.20 0.20 7 8 16 2 F1 0.047 0.64 1 6 5 2 F2 0.070 - 2 7 7 2 F3 0.15 - 4 8 10 - F4 0.28 0.16 3 14 16 - O1 - - - O2 - 1 - O3 - 1 - O4 1 1 - P1 0.077 0.08 1 8 6 2 P2 0.39 0.12 0.39 8 3 2 P3 0.41 - 2 7 23 3 P4 0.34 - 1 8 23 2

Catatan: * : %-berat 1,2,3,4 : pengambilan contoh pada kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 50 cm, 50 – 100 cm

dan 100 – 150 cm A,B,C,D,E,F,O,P : Lokasi pengambilan contoh di tailing dam

Page 10: Aat LogamTailing

10

Tabel 5.

Hasil Analisis Ketersediaan Logam Dalam Contoh Tailing Pada Berbagai Kedalaman

Location Pb Fe As Cu Zn Mn Co Cr Cd Ni % ppm

A1 0.70 24 0.9 14 26 8 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 A2 0.54 17 0.7 6 17 6 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 A3 1.54 21 48 7 30 8 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 A4 0.89 31 26 27 32 19 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 B1 0.46 27 0.36 7 17 8 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 B2 0.75 34 5.3 11 22 6 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 B3 0.80 22 4.3 8 29 10 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 B4 1.41 23 0.4 16 20 16 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 C1 0.01 11 14.9 5.5 27.5 9.5 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 C2 0.15 9.5 4.3 4 12 4 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 C3 0.13 10.5 0.65 4 10.5 18 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 C4 0.15 12.1 0.72 4 12.2 15 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 D1 0.01 6231 6.5 5.5 4 2 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 D2 0.01 4237 20.5 16.5 12.5 2.5 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 D3 <10-4 67 0.45 9 15.5 18 9.5 <0.05 <2.08 <0.23 D4 0.08 57 0.15 8.5 11.5 10 1 <0.05 <2.08 <0.23 E1 0.27 20 0.05 3.5 18.5 6.5 2 <0.05 <2.08 <0.23 E2 0.12 10.5 3 3 15.5 4.5 2 <0.05 <2.08 <0.23 E3 0.13 20.5 4.3 4 7 6.5 2.5 <0.05 <2.08 <0.23 E4 0.1 11.5 11.5 10.5 11.5 15 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 F1 0.01 13.5 9 6 11.5 4 2 <0.05 <2.08 <0.23 F2 0.16 27.5 14.5 6.5 10.5 8.5 2 <0.05 <2.08 <0.23 F3 0.13 20 6.5 7 10.5 10 2 <0.05 <2.08 <0.23 F4 0.17 18.5 0.95 8 24.5 17 1.5 <0.05 <2.08 <0.23 O1 0.002 61.5 0.3 5 3.5 73.5 1 <0.05 <2.08 <0.23 O2 0.002 73 0.15 5.5 3 75.5 1 <0.05 <2.08 <0.23 O3 0.001 44 < 0.02 4.5 2.5 62.5 0.5 <0.05 <2.08 <0.23 O4 0.004 35 < 0.02 3.5 2 88.5 0.5 <0.05 <2.08 <0.23 P1 0.09 8 4.05 2.5 12.5 6 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 P2 0.22 9.5 0.2 3.5 12 4 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 P3 0.41 20.5 0.15 2 7 4 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23 P4 0.44 12 2.65 4 12.5 20 <0.05 <0.05 <2.08 <0.23

Catatan: * : %-berat 1,2,3,4 : pengambilan contoh pada kedalaman 0 – 20 cm, 20 – 50 cm, 50 – 100 cm

dan 100 – 150 cm A,B,C,D,E,F,O,P : Lokasi pengambilan contoh di tailing dam

Page 11: Aat LogamTailing

11

PEMBAHASAN Komposisi mineral yang utama dalam limbah padat yang diteliti adalah barit (BaSO4), kuarsa (SiO2) dan kalsit (lihat Tabel 1). Hasil pengujian pembentukan air asam tambang memperlihatkan kandungan sulfur tertinggi ditemukan pada lokasi D yaitu antara 3..23 – 8.28 % (Tabel 2.), sedangkan lokasi lain konsentrasi sulfur total ini berkisar antara 1.15 – 2.36 %. Kurang lebih 50 % dari contoh yang dianalisis merupakan material yang berpotensi membentuk asam dengan nilai NAPP berkisar antara 0.52 – 253.58 kg H2SO4/ton. Berdasarkan data NAPP dan NAG terlihat bahwa pada beberapa lokasi di penimbunan tailing yakni lokasi D (3 buah) dan lokasi E (1 buah), merupakan materi pembentuk asam dengan kapasitas rendah dan tinggi. Namun demikian tidak semua lokasi pengambilan contoh terindikasi sebagai materi pembentuk asam. Sebagian materi limbah padat di lokasi A, C, D, E dan P dikatagorikan sebagai bahan bukan pembentuk asam. Logam-logam berat seperti Pb, Cu, Zn, Fe, Ni, Co, Cr, Mn, As terindentifikasi dalam tailing pengolahan bijih emas dengan konsentrasi yang bervariasi Tabel 2. Barium (Ba), besi (Fe), timah hitam (Pb) dan arsen (As) menunjukkan konsentrasi yang cukup tinggi yakni masing-masing 21.27 – 45.88 %, 2.9 – 9.58 %, 0.01 – 0.98 % dan 80 – 1976 ppm. Konsentrasi Pb yang cukup tinggi tersebut berasal dari kegiatan pengolahan bijih emas yang dalam prosesnya memang menambahkan PbO2 sedangkan konsentrasi Ba yang cukup tinggi berasal dari bijihnya sediri yang memang mengandung mineral barit. Distribusi fraksi Pb makin tinggi pada lokasi yang semakin dalam. Hal ini diperkirakan akibat adanya proses oksidasi reduksi di bagian permukaan tailing dam dan adanya segregasi logam-logam berat tersebut akibat berat atom yang semakin besar. Logam-logam As, Cu, Zn dan Mn juga menunjukkan pola yang sama dengan Pb. Pengujian pelindian dengan amonium asetat pada suasana pH 5.5 menunjukkan Pb terlindi cukup besar yaitu antara 0.07 – 0.59 %. Hampir semua logam berat terlindi pada pengujian ini kecuali Ba dan Cr. Hal ini karena pada pelindian dengan larutan buffer amonium asetat pada pH 5.5 dan dengan interfensi proses pengocokan selama kurang lebih 1 jam yang dilakukan di laboratorium, logam-logam tersebut secara sengaja diekstrak dari limbah padat tersebut. Keadaan ini menyebabkan kontak antara permukaan partikel limbah padat dengan larutan pelindi berlangsung lebih efektif karena terjadi pada luas permukaan yang semakin besar yang mengakibatkan logam-logam berat yang terlarutpun menjadi semakin banyak. Hasil pengujian pelindian pada pH 5.5 dapat dilihat pada Tabel 3 Pengujian ketersediaan logam-logam berat menunjukkan Pb dominan ada dalam contoh-contoh tailing sehingga apabila revegetasi di lahan penimbunan tailing ini akan dilaksanakan perlu perlakuan khusus untuk mengurangi konsentrasi Pb tersebut agar tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk logam-logam selain Pb konsentrasinya masih dapat ditolerir.

Page 12: Aat LogamTailing

12

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tailing pengolahan bijih emas di lokasi penimbunan mempunyai kecenderungan

membentuk air asam tambang. Dari beberapa contoh tailing yang diambil, kurang lebih 50 % berpotensi membentuk asam dengan nilai NAPP berkisar antara 0.52 – 253.58 kg H2SO4/ton.

2. Material limbah padat dalam tailing dam ini mengandung logam berat yang cukup

tinggi diantaranya Pb dan As masing-masing dengan konsentrasi berkisar antara 0.01 – 0.98 % dan 80 – 1976 ppm. Berdasarkan pengujian pelindian dengan larutan asetat pH 5.5, logam Pb paling banyak terlindi dan ketersediaannya dalam contoh tailing juga sangat besar.

3. Kondisi ini perlu diperhatikan mengingat adanya kecenderungan material tailing untuk

membentuk asam dengan pH yang akan lebih rendah dari pH larutan pelindi di laboratorium, sehingga pelindian alami di lokasi penimbunan ini dapat diantisipasi.

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Djuarsih (Penyelia Laboratorium Kimia Mineral - Puslitbang tekMIRA) yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian ini dan Bapak M. Lutfi (Perekayasa di Kelompok Program Teknologi Lingkungan Pertambangan – Puslitbang tekMIRA) yang telah membantu dalam penggambaran peta lokasi pengambilan contoh untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Hester, R.E., R.M. Harrison, Mining and its Environmental Impact, seri no. 1 2. Tessler, A., P.G.C. Campbell and M. Bisson, Sequential Extraction Procedure for the

Speciation of Particulate Trace Metals, Analyt. Chem., 51, 844-750 (1979). 3. Lackovic, J.A., N.P. Nikolaidis, P. Chheda and R. Carley, Technical Report ERI-96.04,

Environmental Research Institute, The University of Connecticut, 1996. 4. Darmutji, S.T., R. Damayanti and Djuarsih, Karakterisasi Lingkungan Limbah Padat

Proses Sianidasi Bijih Emas.