A2008_Wahyu Asih Wijayanti

86
PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG, JAWA TIMUR; STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR RATOON TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU WAHYU ASIH WIJAYANTI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

description

tanaman tebu

Transcript of A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Page 1: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

i

ABSTRAK

WAHYU ASIH WIJAYANTI. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di, Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. Dibimbing oleh PURWONO.

Penurunan produksi gula sejak deregulasi industri gula tahun 1992 (Undang-Undang Budidaya Tanaman) dan dipertajam sejak 1998 (demonopolisasi Bulog) perlu dicegah dengan meningkatkan daya saing industri gula. Pemerintah bersama industri gula mulai tahun 2002 melaksanakan program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional.

Peningkatan produktivitas tebu dapat dilaksanakan dengan pelaksanaan bongkar ratoon, yaitu membongkar tunggul-tunggul bekas tanaman keprasan diganti dengan bibit baru, dan peningkatan kualitas bibit dengan penggunaan varietas unggul baru, sehingga dapat meningkatkan rendemen. Peningkatan produktivitas melalui peningkatan rendemen mempunyai keunggulan tertentu yaitu tidak diperlukannya peningkatan kapasitas giling dan tidak diperlukannya peningkatan biaya tebang angkut serta dapat mengurangi biaya prosesing gula tiap kilogram gula.

Pada prinsipnya peningkatan rendemen dilaksanakan dengan cara meningkatkan gula yang dapat diperoleh pada tebu. Secara konvensional untuk meningkatkan gula yang dapat diperah dilaksanakan melalui penataan varietas, penyediaan bibit sehat dan murni, optimalisasi waktu tanam, pengaturan kebutuhan air, pemupukan berimbang, pengendalian organisme pengganggu, penentuan awal giling yang tepat, penentuan kebun tebu yang ditebang dengan menggunakan analisa kemasakan, penebangan tebu secara bersih dan pengangkutan tebu secara cepat. Untuk mengurangi kehilangan gula selama proses di pabrik maka diperlukan optimasi kapasitas giling dan menjaga kelancaran giling dan mengurangi kehilangan gula di stasiun gilingan dan pengolahan.

Kata Kunci : Bongkar ratoon, peningkatan produktivitas, rendemen, varietas unggul baru.

Page 3: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

ii

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

DI, PABRIK GULA TJOEKIR PTPN X, JOMBANG,

JAWA TIMUR;

STUDI KASUS PENGARUH BONGKAR RATOON

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TEBU

WAHYU ASIH WIJAYANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

`

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 4: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

iii

Judul Skripsi : Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu Nama Mahasiswa : Wahyu Asih Wijayanti

NIM : A34101064

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Purwono, MS NIP. 131 224 018

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie. Magr

NIP. 131 124 019

`

Page 5: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Tanggal lulus :.................................... iv

RIWAYAT HIDUP

Tempat dan tanggal lahir : Pekalongan, 2 Februari 1983

Nama orang tua

Nama Ayah : Subarkah

Nama Ibu : Urisih

Pendidikan SMU

Nama Sekolah : SMU 1 Pekalongan

Tahun masuk : 1998

Tahun lulus : 2001

Riwayat studi di IPB

Tahun masuk : 2001

Program studi : Agronomi

Pengalaman kerja : -

Page 6: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

v

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan yang berjudul : Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) di PTPN X PG Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur ; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu. Judul ini dipilih karena berhubungan dengan program peningkatan produktivitas tebu melalui kegiatan bongkar ratoon yang sudah dicanangkan sejak tahun 2002 oleh Menteri Pertanian Bungaran Saragih. Program ini mulai di realisasikan pada tahun 2003 telah menunjukkan perkembangan yang positif. Program ini hanya dilaksanakan di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Barat. Salah satu perkebunan tebu yang menjalankan program tersebut adalah perkebunan di Pabrik Gula (PG) Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur. Melalui kegiatan magang yang telah dilakukan, didapatkan data perkembangan program bongkar ratoon yang dilaksanakan di PG Tjoekir, terutama dalam hal peningkatan produktivitas hasil dari bibit baru yang ditanam pasca pembongkaran ratoon. Metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data primer yang terdapat pada lembaga penelitian dan pengembangan di perusahaan bersangkutan kemudian dianalisis untuk setiap variabel peningkatannya. Data tanaman hasil bongkar ratoon dibandingkan dengan tanaman pertama (Plant Cane) murni dan keprasannya. Ucapan terimakasih kepada Bapak Ir, Purwono, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan banyak memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Kemudian kepada Bapak Ade Wachjar dan Ibu Heni Purnamawati selaku dosen penguji skripsi, kami mengucapkan terimakasih atas koreksi yang membangun untuk perbaikan skripsi ini.

Bogor, Juli 2008

Penulis

Page 7: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ……………………………………………………………... vii

Daftar Gambar …………………………………………………………… viii

Daftar Lampiran …………………………………………………………. ix

PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

Latar Belakang ...………………………………………………………… 1

Tujuan …………………………………………………………………… 2

TINJAUAN PUSTAKA ....……………………………………………… 3

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu …………….……………............... 3

Ekologi Tanaman Tebu ………………………………………….............. 4

Tanaman Keprasan ………………………………………………………. 4

METODOLOGI ………………………………………………………… 6

Waktu dan Tempat ………………………………………………………. 6

Metode Pelaksanaan ……………………………………………………... 6

KONDISI UMUM PERUSAHAAN ……………………………………. 9

Sejarah Pabrik Gula Tjoekir Jombang …………………………................ 9

Lokasi Pabrik ……………………………………..................................... 10

Luas Areal, Tataguna Lahan dan Wilayah Kerja ….……………............... 11

Keadaan Tanah Dan Iklim ……………………………………….............. 11

Keadaan Tanaman Dan Perkembangan Produksi ……………….............. 12

Keragaan Pabrik …………………………………………………............. 13

Struktur Organisasi dan Kepegawaian …………………………............... 14

Susunan Personalia ……………………………………………………… 16

TEKNIK BUDIDAYA ………………………………………………….. 17

Page 8: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Budidaya Lahan Sawah …………………………………………………. 17

Persiapan Lahan …………………………………………………………. 17 Pengolahan Lahan ……………………………………………………...... 17 Pembibitan ………………………………………………………………. 19

viiPenanaman ………………………………………………………………. 22 Pemeliharaan …………………………………………………………….. 22

Budidaya lahan Tegalan ………………………………………................ 28

Persiapan Lahan …………………………………………………………. 29 Persiapan Bibit …………………………………………………………... 30 Penanaman ………………………………………………………………. 30 Pemeliharaan ……………………………………………………………. 31

Peliharaan Tanaman Keprasan ………………………………………….. 36

Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Sawah …………………….. 33 Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan …………………… 34

Taksasi Maret …………………………………………………............... 35

Analisis Pendahuluan …………………………………………................ 36

Tebang Angkut ………………………………………………………….. 38

PENGOLAHAN TEBU ………………………………………………… 41

PELAKSANAAN PROGRAM BONGKAR RATOON DI PG TJOEKIR 45

Konsepsi Pelaksanaan Bongkar Ratoon ………………………................. 45

Tahapan Pelaksanaan ………………………………………….................. 46

Pendekatan ……………………………………………………………….. 46 Kriteria Sasaran …………………………………………………………... 47 Penetapan Sasaran ..………………………………………………………. 48

Organisasi proyek ………………………………………………………... 48

Pengendalian dan Pengawasan …………………………………………… 50

Pengelolaan Dana ………………………………………………………… 51 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana …………………………….. 51 Penyaluran dan Pencairan Dana Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon 52

Pelaksanaan Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon ..………............. 53

Konsepsi Penggantian Varietas .................................................................. 53 Pembahasan Penggunaan Varietas Baru ..................................................... 54 Teknik Pelaksanaan Bongkar Ratoon ......................................................... 56 Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIS ................................................................................................ 60 Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di Kebun TRIT ............................................................................................... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 66

Kesimpulan ................................................................................................ 66

Page 9: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Saran ……………………………………………………………………… 66

Daftar Pustaka……………………………………………………………. 67

Lampiran ..................................................................................................... 68 viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 – 2007 ........................... 1

Tabel 2 Baku Sawah dan Potensi Wilayah PG Tjoekir .............................. 11

Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir ....................................... 12

Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005 ........... 13

Tabel 5 Data Kinerja Pabrik ........................................................................ 14

Tabel 6 Jumlah Karyawan PG Tjoekir ........................................................ 15

Tabel 7 Jadwal pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit ............................ 20

Tabel 8 Jumlah Pupuk ZA di Daerah yang Terjamin dan Kurang Terjamin

Airnya ............................................................................................. 24

Tabel 9 Gulma Dominan di Pertanaman Tebu Wilayah Kerja PG Tjoekir

2004 – 2005 .................................................................................... 25

Tabel 10 Dosis Pupuk Untuk TRIT Tanaman Pertama ............................... 31

Tabel 11 Jumlah Pupuk untuk Tanaman Keprasan Berdasarkan Jenis

Tanah ............................................................................................ 34

Tabel 12 Dosis Pupuk untuk Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan ........... 35

Tabel 13 Jumlah Batang per Juring pada Empat Varietas Tebu .................. 54

Tabel 14 Tinggi Batang pada Empat Varietas Tebu .................................... 55

Tabel 15 Bobot Batang per Meter pada Empat Varietas ............................. 55

Tabel 16 Rendemen Empat Varietas ............................................................ 56

Tabel 17 Komposisi Menurut Waktu Penanaman Kembali yang

Dianjurkan .................................................................................... 58

Tabel 18 Dosis Pemupukan pada Penanaman Tebu .................................... 59

Tabel 19 Jumlah Batang per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS .................. 61

Page 10: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Tabel 20 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR)

dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS .......................................... 61

Tabel 21 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

ix Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS .................. 62

Tabel 22 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS .................................................. 62

Tabel 23 Jumlah Batang per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT .................. 63

Tabel 24 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR)

dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT .......................................... 63

Tabel 25 Bobot Batang per Meter pada PC Murni (PCM), Bongkar

Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT .................. 64

Tabel 26 Randemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT ................................................. 64

Tabel 27 Rekapitulasi Hasil Pengamatan di Lapang .................................... 65

Page 11: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pembumbunan Lahan Tegalan ………………………………... 32

Gambar 2 Bagan Pengolahan Tebu ………………………………………. 41

Gambar 3 Strutur Organisasi Proyek Pengembangan Tebu Propinsi

Jawa Timur ……………………………………………………. 49

Gambar 4 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana PMU Bongkar

Ratoon …………………………………………………………. 52

Page 12: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Struktur Organisasi Pabrik Gula Tjoekir ……………………. 69

Lampiran 2 Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Tjoekir …………... 70

Lampiran 3 Data Curah Hujan Tahun 1990 – 2001 ……………………… 71

Lampiran 4 Gambar Kegiatan Pengelolaan Tebu di PG Tjoekir ………… 72

Lampiran 5 Barchart Rencana Pelaksanaan Bongkar Ratoon ……………. 73

Lampiran 6 Anggaran Biaya Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur

2004 ………………………………………………………….. 74

Page 13: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Gula merupakan komoditas yang penting, karena selain menjadi bahan

pokok yang dikonsumsi langsung, bahan itu juga diperlukan oleh berbagai

industri pangan dan minuman. Konsumsi gula di Indonesia terus meningkat

mengikuti pertambahan jumlah penduduk, peningkatan taraf hidup dan

pertumbuhan jumlah indurtri yang memerlukan gula sebagai bahan bakunya.

Namun peningkatan konsumsi gula belum dapat diimbangi oleh produksi gula

dalam negeri.

Produksi gula nasional tahun 2006 mencapai 2,47 juta ton naik 2 % dari

tahun 2005 (2,4 juta ton) sedangkan kebutuhan gula secara nasional adalah

sebesar 3,3 juta ton sehingga masih kekurangan sebesar 0,83 juta ton. Selain itu

rendemen tebu turun dari 7,82% pada 2006 menjadi 7,42% pada 2007. Penurunan

sebanyak 0,21 poin ini setara dengan kehilangan gula sedikitnya 70 ribu ton.

Kenaikan produksi gula disebabkan oleh perluasan areal. Pada 2006 area tebu

sekitar 390 ribu ha, tahun 2007 bertambah 7,1% menjadi 425 ribu ha.

Pertambahan area ini dapat meningkatkan pasokan tebu dari 29,96 juta ton

menjadi 32,79 juta ton atau bertambah 8,5%. Di sisi lain, kinerja produktivitas tak

beranjak naik sehingga produktivitas gula 2007 lebih rendah 1,4%, atau berkurang

dari 5,81 ton/ha (2006) menjadi 5,73 ton/ha (2007). Hal ini dapat dilihat pada

table 1.

Tabel 1 Data Produktivitas Tebu Indonesia 2006 - 2007 Jawa Luar Jawa Indonesia

Komponen 2006 2007 2006 2007 2006 2007 Luas (ribu ha) 248 269 142 156 390 425

Tebu giling (ribu ton) 19.907 21.975 10.055 10.815 29.962 32.789

Hablur (ribu ton) 1.455 1.519 836 913 2.291 2.432

Tebu (ton/ha) 80.31 81.71 70.70 69.42 75.51 77.20

Rendemen (%) 7.31 6.91 8.32 8.44 7.82 7.42

Hablur (ton/ha) 5.81 5.65 5.88 5.86 5.85 5.73

Diolah dari statistik Produksi gula (P3GI, 2007)

Page 14: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

2

Terdapat dua jenis pengusahaan tanaman tebu di Indonesia, yaitu tebu

sawah dan tebu lahan kering. Tebu lahan kering memungkinkan untuk

dilakukannya pengeprasan sebab tidak dipengaruhi oleh adanya rotasi tanaman.

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman pertama

yang setelah tebangan dilaksanakan.Tunggul-tunggulnya dipelihara kembali

sampai menghasilkan tunas-tunas baru yang kemudian menjadi tanaman baru.

Sedangkan tunggul-tunggul yang dipelihara tersebut disebut ratoon. Notojoewono

(1984) dalam Moerwandono dan Imam (1991) menyatakan bahwa pengusahaan

tebu dengan cara keprasan akan memberikan keuntungan diantaranya adalah : (1)

menghemat biaya untuk pengolahan tanah dan penyediaan bibit, (2) lebih

menghemat waktu dibandingkan tebu pertamanya dan (3) lebih tahan terhadap

kekeringan.

Pengusahaan tebu lahan kering dengan cara keprasan dihadapkan pada

kendala terjadinya penurunan produktivitas tebu perhektar dibandingkan tanaman

pertamanya (Ochse et. al, 1961). Oleh Karena itu, pembongkaran ratoon untuk

menggantinya dengan bibit baru yang mempunyai produktivitas lebih tinggi perlu

dilakukan.

Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini adalah untuk :

1. Meningkatkan dan memperluas pengetahuan mahasiswa dalam menganalisis

masalah-masalah yang ada di lapangan

2. Meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami proses

kerja secara nyata

3. Mempelajari pengaruh bongkar ratoon terhadap produtivitas.

Page 15: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam famili Graminae,

subfamili Panicoideae, kelompok Andropogon dan genus Saccharum. Saccharum

officinarum merupakan spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab

kandungan sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah.

Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang dan

tumbuh tegak. Tanaman yang tumbuh baik, tinggi batangnya dapat mencapai 3 –

5 meter atau lebih. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih dan

keabu-abuan. Lapisan ini banyak terdapat sewaktu batang masih muda. Ruas-ruas

batang dibatasi oleh buku-buku yang merupakan tempat duduk daun tebu. Di

ketiak daun terdapat sebuah kuncup yang biasa disebut “mata”. Bentuk ruas

batang dan warna batang tebu yang bervariasi merupakan salah satu ciri dalam

pengenalan varietas tebu.

Daun tebu di ujung batang dan terpisah ke arah samping seiring dengan

pertumbuhan batang tebu. Daun tebu terdiri atas dua bagian, yaitu pelepah daun

(leaf sheath) dan helai dan (leaf blade) (Williams, 1979). Pelepah daun

membungkus/membalut ruas batang. Pelepah-pelepah ini selain melindungi

bagian batang yang masih lunak, juga melindungi mata tunas. Duduk daun batang

berseling pada buku ruas yang berurutan. Helai daun berbentuk pita yang

panjangnya 1 – 2 meter dan lebarnya 2 – 7 cm. Tepi daun bergerigi kecil dan

banyak mengandung silikat.

Akar yang pertama kali terbentuk dari bibit stek adalah akar adventif yang

berwarna gelap dan kurus. Setelah tunas tumbuh, maka fungsi akar ini akan

digantikan oleh akar sekunder yng tumbuh di pangkal tunas (Ochse et al, 1961).

Pada tanah yang cocok akar tebu dapat tumbuh panjang mencapai 0,5 – 1,0 meter.

Tanaman tebu berakar serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda terdapat

akar rambut yang berperan mengabsorpsi unsur-unsur hara.

Page 16: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

4

Ekologi Tanaman Tebu

Sesuai dengan daerah asalnya sebagai tanaman tropis, tanaman tebu

tumbuh baik di daerah tropis, tetapi dapat pula ditumbuhkan di daerah sub tropis

sampai garis isoterm 200C, yaitu pada kawasan yang berada di antara 390LU dan

350LS. Suhu rata-rata tahunan sebaiknya berada di atas 200C dan tidak kurang dari

170C. Pertumbuhan yang optimum dicapai pada suhu 240 – 300C. Tumbuhan ini

dapat hidup pada berbagai ketinggian, mulai dari pantai sampai dataran tinggi

(1400 m di atas permukaan laut/dpl). Namun, mulai ketinggian 1200 m dpl,

pertumbuhan menjadi lambat

Tanaman tebu menghendaki curah hujan tahunan 1000 – 1250 mm,

menyebar merata (Ochse et al, 1961). Ochse et al (1961) menambahkan bahwa

hujan harus turun teratur selama pertumbuhan vegetatif dan menjelang saat

pematangan tanaman tebu membutuhkan beberapa bulan kering. Di daerah

bercurah hujan tinggi, dimana tidak ada bulan kering yang nyata, tebu akan

tumbuh terus hingga kandungan sukrosa pada batang rendah.

Tanaman tebu dapat tumbuh pada berbagai macam tanah (Williams,

1979). Tanaman tebu akan tumbuh baik pada tanah bertekstur lempung-berliat,

lempung-berpasir dan lempung-berdebu, dengan kedalaman solum yang cukup

dalam (0,5 – 1,0 m) dan drainase baik. Drainase yang jelek dapat mengakibatkan

pertumbuhan yang terhambat karena terjadinya kerusakan-kerusakan pada akar.

Tingkat pH tanah yang optimum untuk tebu adalah 6,5 – 7,0.

Tanaman Keprasan

Tanaman tebu keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman

pertama yang setelah tebangan dilaksanakan, tunggul-tunggulnya dipelihara

kembali sampai menghasilkan tunas-tunas baru yang kemudian menjadi tanaman

baru. Kategori tanaman tebu ada tiga, yaitu plant cane murni (PCM) adalah

tanaman tebu pertama yang ditanam pada areal yang baru dibuka, replanting cane

(RPC) atau disebut juga PC bongkar ratoon adalah tanaman pertama yang

ditanam pada areal yang sebelumnya juga ditanami tebu dan ratoon cane (RC)

Page 17: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

5

atau tanaman keprasan adalah tanaman tebu yang berasal dari tanaman pertama

yang telah ditebang, tunggul-tunggulnya dipelihara kembali menjadi tanaman

baru. Tanaman tebu di lahan tegalan dapat dikepras sampai tiga kali, lebih dari itu

maka akan terjadi penurunan produktivitas tebu.

Page 18: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

6

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Februari

2005 sampai Juni 2005. Magang berlokasi di Pabrik Gula (PG) Tjoekir, Jombang,

Jawa Timur.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas kerja lapang dan

pengambilan data. Mahasiswa bekerja secara langsung sebagai karyawan dan

melakukan kegiatan yang ada di kebun selama satu bulan. Selain itu mahasiswa

juga melaksanakan kegiatan manajerial meliputi beberapa tahapan jenjang

manajerial, mulai dari pendamping mandor selama satu bulan sampai dengan

menjadi pendamping SKW selama dua bulan terakhir untuk setiap jenis pekerjaan.

Pengambilan data sekunder dilakukan mengikuti kegiatan dan

pengambilan data dari stasiun pertumbuhan (growth station) pada Departemen

Penelitian dan Pengembangan PTPN X PG Tjoekir, Jombang.

Data yang diambil berupa informasi mengenai :

a) Kondisi Umum Perusahaan

Informasi yang diperoleh meliputi letak geografis, letak administratif

kebun dan sejarah perusahaan. Letak geografis berupa data tentang batas-batas

daerah serta letak kebun berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak

administratif mencakup informasi tentang desa, kecamatan, kabupaten serta

propinsi dari PG Tjoekir. Informasi mengenai sejarah berupa sejarah yang utuh

dari PG Tjoekir. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari arsip perusahaan.

b) Kondisi Lahan

Informasi mengenai kondisi lahan meliputi informasi tentang jenis tanah,

tekstur dan struktur tanah serta pH tanah. Data tersebut diperoleh dari arsip

perusahaan.

Page 19: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

7

c) Kondisi Iklim

Data mengenai iklim yang diperoleh adalah tipe iklim, curah hujan rata-

rata bulanan dan tahunan, bulan basah dan bulan kering serta jumlah hari hujan.

Data tersebut diperoleh dari arsip perusahaan.

d) Kondisi Umum Pertanaman

Data meliputi luas pertanaman keseluruhan, luas lahan PC murni, PC

bongkar ratoon dan keprasan. Data mengenai kondisi tanaman meliputi varietas

yang dominan ditanam. Data diperoleh dari arsip perusahaan.

e) Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Data meliputi struktur organisasi dan jumlah tenaga kerja keseluruhan,

yang meliputi staf, non staf, karyawan tetap dan karyawan harian beserta tugas,

wewenang dan tanggung jawab masing-masing jenjang manajerial.

Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

pengambilan sampel dengan metode random sampling dari kebun tebu rakyat

yang tersebar di seluruh wilayah PG Tjoekir. Pengamatan dilakukan mulai dari

kategori tanaman PC murni, PC bongkar ratoon sampai dengan tanaman keprasan

I (keprasan pertama). Pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan

tanaman contoh. Banyaknya tanaman contoh per petak bergantung pada luas petak

dan umur tanaman, yaitu setiap satu hektar luas petak diambil delapan tanaman

contoh dengan pengambilan secara acak dalam satu periode selama beberapa

periode analisis. Data yang didapat diuji dengan menggunakan uji T dengan taraf

10%.

Tanaman contoh diambil dari kebun tebu petani yang disebut TRIS (tebu

rakyat intensifikasi sawah) di wilayah Diwek dan TRIT (tebu rakyat intensifikasi

tegalan) di wilayah Ngoro, Bareng dan Wonosalam dengan luas lahan yang

bervariasi. Peubah yang diamati adalah tinggi batang, bobot batang permeter,

jumlah batang perjuring dan rendemen. Pengamatan tinggi batang dilakukan

dengan mengukur dari permukaan tanah hingga titik patah (daun ketiga di pucuk).

Pengamatan bobot batang per meter dilakukan dengan memotong tanaman tebu

dan memotongnya lagi sepanjang 1 meter dan ditimbang. Pengamatan jumlah

batang perjuring dilakukan dengan menghitung jumlah batang tebu setiap juring

pada waktu taksasi. Pengambilan data jumlah batang per juring (populasi

Page 20: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

8

tanaman) dilakukan berdasarkan hasil Taksasi Desember dan Taksasi Maret.

Pengambilan data rendemen berdasarkan pada hasil analisis pendahuluan selama

tiga periode. Data masing-masing kategori tanaman diambil rata-ratanya.

Page 21: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

9

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

Sejarah Pabrik Gula Tjoekir Jombang

Pabrik Gula Tjoekir didirikan oleh NV. Kody En Coster Van Vour Houtsf

Tjoekir pada tahun 1884 dan terus berproduksi sampai dengan perang dunia II.

Pada tahun 1902 Pabrik Gula Tjoekir pernah mengalami rehabilitasi pabrik dalam

rangka peningkatan kapasitas produksi, dengan mengganti beberapa instalasi

pabrik. Penyelenggaraan penanaman tebu di PG Tjoekir dilaksanakan oleh Badan

Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) sampai penanaman tebu tahun

1948.

Setelah terjadinya aksi Irian Barat (TRIKORA), pada tahun 1958 tepatnya

pada tanggal 8 Desember 1958 PG Tjoekir diambil alih oleh pemerintah Indonesia

di bawah suatu badan berupa perusahaan Perkebunan Negara Baru. Untuk

mengkoordinasi pabrik-pabrik atau perkebunan bekas milik Belanda di Jawa

Timur pada tahun 1959 – 1960 dibagi dalam pra unit dimana PG Tjoekir termasuk

pra unit 4. Dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) No. 166 tahun 1961, maka

bentuk pra unit diubah menjadi dalam bentuk kesatuan-kesatuan dimana PG

Tjoekir termasuk dalam kesatuan Jawa Timur II kemudian dibentuk Badan

Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPUPPN) Gula, dan tiap-tiap

pabrik gula dijaadikan badan hukum yang berdiri sendiri. Menurut PP No. 1 tahun

1963 dimana PG Tjoekir berada di bawah pengawasan BPUPPN gula inspeksi

daerah VI yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah 3 – 5 Surabaya.

Dengan dikeluarkannya PP No. 13 tahun 1968, maka BPUPPN

Gula/Karung Goni, BPUPPN Aneka Karet, BPUPPN Aneka Tanaman dan

Tumbuhan dalam rangka penertiban, penyempurnaan dan penyederhanaan

aparatur pemerintah pada umumnya dan perusahaan gula pada khususnya. PP

tersebut diikuti oleh keluarnya PP No. 14 tahun 1968 tentang pendirian

Perusahaan Negara Perkebunan yang merupakan badan hukum. Dengan adanya

PP no 13 dan 14 tahun 1968 berarti PP No. 1 tahun 1963 tidak berlaku lagi

sehingga kedudukan sebagai badan hukum bagi PG Tjoekir beralih pada

Perusahaan Negara Perkebunan. Dalam hal ini PG Tjoekir masuk dalam

Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) No. XXII yang memiliki badan hukum dan

Page 22: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

10

berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3 – 5 Surabaya. Berdasarkan PP No.

23 tahun 1973 terhitung mulai tanggal 1 Januari 1974 PNP XXII digabung dengan

PNP XXI dalam bentuk perseroan terbatas yaitu PT. Perkebunan XXI – XXII

(Persero) yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah No. 3 – 5 Surabaya. PG

Tjoekir menjadi salah satu unit produksinya dan badan hukum berada pada direksi

PTP XXI – XXII (Persero).

Di tingkat pusat dengan SK Menteri No. 12B/Kpts/Org/II/1973

perwakilan BKU PNP wilayah diubah menjadi Inspeksi PN/PT Perkebunan. BKU

PNP wilayah I sampai dengan IV. PG Tjoekir dalam hal ini termasuk inspeksi

wilayah IV yaitu PT. Pekebunan XXI – XXII (Persero).

Pada tahun 1994 berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 168/KMK.

016/1994 tanggal 2 Mei 1994, maka PTP XXI – XXII (Persero) menjadi Group

PTP Jawa Tengah bersama dengan PTP XV – XVI, PTP XVII, PTP XIX dan PTP

XXVII. Kemudian PP RI No. 15 tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan

Perseroan (Persero). PTP XXI – XXII, PTP XXVII dan PTP XIX menjadi

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara X.

Lokasi Pabrik

Pabrik Gula Tjoekir terletak di sebelah selatan kota Jombang, kilo meter 8

di jalan raya Jombang Pare yang berkedudukan di Desa Cukir, Kecamatan Diwek,

Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur, dengan ketinggian + 60 m di atas

permukaan laut. Lokasi pabrik terletak di dua jalur lalu lintas jalan raya antara

kota Jombang menuju ke kota Pare dan jalan dari Cukir ke Mojowarno. Letak

Pabrik Gula Tjoekir ini memenuhi syarat-syarat suatu perusahaan. Pengangkutan

dapat dilakukan dengan mudah dan murah baik untuk bahan baku maupun hasil

produksi karena lokasi pabrik di tepi jalan raya. Areal PG Tjoekir merupakan

daerah pertanian dan tanaman tebu yang cukup memenuhi dalam menunjang

pengadaan bahan baku bagi kebutuhan produksi pabik gula yang dekat dengan

aliran sungai dan dibantu dengan adanya sumur bor sehingga sumber air sangat

mudah didapatkan. Daerah Cukir jarang terjadi gempa bumi dan angin ribut serta

Page 23: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

11

mempunyai sistem drainase air hujan dengan kapasitas yang cukup untuk

mencegah banjir.

Luas Areal , Tata Guna Lahan dan Wilayah Kerja

Wilayah kerja PG Tjoekir meliputi delapan kecamatan yaitu Gudo, Diwek,

Jogoroto, Mojoagung, Mojowarno, Ngoro, Bareng dan Wonosalam, dengan luas

areal yang cocok untuk ditanami tabu seluas + 16.194,0 ha, terdiri atas lahan

sawah dan tegalan. Luas lahan yang ditanami tebu untuk musim tanam (MT) 2004

– 2005 seluas + 4.669,3 ha dengan luas lahan sawah + 3.893,6 ha (83,4%) dan

tegalan 775,7 ha(16,6 %) dengan komposisi tebu sewa (TS) seluas + 143,4 ha

(3,1%) dan tebu rakyat (TR) seluas + 4.525,9 ha (96,9%). Penentuan lahan

penanaman tebu berdasarkan baku sawah yang ada di masing-masing wilayah.

Baku sawah wilayah PG Tjoekir dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Baku Sawah Dan Potensi Wilayah PG Tjoekir Baku awah yang bisa ditanami tebu (ha) Potensi tebu (ku/ha) Wilayah Sawah Tegal Pekarangan jumlah Sawah Tegal Jumlah Gudo 2,295 - - 2,295 1,375 - 1,375

Diwek 2,911 337 - 3,248 1,214 806 1,100

Jogoroto 1,732 111 - 1,843 1,018 700 975

Mojoagung 375 - - 375 828 - 828

Ngoro 2,810 746 - 3,556 1,064 939 946

Bareng 336 323 - 659 766 727 750

Wonosalam 41 365 63 469 - 570 570 Jumlah 14,312 1,882 63 16,257 1,000 750 910 Sumber : Litbang PG Tjoekir

Keadaan Tanah dan Iklim

Jenis tanah di areal pertanaman tebu wilayah PG Tjiekir pada umumnya

terdiri atas kompleks Andosol Coklat sampai Adosol Coklat kekuningan dan

Grumosol Kelabu, asosiasi Regosol dan Litosol, asosiasi Mediteran Coklat dan

Page 24: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

12

Grumosol Kelabu, kompleks Mediteran Coklat dan Litosol, serta Litosol Coklat

keabuan dan Latosol Coklat kemerahan. Dengan derajat kemasaman tanah (pH)

sekitar 6 – 6.5. Perkebunan tebu wilayah PG Tjoekir temasuk dalam tipe iklim D

(Schmidth dan Ferguson) dengan jumlah hari hujan rata-rata 83 hari, jumlah

bulan basah rata-rata 5 – 6 bulan (November - April) dan curah hujan tahunan

rata-rata 2333 mm.

Keadaan Tanaman dan Perkembangan Produksi

Tanaman tebu yang dibudidayakan di PG Tjoekir terbagi dalam tiga yaitu

plant cane Murni (PCM), PC Bongkar Ratoon/replanting cane dan

keprasan/ratoon cane, dengan luas areal masing-masing untuk PC Murni seluas

737,2 ha, PC Bongkar Ratoon seluas 1107 ha, dan Keprasan seluas 2825,2 ha.

Varietas yang ditanam pada musim tanam 2004 – 2005 terbagi menjadi tiga

kategori yaitu varietas masak awal (umur tebang 12 bulan), masak tengah (umur

tebang 12 – 14 bulan) dan masak akhir (umur tebang 14 – 16 bulan) dengan

komposisi masing-masing sebagian merupakan varietas lama dan sebagian

varietas baru. Data Varietas tebu giling di PG Tjoekir dapat dilihat pada table 3.

Tabel 3 Data Varietas Tebu Giling di PG Tjoekir

No. Kategori Varietas Varietas Lama Varietas Baru A. Masak Awal Ps. 80 – 442 Ps 851 TRITON Ps 863 Ps. 81 – 640 BL Ps. 80 – 1424 Ps 862 BM 98 – 01 Ps. 89 – 19529 Ps. 98 – 25513 Ps. BM 88 – 197 BM 8615 B. Masak Tengah Ps. 58 Ps. 921 Ps. 82 – 3605 Ps. 92 – 1871 M.351 – 57 CW. 2014 Ps. 951 Ps. 85 – 17922 C. Masak Akhir BZ 148 Ps. 861 Ps 77 – 1553 DIV Sumber : Selayang Pandang PG Tjoekir/2004

Page 25: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

13

Perkembangan produksi tebu giling pada periode tahun 2004 – 2005

sebesar 8,03 untuk rendemen dan 7,68 untuk hablur. Hal ini dapat dilihat pada

table 4.

Tabel 4 Data Produktivitas Tebu Giling Masa Tanam 2004 – 2005 Luas Produksi (ton) produktivitas (ton/ha) Kategori (ha) Tebu Hablur Tebu Rend (%) hablur Lahan sawah TSS I – IPL 178 22.510 1.818,36 126,5 8,08 10,22 TSS II – IPL 95 10.350 834,95 108,9 8,07 8,79 Jumlah 273 32.860 2.863,31 120,4 8,07 9,72 TRS I – K 975 115.725 9.297,15 118,7 8,03 9,54 TRS II – K 1.123 114.542 9.185,83 102,0 8,02 8,18 Jumlah 2.098 230.267 18.482,98 109,8 8,03 8,81 TRS I – M 89 6.410 513,41 72,0 8,01 5,77 TRS II – M 538 38.165 3.054,62 70,9 8,00 5,68 Jumlah 627 44.575 3.568,03 71,1 8,00 5,69 Jumlah sawah 2998 307.702 24.704,32 102,6 8,03 8,24 Lahan tegal TRT I – K 307 23.800 1.909,01 77,5 8,02 6,22 TRT II – K 460 34.865 2.792,56 75,8 8,01 6,07 Jumlah 767 58.665 4.701,57 76,5 8,01 6,13 TRT I – M 79 5.545 444,51 70,2 8,02 5,63 TRT II – M 156 10.765 862,51 69,0 8,01 5,53 Jumlah 235 16,310 1.307,02 69,4 8,01 5,56 Jumlah tegal 1.002 74.975 6.008,59 74,8 8,01 6,00 Total 4000 832.677 30.712,91 95,7 8,03 7,68 Sumber : lap.data-tan/rencana/prod..tg.03-07

Pabrik Gula Tjoekir menghasilkan produk utama berupa gula dan produk

sampingan berupa tetes (molasses), blotong, abu ketel dan ampas tebu (bagase).

Tetes digunakan sebagai bahan baku bagi industri monosodium glutamat (MSG)

dan industri alkohol, blotong dan abu ketel digunakan sebagai pupuk organik,

sedangkan ampas tebu dipakai sebagai bahan bakar pabrik gula.

Keragaan Pabrik

Pabrik di PG Tjoekir mulai beroperasi penuh sejak awal pembangunannya

pada tahun 1884. Alat-alat pabrik di bagian instalasi meliputi stasiun boiler,

Page 26: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

14

stasiun gilingan, stasiun puteran, stasiun tengah, stasiun listrik, stasiun instrumen

dan lain-lain. Data kinerja pabrik dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5 Data Kinerja Pabrik Uraian Total

Kapasitas giling inklusif (ku) 26.500

Kapasitas giling eksklusif (ku 29.000

Hari giling (hari) 150

Jam berhenti (%) 9,37

HPB total 88,92

PSHK 96,97

Efisiensi gilingan (%) 86,23

Winter rendemen 97,50

Faktor rendemen 0,66

Efisiensi pabrik (%) 84,075

Sumber : Laporan kilat 15 harian periode X PG Tjoekir

Struktur Organisasi dan Tugas Kepegawaian

Pabrik Gula Tjoekir merupakan unit produksi dari PT Perkebunan

Nusantara X (Persero) yang dipimpin oleh seorang administratur yang

berkedudukan di lokasi pabrik gula. Administratur bertanggung jawab penuh

kepada direktur utama dalam pelasanaan tugas dan kewajiban yang telah

diberikan oleh kantor direksi. Seorang administratur dibantu oleh beberapa kepala

bagian, yaitu kepala bagian tanaman, kepala bagian instalasi, kepala bagian

pengolahan dan kepala bagian administrasi keuangan dan umum (AKU). Struktur

organisasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran 1.

Kepala bagian tanaman bertugas untuk bertanggung jawab kepada

administratur dalam bidang tanaman, mewakili administratur pada waktu

berhalangan, mengkoordinasi rencana areal tanaman untuk tiga tahun yang akan

datang. Seorang kepala bagian tanaman dibantu oleh tiga orang sinder kebun

kepala (SKK) yang masing-masing menangani bidang tanaman, litbang dan

tebang angkut. Untuk SKK tanaman dan litbang dibantu oleh sinder kebun

wilayah (SKW) yang dibantu oleh pembina tebu rakyat intensifikasi (PTRI) untuk

wilayah tanaman dan koordinator-koordinator yang menangani analisa nira

Page 27: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

15

perahan pertama (NPP), lab hama, kebun percobaan, pembibitan dan pengambilan

contoh serta pelayanan kantor tanaman dan TU sentral tanaman untuk wilayah

litbang. Sedangkan SKK tebang angkut dibantu oleh koordinator tebang angkut

yang membawahi pengawas tebang angkut yang terdi dari para koordinaor PTRI

masing-masing wilayah tanaman.

Kepala bagian instalasi bertugas melaksanakan kebijaksanaan-

kebijaksanaan dalam bidang teknik, menjadi resposibility center (RC) di bidang

instalasi, bertanggung jawab atas pengoperasian pabrik pada waktu giling,

memeriksa dan melaksanakan perbaikan pabrik pada waktu giling dan di luar

waktu giling, mempunyai wewenang untuk mengadakan koreksi-koreksi dan

mengawasi rencana kerja dan anggaran belanja guna diajukan ke administratur.

Kepala bagian instalasi dibantu oleh kepala-kepala stasiun yang membawahi

stasiun umum, stasiun ketel, stasiun tengah, stasiun gilingan, stasiun listrik dan

stasiun putaran serta koordinator bagian kendaraan/remise.

Kepala bagian pengolahan bertugas melaksanakan prosessing pengolahan

nira tebu menjadi gula. Kepala bagian pengolahan dibantu oleh ajunc. FC yang

membawahi chemiker yang bertanggung jawab atas pekerjaan opziter pabrikasi

dan kepala gudang gula.

Kepala bagian administrasi keuangan dan umum bertugas membantu

administratur mengolah keuangan dan menyediakan keuangan untuk bagian-

bagian, bertanggung jawab meenyajikan data administrasi akuntansi PG,

mengkoordinir pelaksanaan tata usaha dan keuangan yang meliputi : perencanaan

dan pengawasan keuangan, tata usaha keuangan/pembukuan dan pembinaan

tenaga kerja sekretariat dan umum. Kepala bagian AKU dibanu oleh beberapa RC,

yaitu RC pengawasan dan perencanaan oleh seorang pembantu pemegang buku,

dibantu oleh beberapa karyawan, RC tata usaha dan keuangan dipegang oleh

seorang pembantu pemegang buku, dibantu beberapa karyawan, RC sekretariat

umum dibantu oleh beberapa karyawan dan RC hubungan antar karyawan

(HAK)/umum dibantu oleh staf PTK, mantri poloklinik,dan kadiskam serta

dibantu beberapa karyawan.

Page 28: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

16

Susunan Personalia

Berdasarkan status kepegawaiannya, karyawan PG Tjoekir dibedakan atas

karyawan pimpinan/staf dan karyawan pelaksana/nonstaf. karyawan pimpinan/staf

terdiri atas administratur beserta kepala bagian dan pembantu-pembantunya.

Karyawan pelaksana/nonstaf dibagi menjadi dua yaitu karyawan tetap dan

karyawan musiman yang meliputi mandor/PTRI, mekanik dan operator.

Karyawan tetap bekerja baik dalam waktu giling maupun di luar waktu giling.

Karyawan musiman bekerja sesuai dengan kontrak dan honorer. Karyawan harian

yang meliputi karyawan kampanye yang bekerja hanya pada waktu musim giling,

karyawan kontrak waktu tertentu (KKWT)/karyawan lain-lain bekerja sewaktu-

waktu ketika PG membutuhkan tenaga tambahan dan karyawan borongan yang

bekerja berdasarkan sistem borongan untuk pekerjaan yang sifatnya selesai dalam

satu waktu seperti buruh hariah lepas (BHL). Jumlah karyawan PG Tjoekir dapat

dilihat pada table 6.

Tabel 6 Jumlah Karyawan PG Tjoekir, 2005 Karyawan Jumlah

Karyawan tetap

Karyawan Pimpinan 32 orang

Karyawan Tetap 311 orang

Jumlah 343 orang

Karyawan tidak tetap

Karyawan Kampanye 485 orang

Karyawan Musiman 23 orang

Karyawan Borongan dll 242 orang

Jumlah 750 orang

Jumlah 1.093 orang

Sumber : HAK/umum PG Tjoekir

Page 29: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

17

TEKNIK BUDIDAYA

Budidaya di Lahan Sawah

Budidaya tebu di lahan sawah memerlukan beberapa tindakan kultur

teknis pada lahan sawah. Pembuangan air pada saat-saat pertama pengolahan

lahan sangat diperlukan agar tanah tidak terlalu basah (drainase terjaga).

Persiapan Lahan

Lahan yang digunakan di wilayah kerja PG Tjoekir dibedakan menjadi dua

yaitu lahan TRIS (tebu rakyat intensifikasi kategori sawah) atau TRIT (tebu rakyat

intensifikasi kategori tegalan) yang merupakan tanah milik petani dan dikelola

oleh petani, dan lahan TS (tebu sewa) yang merupakan tanah petani yang disewa

PG untuk dikelola oleh PG, untuk TS di PG Tjoekir semua kategori lahannya

adalah lahan sawah.

Dalam penyewaan lahan, perlu dilakukan survei lahan yang memenuhi

persyaratan untuk budidaya tebu. Syarat tersebut antara lain pemasukan dan

pembuangan air lancar, terdapat jalan tebang dan luasnya minimal satu hektar.

Petugas PG molobi petani pemilik lahan dan negosiasi harga sewa, setelah

disetujui dan ada kesepakatan dari kedua pihak, selanjutnya melihat peta baku

sawah di desa dan melakukan pengukuran langsung ke lahan untuk kemudian

digambar oleh juru gambar wilayah PG.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan sawah menggunakan sistem reynoso yaitu membuat got-

got untuk pembuangan dan penampungan air. Hal yang dilakukan sebelum mulai

membuka lahan adalah pemasangan ajir lahan agar yang diolah benar-benar lurus.

Menyiku dengan alat siku untuk menentukan arah got dan juringan sehingga dapat

meminimalkan tara kebun. Pada lahan yang miring pemasangan siku dimulai di

daerah yang paling dekat dengan pembuangan air/patusan yang tanahnya

basah/becer.

Page 30: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

18

Pertama-tama yang dilakukan dalam sistem pengolahan tanah Reynoso

adalah pembuatan got keliling, yaitu got yang mengelilingi lahan. Got ini

mempunyai lebar 60 cm dengan kedalaman 90 cm. Setelah got keliling selesai,

dibuat got mujur yang posisinya sejajar dengan juringan (deret tanaman tebu

nantinya). Ukuran got mujur adalah lebar 60 cm dan dalamnya 80 cm. Jarak

antara got mujur satu dengan lainnya adalah 62,5 meter. Got terakhir adalah got

malang yang posisinya tegak lurus dengan bakal juringan. Lebar got malang 50

cm dan kedalaman 70 cm, sedangkan jarak antar got malang adalah 8 meter. Pada

prinnsipnya, kedalaman ketiga got tersebut berbeda 10 cm agar pembuangan air

lancar. Setelah pembuatan got selesai, terbagilah lahan tersebut menjadi kotak-

kotak dengan luas 500 m2. Sehingga dalam satu hektar lahan terdapat 20 kotak,

dalam setiap kotak dibuat juringan.

Juringan (lubang tanam) dibuat dengan posisi sejajar dengan got mujur dan

dan tegak lurus dengan got malang. Jarak PKP (pusat ke pusat) untuk tanaman

tebu giling adalah 104 cm, 45 cm untuk juring dan 59 cm untuk blabagan (tanah

untuk meletakkan buangan hasil galian juringan yang ditumpuk membentuk

guludan) dengan kedalaman juringan 30 cm. Dalam satu kotak terdapat 56

juringan, sehingga dalam satu hektar ada 1120 juringan. Juringan dibuat dimulai

dari arah patusan atau dengan kata lain dari daerah yang lebih rendah ke daerah

yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar air yang terdapat pada petak lahan dapat

segera dikeluarkan untuk menjaga drainase tanah. Pada lahan yang datar

penentuan arah got mujur, got malang dan juringan disesuaikan dengan arah sinar

matahari, yaitu arah utara selatan untuk arah juringan. Hal ini dimaksudkan agar

persebaran sinar matahari yang didapatkan tanaman bisa merata. Pada sisi

juringan yang behadapan dengan got malang diberi panjang muka untuk

meletakkan buangan taen (tanah dari got) saat pembersihan dan pendalamam got

(korah got) dan pada setiap lima got malang di tepi juringan dibuat jalan kontrol

selebar 1,2 meter. Pada sisi juring yang bersebelahan dengan got mujur juga diberi

jarak untuk buangan taen. Bila terdapat tanah atau lapisan yang kedap air harus

dipecah terlebuh dahulu. Tanah yang telah selesai diolah dibiarkan 2 – 3 minggu

untuk mendapat panas dan sinar matahari (didayung).

Page 31: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

19

Pembibitan

Bibit yang akan ditanam untuk tebu giling di PG Tjoekir berasal dari

KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh PG yang biasa disebut KBD-PG atau

yang dikelola oleh petani dengan tetap di bawah pengawasan PG yang biasa

disebut KBD Jasa/KBD Kerja Sama. Hal ini disebabkan bibit dipilih yang

bermutu baik, agar dapat menghasilkan rendemen yang tinggi. Bibit yang bermutu

baik adalah mempunyai daya tumbuh > 90 %, tingkat kemurnian > 95 %, habitus

batang normal sesuai varietasnya dan berasal dari KBD yang sehat.

Penangkaran bibit. Bibit yang dikelola oleh PG Tjoekir berasal dari

P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) di Pasuruan dan

sebagian lagi berasal dari Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) PTPN

X (Persero) yang berlokasi di Jengkol, Kediri. Proses pembibitan tersebut melalui

empat langkah, yang pertama, bibit ditanam di KBP (kebun bibit pokok) pada

sekitar bulan Maret dengan luas 0,1 % dari luas lahan perkebunan tebu nantinya.

Hasil penanaman ini diambil dan ditanam di KBN (kebun bibit nenek) pada

sekitar bulan Oktober dengan luas 0,5 % dari luas lahan tebu nantinya. Bibit dari

KBN ditanam di KBI (kebun bibit induk) pada sekitar bulan April tahun

berikutnya dengan luas lahan 2,5% dari luas lahan tebu nantinya.Dari KBI

dihasilkan bibit untuk ditanam di KBD (kebun bibit datar) pada sekitar bulan

November dengan luas lahan 12,5 % dari luas lahan tebu nantinya.

Persen luas lahan di atas dapat diterangkan sebagai berikut. Bibit dari 1

ha KBP dapat ditanam di KBN seluas 5 ha. Bibit dari 1 ha KBN dapat ditanam di

KBI seluas 5 ha. Satu hektar KBI menghasilkan bibit yang dapat ditanam di KBD

seluas 5 ha. Bibit dari 1 ha KBD untuk 8 ha kebun tebu giling. Jadwal

pelaksanaan pembangunan kebun bibit dapat dilihat pada table 7.

Page 32: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

20

Tabel 7 Jadwal Pelaksanaan Pembangunan Kebun Bibit No Uraian Kegiatan J

aFe

Ma

Ap

Me

Jn

Jl

Ag

Sp

Ok

No

De

I. II. III IV

Pembangunan Kebun Bibit Pokok (KBP) - Persiapan Lahan - Pengolahan lahan - Penanaman Bibit - Pemeliharaan - Seleksi Bibit - Tebang/Angkut Pembangunan Kebun Bibit Nenek (KBN) - Persiapan Lahan - Pengolahan lahan - Penanaman Bibit - Pemeliharaan - Seleksi Bibit - Tebang/Angkut Pembangunan Kebun Bibit Induk (KBI) - Persiapan Lahan - Pengolahan lahan - Penanaman Bibit - Pemeliharaan - Seleksi Bibit - Tebang/Angkut Pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD) - Persiapan Lahan - Pengolahan lahan - Penanaman Bibit - Pemeliharaan - Seleksi Bibit - Tebang/Angkut

Macam bibit. Bibit tebu yang digunakan di PG Tjoekir adalah bibit bagal

yang merupakan pertumbuhan dari mata tunas yang terdapat di setiap buku

batang. Setiap bibit terdiri atas dua mata tunas dengan potongan serong ditengah

ruas.

Varietas bibit. Varietas atau jenis tebu yang digunakan di PG Tjoekir

berasal dari varietas bibit yang dikeluarkan oleh P3GI atau Puslitbang PTPN X

(Persero). Puslitbang PTPN X (Persero) mengembangkan dan memperbanyak dua

macam varietas, yaitu varietas komersial dan varietas koleksi. Kedua varietas

tersebut merupakan varietas baru yang berasal dari persilangan antara janis-jenis

Page 33: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

21

yang sebelumnya telah ada untuk menghasilkan klon baru dengan sifat

keunggulan yang diharapkan. Jenis tebu baru yang belum pernah dikembangkan

secara komersial diuji dalam percobaan orvar (orientasi varietas) di tingkat PG

untuk mengetahui varietas yang sesuai untuk wilayah PG tersebut. Adapun urut-

urutan untuk menguji jenis tersebut adalah setelah percobaan orvar dilanjutkan

pada petak percobaan yang lebih besar yaitu percobaan warteb (warung tebu)

dilanjutkan dengan percobaan demplot (demo plot) dengan luasan yang lebih

besar lagi. Dari percobaan tersebut akan terlihat varietas-varietas yang cocok

untuk dikembangkan secara komesial. Varietas-varietas yang dinilai sesuai untuk

dikembangkan di wilayah PG tersebut dilakukan rating varietas, yang dilakukan

oleh petani, PG, dinas perkebunan tingkat kecamatan atau kabupaten dan P3GI.

Varietas-varietas tebu tersebut kemudian diidentifikasi sifat botanis dan

agronomisnya untuk kemudian dikembangkan di masing-masing PG.

Seleksi bibit. Kegiatan seleksi bibit berupa membongkar dan

mengeluarkan rumpun-rumpun varietas lain dari kebun bibit agar kemurnian

varietas dalam satu kebun terjaga serta menyeleksi serangan hama dan penyakit.

Seleksi bibit dilakukan tiga kali,yaitu pada waktu tanaman berumur dua bulan,

empat bulan dan menjelang penebangan bibit bagal pada umur tanaman sekitar

5,5 bulan.

Teknik budidaya tebu bibit. Kebun untuk bibit diolah dengan cara sama

seperti pada pengolahan lahan di kebun tebu giling (KTG). Hanya saja PKP (jarak

pokok ke pokok juringan) untuk lubang tanam bibit sebesar 95 cm. Bibit dari

tebangan kebun bibit jenjang sebelumnya yang sudah diklentek dipotong-potong

dan disortasi, diecer pada tiap gulud untuk mengatur jumlah bibit yang ditanam.

Kegiatan pemeliharaan tanaman bibit antara lain pendalaman dan pembersihan got

yang dilakukan pada saat sebelum tanam dan setiap bumbun. Bumbun dilakukan

satu bulan sekali sejak satu bulan setelah tanam sebanyak tiga kali, yaitu bumbun

I, bumbun II, bumbun III atau bacar/gulud kecil.

Pemupukan dilakukan dua kali menggunakan pupuk Urea dengan dosis

300 kg perhektar, 200kg per hektar diberikan tujuh hari setelah tanam dan 100 kg

per hektar diberikan satu bulan setelah pemupukan pertama. Penyulaman bibit

Page 34: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

22

dilakukan pada tanaman bibit yang mati atau rusak dengan bahan yang seumur

dan varietas yang sama. Penyulaman bibit rayungan dilakukan paling lambat

seminggu sesudah tanam, sedangkan pada bibit bagal dua minggu setelah tanam.

Bibit ditebang pada usia 7 – 9 bulan, hal ini disebabkan oleh mata pada

bagal yang muda akan lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan yang tua.

Penebangan dilakukan tanpa pengklentekan agar kelembaban dan kadar air dalam

bagal tetap terjaga. Dalam penebangannya, tanaman disisakan 3 – 4 ruas untuk

dirayung. Pengangkutan bibit dilakukan dalam keadaan masih terselimuti oleh

daduk/daun kering. Kegiatan selanjutnya adalah pembongkaran bibit,

pengklentekan, pemotongan dan sortasi, yaitu dipisahkan antara bibit pucuk, bibit

tengah dan bibit pangkal dan membuang mata yang tidak tumbuh.

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, untuk mempermudah penanaman juringan diairi

terlebih dahulu dengan timba secukupnya. Setelah itu bibit diecer agar pembagian

bibit merata dan jumlah bibit tiap juringan juga merata. Sebelum bibit ditanam,

lubang tanam diberi pupuk SP-36 terlebih dahulu. Bibit bagal diletakkan mendatar

dengan mata tunas terletak di samping. Bibit diletakkan dan ditutup dengan tanah

agar tidak bergeser. Bibit ditanam lurus dan pada ujung juringan diberi sumpingan

untuk sulaman. Kebutuhan bibit dalam satu juring untuk bibit bagal adalah 28

batang per juring, sedangkan untuk rayungan sebanyak 28 batang per juring.

Pemeliharaan

Pemeliharaan untuk tanaman pertama meliputi kegiatan penyulaman,

pemberian air, pemeliharaan got, pemupukan, pembumbunan, pembersihan

gulma, pengendalian hama dan penyakit dan pembersihan daun kering atau tua

(klentek).

Penyulaman. Bibit yang mati atau tidak tumbuh, segera diganti dengan

bibit yang baru . Bila sepanjang 50 cm juringan, tidak ada bibit yang tumbuh,

maka hal itu pertanda bahwa bibit mati. Penyulaman petama dilakukan pada umur

Page 35: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

23

seminggu bila memakai bibit rayungan atau pada umur empat minggu bila

menggunakan bibit bagal. Bibit sulaman didapat dari sumpingan atau bibit

dederan. Penyulaman kedua dilakukan empat miggu setelah penyulaman pertama

atau bila dalam satu juringan belum tumbuh 90% tunas. Bibit untuk sulaman

kedua diperoleh dari sisa sumpingan, seblangan (memecah rumpun) atau puteran

(memindahkan rumpun).

Pemberian Air. Air banyak digunakan pada pertumbuhan awal sampai

berumur 4 sampai 5 bulan. Semakin tua tanaman tebu semakin sedikit air yang

dibutuhkan. Pemberian air pertama diberikan menjelang dan sesudah tanam.

Setelah itu penyiraman dilakukan 3 hari sekali sampai umur tanaman 2 minggu.

Saat umur tanaman 2 sampai 4 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali seminggu.

Waktu tanaman berumur 4 sampai 6 minggu, penyiraman dilakukan seminggu

sekali. Saat tanaman berumur 6 sampai 16 minggu penyiraman sebulan sekali.

Penyiraman yang terakhir dilakukan sebelum gulud terakhir. Bila saat penyiraman

bersamaan dengan pemupukan, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah

pemupukan dilanjutkan dengan penyiraman.

Pemeliharaan Got. Tujuan utama pemeliharaan got adalah untuk menjaga

agar drainase tetap baik. Kegiatannya meliputi pembersihan got, perbaikan

dinding got yang rusak dan pendalaman got. Pendalaman got yang sudah dangkal

dimaksudkan agar got tetap dalam. Pendangkalan got disebabkan oleh jatuhnya

tanah ke dalam got akibat terinjak atau terkikis hujan.

Pemupukan. Pemupukan tanaman tebu harus memperhatikan jenis, dosis,

waktu, cara dan mutunya. Kelima hal tersebut perlu diperhatikan agar tanaman

mendapat unsur hara yang sesuai, dapat menyerap dengan tepat waktu dan lebh

efisien.

a. Jenis dan Dosis Pupuk

Pupuk yang digunakan merupakan pupuk yang mengandung N. P dan K.

Unsur N dapat diperoleh dari ZA. Selain itu juga ditambah dengan urea. Pupuk

SP – 36 untuk memenuhi unsur P. Sedangkan untuk unsur K diperoleh dari

Page 36: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

24

pupuk KCl atau ZK. Jumlah pupuk yang dipakai disesuaikan dengan janis

tanahnya. Hal ini bisa dilihat pada tabel 8. Untuk kebun tebu sewa (TS) PG

Tjoekir sebelum penanaman dilakukan analisa contoh tanah di setiap kebun

untuk diketahui jumlah unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman tebu.

b. Waktu dan Cara Pemupukan

Pupuk SP – 36 diberikan sebelum penanaman. Caranya pupuk disebar

merata pada dasar juringan. Pupuk ZA diberikan dua kali, dosisnya bergantung

pada ketersediaan air pada daerah itu.

Tabel 8 Jumlah Pupuk ZA di Daerah yang Terjamin dan Kurang Terjamin Airnya

Daerah air

Terjamin kurang Terjamin

ZA I 1/3 – 1/2 dosis 1/2 – 2/3 dosis

ZA II 1/2 – 2/3 dosis 1/3 – 1/2 dosis

Sumber : Direktorat Bina Produksi,1989

Pemberian ZA I bersamaan dengan pemberian KCl. Waktunya

seminggu setelah tanam untuk bibit rayungan atau dua minggu setelah tanam

untuk bibit bagal. Pemupukan dilakukan dengan menugal juringan sedalam 10

cm dan berjarak 10 cm dari bibit. Letak lubang pupuk ZA I dengan KCl saling

berseberangan. Pemupukan ZA II dilakukan empat minggu setelah pemupukan

ZA I dengan cara yang sama. Namun tempatnya berseberangan dengan lubang

ZA I. Adapun dosis ZA, SP – 36 dan KCl adalah 7:3:2,5 (kuintal perhektar).

Pembumbunan. Pembumbunan adalah penimbunan tanah, sering disebut

juga turun tanah. Pembumbunan dilakukan empat kali, yaitu (1) pada waktu

tanaman berumur satu bulan atau telah tumbun 40 – 50 tunas per juring, (2) 2 –

2,5 bulan atau tunas tumbuh sebanyak 115–135 per juring, (3) 3 – 3,5 bulan atau

telah ada 140 tunas per juring, dan (4) 4 – 5 bulan atau setelah ada 4 – 5 ruas

batang di atas tanah atau telah ada dua daun kering yang siap diklentek.

Pembersihan gulma. Pembersihan gulma dilakukan dengan tenaga

manusia atau bahan kimia. Bahan kimia digunakan bila kekurangan tenaga kerja.

Page 37: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

25

Dengan tenaga manusia, pembersihan dilakukan empat kali dengan selang waktu

tiga minggu setelah tanam. Sampai umur empat bulan, lahan harus bebas gulma

agar tidak terjadi persaingan penyerapan unsur hara tanah.

Herbisida yang digunakan adalah herbisida pra tumbuh (pre-emergence)

dengan komposisi 2,5 – 3 liter per hektar herbisida berbahan aktif ametrin

ditambah 1,5 liter per hektar herbisida berbahan aktif 2,4 D (2,4 dimethylamina).

Campuran itu dilarutkan dalam 400 liter air. Dosis ini untuk satu hektar tanaman.

Perhitungan dosis tersebut adalah sebagai berikut : 2,5 l

Dosis ametrin = X 100 % = 0,6 % 400 l

1,5 l Dosis 2,4 D = X 100 % = 0,4 % 400 l

Waktu penyemprotan 0 – 7 hari setelah penanaman. Jenis gulma yang

menyerang terdiri atas gulma berdaun lebar, berdaun sempit/rumput dan teki.

Jenis gulma tersebut bisa dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Gulma Dominan di Pertanaman Tebu Wilayah Kerja PG Tjoekir 2004 – 2005

Jenis gulma Spesies

Teki Cyperus compresus, Cyperus rotundus L.

Gulma daun sempit Cynodon dactylon, Digitaraia ascendenss

atau rumput Digitaria sanguinalis, Eleusine indica L.,

Dactyloctenium aegyptum, Brachiaria miliformis.

Gulma daun lebar Borreria alata (Aubl.) D. C, Mikania micrantha H,

B. K, Momordica charantia L., Cleome ginandra

L., Amaranthus spinosus.

Sumber : Litbang. PG Tjoekir

Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit

bertujuan untuk meminimalkan kerugian produksi tebu atau gula. Pengendalian

hama dan penyakit tanaman tebu di PG Tjoekir dilakukan dengan empat cara

yaitu secara manual/mekanis, kimiawi, biologis dan kultur teknis/budidaya.

Pada umumnya pengendalian penyakit dilakukan dengan cara

memotong tanaman yang terserang dan memusnahkannya agar tidak menular

pada tanaman yang sehat. Pengendalian dengan cara ini dilakukan sampai tebu

Page 38: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

26

berumur 5 bulan. Setelah melewati umur tersebut tidak lagi dilakukan

pengendalian, tetapi tetap dilakukan pengawasan. Hal ini bertujuan untuk

menghindari fluktuasi serangan penyakit yang terlalu tinggi. Serangan penyakit

dapat dicegah dengan perlakuan air panas (hot water treatment) atau

mencelupkan pisau pemotong bibit dalam larutan lysol 20% atau alkohol 70%

dan pemberian nematisida waktu pengolahan tanah Selain itu penanaman

varietas tebu tahan penyakit, pemilihan bibit yang sehat dan penjagaan

kebersihan kebun juga dapat mencegah serangan penyakit. Selain itu Litbang

bagian tanaman PG Tjoekir membiakkan parasit Trichograma sp. dalam

bentuk pias, yang berisi 2.500 telur per pias. Pemasangan pias dilakukan tiap

minggu sekali selama empat belas minggu mulai tanaman berumur 1,5 hingga

2 bulan sebanyak dua pias per hektar.

Jenis hama dan penyakit yang banyak menyerang tanaman tebu di

wilayah kerja PG Tjoekir beserta gejalanya adalah sebagai berikut :

a. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella. Scirpophaga nivella intacta)

Daun muda yang masih menggulung berwarna kuning atau kering. Titik

tumbuhnya mati. Pada ruas muda terdapat ngengat. Sedangkan pada ibu tulang

daun terdapat lorong gerak.

b. Penggerek Batang (Chilo auricillus, Chilo sacchariphagus)

Tampak bercak-bercak putih bekas gerekan pada daun, tetapi kulit luar

daun tidak ditembus. Pada bagian dalam pelepah dan ruar batangnya terdapat

lorong gerekan. Kadang-kadang diikuti dengan matinya titik tumbuh dan daun

muda layu.

c. Penggerek Raksasa (Pragmataecia castaneae)

Terdapat lorong gerek pada pelepah daun dan ruas muda maupun tua.

Pada lubang tempat masuk hama tersebut keluar ngengat yang besar. Kulit

pupa tersebut kadang tertinggal di luar lubang, Setelah itu, batang bagian

tengah hancur dan tanaman mati.

d. Uret (Lepidiota stigma, Apogonia destructor, Holotrichia hellery, Euchlora

viridis, Anomala obsoleta dan Psycopolis sp.)

Page 39: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

27

Daun tampak menguning dan kelamaan menjadi kering. Tanaman mulai

layudan akhirnya mati. Pangkal batang terdapat bekas gerekan dan bila tanah

disingkap terdapat uret.

e. Kutu Bulu Putih/Cabuk Putih (Ceratovacuna lanigara)

Di kanan kiri ibu tulang daun bagian bawah terdapat koloni kutu

berwarna putih. Permukaan atas daun tertutup jamur/cendawan jelaga,

sehingga berwarna hitam. Daun menjadi kuning dan kering pada serangan yang

berat.

f. Ulat Grayak (Anticyra combusta, Spodoptera mauritia, Leucania sp.)

Tepi daun muda dan tua habis dimakan ulat. Makin lama helaian daun,

kecuali ibu tulang daun juga dihabiskan.

g. Belalang (Valanga nigricornis, Locusta migratoria)

Daun muda dan tua terdapat luka bekas gigitan. Gigitan dimulai dari tepi

daun ke tengah, tetapi ibu tulang daun tidak ikut dimakan.

h. Tikus (Rattus sp.)

Terdapat bekas gerekan pada pucuk tanaman atau ruas batang. Gerekan

tersebut dapat menyebabkan daun menjadi patah.

i. Penyakit Mosaik (Virus pada Kutu Rhopalosiphus maidis)

Pada daun muda terdapat noda atau garis yang sejajar dengan tulang

daun, berwarna hijau muda sampai kuning. Sedangkan pada daun tua,

warnanya berubah menjadi merah.

j. Penyakit Blendok (Bakteri Xanthomonas albilineans)

Daun mengalami klorosis yang dimulai dari ibu tulang daun ke arah tepi.

Makin lama daun makin kering, tanaman juga kering dan akhirnya mati.

k. Penyakit Daun Hangus (Cendawan Stagonospora sacchari)

Pada daun tampak adanya bentuk elips memanjang dengan tepi berwarna

kuning dan bagian dalam kering. Bila cuaca kering, daun tampak seperti

tebakar.

l. Penyakit Noda Kuning (Cendawan Mycovellosiela koepkei)

Adanya noda kuning pucat yang kemudian berubah menjadi kuning segar

pada helaian daun. Di dalam noda kadang terdapat juga titik atau garis merah,

Page 40: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

28

yang makin lama makin memenuhi noda. Bila daun tersebut kering, bagian

noda tidak ikut kering.

m. Penyakit Pokahbung (Cendawan Gibberella moniliformis)

Gejala penyakit ini terdiri atas tiga stadium. Pada stadium pertama,

daun mengalami klorosis yang kadang diikuti dengan mengisutnya daun. Daun

berlubang dan adanya noda merah. Pada stadium kedua pertumbuhan

terhambat, berkas pengangkut tidak tumbuh sempurna, ruas batang pendek dan

terkadang bengkok. Stadium tiga ditandai dengan daun muda kering dan

akhirnya tanaman mati.

n. Penyakit Karat (Cendawan Puccinia kulhbii dan Puccinia melanochepala)

Adanya garis-garis pendek, membujur berwarna jingga kemudian

berubah menjadi cokelat pada kedua permukaan daun. Bagian permukaan

bawah daun terdapat tonjolan-tonjolan seperti benda berkarat.

o. Penyakit Luka Api (Cendawan Ustilago scitaminea)

Pertumbuhan tanaman terhambat, daun kecil dan sempit. Batang

menjadi kecil memanjang dan perawakan tanaman seperti rumput. Daun muda

bentuknya berubah menjadi bulat memanjang seperti cambuk, berwarna hitam.

Pada daun menempel spora cendawan yang banyak sekali jumlahnya.

p. Penyakit Pembuluh (Bakteri Clavibacter xyli subsp xyli)

Pertumbuhan tanaman lebih kerdil. Bila batang dibelah membujur

terlihat warna kemerahan atau putih pada berkas pembuluhnya.

q. Penyakit Disebabkan Nematoda (Helycotylenchus sp., Pratylenchus sp.,

Meloidogyne sp., Criconemoides sp.)

Pertumbuhan tanaman terhambat. Batang dan daun menjadi kuning

pucat, dengan tepi daun mengering. Akar membengkak dan terdapat noda

nekrotis berwarna merah-ungu kehitaman.

Budidaya Lahan Tegalan

Pada budidaya lahan tegalan PG Tjoekir, wilayah yang menggunakan

sistem ini sebagian besar adalah daerah berkontur pegunungan seperti wilayah

Bareng dan Wonosalam. Lahan yang digunakan adalah lahan bekas palawija

sehingga tidak perlu adanya proses pembukaan lahan dengan alat berat. Sebagian

Page 41: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

29

besar proses budidaya di lahan ini menggunakan cara semimekanis sampai

mekanis.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan untuk memulai budidaya di lahan tegalan sangat berbeda

dengan lahan sawah. Langkah persiapan meliputi pembukaan lahan, pengolahan

tanah dan pembuatan juringan.

Pembukaan lahan. Budidaya yang dilakukan di lahan baru harus dimulai

dengan pembukaan lahan baru. Pada lahan tegalan bekas palawija atau sawah,

pekerjaan paling berat adalah meratakan tanah. Langkah-langkah pembukaan

lahan harus disesuaikan dengan daerahnya. Semak, perdu dan rumput harus

dibabat dan disingkirkan. Lahan dibersihkan dan sisa-sisa pembabatan diratakan

dengan tanah.

Pengolahan Tanah. Tekstur tanah di lahan kering ada yang berat, sedang

atau ringan. Pengolahan tanah bertekstur berat dapat memakai bajak atau garu

yang ditarik dengan traktor. Urutan kegiatannya adalah pembajakan dengan

implement bajak piring tiga sampai empat piringan diameter 32 inci atau bajak

singkal empat titik dengan jenis traktor MF 4270 dengan kekuatan 110 HP. Jika

diperlukan, maka pembajakan dilakukan dua kali diikuti kair, kemudian

penggaruan dan terakhir bajak furrower/kayar untuk membuat juringan.

Tanah bertekstur sedang dapat diolah dengan menggunakan bajak yang

ditarik oleh ternak atau yang biasa disebut dengan sontop mardiyo/singkal sapi.

Untuk bukaan menggunakan luku desa yang terbuat dari kayu dan memiliki garpu

tiga kemudian menggunakan bajak double wing untuk membuat juringan setelah

itu digarpu tiga lagi dan dibajak double wing lagi untuk memperdalam dan

melebarkan juringan, baru kemudian disontop. Sontop adalah garpu tiga yang

giginya lebih rapat untuk membuata kasuran/alas tanam. Untuk lahan yang ringan

bisa dikerjakan dengan manusia atau dengan traktor bisa langsung dikayar/bajak

furrower untuk langsung dibuat juringan. Pada budidaya lahan tegalan juringan

Page 42: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

30

dibuat terlebih dahulu baru kemudian got, sedangkan pada lahan sawah yang

pertama dibuat adalah got baru juringan untuk menurunkan permukaan air.

Pembuatan Juringan. Di akhir pengolahan tanah, dilakukan pembuatan

juringan sedalam 30 cm dengan jarak pusat ke pusat 95 sampai 125 cm. Pada

tanah yang miring, subur dan basah, jaraknya semakin sempit. Untuk lahan

dengan kemiringan lebih dari 3%, juringan dibuat sejajar garis tinggi (kontur).

Panjang juringan sekitar 58 meter.

Persiapan Bibit

Tidak berbeda dengan pengadaan bibit di lahan sawah, bibit yang dipilih

harus bibit yang bermutu baik. Jenis bibit yang digunakan adalah bibit bagal

dengan tiga sampai empat mata tunas atau bibit pucuk dengan panjang 30 sampai

40 cm. Setelah pisau pemotong digunakan tiga sampai empat kali, harus

dicelupkan ke dalan larutan lysol 20% untuk mencegah penularan bibit penyakit.

Penanaman

Waktu penanaman dapat dilakukan dua periode. Periode I atau masa

tanam pola A, yaitu bulan Mei sampai Juni pada saat menghadapi musim

kemarau. Periode II atau masa tanam pola B, yaitu pada bulan September sampai

November pada saat awal musim hujan. Bibit untuk tebu giling (KBD) pola A

ditanam tujuh bulan mundur dari masa penanaman. Untuk pola B, bibit ditanam

mundur tujuh bulan dari pola A.

Dasar juringan diberi pupuk dasar (pemupukan I). Setelah pupuk rata,

bibit diletakkan dengan mata tunas berada di samping. Posisi bibt tersebut lebih

efisien bila selang-seling (overlap), sehingga setiap satu meter juringan terdapat 9

sampai 11 mata tunas. Selesai diletakkan, bibit ditutup tanah setebal 3 cm untuk

penanaman pola A dan 5 cm untuk pola B. Bibit sumpingan ditanam di ujung

juringan.

Page 43: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

31

Pemeliharaan

Hal-hal yang dilakukan pada tahap pemeliharaan adalah penyulaman,

pemupukan, pembumbunan, pengaturan air, pengendalian gulma dan

pengendalian hama dan penyakit.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan bila dalam jarak 50 cm tidak ada

tunas yang tumbuh. Penyulaman pertama pada saat tanaman berumur dua minggu

dengan memakai bibit sumpingan. Penyulaman kedua pada saat tanaman berumur

empat minggu. Bibit yang digunakan adalah sisa bibit sumpingan, bibit seblangan

atau bibit puteran.

Pemupukan. Jenis pupuk yang harus ada adalah ZA (unsur N), SP – 36

(unsur P) dan KCl (unsur K). Sebagian pupuk ZA dapat diganti Urea. Dosis

pupuk untuk lahan tegalan juga disesuaikan dengan jenis tanah, seperti pada tabel

10.

Tabel 10 Dosis Pupuk untuk TRIT Tanaman Pertama

Jenis Pupuk (ku/ha)

Jenis Tanah ZA SP – 36 KCl

Alluvial 5 – 7 0 – 2 0 – 1

Regosol/Litosol/Kalisol 6 – 8 1 – 2 1 – 2

Latosol 6 – 8 1 – 3 1 – 3

Grumusol 7 – 9 2 – 3 1 – 3

Mediteran 7 – 9 1 – 3 1 – 2

Podsolik merah kuning 5 – 7 4 – 6 2 – 4

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989.

Waktu pemupukan dibedakan berdasarkan saat penanaman dan masing-

masing diberikan dua kali. Untuk pola A terdiri atas pemupukan I dan pemupukan

II. Pemupukan I terdiri atas pupuk P satu dosis, N sepertiga dosis dan K sepertiga

dosis. Pemberian dilakukan sebelum penanaman. Pemupukan terdiri atas N dua

pertiga dosis dan K dua pertiga dosis, diberikan saat musim hujan tiba. Bila

Page 44: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

32

kandungan air banyak, pemupukan II dilakukan 1 sampai 1,2 bulan setelah

pemupukan I. Untuk pola B, pemupukan I terdiri atas N sepertiga dosis dan P satu

dosis diberikan saat tanam. Pemupukan II terdiri dari N dua pertiga dosis dan K

satu dosis diberikan 1 sampai 1,5 bulan setelah pemupukan I.

Pembumbunan. Pembumbunan hanya dilakukan dua kali. Pembumbunan

I dilakukan setelah pemupukan II. Pembumbunban II dilakukan setelah tanaman

berumur 3 sampai 3,5 bulan atau semua tunas telah tumbuh. Setelah

pembumbunan II, tanah guludan tidak terlalu tinggi, hampir rata dengan bagian

lain. Pola pembumbunan lahan tegalan dapat dilihat pada gambar 1.

Keterangan : : bibit stek

: pembumbunan I

: keadaan tanah pada

Awal penanaman : pembumbunan II

Gambar 1 Pembumbunan Lahan Tegalan

Pengaturan Air. Air diperlukan terutama pada saat perkecambahan dan

pertunasan. Pengadaan air dapat diperoleh dari sungai, sumur, atau waduk yang

dialirkan dengan memakai pompa. Bila sumber air tersebut sulit diperoleh maka

satu-satunya cara adalah memanfaatkan air hujan. Oleh karena itu, penanaman

dilakukan pada saat menjelang musim hujan.

Pengendalian Gulma, Pengedalian Hama dan Penyakit serta

Pengklentekan. Pengendalian gulma serta pengendalian hama dan penyakit

dilakukan seperti pada budidaya tebu yang dilakukan di lahan sawah.

Pengklentekan hanya dilakukan satu kali yaitu satu sampai dua bulan menjelang

tebang agar memudahkan penebangan dan memperolah hasil yang bersih.

Page 45: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

33

Pemeliharaan Tanaman Keprasan

Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Sawah

Tanaman keprasan merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman

pertama ditebang. Dari sisa tanaman yang ditebang. Kalau tanaman pertama untuk

kebun TRI disebut TRIS I, maka tanaman keprasan disebut TRIS II. Pemeliharaan

tanaman keprasan dimulai dengan pembersihan lahan sampai penebangan.

Pembersihan Lahan. Setelah tebang, banyak daun-daun atau batang

yang tidak terpakai. Sisa tanaman dapat menjadi sumber hama dan penyakit.

Untuk menghindarinya, sisa tanaman tersebut dikumpulkan dan kemudian dibakar

di luar kebun.

Pengeprasan. Pengeprasan paling lambat dilakukan tujuh hari setelah

tebang. Cara mengepras dengan membongkar guludan sehingga tanah agak rata.

Tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Dengan cara ini, tanaman dapat

tumbuh dengan seragam.

Penyulaman. Penyulaman dilakukan bila ada larikan yang kosong

minimal 550 cm. Bibit yang digunakan adalah bibit bagal yang mempunyai dua

mata tunas.

Penyiraman. Penyiraman dilakukan setelah tanaman berumur 2 sampai 3

minggu. Cara dan interval penyiraman sama dengan tanaman pertama, yaitu air

banyak digunakan pada pertumbuhan awal sampai berumur 4 sampai 5 bulan.

Semakin tua tanaman tebu semakin sedikit air yang dibutuhkan. Waktu tanaman

berumur 4 sampai 6 minggu, penyiraman dilakukan seminggu sekali. Saat

tanaman berumur 6 sampai 16 minggu penyiraman sebulan sekali. Penyiraman

yang terakhir dilakukan sebelum gulud terakhir. Bila saat penyiraman bersamaan

dengan pemupukan, maka yang dilakukan terlebih dahulu adalah pemupukan

dilanjutkan dengan penyiraman.

Page 46: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

34

Pembumbunan. Pembumbunan dilakukan tiga kali, yaitu (1) saat

tanaman berumur 1 sampai 1,5 bulan, (2) kemudian umur 2 sampai 3 bulan, (3)

umur 4 sampai 5 bulan atau dua daun dapat diklentek.

Pemupukan. Jenis pupuk yang dipakai sama dengan tanaman pertama,

tetapi jumlah dan cara pemupukannya sedikit berbeda. Jumlah dan pupuk tanaman

keprasan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Pupuk untuk tanaman keprasan berdasarkan jenis tanah Jenis Pupuk (ku/ha) Jenis tanah ZA SP – 36 KCl Alluvial 5 – 7 0 – 1 0 – 1

Grumusol 7 – 9 1 – 2 1 – 3

Mediteran 7 – 9 1 – 2 1 – 3

Latosol 6 – 8 1 – 2 1 – 3

Regosol 6 – 8 0 – 1 1 – 2

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989

Pupuk SP – 36 dan ZA I diberikan dua minggu setelah pengeprasan.

Caranya, juringan ditugal sedalam 10 cm dan berjarak 10 cm dari tanaman. Letak

kedua pupuk saling berseberangan. Pupuk KCl dan ZA II diberikan empat minggu

setelah pemupukan pertama.

Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit serta Pemeliharaan Got.

Pengendalian gulma, hama dan penyakit serta pemeliharaan got dilakukan sama

seperti pada tanaman pertama.

Pemeliharaan Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan

Tanaman tebu di lahan tegalan dapat dikepras sampai tiga kali. Hal ini

berbeda dengan budidaya di lahan sawah, karena biaya untuk menanam kembali

lebih mahal dibanding dengan tanaman keprasan. Lahan tegalan yang umumnya

kekurangan air memerlukan perlakuan khusus, yaitu pemberian mulsa atau

penutup tanah. Pemberian mulsa bertujuan untuk mempertahankan kelembaban

Page 47: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

35

tanah, mengatur suhu tanah, mencegah erosi permukaan dan mencegah

tumbuhnya gulma. Bahan yang digunakan untuk mulsa adalah daun-daun tebu

yang tidak dipakai setelah ditebang dan diletakkan di kanan kiri tanaman tebu.

Seperti budidaya di lahan sawah, pengeprasan dilakukan tepat di atas tanah

bumbunan dengan posisi miring agar tanaman dapat tumbuh seragam.

Pemeliharaan tanaman keprasan tidak berbeda dengan tanaman pertama.

Hanya saja, jumlah pupuk yang digunakan sedikit berbeda, Dosis pupuk untuk

tanaman keprasan di lahan tegalan dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 Dosis Pupuk untuk Tanaman Keprasan di Lahan Tegalan

Jenis pupuk (ku/ha) Jenis tanah ZA SP – 36 KCl Alluvial 6 – 7 0 – 1 0 – 1

Regosol/Litosol/Kambisol 7 – 8 0 – 1 1 – 2

Latosol 7 – 8 0 – 2 1 – 3

Grumusol 7 – 8 1 – 2 1 – 3

Mediteran 8 – 9 0 – 2 1 – 2

Podsolik Merah Kuning 6 – 7 2 – 3 2 – 4

Sumber : Direktorat Bina Produksi, 1989

Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu pemupuka I dan II. Pemupukan I

terdiri atas N sepertiga dosis, P satu dosis dan K sepertiga dosis, diberikan dengan

cara ditabur dalam alur yang dibuat di dekat tanaman, kemudian ditutup tanah.

Pemupukan I dilakukan dua minggu setelah kepras. Pemupukan II dilakukan

enam minggu setelah kepras dengan komposisi N dua pertiga dosis dan K dua

pertiga dosis. Caranya juga ditabur dalam alur yang dibuat di dekat tanaman,

kemudian dilakukan pembumbunan.

Taksasi Maret

Kegiatan penaksiran hasil kuintal tebu dalam satu kebun dilakukan untuk

mengetahui perkiraan tebu yang dihasilkan saat tebang. Taksasi di PG Tjoekir

dilakukan dua kali yaitu pada bulan Desember dan bulan Maret. Pada Taksasi

Page 48: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

36

Desember taksasi dilakukan tanpa menggunakan perhitungan matematis,

sedangkan pada Taksasi Maret dilakukan dengan perhitungan.

Taksasi maret dilakukan pertama kali dengan mengukur tinggi batang

dari pangkal batas tebang hingga daun ketiga di pucuk dan menimbang berat

batang per meter atau bisa diketahui dengan mengukur diameter batang.

Kemudian diperkirakan peningkatan tinggi batang saat tebang, sedangkan untuk

berat batang adalah tetap. Taksasi Maret dapat dihitung dengan rumus :

TM = Tt x Bbm x Pj x Jj x L Keterangan : TM = Taksasi Maret

Tt = Perkiraan tinggi tebu saat tebang

Bbm = Bobot batang per meter

Pj = Panjang juringan (m)

Jj = Jumlah juring/ha

L = Luas lahan (ha)

Analisis Pendahuluan

Sebagai dasar untuk melakukan penebangan, dilakukan analisis

pendahuluan untuk mengetahui rendemen tebu, tingkat kemasakan, kosien

peningkatan, kosien daya tahan dan tingkat serangan hama dan penyakit. Dengan

analisis ini maka dapat ditentukan kapan waktu tebang yang paling

menguntungkan. Langkah-langkah yang dilakukan sebelum analisis adalah

memasang nomor contoh pada masing-masing kebun TS dan TRIS di semua

wilayah kerja. Dalam satu kebun diambil delapan contoh tanaman yang diulang

selama delapan periode yang dalam satu periode berjalan selama lima belas hari.

Analisis pendahuluan ini dimulai pada pertengahan Maret dan berjalan terus

menerus hingga musim giling berakhir.

Pelaksanaan analisis pendahuluan ini diawali dengan penebangan tebu

contoh, kemudian batang- batang tebu tersebut diukur tinggi batangnya dan

dipotong menjadi tiga untuk di bedakan antara batang atas, batang tengah dan

batang bawahnya. Batang kemudian dibelah untuk mengetahui adanya serangan

hama dan penyakit, selanjutnya tebu ditimbang dan digiling. Nira hasil perahan

Page 49: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

37

kemudian dianalisis untuk diketahui nilai brix (bahan kering yang terlarut dalam

nira yang terdiri atas gula dan bukan gula) nira tersebut dengan menggunakan alat

brix weger. Nira kemudian diambil 100 mililiter ditambahkan dengan 5 mililiter

load asetat untuk mengendapkan kotoran dan ditambah lagi dengan air suling 5

mililiter. Nira disaring dengan menggunakan kertas saring, hasil saringan

dimasukkan ke alat saccharimeter untuk mengetahui besarnya mulai putaran

untuk menentukan nilai pol gula (gula yang terlarut dalam nira) nira tersebut.

Rumus yang biasa digunakan untuk menghitung nilai pol gula adalah :

Putaran x 26 110 % pol = x 100 x BJ 100 Perbandingan nilai pol gula dengan nilai brix disebut hasil bagi kemurnian. Untuk

menentukan rendemen contoh digunakan rumus: Rc = SW x FR

Dengan SW adalah nilai nira yang dapat diperoleh dengan rumus : SW = Pol – 0,4 (Brix – Pol)

Untuk nilai faktor rendemen sudah ditentukan dengan berdasarkan SK Menteri

Pertanian No. 12/Kpts/Um/3/1980 sebesar 0,68.

Pada periode ketiga diadakan penghitungan faktor kemasakan untuk

mengetahui tingkat kemasakan tebu yang dijadikan dasar untuk menentukan

jadwal tebang tebu. Faktor kemasakan (FK) dapat dihitung dengan rumus : R btg bawah – R btg atas FK = x 100 R btg bawah Keterangan : R = rendemen

Semakin kecil nilai FK maka semakin tinggi tingkat kemasakan tebu, artinya

kemasakan tebu semakin merata di seluruh batang. Untuk mengetahui tingkat

kemasakan tebu bisa juga menggunakan alat refractometer untuk mengetahui nilai

brix secara langsung dari batang tebu yang masih hidup tanpa harus digiling

terlebih dahulu. Di PG Tjoekir, tebu sudah dianggap masak pada FK < 25.

Kuosien peningkatan dapat menggambarkan apakah tingkat rendemen

masih bisa diharapkan bertambah atau tidak, jika tebu ditahan untuk sementara

waktu. Kuosien peningkatan (KP) dapat dihitung dengan rumus :

Page 50: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

38

Raa

KP = x 100

Raa-2

Keterangan : Raa = Rendemen rata-rata (seluruh batang) pada analisis periode

saat ini

Raa-2 = Rendemen rata-rata pada analisis dua periode sebelumnya

Dengan ketentuan, jika kuosien peningkatan lebih dari 100 berarti rendemen

masih bisa meningkat sehigga penebangan masih harus ditunda. Jika kuosien

peningkatan sama dengan 100 maka rendemen konstan atau tetap, berarti kebun

sudah siap untuk ditebang karena sudah tidak terjadi peningkatan rendemen lagi.

Jika kuosien peningkatan kurang dari 100 maka rendemen sudah menurun, berarti

tebu harus segera ditebang, jika kebun tidak ditebang maka kerugian akibat

penurunan rendemen bisa semakin besar.

Kuosien daya tahan menggambarkan apakah tebu itu masih bisa ditahan

lebih lama atau tidak. Kuosien daya tahan dapat dihitung dengan rumus : KBaa

KDT = x 100

Kbaa-2

Keterangan : KBaa = Hasil bagi kemurnian batang tebu bagian bawah pada

analisis periode sekarang

Kbaa-2 = Hasil bagi kemurnian batang tebu bagian bawah pada

analisis dua periode sebelumnya

Dengan ketentuan, jika kuosien daya tahan lebih dari 100 berarti tebu masih kuat

ditahan agar lebih masak lagi. Jika kuosien daya tahan kurang dari 100 berarti

gula dalam tebu bagian bawah sudah mulai terurai menjadi zat bukan gula.

Tebang Angkut

Pabrik gula sangat berperan dalam menentukan saat penebangan.

Penentuan waktu itu berdasarkan analisis kemasakan tebu di awal penggilingan.

Selain menggunakan data analisis pendahuluan, kemasakan optimal dapat

diperkirakan dengan melihat beberapa tanaman yang mulai berbunga. Saat bunga

akan muncul, tanaman menghasilkan produk tertinggi. Kemasakan tebu

Page 51: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

39

ditentukan pada musim kemarau, karena air hujan akan menurunkan rendemen.

Jadi penebangan biasanya dilakukan pada bulan Mei sampai September.

Proses tebang angkut di PG Tjoekir ditangani oleh SKK Tebang Angkut

dibantu oleh Sinder tebang angkut (CT) dan Para Pengawas Tebang angkut di

masing-masing wilayah kerja. Sebagai persiapan, sebulan sebelum tebang angkut

dilakukan, dialakan latihan dan kunjungan oleh PG Tjoekir kepada para petani

tebu untuk memberikan penjelasan tentang tebu layak tebang untuk menjurus ke

tebu layak giling agar tebu yang masuk pabrik betul-betul tebu yang memenuhi

persyaratan, yaitu manis, bersih dan segar (MBS). Selain itu setiap periode lima

belas hari sekali dilaksanakan forum temu kemitraan (FTK) untuk membahas dan

mensosialisasikan jadwal tebang tebu kepada para petani tebu di setiap wilayah

kerja.

Tugas dari bagian tebang angkut adalah merangkum jadwal tebang dari

masing-masing wilayah kerja untuk menetukan kebun-kebun yang ditebang saat

pelaksanaan tebang dan menentukan jumlah jatah tebang masing-masing wilayah

yang disesuaikan dengan kapasitas giling harian pabrik dengan menerbitkan surat

perintah tebang angkut (SPTA). Jumlah SPTA yang dibagi disesuaikan dengan

taksasi dari masing-masing wilayah. Untuk pembagian SPTA dilakukan di kantor

tebang angkut setiap hari dalam rapat tebang angkut yang dihadiri oleh wakil-

wakil petani, K3TA (Ketua Kelompok Kerja Tebang dan Angkut), SKW dan

Pengawas Tebang angkut yang dipimpin oleh SKK TA dan CT.

Pelaksana lapangan tebang angkut di PG Tjoekir ditangani oleh K3TA

yang merupakan kelompok tebang angkut yang dikoordinasi oleh seorang ketua

kelompok dan mendapatkan pinjaman pembiayaan melalui rencana anggaran

biaya tebang angkut (REPTA) yang berkoordinasi dengan bagian tebang angkut

PG Tjoekir. Selain K3TA adapula petani yang melakukan tebang angkut dengan

tebang sendiri angkut sendiri (TSAS) dengan biaya mandiri.

Untuk tebu yang akan dikepras, batang yang ditebang sebatas tanah

aslinya atau meninggalkan batang sepanjang 15 – 20 cm. Sedangkan untuk tebu

yang tidak dikepras lagi seluruh batangnya dicabut. Batas potongan yang baik

adalah dibawah guludan. Rendemen terbanyak terdapat di bagian

Page 52: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

40

pangkalbatang/batang bawah. Batang yang telah ditebang dikumpulkan, Tiap 20

sampai 39 batang diikat menjadi satu untuk memudahkan pengangkutan.

Batang tebu hasil tebangan diangkut ke pabrik dengan menggunakan truk.

Pengangkutan tebu pun harus dilakukan secara hati-hati, agar tebu layak giling

diterima di pabrik gula. Yang dimaksud tebu layak giling adalah tebu yang

ditebang pada tingkat kemasakan optimal, kadar kotoran (tebu mati, pucuk daun,

pelepah, tanah, akar, sogolan yang panjangnya kurang dari dua meter dan lain-

lain) maksimal 2% dan jangka waktu sejak tebang sampai giling tidak lebih dari

36 jam, karena akan terbentuk senyawa dextran dari sukrosa oleh adanya aktivitas

bakteri Leuconostoc mesenteroides dan Leuconostoc dextranicum sehingga gula

yang didapat dapat berkurang. Penundaan penggilingan juga menyebabkan

viskositas nira meningkat sehingga mempersulit pengolahan.

Sebelum sampai di tempat penampungan atau emplasement pabrik gula,

truk yang mengangkut hasil tebangan harus melalui dua pos pengawasan. Pos I

berfungsi untuk mengawasi kebenaran SPTA dan kupon sesuai dengan tanggal

surat. Pos II mengawasi SPTA dan kupon yang disesuaikan dengan jatah kebun,

serta mengadakan pemeriksaan mutu tebangan. Apabila ternyata hasil tebangan

dalam kondisi yang kotor maka tebangan tersebut dikembalikan. Setelah semua

perlengkapan dipenuhi, truk diperbolehkan masuk untuk dibongkar dan

ditimbang. Pembongkaran dan Penimbangan di PG Tjoekir menggunakan alat

yang disebut digital crane scale, kemudian dipindahkan ke lori dan dibawa ke

meja tebu.

Parameter keberhasilan pelaksanaan tebang angkut adalah apabila hanya

terdapat sisa tebu pagi sebesar kurang dari 20% dari kapasitas giling, dapat

menyediakan tebu layak giling yaitu yang memenuhi persyaratan MBS, dapat

melayani kapasitas giling secara kontinyu sehingga jam berhenti baik jam berhenti

A (di dalam pabrik) maupun jam berhenti B (di kebun/di luar pabrik) tidak ada

atau nol dan jumlah tebu yang diterima oleh pabrik bisa meraih jumlah tebu sesuai

dengan rencana kerja operasional (RKO).

Page 53: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

41

PENGOLAHAN TEBU

Pengolahan tebu menjadi gula putih di PG Tjoekir menggunakan

peralatan yang sebagian besar bekerja secara otomatis. Tahapan pengolahan tebu

terdiri atas tahap persiapan, tahap pemerahan atau ekstraksi nira, tahap pemurnian

atau penjernihan, tahap penguapan, tahap pengkristalan, tahap pemisahan kristal

atau sentrifugasi, tahap pengeringan, tahap pengemasan dan tahap penyimpanan.

Proses pengolahan di PG Tjoekir menggunakan proses sulfitasi. Bagan

pengolahan tebu dapat dilihat pada gambar 2.

13,7 bahan sabut 14,6 gula 19,2 air 13,9 gula 5 air 13,8 gula 2,3 bukan gula imbibisi 2,1 bukan gula dalam 1,8 bukan gula 69,4 air 79,8 air susu kapur 77,8 air 71,4 air 100,0 tebu 95,8 nira mentah 93,4 nira encer Bahan baku stasiun Nira mentah Stasiun nira encer stasiun Tebu mentah pemerahan pemurnian penguapan nira Hasil sisa : 13,7 bahan sabut 0,1 gula 0,7 gula 0,3 bukan gula 0,2 bukan gula 1,8 air 12,0 air 0,3 endapan karena kapur 26,6 ampas 5,5 blotong 13,8 gula 1,8 bukan gula 12,7 gula 16,0 air 8,4 air 24,0 nira kental Produk akhir stasiun masakan stasiun Nira kental Gula kristal putaran kristalisasi 0,8 gula Kehilangan dalam pengolahan 1,8 bukan gula 8 : air pengencer 0,3 gula 0,4 air air pencuci 3,0 tetes air pembilas

Sumber : Bagian Pengolahan PG Tjoekir

Gambar 2 Bagan Pengolahan Tebu

Tahap persiapan didahului dengan tebu dibongkar di meja tebu, dicacah

menggunakan pisau pencacah (cane cutter), kemudian dihaluskan menjadi

serpihan dalam unigator, berupa alat yang menyerupai palu. Tebu halus

selanjutnya digiling untuk memisahkan nira dari ampas tebu (bagas). Untuk

memerah nira di PG Tjoekir digunakan empat unut gilingan. Setiap unit tersusun

Page 54: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

42

dari tiga buah silinder penggilingan. Pada gilingan ke empat diberikan air imbibisi

atau pembilasan. Proses imbibisi tersebut berjalan sebagai berikut, ampas tebu

dari gilingan pertama pada saat berada di carrier disiram dengan air perasan dari

gilingan ke tiga dan ampas yang keluar dari gilingan kedua disiram dengan air

perasan dari gilingan ke empat. Ampas dari gilingan ke tiga diencerkan dengan air

biasa dan diperah dalam gi;lingan ke empat, sehingga sisa gula dalam yang ikut

dalam ampas dapat ditekan serendah mungkin.

Nira hasil perahan pertama (NPP) dianalisis untuk mengetahui nilai

rendemen sementara seperti perhitungan rendeman contoh di analisis

pendahuluan. Kemudian nira hasil gilingan ditambahkan susu kapur (CaSO3)

secukupnya dan Fosfat (P2O5) dengan dosis 8 kg/jam untuk membantu

pengendapan. Nira hasil pemerahan yang masih berupa nira mentah dilewatkan ke

alat penyaring kotoran ampas halus, ampas sisa saringan kemudian dikembalikan

ke gilingan kedua, sedangkan nira hasil saringan diteruskan ke timbangan nira

mentah/timbangan boulgne (flow meter) untuk mengetahui berat nira yang berasal

dari stasiun gilingan. Kemudian nira dikirim ke juice heater kemudian ke pan

pemanas pendahuluan pertama (PP I) dengan suhu 750 kemudian ke defekator

kesatu dengan pH 7,2 dan diteruskan ke defekator kedua dengan pH 8,5 agar

terjadi reaksi pengikatan kotoran sebanyak mungkin oleh Ca dari susu kapur

kemudian ke defekator ketiga yang hanya berfungsi untuk menampung saja.

Selanjutnya nira dialirkan ke tabung sulfitasi untuk diberi sufit (SO2) untuk

bleaching/pemucatan warna dengan pH 7,2 kemudian dipanaskan lagi di PP II

dengan suhu 1050C kemudian dipompakan ke flash tank untuk mengeluarkan

udara dalam nira kemudian ke snow balling tank untuk mengendapkan kotoran

kemudian dialirkan ke door clarifier yang sebelumnya diberikan flokulan sebagai

bahan pembantu pemurnian. Dari door clarifier dihasilkan nira kotor dan nira

jernih, nira jernih disaring dan langsung dialirkan ke badan penguapan

(evaporator) dan nira kotor di pompakan ke rotary vacum filter (RVF) untuk

memisahkan nira tapis dengan kotorannya yang disebut blotong. Sebelum ke RVF

nira kotor ditambahkan susu kapur untuk mengikat kotoran. Nira tapis dari RVF

dikembalikan ke stasiun pemurnian.

Page 55: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

43

Nira jernih dari door clarifier yang masih banyak mengandung air

diuapkan di badan penguap (BP). Uap yang digunakan pada BP kesatu adalah uap

pekat, kemudian di BP kedua nira diuapkan dengan uap dari BP kesatu dan

seterusanya hingga BP terakhir dan uap terakhir dibuang ke kondensor sentral

dengan perantaraan pompa vakum. Pada stasiun penguapan ini nira jernih

diuapkan hingga mencapai kekentalan 60 hingga 63 brix hingga diperoleh nira

kental. Nira kental kemudian dimasukkan ke tabung sulfitasi nira kental dengan

pH 5,2 sampai 5,5. Pemberian SO2 di tabung ini bertujuan memucatkan warna.

Nira kental dari tabung sufitasi dipompakan ke pan vakum dan diuapkan

sampai mencapai kondisi lewat jenuh. Pada kondisi seperti ini, akan terbentuk

kristal. Untuk mempercepat proses pengkristalan, ditambahkan pondan atau bibit

gula. Kristalisasi terdiri dari tiga tahap yang disebut ACD. Tujuannya agar proses

pengaliran tidak sulit dan untuk mencegah terjadinya karamelisasi dan

terbentuknya kerak akibat pemanasan yang terus-menerus. Setiap pan

menghasilkan masakan yang disebut masekuit, yaitu larutan yang sangat pekat dan

banyak mengandung kristal-kristal gula. Masekuit ini didinginkan dalam palung

pendingin yang terdapat di bawah setiap pan agar proses kristalisasi terus

berlanjut. Dalam suhu rendah kelarutan gula menurun, sehingga kristalisasi dapat

terjadi. Agar molekul-molekul sukrosa yang larut dapat menempel pada bidang

permukaan kristal yang telah ada, maka selama pendinginan harus dilakukan

pengadukan.

Dalam palung pendingin, masekuit masih berupa larutan dengan banyak

kristal sukrosa di dalamnya. Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan

saringan yang bekerja dengan gaya sentrifugal. Hasil dari proses pemisahan ini

adalah kristal gula dan molase (tetes). Kristal gula yang dihasilkan kemudian di

keringkan. Diawali dengan penggunaan talang goyang (grass hoper). Setelah

melewati bucket elevator I (BE I), gula dialirkan ke sugar drier and cooler

dengan menggunakan udara panas + 800C dengan prinsip aliran berlawanan.

Artinya, aliran bahan yang dikeringkan berlawanan dengan aliran udara panas

pegering dan didinginkan. Kemudian gula melalui BE II ke vibrating screen untuk

memisahkan antara gula produk dengan gula yang berukuran tidak normal.

Selanjutnya ke BE III gula dimasukkan ke sugar been dan siap untuk dikemas

Page 56: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

44

dalam karung plastik berukuran 50 kg sekaligus ditimbang dan dijahit yang

dilakukan secara otomatis. Untuk menjaga gula tetap berada pada kadar air antara

10 – 15 %, maka penumpukan karung serapat mungkin agar hanya sedikit udara

di antara karung.

Page 57: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

45

PELAKSANAAN PROGRAM BONGKAR RATOON DI PG TJOEKIR

Konsepsi Pelaksanaan Bongkar Ratoon

Program bongkar ratoon yang diluncurkan oleh pemerintah sejak tahun

2003 bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tebu guna meningkatkan

produksi gula nasional. Program ini dilatar belakangi oleh menurunnya produksi

gula nasional yang disebabkan oleh bahan baku tebu yang bermutu rendah, tebu

yang sekarang + 90 % dikelola oleh petani banyak yang telah mengalami

pengeprasan berulang-ulang hingga lebih dari tiga kali. Hal ini menyebabkan

penurunan rendemen dan hasil gula tebu tersebut, karena tebu yang dikepras

berulang-ulang kadar serabutnya akan tinggi, batang kecil dan kerdil, terdapat

akumulasi penyakit-penyakit sistemik, menjadi inang hama penyakit, memberikan

pelang tercampurnya varietas yang lebih besar dan lingkungan tumbuh di bawah

permukaan tanah menjadi kurang menguntungkan seperti tanah mrnjadi padat dan

porositas tanah menurun yang berdampak pada kurang lancarnya aerasi dan

drainase tanah, selain itu juga mudah berbunga pada waktu musim berbunga

(season bloowi) dan varietasnya termasuk varietas lama yang sudah tidak layak

untuk dikembangkan karena telah mengalami kemunduran genetik varietas.

Tanaman yang menpunyai produktivitas tinggi adalah tanaman pertama

(PC/plant cane) yang ditanam pada lahan bekas selain tebu. Sehingga sebelum

dikeluarkannya undang-undang yang membebaskan petani untuk menanam

tanaman apapun di tanahnya sendiri, dikenal adanya sistem glebagan yaitu

pembagian kebun menjadi tiga bagian sesuai dengan baku sawah yang terdapat di

desa/kelurahan kemudian dilakukan rotasi tanaman untuk pergiliran tanaman

antara padi, tebu dan palawija. Sehingga yang ditanam untuk tanaman tebu selalu

tanaman pertama.

Seiring dengan munculnya kebebasan petani untuk menjadi tuan di atas

tanahnya sendiri, maka sistem glebagan menjadi sulit dilaksanakan. Dan

kecenderungan petani adalah menanam dengan sistem monokultur. Demikian juga

dengan tebu. Tebu tanaman pertama milik petani dikepras terus-menerus tanpa

upaya untuk diganti dengan padi atau palawija untuk kemudian ditanami tebu

Page 58: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

46

kembali dikarenakan untuk tebu keprasan biaya produksi yang dikeluarkan lebih

sedikit sebab tanpa harus membuka lahan, mengolah tanah, menyediakan bibit

dan mengeluarkan biaya tanam..

Sebagai alternatif untuk mengganti tanaman ratoon/keprasan dengan

tanaman pertama, maka dilakukan kegiatan bongkar ratoon untuk membongkar

tunggul tebu tua/ratoon varietas lama yang sudah dikepras berulang-ulang dengan

bibit varietas baru yang unggul yang untuk pembiayaannya di bantu oleh

pemerintah berupa pinjaman kredit tanpa bunga.

Tujuan dari kegiatan bongkar ratoon ini adalah untuk meningkatkan

produktivitas tebu, mengganti varieas lama dengan varieas yang baru, sebagai

sarana untuk meningkatkan kemurnian varietas, memutuskan inang dan siklus

hama penyakit melalui perbaikan tingka oksidatif tanah dan penggunaan varietas

unggul yang baik dan sehat serta meningkatkan produktivitas lahan.

Dalam pelaksanaannya pembongkaran eks tanaman tebu ratoon di PG

Tjoekir adalah perwujudan dari kebijaksanaan bantuan usaha ekonomi produktif

dengan bentuk kegiatan berupa bantuan langsung masyarakat (BLM) oleh

pemerintah melalui Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur untuk membongkar

eks tanaman tebu ratoon yang telah mengalami pengeprasan berkali-kali. Adapun

komponen kegiatan yang dibantu pembiayaannya adalah : (1) pembongkaran eks

tanaman tebu giling (ratoon). (2) perbaikan pengairan/saluran irigasi dan (3)

bantuan sarana produksi, dengan sasaran kegiatan pada kebun tebu giling yang

telah dipungut hasil atau ditebang dan direncanakan untuk dijadikan tebu giling

tanaman pertama dengan varietas unggul.

Tahapan Pelaksanaan

Pendekatan

Persiapan kelompok sasaran yaitu Koperasi dan anggota/petani serta

lokasi sasaran proyek, yang dilakukan dengan berbagai pendekatan.

Pendekatan langsung melalui kontak langsung dengan petani melalui

koperasi maupun aparat desa dan pemuka masyarakat setempat. Mengadakan

Page 59: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

47

penyuluhan dalam rangka sosialisasi tentang pemanfaatan kegiatan bongkar

ratoon dan kegiatan penunjang lainnya.

Penjelasan dan pembahasan pelaksanaan penyediaan lahan dan calon

petani/koperasi. Merumuskan kesepakatan calon petani/koperasi dan calon lokasi

untuk ditetapkan menjadi sasaran proyek di wilayah kabupaten setempat.

Menyusun rancangan penyediaan lahan di atas peta operasional. Mengusahakan

kesepakatan dengan petani/koperasi dalam hal kesediaan melaksanakan kegiatan.

Melaksanakan konfirmasi rancangan lokasi/lahan dan koperasi Kabupaten/Kota

dengan Pabrik Gula, Direksi PTPN/PT. Gula dan Dinas Perkebunan.

Peninjauan/pengecekan lapangan untuk mengetahui keadaan sebenarnya.

Kriteria Sasaran

Sasaran penerima kredit bongkar ratoon adalah Koperasi, petani dan

lokasi/lahan. Kriteria masing masing sasaran adalah sebagai berikut :

1) Kelompok Sasaran Koperasi.

Koperasi berada pada masing-masing wilayah unit produksi Pabrik

Gula dengan binaan SKW setempat dan mempunyai aktivitas kegiatan yang

berbasis tebu. Koperasi tidak sedang bermasalah dengan Kredit Ketahanan

Pangan dan lembaga keuangan lainnya serta tidak sedang mendapat fasilitas

dari proyek lain pada saat bersamaan.

2) Petani atau Anggota Koperasi

Kriteria untuk petani atau anggota koperasi adalah para petani tebu yang

telah sepakat mengorganisasi dan membentuk wadah koperasi dengan tujuan

mengusahakan serta mengembangkan usaha tani tebu secara profesional.

3) Lokasi atau Lahan

Lahan yang subur dengan solum (kedalaman efektif) tanah sekitar 50 cm,

tidak terdapat lapisan padat, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan kedap air

cukup dalam. Berpengairan yang cukup, bebas banjir dan pada waktu hujan

permukaan air tanah tetap dalam. Dekat dengan areal pertanaman tebu giling

lainnya untuk memudahkan jangkauan pembinaan dan pengangkutan sarana

Page 60: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

48

produksi. Calon lokasi mempunyai akses prasarana angkutan/jalan untuk

memudahkan distribusi bibit, sarana produksi, pembinaan dan tebang angkut.

Penetapan Sasaran

Pelaksanaan penetapan Kelompok Sasaran (petani atau Koperasi) kegiatan

Pembongkaran Ratoon sebagai berikut : kelompok sasaran yaitu Koperasi atas

nama anggota menyampaikan permohonan melaksanakan bongkar ratoon kepada

Administratur Pabrik Gula, yang dilampiri pernyataan kesanggupan

petani/Koperasi untuk melaksanakan kegiatan bongkar ratoon, membuat Berita

Acara Usulan Calon Petani/Kelompok Sasaran koperasi dan calon lokasi/lahan

kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota serta “Surat Kuasa petani atau anggota

kepada Pengurus Kelompok Sasaran untuk melaksanakan kerja sama bongkar

ratoon dengan Pabrik Gula” yang dilampiri daftar nama petani anggota Kelompok

Sasaran Koperasi dan luas lahan calon lokasi sasaran. Pernyataan kesanggupan

oleh petani/kelompoik sasaran koperasi untuk melaksanakan kegiatan proyek.

Calon lokasi dan pelaksana harus menggunakan varietas tebu unggul dan bermutu

yang dianjurkan. Tim Teknis Kabupaten/Kota menyusun Daftar Calon Koperasi

dan anggota berikut calon lokasi/lahan. Tim Teknis Kabupaten/Kota

menyampaikan daftar tersebut kepada Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten/Kota

dalam rangka penetapan sasaran. Selanjutnya Kepala Dinas Perkebunan

Kabupaten/Kota menetapkan Koperasi beserta anggotanya berikut lokasi kegiatan

bongkar ratoon dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Perkebunan

Kabupaten/Kota dan ditindaklanjuti dengan kesepakatan Perjanjian Kerjasama

antara Pemimpin Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur dengan Koperasi

tentang Pemanfaatan Dana Penguatan Modal Usaha kelompok.

Organisasi Proyek

Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur adalah proyek daerah dengan

tanggung jawab teknis berada pada daerah dan tanggung jawab koordinasi berada

pada Dinas Perkebunan atas nama Gubernur. Kegiatan teknis dikoordinasikan

oleh proyek di Propinsi.

Page 61: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

49

Untuk kelancaran dan ketepatan pelaksanaan proyek di Tingkat

Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota dengan Surat Keputusan

Pemimpin Proyek setelah dikoordinasikan dengan dinas bidang perkebunan di

Kabupaten/Kota, dengan struktur meliputi Ketua Tim Teknis dipegang oleh

Kepala Subdinas yang membidang Perkebunan di Kabupaten/Kota dan anggota

Tim Teknis terdiri dari Pabrik Gula, Dinas yang membidangi Perkebunan di

Kabupaten/Kota. Dan pelaksana Proyek di Kabupaten/Kota.

Tim Teknis Kabupaten bertugas untuk memfasilitasi kelancaran

pelaksanaan kegiaan, melaksanakan pembinaan dibidang teknik produksi,

melaksanakan pembinaan operasional proyek. melaksanakan pembinaan

manajemen usaha tani tebu, melaksanakan pembinaan pengembangan

kelembagaan usaha Koperasi dan selaku Ketua Tim Teknis Kabupaten/Kota,

Kepala Subdinas Perkebunan Kabupaten/Kota menetapkan koperasi sasaran

penerima PMU dengan Surat Penetapan Kelompok Sasaran.

GUBERNUR JAWA TIMUR

KADISBUN PROPINSI (Atasan Langsung) TIM TEKNIS PROPINSI TIM TEKNIS PEMIMPIN PROYEK KAB/KOTA PENGEMBANGAN TEBU JAWA TIMUR BENDAHARA PEMB. PIMPRO PEMB. PIMPRO BID. PEMB. PIMPRO BID. BID. TEKNIS ADMINISTRASI EVAL & PELAPORAN PELPRO PROP. PELPRO PROP. PELPRO PROP. PELPRO PELPRO PELPRO KAB/KOTA KAB/KOTA KAB/KOTA PETANI/KPTR PETANI/KPTR PETANI/KPTR SATUAN WIL. PG SATUAN WIL. PG SATUAN WIL. PG

Gambar 3 Struktur Organisasi Proyek Pengembangan Tebu Propinsi Jawa Timur

Page 62: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

50

Tugas dan tanggung jawab untuk Kepala Dinas Perkebunan Propinsi

Jawa Timur selaku Pembina di Propinsi melakukan pembinaan dan pengawasan

umum terhadap pelaksanaan proyek. Dan Pemimpim Proyek Pengembangan Tebu

Jawa Timur, mempunyai tugas menetapkan pelaksana/penyelenggara kebun bibit

tebu secara berjenjang, menyusun dan menetapkan Rencana Operasional Proyek

(ROP), yang disahkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Propinsi, melaksanakan

koordinasi, mengarahkan seluruh kegiatan sesuai dengan sasaran yang ditetapkan,

menyediakan fasilitas proyek sesuai dengan anggaran yang tersedia dan

bertanggung jawab atas pelaksanaannya, menunjuk dan menetapkan pelaksana

proyek di Kabupaten/Kota setelah dikoordinasikan dengan Kepala Dinas yang

membidangi Perkebunan di Kabupaten/Kota, menetapkan Tim Teknis

Kabupaten/Kota yang telah dikoordinasikan dengan Kepala Dinas yang

membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota. Pelaksana Proyek Propinsi sebagai

unsur pelaksana di Propinsi adalah pembantu Pemimpin Proyek yang

melaksanakan tugas sesuaidengan bidangnya yaitu administrasi keuangan,

operasional monitoring dan evaluasi pelaksanaan proyek.

Pelaksana Proyek Kabupaten,mempunyai tugas melaksanakan

pembinaan, monitoring pelaksanaan lapangan, melaporkan kemajuan kegiatan di

lapangan kepada Pemimpin Proyek, membantu petani/Koperasi menyusun

Rencana Usaha Kegiatan (RUK), mengawal dan mengamankan pelaksanaan

kegiatan proyek di lapangan, elaksanakan bimbingan dan memberi motivasi serta

pembinaan langsung kepada petani/Koperasi dan membantu penyiapan calon

petani dan calon lahan (CP/CL), calon Koperasi, pembinaan/penataan Koperasi.

Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian dilaksanakan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota sampai

dengan Tim Teknis Propinsi serta Proyek di Propinsi. Sedangkan pengawasan

sebagai bentuk pertanggung jawaban pengelolaan,hendaknya dilakukan

pengawasan secara terus menerus disamping pengawasan oleh aparat fungsional,

juga wajib dilakukan pengawasan oleh Pemimpin Proyek, Atasan lLangsug

Pemimpim Proyek, Tim Propinsi serta masyarakat.

Page 63: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

51

Pelaksanaan pengawasan dilakukan terhadap pelaksanaan sosialisasi dan

asistensi, tahap persiapan operasional dan ketepatan seleksi calon

sasaran/petani/KPTR dan calon lahan (CP/CL), penyaluran dana penguatan

modal, pencairan dana penguatan modal, kebenaran serta ketepatan pemanfaatan

dana penguatan modal dan pemupukan modal dan pengembalian perguliran.

Pengelolaan Dana

Dana PMUK dengan pola langsung (LS) bergulir yang disediakan untuk

Bantuan Usaha Ekonomi Produktif melalui Bantuan Langsung Masyarakat untuk

pembongkaran eks tanaman tebu ratoon (KTG) dan Pembangunan Kebun Bibit

Tebu merupakan dana penguatan modal untuk petani/Koperasi yang disalurkan

langsung ke rekening Koperasi. Dana PMU yang disediakan merupakan pinjaman

yang wajib dikembalikan atau digulirkan dan tidak bersifat cuma-cuma, dengan

pola pengembalian yang didasarkan kepada prinsip pemberdayaan petani tebu.

Terhadap pengembalian/perguliran bantuan ini akan diatur dan ditetapkan

berdasarkan kesepakatan koperasi yang selanjutnya harus dikembangkan terus

sehingga menjadi penguat modal usaha petani dalam wadah Koperasi yang

berkelanjutan. Untuk anggaran biaya proyek bongkar ratoon sebesar Rp.

1.950.000 per hektar. Anggaran proyek secara lengkap terdapat pada lampiran 6.

Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana

Penyaluran dana kepada koperasi dengan mekanisme LS pada kegiatan

bantuan langsung masyarakat untuk pembongkaran eks tanaman tebu ratoon

(KTG) yaitu pembayaran langsung dengan pemindahan buku (transfer) dana dari

rekening kas negara kepada rekening koperasi. Perguliran dana bongkar ratoon

dapat dilihat dalam bagan pada gambar 4.

Page 64: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

52

PEMIMPIN PROYEK PROPINSI KPKN Rekomendasi SPP - LS SPM - LS Pelaporan Pengawasan Usulan RUK Rekening/usulan

BANK Pencairan RUK TIM TEKNIS KOPERASI KABUPATEN Pembinaan WIL. PG

Gambar 4 Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana PMU Bongkar Ratoon

Penyaluran dan Pencairan Dana Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon

Mekanisme penyaluran dan pencairan dana pembongkaran eks tanaman

tebu ratoon diawali dengan koperasi menyusun Rencana Usaha Kegiatan (RUK)

dan disahkan/ditandatangani ketua koperasi, dua pengurus koperasi lainnya, dua

orang wakil petani, Kepala Bagian tanaman Pabrik Gula dan Pelaksana Proyek di

Kabupaten. Kemudian Ketua Koperasi menyampaikan RUK dengan dilampiri

nama-nama anggota kepada Ketua Tim Teknis Kabupaten. Selanjutnya Ketua Tim

Teknis Kabupaten menyiapkan usulan sesuai rekapitulasi RUK. Pabrik Gula

melaksanakan verifikasi terhadap rekapitulasi RUK yang disampaikan Ketua Tim

Teknis Kabupaten. Ketua KPTR membuka rekening tabungan khusus untuk

PMUK tebu pada Kantor Cabang BRI atau bank-bank lain terdekat, bersama

dengan Pabrik Gula dan Pelaksana Proyek kabupaten/Kota, dan memberitahukan

kepada Pemimpin Proyek. Ketua Tim Teknis Kabupaten megusulkan RUK

kepada Pemimpin Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur setelah diverifikasi

oleh Pabrik Gula. Pemimpin Proyek meneliti usulan kegiatan yang akan dibiayai,

selanjutnya membuat dan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung

(SPP-LS) kepada KPKN dengan melampirkan Surat Keputusan (SK) Kepala

Dinas Perkebunan atau yang membidangi perkebunan tentang penetapan

petani/KPTR sasaran, Surat Perjanjian kerja sama antara Pemimpin Proyek

Page 65: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

53

Pengembangan Tebu Jawa Timur dengan Koperasi dan Rekapitulasi RUK dengan

mencantumkan nama Koperasi, alamat Koperasi, nama Ketua Koperasi, nomor

rekening (a.n. Ketua Koperasi), nama Kantor Cabang Bank/Unit BRI atau bank

lain yang terdekat, nomor SK Perjanjian (MOU), SK Penetapan Koperasi serta

jumlah Dana dan Kegiatan. Kuitansi harus ditandatangani oleh Ketua Koperasi

dan diketahui Ketua Tim Teknis Kabupaten. Atas dasar SPP-LS dari proyek,

KPKN menerbitkan SPM-LS untuk pemindahbukuan dana ke rekening masing-

masing ketua Koperasi pada Kantor Cabang/BRI unit atau bank lainnya.

Setelah tata cara pencairan tersebut di atas dipenuhi maka pencairan dana

pada kantor cabang bank yang dikehendaki dilakukan dengan Ketua Koperasi

mengajukan pemintaan penarikan dana kepada bank yang disetujui oleh ketua

Tim Teknis Kabupaten dan Pabrik Gula. Kemudian jumlah dana yang diarik

sesuai dengan kebutuhan dan jadwal penggunaannya. Selanjutnya Ketua Tim

Teknis kabupaten dan Pabrik Gula betanggung jawab atas pencairan dana dari

bank dan peruntukannya.

Pelaksanaan Pembongkaran Eks Tanaman Tebu Ratoon

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan adalah membongkar eks tanaman

tebu giling (ratoon), yng diikuti dengan perbaikan irigasi (saluran air, got) untuk

menjamin ketersediaan air dan pembuangan air, dan bantuan sarana produksi

dalam rangka meningkatkan produktivitas tebu giling sekaligus meningkatkan

produksi gula.

Konsepsi Penggantian Varietas

Sebelum pelaksanaan pembongkaran ratoon berlangsung, maka

pemilihan varietas unggil baru mutlak dilakukan. Mengacu pada tujuan dan

sasarannya, pembongkaran ratoon menjadi kurang berarti apabila tidak dilandasi

konsepsi pemilihan varietas dan penggunaan bahan tanaman yang benar.

Pembongkaran ratoon yang disarankan diestimasi tiga sampai empat kepras per

siklus tanaman. Konsekuensi kekeliruan dalam pemilihan varietas, maka

Page 66: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

54

pengelolaan siklus tanaman yang diharapkan tersebut tidak akan tercapai, maka

pembongkaran ulang dapat menyebabkan kerugian waktu dan biaya.

Konsep dalam pemilihan varietas harus dilandaskan pada pertimbangan

terhadap penggunaan varietas unggul baru yang telah beradaptasi dengan

lingkungan secara baik dan pertimbangan katagori tanaman terhadap sifat

kemasakan, masa tanam dan perencanaan tebang secara optimal.

Pembahasan Penggunaan Varietas Baru

Hasil pengamatan di lapangan terhadap penggunaan bibit varietas baru

yaitu PS 851, PS 864 dan BL serta varietas lama yaitu PS 58 pada jumlah batang

berdasarkan hasil taksasi maret di kebun TRIS di Wilayah Diwek, menunjukkan

bahwa jumlah batang pada varietas baru lebih tinggi dibandingkan varietas lama.

Meskipun hasil uji menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 10 %.

Tabel 13 Jumlah batang per juring pada Empat Varietas Tebu. Varietas Jumlah Batang

Var. baru : PS 851 66,14

PS 864 65,43

BL 64,00

Var. lama : PS 58 61,00

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t

Pengujian untuk peubah tinggi batang, bobot batang per meter dan

rendemen dilakukan dalam tiga periode pengamatan mulai tanaman berumur + 10

BST pada lahan TRIS, satu periode selama 15 hari. Hasil pengujian terhadap

tinggi batang untuk keempat varietas, menunjukkan bahwa varietas PS 851 dan

PS 58 berbeda nyata pada periode pertama. Pada periode ketiga menunjukkan

tinggi batang PS 851 lebih tinggi dari pada PS 58, meskipun hasil uji pada taraf

10% tidak berbeda nyata.

Page 67: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

55

Tabel 14 Tinggi Batang pada Empat Varietas Tebu Periode Pengamatan Varietas I II III

Var. baru : PS 851 2.26 b 2.54 b 2.70 a

PS 864 2.40 b 2.65 a 2.68 a

BL 2.13 a 2.65 a 2.68 a

Var. lama : PS 58 2.04 a 2.63 a 2.65 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada

uji t

Pada hasil pengujian terhadap bobot tanaman, meskipun pada uji BNJ

tidak berbeda nyata, PS 864 menunjukkan bobot yang lebih tinggi dibandingkan

varietas yang lain. Hal ini disebabkan oleh ukuran dan kandungan serat varietas

ini cukup tinggi. PS 58 menunjukkan bobot terendah dari varietas lain pada

periode ketiga, hal ini disebabkan oleh ukuran batangnya yang relatif kecil karena

termasuk varietas lama yang sudah banyak mengalami penurunan mutu bibit

akibat penangkaran berulang-ulang.

Tabel 15 Bobot Batang Per Meter pada Empat Varietas

Periode Pengamatan Varietas I II III Var. baru : PS 851 0.40 0.42 0.45

PS 864 0.41 0.42 0.46

BL 0.40 0.42 0.45

Var. lama : PS 58 0.40 0.42 0.44

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t

Peubah rendemen menunjukkan bahwa ketiga varietas baru berbeda

nyata dengan varietas lama PS 58 pada ketiga periode. Pada tabel 12 dapat dilihat

bahwa varietas baru mempunyai rendemen gula lebih tinggi dibandingkan dengan

varietas lama dan randemen tertinggi dihasilkan oleh varietas PS 864. Hal ini bisa

terjadi karena pada varietas lama tidak lagi dikembangkan sehingga penangkaran

Page 68: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

56

yang terjadi biasanya dikelola petani dan kurang diperhatikan kultur teknisnya.

Akibatnya terjadi ketidaknormalan dalam duplikasi sel.

Tabel 16 Rendemen pada Empat Varietas Periode Pengamatan Varietas I II III Var. baru : PS 851 4.58 b 5.62 b 5.88 b

PS 864 4.87 b 5.75 b 6.10 b

BL 4.76 b 5.72 b 5.99 b

Var. lama : PS 58 4.37 a 5.08 a 5.66 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji t

Teknik Pelaksanaan Bongkar Ratoon

Pembongkaran ratoon dikatakan telah dilakukan dengan baik dan benar

apabila tercipta lingkungan tumbuh di daerah perakaran yang lebih baik dengan

kondisi tanahyang lebih gembur, porositas total tanah yang lebih tinggi sehingga

melancarkan aerasi dan drainase tanah dan meningkatkan ketersediaan hara yang

lebih menguntungkan pertumbuhan tanaman, dongkelan tunggul asal tanaman

ratoon yang telah dibongkar dikeluarkan dari petak kebun sehingga kebun bersih

dari pertunasan ratoon yang dapat menyebabkan percmpuran varietas, bahan

tanam menggunakan varuetas unggul dari sumber bibit yang baik dan segar.

Pembongkaran ratoon. Teknis pelaksanaan pembongkaran ratoon

dibedakan pada tipe pengolahan lahan, yaitu dilakukan secara manual/tenaga

orang dan tenaga mekanis. Standar bongkaran ratoon kedua cara tersebut sebagai

berikut :

a. Manual atau Tenaga Orang

Kegiatan dimulai dari trash dan kotoran bahan organik lainnya

dikumpulkan pada satu tempat, kemudian dibakar. Untuk memudahkan

pembongkaran unggul, petak kebun diairi sampai kondisi lengas tanah jenuh,

kemudian guludan eks ratoon dicangkul, tunggul dibongkar dan didongkel,

dikeluarkan dari petak kebun bersamaan dengan batang tebu sisa tebangan,

Page 69: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

57

selanjutnya guludan diratakan dengan permukaan tanah waras. Got yang ada

dipelihara sesuai kondisinya. Apabila got lama eks ratoon sudah dalam bentuk

kerucut, maka got tersebut perlu ditutup dan dibuatkan got yang baru dari tanah

waras di sebelah got yang bersangkutan. Kemudian dibuat juringan dengan

ukuran standar baku budidaya PC.

b. Mekanis di Lahan HGU/Lahan Milik PG

Kegiatan dimulai dari trash dan bahan organik lainnya dibakar, krmudian

dikeluarkan dari kebun dengan trash raking. Lahan dibajak piring L2 – L3

sebanyak dua kali untuk tanah berat dan satu kali untuk tanah ringan sehingga

dongkelan terbalik. Selanjutnya dilakukan garu berat (heavy harrow) dengan

arah melintang 30 derajat dari arah bajakan. Kemudian dibuat alur

menggunakan furrower. Bila diperlukan, pada tanah berat dan solum dangkal

dilakukan denagn subsoiler-furrower.

c. Cara Mekanis di Lahan Tebu Rakyat

Apabila tidak terdapat trash raking, trash dibersihkan secara manual.

Dengan menggunakan bajak piring 32 inch, dilakukan bajak pertama dengan

kecepatan L2, selanjutnya dengan alat yang sama diikuti bajak ke dua dengan

kecepatan L3. Pembajakan dilakukan searah alur tanaman ratoon. Dongkelan

yang terdapat di permukaan tanah dibersihkan dan dikeluarkan dari peak

kebun. Dibuat alur menggunakan furrower. Bila diperlukan, pada tanah berat

dan solum dangkal dilakukan dengan subsoiler-furrower.

Perbaikan Saluran Air/Got. Diawali dengan pembuatan got keliling di

sekeliling bidang lahan dengan dalam 80 cm, lebar 100 cm. Diikuti dengan got

mujur yang melintang tegak lurus dengan arah miring lahan, jarak antara got

mujur 62,5 cm, dalam 70 cm dan lebar 80 cm. Setelah itu got malang yang

searah/sejajar dengan arah kemiringan lahan dengan jarak antara got malang 8 m,

dalam 60 cm dan lebar 50 cm.

Perbaikan Juringan/Lubang Tanam/Leng. Juringan harus diperbaiki

untuk mencapai lebar juringan 50 cm, lebar guludan 54 cm, dalam juringan 30 cm

dan jarak pusat ke pusat (PKP) 104 cm.

Page 70: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

58

Penanaman Kembali. Penanaman kembali eks tebu giling yang telah

dibongkar dengan bibit dari pembibitan (KBD) dan varietas anjuran yang unggul

dan bermutu.

Tabel 17 Komposisi menurut waktu penanaman kembali yang

dianjurkan. No. Jenis lahan Waktu Tanam Kemasakan Bibit 1. Lahan Sawah Mei (30%) Akhir

Juni (40%) Tengah

Juli (30%) Awal

2. Lahan Kering Maret (50%) Akhir

(akhir musim hujan) April (50%) Akhir

Lahan Kering Oktober (50%) Awal

(awal musim hujan) November (50%) Awal

Sumber : Juknis Pelak PPTJT/2004

Pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan untuk tanaman eks ratoon meliputi

pemupukan, pengaturan kebutuhan air, pengendalian gulma dan perlindungan

tanaman.

a. Pemupukan

Pemupukan diarahkan pada pemupukan lengkap dan berimbang. Jenis

pupuk yang digunakan adalah ZA, SP – 36, KCl atau ZK pada daerah

tembakau. Penggunaan jenis pupuk lain termasuk pupuk organik ataupun

pupuk pelengkap cair harus berdasarkan saran dari P3GI dan rekomendasi dari

Dinas Perkebunan.

Dosis pemupukan yang digunakan menggunakan pedoman dosis

pemupukan pada penyelenggaraan kebun tebu berdasarkan jenis tanah di lahan

sawah dan lahan kering/tegal seperti terdapat pada tabel 18.

Page 71: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

59

Tabel 18 Dosis Pemupukan pada Penanaman Tebu

Dosis Pemupukan (Ku/Ha) No. Jenis Tanah ZA SP-36 KCl I. Lahan Sawah Aluvial 5 – 6 0 – 2 0 – 1 . Regosol 6 – 7 1 – 2 1 – 2 Mediteran 7 – 8 1 – 3 1 – 3 Latosol 6 – 7 1 – 3 1 – 3 Grumusol 7 – 8 2 – 3 1 – 3 II. Lahan Kering Aluvial 5 – 7 0 – 2 0 – 1 Regosol 6 – 8 1 – 2 1 – 2 Latosol 6 – 8 1 – 3 1 – 3 Grumusol 7 – 9 2 – 3 1 – 3 Mediteran 7 – 9 1 – 3 1 – 2 Podsolik Merah kuning 5 – 7 4 – 6 2 – 4 Sumber : Juknis PPTJT/2004

Waktu pemupukan untuk masing-masing jenis pupuk sesuai dengan

baku teknis pemupukan adalah untuk SP – 36 sebagai pupuk dasar diberikan

satu hari sebelum tanam dengan dosis penuh. Pemupukan ZA dilakukan dua

kali, untuk pemupukan ZA pertama diberikan saat tanaman berumur paling

lambat 1 – 7 hari. Pemupukan ZA kedua diberikan saat tanaman berumur 30 –

40 hari atau sebulan setelah pemupukan ZA pertama. Sedangkan pupuk KCl

atau ZK diberikan bersamaan dengan waktu pemupukan ZA pertama.

Pupuk diberikan dengan cara menggunakan alat takar yang tepat sesuai

dosis. Pupuk SP- 36 disebarkan merata di dasar juringan sedangkan pupuk

lainnya ditugal. Pupuk KCl atau ZK diberikan bersama dengan pupuk ZA

pertama dengan lubang pupuk yang letaknya berseberangan. Pada pemupukan

kedua, ZA diberikan dalam satu lubang yang letaknya berseberangan dengan

yang pertama.

b. Pengaturan Kebutuhan Air

Untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman tebu hendaknya

dilakukan pengaturan kebutuhan air dan drainase untuk membuang air yang

berlebihan.

c. Pembersihan Tebu Jadah

Pada umur dua bulan, apabila setelah tanam PC terdapat pertunasan

tebu bekas dongkelan (tebu jadah), maka dilakukan pembersihan tanaman

Page 72: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

60

tersebut dari petak kebun. Membiarkan, memasukkan dan memelihara tebu

jadah berada dalam juringan akan mengurangi manfaat dan esensi

pembongkaran ratoon.

d. Pengendalian Gulma

Sejak penanaman sampai tanaman berumur empat bulan hendaknya

kebun bebas gulma. Pengendalian gulma secara manual dengan menyiang

dilakukan tiga sampai empat kali dengan inteval waktu tiga mnggu.

Pengendalian gulma secara kimiawi dengan mempergnakan herbisida harus

mendapat rekomendasi dari P3GI.

Jadwal Kegiatan Bongkar Ratoon. Kelancaran dan ketertiban

operasional kegiatan proyek akan sangat dipengaruhi oleh tertib jadwal

pelaksanaan. Untuk itu dalam pelaksanaan kegiatan proyek perlu mendapat

perhatian untuk menyesuaikan dengan pedoman/jadwal pelaksanaan kegiatan.

Sebagai pedoman hendaknya memperhatikan jadwal pelaksanaan kegiaan bongkar

ratoon (barchart).

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di

Kebun TRIS

Jumlah Batang per Juring. Hasil pengujian terhadap peubah jumlah

batang per juring menunjukkan berbeda nyata antara PC murni dengan tanaman

keprasan. Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa tanaman PC murni memiliki jumlah

batang tertinggi. Meskipun PC bongkar ratoon juga lebih tinggi dari pada tanaman

keprasan,tetapi hasil uji pada taraf 10% menunjukkan PC bongkar ratoon tidak

berbeda nyata dengan tanaman keprasan. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan

hara pada kebun PC murni yang masih tinggi dan faktor rotasi tanaman dengan

tanaman palawija. Sedangkan pada bongkar ratoon, walaupun tanamannya

merupakan tanaman pertama, tetapi ditanam pada lahan bekas tebu juga sehingga

ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tebu lebih sedikit dibandingkan lahan

bekas palawija atau yang lainnya.

Page 73: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

61

Tabel 19 Jumlah Batang Per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS.

Kategori Kebun Jumlah Batang

PCM 62.00 b

BKR 61.57 a

KPRS 59.71 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji t

Tinggi Batang. Secara garis besar, rata-rata tinggi batang tertinggi

dihasilkan oleh tanaman PC murni, diikuti PC bongkar ratoon dan tinggi batang

terendah pada tanaman keprasan. Hal ini juga bisa dilihat bahwa hasil uji

menunjukkan berbeda nyata antara tinggi batang tanaman PC murni dan bongkar

ratoon terhadap tanaman keprasan pada periode pertama dan ketiga.

Tabel 20 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan

Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III

PCM 2.02 b 2.55 a 2.69 b

BKR 2.04 b 2.48 b 2.65 b

KPRS 1.89 a 2.56 a 2.55 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

tidak berbeda nyata pada uji t

Bobot Batang per Meter. Hasil pengamatan terhadap bobot batang per

meter tanaman, menunjukkan bahwa bobot tanaman keprasan tertinggi

dibandingkan tanaman PC murni dan bongkar ratoon, meskipun hasil uji

menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan oleh kandungan serat yang

lebih tinggi pada batang tanaman keprasan. Tingginya serat tersebut disebabkan

pengaruh pertumbhan tunggul yang cenderung di atas permukaan tanah, sehingga

sukulensinya kecil.

Page 74: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

62

Tabel 21 Bobot Batang Per meter pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III

PCM 0.39 0.42 0.44

BKR 0.39 0.42 0.44

KPRS 0.39 0.42 0.45 Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t

Rendemen. Salah satu faktor yang mempebgaruhi produktivitas tanaman

adalah rendemen yaitu nilai pol gula per kilogram tebu. Dari hasil pengamatan

didapatkan bahwa tanaman PC murni berbeda nyata terhadap tanaman keprasan,

meskipun hasil uji tidak menunjukkan beda nyata antara PC bongkar ratoon dan

keprasan, tapi rendemen PC bongkar ratoon rata-rata lebih tinggi dari pada

keprasan.Rendemen tertinggi dihasilkan oleh tanaman PC murni. Hal ini

disebabkan oleh faktor nutrisi yang didapatkan tanaman PC murni lebih tinggi

karena kesediaan unsur haranya juga lebih tinggi. Berbeda dengan PC bongkar

ratoon yng menggunakan lahan bekas tanaman tebu, sehingga unsur hara esensial

yang tersedia dalam tanah sudah terkuras oleh tanaman tebu sebelumnya.

Tabel 22 Rendemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIS.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III

PCM 4.38 b 5.38 b 5.68 b

BKR 4.21 a 4.98 a 5.48 a

KPRS 4.12 a 5.00 a 5.31 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada uji t

Produktivitas Tebu pada PC Murni, Bongkar Ratoon dan Keprasan di

Kebun TRIT

Jumlah Batang per Juring. Jumlah batang per juring pada kebun TRIT

tidak sepadat TRIS. Hal ini disebabkan karena pada umumnya lahan tegalan yang

Page 75: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

63

digunakan adalah lahan yang berada pada ketinggian 1200 m dpl sehingga

produktivitasnya menurun. Selain itu pada lahan sawah memungkinkan ketebalan

solum yang lebih tinggi sehingga kedalaman akarpun lebih dalam. Faktor lain

yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah sistem pengolahan lahan. Pada

lahan tegalan umumnya menggunakan traktor sehingga PKP-nya lebih kecil dan

kedalaman antar juring juga kecil memungkinkan pertumbuhan akar yang

terbatas.

Hasil pengamatan jumlah batang perjuring menunjukkan bahwa tanaman

PC bongkar ratoon berbeda nyata terhadap keprasan. Begitu juga dengan PC

murni, berbeda nyata dengan keprasan. Sedangkan rata-rata jumlah batang PC

bongkar ratoon lebih padat dibandingkan PC murni dan keprasan. Hal ini bisa

terjadi karena faktor perawatan yang dilakukan petani.

Tabel 23 Jumlah Batang Per Juring pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT.

Kategori Kebun Jumlah Batang

PCM 57.33 b

BKR 58.00 b

KPRS 54.67 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji t

Tinggi Batang. Secara garis besar, rata-rata tinggi batang tertinggi

dihasilkan oleh tanaman PC murni, diikuti tanaman keprasan dan tinggi batang

terendah pada tanaman PC bongkar ratoon. Sedangkan berdasarkan hasil uji pada

taraf 10% PC murni menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada periode pertama

dan tidak berbeda nyata pada periode ketiga.

Tabel 24 Tinggi Batang pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III

PCM 2.37 b 2.50 a 2.75 a

BKR 2.15 a 2.61 b 2.65 a

KPRS 2.06 a 2.46 a 2.73 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

pada uji t

Page 76: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

64

Bobot Batang per Meter. Hasil pengamatan terhadap bobot batang per

meter tanaman, menunjukkan bahwa bobot tanaman pada masing-masing kategori

kebun pada periode ketiga memiliki rataan yang sama. Akan tetapi terlihat bahwa

perkembangan yang pesat dialami oleh tanaman PC bongkar ratoon, meskipun

hasil uji menunjukkan tidak berbeda nyata. Jumlah dan perkembangan yang

hampir sama tersebut disebabkan oleh kandungan serat yang tinggi pada batang

tanaman keprasan walaupun pada umunya diameter batangnya paling kecil.

Tingginya serat tersebut disebabkan pengaruh pertumbhan tunggul yang

cenderung di atas permukaan tanah, sehingga sukulensinya kecil.

Tabel 25 Bobot Batang Per meter pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III PCM 0.40 0.42 0.45

BKR 0.39 0.43 0.45

KPRS 0.40 0.42 0.45

Keterangan : Angka–angka pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji t

Rendemen. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa rendemen tertinggi

dihasilkan oleh tanaman PC murni, kemudian PC bongkar ratoon dan terendah

pada tanaman keprasan. Hal ini disebabkan oleh faktor nutrisi yang didapatkan

tanaman PC murni lebih tinggi karena kesediaan unsur haranya juga lebih tinggi.

Berbeda dengan PC bongkar ratoon yng menggunakan lahan bekas tanaman tebu,

sehingga unsur hara esensial yang tersedia dalam tanah sudah terkuras oleh

tanaman tebu sebelumnya.

Tabel 26 Rendemen pada PC Murni (PCM), Bongkar Ratoon (BKR) dan Keprasan (KPRS) di Lahan TRIT.

Periode Pengamatan Kategori Kebun I II III

PCM 4.17 b 5.26 b 5.56 b

BKR 4.33 b 5.14 a 5.40 a

KPRS 3.96 a 4.98 a 5.36 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada uji t

Page 77: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

65

Secara garis besar pengaruh penggantian varietas, produktivitas TRIS dan

produktivitas TRIT dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut.

Tabel 27 Rekapitulasi Hasil Pengamatan di lapang. Kategori Jumlah Batang Tinggi Batang Bobot Batang/Meter Rendemen

TM I II III I II III I II III Varietas Ps 851 tn * * tn tn tn tn * * * Ps 864 tn * tn tn tn tn tn * * * BL tn tn tn tn tn tn tn * * * Ps 58 tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn

TRIS PCM * * * * tn tn tn * * * BKR tn * tn * tn tn tn tn tn tn KPRS tn tn * tn tn tn tn tn tn tn

TRIT PCM * * tn tn tn tn tn * * * BKR * tn * tn tn tn tn * tn tn KPRS tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : TM : taksasi Maret, PCM : PC Murni, BKR : bongkar ratoon, KPRS :

keprasan * : berbeda nyata pada uji t tn : tidak berbeda nyata

Page 78: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

66

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang yang dilakukan di PTPN X PG Tjoekir Jombang

memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat melaksanakan kegiatan

lapangan secara langsung sehingga memberikan kesempatan untuk dapat

memahami proses kerja secara nyata. Mahasiswa juga memperoleh kesempatan

untuk membandingkan antara ilmu yang didapat di bangku kuliah dengan proses

kerja langsung di lapang.

Peningkatan produksi tebu dipengaruhi oleh banyak faktor beberapa

diantaranya adalah jenis dan mutu bibit. Bibit varietas baru seperti Ps 851, Ps 864

dan BL menunjukkan hasil produksi lebih tinggi daripada varietas lama, dalam hal

ini Ps 58 yang pada masa kejayaannya dahulu pernah menghasilkan produksi yang

tinggi pula. Varietas lama mengalami penurunan karena salah satunya terjadi

perubahan genetik pada saat proses duplikasi sel akibat penyetekan batang secara

terus-menerus.

Pelaksanaan bongkar ratoon belum tampak pengaruhnya terhadap hasil,

karena jika dibandingkan dengan produksi tanaman keprasan peningkatannya

tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh lahan yang digunakan adalah eks

tanaman tebu juga sehingga unsur hara yang dibutuhkan tebu sudah banyak

terserap oleh tanaman tebu sebelumnya yang cenderung sudah dikepras berulang

kali. Berbeda dengan tanaman PC murni yang lahannya bekas sawah atau

palawija sehingga keadaan tanahnya masih baik.

Saran

Perlu diadakan rotasi tanaman pada lahan yang sudah berulang kali

ditanami tebu. Perlu adanya koordinasi antara PG, petani dan aparat pemerintah

setempat untuk mengaktifkan kembali sistem glebagan. Selain itu penggunaan

pupuk berimbang juga perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan unsur hara.

Page 79: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

67

DAFTAR PUSTAKA

Adesewojo, R. Sodo. 1989. Bercocok Tanam Tebu (Saccarum officinarum L.). PT. Bale Bandung. Bandung. 100 hal.

Davies, N. 1990. Sugarcane, p. 65 – 71. In Speedly, Andrew (Eds). Developing

World, Agriculture. Grosvenor Press International. London. Murwandono dan I. Subagyo. 1991. Usaha Menaikkan Produksi Tebu Keprasan

di Lahan Kering Cawming dengan Cara Pengelolaan Khusus. Berita P3GI. 5 : 1 – 5.

Ochse, J. J, M. J. Soule, M. J. Dijkman and C. Wehlburk.1961. Tropical and

Subtropical Agriculture. Vol III. The MacMillian Company. New York. 1446 p.

Sastrahidajat, I. R dan Soemarsono. 1991. Budidaya Berbagai Jenis Tanaman

Tropika. Faperta Unibraw. Malang. 524 hal. Soebroto, RSH. 1983. Tebu Rakyat. Terate. Bandung. 39 hal. Sudarjanto, A dan Mulyatmo. 1997. Putus Akar dan Pengaruhnya terhadap

Pertumbuhan Keprasan Tebu Varietas PS 80-1007 dan PS 82-3605. Majalah Penelitian Gula. XXXIII : 57 – 60.

Williams, C. N. 1979. The Agronomy of the Major Tropical Crops. Oxford

University Press. Kuala Lumpur. 228 p. Tim Penulis. 2003. Petunjuk Teknis Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur.

Dinas Perkebunan Jawa Timur. Ui Chanco, L. B. 1962. Field Crops. College of Agriculture University of the

Philippines. 921 p.

Page 80: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

LAMPIRAN

Page 81: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 1 Struktur Organisasi Pabrik Gula Tjoekir

ADMINISTRATUR KABAG. TANAMAN KABAG. KABAG. KABAG. A.K & U. INSTALASI PENGOLAHAN SKK RAYON I SKK RAYON II/LITBANG SKK RAYON III/T&A ST. UMUM AJUNCT F. C. RC.PPAB RC. PEMBUKUAN RC.SEKUM RC.HAK/UMUM SKW SKW SKW LITBANG SKW CT ST. KETEL CHEMIKER PPAB PEMBUKUAN PTK TU WIL TU .WIL NPP TU WIL Co.PTA ST TENGAH OPZ. GUD. K.V.A. POLIKLINIK PABRIKASI MATERIAL PJ.Bkr JR. GBR JR GBR LAB. HAMA JR GBR Teb. ST. GILINGAN GUD. P.D.E. KADISKAM Serba GULA Guna Co. PTRI Co. PTRI BIBITAN& Co. PTRI TU ST. LISTRIK TU HASIL CONTOH T&A PTRI PTRI Kbn, Percb PTRI PTA ST. PUTERAN Plyn. Kntor Petugas KENDR/REMISE PUKK TU Sentral

Page 82: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 2 Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Tjoekir

KEPALA TANAMAN

SKK RAYON I SKK RAYON II/LITBANG SKK RAYON III/T&A

SKW SKW SKW SKW SKW SKW SKW CT GUDO NGORO JOGOROTO MOJOAGUNG LITBANG DIWEK MOJOWARNO BARENG WONOSALAM TEBANG ANGKUT TU WIL. TU WIL. TU WIL. TU WIL. NPP TU WIL. TU WIL. TU WIL. TU WIL. KOORDINATOR PTA LAB. HAMA JR. GBR JR. GBR JR. GBR JR. GBR JR.GBR JR. GBR JR. GBR JR. GBR. Pngg.Jwb.Bkr Teb. Serba Guna BIBITAN & CONTOH Co. PTRI Co.PTRI Co. PTRI Co. PTRI Co. PTRI Co. PTRI Co. PTRI Co. PTRI TU Tebang Angkut KBN. PERCB PTRI PTRI PTRI PTRI PTRI PTRI PTRI PTRI Pengawas T & A Pely. Kantor TU SENTRAL Petugas PUKK

Page 83: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 3 Data Curah Hujan Tahun 1990 – 2001

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

BLN HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Juni

Juli

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

22

15

10 7 9 4 2 1 0 1 4

17

349

278

119

95

149

51

50 7 0

15

45

370

22

18 9

14 2 1 2 1 0 0 8

15

646

517

199

302

20

15 2 6 0 0

175

157

22

14

14

13 5 3 2 1 4 4

10

14

628

403

346

276

121

40

39

41

44

100 170

422

19

13 8

11 6 4 1 1 0 1 7

11

367

213

199

174

109

36

21

20 0

14

115

253

21

15

20 4 0 1 0 0 0 0 5

13

327

457

485

55 0

70 0 0 0 0

250

267

19

20

18 9 4 7 2 0 0 3

19

13

493

491

428

137

47

174 8 0 0

35

428

356

21

13

10 5 2 2 1 1 1 5

13 9

512

427

310

405

20

59 5

60

50

65

525

395

11

15 4 5 4 0 0 0 0 0 0 9

435

1084

70

125

60

0

0

0

0

0

0

445

10

17

10

10 3 3 5 1 3 7 9

13

382

742

428

266

63

65

105

10

20

228

261

955

9

10

13 8 1 3 0 3 0 7

11 9

558

280

273

190

60

28 0

24 0

250

330

220

17

10 8

11 5 2 2 1 1 3

11 6

435

360

350

320

92

35

54 5

10

49

510

189

10 9 9 6 3 3 1 0 0 5 6 5

602

244

610

409

145

115

20 0 0

182

79

161

Jml 92 1528 92 2039 106 2630 82 1521 79 1911 114 2597 83 2833 48

2219 91 3525 74 2213 77 2409 57 2567

Sumber : litbang-data/data/data hh & ch 90-01

Page 84: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 5 Barchart Rencana Pelaksanaan Bongkar Ratoon Tahun 2004/bulan No Kegiatan Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des 1. Pembongkaran eks tanaman tebu giling (ratoon)/KTG Bongkar lahan (secara mekanis) x x x x

Penanaman bibit x x x x

Pemupukan atau pemeliharaan kebun x x x x x x

2. Perbaikan saluran irigasi sederhana Perbaikan got x x x x Sumber : Juknis Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur 2004

Page 85: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 6 Anggaran Biaya Proyek Pengembangan Tebu Jawa Timur 2004

Kegiatan Luas (ha) Biaya (Rp/ha) Jumlah (Rp)

Program Bongkar Ratoon 500,0 1.950.000 975.000.000

Penyelenggaraan KBI 9,7 5.900.000 57.471.900

Penyelenggaraan KBD Jasa (Kerjasama Petani dan PG) 100,0 5.900.000 590.000.000

Penyelenggaraan KBD PG 18,0 5.900.000 106.000.000 Total 1.728.471.900 Sumber : Selayang Pandang PG Tjoekir 2005

Page 86: A2008_Wahyu Asih Wijayanti

Lampiran 4 Gambar Kegiatan Pengelolaan Tebu di PG Tjoekir Gb. 1 Pemotongan dan Gb. 2 Persiapan lahan Gb. 3 Pengendalian Gb. 4.Penyiangan gulma Gb. 5 Pengendalian hama Sortasi bibit sistem Reynoso Gulma dengan Herbisida (manual) dengan pias Trichograma sp . Gb. 6 Pengolahan lahan Gb. 7 Pembongkaran Gb. 8 Tanaman keprasan Gb. 9 Pengukuran tinggi Gb. 10 Analisis Secara mekanis ratoon batang untuk pendahuluan di lahan tegalan taksasi maret Gb. 11 Penjelasan tebu Gb. 12 Penimbangan tebu Gb. 13 Pembongkaran tebu Gb. 14 Kegiatan operasi Gb. 15 Blotong MBS setelah tebang sebelun giling pasar