IKA Diaare Akut Asih

download IKA Diaare Akut Asih

of 29

Transcript of IKA Diaare Akut Asih

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    1/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar belakang

    Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak di

    negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga diare

    menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia1.

    Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi

    seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan

    reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan

    keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina propria sertakerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak

    mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.1

    Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi dehidrasi

    serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intolerasi,

    mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta

    mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif, efisien dan

    efekstif harus dilakukan secara rasional.Pemakaian cairan rehidrasi oral secara umum efektif

    dalam mengkoreksi dehidrasi.Pemberian cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh

    karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral

    oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah

    banyak diungkap dan penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.1,2

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    2/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 Definisi

    Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai

    perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung

    kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih

    dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau

    normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi

    merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan saluran

    cerna.3 Untuk bayi yang minum ASI nya secara ekslusif definisi diare yang praktis adalah

    meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya

    abnormal atau tidak seperti biasanya.3,4

    Kadang-kadang pada seorang anak buang air besarnya

    kurang dari 3 kali per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.3,4,5

    2.2 Epidemiologi

    Pada tahun 1995 diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada lebih dari 3 juta

    penduduk dunia. Kematian karena diare akut di negara berkembang terjadi terutama pada anak-

    anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantaranya tinggal di daerah atau

    lingkungan yang buruk, kumuh dan padat dengan sistem pembuangan sampah yang tidak

    memenuhi sarat, keterbatasan air bersih dalam jumlah maupun distribusinya, kurangnya sumber

    bahan makanan disertai cara penyimpanan yang tak memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang

    rendah serta kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.1,2

    Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 2001 yang diselenggarakan Depkes RI

    diare menempati urutan ketiga (10%) dari 10 penyebab kematian Balita setelah gangguan

    perinaal (26%) dan penyakit saluran nafas (16%).3

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    3/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 3

    2.3 Etiologi

    Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines2005, etiologi diare akut

    dibagi atas empat penyebab:5,6

    Bakteri :Shigella, Salmonella, E. coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter

    aeromonas.

    Virus :Rotavirus, Adenovirus, Nowalk virus, Coronavirus, Astrovirus Parasit :Protozoa, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli,

    Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

    Non infeksi : malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

    2.4 Patofisiologi

    Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:2,3,7

    Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

    tekanan dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

    kerongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini merangsang usus untuk

    mengeluarkannya sehingga timbul diare.

    Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus, akan terjadi peningkatan

    sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya akan timbul diare.

    Gangguan motilitasHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan untuk menyerapmakanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika motilitas usus lambat maka akan

    menimbulkan diare karena pertumbuhan bakteri yang berlebihan.

    Berdasarkan lamanya waktu diare, dibagi menjadi diare akut dan kronis:4,5

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    4/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 4

    a. Patogenesis diare akut Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati

    asam lambung

    Jasad renik tersebut bermultiplikasi didalam usus halus Jasad renik tersebut mengeluarkan toksin (toksin diaregenik) Toksin tersebut menyebabkan hipersekresi dan akan menimbulkan diare

    b. Patogenesis Diare kronisLebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkan ialah infeksi bakteri, parasit, Virus,

    malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

    Patogenesis diare berdasarkan infeksi bakteri/parasit terdiri dari diare karena bakteri non

    invasive dan bakteri/parasit invasive.3,5,7

    1. Diare karena virusPatogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui

    makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan

    villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum

    matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan

    baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya

    sehingga timbul diare.

    2. Diare karena bakteri non-invasive (Enterotoksigenik)Bakteri yang tidak merusak mukosa misalnya V. cholera dan enterotoksik E. coli

    (ETEC). Bakteri ini mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30

    menit setelah diproduksi. Enterotoksin menyebabkan meningkatnya kegiatan nikotinamid

    adenine dinekleotid pada dinding usus sehingga meningkatkan kadar adenosi 35- siklik

    monofosfat (cAMP) dalam sel sehingga menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke

    dalam lumen usus diikuti air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    5/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 5

    3. Diare karena bakteri/ parasit Invasive (Enterovasive)Diare ini disebabkan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat

    diarenya sekretorik eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri

    yang merusak diantaranya enterovasiveE.coli(EIEC),salmonella, Shigella dan Yersinia.

    2.5 Manifestasi klinis8,9

    Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila

    terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal bisa

    berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada

    penyebabnya.

    Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,

    klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dankehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis

    metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat

    menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

    Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi

    hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa

    dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.

    Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enterik pathogen antara lain:

    vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomielitis, meningitis, pneumonia,

    hepatitis, peritonitis dan septic trombophlebitis. Gejala neurologik dari infeksi usus bisa berupa

    paresthesia (akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamat) hipotoni dan kelemahan otot (C.

    botulinum).

    Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas

    badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih hebat dan

    tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rectum menunjukkan terkenanya usus

    besar.

    Mual untah adalah symptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan

    oleh karena organism yang menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enteric virus, bakteri

    yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    6/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 6

    Muntah juga sering terjadi pada inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau

    hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare, menunjukkan bahwa saluran

    cerna bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien immunocompromise memerlukan perhatian

    khusus, informasi tentang adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.

    2.6Diagnosis 9,10,11,12,131. Anamnesis

    Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume,

    konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan

    frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir.

    Makanan dan minuman yang dibeikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang

    menyetai seperti batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu

    selama anak diare: member oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah sakit dan

    obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.9

    2. Pemeriksaan fisik

    Pada pemeriksaan fisik perlu diperiks: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung

    dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi:

    kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun

    besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,

    mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

    Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis mmetabolik. Bising usus yang

    lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan eksremitas perlu karena perfusi

    dan capillary refilldapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

    Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara obyektif yaitu

    dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    7/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 7

    Tabel 1: Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

    Penilaian A B C

    1. Lihat :

    Keadaan

    Umum

    Mata

    Rasa Haus

    Baik, sadar

    Normal

    Minum biasa

    tidak haus

    * Gelisah

    Cekung

    * Haus, ingin minum

    banyak

    * Lesu, lunglai atau tidak

    sadar

    Sangat cekung dan

    kering

    * Malas minum atau

    tidak bisa minum

    2. Periksa

    turgor kulit

    Kembali cepat * Kembali lambat * Kembali sangat lambat

    3. Derajat

    dehidrasi

    Tanpa dehidrasi Dehidrasi

    ringan/sedang

    bila ada 1 tanda *

    ditambah 1 atau lebih

    tanda lain

    Dehidrasi berat

    Bila ada 1 tanda *

    ditambah 1 atau lebih

    tanda lain

    4. Terapi Rencana terapi

    A

    Rencana terapi B Rencana terapi C

    3. Pemeriksaan penunjang12,13

    Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,

    hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak

    diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi

    berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urune dan tinja pada sepsis atau infeksi

    saluran kemih.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    8/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 8

    Pemeriksan laboratorium yang kadag-kadag diperlukan pada diare akut ;

    Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes

    kepekaan terhadap antibiotika.

    Urine:urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.

    Tinja

    Pemeriksaan makroskopik:

    Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare

    meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus

    atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebebkan oleh

    infeksi diluar saluran gastrointestinal.

    Tinja yang mengandung darah atau mucus bisa disebabkan infeksi bakteri yang

    menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau

    parasit usus seperti;E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya

    bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. Histolytica darah sering terdapat pada

    permukaan tinja pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbaubusuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella,Giardia, Cryptosporidium dan

    strogyloides.

    Pemeriksaan mikroskopik:

    Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan informasi

    tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa kolon. Lekosit

    dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Lekosityang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasive atau kuman yang

    memproduksi stotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, EIEC, C. Difficile, Y.

    enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P. shigelloides.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    9/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 9

    2.7Diagnosis bandingDiagnosis banding diare perlu dibuat agar dapat memberikan pengobatan yang lebih baik dan

    tepat. Diagnosis banding untuk diare akut pada anak adalah:9

    1. Bacterial sepsis2. Pneumonia3. Otitis media

    2.8KomplikasiKehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada

    usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera kehilangan cairan secara mendadak

    sehingga terjadi shock hipovolemik yang cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial

    mengarah ke hipokalemia dan asidosis metabolik.1,8

    Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga syok

    hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul Tubular Nekrosis

    Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi

    bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang

    optimal.8

    2.9Penatalaksanaan 9,15,16Departemen Kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare

    yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat dirumah sakit,

    yaitu:

    1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baruOralit baru ini adalah dengan osmolaritas yang rendah. Keamanan oralit ini sama dengan

    oralit selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula

    lama. Oralit baru denga low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi

    intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hinga 20% serta megurangi kejadian

    muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO

    dan UNICEF untuk diare akut non kolera pada anak.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    10/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 10

    Tabel 2: Komposisi oralit baru

    Oralit baru Osmolaritas Rendah Mmol/Liter

    Natrium 75

    Klorida 65

    Glucose, anhydrous 75

    Kalium 20

    Sitrat 10

    Total Osmolaritas 245

    Ketentuan pemberian oralit formula baru:

    Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persedian 24 jam. Berikan larutan oralit pada anak setiap kli buang air besar, dengan ketentuan sebagai

    berikut:

    Untuk anak < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB

    Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

    Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harusdibuang.

    2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turutZinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makn

    anak. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada

    efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cernadan

    terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare

    dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan

    regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan

    respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    11/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 11

    3. ASI dan makanan tetap diteruskanSesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah

    kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu

    makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan.

    4. Antibiotik selektifPemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare

    karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan

    tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan.

    5. Nasihat kepada orang tuaKembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat

    haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

    Pengobatan diare tanpa dehidrasi

    Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang

    air besar atau muntah dengan dosis:

    < 1 tahun : 50-100 cc 1-5 tahun : 100-200 cc 5-12 tahun : 200-300 cc

    Pengobatan diare dengan dehidrasi ringan

    sedang

    Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kg/BB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan

    cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.

    Pengobatan diare dengan dehidrasi ringan sedang

    Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100cc/kgBB. Cara pemberian:

    < 1 tahun 30 cc/KgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 cc/KgBB dalam 5 jamberikutnya.

    > 1 tahun : 30 cc/ KgBB dalam jam pertama, dilanjutkan 70 cc/KgBB dalam 2 jamberikutnya.

    Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/KgBB selama proses rehidrasi.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    12/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 12

    Gambar 1: Rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi8,9

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    13/29

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    14/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 14

    Gambar 3: Rencana terapi untuk diare dengan dehidrasi berat8,9

    Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena

    40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik. Pemberian

    antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses

    berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau

    penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.

    Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik

    diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman.10,11

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    15/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 15

    Tabel 4: Antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyebab diare

    Penyebab Antibiotik Pilihan Alternatif

    Kolera Doxycycline

    Dewasa: 300 mg sekali

    atau

    Tetracycline

    Anak-anak: 12.5 mg/kg

    4 kali per hari x 3 hari

    Dewasa: 500 mg

    4 kali per hari x 3 hari

    Erythromycin

    Anak-anak: 12.5 mg/kg

    4 kali per hari x 3 hari

    Dewasa : 250 mg

    4 kali per hari x 3 hari

    Disentri Shigella Ciprofloxacin

    Anak: 15 mg/kg

    2 kali per hari x 3 hari

    Dewasa: 500 mg

    2 kali per hari x 3 hari

    Pivmecillinam

    Anak-anak: 20 mg/kg

    4 kali per hari x 5 hari

    Dewasa: 400 mg

    4 kali per hari x 5 hari

    Ceftriaxone

    Anak-anak: 50-100

    mg/kg

    1 kali per hari IM x 2 to

    5 hari

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    16/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 16

    Amobiasis Metronidazole

    Anak-anak: 10 mg/kg

    3 kali per hari x 5 hari

    (10

    hari pada kasus berat)

    Dewasa: 750 mg

    3 kali per hari x 5 hari

    (10

    hari pada kasus berat)

    Giardiasis Metronidazole

    Anak-anak: 5 mg/kg

    3 kali per hari x 5 hari

    Dewasa: 250 mg

    3 kali per hari x 5 hari

    2.11 Prognosis

    Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi

    antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan

    morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas

    ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan

    dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 %

    yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.9,10,11

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    17/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 17

    2.12 Pencegahan17

    Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara:

    1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare.Kuman-kuman pathogen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.

    Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran

    ini. Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

    a. Pemberian ASI yang benarb. B. memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI.c. Penggunaan air bersih yang cukup.d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar

    dan sebelum makan.

    e. Penggunaan jamban yang bersih dan hiegienis oleh seluruh anggota keluarga.f. Membuang tinja bayi yang benar.

    2. Memperbaiki daya tahan tubuh penjamu (host).Cara-cara yang benar dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan

    dapat mengurangi resiko diare antara lain:

    a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahunb. Meningkatkan nilai gizi makanan pandamping ASI dan member makan dalam

    jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.

    c. Imunisasi campak.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    18/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 18

    KESIMPULAN

    Diare adalah pengeluaran tinja cair dengan frekuensi 3x/ hari disertai perubahan

    konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa dara/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa

    muntah. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung

    lebih dari 14 hari disebut diare persisten.

    Diare pada anak masih merupakan problem kesehatan dengan angka kematian yang masih

    tinggi terutama pada anak umur 1-4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang tepat dan

    memadai. Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan mengobati,

    dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan mukosa usus,

    penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

    memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rational.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    19/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 19

    STATUS PASIEN

    A. Identitas pasien :No rekam medik :100306

    Nama Anak : An. R

    Umur :6 bulan

    Jenis kelamin :Laki-laki

    Nama Ayah :Bp. R

    Pekerjaan :Wiraswasta

    Nama ibu :Ny. Y

    Pekerjaan :IRT

    Alamat :Pulau

    Agama :Islam

    Tanggal Masuk :17 Maret 2014

    Tanggal pemeriksaan :17 maret 2014

    B. Anamnesis : Alloanamnesis dari Ibu pasienKeluhan Utama :Berak-berak encer sejak 7 hari yang lalu

    Riwayat penyakit sekarang:

    Berak-berak encer sejak 7 hari yang lalu, frekuensi lebih dari 5 kali per hari, warnakuning kehijauan, tidak disertai lendir dan darah.

    3 hari yang lalu berak-berak encer disertai lendir dan darah, frekuensi lebih dari 5 kaliper hari

    Berak-berak encer tidak disertai demam dan muntah.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    20/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 20

    Berak-berak encer tidak disertai batuk dan pilek Buang air kecil mulai berkurang, frekuensi kurang dari 6 kali per hari dan warnanya

    mulai pekat.

    Riwayat penyakit dahulu :belum pernah sakit seperti ini sebelumnya

    Riwayat penyakit keluarg : Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini

    Riwayat Kelahiran : Lahir Normal, cukup bulan di tolong oleh bidan BBL

    3100 gr, Spontan, menangis kuat.

    Riwayat Imunisasi :

    Hepatitis B : 4 kali (usia 0 hari, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan) DPT : 3 kali (usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan) Polio : 4 kali (usia 1 bulan, 2 bulan, 3 ulan, 4 bulan) BCG : 1 kali (usia 1 bulan) Campak : BelumKesan : Imunisasi dasar lengkap

    Perkembangan anak

    Motorik kasar

    Mangangkat kepala : 3 bulan

    Tengkurap kepala tegak : 4 bulan

    Duduk sendiri : -

    Berdiri sendiri : -

    Berjalan : -

    Bahasa

    Bersuara aah/ooh : 2,5 ulan

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    21/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 21

    Berkata spesifik : -

    Motorik halus

    Memegang benda : 3,5 bulan

    Personal sosial

    Tersenyum : 1 bulan

    Mulai makan : -

    Tepuk tangan : -

    Kesan : pertumbuhan dan perkembangan baik

    C. Pemeriksaan Fisik :Status Generalis

    Keadaan umum : Tampak gelisah, rewel

    Kesadaran : Komposmentis kooperatif

    Berat badan : 8 kg

    Vital sign : frekuensi nafas : 32x/i, kedalaman cukup, regular, tipe

    torakoabdominal

    Frekuensi nadi : 140x/i, cepat

    Suhu : 36,50C

    Kepala : ubun-ubun besar cekung (+) mata: cekung +/+, air mata

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    22/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 22

    Telinga : daun telinga bentuk normal, secret (-/-)

    Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-),

    tonsil T1-T1

    Leher : bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula

    thyroid tidak membesar

    Thoraks

    Bentuk : normochest, retraksi (-/-)

    Cor

    Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

    Palpasi : iktus kordis teraba di sub intercosta V linea mid clavicula sinistra, tidak

    kuat angkat

    Perkusi : Batas kiri atas sub intercosta II Linea parasternalis sinistra

    Batas kiri bawah sub intercosta IV linea mid clavicula sinistra

    Batas kanan atas sub intercosta II linea parasternal dextra

    Batas kanan bawah sub intercosta IV line parasternal dextra

    Kesan: batas jantung tidak melebar

    Pulmo

    Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

    Palpasi : vocal framitus sulit dievaluasi

    Perkusi : sonor disemua lapangan paru

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+). Suara tambahan (-/-)

    Abdomen

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    23/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 23

    Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada

    Auskultasi : bising usus (+) meningkat

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali lambat

    Eksremitas : akral hangat, oedem (-), Capilary Revil Time (CRT) < 3 detik, tonus otot baik

    Pemeriksaan penunjang:

    Pemeriksaan darah: Hb: 11,7 gr/dlLeukosit: 15.700 mm

    3

    Hematokrit: 34 %

    Trombosit: 473.000 mm3

    Analisa fesesMakroskopis

    Warna : kuning kehijauan

    Konsistensi : lembek

    Darah : negatif

    Lendir : positif

    Mikroskopis

    Eritrosit : 2-5 LPB

    Leukosit : 10-20 LPB

    Amoeba : negatif

    Sisa makanan : positif

    Telur cacing : negatif

    Jamur : positif

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    24/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 24

    Diagnosis kerja : Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec jamur &

    bacterial + intake sulit

    Penatalaksanaan :

    Infus: RL 50 tpm (selama 3 jam, evaluasi tanda-tanda dehidrasi)

    Inj Metronidazole 3 x 40 cc

    Inj Ceftriaxone 2 x 200 mg

    Lacto B 2 x 1 sach

    Zink 1 x 10 mgselama 10-14 hari

    - Edukasi :beri cairan oralit setiap kali anak buang air besar/ muntah

    Prognosis :Ad vitam : baik

    Ad sanam : baik

    Ad fungsionam : baik

    Evaluasi setelah 3 jam pertama

    Vital sign

    Nadi : 102x/i, regular,isi tegangan cukup suhu : 36,80C

    Nafas : 30x/i, kedalaman cukup, retraksi (-) BB: 8 kg

    Pemeriksaan fisik

    Kepala: ubun-ubun besar cekung, mata cekung (+), air mata

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    25/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 25

    Follow up:

    Tanggal S O A P

    18/3/2014 Berak-berakencer >

    3x/hari

    Lendir (+) Muntah (-)

    N: 102x/menit

    S: 36,50C

    P: 32 x/menit

    Pemeriksaan

    fisik: mata

    cekung -/-,

    mukosa bibir

    kering (-),

    turgor kulit

    baik

    Diare akut

    dengan

    dehidrasi

    ringan

    sedang(perb

    aikan) ec

    jamur &

    bakterial

    Infus: RL 34 tpm (mikro)

    Inj Metronidazole 3 x 40 cc

    Lacto B 2 x 1 sach

    Zink 1 x 10 mg

    19/3/2014 Berak-berakencer 2x

    sudah

    disertai

    ampas Lendir (+) muntah (-)

    PasienPAPS

    N: 98x/menit

    S: 36,70C

    P: 32 x/menit

    Pemeriksaanfisik: mata

    cekung -/-,

    mukosa bibir

    kering (-),

    turgor kulit

    baik

    Diare akut

    tanpa

    dehidrasi ec

    jamur &

    bacterial

    Infus KN3B 40 tpm mikro

    Bolus D 10 % 3 x 3 cc

    Inj ceftriaxone 2 x 200 mg

    Inj metronidazol 3 x 30 cc

    Lacto B 2 x 1 achZink 1 x 10 mg

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    26/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 26

    ANALISIS KASUS

    Diagnosa diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec jamur & bacterial + intake sulit pada

    pasien ini ditegakkan berdasarkan :

    1. Anamnesis : Pasien mencret sejak 7 hari yang lalu (akut 5 kali sehari (>3 kali dalam 24 jam) Terdapat perubahan konsistensi tinja yakni cair

    2. Pemeriksaan fisik Kesadaran pasien composmentis, tampak lemas, rewel, Mata cekung (+), air mata 2 detik)

    3. Pemeriksaan penunjangHasil pemeriksaan darah didapatkan leukosit 15.700 mm

    3, pemeriksaan feces rutin

    didapatkan hasil konsistensi cair, terdapat lendir, secara mikroskopis, didapatkan hasil leukosit

    10-20 LPB, eritrosit 2-5 LPB dan jamur + .

    Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu

    Infus: RL 50 tpm (selama 3 jam, evaluasi tanda-tanda dehidrasi) Inj metronidazole 3 x 40 cc,

    ceftriaxone 2 x 200 mg, Lacto B 2 x 1 sach, Zink 1 x 10 mgselama 10-14 hari

    Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ditemukan leukositosis (15.700 mm

    3

    ) , padapemeriksaan feses didapatkan jamur (+), yang berarti bahwa penyebab diare pada pasien ini

    dikarenakan oleh jamur dan bakterial. Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu rehidrasi 600cc

    dalam 3 jam pertama. Cairan rehidrasi yang digunakan adalah Ringer laktat 50 tetes per menit.

    Terapi penyebab diare pada pasien ini diberikan obat anti jamur yaitu nistatin drops 1 cc 3-4 x/

    Pemberian metronidazole pada pasien ini kurang tepat karena pada pemeriksaan feses tidak

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    27/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 27

    ditemukan adanya amoeba. Pemberian probiotik pada pasien diare bermanfaat untuk

    mengembalikan komposisi dan peran bakteri baik yang bermanfaat dalam efek terapi dan

    profilaksis terhadap infeksi patogen. Pemberian oralit 100cc tiap kali diare bertujuan untuk

    penggantian cairan secara cepat. Sedangkan pemberian zinc bertujuan dalam penguatan sistem

    imun dan menjaga keutuhan epitel usus. Pada hasil follow up tgl 18 pasien masih berak-berak

    encer namun tanda-tanda dehidrasi sudah teratasi sehingga cairan rehidrasi maintenance yang

    diberikan 34 tetes per menit. Pada follow up tanggal 19 berak-berak encer pasien sudah

    berkurang dan sudah disertai dengan ampas dan tanda-tanda dehidrasi sudah tidak ada dan infuse

    diganti dengan KN3B yang merupakan larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan harian air

    dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti eksresi harian yang seharusnya

    pada pasien ini tidak perlu diberikan karena tanda-tanda dehidrasi sudah tidak ada.

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    28/29

    KKS ilmu kesehatan anak RSUD Bangkinang Page 28

    Daftar Pustaka

    1. Noerasid H, Suratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono,Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-4. Jakarta

    FK-UI; 2003. Hal 51-76

    2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: InfomedikaJakarta; 2007

    3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPMdan PL; 2005

    4. Hery Garna, Emelia Suroto, Hamzah, Heda Melinda D Nataprawira, Dwi Prasetyo. 2005.Diare Akut Dalam: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Olmu Kesehatan Anak Edisi Ke-3.

    Bandung: Bagian /SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran/ RSUP HASAN

    SADIKIN BANDUNG. Hal. 271-278

    5. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis in Behrman, Kliegman, jenson eds. NelsonTextbook of Pediatrics 17 ed. Saunders.2004:1272-6

    6. Widayana IW, Gandi. Konsistensi pelaksanaan program serta morbiditas dan mortalitas diaredi era otonomi dan krisis. Kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAAI Bandung. 2003:

    45-54.

    7. Kandun IN. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat8. Hans S et al. Reduced osmolarrity oral rehydration solution for treating dehydration due to

    diarrhea in children : systematic review. MBJ. 2001: 325 : 81-5.

    9. WHO, UNICEF. Oral rehydration salt Production of The new ORS. Geneva. 2006.10.Rhoads JM, powel DW. Diarrhea. Dalam: walker WA, Durie PR, Hamilton JR, Smith JA

    eds. Pediatric gastrointestinal disease and pathophysiology, diagnosis and management. BCDecker Inc.1991:65-73

    11.Hoekstra JH. Acute Gastroenteritis in industriliazed countries: compliance with guidelinesfor treatment. J Pediatr GGastroenterol Nutr.2001:33:531-5

    12.Baqui AH et al. effect of zinc supplementation started during diarrhea on morbidity andmortality in Bangladeshi Cildren : Community randomized trial. BMJ. 2002;325:1-

    7Agostoni C et al. medical position paper. Probiotic bacteria in dietetic product for infants :A commentary by ESPGHAN committee on nutrition. J pediatr Gastroenerol Nutr 2004 : 38:

    365-74

  • 7/21/2019 IKA Diaare Akut Asih

    29/29

    13.Dwiprahasto, I. penggunaan Antidiare ditinjau dari Apek Terapi rasional. Urnal manajemenpelayanan kesehatan. 2003; 9 (2): 94-101

    14.Sunoto. Penyakit radang usus: infeksi. Dalam: Buku Ajar Ilmu kesehatan Anak. BalaiPenerbit FKUI.1991;I:448-66

    15.Burke V.Mechanisms of intestinal digestion and absorption. Dalam: Gracey M, Burke V eds.Gastroenterology and hepatology 3 rd. Blackwell scientific publication Inc.1993: 150-6

    16.Field M. intestinal ion transport and the pathophysiology of diarrhea. Didapat dari:http://www.jci.orig.

    17.Soenarto,y.Rotavirus Disease Burden in Indonesia. Grand Round: Melbourne.2007.

    http://www.jci.orig/http://www.jci.orig/