A08gse

download A08gse

of 59

Transcript of A08gse

  • 7/26/2019 A08gse

    1/59

    PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN

    GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

    PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.)

    Oleh

    Gita Septrina

    A34104069

    PROGRAM STUDI AGRONOMI

  • 7/26/2019 A08gse

    2/59

    PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA

    TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

    PADI HIBRIDA (Oryza sativaL.)

    Skripsi sebagai salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

    Oleh

    Gita SeptrinaA34104069

  • 7/26/2019 A08gse

    3/59

    RINGKASAN

    GITA SEPTRINA. Pengaruh Cara dan Waktu Pengendalian Gulma

    terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Hibrida (Oryza sativaL.). Dibimbing

    oleh DWI GUNTORO dan ADIWIRMAN.

    Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang

    dapat menurunkan produksi padi di lapangan. Penelitian bertujuan untuk

    mempelajari pengaruh cara dan waktu penyiangan gulma terhadap pertumbuhan

    dan hasil padi hibrida. Penelitian dilakukan di lahan sawah irigasi, di daerah

    Carang Pulang Dramaga Bogor, pada bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008.

    Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan tiga ulangan

    digunakan dalam percobaan ini. Faktor yang digunakan adalah waktu dan cara

    pengendalian gulma. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas: tanpa pengendaliansebagai kontrol (K-0), pengendalian manual pada 3 minggu setelah tanam (MST)

    (M-3), pengendalian manual pada 6 MST (M-6), pengendalian manual pada 3 dan

    6 MST (M-36), pengendalian dengan herbisida pada 3 MST (H-3), pengendalian

    dengan herbisida pada 6 MST (H-6), dan pengendalian dengan herbisida pada 3

    dan 6 MST (H-36).

    Kondisi lahan didominansi gulma Fimbristylis milliaceae, Ludwigia

    octovalvis, danLindernia crustaceae. Penyiangan dengan herbisida menghasilkan

    rata-rata bobot kering gulma per minggu yang lebih tinggi dibandingkan

    penyiangan manual, namun lebih rendah dari kontrol. Penyiangan manual dan

    herbisida pada 3 dan atau 6 MST tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif,

    hasil, dan mutu fisik dari padi hibrida. Namun, penyiangan mempengaruhi Indeks

    Luas Daun (ILD) tanaman. Nilai ILD tertinggi diperoleh perlakuan pengendalian

    manual 3 MST, sebesar 3.75. Nilai ILD terendah diperoleh perlakuan kontrol,

    sebesar 2.23. Hasil yang diperoleh berkisar antara 4.10 ton GKG/ha 6.58 ton

    GKG/ha. Hasil terendah diperoleh petak kontrol. Petak penyiangan manual

  • 7/26/2019 A08gse

    4/59

    LEMBAR PENGESAHAN

    JUDUL : PENGARUH WAKTU DAN CARA

    PENGENDALIAN GULMA TERHADAP

    PERTUMBUHAN DAN HASIL

    PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.)

    NAMA : Gita SeptrinaNRP : A34104069

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing 1

    Dwi Guntoro, SP., M. Si.

    NIP. 132 176 851

    Dosen Pembimbing 2

    Dr. Ir. Adiwirman, MS.

    NIP. 131 669 943

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

  • 7/26/2019 A08gse

    5/59

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Indramayu, 3 September 1986. Sulung dari pasangan

    Indra Sugiarno dan Siti Rahayu Ruyati ini, mengenyam pendidikan dasar di SD

    Negeri 01 Pagi Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur. Pendidikan menengah

    diselesaikan di SLTP Negeri 91 Jakarta dan pada tahun 2004 penulis berhasil

    menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri,

    Depok. Pada tahun 2004 juga, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut

    Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada

    Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

    Pertanian.

    Semasa kuliah penulis bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa

    Fakultas Pertanian (BEM-A) periode 2004-2005, sebagai staf pada Biro Aplikasi

    Pertanian. Pada periode yang sama penulis aktif mengikuti berbagai macam

    kegiatan dalam rangkaian acara Bina Desa di Desa Pasarean. Pada tahun

    akademik 2007-2008 penulis berpartisipasi sebagai asisten mata kuliah Ilmu

    Tanaman Perkebunan.

  • 7/26/2019 A08gse

    6/59

    KATA PENGANTAR

    AlhamdulillahiRabbalalamiin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

    yang telah melimpahkan energi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

    meneyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

    Skripsi dengan judul Pengaruh Waktu dan Cara Pengendalian Gulma

    terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Hibrida (Oryza sativa L.) ini

    merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program

    Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Dengan selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

    menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

    1. Orangtua tercinta Mama-Siti Rahayu Ruyati- dan Papa-Indra Sugiarno-, serta

    Adik-adik-Yundri Martiraz dan Arif Gusaseano-, atas setiap doa dan kasih

    sayang yang tanpa henti diberikan selama ini

    2. Dwi Guntoro, SP., M. Si sebagai pembimbing skripsi dan akademik yang

    senantiasa memberikan bimbingan, dan motivasi selama masa pendidikan ini.

    3. Dr. Ir. Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing skripsi kedua yang selalu

    teliti dalam memberikan masukan, demi hasil skripsi yang lebih baik.

    4. Ir. Sofyan Zaman yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan memberikan

    banyak saran untuk menambah kualitas dari skripsi ini.

    5. Pak Joko, Pak Milin, dan semua pekerja yang sudah membantu dan

    memberikan semangat selama penelitian ini.

    6. Dhini dan Fitri serta semua yang tergabung dalam Paddys Club, Febrian,

    Ichsan, Mudi, Dina, Tri, dan Sofie. Teman-teman yang selalu bisa

    diandalkan, Vitria, Adrinus, Ika, Cindi, Lia, Nita, Giono, Mercy, Restu, dan

    semua teman-teman Agronomi 41.Terimakasih atas persahabatan ini.

    7.

    Teman-teman yang sudah memberi banyak makna tentang persahabatan ini,

  • 7/26/2019 A08gse

    7/59

    DAFTAR ISI

    Halaman

    PENDAHULUAN....................................................................................... 1

    Latar Belakang ................................................................................ 1

    Tujuan ............................................................................................. 2

    Hipotesis ......................................................................................... 2

    TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3

    Botani Tanaman Padi ...................................................................... 3

    Morfologi Tanaman Padi .......... ....................................................... 3

    Syarat Tumbuh Tanaman Padi ......................................................... 4

    Padi Hibrida .................................................................................... 4

    Pengendalian Gulma ....................................................................... 6

    Herbisida Metilmetsulfuron ............................................................. 8

    BAHAN DAN METODE............................................................................ 9

    Waktu dan Tempat ................... ....................................................... 9

    Bahan dan Alat ................................................................................ 9

    Rancangan Percobaan ..................................................................... 9

    Pelaksanaan Percobaan.................................... ................................ 10

    Pengamatan ..................................................................................... 11

    HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 15

    Kondisi Umum ................................................................................ 15

    Pertumbuhan Gulma ........... ............................................................. 16

    Pertumbuhan Vegetatif Tanaman .................... ................................ 20

    Pertumbuhan Generatif dan Komponen Hasil Tanaman .......... ......... 24

    Pembahasan .................................................................................... 30

    KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 35

  • 7/26/2019 A08gse

    8/59

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Skoring intensitas hama-penyakit pada lahan percobaan ......................... 15

    2. Analisis vegetasi gulma pada lahan sebelum perlakuan pengendalian

    gulma ..................................................................................................... 17

    3. Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST) .......... 19

    4. Indeks luas daun (ILD) padi pada berbagai perlakuan pengendalian

    gulma ..................................................................................................... 22

    5. Saat heading, 50 % populasi berbunga, dan 80 % populasi siap panen

    pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ......................................... 24

    6. Tinggi tanaman padi saat panen, jumlah anakan produktif (JAP), jumlah

    anakan tidak produktif (JATP), dan jumlah anakan total (JAT) pada

    berbagai perlakuan pengendalian gulma ........................................ ......... 257. Bobot malai per rumpun dan panjang malai pada berbagai perlakuan

    pengendalian gulma ............................................................................... 26

    8. Jumlah gabah dan bobot gabah per malai pada berbagai perlakuan

    pengendalian gulma ............................................................................... 27

    9. Persentase gabah isi, gabah hampa, dan bobot 1000 butir pada berbagai

    perlakuan pengendalian gulma ............................................................... 27

    10. Bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling ubinan, dan dugaan

    produksi per hektar pada berbagai perlakuan pengendalian gulma .......... 28

    11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ............... 29

    Lampiran

    1. Karakteristik Arize Hibrindo R-1 ............................................................ 39

    2. Analisis ragam tinggi tanaman padi ......................................................... 40

    3. Analisis ragam anakan padi ..................................................................... 41

    4. Analisis ragam daun padi ........... ............................................................. 42

    5. Analisis ragam indeks luas daun padi ...................................................... 43

  • 7/26/2019 A08gse

    9/59

    11. Analisis ragam mutu fisik gabah dan beras .............................................. 45

    12. Data iklim bulan Oktober 2007-Maret 2008 .................................. ......... 49

  • 7/26/2019 A08gse

    10/59

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Hama dan penyakit yang menyerang padi hibrida...................................... 16

    2. Gulma-gulma yang ada di lahan percobaan ............................................... 17

    3. Jumlah populasi gulma tiap spesies mulai 3 MST 12 MST ..................... 18

    4. Bobot kering gulma total pada 3 MST - 12 MST .............................. ......... 20

    5. Tinggi tanaman padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ........... 20

    6. Jumlah daun padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ................ 21

    7. Jumlah anakan padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ............ 22

    8. Kondisi gulma saat 9 MST pada berbagai perlakuan pengendalian gulma . 23

    9. Tinggi tanaman saat panen pada berbagai perlakuan pengendalian gulma . 25

    10. Panjang malai pada berbagai perlakuan pengendalian gulma .......... ......... 26

    11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ................ 30

    12. Hasil GKG (ton/ha) ................................................. ................................ 33

    Lampiran

    1. Denah letak percobaan ..................................................................... ......... 47

    2. Skema pembuatan padi hibrida ........... ....................................................... 48

    3. Alat-alat pengamatan mutu fisik beras ....................................................... 50

  • 7/26/2019 A08gse

    11/59

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Beras merupakan komoditas pangan utama sebagian besar penduduk

    Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

    penduduk. Konsumsi beras nasional mencapai 135 kg/kapita/tahun (Deptan, 2007).

    Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk tiap tahun tetap sebesar 1.5% per

    tahun, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mencapai 400

    juta jiwa dan kebutuhan beras mencapai 54 juta ton. Padahal, produksi beras

    nasional selama kurun waktu 10 tahun terakhir tidak menunjukkan peningkatan

    hasil yang berarti. Kesenjangan antara produksi dan konsumsi beras tersebut

    dapat menimbulkan kerawanan pangan di Indonesia.

    Padi hibrida memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan padi nonhibrida, sehingga pengembangan padi hibrida

    diharapkan dapat menjadi solusi dari kekurangan stok produksi padi nasional yang

    selama kurun waktu 10 tahun terakhir (1995-2005) terlihat stagnan. Menurut

    Heriyanto, et al. (2006) varietas padi hibrida mampu menghasilkan 8-10 ton

    gabah kering giling/ha. Keuntungan yang diterima petani karena menanam padi

    hibrida lebih besar dibandingkan jika menanam padi unggul biasa.

    Salah satu kendala yang dihadapi dalam penanaman padi hibrida di lahan

    sawah adalah adanya gangguan gulma. Gulma dapat menurunkan produksi

    tanaman padi akibat kompetisi dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu air,

    hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Sastroutomo, 1998). Smith (1983)

    mengemukakan bahwa efek gangguan gulma yang parah dan biasa terjadi adalah

    kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman

    padi. Kehilangan hasil padi karena gulma di Filipina diperkirakan mencapai 11%

    pada musim kering dan 13% pada musim hujan. Menurut Tjitrosoemito (1994)

    i l k k i k k i i d di dil k k d

  • 7/26/2019 A08gse

    12/59

    didapatkan dari plot yang tidak disiangi. Penyiangan dengan herbisida hasil

    produksinya kira-kira sama dengan penyiangan secara manual.Apabila kehilangan hasil akibat gulma dapat ditekan, maka akan ada

    produksi beras yang bisa terselamatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu

    usaha untuk mencegah kehilangan hasil tanaman padi akibat kompetisi dengan

    gulma di lahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penentuan waktu dan

    cara yang tepat untuk penyiangan gulma pada tanaman padi hibrida agar diperoleh

    produksi padi yang optimum. Menurut Susanto (2003) penelitian padi hibrida di

    Indonesia baru dimulai pada tahun 1980-an dengan mengintroduksi padi hibrida

    dari Cina, sehingga penelitian untuk mengembangkan budidaya padi hibrida di

    Indonesia masih diperlukan.

    Tujuan PenelitianPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan cara

    pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil padi hibrida di lahan sawah.

    Hipotesis

    Perbedaan waktu dan cara pengendalian gulma mempengaruhi

    pertumbuhan dan hasil padi hibrida.

  • 7/26/2019 A08gse

    13/59

    TINJAUAN PUSTAKA

    Botani Tanaman Padi

    Dalam banyak spesies liar di dalam genus Oryza, ada 2 spesies yang dapat

    dibudidayakan, yaitu Oryza sativa, yang ditanam di seluruh areal tanam di seluruh

    dunia, dan Oryza glaberrima yang distribusinya terkonsentrasi di Afrika Barat

    Tropis (Geus, 1954). Spesies lainnya dari genus ini adalah Oryza stapffi, Oryza

    fatua, Oryza minuta, Oryza rufipogon, Oryza breviligulata, danOryza officinalis.

    (Grist, 1965). Oryza sativa disebut juga white grain rice, sedangkan Oryza

    glaberrimadisebut red grain rice (FAO, 1966). Padi (Oryza sativa) merupakan

    tanaman yang berasal dari divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas

    Monocotyledonae, ordo Poales, famili Gramineae, genus Oryza.

    Morfologi Tanaman Padi

    Menurut Grist (1965) padi termasuk rerumputan (Graminae), akarnya

    bercabang-cabang dan berambut akar sangat banyak. Padi bukan termasuk

    tanaman air, karena struktur akarnya berbeda dengan struktur akar tanaman air.

    Siregar (1981) menyatakan bahwa kekhasan tumbuhan dari kelompok Graminae

    akan ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas tersebut

    merupakan bubung kosong yang ditutup oleh buku pada bagian ujungnya. Pada

    buku bagian atas ujung dari daun pelepah menunjukkan percabangan, cabang

    terpendek disebut ligula(lidah daun) dan bagian terpanjang dan terbesar menjadi

    daun kelopak. Pada ligula terdapat auricle. Ligula dan auricledigunakan untuk

    mendeterminasi identitas suatu varietas. Ruas yang menjadi bulir padi muncul

    saat daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera (flag leaf). Daun

    bendera adalah daun yang terpanjang yang membalut ruas teratas dari batang.

    Bunga padi memiliki tangkai, perhiasan, dan daun mahkota. Daun mahkota

  • 7/26/2019 A08gse

    14/59

    membuka pada pukul 10-12 pada hari cerah, dengan suhu berkisar 30oC-32

    oC.

    Ketika kondisi ini terpenuhi, penyerbukan akan terjadi.

    Syarat Tumbuh Tanaman Padi

    Padi dapat tumbuh pada kondisi iklim-iklim yang berbeda. Produksi

    tertinggi dicapai di negara yang memiliki iklim subtropis atau iklim temperate

    hangat. Namun kebanyakan padi ditanam di daerah beriklim tropis. Padi juga

    mampu beradaptasi di daerah dengan temperatur tinggi dan sinar matahari yang

    tinggi. Tanaman padi dapat tumbuh pada temperatur antara 68oF-100

    oF

    (Grist,1965). Selain itu menurut de Datta (1981) pertumbuhan padi dipengaruhi

    oleh curah hujan, panjang hari, radiasi surya, dan kelembaban relatif. Curah hujan

    tahunan merupakan faktor pembatas bagi lahan-lahan tadah hujan di Asia Selatan

    dan Tenggara khususnya. Padi merupakan tanaman hari pendek yang sensitifterhadap fotoperiodisme. Hari panjang akan menyebabkan pembungaan terlambat

    bahkan tidak terjadi. Radiasi energi surya merupakan faktor penting yang

    dibutuhkan padi saat inisiasi malai hingga menjelang panen. Setidaknya 30 - 45

    hari sebelum panen tanaman yang mendapat energi surya yang cukup akan

    memberikan hasil yang tinggi. Kelembaban relatif mempengaruhi tanaman padi

    karena menyebabkan peningkatan insiden penyakit blast pada padi. Iklim sangat

    mempengaruhi proses fisiologi tanaman padi, sehingga akan berpengaruh

    terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan bulir.

    Padi Hibrida

    Padi hibrida mulai dikembangkan di Cina pada tahun 1964 dengan

    ditemukannya mandul jantan. Pada tahun 1976 padi hibrida baru dikomersilkan.

    Sejak akhir tahun 1980-an Cina telah berhasil menanam padi hibrida seluas 15

    juta hektar. Indonesia sendiri baru merintis penelitian tentang padi hibrida pada

    akhir tahun 1985 Hingga kini telah dirilis 29 varietas padi hibrida 4 varietas

  • 7/26/2019 A08gse

    15/59

    heterosis tersebut menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat,

    anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 ton/ha lebih tinggi daripadavarietas biasa (inbrida). Namun keunggulan tersebut tidak diperoleh pada populasi

    generasi kedua (F2) dan berikutnya. Ditinjau dari aspek genetik, padi hibrida

    memiliki potensi hasil yang lebih tinggi, tetapi membutuhkan sistem dan

    teknologi produksi yang berbeda dengan varietas unggul biasa (Las, Abdullah,

    dan Daradjat, 2003). Padi hibrida yang ada saat ini masih memiliki beberapa

    kelemahan, seperti rasa nasinya yang kurang enak, peka terhadap hama wereng

    coklat dan penyakit hawar daun (kresek). Untuk mendapatkan produksi yang

    maksimal, padi hibrida harus ditanam pada tanah yang subur, hara tanah cukup

    tersedia, dosis pupuk optimal, pengairannya cukup, OPT-nya dikendalikan, dan

    pengelolaan tanaman secara keseluruhan dilakukan dengan baik (Sumarno, 2006).

    Penelitian padi hibrida secara intensif dimulai pada tahun 2001. Berbagaigalur padi hibrida telah dihasilkan melalui persilangan dengan melibatkan galur

    mandul jantan sitoplasmik (Cytoplasm Male Sterile/CMS) atau galur mandul

    jantan, galur pelestari (Maintainer/M), dan galur pemulih kesuburan (Restorer/R)

    (Las, Abdullah, dan Daradjat, 2003). Teknik penyilangannya berbeda dengan

    pembentukan hibrida jagung, karena padi adalah tanaman menyerbuk sendiri,

    artinya secara alami pollen menyerbuki putik pada bunga yang sama. Sehingga,

    pembentukan hibrida padi hanya dimungkinkan jika bunga jantan pada tanaman

    betina dibuat mandul dengan menggunakan CMS. Selain itu, waktu pembungaan

    antara CMS dan restorer pun harus diperhatikan, agar penyerbukan dapat berhasil

    dengan baik. Penyerbukan antara pollen dari restorer ke stigma biasanya

    dilakukan dengan menggunakan blower atau tali yang dipasang memanjang pada

    barisan antara restorer dan CMS yang kemudian digerak-gerakkan, sehingga

    pollen dari restorer bertebrangan dan jatuh pada stigma CMS. Kegiatan

    penyerbukan biasanya dilakukan pada pukul delapan pagi hingga sepuluh pagi,

    ketika bunga padi membuka Skema pembuatan hibrida padi disajikan pada

  • 7/26/2019 A08gse

    16/59

    Pengendalian Gulma

    Anderson (1977) menyatakan bahwa gulma dan tanaman pertanian (crops)merupakan tanaman yang secara mendasar keduanya memiliki kebutuhan yang

    sama untuk tumbuh dan berkembang secara normal. Keduanya juga

    membutuhkan pasokan yang memadai akan nutrisi-nutrisi yang sama, kelembapan,

    cahaya, suhu, dan karbon dioksida (CO2).

    Gulma berhasil bersaing dengan tanaman budidaya dengan menjadi lebih

    agresif saat tumbuh. Gulma memperoleh dan menggunakan unsur-unsur essensial

    (nutrisi, kelembapan, cahaya, suhu, dan karbon dioksida) bagi pertumbuhan dan

    perkembangan dengan mengalahkan tanaman budidaya, dan pada beberapa kasus,

    gulma juga mengekskresikan zat-zat kimia yang merugikan bagi pertumbuhan dan

    perkembangan tanaman budidaya (Anderson, 1977). Lahan padi secara khusus

    cocok bagi perkembangan dan penyebaran gulma akuatik dan semi-akuatik.

    Kebanyakan gulma yang ada di lahan padi merupakan teki-tekian (Cyperaceae)

    baik yang semusim maupun yang tahunan. Selain itu, rerumputan air

    (Echinochloa) juga biasa ditemukan di setiap lahan padi (Grist, 1965).

    Kompetisi merupakan kejadian khas di lahan budidaya, meski kompetisi

    juga terjadi di banyak habitat lain yang sumberdaya tumbuhnya tersedia dengan

    terbatas. Kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya yang terhebat biasanya

    terjadi saat tanaman kompetitor memiliki kesamaan dalam kebiasaan vegetatif dan

    kebutuhan akan sumberdaya tumbuh (National Academy of Sciences, 1969). Pada

    umumnya, kompetisi dengan gulma terjadi selama 6 minggu pertama atau setelah

    transplanting juga cenderung mengakibatkan efek yang sangat merugikan bagi

    hasil produksi. Kompetisi dan munculnya gulma dalam masa vegetatif atau

    generatif saat mendekati waktu panen akan memberikan dampak yang sangat

    besar bagi kualitas hasil tanaman. Kehadiran gulma di lahan pertanian

    menyebabkan biaya bagi kegiatan pengendalian. Karenanya penyiangan gulma

    perlu dilakukan untuk menghindari kehilangan hasil yang cukup besar dari

  • 7/26/2019 A08gse

    17/59

    Kehilangan hasil dipengaruhi oleh efisiensi kompetitif dari gulma dan padi,

    spesies atau golongan gulma, kerapatan gulma, lama kompetisi antara gulma danpadi, cara tanam, kultivar padi, tingkat kesuburan tanah, pengelolaan air, jarak

    tanam padi, allelopati, dan interaksi antara faktor-faktor tersebut di atas.

    Spesies-spesies gulma yang menjadi masalah di pertanian padi bervariasi,

    tergantung pada tanah, temperatur, posisi garis lintang tempat, ketinggian tempat,

    cara budidaya, perbenihan, manajemen air, tingkat kesuburan tanah, dan teknologi

    pengendalian gulma yang diadopsi (Smith dan Moody, 1979 dalam Smith 1983).

    Echinochloa crussgalli merupakan gulma yang paling bermasalah pada

    lahan padi di dunia. Echinochloa colonaberada pada nomor ke-2 sebagai gulma

    penting di padi. Gulma ini (E. colona) tumbuh di daerah sepanjang garis ekuator,

    sedangkanE. crussgallimemiliki daerah sebaran yang lebih luas lagi yakni, dari

    utara hingga ke selatan. Selain itu, gulma-gulma penting lainnya di lahan padi

    dunia meliputi, Cyperus difformis, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Eleusine

    indica, Fimbristylis littoralis, Ischaemum rugosum, Monochoria vaginalis,

    Sphenochlea zeylanica (Holm et. al., 1977 dalam Smith, 1983), Commelina

    benghalensis, Dactyloctenium aegyptium, Digitaria ciliaris, Paspalum distichum,

    Portulaca oleracea, dan Scirpus maritimus(IRRI, 1985).

    Menurut Anderson (1977) ada 4 metode pengendalian gulma, yakni secara

    kultural, mekanis, kimia, dan biologi. Pengendalian gulma secara kultural

    meliputi penggunaan benih bersertifikat bebas biji gulma, penggunaan tanaman

    yang lebih kompetitif dari gulma, dan rotasi tanaman. Sedangkan cara mekanis

    meliputi, pencabutan gulma dengan tangan-manual (hand pulling), dengan

    cangkul, dipotong, penggenangan, dibakar, dan dengan penggunaan alat-alat

    pengolahan lahan (machine tillage). Cara kimia dilakukan dengan menggunakan

    zat-zat kimia yang bersifat organik maupun anorganik yang diaplikasikan di lahan

    pada berbagai kondisi tergantung jenis herbisida dan tanamannya. Cara biologi

    dilakukan dengan menggunakan organisme alami yang antagonis dari gulma

  • 7/26/2019 A08gse

    18/59

    tersebut berada di bawah tanah, sehingga biasanya tidak akan terganggu dengan

    pencabutan ini. Herbisida merupakan zat kimiaphytotoxic

    yang mampumematikan tanaman dan beberapa mampu mematikan tanaman tertentu tanpa

    memberikan efek pada tanaman lainnya (Anderson, 1977). Penggunaan herbisida

    ini harus tepat, baik secara jenis bahan aktif, jenis gulma yang akan dikendalikan,

    jenis tanaman budidaya, dosis, dan waktu aplikasi. Karena kecerobohan dalam

    penggunaan herbisida akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.

    Penelitian mengenai padi di Filipina menunjukkan data bahwa penyiangan

    dengan herbisida meningkatkan hasil produksi secara signifikan melampaui hasil

    yang didapatkan dari plot yang tidak disiangi. Penyiangan dengan herbisida ini

    pun hasil produksinya kira-kira sama dengan penyiangan secara manual (Ashton

    dan Crafts, 1973). Matsunaka (1970) dalam Ashton dan Crafts (1973)

    mengemukakan bahwa ada indikasi peningkatan biaya dari pengendalian gulma di

    lahan padi di Jepang dan hal ini menunjukkan penghematan yang besar ketika

    tenaga pekerja (pengendalian gulma secara manual) disubstitusi oleh herbisida.

    Herbisida Metilmetsulfuron

    Metil metsulfuron adalah herbisida golongan sulfonilurea yang dapat

    digunakan sebagai herbisida pratumbuh dan purnatumbuh yang bersifat sistemik

    dan selektif. Herbisida ini lebih efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar

    dan lebih efektif ketika diaplikasikan secara pre-emergence. Nama kimia bahan

    aktif metil metsulfuron adalah metil 2,-{{{{(4-metoksi-6-6 metil, 1-3,5, triazin-2-

    yl)amino}karbonil}-amino}sulfonil}benzoat. Formulasi herbisida metil

    metsulfuron biasanya dalam bentuk tepung atapun butiran yang dapat terdispersi

    dalam air. Herbisida kelas sulfonilurea bekerja dengan cara menghambat kerja

    enzim acetolactate synthease (ALS). ALS merupakan enzim yangg berperan

    dalam pembentukan rantai cabang asam amino valin, leusin, dan isoleusin.

    Penghambatan ini dapat menyebabkan terhentinya pembelahan sel dan

  • 7/26/2019 A08gse

    19/59

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 hingga bulan

    Februari 2007 di lahan sawah desa Carangpulang Dramaga-Bogor.

    Bahan dan Alat

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi, benih padi hibrida

    varietas Arize Hibrindo R-1 dengan dosis 15 kg/ha, pupuk Urea dosis 300 kg/ha,

    KCl 200 kg/ha, dan SP-36 100 kg/ha, Ally 20 WDG, pestisida, dan Furadan dosis

    25 kg/ha. Alat yang digunakan meliputi, peralatan budidaya, mistar, etiket, cat,

    spidol waterproof, kuadrat ukuran 0.5 m x 0.5 m, knapsack sprayer, oven, dan

    neraca analitik.

    Rancangan Percobaan

    Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok

    Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicobakan terdiri

    atas tujuh perlakuan, yakni tanpa pengendalian gulma sebagai kontrol (K-0),

    pengendalian manual pada 3 MST (M-3), pengendalian manual pada 3 dan 6 MST

    (M-36), pengendalian manual 6 MST (M-6), pengendalian dengan herbisida pada

    3 MST (H-3), pengendalian dengan herbisida pada 3 dan 6 MST (H-36), dan

    pengendalian dengan herbisida pada 6 MST (H-6). Satuan percobaan berupa petak

    dengan ukuran 5 m x 3.5 m. Jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar petak 20

    cm. Total terdapat 21 satuan percobaan.

    Model linear rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

    Yij= + Bi + Cj + ij.

    Yij : Pengamatan pada blok ke-i, perlakuan cara dan waktu

  • 7/26/2019 A08gse

    20/59

    Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam.

    Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan pengujian

    perbedaan nilai tengah antar perlakuan dengan uji Uji Beda Nyata Jujur (Tukey)

    pada taraf 5 %.

    Pelaksanaan Percobaan

    Persiapan lahan

    Pengolahan tanah dan pembuatan petak dilakukan 3 dan 4 minggu

    sebelum penanaman. Petakan dibuat dengan ukuran 5 m x 3.5 m, sebanyak 21

    satuan petak percobaan.

    Persemaian

    Penyemaian benih padi dilakukan dengan dosis 15 kg benih/ha. Pada

    percobaan ini 1 kg benih digunakan untuk penyemaian. Kebutuhan lahan

    persemaiannya 20 m2. Pemupukan pada saat persemaian dilakukan dengan

    menggunakan dosis 22 g urea/m2, 17 g SP-36/m

    2, dan 10 g KCl/m

    2. Pemupukan

    dilakukan saat 7 HSS (hari setelah sebar).

    Penanaman dan penyulaman

    Penanaman bibit padi dilakukan saat bibit berumur 21 hari. Penanaman

    dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan 1 bibit per

    lubang tanam. Jumlah populasi per petak percobaan adalah 280 bibit tanaman atau

    5880 bibit tanaman untuk keseluruhan petak percobaan. Penyulaman dilakukan

    pada 1 MST - 2 MST.

    Pemupukan

    Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis total pupuk yang diaplikasikan

    adalah 270 kg Urea/ha 100 kg KCl/ha dan 135 kg SP 36/ha Pada saat

  • 7/26/2019 A08gse

    21/59

    Pengendalian gulma

    Perlakuan pengendalian gulma dilakukan pada saat tanaman berumur 3

    MST dan atau 6 MST, secara manual atau dengan herbisida. Setiap minggu, sejak

    tanaman berumur 3 MST hingga 12 MST, dilakukan pengambilan sampel gulma

    (duplo) dengan kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Hasil kuadran ini dianalisis

    berdasarkan jenis gulma, kerapatan, dan bobot keringnya. Untuk mendapatkan

    nilai bobot kering, gulma dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.

    Panen

    Pemanenan dilakukan saat umur tanaman 124 HSS. Perontokan gabah

    dilakukan juga pada hari panen. Lalu gabah tersebut dikeringkan. Gabah kering

    tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai sifat-sifat fisiknya di Balai

    Besar Padi Sukamandi.

    Pengamatan

    Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan

    terhadap 10 tanaman contoh yang ditentukan secara acak per petak. Selain itu,

    pengamatan juga dilakukan pada saat panen hingga pascapanen. Pengamatan

    terhadap peubah produksi pada saat panen dilakukan secara ubinan (2 m x 2 m).

    Peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:

    A. Pengamatan saat masa vegetatif padi

    1. Tinggi tanaman

    Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak.

    Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ke ujung daun

    tertinggi. Pengamatan dilakukan tiap minggu, mulai 1 MST - 8 MST.

    2. Jumlah daun

    Penghitungan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak. Daun yang

    dihitung adalah daun yang telah membuka penuh Penghitungan jumlah

  • 7/26/2019 A08gse

    22/59

    3. Jumlah anakan

    Penghitungan jumlah anakan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak.

    Penghitungan jumlah anakan dilakukan setiap minggu, mulai 1 MST

    hingga 8 MST.

    4. Indeks luas daun (ILD)

    Pengukuran ILD dilakukan pada 1 tanaman per petak yang memiliki

    penampilan sama dengan tanaman contoh. Pengukuran ILD menggunakan

    metode Gravimetri. Pengukuran dilakukan ketika vegetatif maksimum atau

    pada masa awal bunting (7 MST).

    B. Pengamatan saat masa generatif padi

    1. Saat heading

    Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak. Pengamatan

    heading dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi malai pada

    tanaman.

    2. Hari saat 50 % populasi berbunga.

    Satu tanaman dianggap sudah berbunga jika sudah mengeluarkan bunga,

    walaupun hanya dari satu anakan. Hari saat 50% populasi berbunga

    diamati secara visual dari setiap petak perlakuan.

    3. Jumlah Anakan Produktif

    Pengamatan dilakukan dilakukan saat panen pada 10 tanaman contoh per

    petak.

    4. Hari saat 80 % populasi siap panen

    Populasi 80% siap panen adalah saat sebagian besar malai sudah mulai

    menguning, meski masih ada malai yang belum menguning. Pengamatan

    hari saat 80% populasi siap panen dilakukan secara visual dari setiap petak

    perlakuan.

    5 Tinggi tanaman saat panen

  • 7/26/2019 A08gse

    23/59

    6.

    Panjang malai

    Panjang malai padi diukur dari titik awal muncul malai hingga ujung

    malai. Pengukuran panjang malai dilakukan pada 3 malai yang diambil

    secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Panjang malai

    diamati setelah panen.

    7. Jumlah bulir per malai

    Penghitungan jumlah bulir per malai dilakukan pada 3 malai yang diambil

    secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah bulir per

    malai diamati setelah panen.

    8. Bobot gabah per malai

    Penghitungan bobot gabah per malai dilakukan pada 3 malai yang diambil

    secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Bobot gabah per

    malai diamati setelah panen.

    9. Jumlah gabah isi

    Penghitungan jumlah gabah isi dilakukan pada 3 malai yang diambil

    secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah gabah

    isi diamati setelah panen.

    10. Jumlah gabah hampa

    Penghitungan jumlah gabah hampa dilakukan pada 3 malai yang diambil

    secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah gabah

    hampa diamati setelah panen.

    11. Persentase pengisian gabah

    Penghitungan persentase pengisian gabah dilakukan berdasarkan jumlah

    gabah isi dan jumlah gabah hampa {gabah isi/( gabah isi + gabah

    hampa) * 100}.

    12. Hasil panen

    Bobot hasil panen (kg) (bobot gabah kering panen dan bobot gabah kering

    giling) dihitung berdasarkan hasil ubinan berukuran 2 m x 2 m yang

  • 7/26/2019 A08gse

    24/59

    14. Penilaian serangan hama penyakit

    Penilaian serangan hama penyakit dilakukan dengan cara skoring dengan

    range1 - 9. Menurut Sudjono dan Sudarmadi (1989):

    Skor 1 : < 1 %; kerusakan daun sedikit.

    Skor 3 : 1 % - 5 %; kerusakan daun berukuran hingga 1 cm.

    Skor 5 : 5 % - 25 %; kerusakan daun berukuran 1 cm.

    Skor 7 : 25% - 50 %; kerusakan hampir sebagian daun dan belum robek.

    Skor 9 : 50 % - 100 %; kerusakan sangat berat dan menyebabkan daun

    mati.

    C. Pengamatan mutu fisik beras

    Mutu fisik beras yang diamati antara lain persentase beras setelah giling,

    persentase beras kepala, persentase beras menir, dan persentase pengapuran.

    Pengamatan dilakukan di laboratorium Balai Besar Padi Sukamandi. Peralatan

    pengamatan mutu fisik beras disajikan pada Gambar Lampiran 2.

    D. Pengamatan gulma

    1. Jenis-jenis spesies gulma

    Contoh gulma yang telah diambil dari lapangan dipisahkan berdasarkan

    spesiesnya masing-masing.

    2. Jumlah individu per spesies

    Setelah gulma dipisahkan berdasarkan spesiesnya masing-masing,

    kemudian dihitung jumlah individu per spesies.

    3. Bobot kering tiap spesies

    Penghitungan bobot kering dilakukan dengan cara mengoven gulma pada

    suhu 1050C selama 1 hari atau 60

    o C selama suhu 60

    o C selama 3 hari,

    selanjutnya ditimbang.

    4 Dominansi gulma

  • 7/26/2019 A08gse

    25/59

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kondisi Umum

    Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008.

    Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai

    dengan 377 mm. Curah hujan cukup tinggi terjadi selama masa menjelang panen

    hingga pascapanen. Lama penyinaran berkisar antara 7 % - 61 %, intensitas

    cahaya 254 kal/m2- 356 kal/m

    2, kelembaban udara berkisar antara 81 % - 90 %.

    Hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi selama percobaan dan

    tingkat serangannya pada tanaman padi disajikan pada Tabel 1. Hama keong mas

    (Pomacea canaliculata) merupakan hama utama dengan intensitas serangan pada

    skore 5, disusul hama walang sangit (Leptocorisa acuta), penggerek batang (stem

    borer) yang menyebabkan beluk, kepinding tanah (Scotinophara vermiculata),

    dan penyakit tungro yang disebabkan olehN. virescens(Gambar 1).

    Tabel 1. Skoring intensitas serangan hama-penyakit pada lahan percobaan

    Hama-Penyakit Nilai

    Keong Mas (P. canaliculata) 5

    Tungro (N. virescens) 3

    Beluk (Scirpophaga sp.) 1Kepinding Tanah (S. vermiculata) 1

    Walang Sangit (L. acuta) 3

    Pengendalian keong mas dilakukan secara manual dengan cara mengambil

    individu keong mas yang ada di lahan. Pengendalian walang sangit dilakukan

    dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif deltametrindengan konsentrasi

    1 cc/l. Hama penggerek batang dan kepinding tanah tidak dikendalikan, karena

    intensitas serangannya relatif rendah. Intensitas penyakit tungro rendah, namun

    tetap dikendalikan dengan cara mencabut dan memendam tanaman agar tidak

    menjadi sumber penularan penyakit bagi tanaman yang lainnya.

  • 7/26/2019 A08gse

    26/59

    a b c

    d e

    Gambar 1. Hama dan penyakit yang menyerang padi hibrida; (a) Tungro,

    (b) Keong Mas, (c) Beluk, (d) Walang sangit, dan

    (e) Kepinding Tanah

    Pertumbuhan Gulma

    Analisis Vegetasi Gulma Awal dan Akhir

    Hasil analisis vegetasi pada awal percobaan berdasarkan perhitungan Sum

    Dominancy Ratio(SDR) menunjukkan bahwa gulma yang mendominasi lahan

    percobaan adalah gulma spesies F. milliaceaedari golongan teki, diikuti oleh

    gulma spesiesL. OctovalvisdanL. Crustaceaedari golongan gulma berdaun lebar

    dan spesies gulma lainnya dengan SDR kurang dari 1% (Tabel 2 dan Gambar 2).

    Tabel 2. Analisis vegetasi gulma pada lahan sebelum perlakuan

    pengendalian gulma

    No. Spesies Golongan SDR (%)

    1 Fimbristylis milliaceae Teki 80 45

  • 7/26/2019 A08gse

    27/59

    a b c

    Gambar 2. Gulma-gulma yang ada di lahan percobaan : (a). F. milliaceae,(b).L. octovalvis, (c).L. crustaceae

    Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST)

    menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian gulma menyebabkan perubahan

    dominansi gulma pada lahan percobaan. Tabel 3 memperlihatkan bahwa

    pengendalian gulma secara manual dapat menekan gulma F. milliaceae, sehingga

    gulma yang dominan berubah menjadi gulma Eriocaulon sieboldianum.

    Pengendalian gulma dengan herbisida tidak menyebabkan perubahan dominansi

    gulma F. milliaceae. Terlihat bahwa gulma F. milliaceae masih merupakan

    gulma dominan pada lahan tersebut dengan SDR 81.26%. Hal ini diduga bahwa

    pada saat 3 MST gulma F. milliaceae sudah berkembang lebih dewasa, sehingga

    aplikasi herbisida metilmetsulfuron tidak dapat mengendalikan gulma tersebut.

    Gulma dominan pada perlakuan kontrol pada akhir pengamatan adalah

    spesies F. milliaceae, diikuti L. crustaceae, E. sieboldianum, dan S. zeylanica.

    Gulma dominan pada pengendalian gulma manual adalah gulmaE. sieboldianum,

    F. milliaceae,dan L. Crustaceae. Gulma dominan pada perlakuan pengendalian

    dengan herbisida adalah F. milliaceae, S. zeylanica,danL. Crustaceae.

    Gulma L. octovalvis yang merupakan gulma dominan setelah gulma F.

    milliaceaepada awal percobaan terlihat menurun dominansinya, baik pada petak

    kontrol maupun petak perlakuan pengendalian manual dan herbisida. Penurunan

    dominansi gulma L octovalvis pada petak kontrol diduga disebabkan oleh

  • 7/26/2019 A08gse

    28/59

    Gambar . Jumlah populasi gulma tiap spesies mulai 3 MST - 12 MST

  • 7/26/2019 A08gse

    29/59

    Tabel 3. Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST)

    Spesies Golongan SDR (%)Kontrol

    Fimbristylis milliaceae Teki 66.24

    Lindernia crustaceae Daun lebar 13.17

    Eriocaulon sieboldianum - 10.84

    Sphenochlea zeylanica Daun lebar 9.75

    Total 100.0

    Penyiangan Manual

    Eriocaulon sieboldianum - 46.38Fimbristylis milliaceae Teki 40.66

    Lindernia crustaceae Daun lebar 7.07

    Gulma lainnya 5.89

    Total 100.0

    Penyiangan Herbisida

    Fimbristylis milliaceae Teki 81.26

    Sphenochlea zeylanica Daun lebar 4.92

    Lindernia crustaceae Daun lebar 4.91Gulma lainnya - 8.91

    Total 100.0

    Bobot Kering Biomassa Gulma Total

    Pertumbuhan gulma pada petak percobaan berdasarkan berat keringnya

    disajikan pada Gambar 3. Rata-rata bobot kering gulma selama 12 minggu yang

    terbesar ditunjukkan oleh petak kontrol, yakni sebesar 25.6 gram, kemudian

    diikuti oleh perlakuan pengendalian dengan herbisida pada 3 MST sebesar 16.73

    gram, 6 MST sebesar 16.73 gram, dan pengendalian dengan herbisida 3 dan 6

    MST sebesar 16.58 gram. Sedangkan petak perlakuan pengendalian lainnya,

    manual 3 MST, 6 MST, 3 dan 6 MST, masing-masing memiliki bobot gulma

    berturut-turut rata-rata sebesar 5.23 gram, 4.45 gram, dan 2.26 gram.

    Pengendalian dengan herbisida memiliki bobot kering gulma per minggu yang

    lebih tinggi dari manual, namun lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.

  • 7/26/2019 A08gse

    30/59

    Gambar 4.

    Tinggi Tanaman

    Hasil percobaan

    berpengaruh terhadap ti

    8 MST (Tabel Lampira

    cm setiap minggunya.

    72.53 cm - 79.49 cm.Gambar 5.

    obot kering gulma total pada 3 MST 12 MST

    ertumbuhan Vegetatif Tanaman

    menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian g

    nggi tanaman padi hibrida pada saat pengamat

    n 2). Pertumbuhan tinggi tanaman rata-rata ber

    aat pengukuran terakhir, tinggi tanaman berk

    ertumbuhan tinggi tanaman padi hibrida disa

    ulma tidak

    n 1 MST -

    tambah 10

    isar antara

    jikan pada

  • 7/26/2019 A08gse

    31/59

    Jumlah Daun

    Hasil percobaa

    berpengaruh terhadap j

    MST hingga 8 MST (T

    mulai 1 MST hingga

    kemudian pada pengam

    maksimum tanaman pa

    Pertambahan jumlah da

    Gambar 6. Jumlah d

    Indeks Luas Daun

    Hasil percobaa

    berpengaruh terhadap i

    Tabel 4, terlihat bahwa

    ILD yang lebih tingg

    pengendalian lainnya

    Perlakuan pengendalian

    Pengendalian gulma m

    n menunjukkan bahwa pengendalian gul

    umlah daun tanaman padi hibrida mulai pen

    abel Lampiran 4). Pertumbuhan jumlah daun

    tercapai jumlah daun maksimum pada saa

    atan 8 MST jumlah daun terlihat menurun. Ju

    i hibrida tiap rumpun berkisar antara 70 daun -

    n tanaman padi hibrida disajikan pada Gambar

    aun padi pada berbagai perlakuan pengendalian

    menunjukkan bahwa perlakuan pengendal

    deks luas daun (ILD) (Tabel Lampiran 5). B

    pengendalian gulma manual pada 3 MST m

    i dibandingkan dengan kontrol, sedangkan

    tidak berbeda nyata dibandingkan denga

    gulma menghasilkan ILD yang lebih besar d

    anual cenderung menghasilkan nilai ILD rat

    ma tidak

    gamatan 1

    meningkat

    t 7 MST,

    mlah daun

    100 daun.

    6.

    gulma

    ian gulma

    erdasarkan

    nunjukkan

    perlakuan

    kontrol.

    ri kontrol.

    rata yang

  • 7/26/2019 A08gse

    32/59

    Tabel 4. Indeks l

    pengen

    Perlakuan

    Kontrol

    Manual 3 MST

    Manual 6 MST

    Manual 3, 6 MST

    Herbisida 3 MST

    Herbisida 6 MST

    Herbisida 3, 6 MSTKeterangan : angka yang dii

    Tukey taraf 5

    Jumlah Anakan

    Hasil percobaan

    berpengaruh terhadap j

    (Tabel Lampiran 3). Pe

    fase pembentukan anak

    maksimum dicapai pad

    20 anakan - 25 anaka

    disajikan pada Gambar

    MST dari berbagai perl

    uas daun (ILD) padi pada berbagai perlakuan

    alian gulma

    ILD

    2.23

    3.75

    2.91a

    3.40a

    2.87a

    3.36a

    2.91a uti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda ny

    menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian g

    umlah anakan pada saat pengamatan 1 MST

    rtumbuhan anakan terlihat lambat pada 1 MS

    n cepat terjadi antara 4 MST - 6 MST, dan jum

    saat 7 MST. Jumlah anakan maksimum ber

    per rumpun. Pertambahan jumlah anakan p

    6. Kondisi pertumbuhan anakan tanaman padi

    kuan disajikan pada Gambar 7.

    b

    b

    b

    b

    bta pada uji

    ulma tidak

    - 8 MST

    - 4 MST,

    lah anakan

    isar antara

    di hibrida

    ada saat 9

  • 7/26/2019 A08gse

    33/59

    a b

    c d

    e f

  • 7/26/2019 A08gse

    34/59

    Pertumbuhan Generatif dan Komponen Hasil Tanaman

    SaatHeading, 50 % Populasi Berbunga, dan 80% Populasi Siap Panen

    Perlakuan pengendalian gulma tidak mempengaruhi saat heading padi

    hibrida (Tabel Lampiran 6). Saat heading terjadi pada 87 HSS. Waktu 50%

    populasi berbunga dan 80% populasi siap panen juga tidak berbeda antar

    perlakuan pengendalian gulma. Waktu 50% populasi berbunga terjadi antara 95

    HSS - 100 HSS. Waktu 80% populasi siap panen tercapai pada 119 HSS (Tabel 5).

    Tabel 5. Saat heading, 50 % populasi berbunga, dan 80 % populasi siap

    panen pada berbagai perlakuan pengendalian gulma

    Perlakuan SaatHeading 50% Berbunga 80% Siap Panen

    -----------------------HSS---------------------

    Kontrol 87 97.7 119

    Manual 3 MST 87 97.7 119

    Manual 6 MST 87 100.0 119

    Manual 3, 6 MST 87 97.7 119

    Herbisida 3 MST 87 100.0 119

    Herbisida 6 MST 87 95.3 119

    Herbisida 3, 6 MST 87 97.7 119

    Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan saat Panen

    Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidakberpengaruh terhadap tinggi tanaman pada saat panen (Tabel Lampiran 7 - 8).

    Tinggi tanaman pada saat panen disajikan pada Tabel 5. Tinggi tanaman saat

    panen pada semua perlakuan berkisar antara 86.85 cm sampai dengan 92.99 cm.

    Pengendalian manual pada 3 MST memberikan rata-rata tinggi tanaman saat

    panen tertinggi. Kondisi tinggi tanaman saat panen disajikan dalam Gambar 9.

    Perlakuan pengendalian tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan

    produktif, jumlah anakan tidak produktif, dan jumlah anakan total pada rumpun

    tanaman padi hibrida. Jumlah anakan produktif dari semua perlakuan berkisar

    antara 10 33 anakan 14 23 anakan jumlah anakan tidak produktif berkisar

  • 7/26/2019 A08gse

    35/59

    Tabel 6. Tinggi tanaman padi saat panen, jumlah anakan produktif (JAP),

    jumlah anakan tidak produktif (JATP), dan jumlah anakan total

    (JAT) pada berbagai perlakuan pengendalian gulma

    Perlakuan Tinggi Tanaman Panen (cm)

    15 MST

    JAP JATP JAT

    Kontrol 88.00 10.33 1.00 11.33

    Manual 3 MST 92.99 12.97 0.77 13.70

    Manual 6 MST 88.38 12.47 0.37 12.83

    Manual 3, 6 MST 91.67 13.50 0.37 13.83

    Herbisida 3 MST 88.13 11.80 0.77 12.57Herbisida 6 MST 86.85 14.23 0.83 16.77

    Herbisida 3, 6 MST 87.39 12.37 0.27 12.60

    Gambar 9. Tinggi tanaman saat panen pada berbagai perlakuan

    pengendalian gulma

    Bobot Malai per Rumpun dan Panjang Malai

    Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidak

    berpengaruh terhadap bobot malai per rumpun dan panjang malai (Tabel

    Lampiran 9). Bobot malai per rumpun dari semua perlakuan berkisar antara 19.71

    g 32.84 g, sedangkan panjang malai berkisar antara 25.11 cm 26.57 cm (Tabel

    7) Bobot malai per rumpun yang terbaik diperoleh perlakuan pengendalian gulma

  • 7/26/2019 A08gse

    36/59

    Tabel 7. Bobot malai per rumpun dan panjang malai pada berbagai

    perlakuan pengendalian gulma

    Perlakuan Bobot Malai per Rumpun

    (g)

    Panjang Malai

    (cm)

    Kontrol 19.71 25.11

    Manual 3 MST 31.13 26.57

    Manual 6 MST 26.61 25.29

    Manual 3, 6 MST 32.84 25.10

    Herbisida 3 MST 31.19 25.28

    Herbisida 6 MST 23.39 25.77Herbisida 3, 6 MST 23.89 25.65

    Gambar 10. Panjang malai pada berbagai perlakuan pengendalian gulma

    Jumlah Gabah dan Bobot Gabah per Malai

    Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidak

    berpengaruh terhadap jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi per malai

    dan jumlah gabah hampa per malai (Tabel Lampiran 9). Jumlah gabah total dari

    semua perlakuan berkisar antara 133.5 butir - 164.9 butir per malai, jumlah gabah

    isi berkisar antara 87.7 butir - 114.9 butir per malai, dan jumlah gabah hampa

    berkisar antara 43.5 butir - 57.2 butir per malai.

  • 7/26/2019 A08gse

    37/59

    Tabel 8. Jumlah gabah dan bobot gabah per malai pada berbagai perlakuan

    pengendalian gulma

    PerlakuanJumlah Gabah per Malai Bobot Gabah per Malai

    Total Isi Hampa Total Isi Hampa

    -------------butir----------- ---------------g-------------

    Kontrol 133.48 87.72 47.38 2.39 2.16 0.24

    Manual 3 MST 164.92 114.90 50.02 3.22 2.94 0.28

    Manual 6 MST 140.56 97.07 43.49 2.52 2.35 0.21

    Manual 3, 6 MST 146.80 97.65 49.16 2.62 2.30 0.23

    Herbisida 3 MST 142.13 92.78 49.35 2.51 2.21 0.25Herbisida 6 MST 136.30 90.67 45.63 2.36 2.15 0.21

    Herbisida 3, 6 MST 157.09 99.82 57.23 2.71 2.43 0.30

    Persentase Gabah Isi, Gabah Hampa, dan Bobot 1000 Butir

    Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian gulma tidak

    berpengaruh terhadap persentase pengisian gabah dan bobot 1000 butir (Tabel

    Lampiran 9). Persentase gabah isi berkisar antara 84.53% - 91.34%, sedangkan

    persentase gabah hampa berkisar antara 8.62% - 13.66%. Bobot gabah 1000 butir

    berkisar antara 25.28 g 28.02 g (Tabel 9).

    Tabel 9. Persentase gabah isi, gabah hampa, dan bobot 1000 butir pada

    berbagai perlakuan pengendalian gulma

    Perlakuan PersentaseGabah Isi

    Persentase GabahHampa

    Bobot 1000 Butir

    --------------------%----------------- -----g-----

    Kontrol 86.34 13.66 25.61

    Manual 3 MST 89.88 10.12 26.73

    Manual 6 MST 91.34 8.62 28.02

    Manual 3, 6 MST 89.37 10.63 26.17

    Herbisida 3 MST 84.53 15.47 26.09

    Herbisida 6 MST 89.84 10.16 25.28Herbisida 3, 6 MST 89.12 10.88 25.95

    Bobot Gabah Kering Panen (GKP) dan Giling (GKG) Ubinan dan Dugaan

    Hasil per Hektar

  • 7/26/2019 A08gse

    38/59

    2.63 kg. Hasil gabah kering per hektar berkisar antara 4.10 ton 6.58 ton (Tabel

    10). Hasil gabah ubinan panen maupun kering serta dugan hasil GKP dan GKG

    per hektar yang terbaik diperoleh perlakuan pengendalian manual 3 dan 6 MST.

    Hasil rata-rata bobot gabah ubinan dan dugaan hasil per hektar pada pengendalian

    gulma manual lebih baik dibandingkan pengendalian gulma dengan herbisida, dan

    pengendalian dengan herbisida memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan

    dengan kontrol. Hasil GKG rata-rata per hektar pada penyiangan manual

    mencapai 6.25 ton/ha, lebih besar 16.39% dibandingkan hasil GKG rata-rata per

    hektar penyiangan dengan herbisida yang mencapai 5.37 ton/ha. Namun hasil

    GKG pengendalian dengan herbisida tersebut masih lebih baik jika dibandingkan

    dengan kontrol yang mencapai 4.10 ton/ha.

    Tabel 10. Bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling ubinan,

    dan dugaan produksi per hektar pada berbagai perlakuanpengendalian gulma

    Perlakuan Bobot Gabah Dugaan Hasil

    GKP GKG GKP GKG

    -------Kg/4m2------- --------Ton/ha--------

    Kontrol 1.91 1.27 4.77 4.10

    Manual 3 MST 3.20 2.56 8.00 6.40

    Manual 6 MST 2.85 2.30 7.13 5.77Manual 3, 6 MST 3.44 2.63 8.60 6.58

    Herbisida 3 MST 2.38 2.01 5.96 5.02

    Herbisida 6 MST 2.64 2.17 6.60 5.44

    Herbisida 3, 6 MST 2.72 2.26 6.79 5.66

    Mutu Fisik Beras

    Perlakuan pengendalian gulma tidak berpengaruh terhadap mutu fisik

    beras. Perlakuan pengendalian manual dan herbisida baik pada 3 MST, 6 MST,

    maupun 3 dan 6 MST menghasilkan persentase rendemen beras giling, beras

    kepala, beras pecah, menir, dan butir kapur yang sebanding dengan kontrol (Tabel

  • 7/26/2019 A08gse

    39/59

    manual maupun dengan herbisida cenderung menghasilkan mutu fisik beras yang

    lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan pengendalian manual dan

    pengendalian herbisida menghasilkan rendemen beras giling rata-rata berturut-

    turut sebesar 68.96% dan 67.97%, lebih tinggi dibadingkan dengan kontrol

    (67.63%). Kondisi beras kepala, pecah, menir, dan butir mengapur pada berbagai

    perlakuan pengendalian disajikan pada Gambar 11.

    Tabel 11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma

    PerlakuanRendemen

    Beras Giling

    Beras

    Kepala

    Beras

    Pecah

    Menir Butir

    Kapur

    -----------------------------%-----------------------------

    Kontrol 67.63 83.31 16.01 0.68 0.89

    Manual 3 MST 69.22 86.80 12.54 0.66 1.11

    Manual 3, 6 MST 68.84 88.06 11.34 0.60 1.16

    Manual 6 MST 68.83 84.61 14.69 0.70 1.09

    Herbisida 3 MST 67.73 85.75 13.60 0.65 0.79

    Herbisida 6 MST 68.30 87.10 12.15 0.75 1.66

    Herbisida 3, 6 MST 67.88 85.11 14.18 0.71 0.87

    a b

    c d

  • 7/26/2019 A08gse

    40/59

    Pembahasan

    Pertumbuhan Gulma

    Perlakuan pengendalian gulma manual pada 3 dan atau 6 MST

    menghasilkan bobot kering gulma total yang cenderung lebih rendah dari bobot

    kering gulma yang diambil dari petak yang disiangi dengan herbisida (Gambar 3).

    Petak percobaan yang dikendalikan secara manual cenderung menurunkan bobot

    kering gulma setelah disiangi. Hal ini disebabkan oleh cara kerja pengendalian

    manual yang mencabut keseluruhan tanaman selain padi yang ada di petakan,sehingga tidak ada lagi gulma di petak yang bersangkutan dan gulma yang

    dikendalikan dengan herbisida cenderung tidak mengalami penurunan bobot

    kering gulma setelah disiangi. Hal ini diduga karena herbisida berbahan aktif

    metil metsulfuron (golongan sulfonilurea) yang digunakan pada percobaan ini

    tidak mematikan gulma di lahan. Sehingga menyebabkan hasil rata-rata bobot

    kering gulma yang tidak berbeda antara perlakuan kontrol, manual, dan dengan

    herbisida. Namun, cara pengendalian gulma (kontrol, manual, dan herbisida)

    mempengaruhi dominansi dan komposisi gulma di lahan percobaan (Tabel 3).

    Ketidakefektifan herbisida yang digunakan terlihat terutama untuk gulma

    spesies F. milliaceae. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu aplikasi herbisida

    yang dilakukan pada saat post-emergence yaitu pada 3 MST dan atau 6 MST.Menurut Anderson (1977) herbisida berbahan aktif metil metsulfuron lebih efektif

    jika diaplikasikan saat pre-emergence. Pada saat aplikasi herbisida diduga

    kondisi gulma terutama spesies F. milliaceaeberada pada stadium yang toleran

    terhadap aplikasi herbisida metilmetsulfuron, sehingga gulma tersebut tetap

    dominan pada akhir pengamatan.

    Aplikasi herbisida terlihat menekan gulma L. octovalvis. Hal ini terlihat

    dari perubahan dominansi gulma tersebut yang pada saat awal percobaan

    merupakan gulma dominan kedua, namun pada akhir pengamatan dominansinya

    menurun Secara umum pengendalian gulma dengan herbisida golongan

  • 7/26/2019 A08gse

    41/59

    rentan tidak menyebabkan klorosis (daun masih hijau), namun pertumbuhan

    gulma terhambat dan menjadi tidak kompetitif.

    Pertumbuhan Padi Hibrida

    Pengendalian gulma yang dilakukan selama percobaan tidak

    mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan padi hibrida. Hal ini dapat dilihat

    dari pertumbuhan vegetatif padi hibrida sejak 1 MST hingga 8 MST yang tidak

    berbeda antar petak perlakuan (Gambar 4 - 6). Begitupun dengan perkembanganpadi hibrida, peubah-peubah pada masa generatif tidak menunjukkan perbedaan

    antar petak perlakuan (Tabel 6 - 11). Hal ini menunjukkan bahwa ada atau

    tidaknya gulma di lahan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

    perkembangan padi hibrida. Menurut Sukman dan Yakup (2002) pengendalian

    gulma diperlukan oleh sebagian besar tanaman untuk mencegah pertumbuhan

    gulma yang dapat meningkatkan persaingan inter-spesifik antara gulma dan

    tanaman, sehingga berdampak bagi penurunan hasil yang diperoleh.

    Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan pada percobaan ini diduga terjadi

    akibat dominansi gulma F. milliaceae yang ada di lahan selama percobaan ini

    berlangsung. Smith (1983) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang

    mempengaruhi kehilangan hasil adalah spesies atau golongan gulma yangmendominansi, selain faktor-faktor lainnya seperti efisiensi kompetitif gulma dan

    padi, kerapatan gulma, lama kompetisi antara gulma dan padi, cara tanam, kultivar

    padi, tingkat kesuburan tanah, pengelolaan air, jarak tanam padi, allelopati, dan

    interaksi antara faktor-faktor tersebut di atas. Percobaan yang dilakukan oleh Pons

    dan Kruif (1985) dalam Tjitrosoemito (1994) pun menunjukkan bahwa

    keberadaan gulma F. milliaceae sebanyak 4 individu tanaman yang ditanam

    dalam pot yang sama dengan 2 tanaman padi tidak berdampak bagi pertumbuhan

    padi. Pada percobaan yang sama juga, namun spesies gulmanya disubstitusi

    dengan Echinochloa crus galli atau Cyperus iria ternyata memberikan dampak

  • 7/26/2019 A08gse

    42/59

    faktor lainnya, terutama

    antara 3 cm - 5 cm.

    tergenang (Galinato, e

    periode kering atau ko

    mengemukakan bahwa

    terhadap udara, yang ak

    Akibatnya, konsentrasi

    pertumbuhan biji-biji gu

    Hasil Padi Hibrida

    Hasil percobaan

    atau dengan herbisida p

    tidak mempengaruhi ha

    hasil gabah kering gilin

    antara 4.10 ton/ha - 6.5

    gulma pada tanaman pa

    baik apabila pengendal

    ditunjukkan oleh Ga

    pengendalian pada 3baik dibandingkan deng

    pengelolaan air. Pada percobaan ini, ketinggia

    F. milliaceae tidak tumbuh dengan baik pa

    al. , 1999), tetapi akan tumbuh dengan pe

    disi air yang kurang (Waterhouse, 1994). Ba

    menurunkan tinggi genangan air akan mengek

    an menyebabkan difusi oksigen ke dalam tanah

    oksigen yang tinggi di dalam tanah akan m

    lma.

    menunjukkan bahwa pengendalian gulma sec

    ada 3 MST dan atau 6 MST serta kontrol (tida

    sil gabah kering panen padi hibrida, begitu p

    dan dugaan hasil konversi GKG per hektar ya

    ton/ha (Gambar 11), serta mutu fisik padi. Pe

    di secara manual cenderung memberikan hasil

    an gulma sudah mulai dilakukan pada 3 MS

    bar 11, bahwa pengendalian pada 3 MST

    ST dan 6 MST cenderung memberikan hasilan pengendalian gulma secara manual pada 6

    air dijaga

    a kondisi

    sat selama

    yer (1991)

    spos tanah

    meningkat.

    enginisiasi

    ra manual

    k disiangi)

    la dengan

    g berkisar

    ngendalian

    yang lebih

    . Hal ini

    saja dan

    yang lebihST.

  • 7/26/2019 A08gse

    43/59

    Cara pengendalian gulma yang dilakukan pun turut memberikan dampak

    bagi hasil padi, meskipun secara statistik tidak dapat dibedakan. Berdasarkan

    Tabel 10, hasil yang diperoleh pada petak penyiangan manual lebih baik daripada

    petak penyiangan dengan herbisida dan petak penyiangan dengan herbisida

    memberikan hasil yang lebih baik daripada petak yang tidak disiangi. Hal ini

    berhubungan dengan bobot kering gulma rata-rata yang diperoleh pada tiap

    perlakuan. Perlakuan yang tidak disiangi memiliki rata-rata bobot kering gulma

    yang paling tinggi (23.19 g per minggu) dibandingkan rata-rata bobot keringgulma pada perlakuan penyiangan lainnya, hal ini menyebabkan hasil padi yang

    diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penyiangan yang lain,

    yakni 4.10 ton/ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kerapatan

    gulma yang mendominansi suatu lahan, maka hasil padi yang didapatkan semakin

    menurun.

    Cara pengendalian gulma tidak hanya berkaitan dengan faktor hasil yang

    akan diperoleh, tetapi juga berhubungan dengan masalah tenaga kerja yang

    akhirnya berpengaruh terhadap faktor biaya yang harus dikeluarkan. Pengendalian

    gulma yang paling boros biaya dan waktu adalah pengendalian manual. Menurut

    Tjitrosoemito (1994) jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengendalian

    manual pada lahan seluas 1 hektar berkisar antara 20 HOK - 40 HOK (hari orangkerja). Syarifuddin, et al (1983) menambahkan bahwa biaya yang diperlukan

    untuk pengendalian manual adalah 2 3 kali lipat dari biaya pengendalian dengan

    herbisida. Oleh karena itu, waktu dan cara pengendalian gulma tidak hanya

    mempengaruhi hasil gabah yang akan diperoleh, namun mempengaruhi juga

    keefektifan dalam hal biaya dan waktu kerja.

    Percobaan yang mempelajari kompetisi antara padi hibrida dan gulma

    masih perlu dilakukan di lahan-lahan percobaan yang berbeda. Hal ini dilakukan

    agar diketahui sejauh mana gulma-gulma berperan dalam menekan pertumbuhan

    dan hasil padi hibrida

    38

  • 7/26/2019 A08gse

    44/59

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh terhadap dominansi gulma

    pada lahan padi sawah. Pengendalian gulma dengan cara manual menyebabkan

    dominansi gulma F. milliaceae menurun, sedangkan perlakuan pengendalian

    herbisida pada 3 MST dan pengendalian herbisida pada 3 MST dan 6 MST tidak

    menekan dominansi gulma F. milliaecae. Pada stadia tersebut, herbisida

    metilmetsulfuron tidak efektif mengendalikan gulma F. milliaceae.

    Pengendalian gulma baik manual maupun herbisida dapat meningkatkan

    indeks luas daun tanaman padi dibandingkan dengan kontrol, namun tidak

    berpengaruh terhadap peubah pertumbuhan lainnya yaitu tinggi tanaman, jumlah

    daun, dan jumlah anakan tanaman padi.

    Perlakuan pengendalian gulma pada lahan sawah dengan dominansi gulma

    F. milliaceae tidak berpengaruh terhadap hasil produksi padi hibrida maupun

    mutu beras padi hibrida. Namun, pengendalian gulma manual dan herbisida pada

    3 MST dan pada 3 MST dan 6 MST cenderung meningkatkan hasil bobot gabah

    kering panen dan bobot gabah kering giling dibandingkan dengan kontrol.

    Pengendalian manual cenderung memberikan hasil gabah yang lebih baik

    dibandingkan pengendalian dengan herbisida.

    Pengendalian gulma pada padi sawah baik secara manual maupun dengan

    herbisida cenderung memberikan hasil yang lebih baik jika mulai dilakukan pada

    3 MST. Pertumbuhan gulma akan mulai bersaing dengan tanaman padi sawah

    jika pengendalian gulma dilakukan mulai 6 MST dan aplikasi herbisida pada saat

    kondisi tersebut kurang efektif.

    Saran

    39

  • 7/26/2019 A08gse

    45/59

    DAFTAR PUSTAKA

    Adiratma, E. R. 2004. Stop Tanam Padi? Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal.

    Anderson, W. P. 1977. Weed Sciences: Principles. West Publishing Company

    598 p.

    Ashton, F. M. dan A. S. Crafts. 1973. Mode of Action of Herbicides. John Wiley

    & Sons. 504 p.

    --------- dan Monaco. 1991. Weed Science Principles and Practices. 3rdedition.John Wiley & Sons. 466 p.

    Bayer, D. E. 1991. Weed Management. P 287-309. In: B. S. Luh (Ed.). Rice

    Production. 2nd

    edition. Vol I. Van Nostrand Reinhold. New York.

    De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Toronto. John

    Wiley & Sons. 618 p.

    Departemen Pertanian [DEPTAN]. Pusat data dan informasi pertanian.

    http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp. [25April 2007].

    FAO. 1966. Rice Grain of Life. Food and Agriculture Organization of The United

    Nations. Roma. 93 p.

    Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian

    Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal.

    Grist, D. H. 1965. Rice. 4th

    edition. Longman Group Limited. London. 548 p.

    Galinato, M. I., K. Moody and C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South

    and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Makati City.

    156 p.

    Harahap, I. S. dan B. Tjahjono. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Cetakan

    kesebelas. Penebar Swadaya. Jakarta. 114 hal.

    Heriyanto. E. Hermawan, Y. Indaryanto. Desember 2006-Januari 2007. Padi

    hibrida bisnis prospektif dan menggiurkan. Agrotek; Utama. Hal 12-17.

    IRRI. 1985. Gulma. PT Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 120 hal.

    40

  • 7/26/2019 A08gse

    46/59

    Las, I., B. Abdullah, dan A. A. Daradjat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida

    mendukung ketahanan pangan. http://www.litbang.deptan.go.id/

    artikel/one/23/pdf. [25 April 2007].

    National Academy of Sciences. 1969. Weed Control. National Academy of

    Sciences. Washington D. C. 471 p.

    Roshid, I. 2006. Kajian Aplikasi Campuran Herbisida Glifosat dengan

    Metsulfuron Metil dalam Pengendalian Beberapa gulma Pertanian. Skripsi.

    Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal.

    Sastroutomo, S. 1998. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 207 hal.

    Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Cetakan

    ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449 hal.

    Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya.

    Jakarta. 320 hal.

    Smith, R. J. 1983. Weeds of major economic importance in rice and yield losses

    due to weed competition. p 19-35.In: Weed Control in Rice. InternationalRice Research Institute. Los Banos. 264 p.

    Sudjono, S. dan Sudarmadi. 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit.

    Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

    Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja

    Grafindo Persada. Jakarta. 159 hal.

    Sumarno. 2006. Mengapa hibrida padi tidak sesukses hibrida jagung?

    http://www.litbang.deptan.go.id/artikel.php/one/120/pdf/. [25 April 2007].

    Susanto, U. 2003. Perkembangan Varietas Unggul Padi Menjawab Tantangan

    Jaman. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel.php/one/6/pdf/.pdf. [25

    April 2007].

    Syarifuddin, A., M. Sundaru, dan A. Azis. 1983. Farmers weed control

    technology in insular Southeast Asia. P 201206. In: Weed Control inRice. International Rice Research Institute. Los Banos. 264 p.

    Te, Tzu Chang dan C. Chang Li. 1991. Genetics and Breeding. P 23-101.In: B. S.

    Luh (Ed.). Rice Production. 2nd

    edition. Vol I. Van Nostrand Reinhold.

    New York

    41

  • 7/26/2019 A08gse

    47/59

    LAMPIRAN

    42

  • 7/26/2019 A08gse

    48/59

    Tabel Lampiran 1. Karakteristik Arize Hibrindo R-1

    Type : Indica

    Maturity : 108 129 days after sowing

    Plant appearance : Erect

    Plant height : 84 cm-113 cm

    Productive tiller : 5-13

    Plant base color : Green

    Stem color : Green

    Leaf sheath color : Green

    Ligule color : No colorLeaf Color : Dark Green

    Leaf Texture : Rough

    Leaf Position : Semi erect

    Leaf flag : Aslant

    Grain shape : Slender

    Grain color : Yellow

    Threshabilitiy : Good

    Standability : Good

    Rice Texture : Sticky

    1000 grain weight : 21.4 gram - 27.4 gram

    Amylose content : 15.67-22.03 %

    Potential yield : 9.32 MT/ha dry unhusked grain

    Remarks : Suitable for irrigation wetland

    Sumber : Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 118/Kpts/TP.240/2/2003

    and no. 250/Kpts/SR.120/6/2005)

    49

  • 7/26/2019 A08gse

    49/59

    Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Padi

    MST SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    1 Perlakuan 6 5.56 0.93 0.54 0.77

    Ulangan 2 6.06 3.03 1.77 0.21 7.35

    Galat 12 20.56 1.71

    Total 20 32.18

    2 Perlakuan 6 19.06 3.18 0.50 0.80

    Ulangan 2 34.15 17.08 2.71 0.11 9.91

    Galat 12 75.59 6.30

    Total 20 128.81

    3 Perlakuan 6 59.97 9.99 1.97 0.15

    Ulangan 2 64.47 32.23 6.37 0.01 6.88Galat 12 60.75 5.06

    Total 20 185.19

    4 Perlakuan 6 64.10 10.68 1.86 0.17

    Ulangan 2 177.93 88.97 15.53 0.00 5.67

    Galat 12 68.75 5.73

    Total 20 310.78

    5 Perlakuan 6 21.28 3.55 0.13 0.99

    Ulangan 2 245.80 122.90 4.57 0.03 10.65Galat 12 322.78 26.90

    Total 20 589.86

    6 Perlakuan 6 170.47 28.41 0.65 0.69

    Ulangan 2 573.11 286.56 6.52 0.01 11.27

    Galat 12 527.31 43.94

    Total 20 1270.89

    7 Perlakuan 6 430.12 71.69 1.20 0.37 11.11

    Ulangan 2 982.35 491.18 8.25 0.00Galat 12 714.22 59.52

    Total 20 2126.70

    8 Perlakuan 6 470.07 78.34 1.88 0.17

    Ulangan 2 497.04 248.52 5.95 0.01 7.97

    Galat 12 502.01 41.75

    Total 20 1468.12

    Keterangan:

    *) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %

    tn) : tidak nyata

    MST): minggu setelah tanam

  • 7/26/2019 A08gse

    50/59

    Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Anakan Padi

    MST SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    1 Perlakuan 6 0.06 0.01 0.88 0.54

    Ulangan 2 026 0.13 10.6 0.00 9.55

    Galat 12 0.15 0.01

    Total 20 0.47

    2 Perlakuan 6 0.63 0.10 0.70 0.66

    Ulangan 2 0.09 0.04 0.30 0.75 22.92

    Galat 12 1.79 0.15

    Total 20 2.51

    3 Perlakuan 6 2.11 0.35 0.49 0.80

    Ulangan 2 5.46 2.73 3.80 0.05 22.51Galat 12 8.63 0.72

    Total 20 16.21

    4 Perlakuan 6 35.59 5.93 1.54 0.25

    Ulangan 2 32.98 16.49 4.29 0.04 24.27

    Galat 12 46.14 3.85

    Total 20

    5 Perlakuan 6 38.08 6.35 0.47 0.81

    Ulangan 2 304.16 152.08 11.38 0.00 19.83Galat 12 160.40 13.36

    Total 20 502.65

    6 Perlakuan 6 177.61 2.60 1.45 0.27

    Ulangan 2 527.48 263.74 12.91 0.00 21.15

    Galat 12 245.08 20.42

    Total 20 950.16

    7 Perlakuan 6 74.18 12.36 0.56 0.76

    Ulangan 2 504.58 252.29 11.40 0.00 20.77Galat 12 265.67 22.14

    Total 20 844.43

    8 Perlakuan 6 50.64 8.44 0.80 0.59

    Ulangan 2 248.65 124.32 11.73 0.00 16.53

    Galat 12 127.15 10.60

    Total 20 426.44

    Keterangan:

    *) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %

    tn) : tidak nyata

    MST): minggu setelah tanam

  • 7/26/2019 A08gse

    51/59

    Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Daun Padi

    MST SK DB JK KT F

    hitung

    Pr KK

    (%)

    1 Perlakuan 6 0.93 0.16 0.90 0.53

    Ulangan 2 3.16 1.58 9.11 0.00 15.60

    Galat 12 2.08 0.17

    Total 20 6.16

    2 Perlakuan 6 3.01 0.50 1.04 0.45

    Ulangan 2 17.83 8.92 18.50 0.00 16.09

    Galat 12 5.78 0.48

    Total 20

    3 Perlakuan 6 18.75 3.12 0.49 0.80Ulangan 2 12.46 6.23 0.97 0.41 24.19

    Galat 12 76.73 6.39

    Total 20

    4 Perlakuan 6 248.56 41.43 1.68 0.21

    Ulangan 2 306.48 153.24 6.20 0.01 20.28

    Galat 12 296.48 24.71

    Total 20 851.52

    5 Perlakuan 6 247.10 41.18 0.35 0.89Ulangan 2 1843.14 921.57 7.87 0.00 22.22

    Galat 12 1405.49 117.12

    Total 20 3495.73

    6 Perlakuan 6 1480.10 246.68 1.46 0.27

    Ulangan 2 7182.24 3591.12 21.27 0.00 17.43

    Galat 12 2026.08 168.84

    Total 20 10688.43

    7 Perlakuan 6 589.16 98.19 0.36 0.89Ulangan 2 7677.70 3838.85 14.22 0.00 19.66

    Galat 12 3240.64 270.05

    Total 20 11507.50

    8 Perlakuan 6 1209.75 201.63 0.94 0.50

    Ulangan 2 4277.50 2138.75 9.94 0.00 20.02

    Galat 12 2582.26 215.18

    Total 20 8069.41

    Keterangan:*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %

    **) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %

    tn) : tidak nyata

    MST): minggu setelah tanam

  • 7/26/2019 A08gse

    52/59

    Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Indeks Luas Daun

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    Perlakuan 6 4.38 0.73 3.69* 0.03

    Ulangan 2 2.26 1.13 5.72 0.02 14.52

    Galat 12 2.37 1.20

    Total 20 9.01

    Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam 50% populasi berbunga

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    50% Populasi Berbunga

    Perlakuan 6 46.66 7.77 0.57 0.75

    Ulangan 2 0.00 0.00 0.00 1.00Galat 12 163.33 13.61 3.76

    Total 20 210.00

    Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Tinggi Padi saat Panen

    SK DB JK KT F hitung Pr KK

    (%)

    Perlakuan 6 97.14 16.19 0.40 0.86

    Ulangan 2 551.74 275.87 6.84 0.01 7.13Galat 12 484.32 40.36

    Total 20 1133.19

    Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Padi

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    Anakan Produktif

    Perlakuan 6 28.26 4.71 0.80 0.59

    Ulangan 2 116.79 58.40 9.96 0.00 19.33Galat 12 70.34 5.86

    Total 20 215.40

    Anakan Tak Produktif

    Perlakuan 6 1.40 0.23 0.65 0.69

    Ulangan 2 2.77 1.38 3.87 0.05 98.10

    Galat 12 4.29 0.36

    Total 20 8.46

    Anakan TotalPerlakuan 6 52.60 8.77 1.74 0.20

    Ulangan 2 56.69 28.35 5.61 0.02 16.80

    Galat 12 60.58 5.05

    Total 20 169.88

  • 7/26/2019 A08gse

    53/59

    Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Komponen Hasil

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    Bobot Malai per Rumpun

    Perlakuan 6 434.18 72.36 1.00 0.47

    Ulangan 2 704.98 352.49 4.87 0.03 31.56

    Galat 12 869.17 72.43

    Total 20 2008.34

    Panjang Malai

    Perlakuan 6 4.90 0.82 0.21 0.97

    Ulangan 2 5.45 2.73 0.71 0.51 7.66

    Galat 12 45.93 3.83

    Total 20 56.28Bobot Gabah per Malai

    Perlakuan 6 1.36 0.23 0.66 0.68

    Ulangan 2 3.23 1.61 4.73 0.03 24.73

    Galat 12 4.09 0.34

    Total 20 8.68

    Bobot Gabah Isi

    Perlakuan 6 1.36 0.23 0.66 0.68

    Ulangan 2 3.23 1.61 4.73 0.03 24.73Galat 12 4.09 0.34

    Total 20 8.68

    Bobot Gabah Hampa

    Perlakuan 6 0.02 0.00 1.53 0.25

    Ulangan 2 0.00 0.00 0.17 0.85 19.46

    Galat 12 0.03 0.00

    Total 20 0.05

    Persentase Pengisisan GabahPerlakuan 6 100.32 16.72 0.70 0.65

    Ulangan 2 133.57 66.79 2.81 0.10 5.50

    Galat 12 285.10 23.76

    Total 20 518.99

    Persentase Gabah Hampa

    Perlakuan 6 100.32 16.72 0.70 0.65

    Ulangan 2 133.57 66.79 2.81 0.10 42.90

    Galat 12 285.10 23.76

    Total 20 518.10

    Keterangan:

    *) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %

    **) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %

    tn) : tidak nyata

  • 7/26/2019 A08gse

    54/59

    Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Hasil Gabah

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)

    Ubinan Panen (kg GKP/4 m2)

    Perlakuan 6 4.63 0.77 2.03 0.14

    Ulangan 2 6.02 3.01 7.92 0.00 22.54

    Galat 12 4.57 0.38

    Total 20 15.22

    Ubinan Kering (kg GKG/4 m2)

    Perlakuan 6 3.44 0.57 1.53 0.25

    Ulangan 2 2.10 1.05 2.79 0.10 29.35

    Galat 12 4.50 0.38

    Total 20 10.42Konversi (ton/ha)

    Perlakuan 6 12.67 2.11 0.80 0.59

    Ulangan 2 19.94 9.97 3.77 0.05 29.24

    Galat 12 31.77 2.65

    Total 20 64.37

    Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Mutu Fisik Gabah dan Beras

    SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)1000 Butir

    Perlakuan 6 13.33 2.22 1.95 0.15

    Ulangan 2 8.86 4.43 3.89 0.05 4.12

    Galat 12 13.66 1.14

    Total 20 35.86

    Persen Butir Hampa

    Perlakuan 6 11.28 1.88 0.91 0.52

    Ulangan 2 25.12 `12.56 6.08 0.02 12.53Galat 12 24.77 2.06

    Total 20 61.17

    Beras Kepala

    Perlakuan 6 47.66 7,94 0.67 0.67

    Ulangan 2 52.14 26.07 2.21 0.15 4.01

    Galat 12 141.84 11.82

    Total 20 241.64

    Beras Pecah

    Perlakuan 6 46.77 7.80 0.71 0.65

    Ulangan 2 50.80 25.40 2.32 0.14 24.50

    Galat 12 131.88 10.94

    Total 20 228.7

    B M i

  • 7/26/2019 A08gse

    55/59

    Butir Kapur

    Perlakuan 6 1.52 0.25 0.92 0.51

    Ulangan 2 0.32 0.16 0.59 0.57 48.55Galat 12 3.30 0.28

    Total 20 5.14

    Keterangan:

    *) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %

    **) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %

    tn) : tidak nyata

  • 7/26/2019 A08gse

    56/59

    Keterangan: U

    K0 : Kontrol, tidak disiangi.

    M-3 : Disiangi secara manual saat 3 MST.

    M-6 : Disiangi secara manual saat 6 MST.

    M-36 : Disiangi secara saat 3 dan 6 MST.

    H-3 : Disiangi dengan herbisida saat 3 MST.

    H-6 : Disiangi dengan herbisida saat 6 MST.

    H-36 : Disiangi dengan herbisida saat 3 dan 6 MST

    Gambar Lampiran 1. Denah petak percobaan

    Ulangan III M-36 H-6 M-6 K0 H-3 H-36 M-3

    Ulangan II H-6 M-3 H-36 M-36 M-6 H-3 K0

    Ulangan I H-36 K0 H-3 M-6 M-36 H-6 M-3

  • 7/26/2019 A08gse

    57/59

    X

    CMS line Maintainer

    X

    Maintainer

    X

    CMS line RestorerX

    F1 Seed Restorer

    Srfrf

    Frfrf

    Frfrf

    Multiplication

    of CMS lines

    Srfrf

    FRfRf

    FRfRf

    FRfrf

    Hybrid

    Seed

    production

    field

    49

  • 7/26/2019 A08gse

    58/59

    49

    Tabel Lampiran 12. Data iklim bulan Oktober 2007-Maret 2008Stasiun : Klimatologi Bogor

    Elevasi : 190 m

    Lokasi : 06.33 LS

    : 106.45 BT

    TEMPERATUR LEMBAB NISBI

    PENGUAPAN

    PENYINARAN

    BULAN

    WAKTU

    PERAMATAN Maks Min WAKTU PERAMATAN MATAHARI KA HH CH

    07.00 13.00 18.00 RT2 RT2 ABS RT2 ABS 07.00 13.00 18.00 RT2 Lama Intenst

    OKT 23.1 31.7 26.0 26.0 32.7 34.3 22.3 21.0 92 58 83 81 4.8 7 356 2.6 25 236

    NOP 23.2 31.1 26.0 25.9 32.0 34.6 22.1 20.2 94 62 84 81 4.5 6 315 2.6 20 444

    DES 23.3 29.0 25.5 25.3 30.0 33.6 22.4 21.2 96 74 90 89 3.1 4 201 3.0 31 476

    JAN'08 22.7 30.1 27.1 25.7 31.1 33.2 22.1 19.9 95 66 81 84 3.0 61 223 3.1 20 251

    PEB22.8 26.8 25.4 24.4 28.1 31.6 22.1 20.8 96 80 87 90 2.6 18 254 3.2 29 377

    MAR 22.6 30.1 24.9 25.1 30.9 33.0 22.0 21.0 96 67 90 87 4.1 53 240 2.5 28 673

    JML 137.7 178.8 154.8 152.3 184.7 200.3 133.0 124.1 569.1 407.0 514.2 512.2 22.1 148.1 1589.0 17.0 153.0 2455.7

    RATA2 23.0 29.8 25.8 25.4 30.8 33.4 22.2 20.7 94.9 67.8 85.7 85.4 3.7 24.7 264.8 2.8

    Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga (2008)

    Keterangan:RT2 : Rata-rata CH : Curah hujan (mm)

    ABS : Absolut (yang ter) HH : Hari hujanLP : Lama Penyinaran Intenst : Intensitas penyinaran

    KA : Kecepatan angin (km/jam)

  • 7/26/2019 A08gse

    59/59

    50

    a b c

    e d

    Gambar Lampiran 3. Alat-alat pengamatan mutu fisik beras; (a) aspirator-pengayak beras dari kotoran, (b) rice husker-pengupas

    sekam gabah, (c) rice miller-pensosoh beras pecah kulit, (d) rice grader, (e) penyaring butir kapur