› xmlui › bitstream › handle... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen …“Manajemen sumber...
Transcript of › xmlui › bitstream › handle... BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen …“Manajemen sumber...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia mengandung pengertian yang erat
kaitannya dengan pengelolaan sumber daya manusia atau pegawai dalam
perusahaan. Sumber daya manusia dapat juga disebut sebagai personil. Tenaga
kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya, atau potensi yang merupakan aset dan berfungsi
sebagai modal non material dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi
organisasi (Nawawi, 2011). Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang
perlu mendapatkan perhatian yang khusus dari perusahaan, karena manusia
sebagai penggerak aktivitas perusahaan, maka manajemen sumber daya manusia
memfokuskan perhatiannya kepada masalah-masalah kepegawaian. Hasibuan
(2013) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai berikut:
“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.”
Sedangkan menurut Mangkunegara (2013:2) mengatakan bahwa :
“Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan
organisasi.”
12
Selain itu terdapat definisi-definisi manajemen sumber daya manusia menurut
para ahli yaitu:
1) Menurut Mathis & Jackson (2012:5), manajemen sumber daya manusia
(MSDM) dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam penggunaan
kemampuan manusia agar dapat mencapai tujuan di setiap perusahaan.
2) Menurut Bohlander dan Snell (2010:4) manajemen sumber daya
manusia yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan
karyawan dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja,
mengembangkan para karyawan yang mempunyai kemampuan,
mengidentifikasikan suatu pendekatan untuk dapat mengembangkan
kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka atas
usahanya dalam bekerja.
3) Menurut Flippo (dalam Hasibuan 2013:11) manajemen personalia
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan, dengan maksud
terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan dan masyarakat.
4) Menurut Handoko (2011:4) manajemen sumber daya manusia adalah
penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan
sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu
mauoun organisasi.
13
5) Menurut Gary Dessler (2010:4) manajemen sumber daya manusia
sebagai kebijakan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan karyawan atau
aspek-aspek yang terdapat dalam sumber daya manusia seperti posisi
manajemen, pengadaan karyawan atau rekrutmen, penyaringan,
pelatihan, kompensasi, dan penilaian prestasi kerja karyawan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
sumber sumber daya manusia suatu ilmu dan seni yang digunakan untuk mengatur
orang atau karyawan, mengembangkan potensi manusia dan organisasinya, untuk
melakukan serangkaian proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan terhadap pengadaan, pemeliharaan, sampai pemberhentian sebagai
upaya-upaya untuk mengembangkan aktivitas manusia dalam mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien. Manajemen sumber daya manusia wajib
diterapkan di perusahaan besar maupun perusahaan kecil untuk membuat
perusahaan tersebut dapat terus berkembang karena keberhasilan suatu organisasi
itu juga bergantung pada karyawan di dalam organisasi tersebut, untuk itu
dibutuhkan karyawan berkomitmen tinggi terhadap organisasi.
Mengidentifikasikan berbagai permasalahan dan definisi mengenai
manajemen sumber daya manusia merupakan suatu permasalahan yang sulit.
Tentu kesulitan tersebut karena kualitas sumber daya manusia ditinjau secara
kompleks dari sudut eksistensi bahwa kualitas sumber daya manusia memiliki
serangkaian aktivitas yang melibatkan individu atau kelompok dari sumber daya
manusia untuk menjalankan kegiatannya sesuai pengembangan karier dan
komitmen dalam mencapai tujuan organisasi.
14
Manajemen telah berkembang menjadi bidang yang semakin professional
menuntut setiap sumber daya manusia untuk mengembangkan kualitas
yangdimiliki tersebut dalam berbagai bidang aplikasi kerja. Aplikasi bidang kerja
tersebut diterapkan berdasarkan tingkat kebutuhan dinamika kerja sesuai dengan
berbagai bentuk pengembangan manajemen yang secara hirarki dibagi
berdasarkan implementasi manajemen operasional, manajemen lini pertama,
manajemen menengah, dan manajemen puncak, yang tidak terlepas dari kualitas
yang dimiliki terhadap peningkatan pengembangan karier dan komitmen.
Tinjauan mengenai manajemen sumber daya manusia sebagai suatu profesi kerja
dikemukakan oleh Schein (2004:14) yang menguraikan karakteristik atau kriteria
suatu profesi dalam kegiatan kualitas sumber daya manusia mempunyai hubungan
antara pengembangan karier dan komitmen sesuai tingkat pengembangan
pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan sikap yang memandang :
1. Manajemen kualitas sumber daya manusia sebagai profesi yang
didalamnya terdapat sistem, prinsip mengenai manajemen tertentu yang
harus dikembangkan dan ditangani sesuai dengan komitmen.
2. Manajemen sumber daya manusia sebagai status yang menjadi standar
profesi dalam menghasilkan komitmen.
3. Manajemen sumber daya manusia dijalankan berdasarkan komitmen yang
kuat sesuai dengan kode etik profesi kerja.
Kaitan manajemen sumber daya manusia dengan komitmen sumber daya
manusia, dipahami bahwa teori-teori manajemen sumber daya manusia
dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan komitmen sumber daya manusia.
15
Komitmen dalam tinjauan manajemen sumber daya manusia, sebagaimana yang
diterapkan oleh Nelson (2004:72) menyatakan bahwa komitmen sumber
dayamanusia ditentukan oleh manajemen sumber daya manusia yang memiliki
pengembangan karier kerja sesuai dengan sikap, pengetahuan, keterampilan dan
keahlian dalam menghadapi dinamika kerja yang terus maju dan kompetitif
menghadapi berbagai kesenjangan dan permasalahan suatu organisasi kerjaguna
meningkatkan komitmen sumber daya manusia.
Penjelasan ini tentu sangat sesuai dengan bentuk-bentuk variabel yang
mempengaruhi komitmen yang dibutuhkan dalam manajemen sumber daya
manusia dalam menetapkan tujuan yang sesuai dengan aplikasi dinamika
kerjasumber daya manusia dalam mengembangkan :
1. Organisasi memanfaatkan sumber daya manusia (sumber daya manusia)
untuk mencapai tujuan organisasi sesuai komitmen.
2. Individu sumber daya manusia dalam suatu organisasi melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang konsisten dengan berbagai tujuan organisasi.
3. Memajukan organisasi tidak terlepas dari komitmen yang ditunjukkan
sumberdaya manusia.
2.1.2 Peranan dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Peranan manajemen sumber daya manusia yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2013 : 34) antara lain :
1. Menetapkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan job description, job
specification, dan job evaluation.
16
2. Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan
asas the right man in the right job.
3. Menetapkan program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan
pemberhentian.
4. Meramalkan penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa
yang akan datang.
5. Memperkirakan keadaan perekonomian pada umumnya dan
perkembangan perusahaan pada khususnya.
6. Memonitor dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan
pemberian balas jasa perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
10. Mengatur pensiun, pemberhentian, dan pesangonnya.
Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Hasibuan (2013)
meliputi :
1. Perencanaan
Perencanaan (human resource planning) adalah merencanakan tenaga
kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dalam membantu mewujudkan tujuan. Perencanaan dilakukan dengan
menetapkan program kepegawaian meliputi: pengorganisasian,
pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan. Program
17
kepegawaian yang baik akan membantunya tercapainya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian (organizing) adalah kegiatan untuk mengorganisasikan
semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi.
Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan
organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
3. Pengarahan
Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan kegiatan semua
karyawan, agar mau bekerjasama dan bekerja efektif serta efisien dalam
membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Pengarahan ini dilakukan oleh pimpinan dengan menugaskan bawahan
agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik.
4. Pengendalian
Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua
karyawan agar menaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai
dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan ataui kesalahan, diadakan
tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan,
karyawan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
18
5. Pengadaan
Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, perjanjian
kerja, penempatan, orientasi, induksi untuk mendapatkan karyawan yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan
membantu terwujudnya tujuan perusahaan.
6. Pengembangan
Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
7. Kompensasi
Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct)
dan tidak langsung (indirect), uang dan barang kepada karyawan sebagai
imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi
adalah adil dan layak. Adil artinya sesuai dengan prestasi kerjanya, layak
artinya dapat memenuhi kebutuhan primernya serta berpedoman pada
batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal
konsistensi.
8. Pengintegrasian
Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar terciptanya kerja
sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh
laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya.
19
Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia, karena mempersatukan dua kepentingan yang
bertolak belakang.
9. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka
tetap mau bekerja sama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik
dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan
sebagai karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal
perusahaan.
10. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia yang
terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena disiplin yang baik sulit
terwujud tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan
kesadaran untuk menaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial.
11. Pemberhentian
Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang
dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
karyawan, keinginan perusahaan, kontak kerja berakhir, pensiun, dan
sebab-sebab lainnya. (pemberhentian ini diatur dalam undang-undang No.
13 tahun 2003 tentang hukum ketenagakerjaan)
20
2.2 Pengembangan Karier
2.2.1 Pengertian Karier
Karier merupakan perjalanan yang dilalui seseorang dalam pekerjaan
selama hidupnya. Handoko (2011) menyatakan bahwa karier adalah seluruh
pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja
seseorang. Karier menunjukkan perkembangan para karyawan secara individual
dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja
dalam suatu organisasi.
Dessler (2010) mendefinisikan karier sebagai pekerjaan yang dimiliki
seseorang selama bertahun-tahun. Lebih lanjut Dessler menjelaskan pengusaha
dianggap memiliki pengaruh yang signifikan pada karier karyawan, melalui
pengaruh mereka pada proses SDM perekrutan, seleksi, penempatan, pelatihan,
penilaian, penghargaan, promosi, dan pemisahan karyawan semuanya
memengaruhi karier seseorang, dan oleh karena itu mempengaruhi kepuasan
karier dan keberhasilannya. Istilah karier sedikit banyak telah didemokratisasi.
Saat ini karier menunjukkan rangkaian atau urutan pekerjaan/jabatan yang
dipegang oleh orang-orang selama riwayat pekerjaannya, tidak pandang tingkat
pekerjaan atau tingkat organisasinya.
Karier tidak hanya menunjukkan perubahan pekerjaan gerak vertikal
naikdalam suatu organisasi. Meskipun sebagian besar karywan masih berusaha
mencapai kemajuan, akan tetapi banyaknya orang yang menolak pekerjaan yang
lebih berat tanggungjawabnya untuk tetap dalam jabatan yang sekarang dipegang
dan disukainya.
21
Moekijat (2010) menyatakan unsur karier yang baik adalah adanya
penghargaan yang wajar terhadap masa kerja, kesetiaan, pengabdian, pengabdian,
sehingga karyawan yang berpengalaman, setia mengabdi kepada negara
pemerintah dan tugas kewajibannya akan mendapat penghargaan selayaknya.
Selain itu, dalam sistem karier seseorang dapat naik pangkat dan jabatan
berdasarkan masa kerja sudah tentu memperhatikan kecakapan, prestasi kerja,
kesetiaan dan sebagainya.
Gibson (2002) mengemukakan ada empat karakteristik dalam penilaian
individu berkaitan dengan kesesuaian yaitu prestasi, sikap, keadaptasian karier
dan identitas karier. Dalam prestasi karier, gaji dan posisi merupakan indikator
yang lebih popular tentang prestasi karier (career performance). Khususnya
semakin cepat kenaikan gaji seseorang dan semakin menapak jenjang hirarki,
semakin tinggi pula prestasi karyawan.
Sikap karier (career attitude) mengacu pada seseorang memandang dan
menilai karier. Orang yang mempunyai sikap karier positif juga akan mempunyai
persepsi dan penilaian yang positif atas karier. Sikap karier positif lebih mungkin
sesuai dengan tuntutan karier dan peluang yang konsisten dengan kepentingan,
nilai-nilai kebutuhan dan kemampuan individu.
Profesi selalu berubah yang menuntut adanya pengetahuan dan keahlian
baru untuk mempraktekkannya. Orang yang tidak dapat beradaptasi dengan
perubahan tersebut akan menerimanya dalam praktek karier dan menghadapi
risiko ketinggalan jaman. Keadaptasian karier menunjukkan aplikasi pengetahuan,
keahlian dan teknologi mutakhir dalam perjalanan karier.
22
Identitas karier (career identity) terdiri dari dua komponen utama yaitu:
1. Sejauh mana orang memiliki kesadaran yang konsisten tentang
kepentingan, nilai dan harapan bagi masa depan.
2. Sejauh mana orang-orang memandang hidup konsisten sepanjang waktu,
Sejauh mana melihat diri sendiri sebagai masa lalu.
2.2.2 Pengertian Pengembangan Karier
Pengembangan karier merupakan segala usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan. Hasibuan
(2013) menyatakan bahwa pengembangan karier mengacu pada masalah staf dan
personil dalam proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur
yang sistematis dan terorganisir di mana manajer belajar pengetahuan konseptual
dan teoritis untuk tujuan umum, yang sesuai dengan perubahan-perubahan dalam
lingkungan kerja yang biasanya berupa mutasi kerja.
Menurut Stone (dalam Kadarisman 2012:322) menyatakan
pengembangan karier sebagai berikut :
“Pengembangan karier karyawan adalah proses dan kegiatan
mempersiapkan seorang karyawan untuk menduduki jabatan dalam
organisasi atau perusahaan, yang akan dilakukan di masa mendatang.
Dengan pengembangan tersebut tercakup pengertian bahwa
perusahaan atau manajer SDM tersebut telah menyusun perencanaan
sebelumnya tentang cara-cara yang perlu dilakukan untuk
mengembangkan karier karyawan selama ia bekerja.”
23
Dubrin (dalam Mangkunegara 2013:77) mengemukakan bahwa :
“Pengembangan karier adalah aktivitas kepegawaian yang membantu
pegawai-pegawai merencanakan karier masa depan mereka di perusahaan
agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan
diri secara maksimum.”
Berdasarkan uraian pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa
pengembangan karier seorang pegawai atau karyawan perlu dilakukan karena
seorang pegawai bekerja dalam suatu organisasi tidak hanya ingin memperoleh
apa yang dimiliki hari ini, tetapi juga mengharapkan adanya perubahan, kemajuan,
dan adanya kesempatan yang diberikan kepadanya untuk maju ke tingkat yang
lebih tinggi dan lebih baik. Setiap karyawan akan meras bosan bekerja pada
tempat dan situasi pekerjaan yang sama, karyawan akan selalu mengharapkan aka
nada perubahan dan jaminan bahwa dari waktu ke waktu karyawan mendapatkan
pengakuan yang lebih besar dari organisasi atau lingkungan kerjanya, untuk itu
pengembangan karier hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan pada
metode-metode ilmiah serta pedoman pada pelatihan yang dibutuhkan organisasi
saat itu maupun yang akan datang. Pengembangan karier harus bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan supaya
prestasi kerjanya dapat mencapai hasil optimal. Adanya pengembangan karier
sangat menguntungkan bagi suatu organisasi dalam meningkatkan kemampuan
organisasinya untuk berkompetensi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan
yang kompetitif.
Dalam suatu organisasi, senantiasa berupaya agar tujuan dari organisasi
dapat tercapai dengan baik. Organisasi sangat tergantung pada baik buruknya
pengembangan karier dari organisasinya. Pengembangan karier akan dapat
24
dilakukan dengan baik dan benar jika para pengembang mengetahui apa dan
bagaimana sumber daya manusia itu.
2.2.3 Tujuan Pengembangan Karier
Tujuan pengembangan karier menurut Rivai (dalam Kadarisman
2012:337) mengemukakan sebagai berikut :
“Tujuan dari seluruh program pengembangan karier adalah untuk
menyesuaikan antara kebutuhan dan tujuan karyawan dengan
kesempatan karier yang tersedia di organisasi saat ini dan di masa
yang akan datang. Karena itu, usaha pembentukan sistem
pengembangan karier yang dirancang secara baik akan dapat
membantu karyawan dalam menentukan kebutuhan karier mereka
sendiri, dan menyesuaikan antara kebutuhan karyawan dengan
tujuan organisasi. Komitmen dalam program pengembangan karier
dapat menunda keusangan dari sumber daya manusia yang
memberatkan organisasi.”
Tujuan pengembangan karier dikemukakan oleh Dubrin (dalam
Mangkunegara 2013:77) sebagai berikut :
a. Membantu dalam Pencapaian Tujuan Individu dan Perusahaan
Pengembangan karier membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan
individu. Seorang pegawai yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik
kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti
tujuan perusahaan dan tujuan individu tercapai.
b. Menunjukan Hubungan Kesejahteraan Pegawai
Perusahaan merencanakan karier pegawai dengan meningkatkan
kesejahteraannya agar pegawai lebih tinggi loyalitasnya.
25
c. Membantu Pegawai Menyadari Kemampuan Potensi Mereka
Pengembangan karier membantu menyadarkan pegawai akan
kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu sesuai dengan
potensi dan keahliannya.
d. Memperkuat Hubungan antara Pegawai dan Perusahaan
Pengembangan karier akan memperkuat hubungan dan sikap pegawai
terhadap perusahannya.
e. Membuktikan Tanggung Jawab Sosial
Pengembangan karier suatu cara menciptakan iklim kerja yang positif dan
pegawai-pegawai menjadi lebih bermental sehat.
f. Membantu Memperkuat Pelaksanaan Program-Program Perusahaan
Pengembangan karier membantu program-program perusahaan lainnya
agar tujuan perusahaan tercapai.
g. Mengurangi Turnover dan Biaya Kepegawaian
Pengembangan karier dapat menjadikan turnover rendah dan begitu pula
biaya kepegawaian menjadi lebih efektif.
h. Mengurangi Keusangan Profesi dan Manajerial
Pengembangan karier dapat menghindarkan dari keusangan dan kebosanan
profesi dan manajerial.
i. Menggiatkan Analisis dari Keseluruhan Pegawai
Perencanaan karier dimaksudkan mengintegrasikan perencanaan kerja dan
kepegawaian.
26
j. Menggiatkan Suatu Pemikiran (Pandangan) Jarak Waktu yang Panjang
Pengembangan karier berhubungan dengan jarak waktu yang panjang. Hal
ini karena penempatan suatu posisi jabatan memerlukan persyaratan dan
kualifikasi yang sesuai dengan porsinya.
2.2.4 Faktor-Faktor Pengembangan Karier
Secara keseluruhan dapat dipahami bahwa pengembangan karier dalam
suatu perusahaan pada dasarnya dikembangkan atas pendidikan, pelatihan,
penilaian prestasi, mutasi dan promosi jabatan (Hasibuan 2013).
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk dapat
memberikan suatu wahana dan wawasan tentang pengetahuan kerja dan cara
mengerjakan pekerjaan sesuai orientasi kemajuan pekerjaan. Akan berbeda
karyawan yang memiliki pendidikan yang tinggi dengan karyawan yang tidak
memiliki pendidikan tinggi.
Aktualisasinya dapat di lihat bahwa karyawan yang memilih pendidikan,
dalam melaksanakan aktivitas kerjanya lebih mudah mengembangkan dan lebih
memahami tentang perencanaan kerja, dan metode pelaksanaan pekerjaan hingga
keberhasilan menjalankan pekerjaan dengan baik dibandingkan dengan karyawan
yang memiliki pendidikan yang rendah cenderung memperlihatkan ketidaktahuan
dan kelambatan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan bahkan cenderung
terbekalai.
27
Indikator dalam menentukan suatu peningkatan pendidikan karyawan
dapat dilihat dari pendidikan formal yang ditamati, sebagai bukti bahwa karyawan
tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan kerja sesuai dengan tingkat
pendidikan, latar belakang pendidikan dan penguasaan disiplin ilmu, sehingga
dapat dibedakan antara karyawan yang berpendidikan S3, S2, S1, Diploma, SMA,
SMP dan SD. Artinya, makin tinggi pendidikan yang dimiliki maka akan
memudahkan di dalam mengembangkan sumber daya manusianya pada suatu
organisasi.
Keberhasilan suatu kegiatan organisasi dalam menerapkan fungsi
manajemen dengan baik dalam suatu organisasi banyak ditentukan oleh tingkat
peran dan andil dari individu sumber daya manusia. Individu sumber daya
manusia yang dapat merancang, merencanakan, mengendalikan dan
mengembangkan suatu kegiatan pengelolaan dengan baik adalah individu yang
memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup tentang dinamika kerja yang
dihadapinya dan cara-cara mengembangkan suatu aktivitas kerja, yang tidak
terlepas dari peran pendidikan individu sumber daya manusia baik dilihat dari
jenjang pendidikan, latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang dimilikinya.
Hasibuan (2013:69), mengemukakan bahwa pendidikan adalah meningkatkan
keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan.
Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tanggal 13
September 1974 (dalam Hasibuan 2013) pendidikan adalah segala usaha untuk
membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
jasmaniah dan rohaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik di dalam maupun
28
luar sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sedangkan menurut Flippo (dalam Hasibuan 2013) pendidikan adalah
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas
lingkungan kita secara menyeluruh.
Pendapat-pendapat tersebut menunjukkan pentingnya suatu pendidikan
yang karena memiliki suatu efek yang langsung berdampak terhadap cara berpikir
seseorang dalam memahami lingkungan kerjanya dengan mengelola suatu fungsi
manajemen, di mana dasar-dasar pemahaman manajemen tersebut dapat
diperolehnya melalui lembaga pendidikan baik formal maupun informal. Lembaga
formal dapat melalui lembaga pendidikan sekolah baik negeri maupun swasta,
sedangkan lembaga informal dapat melalui pendidikan keluarga dan
pengembangan pemberdayaan masyarakat melalui paket pengelolaan manajemen
kemasyarakatan.
Pengertian pendidikan yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa betapa pentingnya pengaruh pendidikan itu bagi karyawan dalam suatu
organisasi, mengapa dikatakan demikian, karena dengan adanya pendidikan yang
diberikan kepada karyawan secara tidak langsung mampu menerapkan ilmu
pengetahuan secara teoritis dan konseptual yang didapatkan selama mengikuti
pendidikan sesuai latar belakang dan disiplin ilmu yang ditekuni.
Pendidikan karyawan disini adalah kegiatan pengembangan karier, untuk
meningkatkan total dari karyawan diluar kemampuan dibidang pekerjaan atau
jabatan yang dipegang saat ini. Ditinjau dari sudut tingkatan bahwa jenjang
29
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan formal untuk pendidikan tinggi terdiri dari
Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas, yang didalamnya sudah
termasuk jalur pendidikan melalui Diploma Tiga, Strata Satu, dan Strata Dua.
Sehubungan dengan hal tersebut jika dikaitkan dengan pengembangan
sumber daya manusia melalui pendidikan tersebut diberikan kesempatan untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan pada pendidikan tinggi dalam hal ini
adalah perguruan tinggi negeri maupun swasta seperti diploma tiga, strata satu,
dan strata dua, yang tujuannya untuk peningkatan kemampuan secara teoritis
dalam pelaksanaan tugas pokok, sehingga antara teori dan praktek menjadi suatu
yang sinkron dan saling mendukung di dalam meningkatkan kemampuan
pengembangan sumber daya manusia yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam suatu organisasi atau unit kerja yang ditempatkan sumber daya
manusia aparatur atau karyawan baru, untuk suatu jabatan tertentu atau dimana
karyawan lama ditugaskan memangku jabatan baru, bila diharapkan karyawan
tersebut sukses mengerjakan tugas-tugasnya, perlulah karyawan tersebut ikut
pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu. Seorang karyawan yang ditugaskan
untuk menjabat sesuatu jabatan tertentu, ia memang sudah mempunyai
pendidikan, namun belum cukup. Agar ia mampu mengerjakan tugasnya dengan
baik, maka ia masih perlu diberikan pendidikan dan pelatihan khusus.
2. Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan sesungguhnya tidak sama. Walaupun banyak
persamaan, kedua-duanya berhubungan dengan memberikan bantuan kepada
30
karyawan, agar karyawan tersebut dapat berkembang ketingkat kecerdasan,
pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi. Menurut Hasibuan (2013)
pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan,
sedangkan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis
pelaksanaan pekerjaan karyawan.
Pendidikan dan pelatihan bertujuan agar karyawan dapat cepat
berkembang. Sulit bagi seorang karyawan untuk mengembangkan dirinya tanpa
adanya suatu pendidikan khusus, karena jika pengembangan diri hanya
bergantung dari pengalaman saja maka karyawan akan memakan waktu yang
lama untuk mengembangkan dirinya. Untuk itu mengapa pendidikan bertujuan
untuk mempercepat perkembangan para karyawan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pembinaan sumber daya manusia aparatur.Pendidikan dan pelatihan tidak saja
meningkatkan pengetahuan (knowledge) tetapi juga keterampilan (skill) dan sikap
(attitude) karyawan, sehingga dapat meningkatkan tugas pokok dan fungsi dalam
organisasi.
Jika pelatihan merupakan suatu solusi terbaik, maka para pimpinan oleh
manajer harus memutuskan program pelatihan yang tepat untuk diikuti oleh para
karyawan. Ketepatan teknik dan pelatihan tertentu tergantung pada tujuan yang
hendak dicapai, identifikasi mengenai apa yang diinginkan agar para karyawan
mengetahui apa yang dilakukan.
Pelatihan yang berbeda akan berakibat pada pemakaian metode pelatihan
dapat kita gambarkan bahwa tujuan pelatihan dengan orientasi semangat kerja,
31
keterampilan pada pekerjaan membutuhkan keterampilan manusia, keterampilan
manajemen dan pendidikan, sedangkan pelatihan yang sesuai juga akan sangat
tergantung pada tujuan pelatihan itu sendiri. Seringkali terdapat perbedaan
persepsi dikalangan pejabat dan manajer sumberdaya manusia tentang perbedaan
pelatihan dan pengembangan. Perbedaan tersebut pada intinya, bahwa pelatihan
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kemampuan para karyawan
melaksanakan tugas sekarang, sedangkan pengembangan lebih berorientasi pada
peningkatan produktivitas kerja para karyawan dimasa depan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan dua hal yang hampir sama maksud
pelaksanaannya, namun ruang lingkupnya yang membedakan karakteristik kedua
kegiatan tersebut. Pendidikan merupakan tugas untuk meningkatkan pengetahuan,
pengertian, atau sikap individu sumber daya manusia, sehingga dapat lebih
menyesuaikan dengan lingkungan kerja dalam suatu organisasi. Pendidikan
berhubungan dengan penambahan ilmu pengetahuan. Sedangkan pelatihan
merupakan pendidikan dalam arti yang agak sempit, terutama dengan instruksi,
tugas khusus dan disiplin. Jadi, pelatihan merupakan suatu proses aplikasi teori
mengenai pekerjaan dalam peningkatan kecakapan.
3. Penilaian Prestasi Karyawan
Setelah karyawan diterima, ditempatkan, dan dipekerjakan maka tugas
manajer selanjutnya adalah melakukan penilaian prestasi karyawan. Penilai
prestasi karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat
dicapai setiap karyawan. Penilaian prestasi penting bagi setiap karyawan dan
berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
32
Penilaian prestasi adalah kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku
prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya (Hasibuan
2013). Sedangkan untuk penilaian prestasi kerja menurut Hasibuan (2013) adalah
menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang
dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan
akan dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan.
Menurut Sikula (dalam Hasibuan 2013:87) penilaian prestasi kerja
adalah evaluasi yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh
karyawan dan ditujukan untuk pengembangan.
Sedangkan menurut Yolder (dalam Hasibuan 2013:88) penilaian prestasi
kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk
mengevalusi pegawai dan sumbangan serta kepentingan bagi pegawai.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian
prestasi merupakan evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja, dan potensi
pengembangan yang telah dilakukan, yang pada dasarnya merupakan suatu proses
mengestimasi dan menentukan nilai keberhasilan pelaksanaan tugas para
karyawan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
Ruang lingkup penilaian prestasi dicakup dalam what (apa) yang dinilai,
why (kenapa) dinilai, where (di mana) penilaian dilakukan, when (kapan)
penilaian dilakukan, who (siapa) yang akan dinilai, dan how (bagaimana)
menilainya atau sering disingkat dengan 5W + 1H.
Indeks prestasi ini harus menjadi dasar untuk menetapkan kebijaksanaan
selanjutnya bagi karyawan bersangkutan apakah ia dipindahkan, dipromosikan,
33
demosi, ataupun diberhentilkan. Tanpa adanya tindakan lebih lanjut tidak ada
gunanya dilakukan penilaian prestasi karyawan.
4. Mutasi
Status karyawan dalam suatu organisasi pada umunya tidak tetap. Status
karyawan bergerak secara konstan ke atas, secara lateral ke bawah, dan ke luar
dari organisasi. Program hubungan internal karyawan yang tertata dengan baik
sangat bermanfaat bagi organisasi dan para karyawan itu sendiri. Hubungan
internal karyawan merupakan aktivitas manajemen sumber daya manusia yang
berhubungan dengan perpindahan karyawan dalam organisasi, dan aktivitas-
aktivitas manajemen sumber daya manusia tersebut antara lain adalah mutasi.
Mutasi karyawan merupakan proses kegiatan yang dapat mengembangkan
posisi atau status seorang karyawan dalam lingkup organisasi. Karena itu
merupakan kekuatan yang sanggup mengubah posisi karyawan, maka dikatakan
bahwa mutasi merupakan salah satu cara yang paling baik untuk mengembangkan
sumber daya manusia dalam lingkup organisasi. Saydam (dalam Kadarisman
2012:69) mengatakan mutasi dalam manajemen sumber daya manusia dapat
mencakup dua pengertian, yaitu: a) kegiatan pemindahan pegawai dari satu tempat
kerja ke tempat kerja yang baru yang sering disebut dengan ”alih tempat” (tour of
area); b) kegiatan pemindahan pegawai dari tugas yang satu ke tugas yang lain
dalam satu unit kerja yang sama, atau dalam organisasi, yang sering pula disebut
dengan istilah ”alih tugas” (tour of duty).
Mutasi adalah suatu perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang
dilakukan baik secara horizontal maupun vertical (promosi/demosi) di dalam satu
34
organisasi (Hasibuan, 2013). Lebih lanjut Hasibuan menjelaskan bahwa pada
dasarnya mutasi termasuk dalam fungsi karyawan, karena tujuannya adalah untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas kerja dalam perusahaan tersebut.
Suatu mutasi karyawan yang paling banyak terjadi adalah atas keinginan
organisasi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan antara lain:
usaha organisasi/perusahaan untuk menghilangkan kejenuhan karyawan,
kemampuan yang dimiliki karyawan kurang sesuai dengan kualifikasi pendidikan
atau pelatihan, lingkungan pekerjaan yang kurang mendukung pelaksanaan
pekerjaan, sistem dan prosedur kerja yang berubah, serta sebagai sanksi bagi
karyawan/karyawan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan bahwa pegawai yang telah
bekerja sekian lama di suatu unit kerja, pada suatu waktu akan menjadi jenuh dan
bosan. Rasa bosan tersebut bila tidak dicarikan jalana keluarnya dapat mengarah
pada menurunnya motivasi dan semangat kerja. Bila kondisi ini sudah melilit para
karyawan, maka produktivitas kerja karyawan akan merosot dan karyawan akan
dihinggapi penyakit stress (tekanan mental), yang membahayakan karyawan
tersebut dan juga perusahaan tempat mereka bekerja. Oleh karena itu, seharusnya
pimpinan perusahaan/organisasi harus dapat memerhatikan situasi yang amat
tidak menguntungkan ini, dan berusaha untuk memutasikan karawan tersebut ke
tempat lain. Untuk mencapai tujuan mendapatkan orang tepat pada tempat tepat,
tidak dapat begitu saja selesai dengan seleksi dan penempatan. Namun, harus
dilakukan penilaian secara terus-menerus, dan dengan penilaian tersebut dapat
dilaksanakan dengan mutasi terhadap karyawan.
35
Menurut Saydam (dalam Kadarisman 2012:79) tujuan mutasi
karyawan/pegawai adalah: a) menempatkan pegawai yang sesuai dengan
kebutuhan organisasi; b) meningkatkan semangat dan kegairahan kerja pegawai;
c) upaya pengembangan pegawai; dan d) serta sebagai tindakan preventif dalam
upaya mengamankan pegawai dan organisasi.
Mutasi adalah upaya-upaya kebijakan organisasi yang dilakukan secara
terkoordinasi, terbina dan terarah di dalam melihat suatu kepentingan perubahan
dalam melakukan pemindahan karyawan untuk memberikan pengalaman dan
peluang bagi karyawan dalam mengembangkan kemampuannya dalam suatu
bidang atau unit kerja. Karyawan yang sering dimutasi cenderung memiliki
pemahaman dan pengalaman terhadap dunia kerja yang berbeda-beda atau
cenderung lebih bersifat verifikasi atas jenis-jenis pekerjaan yang ditempati atau
dijabati dalam suatu organisasi.
Terlihat adanya perbedaan pemahaman dan pengalaman kerja yang
dimiliki oleh karyawan yang sering dimutasi dengan karyawan yang jarang
dimutasi. Karyawan yang sering dimutasi memiliki tingkat kemampuan adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan kerjanya, kemampuan bersosialisasi dalam
menjalankan aktivitas kerjanya dengan mudah dan tanggungjawab tugas yang
dipikul memberikan tantangan untuk lebih berkembang dan maju. Dibandingkan
dengan karyawan yang tidak pernah atau jarang dimutasi, pemahaman terhadap
dunia kerja suatu organissi cenderung bersifat monoton, vakum dan tidak fleksibel
bahkan jarang memiliki inisiatif dalam mengembangkan diri.
36
Indikator dari mutasi kerja adalah mewujudkan suatu pemahaman dan
pengalaman kerja berdasarkan nuansa-nuansa lingkungan kerja antara satu tempat
kerja dengan tempat kerja lainnya, sehingga aktualisasi indikator tersebut berupa
kemampuan karyawan beradaptasi, mudah bersosialisasi dan memiliki tingkat rasa
tanggungjawab yang tinggi terhdap dinamika kerja yang dihadapinya.
5. Promosi Jabatan
Promosi adalah perpindahan yang memperbesar authority dan
responsibility karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam satu rganisasi
sehongga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar (Hasibuan,
2013:108)
Menurut Flippo (dalam Hasibuan 2013:108) promosi berarti
perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan
tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih
tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu
demikian.
Sedangkan menurut Saydam (dalam Kadarisman 2012:133) istilah
promosi berasalh dari promotion, yang berarti peningkatan. Dalam manajemen
SDM yang dimaksud dengan promosi merupakan perubahan pekerjaan atau
status/jabatan karyawan/pegawai dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang
lebih tinggi. Perubahan tersebut biasanya diikuti dengan perubahan tanggung
jawab, wewenang, kompensasi, status sosial, dan fasilitas yang didapat pegawai
tersebut. Promosi merupakan idaman para pegawai, karena melalui promosi ini,
37
akan membawa pengaruh/motivasi dan peningkatan kemampuan yang
bersangkutan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Promosi mempunyai arti yang penting bagi setiap organisasi, karena
dengan promosi tersebut berarti kestabilan organisasi dan moral pegawai akan
dapat lebih terjamin. Suatu motivasi yang menonjol, dan mendorong karyawan
untuk berpartisipasi aktif dalam suatu organisasi antara lain adalah kesempatan
untuk maju. Kesempatan untuk maju itulah di dalam suatu organisasi sering
dinamakan sebagai promosi, karena karyawan pada umumnya menginginkan
kemajuan dalam hidupnya, terutama kemajuan dalam karier yang ditempuhnya.
Selain itu, dengan adanya promosi berarti ada kepercayaan dan pengakuan
mengenai kemampuan serta kecakapan karyawan bersangkutan untuk menduduki
suatu jabatan yang lebih tinggi.
Hal ini menjadikan promosi mempunyai kaitan terhadap suatu pencapaian
tujuan organisasi. Organisasi yang berhasil dalam kenyataannya menunjukkan
bahwa suatu tujuan tercapai banyak ditentukan oleh sumber daya manusianya
yang memiliki kepentingan organisasi tersebut untuk maju. Ukuran dalam melihat
suatu kepentingan sumber daya manusia dalam suatu organisasi tercermin dari
kegiatan promosi yang sering diterapkan. Keberhasilan suatu organisasi dalam
mempromosikan karyawan dalam suatu posisi jabatan atau kedudukan
mempunyai arti terhadap hasil yang dicapai untuk tujuan organisasi. Hasil
merupakan nilai apresiasi dan aktualisasi setiap orang dalam organisasi untuk
maju dan berkembang. Artinya, promosi suatu jabatan memerlukan adanya
kepentingan agar setiap orang dalam organisasi memiliki kemampuan kerjasama
38
dan mengapresiasikan atau mengaktualisasikan suatu tujuan dari kepentingan
yang ingin dicapai oleh suatu organisasi.
Suatu organisasi dalam mengembangkan sumber daya manusia selalu
mempertimbangkan syarat-syarat karyawan dapat di promosikan yang harus
diinformasikan dan diketahui oleh seluruh karyawan, agar seluruh karyawan
mengetahuinya secara jelas. Hal ini penting selain terdapat
keterbukaan/transparansi, tetapi juga membuat pegawai menjadi termotivasi untuk
berusaha mencapai syarat-syarat promosi tersebut. Menurut Kadarisman
(2012:143) terdapat beberapa syarat-syarat umum yang diperlukan dalam rangka
promosi untuk jabatan antara lain:
a) Pengalaman, banyaknya pengalaman seorang pegawai sering kali dipakai
sebagai salah satu syarat untuk promosi, sebab dnegan pengalaman yang
lebih banyak diharapkan kemampuan yang lebih tinggi, ide yang lebih
banyak, dan sebagainya.
b) Tingkat pendidikan, terdapat organisasi yang mensyaratkan minimal
pendidikan untuk dapat dipromosikan pada jabatan tertentu. Alasannya
adalah bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi, dapat diharapkan
pemikiran yang lebih baik.
c) Loyalitas, loyalitas atau kesetiaan terhadap organisasi tempat bekerja,
sering kali dipakai syarat untuk promosi. Hal ini disebabkan bahwa
dengan loyalitas yang tinggi dapat diharapkan antara lain tanggung jawab
yang lebih besar.
39
d) Kejujuran, untuk promosi jabatan-jabatan tertentu mungkin masalah
kejujuran merupakan syarat yang penting.
e) Tanggung jawab, sering kalo suatu organisasi memerlukan faktor
tanggung jawab yang cukup besar, sehingga masalah tanggung jawab
menjadi syarat utama promosi.
f) Kepandaian bergaul, untuk promosi jabatan tertentu, mungkin diperlukan
kepandaian bergaul sehingga persyaratan kemampuan bergaul dengan
orang lain perlu dicantumkan untuk promosi jabatan tersebut.
g) Prestasi kerja, pada umunya setiap organisasi selalu mencantumkan syarat
untuk prestasi kerjanya. Hal ini dapat dilihat dari catatan-catatan prestasi
yang telah dikerjakan.
h) Inisiatif dan kreatif, untuk syarat promosi jabatan tertentu, mungkin syarat
tingkat inisiatif dan kreatif merupakan syarat yang harus diperhatikan.
Suatu promosi akan selalu diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan
wewenang yang lebih tinggi dari jabatan yang diduduki sebelumnya. Begitu pula
pada umumnya promosi juga diikuti dengan peningkatan penghasilan serta
fasilitas lainnya. Namun, suatu promosi pada prinsipnya tetap harus dilaksanakan
secara transparan dan objektif, sehingga suatu promosi tidak akan menimbulkan
rasa kurang puas bagi organisasi maupun karyawan lainnya. Organisasi harus
mampu menciptakan persaingan yang sehat di antara mereka, yaitu memberikan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya diantara karyawan untuk menunjukkan
prestasi, kemampuan, dan dedikasinya bagi organisasi guna memenuhi
persyaratan untuk dipromosikan. Dalam kaitan ini adalah menjadi kewajiban
40
organisasi untuk memberikan tambahan pengetahuan, keterampilan, pelatihan,
dan lain-lain yang sangat penting, guna menunjang tugas yang hendak dibebankan
ke depannya.
2.2.5 Kegiatan-Kegiatan Pengembangan Karier
Menurut Handoko (2011) titik awal pengembangan karier dimulai dari
diri karyawan. Setiap orang bertanggungjawab atas pengembangan atau kemajuan
kariernya. Setelah komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan pengembangan
karier dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup :
1. Prestasi Kerja
Kegiatan paling penting untuk memajukan karier adalah preatasi kerja
yang baik, karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karier
lainnya. Kemanjuan karier sangat tergantung pada prestasi kerja
(performance).
2. Exposure
Kemajuan karier juga ditentukan oleh exposure. Exposure berarti menjadi
dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer, dan
kesempatan-kesempatan karier lainnya. Tanpa exposure, karyawan yang
berprestasi baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai
sasaran-sasaran kariernya. Para manajer mendapatkan exposure terutama
melalui prestasi, laporan-laporan tertulis, presentasi lisan, kerja panitia,
pelayanan masyarakat, dan bahkan lama jam kerja mereka.
41
3. Permintaan Berhenti
Bila seorang karyawan melihat kesempatan karier yang lebih besar di
tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk
mencapai sasaran-sasaran karier. Banyak karyawan–terutama para manajer
professional–berpindah-pindah perusahaan sebagai bagian strategi karier
mereka. Bila hal ini dilakukan secara efektif, mereka biasanya
mendapatkan promosi, kenaikan gaji, dan pengalaman baru. Permintaan
berhenti untuk melanjutkan karier di perusahaan lain sering disebut
leveraging. Bagaimanapun juga, bila teknik ini terlalu sering digunakan
akan merugikam karyawan sendiri.
4. Kesetiaan Organisasional
Dalam banyak organisasi, orang-orang meletakkan kemajuan karier
tergantung pada kesetiaan organisasional. Kesetiaan organisasional rendah
pada umumya ditemui pada diri para sarjana baru (yang mempunyai
pengharapan tinggi, sehingga sering kecewa dengan perusahaan pertama
mereka) dan para professional (yang kesetiaan pertamanya adalah pada
profesi mereka). Dedikasi jangka panjang terhadap perusahaan yang sama
akan menurunkan tingkat perputaran tenaga kerja.
5. Mentor dan Sponsors
Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karier
informal. Karyawan atau mentor dalam banyak perusahaan menyadari
bahwa hubungan di antara mereka ada dan berguna bagi pengembangan
karier. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan-kegiatan
42
pengembangan karier, seperti program-program latihan, transfer, atau
promosi, maka dia menjadi sponsor. Seorang sponsor adalah orang dalam
organisasi yang dapat menciptakan kesempatan-kesempatan
pengembangan karier bagi orang-orang lain. Sering sponsor karyawan
adalah atasan langsung.
6. Kesempatan-kesempatan Untuk Tumbuh
Bila karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program latihan,
pengambilan kursus-kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka
memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh.Hal ini berguna baik bagi
departemen personalia dalam pengembangan sumber daya manusia
internal maupun bagi pencapaian rencana karier karyawan.
2.2.6 Program-Program Untuk Pengembangan Karier
Inisiatif pengembangan karier perusahaan dapat memasukkan program-
program inovatif, seperti yang disebutkan oleh Dessler (2010) sebagai berikut:
1. Memberikan anggran perorangan pada setiap karyawan.
Setiap karyawan dapat menggunakan anggaran ini untuk mempelajari
pilihan karier dan pengembangan pribadi.
2. Menyediakan pusat karier di kantor maupun pusat karier online.
Fasilitas ini bisa termasuk perpustakaan yang menyediakan berbagai
materi berkaitan dengan pengembangan karier, workshop karier, workshop
yang berkaitan dengan topic tertentu (misalnya manajemen waktu), baik
43
tersedia secara online maupun tidak, serta menyediakan pelatihan karier
perorangan untuk memberikan pedoman karier.
3. Mendorong pertukaran/perubahan peran.
Haruskan karyawan bekerja secara temporer di posisi-posisi yang berbeda
dalam rangka mengembangkan pemahaman yang lebih baik pada kekuatan
dan kelemahan pekerjaan mereka.
4. Membangun “kampus perusahaan”.
Buat perkuliahan dan program-program yang berkaitan dengan
pengembangan tersedia, antara lain melalui kerjasama dengan universitas
dan konsultan setempat.
5. Bantu mengorganisasikan “tim keberhasilan karier”.
Tim ini adalah kelompok kecil karyawan dari departemen yang sama atau
berbeda yang bertemu secara berkala untuk menghubungkan dan saling
mendukung satu sama lain dalam pencapaian tujuan karier mereka.
6. Sediakan pelatih karier.
Pelatih karier harus membantu para karyawan membuat rencana satu
hingga lima tahun kedepan yang jelas yang menunjukkan ke mana arah
tujuan karier mereka dalam perusahaan. Kemudian, rencana dasar
pengembangan berdasarkan keahlian karyawan akan dibutuhkan untuk
mencapai keberhasilan dalam perusahaan.
7. Menyediakan workshop perencanaan karier.
Workshop perencanaan karier adalah kegiatan pembelajaran terencana di
mana para peserta diharapkan terlibat secara aktif menyelesaikan latihan-
44
latihan dan serangkaian daftar perencanaan karier dan berpartisipasi dalam
sesi-sesi praktik/aplikasi keahlian karier. Workshop seperti ini biasanya
memasukkan tiga kegiatan utama: penilaian diri dan penilaian lingkungan,
segmen penetapan tujuan, dan rencana tindak.
8. Menyediakan program-program online dan offline yang terkomputerisasi
untuk meningkatkan proses perencanaan karier yang terorganisasi.
Untuk setiap kompetensi (seperti kepemimpinan dan fokus pada
pelanggan), sebuah grafik batang akan menunjukkan “analisis kesejangan”
yang menekankan pada kekuatan dan kelemahan orang tersebut.
Kemudian perusahaan dapat mengatur kegiatan pengembangan yang
sesuai dengan kebutuhannya.
9. Bank First USA memiliki apa yang dinamakan Opportunity Knocks
Program.
Tujuan dari program ini adalah untuk membantu karyawan
mengkristalisasikan tujuan karier mereka dan mencapainya dalam
perusahaan.sebagai tambahan untuk pelatihan pengembangan karier dan
dukungan lanjutan, First USA Bank juga menyediakan fasilitas
pengembangan karier khusus di tempat kerja yang dapat digunakan oleh
karyawan pada jam kerja. Fasilitas ini berisi materi seperti penilaian karier
dan perangkat perencanaannya.
45
2.3 Komitmen Organisasi
2.3.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Mowday, Porter dan Steers (dalam Darmawan 2013:168)
komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu
organisasi tertentu.
Sedangkan menurut Becker (dalam Darmawan 2013:168) menyatakan
komitmen sebagai kecenderungan untuk terikat dalam garis kegiatan yang
konsisten karena menganggap adanya biaya pelaksanaan kegiatan yang lain.
Becker menjelaskan komitmen merupakan usaha sosial yang dilakukan seseorang
secara tetap karena khawatir akan kehilangan apa yang telah dipertaruhkannya
selama bekerja di perusahaan. Taruhan ini bisa berupa waktu, usaha, uang, status,
keterampilan serta fasilitas yang diperoleh dari perusahaan.
Pengertian komitmen organisasi menurut Mathis dan Jackson (dalam
Sopiah, 2008) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajat dimana
karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap
tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya
Sedangkan Richard M. Steers (dalam Sopiah 2008) mendefinisikan
komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai
organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota
organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap
organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi
dimana pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran
46
organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar
keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan
untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi
pencapaian tujuan. Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup
unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi
terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Menurut Soekidjan (2009) definisi komitmen adalah kemampuan dan
kemauan untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan
tujuan organisasi. Hal ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau
memenuhi kebutuhan organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi dari
pada kepentingan pribadi.
Menurut Meyer dan Allen (dalam Soekidjan, 2009), komitmen dapat
juga berarti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai
organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki hasrat yang kuat
untuk tetap bertahan di organisasi tersebut. Selain itu, Meyer dan Allen
menyebutkan bahwa komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk
psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan
organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk
melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut
anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat
bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak
memiliki komitmen terhadap organisasi.
47
Cut Zurnali (2010) mendefinisikan pengertian komitmen organisasional
dengan mengacu pada pendapat-pendapat Meyer and Allen (1993), Curtis and
Wright (2001), dan S.G.A. Smeenk, et.al. (2006) dimana komitmen
organisasional didefinisikannya sebagai sebuah keadaan psikologi yang
mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau implikasinya
yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau
tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: komitmen afektif,
komitmen kontinyu dan komitmen normatif.
Menurut Dessler (2010) komitmen dapat didefinisikan sebagai kekuatan
relatif identifikasi individu terhadap organisasinya, yang dapat dilihat paling tidak
dengan 3 faktor, yaitu:
a. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai
organisasi.
b. Kemampuan untuk mengusahakan kepentingan organisasi.
c. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan jadi anggota organisasi
Komitmen sebagai tingkah laku yaitu tindakan loyal karena keterikatan
pada tingkatan-tingkatan di masa lalu, atau karena telah mempertaruhkan
pengorbanan dalam organisasi yang tidak mungkin dapat kembali. Komitmen
adalah loyalitas karyawan terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-
sasaran, nilai-nilai organisasi, kesediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi
bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan didalam organisasi. Dengan
demikian komitmen merupakan salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan
organisasi atau perusahaan. Output dari komitmen adalah kinerja, absensi dan
48
turnover. Pengaruh dari kinerja terhadap turnover karyawan. Berdasarkan
pemahaman tersebut maka implikasi penting bagi perusahaan adalah adanya
tuntunan bagi perusahaan untuk memuaskan para karyawannya. Karyawan yang
puas akan cenderung loyal pada perusahaan dan mendukung tujuan yang ingin
dicapai perusahaan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa definisi komitmen organisasi dari para
ahli diatas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu
(pegawai) dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap nilai dan tujuan organisasi.
Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian sebagai sesuatu hal
yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi, dengan kata lain
komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau
organisasi secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih
dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.
Oleh karena itu, semakin organisasi mampu menimbulkan keyakinan dalam diri
karyawan, bahwa apa yang menjadi nilai dan tujuan pribadinya adalah sama
dengan nilai dan tujuan organisasi, maka akan semakin tinggi komitmen karyawan
tersebut pada organisasi tempat ia bekerja.
Selanjutnya yang dimaksud komitmen dalam penelitian ini adalah
keinginan perawat untuk tetap memperhatikan keanggotanaannya dalam rumah
sakit dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi pencapaian tujuan rumah
sakit. Penjabaran dari konsep ini diadaptasi dari pendapat Allen dan Meyer
(dalam Darmawan 2013) yang mendefinisikan komitmen organisasi sebagai
49
sebuah konsep yang memiliki tiga dimensi, yaitu affective, normative, dan
continuance commitment. Affective commitment adalah tingkat seberapa jauh
seorang karyawan secara emosional terikat, mengenal dan terlibat dalam
organisasi. Continuance commitment adalah suatu penilaian terhadap biaya yang
terkait dengan meninggalkan organisasi. Normative commitment adalah merujuk
pada tingkat seberapa jauh seseorang secara psychological terikat untuk menjadi
karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan kepada perasaan seperti
kesetiaan, afeksi, kehangatkan, kepemilikan, kebanggan, kesenangan,
kebahagiaan, dan lain-lain.
2.3.2 Indikator dan Pendekatan Komitmen
Komitmen berarti keinginan karyawan untuk tetap mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha yang tinggi bagi
pencapaian tujuan organisasi. Variable ini dapat diukur dengan indikator kemauan
karyawan, kesetiaan karyawan, kebanggan karyawan. Konsep yang dikemukakan
oleh Lincoln (dalam Darmawan 2013) dimana memberikan tiga indikator untuk
konsep komitmen ini memang sangat komprehensif sekali dimana:
1. Kemauan karyawan adalah suatu upaya niat baik karyawan untuk
berinisiatif dalam menekuni bidang pekerjaannya.
2. Kesetiaan karyawan adalah bentuk dari loyalitas karyawan guna
menunjukkan jati dirinya dalam upaya turut mengembangkan organisasi
dimana karyawan bekerja.
50
3. Kebanggan karyawan adalah suatu bentuk totalitas kerja atau prestasi
secara maksimal dalam upaya menunjukkan bahwa hasil kerjanya sudah
mencapai kualitas yang baik atau optimal.
Ketiga hal tersebut merupakan indikasi bahwa seseorang karyawan
memiliki komitmen terhadap organisasi.Dari ketiga hal tersebut, maka dapat
dilakukan pengukuran terhadap komitmen karyawan. Menurut Schemerhorn,
Hunt & Osborn (dalam Darmawan 2013) dikemukakan tiga pendekatan
komitmen agar dapat mengungkapkan hakekatnya dan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik, yaitu :
1. Komitmen dan kekuasaan yang dimiliki organisasi terhadap anggota
berakar pada hakekat keterlibatan karyawan dalam organisasi. Keterlibatan
mempunyai salah satu dari tiga bentuk berikut ini, yaitu: a) Keterikatan
moral didasarkan pada orientasi positif dan kesungguhan terhadap
organisasi, yang akan menghasilkan internalisasi nilai, tujuan, dan norma
organisasi; b) Keterkaitan Kalkulatif; bersandar pada pertukaran hubungan
antara individu dan organisasi. Orang akan bertanggungjawab terhadap
organisasi jika ia dapat mengambil keuntungan dalam menjalin hubungan
dengan individu; c) Keterkaitan Asing; tanggung jawab terjadi jika
anggota merasa dipaksa oleh keadaan untuk harus merasa memiliki
organisasi tanpa tahu alasannya.
2. Tipe komitmen yang berbeda berasal dari tuntunan perilaku yang
dibebankan kepada anggota oleh organisasi. Keterkaitan mempunyai tiga
bentuk yang saling berhubungan; a) Komitmen terus-menerus;
51
berhubungan dengan dedikasi untuk melangsungkan hidup organisasi dan
menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi;
b) Komitmen terpadu; keterpaduan hubungan sosial dalam organisasi, ini
dapat ditingkatkan dengan mempunyai karyawan yang secara publik sudah
diakui kebaikan hubungan sosialnya atau mengikuti kegiatan yang dapat
meningkatkan keterpaduan karyawan; dan c) Komitmen terkontrol;
ketertarikan anggota terhadap norma organisasi yang dapat membentuk
perilaku yang dikehendaki. Ini terjadi saat karyawan percaya bahwa norma
organisasi dan nilainya sangat bermanfaat bagi perilaku anggota.
3. Sikap komitmen berfokus pada bagaimana karyawan mengidentifikasi
tujuan dan nilai organisasi. Ini adalah komitmen dipandang dari sudut
organisasi. Maka psikologis sosial melihat perilaku komitmen berfokus
pada bagaimana perilaku seseornag terkait dengan organisasi. Sekali
perilaku menunjukkan adanya komitmen, maka ia akan menyesuaikan
sikapnya, kemudian akan mempunyai sub perilaku yang lain. Sikap
komitmen ini menunjukkan perilaku positif yang sangat berguna bagi
pengembangan organisasi bila setiap karyawan diasumsikan memiliki
komimen yang benar terhadap organisasi.
Indikator perilaku komitmen menurut Ques.
Menurut Quest (Soekidjan, 2009) indikator-indikator perilaku komitmen
yang dapat dilhat pada karyawan adalah :
a. Melakukan upaya penyesuaian, dengan cara agar cocok di
organisasinya dan melakukan hal-hal yang diharapkan, serta
52
menghormati norma-norma organisasi, menuruti peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
b. Meneladani kesetiaan, dengan cara membantu orang lain, menghormati
dan menerima hal-hal yang dianggap penting oleh atasan, bangga
menjadi bagian dari organisasi, serta peduli akan citra organisasi.
c. Mendukung secara aktif, dengan cara bertindak mendukung misi
memenuhi kebutuhan/misi organisasi dan menyeseuaikan diri dengan
misi organisasi.
d. Melakukan pengorbanan pribadi, dengan cara menempatan
kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadi, pengorbanan dalam
hal pilihan pribadi, serta mendukung keputusan yang menguntungkan
organisasi walaupun keputusan tersebut tidak disenangi.
2.3.3 Komponen Komitmen
Meyer dan Allen (dalam Soekidjan, 2009) membedakan komitmen pada
organisasi atas tigakomponen yaitu Affective Commitment, Normative
Commitment, danContinuance Commitment.
a. Affective Commitment adalah komitmen yang berkaitan dengan emosional,
identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam organisasi. Karyawan
dengan komponen Affective yang tinggi, tidak melepaskan diri dari
organisasi karena keinginnya untuk tetap terikat pada organisasi. Kunci
dari komitmen ini adalah employees stay because they want to.
53
b. Normative Commitment. Memiliki istilah employees stay because they
have to, merupakan keyakinan karyawan tentang kewajiban berkontribusi
kepada organisasi. Karyawan harus melaksanakan pekerjaannya untuk
mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan perusahaan.
c. Continuance Commitment adalah suatu komitmen rasional yang terbentuk
atas dasar pertimbangan untung rugi yang dihadapi karyawan jika
berhadapan dengan keputusan untuk tetap bergabung dalam organisasi
atau hendak keluar dari organisasi. (employees stay because they feel they
ought to).
Mengacu kepada pentingnya pengembangan karier terhadap komitmen
dalam suatu organisasi kerja, maka faktor-faktor pengembangan karier yang
meliputi pendidikan, pelatihan, mutasi dan promosi jabatan menjadi penting
dalam suatu manajemen sumber daya manusia sebagai bentuk penerapan
pengembangan karier yang diterapkan dalam meningkatkan komitmen perawat
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2.4 Perawat
2.4.1 Pengertian Perawat
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang
berarti merawat atau memelihara.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan (UU No. 38 tahun 2014).
54
Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenagannya
(Depkes RI, 2002).
Menurut UU RI NO 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, mendefinisikan
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan keperawatan (www.pustakaindonesia.or.id).
Sedangkan menurut international Council of Nurses (1965), perawat
adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,
berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap pasien.
2.4.2 Peran dan Fungsi Perawat
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersipat konstan. Peran perawat menurut konsorsium
ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari:
a. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
55
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
b. Advokat Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khusunya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas
privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti
rugi akibat kelalaian.
c. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikankan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan
kesehatan.
56
d. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien.
e. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk
diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan
yang diberikan.
g. Peneliti / Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keperawatan.
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya:
a. Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan
57
keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang
di berikan.Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat
umum atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun yang
lainnya.
2.4.3 Tugas Perawat
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses
58
keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam lokakarya tahun 1983 yang
berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah:
a. Mengumpulkan Data
b. Menganalisis dan mengintrepetasi data
c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
d. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip ilmu perilaku, sosial budaya, ilmu biomedik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi
KDM.
e. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai rencana
keperawatan
f. Menilai tingkat pencapaian tujuan.
g. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan
h. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan.
i. Mencatat data dalam proses keperawatan
j. Menggunakan catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan
keperawatan
k. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang
keperawatan
l. Membuat usulan rencana penelitian keperawatan
m. Menerapkan hasil penelitian dalam praktek keperawatan
n. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan
o. Membuat rencana penyuluhan kesehatan
59
p. Melaksanakan penyuluhan kesehatan
q. Mengevaluasi penyuluhan kesehatan
r. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
s. Menciptakan komunikasi yang efektis baik dengan tim
keperawatan maupun tim kesehatan lain.
2.5 Kerangka Pemikiran
Faktor tingkat pendidikan dan lama bekerja perawat pada Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung menjadi faktor utama dalam meningkatnya karier seorang
perawat. Unsur pendidikan, pelatihan, penilaian prestasi kerja, mutasi, dan
promosi diterapkan dalam upaya meningkatkan komitmen perawat yang
mendukung aktivitas pelayanan pasien yang ditentukan oleh taat pada peraturan,
tanggungjawab kerja, kemauan bekerjasama, rasa memiliki, hubungan antar
pribadi dan senang dengan pekerjaan. Lebih jelasnya dapat ditunjukkan kerangka
pikir penelitian dibawah ini: