A08adj

150
RANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN KINERJA PT PUSPETA AGRONUSA Oleh : ADI DJUMADI A 14105503 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

description

dddddddd

Transcript of A08adj

  • RANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN STRATEGI DALAM

    PENGEMBANGAN KINERJA PT PUSPETA AGRONUSA

    Oleh : ADI DJUMADI

    A 14105503

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • RINGKASAN

    ADI DJUMADI. Rancangan Balanced Scorecard Sebagai Instrumen Manajemen Strategi Dalam Pengembangan Kinerja PT Puspeta Agronusa. Di Bawah Bimbingan HENY K.S. DARYANTO.

    Jumlah total penduduk Indonesia pada tahun 2005 mencapai 220 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah hingga mencapai jumlah 245 juta jiwa pada tahun 2050. Semakin bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan ekonomi akan semakin meningkat. Salah satu kebutuhan yang mengalami peningkatan adalah kebutuhan yang dipenuhi oleh subsektor peternakan. Komoditi yang mengalami peningkatan dalam subsektor peternakan ini adalah komoditi sapi potong. Peningkatan produksi daging sebagai hasil ternak sapi potong sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas yang mampu menaikan berat badan secara maksimal sehingga bobot sapi potong terus mengalami penambahan berat badan secara optimal.

    PT Puspeta Agronusa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pembuatan pakan ternak untuk sapi potong berupa konsentrat. Kondisi perekonomian yang membaik setelah krisis ekonomi pada tahun 1998 dan adanya proses globalisasi ekonomi, perusahaan ini memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif yaitu tingkat persaingan industri pakan ternak semakin ketat dari semua aspek baik itu lingkungan internal dan eksternal. Selama ini, perusahaan PT Puspeta Agronusa melakukan pengukuran kinerja mengacu pada Rencana Kerja Anggaran Pendapatan dan Biaya (RKAPB), dengan hanya menekankan pada pengukuran keuangan dan proses produksi. Ukuran kinerja keuangan dan proses produksi tidak cukup untuk menuntut dan mengevaluasi perjalanan perusahaan industri pakan ternak dalam jangka panjang. Kinerja keuangan PT Puspeta Agronusa pada tahun 2006 dan 2007 mengalami peningkatan dari segi keuntungan perusahaan. Untuk mengevaluasi perjalanan perusahaan jangka panjang maka PT Puspeta Agronusa membutuhkan suatu alat pengukuran kinerja yang diturunkan dari penerjemahan strategi perusahaan yang nyata, dimana didalamnya mencangkup perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran. Dalam kondisi ini, maka alat pengukuran kinerja yang sesuai adalah dengan menggunakan rancangan Balanced Scorecard. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1). mengidentifikasi dan meninjau pengukuran kinerja yang diterapkan PT Puspeta Agronusa selama ini, (2). merancang metode pengukuran kinerja PT Puspeta Agronusa berdasarkan konsep Balanced Scorecard, dan (3). merumuskan dan menggambarkan peta strategi yang relevan berdasarkan Metode Balanced Scorecard di PT Puspeta Agronusa.

    Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dan kuantitatif diterjemahkan dalam bentuk tabulasi deskriftif, deskriftif evaluatif, dan rasio. Untuk melihat tingkat kepentingan dari setiap sasaran strategis dan indikator hasil dalam konsep Balanced Scorecard dilakukan pembobotan dengan menggunakan paired comparison.

  • Setelah menentukan sasaran strategis selanjutnya dirumuskan dan digambarkan peta strategis yang relevan sesuai dengan keadaan PT Puspeta Agronusa berdasarkan konsep Balanced Scorecard. Sasaran strategis pada perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan pertumbuhan dan pembelajaran, akan dijadikan peta strategis yang relevan bagi PT Puspeta Agronusa.

    Berdasarkan penerjemahan visi, misi dan strategi PT Puspeta Agronusa pada keempat perspektif Balanced Scorecard. Sasaran strategis PT Puspeta Agronusa adalah 1). Perspektif keuangan terdiri dari tiga sasaran strategis, yaitu peningkatan posisi keuangan, pertumbuhan profitabilitas, dan peningkatan penjualan; 2). Perspektif pelanggan terdiri dari tiga sasaran strategis yaitu tingkat kompetitif harga, penguatan citra produk dan layanan, serta kepuasan konsumen; 3). Perspektif proses bisnis internal memiliki tiga sasaran strategis yaitu order fulfillment product, efektivitas dan efisiensi produksi, serta proses perencanaan produksi; 4). Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memilki dua sasaran strategis yaitu meningkatkan komitmen dan loyalitas karyawan, dan meningkatkan kualitas dan kapabilitas karyawan. Penetapan sasaran strategi ini dapat digunakan untuk merumuskan peta strategi perusahaan yang relevan dengan keadaan perusahaan.

    Berdasarkan sasaran strategis yang telah ditetapkan, maka indikator hasil (lag indikator) masing-masing perspektif yaitu laba sebelum pajak, laba kotor, ROI, net profit margin, ROA, dan tingkat pertumbuhan penjualan untuk perspektif keuangan; tingkat perbandingan harga produk sejenis dibandingkan kompetitor, pangsa pasar (market share), tingkat kepercayaan masyarakat peternak akan mutu dan layanan produk, dan survey kepuasan pelanggan untuk perspektif pelanggan; rate of fulfilled orders, capacity utilisation, machine downtime rate dan varian anggaran (budget) vs aktual untuk perspektif proses bisnis internal; tingkat kepuasan personel karyawan, tingkat kehadiran karyawan, dan produktivitas karyawan untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    Insiatif yang dipilih untuk perspektif pelanggan adalah meningkatkan kualitas produk, membangun citra dan nama baik, meningkatkan kualitas pelayanan, membangun hubungan berkualitas dengan pelanggan dan meningkatkan harga optimum; untuk perspektif proses bisnis internal adalah melaksanakan standar kerja dengan baik sesuai dengan kapasitas mesin dan kapasitas produksi, pengembangan produk baru per periode, dan pemenuhan order yang tepat waktu; untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah meningkatkan komunikasi dengan pihak manajemen, memenuhi kesejahteraan karyawan, membuat aturan yang jelas, dan menetapkan sistem reward dan punishment. Berdasarkan pembobotan yang telah dilakukan untuk melihat tingkat kepentingan dari empat perspektif Balanced Scorecard, maka dapat diketahui bahwa perspektif keuangan dan pertumbuhan dan pembelajaran memiliki tingkat kepentingan yang lebih penting yaitu sebesar 27,77 dibandingkan perspektif pelanggan dan perspektif bisnis internal masing-masing sebesar 25 persen dan 19,44 persen. Penilaian ini dilakukan berdasarkan pihak manajemen sebagai nara sumber.

  • RANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI INSTRUMEN MANAJEMEN STRATEGI DALAM

    PENGEMBANGAN KINERJA PT PUSPETA AGRONUSA

    Oleh : ADI DJUMADI

    A14105503

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

    PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    2008

  • Judul Skripsi : Rancangan Balanced Scorecard Sebagai Instrumen Manajemen Strategi Dalam Pengembangan Kinerja PT Puspeta Agronusa

    Nama : ADI DJUMADI

    NRP : A14105503

    Menyetujui,

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec NIP. 131 578 790

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019

    Tanggal Lulus : 22 September 2008

  • PERNYATAAN

    DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

    BERJUDUL RANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

    INSTRUMEN MANAJEMEN STRATEGI DALAM PENGEMBANGAN

    KINERJA PT PUSPETA AGRONUSA BENAR-BENAR HASIL KARYA

    SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN

    KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

    MANAPUN.

    Bogor, September 2008

    ADI DJUMADI

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Mei

    1984 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara keluarga Bapak H. Entjep

    Setiawan dan Ibu Hj. Murtapiah.

    Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 3 Menes dan lulus

    pada tahun 1996, lalu melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Menes, lulus pada tahun

    1999. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTA Negeri 1 Menes dan

    lulus pada tahun 2002.

    Pada tahun 2002 penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di

    Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa

    Baru) pada Program Diploma III Agribisnis Peternakan. Fakultas Peternakan.

    Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan jenjang pendidikan

    di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Selama mengikuti

    pendidikan, penulis aktif dalam berbagai organisasi diantaranya Keluarga

    Mahasiswa Banten di Bogor (KMB-Bogor), dan Himpunan Mahasiswa Islam

    Cabang Kota Bogor. Penulis selama mengikuti pendidikan bekerja di salah satu

    Bank BUMN yaitu Bank Mandiri, dan menjadi tim proyek untuk implementasi

    sistem fisik PNS berbasis elektronik di Sucofindo Jakarta sebagai Supervisor.

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan

    skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Rancangan Balanced Scorecard sebagai

    Instrumen Manajemen Strategi dalam Pengembangan Kinerja Pada

    PT Puspeta Agronusa. Adapun skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh

    gelar Sarjana pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas

    Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    PT Puspeta Agronusa merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri

    pembuatan pakan ternak konsentrat untuk sapi potong. Perusahaan ini berdiri pada

    tahun 2002, yang berlokasi di Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Perusahaan ini

    memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif dalam segala aspek yang meliputi

    aspek lingkungan internal dan eksternal, sehingga meyebabkan tingkat persaingan

    semakin ketat. Untuk itu dibutuhkan rancangan alat pengukuran kinerja yang

    komperhensif. Oleh karena itu, dirancang pengukuran kinerja berdasarkan

    Balanced Scorecard sebagai alat manajemen yang baru di PT Puspeta Agronusa.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak

    kekurangan mengingat keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi selama

    berlangsungnya penelitian. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua

    pihak yang berkepentingan khusus nya perusahaan.

    Bogor, September 2008

    Adi Djumadi A14105503

  • 2

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Puji syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala

    rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala

    kerendahaan hati, dukungan, dan bantuan yang penulis peroleh, dalam

    kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Mamah yang telah memberikan kasih

    sayang, dorongan moril maupun materil serta doa yang terus mengalir

    sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik skripsi ini

    2. Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, MEc, selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses

    penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

    3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator yang telah banyak

    memberikan masukan kepada penulis.

    4. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen penguji utama yang telah banyak

    memberikan masukan yang berarti bagi perbaikan skripsi ini.

    5. Dra. Yusalina, MS. selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang

    telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

    6. Bapak Ir Bagus R, sebagai Manager Feedmill PT Puspeta Agronusa dan

    seluruh karyawan PT Puspeta Agronusa : Bapak Ali Masadi, Mba Deni,

    Bapak Muzayin, Bapak Herianto, Bapak Yudistira, Mas Adin, Mas Tanto,

    Bapak Piyan, Mas Adi, Bapak Kurdi Ishak, Bapak Sukiman.

    7. Ibu Tati Yunawati, selaku Kepala Bagian Keuangan PT Puspeta Agronusa

    yang telah memberikan data-data yang mendukung penelitian penulis.

  • 3

    8. Keluarga besar PT Puspeta Agronusa, yang telah memberikan bantuan.

    Mohon maaf penulis tidak dapat disebutkan satu-persatu.

    9. Roni, Jayen, Dafi, Nisma, Aldi, Ucup, Sulhan, Iksan, Bayu, Jaman, Della,

    Yopie, Camyor, Kang Ipung, Muhidin, Baban, Irwan, Cahyadi, yang telah

    menjadi sahabat setia dalam suka dan duka, sedih dan bahagia, juga tangis

    dan tawa.

    10. Hendry, Heri, Dindin, Riki, Timbul, Tia, Ruri, Ii, Heda, Ukir, Eni, Eli,

    Thomson, Andri, Tuti, Aris, Ipen, Putu, Dicky, Arif, Yessi, Tina, Indra,

    Bona, Yuda, Joni, Ida, Wawan, Eko, Zaky, Akbar dan teman-teman

    angkatan 13 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, you know you are.

    Terima kasih buat warna-warna indah yang kalian goreskan dalam hari-

    hari ku.

    11. Teman-teman Asrama Mahasiswa Banten, Sulhan Kelana Bumi, Heri,

    Mujani, Muhidin, Ridho, Eman, Deni, Didin, Aris, Imam, Aang, Dede.

    12. Seluruh Mahasiswa Manajemen Agribisnis Ekstensi yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu-persatu

    Akhir kata penulis mendedikasikan seluruh tulisan skripsi ini sabagai bakti

    untuk kedua orang tuaku Ibu dan Bapak. Semoga Allah SWT membalas budi baik

    yang telah diberikan kepada penulis.

    Bogor, September 2008

    Penulis

  • 4

    DAFTAR ISI

    Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 7 1.3 Tujuan .......................................................................................................... 10 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 11

    II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Penggemukan Sapi Potong................................................................ 12 2.2 Pakan ............................................................................................................. 13 2.3 Konsep Manajemen Strategi ......................................................................... 15

    2.3.1 Strategi ................................................................................................. 15 2.3.2 Manajemen Strategi ............................................................................. 16

    2.4 Konsep Pengukuran Kinerja Manajemen ..................................................... 18 2.6 Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................................... 20

    III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................................... 26 3.2 Konsep Balanced Scorecard ......................................................................... 26 3.3 Manfaat dan Keunggulan Balanced Scorecard ............................................ 31 3.4 Komponen-komponen Balanced Scorecard ................................................. 32

    3.4.1 Perspektif Keuangan ............................................................................ 32 3.4.2 Perspektif Pelanggan ............................................................................ 35 3.4.3 Perspektif Proses Bisnis Internal .......................................................... 39 3.4.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.......................................... 41

    3.5 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 44 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 47 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 47 4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 48 4.4 Pengolahan dan Analisis Data ....................................................................... 49

    4.4.1. Analisis Proses Pengukuran Kinerja Perusahaan Selama Ini .............. 50 4.4.2. Analisis Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Perusahaan Ke Dalam

    Empat Perspektif Pengukuran Kinerja Balanced Scorecard ............... 50 4.4.3. Menentukan Indikator Hasil................................................................ 51

    4.5 Metode Perbandingan Berpasangan .............................................................. 59

  • 5

    V. GAMBARAN UMUM PT PUSPETA AGRONUSA 5.1 Sejarah Perusahaan ...................................................................................... 62 5.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................................. 62 5.3 Aspek Sumberdaya Manusia ......................................................................... 64 5.4 Struktur Organisasi ....................................................................................... 65 5.5 Kegiatan Produksi Pakan Ternak .................................................................. 69 5.6 Kegiatan Pemasaran ...................................................................................... 74 5.7 Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Produk Pakan Konsentrat ............. 76 5.8 Kegiatan Keuangan dan Administrasi ........................................................... 77 VI.PENGUKURAN KINERJA PT PUSPETA AGRONUSA 6.1 Pengukuran Kinerja di PT Puspeta Agronus............................................... 78 6.2 Peta Strategi PT Puspeta Agronusa ............................................................. 83

    VII. RANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PT PUSPETA

    AGRONUSA DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD 7.1 Identifikasi Sasaran Strategis dan Indikator Hasil Bedasarkan Empat Perspektif Balanced Scorecard ......................................................... 90 7.1.1 Perspektif Finansial .............................................................................. 92 7.1.2 Perspektif Pelanggan ........................................................................... 96 7.1.3 Proses Bisni Internal ............................................................................ 101 7.1.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ........................................ 106 7.2 Pembobotan Perspektif Balanced Scorecard ................................................ 94

    7.2.1 Pengukuran Perspektif Finansial .......................................................... 113 7.2.2 Pengukuran Perspektif Pelanggan ........................................................ 113 7.2.3 Pengukuran Perspektif Proses Bisnis Internal ..................................... 114 7.2.4 Pengukuran Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ..................... 114

    VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan .................................................................................................. 117 8.2 Saran ............................................................................................................. 120 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 121 LAMPIRAN ...................................................................................................... 123

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    1. Produksi dan Impor Daging Sapi di Indonesia Tahun 2001-2005 .......... 2

    2. Perkembangan Produksi Pakan Ternak di Indonesia .............................. 3

    3. Produksi Riil Perusahaan Pakan Ternak Indonesia Tahun 2006 ........... 8

    4. Bahan Baku Pembuatan Konsentrat Sapi Potong ................................... 15

    5. Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................... 21

    6. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................... 48

    7. Model Matrik Balanced Scorecard ......................................................... 59

    8. Matrik Perbandingan Berpasangan ......................................................... 60

    9. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja di PT Puspeta Agronusa .................... 64

    10. Sumberdaya Manusia PT Puspeta Agronusa Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tahun 2007 ........................................ 65

    11. Bahan Baku Makro dan Mikro serta Kandungan Kimia......................... 71

    12. Produksi Pakan Ternak Konsentrat PT Puspeta Agronusa ..................... 73

    13. Indikator-indokator Utama PT Puspeta Agronusa .................................. 81

    14. Perhitungan ROI Pada Tahun 2006-2007 ............................................... 94

    15. Perhitungan Net Profit Margin Pada Tahun 2006-2007 ......................... 95

    16. Perhitungan ROA Pada Tahun 2006-2007.............................................. 95

    17. Rancangan Matriks Balanced Scorecard PT Puspeta Agronusa ............ 109

    18. Hasil Pembobotan Perspektif Balanced Scorecard PT Puspeta Agronusa .............................................................................. 116

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    1. Balanced Scorecard-Suatu Sistem Manajemen Strategis ....................... 29

    2. Basic Design of a Balanced Scorecard Performance System ................. 30

    3. Strategy-Translation Proces ................................................................... 30

    4. Ukuran Utama Perspektif Pelanggan ...................................................... 38

    5. Model Proporsi Nilai Pelanggan ............................................................. 39

    6. Proses Bisnis Internal .............................................................................. 40

    7. Pembelajaran dan Pertumbuhan .............................................................. 42

    8. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .......................................... 46

    9. Mengukur Tema Keuangan Strategis ...................................................... 54

    10. Struktur Organisasi PT Puspeta Agromusa ............................................. 68

    11. Bagan Proses Produksi Pakan Ternak ..................................................... 73

    12. Peta Strategis PT Puspeta Agronusa ....................................................... 89

  • v

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    13. Kuisioner Perbandingan Berpasangan .................................................... 123

    14. Kuisioner Kepuasan Karyawan ............................................................... 130

    15. Kuisioner Kepuasan Pelanggan .............................................................. 132

    16. Laporan Laba Rugi PT Puspeta Agronusa .............................................. 134

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah total penduduk terbesar

    keempat di dunia dengan jumlah 220 juta jiwa pada tahun 2005. Diperkirakan

    jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah hingga mencapai jumlah 245

    juta jiwa pada tahun 2050, (BPS 2005). Semakin bertambahnya jumlah penduduk

    maka kebutuhan ekonomi akan semakin meningkat. Kebutuhan tersebut meliputi

    kebutuhan sandang, pangan dan papan. Hal ini merupakan tantangan bagi para

    pelaku sektor agribisnis dan sektor lainnya di Indonesia dalam menyedikan

    kebutuhan tersebut.

    Salah satu kebutuhan yang mengalami peningkatan adalah kebutuhan yang

    dipenuhi oleh subsektor peternakan. Subsektor peternakan merupakan salah satu

    penunjang pembangunan pertanian khususnya, dan pembangunan nasional pada

    umumnya. Peranan ternak sapi potong dalam pembangunan peternakan cukup

    besar di dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai sumber pangan

    hewani asal ternak, berupa daging dan susu, sumber pendapatan, sumber

    penghasil devisa yang membiayai pembangunan nasional, dan menciptakan

    angkatan kerja. Salah satu komoditi yang mengalami peningkatan dalam

    subsektor peternakan ini adalah komoditi sapi potong. Daging sapi merupakan

    produk peternakan yang telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bahan pangan

    sumber protein hewani.

    Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006), untuk memenuhi

    kebutuhan akan daging sapi dalam negeri yang produksinya terbatas, maka terjadi

    impor daging sapi yang cukup tinggi setiap tahunnya. Seperti ditampilkan pada

  • 2

    Tabel 1, Pada periode 2001-2005 rata-rata impor daging sapi meningkat sebesar

    26,1 persen per tahun.

    Tabel 1. Produksi dan Impor Daging Sapi Indonesia Tahun 2001-2005 Tahun Produksi

    (Ton) Impor

    (Ton) Pertumbuhan (%) 2001 2002 2003 2004 2005

    330.290 369.711 447.573 358.704 389.294

    16.516,6 11.473,4 10.671,4 11.772,0 21.484,0

    - 30,53

    6,99 10,31 82,50

    Rata-rata 379.114,4 14.383,6 26,1 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2006

    Peningkatan produksi daging sebagai hasil ternak sapi potong sangat

    tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas, sehingga

    pertambahan bobot karkas sapi potong terus mengalami peningkatan secara

    optimal. Hal ini, akan mempengaruhi kualitas karkas sapi potong dan dapat

    memenuhi kebutuhan sapi nasional. Di samping itu, kebutuhan bahan baku pakan

    ternak dari segi finansial merupakan faktor yang memiliki peranan paling besar

    dalam hal biaya produksi. Pengunaan biaya produksi sapi potong berupa pakan

    ternak mencapai 60 sampai 70 persen dari total biaya produksi. Kondisi ini

    memperlihatkan bahwa pakan adalah sapronak yang sangat penting dalam usaha

    produksi peternakan.

    Perkembangan produksi pakan ternak di Indonesia terus mengalami

    peningkatan dari tahun 2002-2006, seperti di tampilkan pada Tabel 2. Pada tahun

    2002 produksi pakan ternak mencapai 5.510.784 ton. Kemudian pada tahun 2003

    mengalami peningkatan sebesar 4,22 persen. Tahun 2004 produksi pakan ternak

    juga meningkat tetapi peningkatannya tidak sebesar tahun 2003, yaitu sebesar

    4,05 persen. Pertumbuhan produksi pakan ternak di tahun 2005 dan tahun 2006

  • 3

    terus meningkat dengan laju pertumbuhan 10,90 persen di tahun 2005 dan 6,31

    persen di tahun 2006. Peningkatan produksi ini dikarenakan oleh banyaknya

    permintaan dari para peternak kecil, koperasi dan perusahaan-perusahaan yang

    bergerak di bidang peternakan. Pada dasarnya, kendala yang dihadapi oleh

    perusahaan yang bergerak dibidang industri pakan ternak adalah tingginya harga

    bahan baku pakan dan terbatasnya bahan baku pakan dalam negeri, sehingga

    kebutuhan bahan baku untuk industri pakan ternak masih dipenuhi oleh bahan

    baku impor. Dengan tingginya depresiasi nilai rupiah terhadap dollar yang

    disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia, hal ini juga yang

    menyebabkan harga bahan baku pakan impor terus melonjak.

    Tabel 2. Perkembangan Produksi Pabrik Pakan Ternak di Indonesia

    Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007

    Ketergantungan terhadap impor bahan baku bagi industri pakan ternak di

    Indonesia mencapai 80 persen dari total bahan baku. Adanya peningkatan harga

    bahan baku impor akan mengakibatkan pada peningkatan biaya produksi.

    Peningkatan biaya produksi secara simultan meningkatkan harga pakan ternak.

    Peningkatan harga pakan ternak yang cukup melonjak ini menyebabkan peternak-

    peternak berskala kecil tidak mampu membeli produk pakan tersebut dan banyak

    peternak-peternak yang memilih untuk tidak berternak, karena tidak mampu

    membiayai operasional peternakannya. Dengan demikian, peranan pemerintah

    dalam menunjang dan mempertahankan eksitensi industri pakan ternak sangat

    Tahun Produksi (Ton) Pertumbuhan % 2002 5.510.784 - 2003 5.743.093 4.22 2004 5.975.402 4.05 2005 6.226.882 10.90 2006 6.619.800 6.31 rata 6.015.192,2 5.10

  • 4

    diperlukan, agar keberadaan usaha indutri pakan ternak terus berjalan dan tidak

    mengalami kebangkrutan lagi seperti pada tahun 1998. Selain itu, pemerintah juga

    harus membantu keberadaan peternak-peternak kecil maupun perusahaan

    peternakan dapat membiayai operasional peternakannya, dengan demikian

    swasembada daging akan tercapai.

    Saat ini industri-industri pakan ternak di indonesia memang belum mapan

    karena harga bahan baku pakan tinggi dan ketergantungan yang sangat besar

    terhadap bahan baku impor. Untuk itu perusahaan perlu memperhatikan

    lingkungan bisnis yang terus berubah, manajemen perusahaan perlu mendesain,

    memasang, dan mengoperasikan sistem perumusan strategi, sistem perencanaan

    strategi, dan sistem penyusunan program untuk memotivasi seluruh personel

    perusahaan dalam mencari dan merumuskan langkah-langkah strategi untuk

    membangun masa depan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan

    untuk melipatgandakan kinerja akan mampu bertahan dan tumbuh dalam

    lingkungan bisnis yang kompetitif (Mulyadi, 2001).

    Pengukuran kinerja yang baik oleh pihak manajemen dapat menentukan

    tingkat keberhasilan dari suatu strategi umum yang sudah ditetapkan sebelumnya

    oleh perusahaan. Perusahaan juga harus memperhatikan kendala terbesar dari

    ketidakberhasilan suatu strategi umumnya yang sudah ditetapkan sebelumnya.

    Menurut Mulyadi (2001), Bila kesalahan yang terjadi pada identifikasi

    lingkungan, maka hal ini akan lebih mudah diketahui dan diperbaiki dengan

    melakukan identifikasi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, baik yang

    akan dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan atau dilakukan dengan cara

    outsourching yaitu menggunakan jasa konsultan.

  • 5

    Apabila kesalahan terjadi pada kegagalan dalam mengimplementasikan

    strategi maka permasalahan ini akan lebih kompleks dan rumit, artinya konsep

    strategi telah tepat namun tidak mampu menerapkan dalam tindakan nyata,

    kegagalan tersebut dapat disebabkan oleh kurang pahamnya strategi, kurangnya

    komunikasi internal, kelemahan manajemen eksekutif puncak dan faktor-faktor

    lainnya. Namun kesalahan yang paling umum dilakukan perusahaan adalah tidak

    melakukan manajemen dan pengendalian strategi yang tepat.

    Saat ini masih banyak perusahaan yang menjalankan usahanya dengan

    sistem manajemen yang seakan-akan berorentasi pada masa lalu (backward) dan

    belum berorentasi pada masa depan (forward) (Mulyadi, 2001). Sistem yang lebih

    menitikberatkan pada aspek keterukuran objek yang menimbulkan biaya ini

    tampak dari adanya pengambilan keputusan yang didasarkan pada informasi-

    informasi yang dibuat berdasarkan laporan-laporan secara periode. Sistem

    manajemen yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan sekarang ini lebih

    memfokuskan pada kinerja keuangan yang diukur secara periode, dimana

    indikator-indikator yang terpenting adalah biaya-biaya yang dikeluarkan.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000), ukuran kinerja finansial relatif tidak

    terlalu mencerminkan indikator keberhasilan, karena ukuran finansial hanya

    menunjukkan apa yang telah dicapai perusahaan dan dimana posisi perusahaan

    saat ini berada. Ukuran kinerja finansial tidak dapat menunjukkan akan kemana

    perusahaan (tujuan perusahaan) dan bagaimana cara memperbaiki kinerja

    perusahaan. Hal ini disebabkan ukuran keuangan cenderung melihat apa yang

    telah dialami pada masa lalu. Pihak manajemen mungkin berhasil memaksimalkan

    laba bersih dan membuat rasio keuangan secara baik seperti; ROA, ROI, Residual

  • 6

    Income dan EPS, namun sering melupakan apakah perusahaan dapat bertahan

    dalam kurung waktu yang panjang. Berbagai upaya dilakukan agar perusahaan

    mampu bertahan dalam iklim dunia usaha yang kompetitif, diantaranya

    perusahaan dituntut agar mampu mewujudkan strategi-strategi perusahaan jangka

    panjang.

    Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dirancanglah suatu sistem

    pengukuran kinerja melalui Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan

    Contemporary management tool yang digunakan untuk mengukur kinerja

    perusahaan dengan menterjemahkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategi

    perusahaan kedalam empat perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif

    pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif proses pembelajaran

    dan pertumbuhan. Keempat perspektif ini akan memberi keseimbangan antara

    tujuan jangka pendek dan jangka panjang serta hasil yang diinginkan dengan

    faktor pendorong tercapainya hasil tersebut (Kaplan dan Norton, 2000). Balanced

    Scorecard memiliki kelebihan sebagai sistem pengukuran kerja yang

    komperhensif, koheran, terukur dan seimbang.

    1.2. Perumusan Masalah

  • 7

    Merujuk pada latarbelakang yang telah diuraikan di atas bahwa

    pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai

    aktifitas dalam mata rantai nilai yang ada pada perusahaan. Sistem pengukuran

    yang efektif akan dapat mendorong seluruh karyawan untuk mencapai target yang

    telah ditetapkan. Tanpa pengukuran yang efektif, perusahaan tidak dapat

    mengevaluasi seberapa baik kinerja perusahaan dalam merekomendasikan

    tindakan korektif yang bersifat visioner.

    PT Puspeta Agronusa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

    bidang pembuatan pakan ternak untuk sapi potong berupa konsentrat. . Seiring

    dengan kondisi perekonomian yang membaik setelah krisis ekonomi pada tahun

    1998 dan adanya proses globalisasi ekonomi, perusahaan ini memasuki

    lingkungan bisnis yang kompetitif yaitu tingkat persaingan industri pakan ternak

    semakin ketat dari semua aspek. Dalam menghadapi persaingan disektor industri

    pakan, organisasi perusahaan harus bisa mempersiapkan diri, salah satu cara yang

    bisa digunakan adalah dengan pengembangan teknologi dan peningkatan

    pelayanan. Faktor-faktor ekternal juga harus turut diperhatikan seperti teknologi,

    kebijakan pemerintah, sumberdaya, pesaing, selera pelanggan, dan pengelolaan

    perusahaan. Para pihak manajemen harus berusaha memanfaatkan kemajuan

    teknologi dalam bisnis mereka agar dapat memudahkan dan mempercepat

    pelayanan demi memuaskan kebutuhan pelanggan. Tabel 3 produksi riil

    perusahaan pakan ternak di Indonesia.

    Tabel 3. Produksi Rill Perusahaan Pakan Ternak Indonesia Tahun 2006.

  • 8

    Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan, 2007.

    Selama ini, perusahaan PT Puspeta Agronusa melakukan pengukuran

    kinerja mengacu pada Rencana Kerja Anggaran Pendapatan dan Biaya (RKAPB),

    dengan hanya menekankan pada pengukuran keuangan dan proses produksi.

    Sistem pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT Puspeta Agronusa pada tahun

    2006-2007 menggunakan indikator-indikator keuangan dan proses produksi

    seperti jumlah penjualan, nilai penjualan, gros profit as persen to net sales, laba

    operasi dan periode pembayaran. pengukuran keuangan cenderung

    mengemukakan kekayaan perusahaan yangberwujud nyata (tangible), sedangkan

    kekayaan tangible hanya merupakan 30-40 persen dari keseluruhan aset

    perusahaan. Persentase dari kekayaan tangible akan semakin menurun

    proporsinya karena ingtangible (aktiva yang tak berwujud) seperti kemampuan

    karyawan, tingkat pengetahuan karyawan, sistem informasi manajemen, kekuatan

    merk produk, dan hubungan dengan pelanggan. Hal ini menunjukan bahwa

    perusahaan tidak dapat menghitung aset atau kemampuan dalam menciptakan

    nilai jika hanya melihat ukuran inerja dari segi keuangan saja.

    Sistem pengukuran kinerja keuangan tersebut tidak mengukur sejauhmana

    keberhasilan PT Puspeta Agronusa dalam melaksanakan strategi perusahaan.

    Pengukuran kinerja yang hanya mengacu pada aspek keuangan saja tidak dapat

    Perusahaan 2006 (ton) Charoen Phokpand 1.254.900 Japfa Commfeed 765.340 Sierad Feedmill 564.000 Wonokoyo Rojokoyo 387.280 Cargil Indonesia 352.500 Cheil Samsung 282.000

    Gold Coin Indonesia 146.189 Lain 1.249.791 Total 5.000.000

  • 9

    mengukur tercapainya keberhasilan strategi yang terkait dengan hubungan

    pelanggan, kompetensi bisnis utama dan kapabilitas perusahaan. Padahal

    pengukuran dalam pencapaian strategi penting dilakukan untuk menjaga

    kesinambungan perusahaan dalam jangka panjang.

    Balanced Scorecard merupakan alternatif sistem pengukuran kinerja yang

    tidak hanya menitikberatkan pada perspektif keuangan saja namun juga perspektif

    pelanggan, bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

    Keempat perspektif ini akan memberikan keseimbangan antara tujuan jangka

    pendek dan jangka panjang serta hasil yang diinginkan dengan tercapainya hasil

    tersebut. Balanced Scorecard memiliki kelebihan sebagai sistem pengukuran

    kinerja yang komperhensif, koheran, terukur dan seimbang.

    Sampai sejauh ini PT Puspeta Agronusa belum menerapkan Balanced

    Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja. Padahal kebutuhan akan suatu

    manajemen strategis yang memiliki metode penilaian yang komperhensif,

    koheran, terukur, dan seimbang mutlak diperlukan perusahaan untuk mencapai

    kesuksesan dalam persaingan di masa mendatang. Dengan demikian, perusahaan

    dapat terus berkembang dan mampu mencapai visi melalui misinya. Proses

    pengambilan keputusan manajemen dalam lingkungan usaha yang semakin

    kompleks dan kompetitif, yang perlu didukung dengan sistem tolak ukur kinerja

    yang integrativ, secara internal konsisten dengan visi, misi, tujuan dan strategi

    perusahaan disertai umpan balik yang cepat, serempak, dan simultan.

    Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh perumusan masalah sebagai

    berikut :

  • 10

    1. Bagaimana pengukuran kinerja yang dilakukan oleh PT Puspeta Agronusa

    dalam menjalani usahanya selama ini?

    2. Bagaimana peta strategi yang sesuai dengan keadaan PT Puspeta

    Agronusa berdasarkan Balanced Scorecard?

    3. Bagaimana metode pengukuran kinerja yang dapat diterapkan PT Puspeta

    Agronusa berdasarkan konsep Balanced Scorecard?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

    dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Mengidentifikasi dan meninjau pengukuran kinerja yang diterapkan

    PT Puspeta Agronusa selama ini.

    2. Merumuskan dan menggambarkan peta strategi yang relevan berdasarkan

    Metode Balanced Scorecard di PT Puspeta Agronusa

    3. Merancang metode pengukuran kinerja PT Puspeta Agronusa berdasarkan

    konsep Balanced Scorecard

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi yang

    berharga bagi pihak manajemen PT Puspeta Agronusa dalam pencapaian kinerja

    yang telah dilakukan oleh perusahaan, ukuran keberhasilan dan kegagalan, serta

    menemukan penyebab utama dari pencapaian tersebut, sehingga dapat dijadikan

    pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan di masa yang akan

    datang.

    Bagi penulis dan pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatan

    kemampuan dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis, dan menemukan

  • 11

    solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut, serta berguna untuk menambah

    wawasan tentang seluk-beluk dunia perusahaan khususnya yang bergerang di

    bidang agroindustri.

    1.5. Ruang Lingkup Penelitian

    1. Data yang digunakan adalah data perusahaan yang didapatkan pada waktu

    penelitian dilakukan.

    2. Penelitian hanya sampai merancang Balanced Scorecard sesuai dengan

    yang dijabarkan di visi dan misi yang telah dibuat oleh PT Puspeta

    Agronusa dan perancangan hanya sampai pada penentuan inisiatif

    3. Perumusan tolak ukur kinerja mengacu pada visi dan misi perusahaan

  • 12

    II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Usaha Penggemukan Sapi Potong

    Menurut Sugeng (2005), pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan

    secara ekstensif, semi intensif dan intensif. Pemeliharaan sapi secara intensif,

    maksudnya adalah hampir sepanjang hari sapi berada di dalam kandang dan

    diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga pertambahan bobot

    badan semakin cepat. Sedangkan pemeliharaan sapi secara ekstensif yaitu sapi-

    sapi tersebut dilepas dipadang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari

    dari pagi sampai sore.

    Tujuan pengemukan sapi pedaging adalah untuk memperbaiki kualitas

    karkas (Parakkasi dalam Febrilliyani, 2007). Tanpa proses penggemukan, grade

    karkas memiliki ukuran yang standar, sedangkan dengan proses penggemukan

    menyebabkan grade karkas memiliki kualitas lebih baik. Menurut Sugeng (2005),

    dalam melakukan usaha ternak sapi potong hal yang perlu diperhatikan untuk

    menghasilkan kualitas karkas yang baik diantaranya :

    a. Langkah awal penggemukan

    Syarat yang diperhatikan dan merupakan langkah awal dalam usaha

    penggemukan sapi potong adalah keseragaman sapi yaitu keseragaman umur dan

    berat badan, penyediaan pakan yang berkualitas artinya menghasilkan

    pertambahan yang optimal untuk sapi, dan bangsa sapi yang dipelihara harus

    mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

    b. Sistem penggemukan

    Sistem penggemukan sapi potong dikelompokan menjadi empat yaitu

    sistem keraman, sistem penggemukan dry lot fattening, sistem penggemukan

  • 13

    pasture fattening, dan campuran antara penggemukan dry lot fattening dan

    pasture fattening. Penggemukan sapi dengan sistem keraman yaitu sapi dipelihara

    dan dikeram di dalam kandang terus-menerus selam 3-4 bulan dengan kenaikan

    0,33 kg/ hari. Sapi-sapi tersebut diberi pakan konsentrat dan hijauan dan air

    minum di dalam kandang.

    Menurut Sugeng (2005), sistem penggemukan dry lot fattening merupakan

    salah satu cara penggemukan yang mengutamakan pemberian pakan berupa

    konsentrat secara penuh dan pakan hijauan dengan jumlah yang sudah ditentukan

    oleh peternak. Umumnya penggemukan berlangsung selam 3-6 bulan. Sedangkan

    pasture fattening yaitu sapi-sapi digembalakan di padang yang luas dengan pakan

    utama berupa hijauan. Lama pemeliharaan berkisaran antara 6-8 bulan dengan

    umur sapi yang dipelihara 2,5 tahun. Pertambahan bobot badan sapi melalui

    pasture fattening ini mencapai 0,6-0,75 kg/hari.

    c. Lama penggemukan

    Waktu yang dibutuhkan untuk penggemukan setiap satu ekor sapi tidak

    selalu sama. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : umur sapi,

    jenis kelamin, kondisi sapi, berat badan sapi, kualitas bibit, dan mutu pakan.

    2.2. Pakan

    Menurut Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan (2003), pakan

    adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap

    maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus untuk dapat

    dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. Bahan baku pakan adalah bahan-

    bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak

    dipergunakan sebagai pakan, baik yang telah diolah maupun yang belum diolah.

  • 14

    Menurut Sugeng (2005), menggolongkan bahan pakan sapi menjadi tiga

    yakni pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan..

    a. Pakan Konsentrat

    Pakan penguat atau konsentrat adalah pakan yang mengandung

    karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak yang tinggi dengan kadar serat kasar

    relatif rendah serta mudah dicerna. Konsentrat adalah makanan utama bagi ternak

    sapi potong dengan pemeliharaan dry lot fattening (Siregar, 2003). Konsentrat ini

    dibuat dari dua atau lebih bahan hasil ikutan pabrik, limbah pabrik atau produk

    pabrik. Kandungan proteinnya biasanya berkisar 14 persen sampai 17 persen

    dengan kandungan TDN 65 sampai 70 persen, dilengkapi dengan vitamin dan

    mineral. Bahan baku pembuat konsentrat dapat dilihat pada Tabel 4.

    b. Pakan Hijauan

    Pakan hijauan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman ataupun

    tumbuhan berupa daun-daun, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga,

    terdiri dari rumput, legum, dan tumbuhan-tumbuhan lainnya. Berdasarkan

    bentuknya hijuan dibagi menjadi hijuan segar dan hijuan kering. Hijauan segara

    berupa silase dan hijuan kering berupa hay yaitu hijuan yang sengaja dikeringkan.

    c. Pakan Tambahan

    Pakan tambahan digunakan dengan harapan bahwa proses penggemukan

    sapi potong dapat berlangsung lebih cepat, efisien, murah dan mudah ditetapkan.

    Pakan tambahan ternak sapi potong berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan

    tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang sistem pemeliharaannya secara intensif.

  • 15

    Tabel 4. Bahan Baku Pembuatan Konsentrat Sapi Potong

    NO NAMA KIMIA ( % )

    KA PK SK ABU BJ SUMBER ENERGI MAK MIN MAK MAK MIN

    1 Pollard 15 12 18 12 2 Bekatul 16 10 18 12 3 Dedak halus 16 10 18 12 4 Dedak kasar 16 10 18 12 0.8 5 Jagung 16 9 18 10 0.8 6 Gaplek 16 3 18 6 7 Onggok 1 16 2 18 6 0.8 8 Onggok 2 18 2 18 6 0.8 9 Ampok jagung 16 8 18 12 0.8 SUMBER PROTEIN

    10 Bungkil sawit 16 14 18 12 0.8 11 Bungkil kopra 16 21 18 12 0.8 12 Bungkil kapuk 16 26 20 12 0.8 13 Kulit kopi 16 10 22 12 0.8 14 Kulit kedelai 16 10 18 12 0.8 15 Kulit coklat 16 13 18 12 0.8 16 Janggel jagung fermentasi 16 12 18 12 0.8 17 Ampas kecap 0.8 18 Kulit kacang 0.8 19 Mie kering 0.8

    20 Urea 21 Molasses 1.3

    Sumber PT Puspeta Agronusa, 2007. Keterangan : KA (kadar air) : PK (protein kasar) : SK (serat kasar) : ABU (hasil pembakaran bahan baku untuk mengetahui kadar air) : BJ (berat Jenis)

    2.3 Konsep Manajemen Strategi

    2.3.1. Strategi

    Strategi merupakan pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan

    visi organisasi melalui misi (Mulyadi, 2001). Untuk mewujudkan visi, misi dan

    tujuan perusahaan, strategi diterjemahkan dalam bentuk sasaran-sasaran masa

    depan yang dituju oleh perusahaan. Selanjutnya untuk mewujudkan sasaran

  • 16

    strategi disusun suatu program tindakan yang akan dilaksanakan, yang disebut

    inisiatif.

    Menurut Stoner dan Freeman (1994), konsep strategi dapat didefinisikan

    berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) apa yang organisasi ingin

    lakukan, dan (2) apa yang organisasi akhirnya lakukan. Berdasarkan perspektif

    yang pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai arah untuk menentukan dan

    mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Sedangkan

    berdasarkan perspektif yang kedua, strategi dapat didefinisikan sebagai pola

    tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya setiap waktu.

    Strategi adalah sebagai suatu pernyataan tentang apa yang harus dilakukan

    oleh organisasi untuk bertindak dari suatu titik referensi ke titik referensi yang

    lain. Strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan

    visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan

    suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang

    berkelanjutan. Strategi biasanya dikembangkan pada tingkat atas organisasi tetapi

    dilaksanakan oleh tingkat bawah organisasi (Gaspersz, 2003).

    2.3.2. Manajemen Strategi

    Manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan

    untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintasan

    fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuannya (David, 2002).

    Pakar manajerial lain mendefinisikan manajemen strategi sebagai sekumpulan

    keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan

    pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai

    sasaran-sasaran perusahaan (Pierce dan Robinson, 1997). Menurut Mulyadi

  • 17

    (2001) manajemen strategi dapat diartikan sebagai proses yang digunakan oleh

    manajer dan karyawan untuk merumuskan dan mengeimplentasikan strategi

    dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi.

    Menurut Mulyadi (2001) manajemen strategis terdiri dari langkah-langkah

    sebagai berikut :

    1. Perencanaan laba jangka panjang. Terdiri dari langkah-langkah :

    a. Perumusan strategi (Strategy Formulation)

    b. Perencanaan strategi (Strategy Planning)

    c. Penyusunan Program ( Programming)

    Tahap ini digunakan untuk memotivasi personel perusahaan untuk berfikir

    strategis. Hal-hal ini bersifat mendasar dan strategis dirumuskan dalam tahap

    perumusan yang digunakan untuk merumuskan visi, misi, keyakinan dasar, nilai

    dasar, tujuan dan strategi. Dalam tahap perencanaan strategis, strategis yang telah

    dipilih dituangkan dalam bentuk sasaran-sasaran strategis (strategis objektif),

    beserta dengan inisiatif strategis untuk mewujudkan sasaran tersebut. Kemudian

    inisiatif strategis yang telah dipilih dijabarkan dalam program jangka panjang

    untuk mewujudkan sasaran strategis yang diterapkan beserta sumber dayanya.

    2. Perencanaan Laba Jangka Pendek (Budgeting).

    Mulai dari penyusunan program sampai dengan perencanaan laba jangka

    pendek keluaran yang dihasilakan dari proses perencanaan sudah bersifat

    kualitatif dan kuantitatif. Tahapan ini digunakan untuk menjabarkan program

    jangka panjang ke dalam rencana jangka pendek (anggaran).

  • 18

    3. Implementasi

    Setelah proses perencanaan menyeluruh perusahaan selesai disusun,

    langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan rencana. Dalam tahap ini

    manajemen dan karyawan melaksanakan rencana yang tercantum dalam rencana

    anggaran kedalam kegiatan nyata. Sehingga yang perlu diperhatikan karyawan

    adalah menyadari bahwa yang diimplentasikan merupakan suatu ketrekaitan erat

    antara perumusan strategi, perencanaan strategis, program, anggaran, inisiatif

    strategis. Dengan demikian hal-hal tersebut diharapkan menjadi langkah-langkah

    detail yang dapat dipertahankan untuk mewujudkan visi perusahaan.

    4. Pemantauan (Monitoring)

    Implementasi rencana memerlukan pemantauan. Setiap langkah yang

    direncanakan perlu diukur untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan

    pelaksanaan anggaran, program, dan inisiatif strategis.

    2.4. Konsep Pengukuran Kinerja Manajemen

    Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi organisasi.

    Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periode efektivitas operasional suatu

    organisasi dan pegawainya berdasarkan sasaran standar dan kinerja yang telah

    ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001). Menurut Yuwono et al. (2003)

    pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai

    aktivitas di dalam rantai nilai yang ada pada organisasi. Hasil pengukuran tersebut

    kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi

    tentang prestasi peleksanaan suatu rencana dan hal-hal yang memerlukan

    penyesuaian-penyesuain atas aktivitas rencana dan pengendalian.

  • 19

    Tahap evaluasi strategi merupakan tahap akhir yang terdapat dalam

    rangkaian proses manajemen strategi perusahaan. Walaupun begitu, evaluasi

    strategi adalah tahapan penting yang perlu diperhatikan perusahaan agar dapat

    menjalankan bisnisnya dengan baik. Tahap evalusi strategi terdiri dari aktivitas

    meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar startegi yang

    sekarang, mengukur prestasi, dan mengambil tindakan-tindakan korektif (David,

    2002). Aktivitas-aktivitas tersebut akan memberikan umpan balik dari

    pelaksanaan strategi yang telah dirumuskan dan diterapkan oleh perusahaan.

    Kendala yang terjadi yaitu masih ada perusahaan yang menganggap tahap

    evaluasi strategi sebagai bagian yang kurang terlalu penting untuk diperhatikan.

    Perusahaan tersebut berasumsi bahwa strategi yang baik akan memberikan hasil

    yang baik pula, tanpa mengetahui apakah strategi tersebut memang memberikan

    manfaat yang baik bagi perusahaan atau sebaliknya. Pelaksanaan strategi yang

    tidak sesuai dengan rencana sebelumnya atau ketidak konsistenan strategi yang

    digunakan, melalui faktor-faktor internal dan eksternal yang tidak terdeteksi akan

    menghambat perusahaan dalam menjalankan strateginya dengan baik sekaligus

    mengarahkan perusahaan pada kegagalan. Demikian jelas bahwa tahap evaluasi

    strategi merupakan tahap penting dari manajemen strategi yang tidak boleh

    diacuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki orentasi pengembangan

    bisnis ke depan.

    Menurut (David, 2002), Pengukuran kinerja sebagai bentuk pengukuran

    prestasi perusahaan atas pelaksanaan strategi, memberikan informasi tentang hasil

    yang telah dicapai oleh perusahaan. Informasi tersebut akan menjelaskan kondisi

    perusahaan setelah pelaksanaan strategi sebelumnya sekaligus dapat menjadi

  • 20

    bahan masukan untuk melakukan tindakan perbaikan dan perumusan strategi

    selanjutnya.

    2.5. Hasil Penelitian Terdahulu

    Konsep Balanced Scorecard semakin luas digunakan di berbagai belahan

    dunia seperti Eropa, Australia, dan Asia sejak lahirnya diawal era 90-an. Pada

    abad 21 ini, Balanced Scorecard sering didiskusikan di Indonesia. Penelitian-

    penelitian mengenai Balanced Scorecard telah banyak dilakukan. Pembahasan

    yang dilakukan berkisar pada praktek penggunaannya dalam pengukuran kinerja

    untuk perusahaan yang berorentasi laba maupun perusahaan nirlaba. Pada

    dasarnya metode Balanced Scorecard merupakan alat untuk pengukuran kinerja

    perusahaan dan sebagai sistem manajemen strategis secara komprehensif. Metode

    Balanced Scorecard melihat kinerja perusahaan dari berbagai aspek perspektif

    yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal

    dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

    Dalam melakukan penelitian mengenai kinerja suatu perusahaan, ada

    beberapa peneliti yang berhasil merumuskan kinerja perusahaan yang mereka

    teliti dan ada pula yang tidak berhasil karena perusahaan tersebut hanya berfokus

    pada perspektif keuangan. Hasil-hasil penelitian berikut (Tabel 5) akan

    memberikan gambaran lebih jelas mengenai konsep Balanced Scorecard beserta

    lembaga-lembaga yang menerapkannya.

  • 21

    Tabel 5. Beberapa Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian tentang manajemen strategi yang menggunakan

    kerangka Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja adalah :

    Pengukuran Kinerja Strategic Business Unit (SBU) Perberasan PT Pertani

    dengan Konsep Balanced Scorecard. oleh Anggoro (2007), menunjukan bahwa

    secara keseluruhan, berdasarkan hasil uji coba pengukuran kinerja rancangan

    No Nama Tahun Komoditi Judul Alat Analisis

    1 Anggoro 2007

    Beras Pengukuran Kinerja Strategic Business Unit (SBU) Perberasan PT Pertani dengan Konsep Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard Pairwise Comparison

    5 Hardiyanto 2007 Ayam Analisis Kinerja Restoran Ayam Goreng Fatmawati Hotel Salak Bogor

    Kinerja Restoran Ayam Goreng Fatmawati adalah kurang memuaskan

    2 Ratri 2004 Koperasi Analisis Kinerja Koperasi Melalui Penerapan Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard, deskriftif., evaluatif, rasio dan Pairwise Comparison

    3 Rinaldi 2005 Taman Penerapan Konsep Balanced Scorecard dalam Pengukuran Kinerja Taman Akuarium Air Tawar Taman Mini Indonesia Indah (TAAT TMII)

    Balanced Scorecard, deskriftif., evaluatif, rasio dan Pairwise Comparison

    4 Sahputra 2006 Benih Analisi Kinerja PT Sang Hyang Seri (Persero) Jakarta Pusat melalui Pendekatan Balanced Skorecard

    Pairwise Comparison, Balanced Scorecard

  • 22

    Balanced Scorecard, kinerja SBU perberasan cukup memuaskan dengan skor

    akhir pencapaian target sebesar 96,28 persen. Kontribusi pencapaian terbesar

    diberikan berturut-turut oleh perspektif keuangan dan perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan sebesar 113,25 persen dan 110,30 persen. Kinerja perspektif

    pelanggan cukup baik walaupun pencapaian targetnya hanya sebesar 86,71 persen.

    Demikian juga halnya dengan kinerja perspektif proses bisnis internal yang

    mencapai 85,19 persen dari target yang ditetapkan.

    Hardiyanto (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kinerja

    Restoran Ayam Goreng Fatmawati Hotel Salak Bogor dengan Pendekatan

    Balanced Scorecard menyimpulkan bahwa alat ukur yang selama ini digunakan

    Restoran Ayam Goreng Fatmawati adalah sudah mendekati konsep Balanced

    Scorecard karena melakukan peninjauan terhadap perspektif pelanggan serta

    memperhatikan prestasi karyawannya. Hasil pengukuran kinerja dengan

    pendekatan Balanced Scorecard dihasilkan bahwa kinerja Restoran Ayam Goreng

    Fatmawati adalah kurang memuaskan. Hal ini terjadi karena hanya ada dua

    perspektif saja hampir mendekati target yang ditetapkan yaitu perspektif finansial

    dengan pencapaian 100,2 persen dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran

    dengan pencapaian 90 persen.

    Analisis Kinerja Koperasi melalui Penerapan Balanced Scorecard

    (Studi Kasus : KPBS Pengalengan, Jawa Barat) oleh Ratri (2004). menunjukkan

    pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis deskriptif evaluatif dan rasio,

    penelitian ini mampu menggambarkan mengenai sasaran strategis dan peta

    strategis KPBS Pengalengan Jawa Barat, pengukuran kinerja KPBS Pengalengan

    dalam koridor keempat perspektif Balanced Scorecard dengan hasil kinerja cukup

  • 23

    baik walupun belum optimal. Pengukuran kinerja KPBS Pengalengan dengan

    konsep Balanced Scorecard menggunakan perspektif yang hampir sama dengan

    penerapan Balanced Scorecard pada perusahaan bisnis.

    Rinaldi (2005) dalam penelitiannya, bertujuan memfokuskan untuk

    menerapkan Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja perusahaan dan

    berusaha membandingkan dengan hasil pengukuran kinerja perusahaan yang

    dilakukan sebelumnya oleh perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut disebutkan

    bahwa performa kinerja TAAT TMII secara keseluruhan sangat baik dengan total

    skor sebesar 4,57 dari total skor 5,00. Terdapat perbedaan hasil dari perbandingan

    pengukuran kinerja yang dilakukan oleh perusahaan dengan pengukuran Balanced

    Scorecard yang dilaksanakan dalam penelitian ini. Pada metode pengukuran

    kinerja yang digunakan oleh TAAT TMII diperoleh hasil bahwa kinerja TAAT

    TMII tahun 2003 bisa dikatakan kurang baik karena adanya dua indikator

    pengukuran yang tidak mencapai target yaitu jumlah pengunjung (dengan

    pencapaian target sebesar 82,75 persen) dan laba bersih TAAT (dengan

    pencapaian targer sebesar 73,83 persen). Sedangkan dengan pendekatan Balanced

    Scorecard diperoleh hasil bahwa kinerja TAAT TMII secara keseluruhan pada

    Tahun 2003 adalah sangat baik.

    Sahputra (2006) dalam penelitiannya Analisis Kinerja PT Shang Hyang

    Seri (PERSERO) Pusat Jakarta Melalui Pendekatan Balanced Scorecard .

    menggambarkan bahwa perusahaan ini dalam melakukan evaluasinya terhadap

    kinerja menggunakan alat pengukuran kinerja kesehatan yang distandarisasikan

    untuk setiap perusahaan BUMN. Pengukuran kinerja kesehatan ini meskipun telah

    memperluas pengukuran pada aspek non keuangan namun hanya memberikan

  • 24

    informasi penilaian kinerja perusahaan tanpa memberikan informasi mengenai

    sebab akibat dari pencapaian nilai tersebut. Kinerja keseluruhan masing-masing

    perspektif diatas 80 persen bahkan beberapa perspektif dengan pencapaian diatas

    90 persen dari optimal kinerja 100 persen. Penilaian kinerja perusahaan secara

    keseluruhan dari hasil deskripsi total skor Balanced Scorecard sebesar 93,37

    persen menyatakan bahwa kinerja perusahaan ini dinilai sudah cukup baik

    meskipun belum berada pada tingkat optimal. Kondisis ini mampu mencerminkan

    kondisi kinerja kesehatan yang dilakukan sebelumnya.

    Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas bahwa metode

    Balanced Scorecard mampu memberikan penilaian perusahaan secara lebih

    lengkap, komperhensif dan terintegrasi dari keseluruhan aspek perusahaan.

    Balanced Scorecard ternyata dapat digunakan untuk berbagai macam perusahaan

    seperti perusahaan waralaba, perusahaan yang berkaitan dengan industri, tempat

    wisata dan bahkan perusahaan nirlaba (nonprofit) seperti koperasi instansi

    pemerintah, hingga institusi pendidikan.

    Penelitian yang dilaksanakan di PT Puspeta Agronusa yaitu rancangan

    Balanced Scorecard sebagai instrumen strategi manajemen. Penelitian ini belum

    pernah dilakukan sebelumnya di PT Puspeta Agronusa. Dalam penelitian ini

    penerapan konsep Balanced Scorecard digunakan sebagai acuan untuk merancang

    kinerja perusahaan dan diharapkan bisa memberikan masukan yang bermanfaat

    bagi pengembangan sektor pertanian dan agroindustri pada khususnya.

    Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu tersebut terlihat bahwa metode

    Balanced Scorecard mampu memberikan penilaian kinerja perusahaan secara

    lebih lengkap, komprehensif dan terintegrasi dari keseluruhan aspek perusahaan

  • 25

    Balanced Scorecard ternyata dapat digunakan untuk berbagai jenis macam

    perusahaan, baik perusahaan waralaba, tempat wisata, bahkan juga perusahaan

    nonprofit seperti koperasi, instansi pemerintah, hingga institusi pendidikan.

    III. KERANGKA PEMIKIRAN

    3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

    Pengukuran kinerja untuk melihat realisasi pelaksanaan proses kerja yang

    dilakukan oleh perusahaan selama ini, merupakan sebagian dari proses sistem

    manajemen strategi perusahaan. Manajemen strategis terdiri dari empat langkah

    utama dalam menciptakan masa depan perusahaan yaitu: (1) Perencanaan laba

  • 26

    jangka panjang (perumusan strategi, perencanaan strategi, dan penyusunan

    program, (2) Perencanaan laba jangka pendek (penyusunan anggaran), (3)

    Pengimplementasian, (4) Pemantauan. Tahap pengukuran berada pada proses

    pemantauan. Hasil setiap langkah yang direncanakan perlu diukur untuk

    memberikan umpan balik bagi pemantauan pelaksanaan anggaran, program, dan

    inisiatif strategis.

    3.2. Konsep Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard (BSC) merupakan contemporary management tool

    yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menterjemahkan

    Visi, Misi, Nilai dan Strategi Organisasi kedalam empat perspektif. BSC terdiri

    dari dua kata yaitu Balance (Berimbang) dan Scorecard (Kartu Skor). Kartu skor

    adalah kartu yang digunakan untuk melihat atau mencatat skor hasil kinerja

    seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang

    hendak diwujudkan oleh personel dimasa depan. Melalui kartu skor, skor yang

    hendak diwujudkan oleh personel di masa depan akan dibandikngkan dengan hasil

    kinerja sesunguhnya. Hasil perbandingan ini akan digunakan untuk melakukan

    evalusi atas kinerja personel yang bersangkutan (Mulyadi, 2001). Kata berimbang

    ditujukan untuk menunjukan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari

    dua aspek; keuangan dan non keuangan, baik jangka pendek maupun jangka

    penjang melalui peroses, personal, internal dan ekstenal. Menurut Tunggal (2001)

    Balanced Scorecard merupakan sekelompok tolak ukur kinerja yang terintegrasi

    yang berasal dari strategi perusahaan dan mendukung strategi perusahaan

    diseluruh organisasi.

  • 27

    Menurut Kaplan dan Norton (2000), Balanced Scorecard merupakan suatu

    metode penilaian kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif

    untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu; perspektif keuangan, pelanggan, proses

    bisnis internal serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Dari kempat

    perspektif tersebut dapat dilihat bahwa Balanced Scorecard menekankan

    perspektif keuangan dan non keuangan. Pendekatan Balanced Scorecard

    dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok diantaranya :

    1. Bagaimana penampilan perusahaan dimata para pemegang saham?

    (perspektif keuangan).

    2. Bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif

    pelanggan).

    3. Apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif proses internal)

    4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan

    menciptakan nilai secara berkesinambungan? (perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan)

    Konsep BSC pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan

    David P. Norton (2000) dalam bukunya berjudul Translating Strategy Into

    Action: The Balanced Scorcard. Balanced Scorecard (BSC), merupakan salah

    satu metode pengukuran dan manajemen performance untuk faktor inter dan

    eksternal dari suatu perusahan. Saat ini, kebanyakan perusahaan masih

    menggunakan pengukuran financial sebagai acuan pengukuran kinerja

    perusahaan, sehingga manajer tidak mengetahui sampai berapa jauh pengaruh

    yang ditimbulkan akibat strategi yang mereka terapkan.

  • 28

    Balanced Scorecard merupakan sistem manajemen strategi yang

    menterjemahkan visi dan strategis suatu organisasi kedalam tujuan dan ukuran

    operasional (Hansen dan Mowen, 1998). Sedangkan Atikinson, Banker, Kaplan

    dan Young (Anggoro, 2007), mendefinisikan Balance Scorecard sebagai suatu

    rangkaian target dan merupakan sebuah pendekatan terhadap alat ukur yang

    menekankan pada perpaduan semua tujuan organisasi dan keseimbangan antara

    tujuan primer dan sekunder. Tujuan dan ukuran operasional kemudian dinyatakan

    dalam empat perspektif keuangan, pelanggan proses bisnis internal, serta

    pembelajaran dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2000). Empat perspektif di

    dalam Balanced Scorecard menyatakan adanya saling keterkaitan untuk dapat

    menggambarkan strategi yang dimiliki perusahaan. Hal ini memungkinkan

    perusahaan untuk memonitor kemajuan dalam pembangunan kapabilitas dan

    memperoleh asset tak berwujud yang dibutuhkan untuk pertumbuhan perusahaan

    di masa depan

    Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk memperkenalkan

    empat proses manajerial baru yang baik secara terpisah atau di kombinasikan,

    bermanfaat untuk menghubungkan tujuan strategis jangka panjang dengan

    aktivitas jangka pendek (Kaplan dan Norton, 2000), dapat ditujukan dalam

    Gambar 1. Fokus dari Balanced Scorecard adalah untuk meningkatkan proses

    manajemen penting yaitu:

    1. Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi

    2. Mengkomunikasikan dan hubungan tujuan dan ukuran strategi.

    3. Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif

    strategis.

  • 29

    4. Mencapai dan mempelajari startegi feedback.

    Balanced Scorecard sebagai suatu sistem manajemen yang

    mengintegrasikan visi, misi dan strategi kedalam empat perspektif secara

    seimbang ditunjukan dalam Gambar 2.

    Merencanakan, dan

    menetapkan sasaran :

    Menetapkan sasaran

    Memadukan

    inisiatif strategis

    Mengalokasikan

    Gamabar 1. Balanced Scorecard- Suatu Sistem Manajemen Strategis Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    Finasial

    Custumer Internal Business Processes

    Vision & Srategy

    Learning & Growth

    Mengkomunikasikan

    dan hubungan tujuan

    dan ukuran strategi:

    Mengkomunikasikan

    dan mendidik

    Menetapkan tujuan

    Mengaitkan Imbalan

    Memperjelas dan

    menerjemahkan visi dan strategi:

    Memperjelas Visi

    Balanced Scorecard

    Mencapai dan mempelajari

    strategi feedback::

    Mengartikulasikan visi

    bersama

    Memberikan umpan

    balik strategis

  • 30

    Gambar 2. Basic design of a Balanced Scorecard Performance System Sumber : Rohm, 2003

    Visi dan strategi diterjemahkan kedalam empat perspektif yang kemudian

    oleh masing-masing perspektif visi dan strategi tersebut dinyatakan dalam bentuk

    sasaran yang ingin dicapai organisasi, ukuran (measures) dari sasaran, target yang

    diharapakan dimasa yang akan datang serta inisiatif-inisiatif atau program yang

    akan dilaksanakan untuk memenuhi sasaran-sasaran starategis. Proses

    menterjemahakan visi dan srategi dapat dilihat pada Gambar 3.

    3.3. Manfaat dan Keunggulan Balanced Scorecard

    Manfaat-manfaat Balanced Scorecard menurut Yuwono et al. (2003)

    adalah sebagai berikut:

    1. Informasi dapat diperoleh secara tepat oleh setiap orang.

    Vision & strategi

    Financial

    Initiative

    Targerts

    Measures

    Custumer Process infrastructur

    Objection

    Gambar 3. Strategy-Translation Process Sumber : Hansen dan Mowen, 2003

  • 31

    2. Mendukung budaya manajemen yang transfaran.

    3. Mempercepat upaya perbaikan cara kerja organisasi agar lebih efisien.

    4. Umpan balik dapat diperoleh secara obyektif, berkelanjutan dan cepat.

    5. Memfokuskan para manajer dan stafnya pada ukuran kerja yang kritis.

    Menurut Mulyadi (2001) keunggulan pendekatan Balanced Scorecard

    dalam sistem perencanaan strategi adalah mampu meningkatkan rencana startegi

    yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

    1. Komprehensif, Balanced Scorecard menekankan pengukuran kinerja yang

    menyeluruh, tidak hanya berdasarkan perspektif keuangan tetapi juga

    perspektif non keuangan seperti perspektif pelangganm, proses bisnis

    internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Dengan adanya perluasan

    pengukuran tersebut akan mengarahkan perhatian orang dalam organisasi

    untuk mengarahkan perhatiannya pada aspek kinerja keungan.

    2. Koheran, Balanced Scorecard menghasilkan dua macam kekoheranan,

    yaitu kekoheranan antara visi dan misi organisasi dengan program dan

    rencana jangka pendek serta kekoheranan antara berbagai sasaran strategis

    yang dirumuskan dalam tahap perencanaan strategis.

    3. Seimbang, Balanced Scorecard memberikan pengukuran yang bersifat

    seimbang antara pengukuran yang berorentasi ke dalam organisasi

    (perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan) dan keluar organisasi (perspektif keuangan, perspektif

    pelanggan). Selain itu juga memberikan keseimbangan pengukuran yang

    terfokus pada sumberdaya manusia(perspektif pelanggan,perspektif

  • 32

    pembelajaran dan pertumbuhan) dan yang berfokus ke proses (perspektif

    proses bisnis internal).

    4. Terukur, Balanced Scorecard mengkur sasaran-sasaran strategis yang sulit

    untuk diukur. Keterukuran sasaran strategis yang dihasilakan oleh system

    perencanaan strategi menunjukkan ketercapaian berbagai sasaran strategis

    yang dihasilakan oleh system tersebut.

    3.4. Komponen-komponen Balanced Scorecard

    Balanced Scorecard memiliki komponen-komponen penting yang mampu

    menterjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran serta

    mengkombinasikan pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan

    pengukuran dari pemicu masa depan perusahaan, yang tersusun dalam empat

    perspektif (Mulyadi, 2001). Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton

    (2000) dalam hasil studinya mengatakan bahwa untuk mengukur kinerja

    perusahaan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif

    yaitu :

    3.4.1. Perspektif Keuangan

    Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan

    pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan

    perusahaan. Perbaikan-perbaikan itu akan tercermin dalam sasaran-sasaran secara

    khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha dan

    nilai pemegang saham.

    Penentuan strategi perspektif keuangan didahului dengan

    mempertimbangkan posisi suatu prodak di dalam siklus prodak. Secara umum

  • 33

    siklus hidup prodak dikelompokan menjadi empat tahapan, Kaplan dan Norton

    (2000) menyederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu :

    a. Pertumbuhan (Growth)

    Growth adalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan

    bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang

    secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau

    paling tidak memiliki potensi untuk berkembang biak.

    Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara aktual beroperasi dalam

    arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi yang

    rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini

    seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan

    penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

    b. Bertahan (Sustain Stage)

    Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih

    melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang

    terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar

    yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten

    pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi

    jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan pada

    besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

    c. Menuai (Harvest)

    Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana

  • 34

    perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua

    tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh

    kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak

    untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan

    utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke

    perusahaan.

    Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu berkreasi

    diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui keunggulan di bidang ini,

    organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan

    tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

    internal dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran.

    Dengan kata lain dalam perspektif keuangan ini, sistem ukuran bisnis

    adalah keuangan yang merupakan peranan yang penting dalam kesuksesan

    pertumbuhan sehubungan dengan profit biasanya di ukur dengan return on

    investment (ROI), operating income and cash budget, return on capital employed

    atau value added.

    Laporan keuangan yang periodik membantu para eksekutif untuk

    memperbaiki kualitas, waktu respon, produktivitas, atau meningkatkan

    keuntungan dari produk-produk baru. Caranya melalui perbaikan penjualan dan

    pangsa pasar, penekanan biaya operasional atau peningkatan perputaran aset.

    Idealnya perusahaan harus dapat menjelaskan bagaimana meningkatkan kualitas,

    siklus waktu pengiriman dan pengenalan produk baru, yang membantu

    meningkatkan pangsa pasar, marjin operasi, dan perputaran aset atau mengurangi

    biaya operasional. Menurut Kaplan dan Norton 2000, bagi tahapan produk

  • 35

    (tumbuh, bertahan, dan menuai) keputusan strategi yang diambil dalam bidang

    keuangan biasanya terkait dengan tema berikut :

    a. Pertumbuhan Pendapatan

    Pertumbuhan pendapatan mengarah pada ekspansi penawaran produk dan

    pelayanannya, menggapai pelanggan dan pasar baru, merubah produk dan

    pelayanan menjadi suatu penawaran yang mempunyai nilai tambah, dan

    menetapkan kebijakan baru pada harga (repricing).

    b. Pengurangan Biaya atau peningkatan produktivitas

    Pengurangan biaya dan peningkatan produktivitas mengarah pada usaha

    untuk menekan biaya langsung (direct cost) dari produk dan pelayanan,

    mengurangi biaya tidak langsung (indirect cost), dan membagi sumber

    daya dengan unit usaha yang lain.

    c. Penggunaan Aset atau Strategi Investasi

    Penggunaan aset atau strategi investasi mengarah pada usaha untuk

    penggunaan maksimal dari aset tetap (fixed asset), dan menggunakan

    sumber daya yang langka dengan lebih efisien.

    3.4.2. Perspektif Pelanggan

    Menurut Kaplan dan Norton, (2000), filosofi manajemen terkini telah

    menunjukan peningkatan pengakuan atas pentingnya custumer satisfaction.

    Perspektif ini merupakan leading indicator. Jika pelanggan tidak puas maka

    konsumen akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

    Kinerja yang buruk akan dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan

    di masa depan meskipun saat ini kinerja keuangan terlihat baik.

  • 36

    Perspektif pelanggan mendifinisikan pelanggan dan segmen pasar yang

    akan dimsuki organisasi dan berbagai ukuran kinerja organisasi di dalam segmen

    pasar. Perspektif pelanggan memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai

    ukuran pelanggan penting yaitu kepuasan, retensi, loyalitas, akuisisi, dan

    profitabilitas, dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Perspektif pelanggan

    juga memungkinkan perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran, secara

    eksplisit, proporsi nilai yang akan perusahaan berikan kepada pelanggan dan pasar

    sasaran.

    Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai tambah bagi

    konsumennya jika manfaat yang diterimannya relati lebih tinggi dari pada

    pengorbanan yang dikeluarkan oleh pelanggan tersebut untuk mendapatkan

    produk atau jasa. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai tambah

    dan manfaat yang akan diharapkan oleh konsumen. Menurut Kaplan dan Norton

    (2000), perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan

    ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai

    dengan kemampuan sumberdaya dan rencana jangka panjang perusahaan. tolak

    ukur kinerja yang digunakan dalam perspektif pelanggan dikelompokan dalam

    rantai hubungan sebab akibat, dapat dilihat pada Gambar 4. dalam perspektif

    pelanggan terdapat dua kelompok perusahaan.

    1. Kelompok perusahaan inti pelanggan (costumer core measurement group)

    a. Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan (customer satiffation)

  • 37

    Tingkat kepuasan pelanggan (customer satiffation) merupakan suatu

    tingkat kepuasan pelanggan terhadap kinerja atau nilai tertentu yang

    diberikan oleh perusahaan

    b. Retensi pelanggan

    Mengukur kemampuan organisasi dalam mempertahankan dan

    memelihara hubungan yang telah tercipta dengan pelanggannya.

    c. Akuisis pelanggan

    Mengukur tingkat dimana organisasi mampu menarik dan memenangkan

    pelanggan atau bisnis baru.

    d. Pangsa pasar

    Pangsa pasar (market share) menggambarkan seberapa besar penjualan

    yang dikuasai oleh perusahaan dalam suatu segmen tertentu

    e. Profitabilitas pelanggan

    Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen

    tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan pelanggan.

    Proporsi nilai menyatakan atribut yang diberikan organisasi kepada produk

    pakan ternak sapi potong dan jasanya untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan

    pelanggan. Proporsi nilai ini merupakan konsep penting dalam memahami faktor

    pendorong, indikator utama, untuk ukuran pelanggan penting yaitu kepuasan,

    retensi, akuisisi, pangsa pasar dan profitabilitas pelanggan.

    Pangsa Pasar

    Akuisisi Pelanggan

    Retensi Pelanggan

    Profitabilitas Pelanggan

  • 38

    Gambar 4. Ukuran Utama Perspektif Pelanggan Sumber : Kaplan dan Norton, 2000

    Kelompok pengukuran nilai konsumen (constomer value measement)

    merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami

    pemicu-pemicu (driver). Atribut-atribut yang membentuk proporsi nilai dapat di

    tunjukan dalam Gambar 5 adalah:

    a. Atribut produk/jasa

    Meliputi fungsionalitas atau daya guna produk, mutu, harga dan waktu.

    b. Citra dan reputasi

    Menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang membuat pelanggan

    tertarik kepada suatu organisasi.

    c. Hubungan pelanggan

    Meliputi penyampaian produk/jasa kepada pelanggan yang terdiri dari

    dimensi waktu tanggap dan penyerahan, serta bagaiman perasaan

    pelanggan setelah menggunakan produk/jasa dari organisasi yang

    bersangkutan

    Mutu

    Hubungan

    Harga Waktu

    Atribut produk/jasa Nilai

    Fungsionalitas

    = + Citra +

  • 39

    Gambar 5. Model Proporsi Nilai Pelanggan Sumber : Kaplan dan Norton. 2000

    3.4.3. Perspektif Proses Bisnis Internal

    Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan

    analisis value-chain yang memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa

    baik bisnis perusahaan berjalan dan apakah produk dan atau jasa perusahaan

    sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesaian dengan hati-

    hati oleh perusahaan yang mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat

    dilakukan oleh konsultan luar.

    Perspektif proses bisnis internal mendorong kepada proses tercapainya

    tujuan yang ditetapkan untuk pelanggan dan pemegang saham. Dalam perspektif

    ini para eksekutif mengidentifikasikan berbagai proses bisnis internal penting

    yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan sehingga memungkinkan

    perusahaan untuk:

    1. Memberi proporsi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan

    pelanggan dalam segmen pasar sasaran.

    2. Memenuhi harapan keuntungan financial yang tinggi bagi para pemegang

    saham.

    Perspektif proses bisnis internal memilik tiga proses usaha utama, yaitu

    dapat dilihat dalam Gambar 6.

    a. Inovasi

  • 40

    Dalam proses inovasi, unit bisnis mengidentifikasikan kebutuhan

    pelanggan yang sedang berkembang atau yang masih tersembunyi dan kemudian

    merancang dan mengembangkan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

    tersebut. Inovasi merupakan proses internal yang sangat penting.

    b. Operasi

    Proses operasi dimulai dengan diterimanya pesanan dan diakhiri dengan

    penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan. Proses ini menitikberatkan pada

    penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien,

    konsisten dan tepat waktu.

    c. Layanan Purna Jual

    Layanan purna jual menghasilkan nilai tambah bagi keseluruhan proses

    operasi bisnis internal perusahaan. Layanan purna jual mencakup garansi dan

    berbagai aktivitas perbaikan, penggantaian produk dan yang dikembalikan, serta

    proses pembayaran , seperti administrasi kartu kerdit. Perusahaan berupaya untuk

    memenuhi harapan pelanggan sasaran dalam hal layanan purna jual yang tinggi.

    Rantai Nilai Eksternal Tampak Pada Gambar 6

    Gambar 6 Rantai Nilai Eksternal Pada Proses Bisnis Internal Sumber : Kaplan dan Norton. 2000

    3.4.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

    Proses Layanan Purna Jual Proses Operasi Proses Inovasi

    Kebutuhan pelanggan diidentifikasi

    Kenali pasar

    Ciptakan Produk

    Banguan Produk

    Luncurkan Produk

    Layani Pelanggan

    Kebutuhan pelanggan diidentifikasi

  • 41

    Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor sumber

    daya manusia, system, dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini

    adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan

    perbaikan individu dan organisasi. Dalam organisasi knowledge-worker, manusia

    adalah sumber utama. Menurut Kaplan dan Norton (2000), tolak ukur yang

    digunakan sebagai pedoman oleh perusahaan dalam penentuan kinerja perspektif

    ini adalah:

    A. Kapabilitas pekerjaan

    Ukuran yang berorentasi pada kapabilitas pekerja meliputi:

    1. Kepuasan pekerja

    Pekerja yang puas merupakan prasyarat untuk meningkatkan

    produktivitas, daya tanggap, mutu dan layanan pelanggan. Perusahaan yang ingin

    memuaskan pelanggan dengan mencapai tingkat kepuasan yang tinggi perlu

    memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh organisasi.

    Kerangkan kerja untuk pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilihat pada

    Gambar 7. Unsur-unsur dalam survey kepuasan pekerja dapat meliputi:

    a. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan

    b. Penghargaan karena telah melakukan pekerja yang baik

    c. Akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanaan pekerjaan

    dengan baik

    d. Dorongan aktif untuk bekrja dan menggunakan inisiatif

    e. Tingkat dukungan dari fungsi staf

    f. Kepuasan keseluruhan dengan perusahaan

    Hasil

    Retensi pekerjaan

    Produktivitas pekerja

    Kepuasan

  • 42

    Ukuran inti

    Faktor yang Mempengaruh

    Gambar 7. Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumber: Kaplan dan Norton, 2000

    2. Retensi pekerjaan

    Tujuan retensi pekerja adalah untuk mempertahankan selama mungkin

    para pekerja yang diminati perusahaan. Adapun jenis pekerjaan yang diminati

    oleh suatu perusahaan diantaranya loyal membawa nilai perusahaan, memiliki

    pengetahuan tentang berbagai proses organisasional dan diharapkan

    sensitivitasnya terhadap kebutuhan pelanggan.

    3. Produktivitas pekerja

    Produktivitas adalah suatu ukuran hasil yang berdampak pada keseluruhan usaha

    peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal dan kepuasan

    pelanggan. Produktivias dapat diukur dengan membandingkan keluaran yang

    dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk

    menghasilkan keluaran tersebut.

    B. Kapabilitas Sistem Informasi

  • 43

    Kapabilitas sistem informasi dapat diukur melalui tersedianya informasi