A

10
A. Takhri>j Hadis tentang Nikah Siri Mengetahui kedudukan hadis sangat penting, namun untuk mengetahui itu yang pertama yang dilakukan adalah melalukan takhrij hadits agar supaya diketahui letak sebuah hadis. Terkait dengan permasalahan tentang nikah siri. Maka penulis memakai kata وا ن عل اdari kata tersebut maka penulis mendapati dengan menggunakan penjelasan A.J. Wensinck mengenai letak dari masing- masing hadis tersebut dalam karyanya "al-Mu'jam al-Mufahrasli Alfa>z} al- h}Adi>s\ al-Nabawi>": dari kata وا ن علا, yaitu: اح ك ن اح: ت ك ن ل ا ا ذ وا ه ن ل ع ا6 م ح اح, ك ه ن , ج[ 7 ] berikut hadis-hadis yang dimaksud: Imam Ahmad اَ نَ " ثَ ّ ذ َ حَ ال َ قَ ) ونُ ار َ هْ ) نِ م اَ نَ 4 اُ هُ تْ عِ مَ سَ وِ َ ّ ذ اْ نَ عَ الَ ق ٍ وفُ رْ عَ مُ ) نْ بُ ) ونُ ارَ ا هَ نَ " ثَ ّ ذَ حِ ذ ْ نَ عِ ) نْ بِ رِ م ا َ عْ ) نَ عُ ّD يِ F شَ رُ قْ ل اِ دَ وْ سَ 4 ْ الُ ) نْ بِ َ ّ اُ ذْ نَ عD يِ P نَ F ثَ ّ ذَ حَ الَ قٍ بْ هَ وُ ) نْ بِ َ ّ اُ ذْ نَ عَ ال َ قَ مَ ّ لَ سَ وِ هْ D تَ لَ عُ َ ّ ي اَ ّ لَ صَ ّD يِ نَ ّ ن ل اَ ّ ) نَ 4 اِ هD تِ Z ثَ 4 اْ ) نَ عِ رْ D يَ Z بُ ّ ز ل اِ ) نْ بِ َ ّ ا اح َ كِ ّ ن ل وا اُ نِ لْ عَ 4 ا[ 8 ]

Transcript of A

Page 1: A

A.  Takhri>j Hadis tentang Nikah Siri

Mengetahui kedudukan hadis sangat penting, namun untuk mengetahui itu yang pertama

yang dilakukan adalah melalukan takhrij hadits agar supaya diketahui letak sebuah hadis. Terkait

dengan permasalahan tentang nikah siri. Maka penulis memakai kata اعلنوا dari kata tersebut

maka penulis mendapati dengan menggunakan penjelasan A.J. Wensinck mengenai letak dari

masing-masing hadis tersebut dalam karyanya "al-Mu'jam al-Mufahrasli Alfa>z} al-h}Adi>s\ al-

Nabawi>": dari kata اعلنوا, yaitu:

: نكاح ت النكاح هذا , 6اعلنوا حم, نكاح [7]جه    berikut hadis-hadis yang

dimaksud:

  Imam Ahmad

ع�ت�ه� م� ه� و�س� د الل ال� ع�ب� وف� ق� ع�ر� ون� ب�ن� م� ار� د ث�ن�ا ه� ح�ال� ه� ب�ن� و�ه�ب� ق� د� الل د ث�ن�ا ع�ب� ال� ح� ون� ق� ار� �ن�ا م�ن� ه� أ

ر� ب�ن� ام� ي& ع�ن� ع� ش� ر� د� ال�ق� و� �س� د ث�ن�ي ع�ب�د� الل ه� ب�ن� األ� ح�ه� ل ى الل ن الن ب�ي ص�

ب�يه� أ�� ر� ع�ن� أ ب�ي� ع�ب�د� الل ه� ب�ن� الز&

ال� ل م� ق� [8]�.أ�ع�ل�ن�وا الن5ك�اح ع�ل�ي�ه� و�س�

Page 2: A

  Imam at-Turmidzi

حدثنا أحمد بن منيع حدثنا يزيد بن هارون أخبرنا - عيسى بن ميمون األنصاري عن القاسم بن محمد عن عائشة قالت : قال رسول الله صلى الله

هذا النكاح واجعلوه في أعلنوا عليه و سلم[9]بالدفوف.المساجد واضربوا عليه

  Imam Ibn Majah

حدثنا نصر بن علي الجهضمي والخليل بن عمرو . قاال حدثنا عيسى بن يونس عن خالد بن إلياس عن ربيعة بن أبي عبد الرحمن عن القاسم عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال

[10]هذا النكاح واضربوا عليه بالغربال( أعلنوا)

          Hadis di atas dalam penelitian penulis hanya diriwayatkan oleh tiga Imam Hadis, yaitu

imam Ahmad bin Hanbal, Imam Ibn Majah serta Imam at-Turmidzi. Sejauh yang penulis pahami

hadis yang tersebut tidak diriwayatkan oleh Imam-Imam hadis yang lain, seperti Bukhari,

Muslim, Abu Daud maupun yang lain.

            Hadis yang berbicara tentang nikah siri secara langsung dalam penelitian penulis tidak

mendapati dalam literatur hadis. Oleh karena itu, dipahami adanya nikah siri oleh karenamafhum

mukha>lafah dari hadis   ح اعلنوا  النكا  bermakna nikah siri. Jadi, nampaknya pada masa

Rasulullah saw itu tidak ada pernikahan siri. Terlebih lagi jika diperhatikan bahwa hadis tersebut

tidak didapati akan  adanya Asbab al-Wurud. Nikah siri dikenal setelah ada negara/pemerintahan

yang mengharuskan pencatatan secara administratif. Sebab pemerintah menganggap orang yang

tidak melakukan pencatatan nikah, maka itu digolongkan sebagai nikah siri. Penulis secara

pribadi memahami bahwa sekiranya tidak adalah aturan negara tentang kewajiban pencatatan

nikah maka mungkin tidak dikenal yang namanya nikah siri.  

A’linu> al-Nika>h, berarti tampakkanlah kepada khalayak ramai akan acara pernikahan

yang diselenggarakan, menampakkan kebahagiaan sekaligus membedakan dengan acara-acara

lainnya.]11[

Page 3: A

وروى أحمد وغيره عن ابن حاطب: )فصل مابينالحالل والحرام الضرب بالدف(

Artinya:“Yang membedakan antara acara pernikahan yang halal dan yang haram, adalah adanya tabuhan rebana. ]12[

Secara mendasar, tidak dilihat dari tabuhan rebananya, melainkan yang menjadi hal

mendasar adalah upaya untuk menyebarluaskan berita tentang acara pernikahan yang

diselenggarakan.]13[ Kata A’linu> yang dalam bentuk Amar  mengandung kemungkinan makna

wajib atau anjuran saja. Jika dimaknai sebagai amar maka itu berarti bahwa pernikahan harus

diumumkan kepada khalayak ramai sebagai sebuah kewajiban, namun jika dimaknai sebagai

anjuran saja berarti itu bukan sebagai kewajiban ini berarti mengumumkan pernikahan bukanlah

sebuah kewajiban oleh agama.   

B.   Pandangan Ulama tentang Nikah Siri.

Istilah nikah siri atau nikah yang dirahasiakan memang sudah dikenal di kalangan ulama.

Hanya saja nikah siri di kenal pada masa dahulu berbeda pengertiannya dengan nikahsiri dapat

saat ini. Dahulu yang dimaksud dengan nikah siri yaitu nikah yang sesuai dengan rukun-rukun

nikah dan syaratnya menurut syari’at, hanya saja saksi diminta tidak memberitahukan terjadinya

nikah tersebut kepada khalayak ramai, kepada masyarakat, dan dengan sendirinya tidak

ada walimah al-‘Ursy.

Menurut terminologi fikih Maliki, nikahsiri ialah:

, منزل اهل ولو عة جما عن او امراته عن مكتمه الشهود الزوج فيه صي يو الذي هوArtinya:“Nikah yang atas pesan suami, para saksi merahasiakannya untuk istrinya atau jamaahnya, sekalipun keluarga setempat.[14]

Mazhab Maliki tidak membolehkan nikah siri. Perkawinannya dapat dibatalkan, dan

kedua pelakunya dapat dilakukan hukuman had (dera rajam), jika telah terjadi hubungan seksual

antara keduanya dan diakuinya atau dengan kesaksian empat orang saksi. Mazhab Syafi’i dan

Hanafi juga tidak membolehkan nikahsiri. Menurut Hambali, nikah yang telah dilangsungkan

menurut ketentuan syariat Islam adalah sah, meskipun dirahasiakan oleh kedua mempelai, wali

dan para saksinya. Hanya saja hukumnya makruh. Menurut suatu riwayat, Khalifah  Umar  bin

al-Khattab pernah mengancam pelaku nikahsiri dengan hukuman had.]15[

Page 4: A

Nikah siri menurut terminologi fikih tersebut adalah tidak sah, sebab selain bisa

mengundang fitnah juga bertentangan dengan hadis nabi saw:

: : سلم و عليه صليالله الله رسول ل قا عنه الله رضي لك ما بن انس عن ( . ري البخا رواه بشاة ولو لم         او

Artinya:            Adakanlah walimah sekalipun dengan hidangan seekor kambing.[16]

            Di kalangan ulama sendiri,  nikahsiri masih diperdebatkan, sehingga susah untuk

menetapkan bahwa nikahsiri itu sah atau tidak. Hal ini dikarenakan masih banyak ulama dan

juga sebagaian masyarakat yang menganggap bahwa nikah siri lebih baik dari perzinahan.

Padahal kalau dilihat dari berbagai kasus yang ada, nikah siri tampak lebih banyak menimbulkan

kemudharatan daripada manfaatnya.

            Dari nikah siri yang mereka lakukan, tidak sedikit yang akhirnya bermasalah terutama

bagi pihak wanita, seperti yang dihadapi oleh pedangdut Machica Muchtar beberapa waktu silam

yang meributkan hak asuh Iqbal, putra dari hubungan antara Machica Muchtar dan Moediono.

Saat itu Machica dan putranya Iqbal 16 tahun tak pernah lagi bertemu dengan Mordiono dan

tidak mendapatkan haknya sebagai anak kandung baik materi maupun kasih sayang. Begitu juga

Annisa Bahar mengaku saat ditanya soal fenomena pernikahan siri yang dilakukan beberapa artis

di tanah air, menurutnya pernikahan siri merugikan, Annisa berujar:“Jangan mau dinikahi siri deh, menyakitkan banget. Kalau mau ya nikah secara sah sekalian dari agama dan negara, jangan mau diajak nikah siri meskipun diiming-iming harta, semua itu palsu”.[17]

Ulama terkemuka yang membolehkan nikah dengan cara siri itu adalah Dr. Yusuf

Qardawi salah seorang pakar muslim kontemporer terkemuka di Islam. Ia berpendapat bahwa

nikah siri itu sah selama ada ijab kabul dan saksi.]18[

Nikah siri yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini adalah nikah yang

dilakukan oleh wali dan wakil wali dan disaksikan oleh para saksi, tetapi tidak dilakukan

dihadapan petugas pencatat nikah sebagai aparat resmi pemerintah atau tidak dicatatkan di

Kantor Urasan Agama bagi yang beragama Islam atau Kantor Catatan Sipil bagi yang bukan

beragama Islam. Bahkan, terdapat pula nikahsiri yang juga tidak diketahui yang menjadi wali

dan saksinya.

Page 5: A

Dadang Hawari, mengharamkan nikahsiri, KH. Tochri Tohir berpendapat lain. Ia menilai

nikahsiri sah dan halal, karena islam tidak pernah mewajibkan sebuah nikahharus dicatatkan

secara negara. Menurut Tohir, nikahsiri harus dilihat dari sisi positifnya, yaitu upaya untuk

menghindari Zina. Namun ia juga setuju dengan pernyataan Dadang Hawari bahwa saat ini

memang ada upaya penyalahgunaan nikahsiri hanya demi memuaskan hawa  nafsu. Menurutnya,

nikahsiri semacam itu, tetap sah secara agama, namun perkawinannya menjadi tidak berkah.]19[

            Menurut Prof. Wasit Aulawi seorang pakar hukum Islam Indonesia, mantan Direktur

Pembinaan Badan Peradilan Agama yang juga mantan Dekan Fakultas Syariah UIN Jakarta,

menyatakan bahwa ajaran Islam, nikahtidak hanya merupakan hubungan perdata, tetapi lebih

dari itu nikahharus dilihat dari berbagai aspek. Paling tidak menurutnya ada tiga aspek yang

mendasari perkawinan, yaitu: agama, hukum dan sosial, nikahyang disyariatkan Islam

mengandung ketiga aspek tersebut, sebab jika melihat dari satu aspek saja maka pincang.]20[

            Quraish Shihab mengemukakan bahwa betapa pentingnya pencatatan nikahyang

ditetapkan melalui undang-undang di sisi lain nikahyang tidak tercatat-selama ada dua orang

saksi-tetap dinilai sah oleh hukum agama, walaupun nikahtersebut dinilai sah, namun

nikahdibawah tangan dapat mengakibatkan dosa bagi pelakunya, karena melanggar ketentuan

yang ditetapkan oleh pemerintah. Al-Qur’an memerintahkan setiap muslim untuk taat pada u>lul

amri selama tidak bertentangan dengan hukum Allah. Dalam hal pencatatan tersebut, ia bukan

saja tidak bertentangan,tetapi justru sangat sejalan dengan semangat al-Qur’an.]21[

C.   Rukun dan Syarat Nikah

Kehidupan bersuami istri yang dibangun melalui lembaga perkawinan, sesungguhnya

bukanlah semanta-mata dalam rangka penyaluran hasrat biologis. Maksud dan tujuan nikahjauh

lebih luas dibandingkan sekedar hubungan seksual. Bahkan apibila dipandang dari aspek

religius,pada hakekatnya nikahadalah salah satu bentuk pengabdian kepada Allah. Karena itu,

nikahyang sarat nilai dan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga

yang sakinah mawaddah wa rahmah, perlu diatur dengan syarat dan rukun tertentu agar tujuan

disyariatkannya nikahtercapai.

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang menyangkut

dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung

arti yang sama dalam hal keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan.]22[

Page 6: A

Sahnya suatu nikah dalam Islam adalah dengan terlaksananya akad nikah yang memenuhi

rukun]23[ dan syarat-syaratnya]24[.  Untuk sahnya perkawinan, para ulama telah merumuskan

sekian banyak rukun dan syarat, yang mereka pahami dari ayat-ayat al-Qur’an maupun hadis

Nabi Swa. Adanya calon suami isteri, wali, dua orang saksi, mahar serta terlaksananya ijab

kabul merupakan rukun atau syarat yang rinciannya dapat berbeda antara seorang ulama/mazhab

dengan mazhab lain.

Imam Malik berpendapat bahwa Rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:

a.       Wali dari pihak perempuan

b.      Mahar (mas kawin)

c.       Calon pengantin laki-laki

d.      Calon pengantin perempuan

e.       Sighat akad nikah.]25[

Menurut Imam Syafi’i bahwa rukun nikah itu lima:

a.       Calon pengantin laki-laki

b.      Calon pengantin perempuan

c.       Dua orang saksi

d.      Sighat akad nikah.]26[

Menurut Imam Hanafi bahwa rukun nikah itu hanya ijab kabul saja (yaitu akad yang

dilakukan oleh pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki).]27[

Selanjutnya rukun dan syarat sahnya nikahsecara umum dapat dirinci sebagai berikut:

1.      Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. Syarat Islam menentukan

beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad ulama, syarat-syarat

calon suami meliputi:

a.       Calon suami beragama Islam

b.      Terang bahwa calon suami itu betul-betul laki-laki

c.       Orangnya diketahui dan tertentu

d.      Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.

e.       Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calo istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya.

f.        Calon suami rela untuk melakukan nikahitu.

g.      Tidak sedang melakukan ihram

Page 7: A

h.      Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.

i.        Tidak sedang mempunyai istri empat.

Syarat-syarat calon istri perempuan:

a.       Beragama Islam atau ahli kitab

b.      Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa

c.       Wanita itu tentu orangnya

d.      Halal bagi calon suami

e.       Wanita itu tidak dalam ikatan nikahdan tidak masih dalam iddah

f.        Tidak dipaksa/Ikhtiyar

g.      Tidak dalam keadaan ihram hati atau Umrah.

2.      Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

Syarat-syarat wali sebagai berikut:

a.       Laki-laki

b.      Muslim

c.       Baligh

d.      Berakal sehat

e.       Adil

f.        Tidak dipaksa

g.      Tidak sedang menunaikan ihram haji

3.      Adanya dua orang saksi

Syarat-syarat saksi adalah:

a.       Laki-laki

b.      Muslim

c.       Baligh

d.      Berakal sehat

e.       Merdeka

f.        Adil

g.      Tidak dipaksa

h.      Dapat mendengar dan melihat

i.        Memahami bahasa yang dipergunakan dalam ijab kabul

Page 8: A

j.        Tidak sedang menunaikan ihram haji

4.      Sighat akad nikah, yaitu ijab kabul.

Syarat-syarat ijab kabul meliputi:

a.       Ada ungkapan penyerahan nikah dari wali (ijab)

b.      Ada ungkapan penerimaan nikah dari mempelai laki-laki (kabul)

c.       Menggunakan kata-kata/lafaz atau tazwij

d.      Diungkapkan dalam satu majelis, dan tidak boleh ada jarak yang lama antara ijab kabul yang

merusak kesatuan akad

e.       Ijab kabul harus tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat membatasi masa

berlangsungnya perkawinan, karena nikahitu ditujukan untuk seumur hidup.

f.        Pelaku ijab kabul tidak sedang melakukan ihram haji.]28[

Semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan harus ada dalam suatu nikah

adalah: akad nikah, laki-laki dan perempuan yang akan kawin, wali dari mempelai perempuan,

saksi menyaksikan akad perkawinan, mahar atau mas kawin.]29[ Ini berarti bahwa nikah siri

menjadi bahan perbedaan ulama tentang status sah tidaknya bagi yang melakukannya.