M A K A L A H

22
M A K A L A H ILMU PENDIDIKAN SOSIAL Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Sosial Oleh : 1. Ani Sumarni 2. Wagini 3. Katrunnada 4. Sholikatun 5. Damianus Ngabung 6. Alicia Falcatarini 7. Wahyuni Risdianti

Transcript of M A K A L A H

Page 1: M A K A L A H

M A K A L A H

ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ilmu Pendidikan Sosial

Oleh :

1. Ani Sumarni2. Wagini3. Katrunnada4. Sholikatun5. Damianus Ngabung6. Alicia Falcatarini7. Wahyuni Risdianti

I

Page 2: M A K A L A H

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat

menyelesaikan makalah tentang MASALAH SOSIAL SEBAGAI INSPIRASI

PERUBAHAN (KASUS KEMISKINAN) dan UPAYA PEMECAHANNYA.

Dalam makalah ini saya membahas lebih dalam tentang MASALAH SOSIAL SEBAGAI

INSPIRASI PERUBAHAN (KASUS KEMISKINAN) dan UPAYA PEMECAHANNYA.

Mulai dari latar belakang kemiskinan hingga upaya untuk mengatasi kemiskinan di

Indonesia.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari baik. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat saya harapkan.

Samarinda, 04 April 2011

Penyusun

ii

Page 3: M A K A L A H

Daftar isi

Halaman Depan……………………………………………………………………………… i

Kata Pengantar……………………………………………………………………….……… ii

Daftar Isi…………….…………………………………………………………………….… iii

I. MASALAH SOSIAL SEBAGAI INSPIRASI PERUBAHAN (KASUS

KEMISKINAN) DAN UPAYA PEMECAHANNYA

A. INTENSITAS DAN KOMPLEKSITAS MASALAH

-  Pendahuluan……………………………………………………………………………….. 1

-  Definisi Kemiskinan……………………………………………………………………….. 2

B. LATAR BELAKANG MASALAH

- Penyebab Kemiskinan……………………………………………………………………… 3

C. PENANGANAN MASALAH BERBASIS MASYARAKAT

- Penanganan masalah berbasis masyarakat………………………………………………… 4

D. UPAYA PENANGANAN MASALAH……………………………………………..…. 5

E. PENUTUP

- Kesimpulan .....................…………………………………………………………………. 11

- Referensi ...............................................................................................................................12

iii

Page 4: M A K A L A H

BAB 1

MASALAH SOSIAL SEBAGAI INSPIRASI PERUBAHAN (KASUS KEMISKINAN) DAN UPAYA PEMECAHANNYA

A. Intensitas dan Kompleksitas Masalah

1. Pendahuluan

Di dalam masalah kemiskinan terkait dengan konsep standar hidup, pendapatan, distribusi

pendapatan, stratifikasi sosial, struktur sosial dan bentuk diferensiasi sosial yang lain. Di

dalam pengukuran tingkat kemiskinan, konsep taraf hidup (level of living) misalnya, tidak

cukup dilihat dari sudut pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat faktor pendidikan,

kesehatan, perumahan dan kondisi sosial yang lain. Kenyataan  tersebut mengakibatkan

pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan juga bervariasi.Masalah

sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang

membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang

ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan

kelompok atau masyarakat.Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang

mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi

sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial

dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh

masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :

1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.

2. Faktor Budaya   : Perceraian, kenakalan remaja, dll.

3. Faktor Biologis  : Penyakit Menular , Keracunan, dll.

4. Faktor Psikilogis : Penyakit syaraf , aliran sesat , dll.

Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat

peraturantentangakan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis, dan

1

Page 5: M A K A L A H

pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat yang berkaitan

dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat

(KUR).

Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang

dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan

salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan

program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman

masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering disampaikan

mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan

yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.

Melihat kenyataan tersebut, usaha untuk memahami dan kemudian menangani berbagai

masalah sosial tadi akan mempunyai dampak yang sama dengan usaha untuk mempercepat

laju proses perubahan itu sendiri. Ibaratnya orang mendorong mobil, usaha menghilangkan

gunduk-gundukan tanah di jalan yang menghambat jalannya mobil, mempunyai pengaruh

yang sama terhadap laju jalannya mobil dibandingkan apabila harus menambah jumlah orang

yang mendorong mobil tersebut.

2. Definisi Kemiskinan

Pengertian konvensional kemiskinan hanya berdimensi tunggal: pendapatan kurang,

distribusi kekayaan tidak merata, menyebabkan seseorang atau keluarga tidak mampu

memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupan sehari-hari. Parameter pokok untuk mengetahui

kekurangan pendapatan adalah pengeluaran rumah tangga yang amat rendah, bahkan untuk

mencukupi kebutuhan konsumsi.Di sini ada dua isu sentral. Pertama, ketersediaan lapangan

kerja. Kedua, upah minimum yang menjadi instrumen penting guna melihat tingkat

pemerataan distribusi pendapatan. Maka, pendekatan dalam memahami fenomena

kemiskinan pun bervariasi.Pertama, menggunakan model perbandingan antarlapisan sosial

yang bertujuan menjelaskan fakta-fakta empiris perbedaan distribusi pendapatan berdasar

kelompok masyarakat. Kedua, menerapkan model regresi guna mengukur upah pekerja

berdasar teori modal manusia, merujuk pandangan ahli ekonomi ketenagakerjaan, seperti

Becker (1964), Schultz (1963, 1971), dan Mincer (1974).Pengertian konvensional

2

Page 6: M A K A L A H

kemiskinan ini lalu dikoreksi. Makna kemiskinan diperluas tak hanya menyangkut

kesenjangan pendapatan. Pada pertengahan 1980-an muncul rumusan definisi baru:

”Kemiskinan harus dimaknai: orang, keluarga, dan sekelompok masyarakat yang memiliki

keterbatasan sumber daya—material, sosial, dan budaya—sehingga menghalangi mereka

untuk dapat hidup layak menurut ukuran paling minimal di suatu negara tempat mereka

bermukim” (Komisi Eropa, 1984).

Ekonom Amartya Sen juga mengenalkan makna kemiskinan secara lebih luas, yakni

ketidakmampuan manusia, yang ditandai pendidikan rendah, tak berpengetahuan, tak

berketerampilan, tak berdayaan. Bahkan, Sen menyentuh dimensi politik: ketiadaan

kebebasan dan keterbatasan ruang partisipasi, yang menghalangi warga untuk terlibat proses

pengambilan kebijakan publik. Dalam situasi demikian, masyarakat ada dalam posisi tidak

setara untuk mendapatkan akses ke sumber-sumber ekonomi produktif sehingga terhalang

untuk memperoleh sesuatu yang menjadi hak mereka (lihat Development as Freedom, 1999).

B. Latar Belakang Masalah

Untuk memahami masalah kemiskinan lebih lanjut perlu diketahui dan ditelusuri latar

belakangnya. Dengan memahami latar belakangnya akan lebih mudah diindetifikasi sifat,

keluasan dan kedalaman masalahnya. Dalam proses berikutnya, pemahaman latar belakang

masalahnya ini juga sangat bermanfaat guna menentukan langkah-langkah sebagai upaya

menanganinya.

Kemiskinan merupakan akibat dari sifat malas, kurangnya kemampuan intelektual,

kelemahan fisik, kurangnya ketrampilan dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi

persoalan disekitarnya. Dalam perkembangan lebih lanjut, pandangan ini juga memasukkan

faktor individual lain berupa adopsi budaya kemiskinan dan rendahnya need for achievement

sebagai faktor penyebab kemiskinan (Hardiman and Midgley,1982:51), pendek kata

kemiskinan lebih dilihat dari cacat dan kelemahan individual. Sebagai misal, karena

mempunyai sifat pemalas maka terjadi segan untuk bekerja keras guna meningkatkan kondisi

kehidupannya. Demikian juga karena kemampuan intelektual dan pengetahuannya rendah

mengakibatkan kurang mampu unutuk mengantisipasi berbagai peluang ekonomis yang

3

Page 7: M A K A L A H

terbuka, sehingga membuat pendapatannya tetap rendah dibandingkan anggota masyarakat

yang lain. Intinya ada 5 faktor yang menyebabkan kemiskinan, yaitu :

- Faktor individual                                                      – Faktor Struktural

- Faktor Keluarga                                                        – Faktor sub budaya

- Faktor Agensi

C. Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat.

Apabila studi masalah sosial dianggap sebagai suatu proses, maka penanganan kemiskinan

sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar

belakang atau faktor-faktor yang di anggap sebagai sumber masalah.Strategi dan pendekatan

dalam nenangani masalah akan sangat di tentukan oleh pendekatan yang sangat di tentukan

oleh pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang

digunakan dalam memahami latar belakang masalanya.Sebagaimana sudah di uraikan

sebelumnya maka strategi pembangunan masyarakat dalam menangani kemiskinan akan

sangat di pengaruhi oleh pendekatan dalam memahami latar belakang dari sumber

masalahnya.

Dalam hal ini upaya pembangunan masyarakat akan lebih di titik beratkan pada peningkatan

kualitas manusianya sehingga dapat berfungsi lebih efektif dalam upaya peningkatan taraf

hidupnya.Sementara itu apabila kemiskinan dianggap merupakan akibat dari kelemahan

struktur dan sistem maka strategi  penanganan kemiskinan lebih di titikberatkan pada

perubahan sistem dan perubahan struktural.Di samping itu perubahan struktural juga di

maksutkan sebagai upaya pemberdayaan lapisan miskin sehingga akan memberi peluang

yang lebih besar dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam posisi tawar.

Dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat desa, Long (1977: 144) mengetegahkan

adanya dua pendekatan utama.pendekatan ini tidak melakukan perubahan mendasar dalam

sistem dan struktur sosial sehingga memungkinkan kesinambungan dan bertahannya institusi

sosial dan sistem pemilikan tanah.Di banding pertanian pendekatan ini pernah

4

Page 8: M A K A L A H

diimplementasikan secara luas dalam bentuk revolusi hijau, yang di indonesia salah satunya

dalam program bimas dam inmas.Dengan cara tersebut dapat terwujud dengan adanya

redistribusi penguasaan resources yang memungkinkan berkurangnya konsentrasi

penguasaan pera petani, dapat bekerja bagi tanah miliknya sendiri.

Kecenderungan tersebut juga menjadi bahan pemikiran berbagai lembaga penyandang dana

internasional yang memberikan bantuan pembangunan kepada negara-negara sedang

berkembang. Mereka mengharapkan agar bantuan tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk

kelompok sasaran lapisan masyarakat yang paling membutuhkan yaitu mayoritas penduduk

miskin. Untuk maksud tersebut selama dasawarsa 1970-an muncul tiga strategi dasar.

3 strategi dasar tersebut adalah           :

1. Bantuan di salurkan ketempat mayoritas penduduk miskin melalui program

pembangunan desa terpadu

2. Bantuan dipusatkan untuk mengatasi cacat standar kehidupan orang-miskin melalui

program bantuan dasar manusia

3. Bantuan dipusatkan kepada kelompok yang mempunyai ciri-ciri sosioekonomi

melalui proyek yang sengaja dirancang untuk masyarakat khusus tertentu.

(Rondiinelli, 1990: 91).

D. Upaya Penanganan Masalah Kemiskinan

Pembangunan sosial di Indonesia, hakekatnya merupakan upaya untuk merealisasikan cita-

cita luhur kemerdekaan, yakni untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pasca kemerdekaan, kegiatan pembangunan telah dilakukan oleh beberapa

rezim pemerintahan Indonesia. Mulai dari rezim Soekarno sampai presiden di era ini yakni

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang terpilih dalam pemilihan umum langsung

pertama.

Namun demikian, harus diakui setelah beberapa kali rezim pemerintahan berganti, taraf

kesejahteraan rakyat Indonesia masih belum maksimal. Pemenuhan taraf kesejahteraan sosial

perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai

5

Page 9: M A K A L A H

taraf kesejahteraan sosial yang diinginkannya. Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial

menyeruak menjadi isu nasional. Asumsinya, kemajuan bangsa ataupun keberhasilan suatu

rezim pemerintahan, tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan

ekonomi. Kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial

pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Seperti penanganan masalah

kemiskinan, kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam dan

sosial.

Kemajuan pembangunan ekonomi tidak akan ada artinya jika kelompok rentan penyandang

masalah sosial di atas, tidak dapat terlayani dengan baik. Bahkan muncul anggapan jika para

penyandang masalah sosial tidak terlayani dengan baik, maka bagi mereka kemerdekaan

adalah sekedar lepas dari penjajahan? Seharusnya kemerdekaan adalah lepas dari

kemiskinan?.

Untuk itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial terus dikembangkan bersama dengan

pembangunan ekonomi.  Tidak ada dikotomi di antara keduanya. Hal ini selaras dengan apa

yang dikemukakan Nancy Birdsal (1993) yang mengatakan bahwa pembangunan ekonomi

adalah juga pembangunan sosial.  Tidak ada yang utama diantara keduanya. Pembangunan

ekonomi jelas sangat mempengaruhi tingkat kemakmuran suatu negara, namun pembangunan

ekonomi yang sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar, tetap tidak akan mampu

menjamin kesejahteraan sosial pada setiap masyarakat. Bahkan pengalaman negara maju dan

berkembang seringkali memperlihatkan jika prioritas hanya difokuskan pada kemajuan

ekonomi memang dapat memperlihatkan angka pertumbuan ekonomi. Namun sering pula

gagal menciptakan pemerataan dan menimbulkan  menimbulkan kesenjangan sosial.

Akhirnya dapat menimbulkan masalah kemiskinan yang baru. Oleh karenanya penanganan

masalah kemiskinan harus didekati  dari berbagai sisi baik pembangunan ekonomi maupun

kesejahteraan sosial.

Oleh karena itu selaras dengan prioritas dan kesepakatan dunia. Maka program Departemen

Sosial juga menempatkan kemiskinan sebagai prioritas utama yang harus ditangani. Alokasi

Anggaran Departemen Sosial tahun 2006 lebih dari 2,2 triliun rupiah, telah dialokasikan pada

5 kelompok sasaran dimana alokasi terbesar untuk kemiskinan, lebih dari Rp. 566 milyar.

6

Page 10: M A K A L A H

Keterlantaran Rp 207 milyar. Kecacatan Rp 54 milyar. Ketunaan sosial 41 milyar dan

bencana alam dan sosial Rp. 500 milyar.

Dalam pengurangan kemiskinan, kepercayaan pemerintah juga makin diberikan kepada

Departemen Sosial sebagai penanggung jawab anggaran program Subsidi Langsung Tunai

(SLT) yang disalurkan langsung kepada penduduk miskin beberapa waktu lalu. Program itu

kini berganti menjadi Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) dengan nama: Program Keluarga

Harapan (PKH). Ketika itu, program SLT banyak menimbulkan pro dan kontra. Namun harus

pula diakui bahwa program itu telah berhasil dilihat dari sisi ; Pertama ; berhasil menjaga si

miskin tidak goncang/panik? menghadapi kenaikan harga BBM. Bahkan ia menjadi tenang

ketika ia mendapatkan sedikit harapan? dari bantuan SLT. Jika diasumsikan hanya untuk

pengganti konsumsi BBM saja (bukan untuk konsumsi lainnya), uang rp 100/bulan cukup

memadai bagi mereka. Kedua ; behasil memberikan pertolongan secara cepat, tanpa prosedur

berbelit. Ketiga ; membuktikan kepercayaan Pemerintah kepada rakyat untuk menerima

secara langsung dan menggunakan dananya sesuai kebutuhan. Kita berharap Program BTB

PKH sekarang ini mampu menjadi koreksi terhadap SLT sehingga pertolongan darurat

kepada si miskin semakin mengena pada tujuan yang diharapkan.

Hulme dan Turner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu

proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya

untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional.

Oleh karena itu pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan juga

merupakan suatu proses yang mengangkat hubungan kekuasaan/kekuatan yang berubah

antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

Adapun konteks keterberdayaan itu dapat mencakup (1) Perubahan sikap ; masyarakat

miskin didorong, dibimbing dan dibantu kearah perilaku prososial yang normatif. (2)

Peningkatan partisipasi sosial; Masyarakat yang merupakan sasaran kebijakan kesempatan

turut berpartisipasi, bukan saja dalam hal mengambil keputusan-keputusan khusus, tetapi juga

dalam hal merumuskan definisi situasi yang merupakan dasar dalam pengambilan keputusan.

Sehingga arah pembangunan menjadi berpihak pada masyarakat khususnya masyarakat

miskin. (3) Solidaritas sosial ; pemberdayaan sosial mampu menciptakan suatu kondisi atau

7

Page 11: M A K A L A H

keadaan hubungan antara individu/kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan

kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.(4)

Peningkatan kondisi ekonomi warga masyarakat ; melalui pemberdayaan sosial diharapkan

terjadi peningkatan kondisi ekonomi dan peningkatan pendapatan warga,  khususnya warga

miskin. (5) Peningkatan pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga miskin ; lembaga keluarga

miskin adalah juga sasaran pokok dalam pengentasan kemiskinan yang tujuannya untuk

mengembalikan fungsi keluarga yang diharapkan, dimana fungsi ini semakin memudar

seiring dengan ketidakmampuan menampilkan fungsi sosial warga miskin (6) Perubahan

orientasi nilai budaya ; dari keseluruhan aspek pemberdayaan dalam rangka pengentasan

kemiskinan, maka perubahan orientasi nilai budaya menjadi muaranya yang tentunya

memerlukan proses yang tidak mudah.  Perubahan dari sifat warga miskin seperti, apatis,

malas, masa bodoh, menghalalkan segala cara, menuju pada orientasi nilai budaya yang

prososial menjadi tujuan utama pada pengentasan kemiskinan.

Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang seringkali ditemukan dibeberapa

Negara yang sedang proses berkembang atau bahkan terkadang dapat pula ditemukan di

Negara maju, biasanya permasalahan di Negara maju kemiskinan lebih sering terjadi pada

para imigran.

Sebagai masalah yang menjadi isu global disetiap Negara berkembang. Wacana kemiskinan

dan pemberantasannya haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah dan pemimpin

Negara. Peran serta pekerja sosial dalam menangani permasalahan kemiskinan sangat

diperlukan, terlebih dalam memberikan masukkan (input) dan melakukan perencanaan

strategis (strategic planning) tentang apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah.

penyebab kemiskinan yang secara tidak langsung menjadi standar global :

1. kemiskinan kebudayaan, hal ini biasanya terjadi disebabkan karena adanya kesalahan

pada subyeknya. Misalnya : malas, tidak percaya diri, gengsi, tak memiliki jiwa

wirausaha yang kompatibel, tidak mempunyai kemampuan dan keahlian, dan

sebagainya.

2. kemiskinan structural, hal ini biasanya terjadi karena disebabkan oleh factor eksternal

yang melatarbelakangi kemiskinan. Faktor eksternal itu biasanya disebabkan kinerja

8

Page 12: M A K A L A H

3. dari pemerintah diantaranya : pemerintah yang tidak adil, korupsi, paternalistik,

birokrasi yang berbelit, dan sebagainya.

Isbandi Rukminto Adi, Phd menegaskan pula tentang akar kemiskinan berdasarkan level

permasalahan dan membaginya menjadi beberapa dimensi, diantaranya:

1. Dimensi Mikro : mentalitas materialistic dan ingin serba cepat ( instan )

2. Dimensi Mezzo : melemahnya social trust ( kepercayaan social ) dalam suatu

komunitas dan organisasi, dan otomatis hal ini sangat berpengaruh terhadap si subyek

itu sendiri

3. Dimensi Makro : kesenjangan (ketidakadilan) pembangunan daerah yang minus (desa)

dengan daerah yang surplus (kota), strategi pembangunan yang kurang tepat (tidak

sesuai dengan kondisi sosio-demografis) masyarakat Indonesia

4. Dimensi Global : adanya ketidakseimbangan relasi antara Negara yang sudah

berkembang dengan Negara yang sedang berkembang.

Departemen Sosial sebagai instansi yang membawahi sacara langsung masalah kemiskinan

tidak pernah absent dalam mengkajinya termasuk melaksanakan program-program

kesejahteraan sosial –yang dikenal dengan PROKESOS- yang dilaksanakan baik secara intra-

departemen maupun antar-departemen bekerjasama dengan departemen-departemen lain

secara lintas sektoral. Dalam garis besar, pendekatan Depsos dalam menelaah dan menangani

kemiskinan sangat dipengaruhi oleh persepektif pekerjaan sosial (social work). Pekerjaan

sosial dimaksud, bukanlah kegiatan-kegiatan sukarela atau pekerjaan-pekerjaan amal begitu

saja, melainkan merupakan profesi pertolongan kemanusiaan yang memiliki dasar-dasar

keilmuan (body of knowledge), nilai-nilai (body of value) dan keterampilan (body of skills)

professional yang umumnya diperoleh melalui pendidikan tinggi pekerjaan sosial ( S1,

S2,dan S3 ).

Startegi penanggulangan kemiskinan

Sesuai dengan konsepsi mengenai keberfungsian sosial, strategi penanganan kemiskinan

pekerjaan social terfokus pada peningkatan kemampuan orang miskin dalam menjalankan

9

Page 13: M A K A L A H

tugas-tugas kehidupan sesuai dengan statusnya. Karena tugas-tugas kehidupan dan status

merupakan konsepsi yang dinamis dan multi-wajah, maka intervensi pekerjaan sosial

senantiasa melihat sasaran perubahan (orang miskin) tidak terpisah dari lingkungan dan

situasi yang dihadapinya. Prinsip in dikenal dengan pendekatan “person in environment dan

person in situation”.

Seperti yang telah dijelaskan diatas Depsos sebagai suatu instansi memiliki pula beberapa

agenda yang memang merupakan disiapkan untuk menekan angka kemiskinan, diantara

program kerja Depsos yang telah terealisasi yang menurut Edi Suharto, Phd adalah strategi

pendekatan pertama yaitu pekerja sosial melihat penyebab kemiskinan dan sumber-sumber

penyelesaian kemiskinan dalam kaitannya dengan lingkungan dimana si miskin tinggal, baik

dalam konteks keluarga, kelompok pertemanan (peer group), maupun masyarakat.

Penanganan kemiskinan yang bersifat kelembagaan (institutional) biasanya didasari oleh

pertimbangan ini. Beberapa bentuk PROKESOS yang telah dan sedang dikembangkan oleh

Depsos dapat disederhanakan menjadi :

1. pemberian pelayanan dan rehabilitasi social yang diselenggarakan oleh panti-panti

sosial

2. program jaminan, perlindungan dan asuransi kesejahteraan sosial

3. bekerjasama dengan instansi lain dalam melakukan swadaya dan pemberdayaan usaha

miro, dan pendistribusian bantuan kemanusiaan, dan lain-lain

Pendekatan kedua, yang melihat si miskin dalam konteks situasinya, strategi pekerjaan sosial

berpijak pada prinsip-prinsip individualisation dan self-determinism yang melihat si miskin

secara individual yang memiliki masalah dan kemampuan unik. Program anti kemiskinan

dalam kacamata ini disesuaikan dengan kejadian-kejadian dan/atau masalah-masalah yang

dihadapinya. PROKESOS penanganan kemiskinan dapat dikategorikan ke dalam beberapa

strategi, diantaranya :

1. Strategi kedaruratan. Misalnya, bantuan uang, barang dan tenaga bagi korban bencana

alam.

2. Strategi kesementaraan atau residual. Misalnya, bantuan stimulant untuk usaha-usaha

ekonomis produktif.

10

Page 14: M A K A L A H

3. Strategi pemberdayaan. Misalnya, program pelatihan dan pembinaan keluarga muda

mandiri, pembinaan partisipasi sosial masyarakat, pembinaan anak dan remaja.

4. Strategi “penanganan bagian yang hilang”. Strategi yang oleh Caroline Moser

disebut sebagai “the missing piece strategy” ini meliputi program-program yang

dianggap dapat memutuskan rantai kemiskinan melalui penanganan salah satu aspek

kunci kemiskinan yang kalau “disentuh” akan membawa dampak pada aspek-aspek

lainnya. Misalnya, pemberian kredit, program KUBE (kelompok usaha bersama)

E. Penutup

- Kesimpulan

Penanganan kemiskinan memerlukan keterlibatan semua fihak. Lintas fungsi maupun lintas

sektor. Oleh karena itu, upaya sinergi perlu terus dilakukan agar tidak terjadi saling tumpang

tindih dalam penanganannya. Tentunya langkah awal ke arah itu dapat dilakukan dengan

mendasarkan pada data penyandang miskin yang riil dan valid.

Masalah kebijakan sosial juga merupakan suatu permasalahan yang membutuhkan

penanganan khusus, terpadu dan dilakukan secara kontinu dan konsekuen. Sebagian besar

Negara berkembang selalu memperhatikan aspek kebijakan sosial sebagai program andalan

yang dapat menjadi perencanaan untuk melakukan kesejahteraan sosial.

Dalam hal ini Departemen Sosial telah merintis data penyandang miskin lengkap tercantum

nama dan alamatnya by name – by address?, Data ini merupakan hasil olah sahih data SLT

terdahulu. Kita berharap data ini menjadi acuan semua pihak yang berkepentingan dalam

penanganan masalah kemiskinan sehinga penanganannya lebih terpadu, terarah dan mampu

mengurangi jumlah penduduk miskin.

Dengan tersedianya data yang jelas dan akurat diharapkan mampu merangsang keterlibatan

seluruh komponen bangsa untuk terlibat aktif dalam penanganan kemiskinan. Semoga segala

upaya kita menangani kemiskinan semakin hari semakin mampu membawa pada kejayaan

bangsa.

11