A08gse
-
Upload
sarman-iman -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of A08gse
-
7/26/2019 A08gse
1/59
PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN
GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.)
Oleh
Gita Septrina
A34104069
PROGRAM STUDI AGRONOMI
-
7/26/2019 A08gse
2/59
PENGARUH WAKTU DAN CARA PENGENDALIAN GULMA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
PADI HIBRIDA (Oryza sativaL.)
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh
Gita SeptrinaA34104069
-
7/26/2019 A08gse
3/59
RINGKASAN
GITA SEPTRINA. Pengaruh Cara dan Waktu Pengendalian Gulma
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Hibrida (Oryza sativaL.). Dibimbing
oleh DWI GUNTORO dan ADIWIRMAN.
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) yang
dapat menurunkan produksi padi di lapangan. Penelitian bertujuan untuk
mempelajari pengaruh cara dan waktu penyiangan gulma terhadap pertumbuhan
dan hasil padi hibrida. Penelitian dilakukan di lahan sawah irigasi, di daerah
Carang Pulang Dramaga Bogor, pada bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008.
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan tiga ulangan
digunakan dalam percobaan ini. Faktor yang digunakan adalah waktu dan cara
pengendalian gulma. Perlakuan yang dicobakan terdiri atas: tanpa pengendaliansebagai kontrol (K-0), pengendalian manual pada 3 minggu setelah tanam (MST)
(M-3), pengendalian manual pada 6 MST (M-6), pengendalian manual pada 3 dan
6 MST (M-36), pengendalian dengan herbisida pada 3 MST (H-3), pengendalian
dengan herbisida pada 6 MST (H-6), dan pengendalian dengan herbisida pada 3
dan 6 MST (H-36).
Kondisi lahan didominansi gulma Fimbristylis milliaceae, Ludwigia
octovalvis, danLindernia crustaceae. Penyiangan dengan herbisida menghasilkan
rata-rata bobot kering gulma per minggu yang lebih tinggi dibandingkan
penyiangan manual, namun lebih rendah dari kontrol. Penyiangan manual dan
herbisida pada 3 dan atau 6 MST tidak mempengaruhi pertumbuhan vegetatif,
hasil, dan mutu fisik dari padi hibrida. Namun, penyiangan mempengaruhi Indeks
Luas Daun (ILD) tanaman. Nilai ILD tertinggi diperoleh perlakuan pengendalian
manual 3 MST, sebesar 3.75. Nilai ILD terendah diperoleh perlakuan kontrol,
sebesar 2.23. Hasil yang diperoleh berkisar antara 4.10 ton GKG/ha 6.58 ton
GKG/ha. Hasil terendah diperoleh petak kontrol. Petak penyiangan manual
-
7/26/2019 A08gse
4/59
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : PENGARUH WAKTU DAN CARA
PENGENDALIAN GULMA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL
PADI HIBRIDA (Oryza sativa L.)
NAMA : Gita SeptrinaNRP : A34104069
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1
Dwi Guntoro, SP., M. Si.
NIP. 132 176 851
Dosen Pembimbing 2
Dr. Ir. Adiwirman, MS.
NIP. 131 669 943
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
-
7/26/2019 A08gse
5/59
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Indramayu, 3 September 1986. Sulung dari pasangan
Indra Sugiarno dan Siti Rahayu Ruyati ini, mengenyam pendidikan dasar di SD
Negeri 01 Pagi Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur. Pendidikan menengah
diselesaikan di SLTP Negeri 91 Jakarta dan pada tahun 2004 penulis berhasil
menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri,
Depok. Pada tahun 2004 juga, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
Program Studi Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian.
Semasa kuliah penulis bergabung dengan Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Pertanian (BEM-A) periode 2004-2005, sebagai staf pada Biro Aplikasi
Pertanian. Pada periode yang sama penulis aktif mengikuti berbagai macam
kegiatan dalam rangkaian acara Bina Desa di Desa Pasarean. Pada tahun
akademik 2007-2008 penulis berpartisipasi sebagai asisten mata kuliah Ilmu
Tanaman Perkebunan.
-
7/26/2019 A08gse
6/59
KATA PENGANTAR
AlhamdulillahiRabbalalamiin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan energi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
meneyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul Pengaruh Waktu dan Cara Pengendalian Gulma
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Hibrida (Oryza sativa L.) ini
merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dengan selesainya penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis
menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Orangtua tercinta Mama-Siti Rahayu Ruyati- dan Papa-Indra Sugiarno-, serta
Adik-adik-Yundri Martiraz dan Arif Gusaseano-, atas setiap doa dan kasih
sayang yang tanpa henti diberikan selama ini
2. Dwi Guntoro, SP., M. Si sebagai pembimbing skripsi dan akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan, dan motivasi selama masa pendidikan ini.
3. Dr. Ir. Adiwirman, MS sebagai dosen pembimbing skripsi kedua yang selalu
teliti dalam memberikan masukan, demi hasil skripsi yang lebih baik.
4. Ir. Sofyan Zaman yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan memberikan
banyak saran untuk menambah kualitas dari skripsi ini.
5. Pak Joko, Pak Milin, dan semua pekerja yang sudah membantu dan
memberikan semangat selama penelitian ini.
6. Dhini dan Fitri serta semua yang tergabung dalam Paddys Club, Febrian,
Ichsan, Mudi, Dina, Tri, dan Sofie. Teman-teman yang selalu bisa
diandalkan, Vitria, Adrinus, Ika, Cindi, Lia, Nita, Giono, Mercy, Restu, dan
semua teman-teman Agronomi 41.Terimakasih atas persahabatan ini.
7.
Teman-teman yang sudah memberi banyak makna tentang persahabatan ini,
-
7/26/2019 A08gse
7/59
DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................. 2
Hipotesis ......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
Botani Tanaman Padi ...................................................................... 3
Morfologi Tanaman Padi .......... ....................................................... 3
Syarat Tumbuh Tanaman Padi ......................................................... 4
Padi Hibrida .................................................................................... 4
Pengendalian Gulma ....................................................................... 6
Herbisida Metilmetsulfuron ............................................................. 8
BAHAN DAN METODE............................................................................ 9
Waktu dan Tempat ................... ....................................................... 9
Bahan dan Alat ................................................................................ 9
Rancangan Percobaan ..................................................................... 9
Pelaksanaan Percobaan.................................... ................................ 10
Pengamatan ..................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................... 15
Kondisi Umum ................................................................................ 15
Pertumbuhan Gulma ........... ............................................................. 16
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman .................... ................................ 20
Pertumbuhan Generatif dan Komponen Hasil Tanaman .......... ......... 24
Pembahasan .................................................................................... 30
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 35
-
7/26/2019 A08gse
8/59
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Skoring intensitas hama-penyakit pada lahan percobaan ......................... 15
2. Analisis vegetasi gulma pada lahan sebelum perlakuan pengendalian
gulma ..................................................................................................... 17
3. Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST) .......... 19
4. Indeks luas daun (ILD) padi pada berbagai perlakuan pengendalian
gulma ..................................................................................................... 22
5. Saat heading, 50 % populasi berbunga, dan 80 % populasi siap panen
pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ......................................... 24
6. Tinggi tanaman padi saat panen, jumlah anakan produktif (JAP), jumlah
anakan tidak produktif (JATP), dan jumlah anakan total (JAT) pada
berbagai perlakuan pengendalian gulma ........................................ ......... 257. Bobot malai per rumpun dan panjang malai pada berbagai perlakuan
pengendalian gulma ............................................................................... 26
8. Jumlah gabah dan bobot gabah per malai pada berbagai perlakuan
pengendalian gulma ............................................................................... 27
9. Persentase gabah isi, gabah hampa, dan bobot 1000 butir pada berbagai
perlakuan pengendalian gulma ............................................................... 27
10. Bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling ubinan, dan dugaan
produksi per hektar pada berbagai perlakuan pengendalian gulma .......... 28
11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ............... 29
Lampiran
1. Karakteristik Arize Hibrindo R-1 ............................................................ 39
2. Analisis ragam tinggi tanaman padi ......................................................... 40
3. Analisis ragam anakan padi ..................................................................... 41
4. Analisis ragam daun padi ........... ............................................................. 42
5. Analisis ragam indeks luas daun padi ...................................................... 43
-
7/26/2019 A08gse
9/59
11. Analisis ragam mutu fisik gabah dan beras .............................................. 45
12. Data iklim bulan Oktober 2007-Maret 2008 .................................. ......... 49
-
7/26/2019 A08gse
10/59
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Hama dan penyakit yang menyerang padi hibrida...................................... 16
2. Gulma-gulma yang ada di lahan percobaan ............................................... 17
3. Jumlah populasi gulma tiap spesies mulai 3 MST 12 MST ..................... 18
4. Bobot kering gulma total pada 3 MST - 12 MST .............................. ......... 20
5. Tinggi tanaman padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ........... 20
6. Jumlah daun padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ................ 21
7. Jumlah anakan padi pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ............ 22
8. Kondisi gulma saat 9 MST pada berbagai perlakuan pengendalian gulma . 23
9. Tinggi tanaman saat panen pada berbagai perlakuan pengendalian gulma . 25
10. Panjang malai pada berbagai perlakuan pengendalian gulma .......... ......... 26
11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma ................ 30
12. Hasil GKG (ton/ha) ................................................. ................................ 33
Lampiran
1. Denah letak percobaan ..................................................................... ......... 47
2. Skema pembuatan padi hibrida ........... ....................................................... 48
3. Alat-alat pengamatan mutu fisik beras ....................................................... 50
-
7/26/2019 A08gse
11/59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan komoditas pangan utama sebagian besar penduduk
Indonesia. Kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk. Konsumsi beras nasional mencapai 135 kg/kapita/tahun (Deptan, 2007).
Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk tiap tahun tetap sebesar 1.5% per
tahun, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2035 mencapai 400
juta jiwa dan kebutuhan beras mencapai 54 juta ton. Padahal, produksi beras
nasional selama kurun waktu 10 tahun terakhir tidak menunjukkan peningkatan
hasil yang berarti. Kesenjangan antara produksi dan konsumsi beras tersebut
dapat menimbulkan kerawanan pangan di Indonesia.
Padi hibrida memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan padi nonhibrida, sehingga pengembangan padi hibrida
diharapkan dapat menjadi solusi dari kekurangan stok produksi padi nasional yang
selama kurun waktu 10 tahun terakhir (1995-2005) terlihat stagnan. Menurut
Heriyanto, et al. (2006) varietas padi hibrida mampu menghasilkan 8-10 ton
gabah kering giling/ha. Keuntungan yang diterima petani karena menanam padi
hibrida lebih besar dibandingkan jika menanam padi unggul biasa.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam penanaman padi hibrida di lahan
sawah adalah adanya gangguan gulma. Gulma dapat menurunkan produksi
tanaman padi akibat kompetisi dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu air,
hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Sastroutomo, 1998). Smith (1983)
mengemukakan bahwa efek gangguan gulma yang parah dan biasa terjadi adalah
kehilangan hasil yang disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman
padi. Kehilangan hasil padi karena gulma di Filipina diperkirakan mencapai 11%
pada musim kering dan 13% pada musim hujan. Menurut Tjitrosoemito (1994)
i l k k i k k i i d di dil k k d
-
7/26/2019 A08gse
12/59
didapatkan dari plot yang tidak disiangi. Penyiangan dengan herbisida hasil
produksinya kira-kira sama dengan penyiangan secara manual.Apabila kehilangan hasil akibat gulma dapat ditekan, maka akan ada
produksi beras yang bisa terselamatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
usaha untuk mencegah kehilangan hasil tanaman padi akibat kompetisi dengan
gulma di lahan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penentuan waktu dan
cara yang tepat untuk penyiangan gulma pada tanaman padi hibrida agar diperoleh
produksi padi yang optimum. Menurut Susanto (2003) penelitian padi hibrida di
Indonesia baru dimulai pada tahun 1980-an dengan mengintroduksi padi hibrida
dari Cina, sehingga penelitian untuk mengembangkan budidaya padi hibrida di
Indonesia masih diperlukan.
Tujuan PenelitianPenelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu dan cara
pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil padi hibrida di lahan sawah.
Hipotesis
Perbedaan waktu dan cara pengendalian gulma mempengaruhi
pertumbuhan dan hasil padi hibrida.
-
7/26/2019 A08gse
13/59
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Padi
Dalam banyak spesies liar di dalam genus Oryza, ada 2 spesies yang dapat
dibudidayakan, yaitu Oryza sativa, yang ditanam di seluruh areal tanam di seluruh
dunia, dan Oryza glaberrima yang distribusinya terkonsentrasi di Afrika Barat
Tropis (Geus, 1954). Spesies lainnya dari genus ini adalah Oryza stapffi, Oryza
fatua, Oryza minuta, Oryza rufipogon, Oryza breviligulata, danOryza officinalis.
(Grist, 1965). Oryza sativa disebut juga white grain rice, sedangkan Oryza
glaberrimadisebut red grain rice (FAO, 1966). Padi (Oryza sativa) merupakan
tanaman yang berasal dari divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas
Monocotyledonae, ordo Poales, famili Gramineae, genus Oryza.
Morfologi Tanaman Padi
Menurut Grist (1965) padi termasuk rerumputan (Graminae), akarnya
bercabang-cabang dan berambut akar sangat banyak. Padi bukan termasuk
tanaman air, karena struktur akarnya berbeda dengan struktur akar tanaman air.
Siregar (1981) menyatakan bahwa kekhasan tumbuhan dari kelompok Graminae
akan ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas tersebut
merupakan bubung kosong yang ditutup oleh buku pada bagian ujungnya. Pada
buku bagian atas ujung dari daun pelepah menunjukkan percabangan, cabang
terpendek disebut ligula(lidah daun) dan bagian terpanjang dan terbesar menjadi
daun kelopak. Pada ligula terdapat auricle. Ligula dan auricledigunakan untuk
mendeterminasi identitas suatu varietas. Ruas yang menjadi bulir padi muncul
saat daun pelepah teratas menjadi ligula dan daun bendera (flag leaf). Daun
bendera adalah daun yang terpanjang yang membalut ruas teratas dari batang.
Bunga padi memiliki tangkai, perhiasan, dan daun mahkota. Daun mahkota
-
7/26/2019 A08gse
14/59
membuka pada pukul 10-12 pada hari cerah, dengan suhu berkisar 30oC-32
oC.
Ketika kondisi ini terpenuhi, penyerbukan akan terjadi.
Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Padi dapat tumbuh pada kondisi iklim-iklim yang berbeda. Produksi
tertinggi dicapai di negara yang memiliki iklim subtropis atau iklim temperate
hangat. Namun kebanyakan padi ditanam di daerah beriklim tropis. Padi juga
mampu beradaptasi di daerah dengan temperatur tinggi dan sinar matahari yang
tinggi. Tanaman padi dapat tumbuh pada temperatur antara 68oF-100
oF
(Grist,1965). Selain itu menurut de Datta (1981) pertumbuhan padi dipengaruhi
oleh curah hujan, panjang hari, radiasi surya, dan kelembaban relatif. Curah hujan
tahunan merupakan faktor pembatas bagi lahan-lahan tadah hujan di Asia Selatan
dan Tenggara khususnya. Padi merupakan tanaman hari pendek yang sensitifterhadap fotoperiodisme. Hari panjang akan menyebabkan pembungaan terlambat
bahkan tidak terjadi. Radiasi energi surya merupakan faktor penting yang
dibutuhkan padi saat inisiasi malai hingga menjelang panen. Setidaknya 30 - 45
hari sebelum panen tanaman yang mendapat energi surya yang cukup akan
memberikan hasil yang tinggi. Kelembaban relatif mempengaruhi tanaman padi
karena menyebabkan peningkatan insiden penyakit blast pada padi. Iklim sangat
mempengaruhi proses fisiologi tanaman padi, sehingga akan berpengaruh
terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan bulir.
Padi Hibrida
Padi hibrida mulai dikembangkan di Cina pada tahun 1964 dengan
ditemukannya mandul jantan. Pada tahun 1976 padi hibrida baru dikomersilkan.
Sejak akhir tahun 1980-an Cina telah berhasil menanam padi hibrida seluas 15
juta hektar. Indonesia sendiri baru merintis penelitian tentang padi hibrida pada
akhir tahun 1985 Hingga kini telah dirilis 29 varietas padi hibrida 4 varietas
-
7/26/2019 A08gse
15/59
heterosis tersebut menyebabkan tanaman F1 lebih vigor, tumbuh lebih cepat,
anakan lebih banyak, dan malai lebih lebat sekitar 1 ton/ha lebih tinggi daripadavarietas biasa (inbrida). Namun keunggulan tersebut tidak diperoleh pada populasi
generasi kedua (F2) dan berikutnya. Ditinjau dari aspek genetik, padi hibrida
memiliki potensi hasil yang lebih tinggi, tetapi membutuhkan sistem dan
teknologi produksi yang berbeda dengan varietas unggul biasa (Las, Abdullah,
dan Daradjat, 2003). Padi hibrida yang ada saat ini masih memiliki beberapa
kelemahan, seperti rasa nasinya yang kurang enak, peka terhadap hama wereng
coklat dan penyakit hawar daun (kresek). Untuk mendapatkan produksi yang
maksimal, padi hibrida harus ditanam pada tanah yang subur, hara tanah cukup
tersedia, dosis pupuk optimal, pengairannya cukup, OPT-nya dikendalikan, dan
pengelolaan tanaman secara keseluruhan dilakukan dengan baik (Sumarno, 2006).
Penelitian padi hibrida secara intensif dimulai pada tahun 2001. Berbagaigalur padi hibrida telah dihasilkan melalui persilangan dengan melibatkan galur
mandul jantan sitoplasmik (Cytoplasm Male Sterile/CMS) atau galur mandul
jantan, galur pelestari (Maintainer/M), dan galur pemulih kesuburan (Restorer/R)
(Las, Abdullah, dan Daradjat, 2003). Teknik penyilangannya berbeda dengan
pembentukan hibrida jagung, karena padi adalah tanaman menyerbuk sendiri,
artinya secara alami pollen menyerbuki putik pada bunga yang sama. Sehingga,
pembentukan hibrida padi hanya dimungkinkan jika bunga jantan pada tanaman
betina dibuat mandul dengan menggunakan CMS. Selain itu, waktu pembungaan
antara CMS dan restorer pun harus diperhatikan, agar penyerbukan dapat berhasil
dengan baik. Penyerbukan antara pollen dari restorer ke stigma biasanya
dilakukan dengan menggunakan blower atau tali yang dipasang memanjang pada
barisan antara restorer dan CMS yang kemudian digerak-gerakkan, sehingga
pollen dari restorer bertebrangan dan jatuh pada stigma CMS. Kegiatan
penyerbukan biasanya dilakukan pada pukul delapan pagi hingga sepuluh pagi,
ketika bunga padi membuka Skema pembuatan hibrida padi disajikan pada
-
7/26/2019 A08gse
16/59
Pengendalian Gulma
Anderson (1977) menyatakan bahwa gulma dan tanaman pertanian (crops)merupakan tanaman yang secara mendasar keduanya memiliki kebutuhan yang
sama untuk tumbuh dan berkembang secara normal. Keduanya juga
membutuhkan pasokan yang memadai akan nutrisi-nutrisi yang sama, kelembapan,
cahaya, suhu, dan karbon dioksida (CO2).
Gulma berhasil bersaing dengan tanaman budidaya dengan menjadi lebih
agresif saat tumbuh. Gulma memperoleh dan menggunakan unsur-unsur essensial
(nutrisi, kelembapan, cahaya, suhu, dan karbon dioksida) bagi pertumbuhan dan
perkembangan dengan mengalahkan tanaman budidaya, dan pada beberapa kasus,
gulma juga mengekskresikan zat-zat kimia yang merugikan bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman budidaya (Anderson, 1977). Lahan padi secara khusus
cocok bagi perkembangan dan penyebaran gulma akuatik dan semi-akuatik.
Kebanyakan gulma yang ada di lahan padi merupakan teki-tekian (Cyperaceae)
baik yang semusim maupun yang tahunan. Selain itu, rerumputan air
(Echinochloa) juga biasa ditemukan di setiap lahan padi (Grist, 1965).
Kompetisi merupakan kejadian khas di lahan budidaya, meski kompetisi
juga terjadi di banyak habitat lain yang sumberdaya tumbuhnya tersedia dengan
terbatas. Kompetisi antara gulma dan tanaman budidaya yang terhebat biasanya
terjadi saat tanaman kompetitor memiliki kesamaan dalam kebiasaan vegetatif dan
kebutuhan akan sumberdaya tumbuh (National Academy of Sciences, 1969). Pada
umumnya, kompetisi dengan gulma terjadi selama 6 minggu pertama atau setelah
transplanting juga cenderung mengakibatkan efek yang sangat merugikan bagi
hasil produksi. Kompetisi dan munculnya gulma dalam masa vegetatif atau
generatif saat mendekati waktu panen akan memberikan dampak yang sangat
besar bagi kualitas hasil tanaman. Kehadiran gulma di lahan pertanian
menyebabkan biaya bagi kegiatan pengendalian. Karenanya penyiangan gulma
perlu dilakukan untuk menghindari kehilangan hasil yang cukup besar dari
-
7/26/2019 A08gse
17/59
Kehilangan hasil dipengaruhi oleh efisiensi kompetitif dari gulma dan padi,
spesies atau golongan gulma, kerapatan gulma, lama kompetisi antara gulma danpadi, cara tanam, kultivar padi, tingkat kesuburan tanah, pengelolaan air, jarak
tanam padi, allelopati, dan interaksi antara faktor-faktor tersebut di atas.
Spesies-spesies gulma yang menjadi masalah di pertanian padi bervariasi,
tergantung pada tanah, temperatur, posisi garis lintang tempat, ketinggian tempat,
cara budidaya, perbenihan, manajemen air, tingkat kesuburan tanah, dan teknologi
pengendalian gulma yang diadopsi (Smith dan Moody, 1979 dalam Smith 1983).
Echinochloa crussgalli merupakan gulma yang paling bermasalah pada
lahan padi di dunia. Echinochloa colonaberada pada nomor ke-2 sebagai gulma
penting di padi. Gulma ini (E. colona) tumbuh di daerah sepanjang garis ekuator,
sedangkanE. crussgallimemiliki daerah sebaran yang lebih luas lagi yakni, dari
utara hingga ke selatan. Selain itu, gulma-gulma penting lainnya di lahan padi
dunia meliputi, Cyperus difformis, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Eleusine
indica, Fimbristylis littoralis, Ischaemum rugosum, Monochoria vaginalis,
Sphenochlea zeylanica (Holm et. al., 1977 dalam Smith, 1983), Commelina
benghalensis, Dactyloctenium aegyptium, Digitaria ciliaris, Paspalum distichum,
Portulaca oleracea, dan Scirpus maritimus(IRRI, 1985).
Menurut Anderson (1977) ada 4 metode pengendalian gulma, yakni secara
kultural, mekanis, kimia, dan biologi. Pengendalian gulma secara kultural
meliputi penggunaan benih bersertifikat bebas biji gulma, penggunaan tanaman
yang lebih kompetitif dari gulma, dan rotasi tanaman. Sedangkan cara mekanis
meliputi, pencabutan gulma dengan tangan-manual (hand pulling), dengan
cangkul, dipotong, penggenangan, dibakar, dan dengan penggunaan alat-alat
pengolahan lahan (machine tillage). Cara kimia dilakukan dengan menggunakan
zat-zat kimia yang bersifat organik maupun anorganik yang diaplikasikan di lahan
pada berbagai kondisi tergantung jenis herbisida dan tanamannya. Cara biologi
dilakukan dengan menggunakan organisme alami yang antagonis dari gulma
-
7/26/2019 A08gse
18/59
tersebut berada di bawah tanah, sehingga biasanya tidak akan terganggu dengan
pencabutan ini. Herbisida merupakan zat kimiaphytotoxic
yang mampumematikan tanaman dan beberapa mampu mematikan tanaman tertentu tanpa
memberikan efek pada tanaman lainnya (Anderson, 1977). Penggunaan herbisida
ini harus tepat, baik secara jenis bahan aktif, jenis gulma yang akan dikendalikan,
jenis tanaman budidaya, dosis, dan waktu aplikasi. Karena kecerobohan dalam
penggunaan herbisida akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.
Penelitian mengenai padi di Filipina menunjukkan data bahwa penyiangan
dengan herbisida meningkatkan hasil produksi secara signifikan melampaui hasil
yang didapatkan dari plot yang tidak disiangi. Penyiangan dengan herbisida ini
pun hasil produksinya kira-kira sama dengan penyiangan secara manual (Ashton
dan Crafts, 1973). Matsunaka (1970) dalam Ashton dan Crafts (1973)
mengemukakan bahwa ada indikasi peningkatan biaya dari pengendalian gulma di
lahan padi di Jepang dan hal ini menunjukkan penghematan yang besar ketika
tenaga pekerja (pengendalian gulma secara manual) disubstitusi oleh herbisida.
Herbisida Metilmetsulfuron
Metil metsulfuron adalah herbisida golongan sulfonilurea yang dapat
digunakan sebagai herbisida pratumbuh dan purnatumbuh yang bersifat sistemik
dan selektif. Herbisida ini lebih efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar
dan lebih efektif ketika diaplikasikan secara pre-emergence. Nama kimia bahan
aktif metil metsulfuron adalah metil 2,-{{{{(4-metoksi-6-6 metil, 1-3,5, triazin-2-
yl)amino}karbonil}-amino}sulfonil}benzoat. Formulasi herbisida metil
metsulfuron biasanya dalam bentuk tepung atapun butiran yang dapat terdispersi
dalam air. Herbisida kelas sulfonilurea bekerja dengan cara menghambat kerja
enzim acetolactate synthease (ALS). ALS merupakan enzim yangg berperan
dalam pembentukan rantai cabang asam amino valin, leusin, dan isoleusin.
Penghambatan ini dapat menyebabkan terhentinya pembelahan sel dan
-
7/26/2019 A08gse
19/59
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2007 hingga bulan
Februari 2007 di lahan sawah desa Carangpulang Dramaga-Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi, benih padi hibrida
varietas Arize Hibrindo R-1 dengan dosis 15 kg/ha, pupuk Urea dosis 300 kg/ha,
KCl 200 kg/ha, dan SP-36 100 kg/ha, Ally 20 WDG, pestisida, dan Furadan dosis
25 kg/ha. Alat yang digunakan meliputi, peralatan budidaya, mistar, etiket, cat,
spidol waterproof, kuadrat ukuran 0.5 m x 0.5 m, knapsack sprayer, oven, dan
neraca analitik.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Perlakuan yang dicobakan terdiri
atas tujuh perlakuan, yakni tanpa pengendalian gulma sebagai kontrol (K-0),
pengendalian manual pada 3 MST (M-3), pengendalian manual pada 3 dan 6 MST
(M-36), pengendalian manual 6 MST (M-6), pengendalian dengan herbisida pada
3 MST (H-3), pengendalian dengan herbisida pada 3 dan 6 MST (H-36), dan
pengendalian dengan herbisida pada 6 MST (H-6). Satuan percobaan berupa petak
dengan ukuran 5 m x 3.5 m. Jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar petak 20
cm. Total terdapat 21 satuan percobaan.
Model linear rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
Yij= + Bi + Cj + ij.
Yij : Pengamatan pada blok ke-i, perlakuan cara dan waktu
-
7/26/2019 A08gse
20/59
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam.
Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, dilakukan pengujian
perbedaan nilai tengah antar perlakuan dengan uji Uji Beda Nyata Jujur (Tukey)
pada taraf 5 %.
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan lahan
Pengolahan tanah dan pembuatan petak dilakukan 3 dan 4 minggu
sebelum penanaman. Petakan dibuat dengan ukuran 5 m x 3.5 m, sebanyak 21
satuan petak percobaan.
Persemaian
Penyemaian benih padi dilakukan dengan dosis 15 kg benih/ha. Pada
percobaan ini 1 kg benih digunakan untuk penyemaian. Kebutuhan lahan
persemaiannya 20 m2. Pemupukan pada saat persemaian dilakukan dengan
menggunakan dosis 22 g urea/m2, 17 g SP-36/m
2, dan 10 g KCl/m
2. Pemupukan
dilakukan saat 7 HSS (hari setelah sebar).
Penanaman dan penyulaman
Penanaman bibit padi dilakukan saat bibit berumur 21 hari. Penanaman
dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x 25 cm dengan 1 bibit per
lubang tanam. Jumlah populasi per petak percobaan adalah 280 bibit tanaman atau
5880 bibit tanaman untuk keseluruhan petak percobaan. Penyulaman dilakukan
pada 1 MST - 2 MST.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis total pupuk yang diaplikasikan
adalah 270 kg Urea/ha 100 kg KCl/ha dan 135 kg SP 36/ha Pada saat
-
7/26/2019 A08gse
21/59
Pengendalian gulma
Perlakuan pengendalian gulma dilakukan pada saat tanaman berumur 3
MST dan atau 6 MST, secara manual atau dengan herbisida. Setiap minggu, sejak
tanaman berumur 3 MST hingga 12 MST, dilakukan pengambilan sampel gulma
(duplo) dengan kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Hasil kuadran ini dianalisis
berdasarkan jenis gulma, kerapatan, dan bobot keringnya. Untuk mendapatkan
nilai bobot kering, gulma dioven pada suhu 105oC selama 24 jam.
Panen
Pemanenan dilakukan saat umur tanaman 124 HSS. Perontokan gabah
dilakukan juga pada hari panen. Lalu gabah tersebut dikeringkan. Gabah kering
tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai sifat-sifat fisiknya di Balai
Besar Padi Sukamandi.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali. Pengamatan dilakukan
terhadap 10 tanaman contoh yang ditentukan secara acak per petak. Selain itu,
pengamatan juga dilakukan pada saat panen hingga pascapanen. Pengamatan
terhadap peubah produksi pada saat panen dilakukan secara ubinan (2 m x 2 m).
Peubah-peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:
A. Pengamatan saat masa vegetatif padi
1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak.
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ke ujung daun
tertinggi. Pengamatan dilakukan tiap minggu, mulai 1 MST - 8 MST.
2. Jumlah daun
Penghitungan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak. Daun yang
dihitung adalah daun yang telah membuka penuh Penghitungan jumlah
-
7/26/2019 A08gse
22/59
3. Jumlah anakan
Penghitungan jumlah anakan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak.
Penghitungan jumlah anakan dilakukan setiap minggu, mulai 1 MST
hingga 8 MST.
4. Indeks luas daun (ILD)
Pengukuran ILD dilakukan pada 1 tanaman per petak yang memiliki
penampilan sama dengan tanaman contoh. Pengukuran ILD menggunakan
metode Gravimetri. Pengukuran dilakukan ketika vegetatif maksimum atau
pada masa awal bunting (7 MST).
B. Pengamatan saat masa generatif padi
1. Saat heading
Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh per petak. Pengamatan
heading dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi malai pada
tanaman.
2. Hari saat 50 % populasi berbunga.
Satu tanaman dianggap sudah berbunga jika sudah mengeluarkan bunga,
walaupun hanya dari satu anakan. Hari saat 50% populasi berbunga
diamati secara visual dari setiap petak perlakuan.
3. Jumlah Anakan Produktif
Pengamatan dilakukan dilakukan saat panen pada 10 tanaman contoh per
petak.
4. Hari saat 80 % populasi siap panen
Populasi 80% siap panen adalah saat sebagian besar malai sudah mulai
menguning, meski masih ada malai yang belum menguning. Pengamatan
hari saat 80% populasi siap panen dilakukan secara visual dari setiap petak
perlakuan.
5 Tinggi tanaman saat panen
-
7/26/2019 A08gse
23/59
6.
Panjang malai
Panjang malai padi diukur dari titik awal muncul malai hingga ujung
malai. Pengukuran panjang malai dilakukan pada 3 malai yang diambil
secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Panjang malai
diamati setelah panen.
7. Jumlah bulir per malai
Penghitungan jumlah bulir per malai dilakukan pada 3 malai yang diambil
secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah bulir per
malai diamati setelah panen.
8. Bobot gabah per malai
Penghitungan bobot gabah per malai dilakukan pada 3 malai yang diambil
secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Bobot gabah per
malai diamati setelah panen.
9. Jumlah gabah isi
Penghitungan jumlah gabah isi dilakukan pada 3 malai yang diambil
secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah gabah
isi diamati setelah panen.
10. Jumlah gabah hampa
Penghitungan jumlah gabah hampa dilakukan pada 3 malai yang diambil
secara acak dari setiap rumpun tanaman contoh per petak. Jumlah gabah
hampa diamati setelah panen.
11. Persentase pengisian gabah
Penghitungan persentase pengisian gabah dilakukan berdasarkan jumlah
gabah isi dan jumlah gabah hampa {gabah isi/( gabah isi + gabah
hampa) * 100}.
12. Hasil panen
Bobot hasil panen (kg) (bobot gabah kering panen dan bobot gabah kering
giling) dihitung berdasarkan hasil ubinan berukuran 2 m x 2 m yang
-
7/26/2019 A08gse
24/59
14. Penilaian serangan hama penyakit
Penilaian serangan hama penyakit dilakukan dengan cara skoring dengan
range1 - 9. Menurut Sudjono dan Sudarmadi (1989):
Skor 1 : < 1 %; kerusakan daun sedikit.
Skor 3 : 1 % - 5 %; kerusakan daun berukuran hingga 1 cm.
Skor 5 : 5 % - 25 %; kerusakan daun berukuran 1 cm.
Skor 7 : 25% - 50 %; kerusakan hampir sebagian daun dan belum robek.
Skor 9 : 50 % - 100 %; kerusakan sangat berat dan menyebabkan daun
mati.
C. Pengamatan mutu fisik beras
Mutu fisik beras yang diamati antara lain persentase beras setelah giling,
persentase beras kepala, persentase beras menir, dan persentase pengapuran.
Pengamatan dilakukan di laboratorium Balai Besar Padi Sukamandi. Peralatan
pengamatan mutu fisik beras disajikan pada Gambar Lampiran 2.
D. Pengamatan gulma
1. Jenis-jenis spesies gulma
Contoh gulma yang telah diambil dari lapangan dipisahkan berdasarkan
spesiesnya masing-masing.
2. Jumlah individu per spesies
Setelah gulma dipisahkan berdasarkan spesiesnya masing-masing,
kemudian dihitung jumlah individu per spesies.
3. Bobot kering tiap spesies
Penghitungan bobot kering dilakukan dengan cara mengoven gulma pada
suhu 1050C selama 1 hari atau 60
o C selama suhu 60
o C selama 3 hari,
selanjutnya ditimbang.
4 Dominansi gulma
-
7/26/2019 A08gse
25/59
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008.
Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai
dengan 377 mm. Curah hujan cukup tinggi terjadi selama masa menjelang panen
hingga pascapanen. Lama penyinaran berkisar antara 7 % - 61 %, intensitas
cahaya 254 kal/m2- 356 kal/m
2, kelembaban udara berkisar antara 81 % - 90 %.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi selama percobaan dan
tingkat serangannya pada tanaman padi disajikan pada Tabel 1. Hama keong mas
(Pomacea canaliculata) merupakan hama utama dengan intensitas serangan pada
skore 5, disusul hama walang sangit (Leptocorisa acuta), penggerek batang (stem
borer) yang menyebabkan beluk, kepinding tanah (Scotinophara vermiculata),
dan penyakit tungro yang disebabkan olehN. virescens(Gambar 1).
Tabel 1. Skoring intensitas serangan hama-penyakit pada lahan percobaan
Hama-Penyakit Nilai
Keong Mas (P. canaliculata) 5
Tungro (N. virescens) 3
Beluk (Scirpophaga sp.) 1Kepinding Tanah (S. vermiculata) 1
Walang Sangit (L. acuta) 3
Pengendalian keong mas dilakukan secara manual dengan cara mengambil
individu keong mas yang ada di lahan. Pengendalian walang sangit dilakukan
dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif deltametrindengan konsentrasi
1 cc/l. Hama penggerek batang dan kepinding tanah tidak dikendalikan, karena
intensitas serangannya relatif rendah. Intensitas penyakit tungro rendah, namun
tetap dikendalikan dengan cara mencabut dan memendam tanaman agar tidak
menjadi sumber penularan penyakit bagi tanaman yang lainnya.
-
7/26/2019 A08gse
26/59
a b c
d e
Gambar 1. Hama dan penyakit yang menyerang padi hibrida; (a) Tungro,
(b) Keong Mas, (c) Beluk, (d) Walang sangit, dan
(e) Kepinding Tanah
Pertumbuhan Gulma
Analisis Vegetasi Gulma Awal dan Akhir
Hasil analisis vegetasi pada awal percobaan berdasarkan perhitungan Sum
Dominancy Ratio(SDR) menunjukkan bahwa gulma yang mendominasi lahan
percobaan adalah gulma spesies F. milliaceaedari golongan teki, diikuti oleh
gulma spesiesL. OctovalvisdanL. Crustaceaedari golongan gulma berdaun lebar
dan spesies gulma lainnya dengan SDR kurang dari 1% (Tabel 2 dan Gambar 2).
Tabel 2. Analisis vegetasi gulma pada lahan sebelum perlakuan
pengendalian gulma
No. Spesies Golongan SDR (%)
1 Fimbristylis milliaceae Teki 80 45
-
7/26/2019 A08gse
27/59
a b c
Gambar 2. Gulma-gulma yang ada di lahan percobaan : (a). F. milliaceae,(b).L. octovalvis, (c).L. crustaceae
Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST)
menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian gulma menyebabkan perubahan
dominansi gulma pada lahan percobaan. Tabel 3 memperlihatkan bahwa
pengendalian gulma secara manual dapat menekan gulma F. milliaceae, sehingga
gulma yang dominan berubah menjadi gulma Eriocaulon sieboldianum.
Pengendalian gulma dengan herbisida tidak menyebabkan perubahan dominansi
gulma F. milliaceae. Terlihat bahwa gulma F. milliaceae masih merupakan
gulma dominan pada lahan tersebut dengan SDR 81.26%. Hal ini diduga bahwa
pada saat 3 MST gulma F. milliaceae sudah berkembang lebih dewasa, sehingga
aplikasi herbisida metilmetsulfuron tidak dapat mengendalikan gulma tersebut.
Gulma dominan pada perlakuan kontrol pada akhir pengamatan adalah
spesies F. milliaceae, diikuti L. crustaceae, E. sieboldianum, dan S. zeylanica.
Gulma dominan pada pengendalian gulma manual adalah gulmaE. sieboldianum,
F. milliaceae,dan L. Crustaceae. Gulma dominan pada perlakuan pengendalian
dengan herbisida adalah F. milliaceae, S. zeylanica,danL. Crustaceae.
Gulma L. octovalvis yang merupakan gulma dominan setelah gulma F.
milliaceaepada awal percobaan terlihat menurun dominansinya, baik pada petak
kontrol maupun petak perlakuan pengendalian manual dan herbisida. Penurunan
dominansi gulma L octovalvis pada petak kontrol diduga disebabkan oleh
-
7/26/2019 A08gse
28/59
Gambar . Jumlah populasi gulma tiap spesies mulai 3 MST - 12 MST
-
7/26/2019 A08gse
29/59
Tabel 3. Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST)
Spesies Golongan SDR (%)Kontrol
Fimbristylis milliaceae Teki 66.24
Lindernia crustaceae Daun lebar 13.17
Eriocaulon sieboldianum - 10.84
Sphenochlea zeylanica Daun lebar 9.75
Total 100.0
Penyiangan Manual
Eriocaulon sieboldianum - 46.38Fimbristylis milliaceae Teki 40.66
Lindernia crustaceae Daun lebar 7.07
Gulma lainnya 5.89
Total 100.0
Penyiangan Herbisida
Fimbristylis milliaceae Teki 81.26
Sphenochlea zeylanica Daun lebar 4.92
Lindernia crustaceae Daun lebar 4.91Gulma lainnya - 8.91
Total 100.0
Bobot Kering Biomassa Gulma Total
Pertumbuhan gulma pada petak percobaan berdasarkan berat keringnya
disajikan pada Gambar 3. Rata-rata bobot kering gulma selama 12 minggu yang
terbesar ditunjukkan oleh petak kontrol, yakni sebesar 25.6 gram, kemudian
diikuti oleh perlakuan pengendalian dengan herbisida pada 3 MST sebesar 16.73
gram, 6 MST sebesar 16.73 gram, dan pengendalian dengan herbisida 3 dan 6
MST sebesar 16.58 gram. Sedangkan petak perlakuan pengendalian lainnya,
manual 3 MST, 6 MST, 3 dan 6 MST, masing-masing memiliki bobot gulma
berturut-turut rata-rata sebesar 5.23 gram, 4.45 gram, dan 2.26 gram.
Pengendalian dengan herbisida memiliki bobot kering gulma per minggu yang
lebih tinggi dari manual, namun lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
-
7/26/2019 A08gse
30/59
Gambar 4.
Tinggi Tanaman
Hasil percobaan
berpengaruh terhadap ti
8 MST (Tabel Lampira
cm setiap minggunya.
72.53 cm - 79.49 cm.Gambar 5.
obot kering gulma total pada 3 MST 12 MST
ertumbuhan Vegetatif Tanaman
menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian g
nggi tanaman padi hibrida pada saat pengamat
n 2). Pertumbuhan tinggi tanaman rata-rata ber
aat pengukuran terakhir, tinggi tanaman berk
ertumbuhan tinggi tanaman padi hibrida disa
ulma tidak
n 1 MST -
tambah 10
isar antara
jikan pada
-
7/26/2019 A08gse
31/59
Jumlah Daun
Hasil percobaa
berpengaruh terhadap j
MST hingga 8 MST (T
mulai 1 MST hingga
kemudian pada pengam
maksimum tanaman pa
Pertambahan jumlah da
Gambar 6. Jumlah d
Indeks Luas Daun
Hasil percobaa
berpengaruh terhadap i
Tabel 4, terlihat bahwa
ILD yang lebih tingg
pengendalian lainnya
Perlakuan pengendalian
Pengendalian gulma m
n menunjukkan bahwa pengendalian gul
umlah daun tanaman padi hibrida mulai pen
abel Lampiran 4). Pertumbuhan jumlah daun
tercapai jumlah daun maksimum pada saa
atan 8 MST jumlah daun terlihat menurun. Ju
i hibrida tiap rumpun berkisar antara 70 daun -
n tanaman padi hibrida disajikan pada Gambar
aun padi pada berbagai perlakuan pengendalian
menunjukkan bahwa perlakuan pengendal
deks luas daun (ILD) (Tabel Lampiran 5). B
pengendalian gulma manual pada 3 MST m
i dibandingkan dengan kontrol, sedangkan
tidak berbeda nyata dibandingkan denga
gulma menghasilkan ILD yang lebih besar d
anual cenderung menghasilkan nilai ILD rat
ma tidak
gamatan 1
meningkat
t 7 MST,
mlah daun
100 daun.
6.
gulma
ian gulma
erdasarkan
nunjukkan
perlakuan
kontrol.
ri kontrol.
rata yang
-
7/26/2019 A08gse
32/59
Tabel 4. Indeks l
pengen
Perlakuan
Kontrol
Manual 3 MST
Manual 6 MST
Manual 3, 6 MST
Herbisida 3 MST
Herbisida 6 MST
Herbisida 3, 6 MSTKeterangan : angka yang dii
Tukey taraf 5
Jumlah Anakan
Hasil percobaan
berpengaruh terhadap j
(Tabel Lampiran 3). Pe
fase pembentukan anak
maksimum dicapai pad
20 anakan - 25 anaka
disajikan pada Gambar
MST dari berbagai perl
uas daun (ILD) padi pada berbagai perlakuan
alian gulma
ILD
2.23
3.75
2.91a
3.40a
2.87a
3.36a
2.91a uti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda ny
menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian g
umlah anakan pada saat pengamatan 1 MST
rtumbuhan anakan terlihat lambat pada 1 MS
n cepat terjadi antara 4 MST - 6 MST, dan jum
saat 7 MST. Jumlah anakan maksimum ber
per rumpun. Pertambahan jumlah anakan p
6. Kondisi pertumbuhan anakan tanaman padi
kuan disajikan pada Gambar 7.
b
b
b
b
bta pada uji
ulma tidak
- 8 MST
- 4 MST,
lah anakan
isar antara
di hibrida
ada saat 9
-
7/26/2019 A08gse
33/59
a b
c d
e f
-
7/26/2019 A08gse
34/59
Pertumbuhan Generatif dan Komponen Hasil Tanaman
SaatHeading, 50 % Populasi Berbunga, dan 80% Populasi Siap Panen
Perlakuan pengendalian gulma tidak mempengaruhi saat heading padi
hibrida (Tabel Lampiran 6). Saat heading terjadi pada 87 HSS. Waktu 50%
populasi berbunga dan 80% populasi siap panen juga tidak berbeda antar
perlakuan pengendalian gulma. Waktu 50% populasi berbunga terjadi antara 95
HSS - 100 HSS. Waktu 80% populasi siap panen tercapai pada 119 HSS (Tabel 5).
Tabel 5. Saat heading, 50 % populasi berbunga, dan 80 % populasi siap
panen pada berbagai perlakuan pengendalian gulma
Perlakuan SaatHeading 50% Berbunga 80% Siap Panen
-----------------------HSS---------------------
Kontrol 87 97.7 119
Manual 3 MST 87 97.7 119
Manual 6 MST 87 100.0 119
Manual 3, 6 MST 87 97.7 119
Herbisida 3 MST 87 100.0 119
Herbisida 6 MST 87 95.3 119
Herbisida 3, 6 MST 87 97.7 119
Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan saat Panen
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidakberpengaruh terhadap tinggi tanaman pada saat panen (Tabel Lampiran 7 - 8).
Tinggi tanaman pada saat panen disajikan pada Tabel 5. Tinggi tanaman saat
panen pada semua perlakuan berkisar antara 86.85 cm sampai dengan 92.99 cm.
Pengendalian manual pada 3 MST memberikan rata-rata tinggi tanaman saat
panen tertinggi. Kondisi tinggi tanaman saat panen disajikan dalam Gambar 9.
Perlakuan pengendalian tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan
produktif, jumlah anakan tidak produktif, dan jumlah anakan total pada rumpun
tanaman padi hibrida. Jumlah anakan produktif dari semua perlakuan berkisar
antara 10 33 anakan 14 23 anakan jumlah anakan tidak produktif berkisar
-
7/26/2019 A08gse
35/59
Tabel 6. Tinggi tanaman padi saat panen, jumlah anakan produktif (JAP),
jumlah anakan tidak produktif (JATP), dan jumlah anakan total
(JAT) pada berbagai perlakuan pengendalian gulma
Perlakuan Tinggi Tanaman Panen (cm)
15 MST
JAP JATP JAT
Kontrol 88.00 10.33 1.00 11.33
Manual 3 MST 92.99 12.97 0.77 13.70
Manual 6 MST 88.38 12.47 0.37 12.83
Manual 3, 6 MST 91.67 13.50 0.37 13.83
Herbisida 3 MST 88.13 11.80 0.77 12.57Herbisida 6 MST 86.85 14.23 0.83 16.77
Herbisida 3, 6 MST 87.39 12.37 0.27 12.60
Gambar 9. Tinggi tanaman saat panen pada berbagai perlakuan
pengendalian gulma
Bobot Malai per Rumpun dan Panjang Malai
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidak
berpengaruh terhadap bobot malai per rumpun dan panjang malai (Tabel
Lampiran 9). Bobot malai per rumpun dari semua perlakuan berkisar antara 19.71
g 32.84 g, sedangkan panjang malai berkisar antara 25.11 cm 26.57 cm (Tabel
7) Bobot malai per rumpun yang terbaik diperoleh perlakuan pengendalian gulma
-
7/26/2019 A08gse
36/59
Tabel 7. Bobot malai per rumpun dan panjang malai pada berbagai
perlakuan pengendalian gulma
Perlakuan Bobot Malai per Rumpun
(g)
Panjang Malai
(cm)
Kontrol 19.71 25.11
Manual 3 MST 31.13 26.57
Manual 6 MST 26.61 25.29
Manual 3, 6 MST 32.84 25.10
Herbisida 3 MST 31.19 25.28
Herbisida 6 MST 23.39 25.77Herbisida 3, 6 MST 23.89 25.65
Gambar 10. Panjang malai pada berbagai perlakuan pengendalian gulma
Jumlah Gabah dan Bobot Gabah per Malai
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian tidak
berpengaruh terhadap jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi per malai
dan jumlah gabah hampa per malai (Tabel Lampiran 9). Jumlah gabah total dari
semua perlakuan berkisar antara 133.5 butir - 164.9 butir per malai, jumlah gabah
isi berkisar antara 87.7 butir - 114.9 butir per malai, dan jumlah gabah hampa
berkisar antara 43.5 butir - 57.2 butir per malai.
-
7/26/2019 A08gse
37/59
Tabel 8. Jumlah gabah dan bobot gabah per malai pada berbagai perlakuan
pengendalian gulma
PerlakuanJumlah Gabah per Malai Bobot Gabah per Malai
Total Isi Hampa Total Isi Hampa
-------------butir----------- ---------------g-------------
Kontrol 133.48 87.72 47.38 2.39 2.16 0.24
Manual 3 MST 164.92 114.90 50.02 3.22 2.94 0.28
Manual 6 MST 140.56 97.07 43.49 2.52 2.35 0.21
Manual 3, 6 MST 146.80 97.65 49.16 2.62 2.30 0.23
Herbisida 3 MST 142.13 92.78 49.35 2.51 2.21 0.25Herbisida 6 MST 136.30 90.67 45.63 2.36 2.15 0.21
Herbisida 3, 6 MST 157.09 99.82 57.23 2.71 2.43 0.30
Persentase Gabah Isi, Gabah Hampa, dan Bobot 1000 Butir
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian gulma tidak
berpengaruh terhadap persentase pengisian gabah dan bobot 1000 butir (Tabel
Lampiran 9). Persentase gabah isi berkisar antara 84.53% - 91.34%, sedangkan
persentase gabah hampa berkisar antara 8.62% - 13.66%. Bobot gabah 1000 butir
berkisar antara 25.28 g 28.02 g (Tabel 9).
Tabel 9. Persentase gabah isi, gabah hampa, dan bobot 1000 butir pada
berbagai perlakuan pengendalian gulma
Perlakuan PersentaseGabah Isi
Persentase GabahHampa
Bobot 1000 Butir
--------------------%----------------- -----g-----
Kontrol 86.34 13.66 25.61
Manual 3 MST 89.88 10.12 26.73
Manual 6 MST 91.34 8.62 28.02
Manual 3, 6 MST 89.37 10.63 26.17
Herbisida 3 MST 84.53 15.47 26.09
Herbisida 6 MST 89.84 10.16 25.28Herbisida 3, 6 MST 89.12 10.88 25.95
Bobot Gabah Kering Panen (GKP) dan Giling (GKG) Ubinan dan Dugaan
Hasil per Hektar
-
7/26/2019 A08gse
38/59
2.63 kg. Hasil gabah kering per hektar berkisar antara 4.10 ton 6.58 ton (Tabel
10). Hasil gabah ubinan panen maupun kering serta dugan hasil GKP dan GKG
per hektar yang terbaik diperoleh perlakuan pengendalian manual 3 dan 6 MST.
Hasil rata-rata bobot gabah ubinan dan dugaan hasil per hektar pada pengendalian
gulma manual lebih baik dibandingkan pengendalian gulma dengan herbisida, dan
pengendalian dengan herbisida memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan kontrol. Hasil GKG rata-rata per hektar pada penyiangan manual
mencapai 6.25 ton/ha, lebih besar 16.39% dibandingkan hasil GKG rata-rata per
hektar penyiangan dengan herbisida yang mencapai 5.37 ton/ha. Namun hasil
GKG pengendalian dengan herbisida tersebut masih lebih baik jika dibandingkan
dengan kontrol yang mencapai 4.10 ton/ha.
Tabel 10. Bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling ubinan,
dan dugaan produksi per hektar pada berbagai perlakuanpengendalian gulma
Perlakuan Bobot Gabah Dugaan Hasil
GKP GKG GKP GKG
-------Kg/4m2------- --------Ton/ha--------
Kontrol 1.91 1.27 4.77 4.10
Manual 3 MST 3.20 2.56 8.00 6.40
Manual 6 MST 2.85 2.30 7.13 5.77Manual 3, 6 MST 3.44 2.63 8.60 6.58
Herbisida 3 MST 2.38 2.01 5.96 5.02
Herbisida 6 MST 2.64 2.17 6.60 5.44
Herbisida 3, 6 MST 2.72 2.26 6.79 5.66
Mutu Fisik Beras
Perlakuan pengendalian gulma tidak berpengaruh terhadap mutu fisik
beras. Perlakuan pengendalian manual dan herbisida baik pada 3 MST, 6 MST,
maupun 3 dan 6 MST menghasilkan persentase rendemen beras giling, beras
kepala, beras pecah, menir, dan butir kapur yang sebanding dengan kontrol (Tabel
-
7/26/2019 A08gse
39/59
manual maupun dengan herbisida cenderung menghasilkan mutu fisik beras yang
lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan pengendalian manual dan
pengendalian herbisida menghasilkan rendemen beras giling rata-rata berturut-
turut sebesar 68.96% dan 67.97%, lebih tinggi dibadingkan dengan kontrol
(67.63%). Kondisi beras kepala, pecah, menir, dan butir mengapur pada berbagai
perlakuan pengendalian disajikan pada Gambar 11.
Tabel 11. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan pengendalian gulma
PerlakuanRendemen
Beras Giling
Beras
Kepala
Beras
Pecah
Menir Butir
Kapur
-----------------------------%-----------------------------
Kontrol 67.63 83.31 16.01 0.68 0.89
Manual 3 MST 69.22 86.80 12.54 0.66 1.11
Manual 3, 6 MST 68.84 88.06 11.34 0.60 1.16
Manual 6 MST 68.83 84.61 14.69 0.70 1.09
Herbisida 3 MST 67.73 85.75 13.60 0.65 0.79
Herbisida 6 MST 68.30 87.10 12.15 0.75 1.66
Herbisida 3, 6 MST 67.88 85.11 14.18 0.71 0.87
a b
c d
-
7/26/2019 A08gse
40/59
Pembahasan
Pertumbuhan Gulma
Perlakuan pengendalian gulma manual pada 3 dan atau 6 MST
menghasilkan bobot kering gulma total yang cenderung lebih rendah dari bobot
kering gulma yang diambil dari petak yang disiangi dengan herbisida (Gambar 3).
Petak percobaan yang dikendalikan secara manual cenderung menurunkan bobot
kering gulma setelah disiangi. Hal ini disebabkan oleh cara kerja pengendalian
manual yang mencabut keseluruhan tanaman selain padi yang ada di petakan,sehingga tidak ada lagi gulma di petak yang bersangkutan dan gulma yang
dikendalikan dengan herbisida cenderung tidak mengalami penurunan bobot
kering gulma setelah disiangi. Hal ini diduga karena herbisida berbahan aktif
metil metsulfuron (golongan sulfonilurea) yang digunakan pada percobaan ini
tidak mematikan gulma di lahan. Sehingga menyebabkan hasil rata-rata bobot
kering gulma yang tidak berbeda antara perlakuan kontrol, manual, dan dengan
herbisida. Namun, cara pengendalian gulma (kontrol, manual, dan herbisida)
mempengaruhi dominansi dan komposisi gulma di lahan percobaan (Tabel 3).
Ketidakefektifan herbisida yang digunakan terlihat terutama untuk gulma
spesies F. milliaceae. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu aplikasi herbisida
yang dilakukan pada saat post-emergence yaitu pada 3 MST dan atau 6 MST.Menurut Anderson (1977) herbisida berbahan aktif metil metsulfuron lebih efektif
jika diaplikasikan saat pre-emergence. Pada saat aplikasi herbisida diduga
kondisi gulma terutama spesies F. milliaceaeberada pada stadium yang toleran
terhadap aplikasi herbisida metilmetsulfuron, sehingga gulma tersebut tetap
dominan pada akhir pengamatan.
Aplikasi herbisida terlihat menekan gulma L. octovalvis. Hal ini terlihat
dari perubahan dominansi gulma tersebut yang pada saat awal percobaan
merupakan gulma dominan kedua, namun pada akhir pengamatan dominansinya
menurun Secara umum pengendalian gulma dengan herbisida golongan
-
7/26/2019 A08gse
41/59
rentan tidak menyebabkan klorosis (daun masih hijau), namun pertumbuhan
gulma terhambat dan menjadi tidak kompetitif.
Pertumbuhan Padi Hibrida
Pengendalian gulma yang dilakukan selama percobaan tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan padi hibrida. Hal ini dapat dilihat
dari pertumbuhan vegetatif padi hibrida sejak 1 MST hingga 8 MST yang tidak
berbeda antar petak perlakuan (Gambar 4 - 6). Begitupun dengan perkembanganpadi hibrida, peubah-peubah pada masa generatif tidak menunjukkan perbedaan
antar petak perlakuan (Tabel 6 - 11). Hal ini menunjukkan bahwa ada atau
tidaknya gulma di lahan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan padi hibrida. Menurut Sukman dan Yakup (2002) pengendalian
gulma diperlukan oleh sebagian besar tanaman untuk mencegah pertumbuhan
gulma yang dapat meningkatkan persaingan inter-spesifik antara gulma dan
tanaman, sehingga berdampak bagi penurunan hasil yang diperoleh.
Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan pada percobaan ini diduga terjadi
akibat dominansi gulma F. milliaceae yang ada di lahan selama percobaan ini
berlangsung. Smith (1983) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kehilangan hasil adalah spesies atau golongan gulma yangmendominansi, selain faktor-faktor lainnya seperti efisiensi kompetitif gulma dan
padi, kerapatan gulma, lama kompetisi antara gulma dan padi, cara tanam, kultivar
padi, tingkat kesuburan tanah, pengelolaan air, jarak tanam padi, allelopati, dan
interaksi antara faktor-faktor tersebut di atas. Percobaan yang dilakukan oleh Pons
dan Kruif (1985) dalam Tjitrosoemito (1994) pun menunjukkan bahwa
keberadaan gulma F. milliaceae sebanyak 4 individu tanaman yang ditanam
dalam pot yang sama dengan 2 tanaman padi tidak berdampak bagi pertumbuhan
padi. Pada percobaan yang sama juga, namun spesies gulmanya disubstitusi
dengan Echinochloa crus galli atau Cyperus iria ternyata memberikan dampak
-
7/26/2019 A08gse
42/59
faktor lainnya, terutama
antara 3 cm - 5 cm.
tergenang (Galinato, e
periode kering atau ko
mengemukakan bahwa
terhadap udara, yang ak
Akibatnya, konsentrasi
pertumbuhan biji-biji gu
Hasil Padi Hibrida
Hasil percobaan
atau dengan herbisida p
tidak mempengaruhi ha
hasil gabah kering gilin
antara 4.10 ton/ha - 6.5
gulma pada tanaman pa
baik apabila pengendal
ditunjukkan oleh Ga
pengendalian pada 3baik dibandingkan deng
pengelolaan air. Pada percobaan ini, ketinggia
F. milliaceae tidak tumbuh dengan baik pa
al. , 1999), tetapi akan tumbuh dengan pe
disi air yang kurang (Waterhouse, 1994). Ba
menurunkan tinggi genangan air akan mengek
an menyebabkan difusi oksigen ke dalam tanah
oksigen yang tinggi di dalam tanah akan m
lma.
menunjukkan bahwa pengendalian gulma sec
ada 3 MST dan atau 6 MST serta kontrol (tida
sil gabah kering panen padi hibrida, begitu p
dan dugaan hasil konversi GKG per hektar ya
ton/ha (Gambar 11), serta mutu fisik padi. Pe
di secara manual cenderung memberikan hasil
an gulma sudah mulai dilakukan pada 3 MS
bar 11, bahwa pengendalian pada 3 MST
ST dan 6 MST cenderung memberikan hasilan pengendalian gulma secara manual pada 6
air dijaga
a kondisi
sat selama
yer (1991)
spos tanah
meningkat.
enginisiasi
ra manual
k disiangi)
la dengan
g berkisar
ngendalian
yang lebih
. Hal ini
saja dan
yang lebihST.
-
7/26/2019 A08gse
43/59
Cara pengendalian gulma yang dilakukan pun turut memberikan dampak
bagi hasil padi, meskipun secara statistik tidak dapat dibedakan. Berdasarkan
Tabel 10, hasil yang diperoleh pada petak penyiangan manual lebih baik daripada
petak penyiangan dengan herbisida dan petak penyiangan dengan herbisida
memberikan hasil yang lebih baik daripada petak yang tidak disiangi. Hal ini
berhubungan dengan bobot kering gulma rata-rata yang diperoleh pada tiap
perlakuan. Perlakuan yang tidak disiangi memiliki rata-rata bobot kering gulma
yang paling tinggi (23.19 g per minggu) dibandingkan rata-rata bobot keringgulma pada perlakuan penyiangan lainnya, hal ini menyebabkan hasil padi yang
diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan penyiangan yang lain,
yakni 4.10 ton/ha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kerapatan
gulma yang mendominansi suatu lahan, maka hasil padi yang didapatkan semakin
menurun.
Cara pengendalian gulma tidak hanya berkaitan dengan faktor hasil yang
akan diperoleh, tetapi juga berhubungan dengan masalah tenaga kerja yang
akhirnya berpengaruh terhadap faktor biaya yang harus dikeluarkan. Pengendalian
gulma yang paling boros biaya dan waktu adalah pengendalian manual. Menurut
Tjitrosoemito (1994) jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pengendalian
manual pada lahan seluas 1 hektar berkisar antara 20 HOK - 40 HOK (hari orangkerja). Syarifuddin, et al (1983) menambahkan bahwa biaya yang diperlukan
untuk pengendalian manual adalah 2 3 kali lipat dari biaya pengendalian dengan
herbisida. Oleh karena itu, waktu dan cara pengendalian gulma tidak hanya
mempengaruhi hasil gabah yang akan diperoleh, namun mempengaruhi juga
keefektifan dalam hal biaya dan waktu kerja.
Percobaan yang mempelajari kompetisi antara padi hibrida dan gulma
masih perlu dilakukan di lahan-lahan percobaan yang berbeda. Hal ini dilakukan
agar diketahui sejauh mana gulma-gulma berperan dalam menekan pertumbuhan
dan hasil padi hibrida
38
-
7/26/2019 A08gse
44/59
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh terhadap dominansi gulma
pada lahan padi sawah. Pengendalian gulma dengan cara manual menyebabkan
dominansi gulma F. milliaceae menurun, sedangkan perlakuan pengendalian
herbisida pada 3 MST dan pengendalian herbisida pada 3 MST dan 6 MST tidak
menekan dominansi gulma F. milliaecae. Pada stadia tersebut, herbisida
metilmetsulfuron tidak efektif mengendalikan gulma F. milliaceae.
Pengendalian gulma baik manual maupun herbisida dapat meningkatkan
indeks luas daun tanaman padi dibandingkan dengan kontrol, namun tidak
berpengaruh terhadap peubah pertumbuhan lainnya yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun, dan jumlah anakan tanaman padi.
Perlakuan pengendalian gulma pada lahan sawah dengan dominansi gulma
F. milliaceae tidak berpengaruh terhadap hasil produksi padi hibrida maupun
mutu beras padi hibrida. Namun, pengendalian gulma manual dan herbisida pada
3 MST dan pada 3 MST dan 6 MST cenderung meningkatkan hasil bobot gabah
kering panen dan bobot gabah kering giling dibandingkan dengan kontrol.
Pengendalian manual cenderung memberikan hasil gabah yang lebih baik
dibandingkan pengendalian dengan herbisida.
Pengendalian gulma pada padi sawah baik secara manual maupun dengan
herbisida cenderung memberikan hasil yang lebih baik jika mulai dilakukan pada
3 MST. Pertumbuhan gulma akan mulai bersaing dengan tanaman padi sawah
jika pengendalian gulma dilakukan mulai 6 MST dan aplikasi herbisida pada saat
kondisi tersebut kurang efektif.
Saran
39
-
7/26/2019 A08gse
45/59
DAFTAR PUSTAKA
Adiratma, E. R. 2004. Stop Tanam Padi? Penebar Swadaya. Jakarta. 116 hal.
Anderson, W. P. 1977. Weed Sciences: Principles. West Publishing Company
598 p.
Ashton, F. M. dan A. S. Crafts. 1973. Mode of Action of Herbicides. John Wiley
& Sons. 504 p.
--------- dan Monaco. 1991. Weed Science Principles and Practices. 3rdedition.John Wiley & Sons. 466 p.
Bayer, D. E. 1991. Weed Management. P 287-309. In: B. S. Luh (Ed.). Rice
Production. 2nd
edition. Vol I. Van Nostrand Reinhold. New York.
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. Toronto. John
Wiley & Sons. 618 p.
Departemen Pertanian [DEPTAN]. Pusat data dan informasi pertanian.
http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp. [25April 2007].
FAO. 1966. Rice Grain of Life. Food and Agriculture Organization of The United
Nations. Roma. 93 p.
Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. 698 hal.
Grist, D. H. 1965. Rice. 4th
edition. Longman Group Limited. London. 548 p.
Galinato, M. I., K. Moody and C. M. Piggin. 1999. Upland Rice Weeds of South
and Southeast Asia. International Rice Research Institute. Makati City.
156 p.
Harahap, I. S. dan B. Tjahjono. 2003. Pengendalian Hama Penyakit Padi. Cetakan
kesebelas. Penebar Swadaya. Jakarta. 114 hal.
Heriyanto. E. Hermawan, Y. Indaryanto. Desember 2006-Januari 2007. Padi
hibrida bisnis prospektif dan menggiurkan. Agrotek; Utama. Hal 12-17.
IRRI. 1985. Gulma. PT Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 120 hal.
40
-
7/26/2019 A08gse
46/59
Las, I., B. Abdullah, dan A. A. Daradjat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida
mendukung ketahanan pangan. http://www.litbang.deptan.go.id/
artikel/one/23/pdf. [25 April 2007].
National Academy of Sciences. 1969. Weed Control. National Academy of
Sciences. Washington D. C. 471 p.
Roshid, I. 2006. Kajian Aplikasi Campuran Herbisida Glifosat dengan
Metsulfuron Metil dalam Pengendalian Beberapa gulma Pertanian. Skripsi.
Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hal.
Sastroutomo, S. 1998. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 207 hal.
Semangun, H. 2004. Penyakit-penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Cetakan
ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449 hal.
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya.
Jakarta. 320 hal.
Smith, R. J. 1983. Weeds of major economic importance in rice and yield losses
due to weed competition. p 19-35.In: Weed Control in Rice. InternationalRice Research Institute. Los Banos. 264 p.
Sudjono, S. dan Sudarmadi. 1989. Teknik Pengamatan Hama dan Penyakit.
Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 159 hal.
Sumarno. 2006. Mengapa hibrida padi tidak sesukses hibrida jagung?
http://www.litbang.deptan.go.id/artikel.php/one/120/pdf/. [25 April 2007].
Susanto, U. 2003. Perkembangan Varietas Unggul Padi Menjawab Tantangan
Jaman. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel.php/one/6/pdf/.pdf. [25
April 2007].
Syarifuddin, A., M. Sundaru, dan A. Azis. 1983. Farmers weed control
technology in insular Southeast Asia. P 201206. In: Weed Control inRice. International Rice Research Institute. Los Banos. 264 p.
Te, Tzu Chang dan C. Chang Li. 1991. Genetics and Breeding. P 23-101.In: B. S.
Luh (Ed.). Rice Production. 2nd
edition. Vol I. Van Nostrand Reinhold.
New York
41
-
7/26/2019 A08gse
47/59
LAMPIRAN
42
-
7/26/2019 A08gse
48/59
Tabel Lampiran 1. Karakteristik Arize Hibrindo R-1
Type : Indica
Maturity : 108 129 days after sowing
Plant appearance : Erect
Plant height : 84 cm-113 cm
Productive tiller : 5-13
Plant base color : Green
Stem color : Green
Leaf sheath color : Green
Ligule color : No colorLeaf Color : Dark Green
Leaf Texture : Rough
Leaf Position : Semi erect
Leaf flag : Aslant
Grain shape : Slender
Grain color : Yellow
Threshabilitiy : Good
Standability : Good
Rice Texture : Sticky
1000 grain weight : 21.4 gram - 27.4 gram
Amylose content : 15.67-22.03 %
Potential yield : 9.32 MT/ha dry unhusked grain
Remarks : Suitable for irrigation wetland
Sumber : Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 118/Kpts/TP.240/2/2003
and no. 250/Kpts/SR.120/6/2005)
49
-
7/26/2019 A08gse
49/59
Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam Tinggi Padi
MST SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
1 Perlakuan 6 5.56 0.93 0.54 0.77
Ulangan 2 6.06 3.03 1.77 0.21 7.35
Galat 12 20.56 1.71
Total 20 32.18
2 Perlakuan 6 19.06 3.18 0.50 0.80
Ulangan 2 34.15 17.08 2.71 0.11 9.91
Galat 12 75.59 6.30
Total 20 128.81
3 Perlakuan 6 59.97 9.99 1.97 0.15
Ulangan 2 64.47 32.23 6.37 0.01 6.88Galat 12 60.75 5.06
Total 20 185.19
4 Perlakuan 6 64.10 10.68 1.86 0.17
Ulangan 2 177.93 88.97 15.53 0.00 5.67
Galat 12 68.75 5.73
Total 20 310.78
5 Perlakuan 6 21.28 3.55 0.13 0.99
Ulangan 2 245.80 122.90 4.57 0.03 10.65Galat 12 322.78 26.90
Total 20 589.86
6 Perlakuan 6 170.47 28.41 0.65 0.69
Ulangan 2 573.11 286.56 6.52 0.01 11.27
Galat 12 527.31 43.94
Total 20 1270.89
7 Perlakuan 6 430.12 71.69 1.20 0.37 11.11
Ulangan 2 982.35 491.18 8.25 0.00Galat 12 714.22 59.52
Total 20 2126.70
8 Perlakuan 6 470.07 78.34 1.88 0.17
Ulangan 2 497.04 248.52 5.95 0.01 7.97
Galat 12 502.01 41.75
Total 20 1468.12
Keterangan:
*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %
tn) : tidak nyata
MST): minggu setelah tanam
-
7/26/2019 A08gse
50/59
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Anakan Padi
MST SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
1 Perlakuan 6 0.06 0.01 0.88 0.54
Ulangan 2 026 0.13 10.6 0.00 9.55
Galat 12 0.15 0.01
Total 20 0.47
2 Perlakuan 6 0.63 0.10 0.70 0.66
Ulangan 2 0.09 0.04 0.30 0.75 22.92
Galat 12 1.79 0.15
Total 20 2.51
3 Perlakuan 6 2.11 0.35 0.49 0.80
Ulangan 2 5.46 2.73 3.80 0.05 22.51Galat 12 8.63 0.72
Total 20 16.21
4 Perlakuan 6 35.59 5.93 1.54 0.25
Ulangan 2 32.98 16.49 4.29 0.04 24.27
Galat 12 46.14 3.85
Total 20
5 Perlakuan 6 38.08 6.35 0.47 0.81
Ulangan 2 304.16 152.08 11.38 0.00 19.83Galat 12 160.40 13.36
Total 20 502.65
6 Perlakuan 6 177.61 2.60 1.45 0.27
Ulangan 2 527.48 263.74 12.91 0.00 21.15
Galat 12 245.08 20.42
Total 20 950.16
7 Perlakuan 6 74.18 12.36 0.56 0.76
Ulangan 2 504.58 252.29 11.40 0.00 20.77Galat 12 265.67 22.14
Total 20 844.43
8 Perlakuan 6 50.64 8.44 0.80 0.59
Ulangan 2 248.65 124.32 11.73 0.00 16.53
Galat 12 127.15 10.60
Total 20 426.44
Keterangan:
*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %
tn) : tidak nyata
MST): minggu setelah tanam
-
7/26/2019 A08gse
51/59
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Daun Padi
MST SK DB JK KT F
hitung
Pr KK
(%)
1 Perlakuan 6 0.93 0.16 0.90 0.53
Ulangan 2 3.16 1.58 9.11 0.00 15.60
Galat 12 2.08 0.17
Total 20 6.16
2 Perlakuan 6 3.01 0.50 1.04 0.45
Ulangan 2 17.83 8.92 18.50 0.00 16.09
Galat 12 5.78 0.48
Total 20
3 Perlakuan 6 18.75 3.12 0.49 0.80Ulangan 2 12.46 6.23 0.97 0.41 24.19
Galat 12 76.73 6.39
Total 20
4 Perlakuan 6 248.56 41.43 1.68 0.21
Ulangan 2 306.48 153.24 6.20 0.01 20.28
Galat 12 296.48 24.71
Total 20 851.52
5 Perlakuan 6 247.10 41.18 0.35 0.89Ulangan 2 1843.14 921.57 7.87 0.00 22.22
Galat 12 1405.49 117.12
Total 20 3495.73
6 Perlakuan 6 1480.10 246.68 1.46 0.27
Ulangan 2 7182.24 3591.12 21.27 0.00 17.43
Galat 12 2026.08 168.84
Total 20 10688.43
7 Perlakuan 6 589.16 98.19 0.36 0.89Ulangan 2 7677.70 3838.85 14.22 0.00 19.66
Galat 12 3240.64 270.05
Total 20 11507.50
8 Perlakuan 6 1209.75 201.63 0.94 0.50
Ulangan 2 4277.50 2138.75 9.94 0.00 20.02
Galat 12 2582.26 215.18
Total 20 8069.41
Keterangan:*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %
**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %
tn) : tidak nyata
MST): minggu setelah tanam
-
7/26/2019 A08gse
52/59
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Indeks Luas Daun
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
Perlakuan 6 4.38 0.73 3.69* 0.03
Ulangan 2 2.26 1.13 5.72 0.02 14.52
Galat 12 2.37 1.20
Total 20 9.01
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam 50% populasi berbunga
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
50% Populasi Berbunga
Perlakuan 6 46.66 7.77 0.57 0.75
Ulangan 2 0.00 0.00 0.00 1.00Galat 12 163.33 13.61 3.76
Total 20 210.00
Tabel Lampiran 7. Analisis Ragam Tinggi Padi saat Panen
SK DB JK KT F hitung Pr KK
(%)
Perlakuan 6 97.14 16.19 0.40 0.86
Ulangan 2 551.74 275.87 6.84 0.01 7.13Galat 12 484.32 40.36
Total 20 1133.19
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Jumlah Anakan Produktif Padi
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
Anakan Produktif
Perlakuan 6 28.26 4.71 0.80 0.59
Ulangan 2 116.79 58.40 9.96 0.00 19.33Galat 12 70.34 5.86
Total 20 215.40
Anakan Tak Produktif
Perlakuan 6 1.40 0.23 0.65 0.69
Ulangan 2 2.77 1.38 3.87 0.05 98.10
Galat 12 4.29 0.36
Total 20 8.46
Anakan TotalPerlakuan 6 52.60 8.77 1.74 0.20
Ulangan 2 56.69 28.35 5.61 0.02 16.80
Galat 12 60.58 5.05
Total 20 169.88
-
7/26/2019 A08gse
53/59
Tabel Lampiran 9. Analisis Ragam Komponen Hasil
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
Bobot Malai per Rumpun
Perlakuan 6 434.18 72.36 1.00 0.47
Ulangan 2 704.98 352.49 4.87 0.03 31.56
Galat 12 869.17 72.43
Total 20 2008.34
Panjang Malai
Perlakuan 6 4.90 0.82 0.21 0.97
Ulangan 2 5.45 2.73 0.71 0.51 7.66
Galat 12 45.93 3.83
Total 20 56.28Bobot Gabah per Malai
Perlakuan 6 1.36 0.23 0.66 0.68
Ulangan 2 3.23 1.61 4.73 0.03 24.73
Galat 12 4.09 0.34
Total 20 8.68
Bobot Gabah Isi
Perlakuan 6 1.36 0.23 0.66 0.68
Ulangan 2 3.23 1.61 4.73 0.03 24.73Galat 12 4.09 0.34
Total 20 8.68
Bobot Gabah Hampa
Perlakuan 6 0.02 0.00 1.53 0.25
Ulangan 2 0.00 0.00 0.17 0.85 19.46
Galat 12 0.03 0.00
Total 20 0.05
Persentase Pengisisan GabahPerlakuan 6 100.32 16.72 0.70 0.65
Ulangan 2 133.57 66.79 2.81 0.10 5.50
Galat 12 285.10 23.76
Total 20 518.99
Persentase Gabah Hampa
Perlakuan 6 100.32 16.72 0.70 0.65
Ulangan 2 133.57 66.79 2.81 0.10 42.90
Galat 12 285.10 23.76
Total 20 518.10
Keterangan:
*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %
**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %
tn) : tidak nyata
-
7/26/2019 A08gse
54/59
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Hasil Gabah
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)
Ubinan Panen (kg GKP/4 m2)
Perlakuan 6 4.63 0.77 2.03 0.14
Ulangan 2 6.02 3.01 7.92 0.00 22.54
Galat 12 4.57 0.38
Total 20 15.22
Ubinan Kering (kg GKG/4 m2)
Perlakuan 6 3.44 0.57 1.53 0.25
Ulangan 2 2.10 1.05 2.79 0.10 29.35
Galat 12 4.50 0.38
Total 20 10.42Konversi (ton/ha)
Perlakuan 6 12.67 2.11 0.80 0.59
Ulangan 2 19.94 9.97 3.77 0.05 29.24
Galat 12 31.77 2.65
Total 20 64.37
Tabel Lampiran 11. Analisis Ragam Mutu Fisik Gabah dan Beras
SK DB JK KT F hitung Pr KK (%)1000 Butir
Perlakuan 6 13.33 2.22 1.95 0.15
Ulangan 2 8.86 4.43 3.89 0.05 4.12
Galat 12 13.66 1.14
Total 20 35.86
Persen Butir Hampa
Perlakuan 6 11.28 1.88 0.91 0.52
Ulangan 2 25.12 `12.56 6.08 0.02 12.53Galat 12 24.77 2.06
Total 20 61.17
Beras Kepala
Perlakuan 6 47.66 7,94 0.67 0.67
Ulangan 2 52.14 26.07 2.21 0.15 4.01
Galat 12 141.84 11.82
Total 20 241.64
Beras Pecah
Perlakuan 6 46.77 7.80 0.71 0.65
Ulangan 2 50.80 25.40 2.32 0.14 24.50
Galat 12 131.88 10.94
Total 20 228.7
B M i
-
7/26/2019 A08gse
55/59
Butir Kapur
Perlakuan 6 1.52 0.25 0.92 0.51
Ulangan 2 0.32 0.16 0.59 0.57 48.55Galat 12 3.30 0.28
Total 20 5.14
Keterangan:
*) : berpengaruh nyata pada uji F 5 %
**) : berpengaruh sangat nyata pada uji F 5 %
tn) : tidak nyata
-
7/26/2019 A08gse
56/59
Keterangan: U
K0 : Kontrol, tidak disiangi.
M-3 : Disiangi secara manual saat 3 MST.
M-6 : Disiangi secara manual saat 6 MST.
M-36 : Disiangi secara saat 3 dan 6 MST.
H-3 : Disiangi dengan herbisida saat 3 MST.
H-6 : Disiangi dengan herbisida saat 6 MST.
H-36 : Disiangi dengan herbisida saat 3 dan 6 MST
Gambar Lampiran 1. Denah petak percobaan
Ulangan III M-36 H-6 M-6 K0 H-3 H-36 M-3
Ulangan II H-6 M-3 H-36 M-36 M-6 H-3 K0
Ulangan I H-36 K0 H-3 M-6 M-36 H-6 M-3
-
7/26/2019 A08gse
57/59
X
CMS line Maintainer
X
Maintainer
X
CMS line RestorerX
F1 Seed Restorer
Srfrf
Frfrf
Frfrf
Multiplication
of CMS lines
Srfrf
FRfRf
FRfRf
FRfrf
Hybrid
Seed
production
field
49
-
7/26/2019 A08gse
58/59
49
Tabel Lampiran 12. Data iklim bulan Oktober 2007-Maret 2008Stasiun : Klimatologi Bogor
Elevasi : 190 m
Lokasi : 06.33 LS
: 106.45 BT
TEMPERATUR LEMBAB NISBI
PENGUAPAN
PENYINARAN
BULAN
WAKTU
PERAMATAN Maks Min WAKTU PERAMATAN MATAHARI KA HH CH
07.00 13.00 18.00 RT2 RT2 ABS RT2 ABS 07.00 13.00 18.00 RT2 Lama Intenst
OKT 23.1 31.7 26.0 26.0 32.7 34.3 22.3 21.0 92 58 83 81 4.8 7 356 2.6 25 236
NOP 23.2 31.1 26.0 25.9 32.0 34.6 22.1 20.2 94 62 84 81 4.5 6 315 2.6 20 444
DES 23.3 29.0 25.5 25.3 30.0 33.6 22.4 21.2 96 74 90 89 3.1 4 201 3.0 31 476
JAN'08 22.7 30.1 27.1 25.7 31.1 33.2 22.1 19.9 95 66 81 84 3.0 61 223 3.1 20 251
PEB22.8 26.8 25.4 24.4 28.1 31.6 22.1 20.8 96 80 87 90 2.6 18 254 3.2 29 377
MAR 22.6 30.1 24.9 25.1 30.9 33.0 22.0 21.0 96 67 90 87 4.1 53 240 2.5 28 673
JML 137.7 178.8 154.8 152.3 184.7 200.3 133.0 124.1 569.1 407.0 514.2 512.2 22.1 148.1 1589.0 17.0 153.0 2455.7
RATA2 23.0 29.8 25.8 25.4 30.8 33.4 22.2 20.7 94.9 67.8 85.7 85.4 3.7 24.7 264.8 2.8
Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga (2008)
Keterangan:RT2 : Rata-rata CH : Curah hujan (mm)
ABS : Absolut (yang ter) HH : Hari hujanLP : Lama Penyinaran Intenst : Intensitas penyinaran
KA : Kecepatan angin (km/jam)
-
7/26/2019 A08gse
59/59
50
a b c
e d
Gambar Lampiran 3. Alat-alat pengamatan mutu fisik beras; (a) aspirator-pengayak beras dari kotoran, (b) rice husker-pengupas
sekam gabah, (c) rice miller-pensosoh beras pecah kulit, (d) rice grader, (e) penyaring butir kapur