A k a l a s i A

download A k a l a s i A

of 25

Transcript of A k a l a s i A

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    1/25

    A K A L A S I APENDAHULUAN

    Akalasia merupakan suatu keadaan khas yang ditandai dengan tidak adanya peristaltis

    korpus esophagus bagian bawah dan sfingter esophagus bagian bawah (SEB) yang hipertonik

    sehingga tidak bisa mengadakan relaksasi secara sempurna pada waktu menelan makanan.

    Secara histopatologik kelainan ini ditandai oleh degenerasi ganglia pleksus mienterikus.

    Akibat keadaan ini akan terjadi stasis makanan dan selanjutnya akan timbul pelebaran

    esophagus. Keadaan ini akan menimbulkan gejala dan komplikasi tergantung dari berat dan

    lamanya kelainan yang terjadi. Secara klinis akalasia dibagi dalam akalasia primer dan

    akalasia sekunder yang dihubungkan dengan etiologinya.(1)

    Akalasia dikenal dengan akalasia esophagus, akalasia cardiac, kardiospasme,

    aperistataltik esophageal merupakan gangguan pada esophagus. Lapisan otot yang tipis dari

    esophagus kehilangan peristaltic normal (kemampuan otot untuk menggerakkan makanan ke

    bagian bawah esophagus), dan segmen bagian bawah esophagus gagal/tidak mengalami

    relaksasi untuk menelan.(2)

    Akalasia biasanya menyerang pada orang dewasa. Sfingter cardiac mengalami

    konstriksi dan menyebabkan obstruksi yang menghambat turunnya makanan ke bawah

    (lambung) sehingga menyebabkan esophagus berdilatasi serta penebalan otot esophagus.

    Pengaruh saraf otonom pada otot esophagus mengalami kelainan, namun hal ini belum

    diketahui pasti penyebabnya.(3)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    2/25

    Akalasia di tandai oleh disfagi (sulit menelan), regurgitasi (makanan kembali ke atas)

    dan ada kemungkinan terjadi pneumonia aspirasi.(3)

    I N S I D E N dan E P I D E M I O L O G I

    Insidens terjadinya akalasia adalah 1 dari 100.000 jiwa pertahun dengan perbandingan

    jenis kelamin antara pria dan wanita 1 : 1. Akalasia lebih sering ditemukan orang dewasa

    berusia 20 - 60 tahun dan sedikit pada anak-anak dengan persentase sekitar 5% dari total

    akalasia.(4)

    Akalasia adalah gangguan pada esophagus yang mengakibatkan suatu keadaan sulit

    menelan baik itu makanan padat maupun cair. Sekitar 70% pasien dengan akalasia disertai

    pula regurgitasi (aliran balik) makanan. Nyeri dada juga biasa disertai dengan akalasia.

    Walaupun bisa menyerang pada anak-anak dan dewasa, namun dari kasus-kasus yang didapat

    kebanyakan adalah pada usia pertengahan tahun keatas. Keadaan semakin berat ketika otot

    sfingter esophagus (letaknya antara esophagus dan lambung) tidak relaksasi maksimal seperti

    yang seharusnya, yang mana akan menyebabkan makanan sulit untuk melewati esophagus ke

    lambung. Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti.(5)

    Penyakit ini relative jarang dijumpai. Dari data Divisi Gastroenterologi, Departemen

    Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM didapatkan 48 kasus dalam kurun waktu 5 tahun (1984-

    1988). Sebagian besar kasus terjadi pada umur pertengahan engan perbandingan jenis kelamin

    yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan laporan-laporan penulis lain. Di Amerika Serikat

    ditemukan sekitar 2000 kasus akalasia setiap tahun, sebagian besar pada usia 25-60 tahun dan

    sedikit pada anak-anak. Dari suatu penelitian internasional didapatkan bahwa angka kematian

    kasus ini dari 28 populasi yang berasal dari 26 negara didapatkan angka kematian tertinggi

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    3/25

    tercatat di Selandia Baru dengan angka kematian standar 259 sedangkan yang terendah

    didapatka dengan angka kematian standar 0. Angka kematian ini diperoleh dari seluruh kasus

    akalasia baik primer maupun sekunder.(1)

    Kelainan ini tidak diturunkan dan biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun hingga

    menimbulkan gejala.(1)

    E T I O L O G I

    Akalasia disebabkan oleh gagalnya gerakan peristaltic normal serta relaksasi pada

    segmen bawah sfingter esophagus. Penyebabnya belum diketahui tapi kemungkinan pengaruh

    neurogenik. Pasien akalasia biasanya pada usia pertengahan tahun dan disertai gejala disfagia

    (kesulitan menelan). Regurgitasi makanan dan aspirasi juga mungkin terjadi.(6)

    Esophagus terdiri dari otot dan saraf. Saraf bertugas pada relaksasi dan pembukaan

    sfingter seperi gelombang peristaltic pada bagian badan esophagus. Akalasia memiliki efek

    pada keduanya yaitu otot dan saraf di esophagus, bagaimanapun efek pada saraf dipercaya

    adalah penyebab yang paling utama. Pada awalnya, inflamasi dapat terlihat dibawah

    mikroskop pada otot bagian bawah esophagus, terutama yang disekeliling persarafan. Seiring

    berembangnya penyakit, saraf mengalami degenerasi (penurunan) dan lama-lama menghilang,

    dan saraf tersebut yang memepngaruhi relaksasi dari sfingter esophagus. Kemudian setelah itu

    sel-sel otot juga ikut mengalami degenerasi, mungkin karena kerusakan dari saraf yang

    mempersarafi esophagus. Akibat kejadian ini adalah sfingter bawah tidak bisa relaksasi dan

    otot pada esophagus segmen bawah tidak dapat memproduksi gelombang peristaltic. Seiring

    waktu, badan dari esophagus tertarik (otot menipis) dan menjadi sangat lebar (berdilatasi).(7)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    4/25

    Akalasia mungkin disebabkan oleh kegagalan fungsi (malfungsi) dari saraf-saraf yang

    mengelilingi kerongkongan dan mempersarafi otot-ototnya.(8)

    Penyebab akalasia belum diketahui. Ada teori berpendapat disebabkan oleh infeksi,

    herediter, dan sistem imun yang tidak normal yang menyebabkan tubuh penderita

    menghancurkan esofagusnya sendiri (penyakit autoimun).(7)

    A N A T O M I

    Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan

    garis tengah 2 cm. Terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung Esofagus terletak

    posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang

    pada diafragma tepat anterior terhadap aorta.(4)

    Hubungan anatomi topografi esofagus

    (1)esofagus, (2)trakea, (3)bronkus kanan, (4)bronkus kiri, (5)arkus aorta, (6)diafragma,

    (7)hiatus eofagus, (8)segmen abdominal esofagus, (9)kardia gaster, (10)fundus gaster.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    5/25

    Otot esofagus bagian sepertiga atas adalah otot rangka yang berhubungan erat dengan

    otot-otot faring sedangkan dua pertiga bawah adalah otot polos yang terdiri dari otot sirkuler

    dan otot longitudinal seperti yang terdapat pada organ saluran cerna yang lain.Berbeda dengan

    bagian saluran cerna yang lain, bagian luar esofagus tidak memiliki lapisan serosa ataupun

    selaput peritonium melainkan terdiri atas jaringan ikat jarang yang menghubungkan esofagus

    dengan struktur-struktur yang berdekatan.(4)

    Esofagus mengalami penyempitan di tiga tempat yaitu setinggi cartilago cricoideus pada

    batas antara faring dan esofagus, rongga dada bagian tengah akibat tertekan lengkung aorta

    dan cabang bronkus utama kiri, serta pada hiatus esofagus diafragma. (4)

    Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter. Krikofaringeus membentuk sfingter

    bagian atas yang terdiri dari serabut-serabut otot rangka. Sfingter esofagus bagian bawah

    ,walaupun secara anatomis tidak nyata ,bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar

    terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus.(4)

    Gambaran serat otot sfingter esofagus bagian

    bawah.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    6/25

    Distribusi darah esofagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai oleh cabang-

    cabang a. thyroidea inferior dan a. subclavia. Bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang

    segmental aorta dan a.bronkiales, sedangkan bagian subdiafragmatika disuplai oleh a.gastrika

    sinistra dan a. frenica inferior.(4)

    Aliran darah vena juga melalui pola segmental. Vena-vena esofagus bagian leher

    mengalirkan darah ke v.azygos dan v. Hemiazygos sedangkan vena-vena esofagus bagian

    subdiafragmatika masuk ke dalam v.gastrica sinistra.(4)

    Persarafan utama esofagus dilakukan oleh serabut-serabut simpatis dan parasimpatis

    dari sistim saraf otonom. Serabut saraf simpatis dibawa oleh n. vagus. Selain serabut saraf

    ekstrinsik, terdapat jala-jala serabut saraf intramural intrinsik di antara lapisan otot sirkuler

    dan longitudinal ( pleksus mienterikus Auerbach ) dan pleksus Meissner yang terletak pada

    submukosa esofagus.(4)

    P A T O F I S I O L O G I

    Neuropatologi

    Beberapa macam kelainan patologi dari akalasia telah banyak dikemukakan. Beberapa

    dari perubahan ini mungkin primer (misal : hilangnya sel-sel ganglion dan inflamasi

    mienterikus), dimana yang lainnya (misal : perubahan degeneratif dari n. vagus dan nucleus

    motoris dorsalis dari n. vagus, ataupun kelaianan otot dan mukosa) biasanya merupakan

    penyebab sekunder dari stasis dan obstruksi esofagus yang lama. (9)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    7/25

    Kelainan pada Innervasi Ekstrinsik

    Saraf eferen dari n. vagus, dengan badan-badan selnya di nukleus motoris dorsalis,

    menstimulasi relaksasi dari LES dan gerakan peristaltik yang merupakan respon dari proses

    menelan. Dengan mikroskop cahaya, serabut saraf vagus terlihat normal pada pasien akalasia.

    Namun demikian, dengan menggunakan mikroskop elektron ditemukan adanya degenerasi

    Wallerian dari n. vagus dengan disintegrasi dari perubahan aksoplasma pada sel-sel Schwann

    dan degenarasi dari selubung myelin, yang merupakan perubahan-perubahan yang serupa

    dengan percobaan transeksi saraf.(9)

    Kelainan pada Innervasi Intrinsik

    Neuron nitrergik pada pleksus mienterikus menstimulasi inhibisi disepanjang badan

    esofagus dan LES yang timbul pada proses menelan. Inhibisi ini penting untuk menghasilkan

    peningkatan kontraksi yang stabil sepanjang esofagus, dimana menghasilkan gerakan

    peristaltik dan relaksasi dari LES. Pada akalasia, sistem saraf inhibitor intrinsik dari esofagus

    menjadi rusak yang disertai inflamasi dan hilangnya sel-sel ganglion di sepanjang pleksus

    mienterikus Auerbach.(9)

    Kelainan Otot Polos Esofagus

    Pada muskularis propria, khususnya pada otot polos sirkuler biasanya menebal pada

    pasien akalasia. Goldblum mengemukakan secara mendetail beberapa kelainan otot pada

    pasien akalasia setelah proses esofagektomi. Hipertrofi otot muncul pada semua kasus, dan

    79% dari specimen memberikan bukti adanya degenerasi otot yang biasanya melibatkan

    fibrosis tapi termasuk juga nekrosis likuefaktif, perubahan vakuolar, dan kalsifikasi distrofik.

    Disebutkan juga bahwa perubahan degeneratif disebabkan oleh otot yang memperbesar suplai

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    8/25

    darahnya oleh karena obstruksi yang lama dan dilatasi esofagus. Kemungkinan lain

    menyebutkan bahwa hipertrofi otot merupakan reaksi dari hilangnya persarafan.(9)

    Kelainan pada Mukosa Esofagus

    Kelainan mukosa, di perkirakan akibat sekunder dari statis luminal kronik yang telah

    digambarkan pada akalasia. Pada semua kasus, mukosa skuamosa dari penderita akalasia

    menandakan hiperplasia dengan papillamatosis dan hiperplasia sel basal. Rangkaian p53 pada

    mukosa skuamosa dan sel CD3+ selalu melebihi sel CD20+, situasi ini signifikan dengan

    inflamasi kronik, yang kemungkinan berhubungan dengan tingginya resiko karsinoma sel

    skuamosa pada pasien akalasia.(9)

    Kelainan Otot Skelet

    Fungsi otot skelet pada proksimal esofagus dan spingter esofagus atas terganggu pada

    pasien akalasia. Meskipun peristaltik pada otot skelet normal tetapi amplitude kontraksi

    peristaltik mengecil. Massey dkk. juga melaporkan bahwa refleks sendawa juga terganggu. Ini

    menyebabkan esofagus berdilatasi secara masif dan obstruksi jalan napas akut.(9)

    Kelainan Neurofisiologik

    Pada esofagus yang sehat, neuron kolinergik eksftatori melepaskan asetilkolin

    menyebabkan kontraksi otot dan meningkatkan tonus LES, dimana inhibisi neuron NO/VIP

    memediasi inhibisi sehingga mengbambat respon menelan sepanjang esofagus, yang

    menghasilkan gerakan peristaltik dan relaksasi LES. Kunci kelainan dari akalasia adalah

    kerusakan dari neuron inhibitor postganglionik dari otot sikuler LES.(9)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    9/25

    D I A G N O S I S

    GAMBARAN KLINIS

    Gejala klinis :

    Disfagia

    Nyeri dada

    Muntah yang makin lama makin berat

    Nyeri dada retrosternal

    Berat badan menurun.(10)

    Gejala utama akalasia berupa disfagia yang sering diperburuk oleh stress emosional

    ataupun makan yang terburu-buru. Penderita mula-mula mengeluh terasa ditikam oleh bolus

    makanan, resa penuh terasa di bagian bawah sternum. Sifatnya pada permulaan hilang timbul

    yang dapat terjadi bertahun-tahun sebelum diagnosis ditegakkan. Serangan ini datang

    berulang kali dan makin sering. Pasien akan makan secara perlahan-lahan dan selalu minum

    yang banyak. Gejala ini didapatkan pada 90% kasus.(4)

    Gejala lain yang sering didapatkan adalah regurgitasi pada sekitar 70% kasus.

    Regurgitasi ini berhubungan dengan posisi pasien dan sering terjadi pada malam hari oleh

    karena adanya akumulasi makanan pada esofagus yang melebar. Hal ini berhubungan dengan

    posisi berbaring pasien. Sebagai tanda bahwa regurgitasi berasal dari esofagus adalah pasien

    tidak merasa asam atau pahit.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    10/25

    Penurunan berat badan merupakan gejala ketiga yang sering ditemukan. Hal ini

    disebabkan pasien takut makan akibat timbulnya odinofagi. Bila keadaan ini berlangsung

    lama akan dapat terjadi kenaikan berat badan kembali karena pelebaran esofagus akibat

    retensi makanan. Keadaan ini akan meningkatkan tekanan hidrostatik yang akan melebihi

    tekanan sfingter esofagus bagian bawah. Gejala ini berlangsung dalam 1-5 tahun sebelum

    diagnosis ditegakkan dan ditemukan pada 50% kasus.(4)

    Sekitar 25 50 % kasus dengan disfagia juga disertai dengan nyeri dada yan biasanya

    tidak begitu dirasakan oleh pasien. Sifat nyeri dengan lokasi substernal dan dapat menjalar ke

    belakang . bahu, rahang, dan tangan yang biasanya dirasakan bila minum air dingin.(4)

    Gejala lain yang dapat ditemukan adalah komplikasi retensi makanan dalam bentuk

    batuk-batuk dan pneumonia aspirasi. Pemeriksaan fisis tidak banyak membantu dalam

    menentukan gejala objektif yang nyata.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    11/25

    GAMBARAN RADIOLOGI

    Pada pemeriksaan dengan foto polos dada akan menunjukkan gambaran kontur ganda di

    atas mediastinum bagian kanan, seperti mediastinum melebar dan adanya gambaran batas

    cairan udara (air fluid level ) tampak retrocardia yang didapatkan pada pasien stadium lanjut.

    (4)

    Foto toraks posisi PA dan lateral menunjukkan gambaran esofagus yang

    mengalami dilatasi dengan air fluid level.(4)

    Gambaran gelembung udara dalam lambung akan berkurang akibat volume udara yang

    melewati sfingter esofagus bagian bawah berkurang.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    12/25

    Pada pemeriksaan dengan barium kontras terlihat gambaran penyempitan dan stenosis

    pada kardia esofagus dengan dilatasi esofagus bagian proksimal. Pada akalasia berat akan

    terlihat dilatasi esofagus, sering berkelok-kelok dan memanjang dengan ujung distal yang

    meruncing disertai permukaan yang halus memberikan gambaran paruh burung ( birds beak

    appearrance ). Bagian esofagus yang berdilatasi tampak hipertropi dengan dinding yang

    menipis dan pada stadium lanjut menunjukkan tanda elongasi.(4)

    Pemeriksaan Barium Meal. Setelah di masukkan zat kontras tampak

    dilatasi esophagus di bagian proksimal dan penyempitan pada efofagus

    bagian distal yang memberikan gambaran birds beak appearance.(11)

    Pada pemeriksaan dengan fluoroskopi terlihat tidak adanya kontraksi korpus esofagus.

    Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah skintigrafi dengan memberikan makanan yang

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    13/25

    mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan dilatasi esofagus tanpa kontraksi. Di

    samping itu, terdapat pemanjangan waktu pemindahan makanan ke dalam lambung akibat

    gangguan pengosongan esofagus.(4)

    Pada kebanyakan pasien, dengan pemeriksaan esofagoskopi ditemukan gambaran

    mukosa normal, kadang-kadang didapatkan hiperemia ringan difus di bagian distal esofagus.

    Juga didapatkan gambaran bercak putih pada mukosa, erosi dan ulkus akibat retensi makanan.

    Dengan pemeriksaan ini dapat disingkirkan kelainan karena striktur atau keganasan.

    Endoskopi pada akalasia selain untuk diagnosis juga dapat membantu terapi,sebagai alat

    pemasangan kawat penunjuk arah sebelum tindakan dilatasi pneumatik.(4)

    Beberapa gambar berikut merupakan gambaran foto radiologis yang diambil dari

    seorang pasien yang menderita akalasia. Pasien berumur 79 tahun dan sudah pernah operasi

    penyambungan arteri koronaria

    Gambar pertama posisi PA dan gambar kedua foto thorax lateral memperlihatkan

    gambaran dilatasi esophagus dengan air fluid level pada level klavikula dextra yang terlihat

    pada gambaran posteroanterior dan disertai perubahan lokasi trakea pada gambaran foto

    lateral. Celah kawat sternalis dan klip vascular berasal dari operasi penyambungan arteri

    koronaria sebelumnya. Gambar ketiga merupakan foto CT-Scan yang memperlihatkan bahan

    kontras, sisa-sisa makanan, dan udara serta tanda dilatasi esophagus. Gambar keempat

    merupakan gambaran CT-Scan memperlihatkan gambaran dilatasi esophagus.(12)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    14/25

    FOTO KONVENSIONAL

    FOTO POLOS THORAX PA

    Foto thorax posteroanterior memberikan gambaran dilatasi

    esophagus yang lama/berat ditandai dengan air fluid level pada level

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    15/25

    clavicula dextra. Gambaran celah kawat dan klip vascular berasal

    dari penyambungan arteri koronaria sebelumnya.(12)

    FOTO KONVENSIONAL

    FOTO POLOS LATERAL

    .

    Pasien yang sama, foto lateral dada memberikan gambaran

    pohon trakeobronkial. Memperlihatkan dilatasi esophagus yang

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    16/25

    berat/lama disertai perpindahan posisi trakea. Celah kawat

    sternalis dank lip vascular berasal dari penyambungan arteri

    koronaria sebelumnya.(12)

    FOTO CT (COMPUTED TOMOGRAPHY)

    CT-SCAN THORAX POTONGAN TRANSVERSAL

    Pada pasien yang sama, foto CT menunjukkan kontras, sisa

    makanan, dan udara disertai tanda dilatasi esophagus.(12)

    CT-SCAN THORAX POTONGAN CORONAL

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    17/25

    Pasien yang sama CT menunjukkan gambaran dilatasi

    esophagus tampak pada potongan coronal.(12)

    PATOLOGI ANATOMI

    Sekarang secara umum diterima bahwa pada akalasia primer terjadi penurunan

    persarafan inhibitorik intrinsic sfingter esophagus bawah dan segmen otot polos badan

    esophagus. Akalasia sekunder dapat terjadi akibat prosses patologikyang mengganggu fungsi

    esophagus. Contoh klasik adalah penyakit chagas, yang disebabkan oleh Trypanosoma cruzi,

    yang menyebabkan destruksi pleksus mienterikus esophagus, duodenum, kolon, dan ureter.

    Namun, pada sebagian besar kasus akalasia terjadi sebagian besar kasus akalasia terjadi

    sebagai gangguan primer yang etiologinya tidak di ketahui. Autoimunitas dan riwayat infeksi

    virus diajukan sebagai hipotesis, tetapi masih belum dibuktikan.(13)

    Pada akalasia primer terjadi dilatasi progresif esophagus diatas sfingter esophagus

    bawah. Dinding esophagus mungkin memiliki ketebalan normal, lebih daripada normal

    karena hipertrofi otot, atau sangat menipis akibat dilatasi. Ganglion mienterikus biasanya

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    18/25

    tidak idtemukan di korpus esophagus, tetapi mungkin berkurang atau normal jumlahnya di

    regio sfingter esophagus bawah. Peradangan di lokasi mienterikus esophagus merupakan

    tanda patognomonik penyakit. Walaupun akalasia bukan suatu penyakit mukosa, statis

    makanan dapat menyebabkan peradangan mukosa dan ulserasi yang terletak proksimal dari

    sfingter esophagus bawah.(13)

    Gambaran histopatologik akalasia ditandai dengan degenerasi ganglia pleksus Auerbach

    yang mengatur motilitas esofagus. Selain itu, terjadi dilatasi dan hipertrofi esofagus.(4)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    19/25

    Ketiadaan ganglia pada pleksus Auerbach di gastro-esophageal junction.

    a)tampak sedikit infiltrasi limfosit. b) inflamasi ringan pleksus mienterikus

    Auerbach. Infiltrasi sedang limfosit, sel ganglion dapat teridentifikasi. c)

    inflamasi sedang : tampak infiltrasi limfosit. Hilangnya sel ganglion. d) Radang

    berat mienterikus dengan gambaran limfosit banyak.(4)

    D I A G N O S I S B A N D I N G

    Diagnosis banding akalasia primer adalah akalasia sekunder seperti adenokarsinoma

    gaster yang meluas ke esophagus, karsinoma paru (sel oat), sarcoma sel reticulum, karsinoma

    pankreas. Penyakit chagas juga dapat memberikan gambaran akalasia, akan tetapi biasanya

    disertai megakolon, megaureter dan penyakit miokardial. Scleroderma juga dapat memberikan

    gambaran seperti akalasia akan tetapi gangguannya hanya pada kontraksi saja tanpa gangguan

    SEB.(1)

    P E N G O B A T A N

    Obat-obatan diberikan sebelum makan untuk membantu dalam merelaksasi sfingter

    esophagus. Jika gejala klinis tidak menunjukkan perubahan, endoskopi balon dilatasi dengan

    bougienage dapat membantu. Pertolongan terakhir adalah operasi (Hellers myotomy) untuk

    membuka sfingter.(14)

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    20/25

    Hellers myotomi

    Titik radiograf dari double kontras GI series memperlihatkan gambaran balon pada

    dinding posterior distal esophagus (arah panah) dan gambaran kantong pada dinding anterior.

    Mukosa esophagus licin/halus. Dari proksimal esophagus ke daerah operasi mengalami

    dilatasi dari akalasia yang sudah lama. Gambaran ekstrinsik dari diafragma dari esophagus

    teridentifikasi (panah).(12)

    P R O G N O S I S

    Pasien akalasia mempunyai respon yang baik terhadap pengobatan. Sehingga bila

    ditangani secara dini, prognosis pasien baik. Komplikasi yang paling sering muncul pada

    akalasia yang lama adalah karsinoma esofagus.(4)

    Suatu laparascopic Heller myotomy memberikan basil yang sangat baik dalam

    menghilangkan gejala pada sebagian besar pasien dan seharusnya lebih baik dilakukan

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    21/25

    daripada pneumatic dilatation apabila ada ahli bedah yang tersedia. Obat-obatan dan toksin

    botulinum sebaiknya digunakan hanya pada pasien yang tidak dapat menjalani pneumatic

    dilatation dan laparascopic Heller myotomy. Follow-up secara periodik dengan menggunakan

    esofagoskopi diperiukan untuk melihat perkembangan tejadinya kanker esofagus.(9)

    HALAMAN PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

    Nama : Siti Suleha Umar

    No. stb : 110.205.0029

    Judul refarat : Akalasia

    Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

    radiologi falkultas kedokteran universitas hasanuddin.

    Makassar, 15 Desember 2009

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    22/25

    Penguji Konsulen Pembimbing

    ( ) (dr. Sri Asriyani, Sp.Rad) ( dr. Yusuf )

    Mengetahui

    Ketua Bagian Radiologi

    Fakultas Kedokteran Unhas

    (Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad)Nip. 131 857 063

    D A F T A R P U S T A K A

    1 Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Akalasia. Dalam : Buku

    Ajar Ilmu Penyakit Dalam I. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam : 2006. Hal. 320-321

    2 Park W, Vaezi M. Achalasia. [Online] Desember 8th , 2009. [Cited : Desember 9th ,

    2009.] . Available from URL : http://www.en.wikipedia.org

    3 Waugh A, Grant A. Anatomy and Physiology in Health and Illness. 9 th edition. Spain :

    Churchill Livingstone : 2001. p. 322

    4 Tandiarrang A. Akalasia. [Online] Desember 14th, 2009. [Cited : Desember 14th, 2009.].

    Available from URL : http://www.prematuredoctor.blogspot.com

    5 Chicago U. Achalasia. [Online] Desember 8th, 2009. [Cited : Desember 9th, 2009.].

    Available from URL : http://www.universityofchicagomedicalcenter.com

    http://www.en.wikipedia.org/http://www.prematuredoctor.blogspot.com/http://www.universityofchicagomedicalcenter.com/http://www.en.wikipedia.org/http://www.prematuredoctor.blogspot.com/http://www.universityofchicagomedicalcenter.com/
  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    23/25

    6 Howlett DC, Ayers B. The Hands-on Guide to Imaging. 1 st Edition. Massachusetts :

    Blackwell : 2004. p. 60

    7 Marks, Jay W, Lee, Dennis. Achalasia. [Online] Desember 8th, 2009. [Cited : Desember

    9th, 2009.]. Available from URL : http://medicinenet.com

    8 Suparyanto SD. Akalasia. [Online] Desember 8th, 2009. [Cited : Desember 9th, 2009.].

    Available from URL : http://www.medicastrore.com

    9 Ashari I. Akalasia. [Online] Desember 18th, 2009. [Cited : Desember 20th, 2009.].

    available from URL : http://www.irwanashari.blogspot.com

    10 Suparyanto. Akalasia. [Online] Desember 8

    th

    , 2009. [Cited : Desember 9

    th

    , 2009.].

    Available from URL : http://www.drsuparyanto.blogspot.com

    11 Eastman GW, Wald C, Crossin J. Gastrointestinal Radiology. In : Getting Started in

    Clinical Radiology. 1st Edition. New York : Thieme : 2006. p. 184

    12 Elsevier. Achalasia. [Online] Desember 8th, 2009. [Cited : Desember 9th, 2009.].

    available from URL : http://www.imagingconsult.com

    13 Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Rongga Mulut dan Saluran Gastrointestinal. Dalam :

    Buku Ajar Patologi II. Edisi 7. EGC : 2007. Hal. 617

    14 Eisenberg RL, Johnson NM. Comprehensive radiographic pathology. 4th Edition.

    Philadelphia : Mosby Saunders : 2007. p. 176

    http://medicinenet.com/http://www.medicastrore.com/http://www.irwanashari.blogspot.com/http://www.drsuparyanto.blogspot.com/http://www.imagingconsult.com/http://medicinenet.com/http://www.medicastrore.com/http://www.irwanashari.blogspot.com/http://www.drsuparyanto.blogspot.com/http://www.imagingconsult.com/
  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    24/25

    BAGIAN RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    REFARAT

    Makassar, 21 Desember 2009

    A K A L A S I A

    DISUSUN OLEH

  • 8/3/2019 A k a l a s i A

    25/25

    SITI SULEHA UMAR

    110.205.029

    PEMBIMBINGdr. YUSUF

    KONSULEN

    dr. SRI ASRIYANI, Sp. Rad

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

    PADA BAGIAN ILMU RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2009